• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI MORAL PANTUN PADA RUBRIK “BUJANG BESAOT” SURAT KABAR BANGKA POS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI MORAL PANTUN PADA RUBRIK “BUJANG BESAOT” SURAT KABAR BANGKA POS DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR SASTRA DI SMA."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

viii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iv

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Batasan Masalah... 7

1.3 Rumusan Masalah... 8

1.4 Tujuan Penelitian... 8

1.5 Manfaat Penelitian... 9

1.6 Definisi Operasional... 9

1.7 Anggapan Dasar... 10

BAB II LANDASAN TEORETIS... 11

2.1 Folklor... 11

2.1.1 Pengertian Folklor... 11

2.1.2 Ciri Penanda Folklor... 12

2.1.3 Bentuk Folklor... 14

2.1.4 Fungsi Folklor... 15

2.2 Pantun... 16

2.2.1 Pengertian Pantun... 16

2.2.2 Karakteristik Pantun... 18

2.2.3 Bentuk Pantun... 19

2.2.4 Isi Pantun... 25

2.2.5 Struktur Pantun... 27

2.3 Nilai Moral... 47

(2)

ix

2.3.2 Pengertian Nilai Moral... 48

2.3.3 Nilai Moral dalam Pantun... 50

2.4 Pembelajaran Sastra di SMA... 59

2.4.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 59

2.4.2 Tinjauan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMA... 61

2.4.3 Standar Kompetensi Kurikulum Apresiasi Pantun... 70

2.4.4 Pemilihan Bahan Ajar dalam Pendidikan... 70

2.4.5 Rancangan Pembelajaran Pantun... 75

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN... 79

3.1 Metode Penelitian... 79

3.2 Teknik Pengumpulan Data………... 80

3.3 Sumber Data Penelitian………... 81

3.4 Teknik Analisis Data………... 82

3.5 Instrumen Penelitian... 83

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 84

4.1 Analisis Tema... 85

4.1.1 Pantun Bertema Percintaan... 86

4.1.2 Pantun Bertema Sosial... 102

4.1.3 Pantun Bertema Agama... 114

4.1.4 Pantun Bertema Pendidikan... 118

4.1.5 Pantun Bertema Teka-Teki... 120

4.1.6 Pantun Bertema Adat... 122

4.1.7 Pantun Bertema Budi Pekerti... 123

4.2 Analisis Rima... 124

4.2.1 Rima Akhir... 125

4.2.2 Rima Rangkai... 135

4.2.3 Pola Rima Akhir dalam Bait... 140

4.3 Analisis Citraan... 163

(3)

x

4.3.2 Citraan Auditif... 177

4.3.3 Citraan Taktilis... 180

4.3.4 Citraan Gustatif... 185

4.3.5 Citraan Olfaktif... 188

4.3.6 Citraan Organik... 191

4.3.7 Citraan Kinaestetik... 192

4.4 Analisis Nilai Moral... 200

4.4.1 Nilai Moral Kesetiaan... 203

4.4.2 Nilai Moral Kepemimpinan... 209

4.4.3 Nilai Moral Kedermawanan... 214

4.4.4 Nilai Moral Ketakwaan... 216

4.4.5 Nilai Moral Persahabatan... 221

4.4.6 Nilai Moral Kesabaran... 232

4.5 Pembahasan Hasil Analisis... 236

4.6 Pemanfaatan Hasil Analisis Pantun Rubrik “Bujang Besaot”... sebagai Alternatif Bahan Ajar Sastra di SMA... 245

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 266

5.1 Simpulan... 266

5.2 Saran... 268

DAFTAR PUSTAKA... 269

LAMPIRAN-LAMPIRAN... 274

RIWAYAT HIDUP PENULIS... 363

(4)
(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pantun sebagai salah satu karya sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat pernah memegang peranan penting dalam budaya masyarakat Indonesia. Begitu pula halnya dengan pantun yang ada di Bangka Belitung. Dahulu, orang Bangka Belitung mengungkapkan perasaan, hasrat, atau kata hatinya melalui pantun. Kepandaian seseorang dalam berpantun mencerminkan tingkat intelektualitasnya. Dengan demikian, selain untuk sarana ekspresi, pantun pun mampu mewakili tingkat dan derajat keilmuan seseorang.

Saat ini, keberadaan pantun terkesan dipinggirkan. Sudah sangat jarang orang ataupun para sastrawan menulis pantun (Mafrukhi, 2007:92). Begitu juga dengan eksistensi pantun di Bangka Belitung. Keberadaannya sudah mulai tergusur oleh jenis-jenis karya seni yang lain. Kalaupun pantun masih digunakan, pembacaan pantun hanyalah sebagai pelengkap acara dan bukan sebagai sebuah proses pewarisan nilai-nilai. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Tenas Effendy (2004:77) yang mengatakan bahwa dalam kehidupan masa kini pantun masih “hidup” dan berkembang, tetapi isinya tidak lagi berpuncak kepada nilai-nilai luhur budaya asalnya.

(6)

pendengar tertawa kalau mengandung hal yang lucu. Dengan demikian, pantun berpotensi sebagai penggugah rasa baik empati, emosi, religi, maupun suasana romantis.

Kehadiran pantun dalam kehidupan masyarakat tidak akan terlepas dari nilai-nilai budaya, tradisi, keyakinan masyarakat pencipta dan penggunanya. Unsur-unsur budaya itu melekat pada ekspresi yang dapat menimbulkan perasaan senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, dan menyegarkan penikmatnya. Dalam hal inilah Wellek dan Warren, (1989:25) mengatakan bahwa fungsi seni berkaitan dengan dulce dan utile, artinya indah dan berguna.

Sebagai suatu produk budaya, karya sastra (pantun) tentu saja tidak terlepas dari persoalan-persoalan manusia yang terdapat dalam masyarakat. Hal ini karena setiap karya sastra seperti pantun selalu membicarakan manusia dengan bermacam-macam aspeknya. Dengan demikian, pantun sebagai salah satu produk karya sastra menjadi salah satu aspek yang dapat digunakan untuk mengenal manusia pada zamannya. Pada sisi lain, pantun juga dapat dipandang sebagai cermin kehidupan, sebagai tanggapan terhadap kehidupan, sekaligus sebagai evaluasi terhadap kehidupan manusia karena pantun juga menggambarkan tingkat keinginan suatu kebudayaan, gambaran tradisi yang berlaku, dan tingkat kehidupan yang telah dicapai oleh suatu masyarakat pada suatu masa serta harapan yang dicita-citakan (Suswanto, 2002:1).

(7)

pengetahuan, pantun secara potensial memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan.

Semakin mendalami pantun, semakin orang akan hanyut dalam keindahan dan kedalaman maknanya. Keindahan pantun bukan saja terletak pada pilihan kata serta susunan kalimatnya yang rancak atau bagus , tetapi lebih dari itu adalah pada makna dan filosofi yang terkandung di dalamnya.

Banyak pantun yang berisi nasihat-nasihat mulia tentang hidup beragama, bermasyarakat, dan berkeluarga. Pantun tidak saja indah dilantunkan, tetapi juga memberikan pelajaran dan kearifan yang sangat berharga. Dengan demikian, fungsi sastra sebagai sarana menyampaikan ajaran (moral dan agama) tidak dimarginalkan. Hal ini sejalan dengan Rusyana (1997:6) yang mengatakan sebagai berikut:

Nampak bahwa dalam sastra-sastra daerah terkandung muatan nilai-nilai moral. Dalam sastra-sastra daerah, dalam wujud ekspresi estetik itu tersaji pula nilai-nilai etik. Dari pembacaan terhadap cerita rakyat, berupa mite, legenda dan dongeng, kita dapat mengapresiasi nilai-nilai moral yang terpadu secara halus di dalamnya. Begitu pula dalam hikayat, syair, pantun serta jenis sastra lama lainnya serta selanjutnya dalam novel, cerita pendek, drama dan puisi moderen. Nilai-nilai moral itu terungkap.

(8)

Sangat disayangkan bila sebuah karya sastra seperti pantun tidak diselamatkan keberadaannya dan digali nilai-nilai moral yang terdapat di dalamnya. Bila dibiarkan maka keberadaan pantun akan menjadi “hidup segan mati tak mau”. Kondisi yang sama bisa terjadi juga pada pantun masyarakat Bangka Belitung. Karena itu, usaha surat kabar Bangka Pos sebagai salah satu media pertama dan terkemuka di Bangka Belitung untuk menampilkan pantun melalui rubrik “Bujang Besaot” patut disambut gembira. Pemuatan pantun-pantun pada rubrik “Bujang Besaot” merupakan bentuk upaya pelestarian terhadap karya sastra lama khususnya pantun. Menurut pengasuh rubrik “Bujang Besaot”, rubrik ini hadir sebagai upaya mengembalikan pantun sebagai karya sastra lama untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Rubrik pantun ini juga diharapkan dapat memopulerkan pantun dalam kehidupan masyarakat. Rubrik “Bujang Besaot” muncul secara periodik setiap hari Minggu di Harian Pagi Bangka Pos pada lembaran budaya.

(9)

Hal senada dikemukakan Munawar (1978:5) bahwa di kalangan peminat dan peneliti sastra baik di sekolah maupun dalam masyarakat sudah lama merasakan kekurangan bahan bacaan sastra lama sebagai penunjang pengajaran dan juga sebagai bacaan umum bagi mereka yang ingin mengenal suatu jenis sastra yang pernah berkembang di Indonesia. Padahal, sesungguhnya karya sastra lama pernah mendapat kedudukan penting (Badudu, 1984:15).

Pelestarian pantun sebagai sebuah karya sastra dan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral akan lebih efektif bila pantun yang berkembang di masyarakat itu digunakan atau dimasukkan ke dalam bahan ajar kesusastraan di sekolah. Karena itu peneliti bermaksud untuk menjadikan pantun yang dimuat pada rubrik “Bujang Besaot” sebagai alternatif bahan ajar sastra (pantun) di sekolah.

(10)

pengajaran sastra di sekolah. Dengan demikian, bahan yang disajikan di sekolah tidak terlalu jauh jaraknya dengan yang terjadi dalam lingkungan para siswa.

Kedua, materi-materi sastra yang terdapat dalam buku-buku teks yang diwajibkan di sekolah masih kurang lengkap. Minimnya materi tersebut menyebabkan guru tidak leluasa memilih bahan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga guru sulit untuk memvariasikan materi ajar. Oleh karena itu, ketergantungan guru pada pilihan materi yang minim dan sikap yang terikat pada otoritas dalam memilih bahan ajar, perlu diubah menjadi kegiatan kreatif dalam mencari dan menentukan bahan ajar yang sesuai dan menarik. Penelitian ini bermaksud untuk menggunakan pantun sebagai materi dalam memperkaya bahan ajar.

Ketiga, berbicara tentang keberhasilan pengajaran sastra di sekolah, minat siswa tentang mata pelajaran yang disajikan oleh guru ikut mempengaruhi hasil belajar mereka. Selain metode yang tepat, bahan ajar yang menarik juga dapat membangkitkan minat siswa terhadap mata pelajaran yang diikutinya. Oleh karena itu, menurut Rusyana (1984:335) guru harus selalu berinisiatif dalam mencari bahan ajar yang menarik untuk memenuhi kebutuhan belajar siswanya.

(11)

menyoroti tentang tema-tema yang terdapat dalam pantun Melayu. Olang dalam Asfar (2008:2) mengkaji struktur dan fungsi pantun dalam masyarakat Benuis.

Berdasarkan kajian terdahulu tersebut, maka penulis berkeinginan mengkaji karya sastra lama berbentuk pantun, khususnya pantun pada rubrik “Bujang Besaot” sebagai sebuah karya sastra yang patut dipertimbangkan sebagai bahan ajar kesusastraan di Sekolah Menengah Atas. Kajian utamanya adalah struktur dan nilai-nilai moral yang terdapat dalam pantun rubrik “Bujang Besaot” surat kabar Harian Bangka Pos. Penelitian ini difokuskan pada aspek struktur yang meliputi: tema, rima, citraan dan nilai moral dengan pertimbangan bahwa aspek struktur dan nilai moral sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA 2007. Dalam KTSP SMA (2007) disebutkan bahwa kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah berkaitan dengan tema, rima, citraan dan nilai-nilai kehidupan (nilai moral) yang terdapat dalam pantun. Harapan penulis dengan kajian ini dapat menemukan struktur dan nilai-nilai moral di dalam pantun pada rubrik “Bujang Besaot” untuk dijadikan bahan ajar sastra di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pemilihan bahan ajar yang akrab atau telah dikenal siswa seperti pantun yang terdapat pada rubrik “Bujang Besaot” diharapkan akan lebih efektif dibandingkan bahan pembelajaran yang tidak akrab dengan siswa.

1.2 Batasan Masalah

(12)

serta nilai-nilai moral yang terkandung di dalam pantun rubrik “Bujang Besaot” untuk dijadikan alternatif bahan ajar bahan ajar sastra Sekolah Menengah Atas.

1.3 Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah tersebut, lebih khusus lagi masalah itu dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah struktur pantun pada rubrik “Bujang Besaot”?

2. Nilai-nilai moral apakah yang terkandung dalam isi pantun pada rubrik “Bujang Besaot’’?

3. Apakah pantun pada rubrik “Bujang Besaot” dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA ?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian yang telah ditentukan, penelitian ini bertujuan:

1. mendeskripsikan struktur pantun pada rubrik “Bujang Besaot”;

2. mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam isi pantun pada rubrik “ Bujang Besaot”;

(13)

1.5 Manfaat Penelitian

Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk mendukung beberapa teori tentang pantun misalnya teori tema, teori imajinasi, dan teori moral dalam suatu karya sastra utamanya pantun.

Penelitian ini secara praktis bermanfaat dalam rangka pelestarian budaya warisan para leluhur. Khazanah pantun yang telah diinventarisasikan dalam bentuk pendokumentasian, diklasifikasikan berdasarkan tema, dan dianalisis akan memberikan gambaran tentang warna budaya masyarakat Bangka Belitung.

Secara praktis, hasil penelitian ini juga berguna bagi guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia akan mendapatkan manfaat dari penelitian ini dengan menggunakan pantun sebagai bahan ajar. Tegasnya, bila guru ingin mengajarkan tema, imajinasi, dan nilai moral dapat mengacu pada hasil penelitian ini.

1.6 Definisi Operasional

1. Analisis adalah pemeriksaan terhadap suatu keseluruhan pantun pada rubrik “Bujang Besaot” untuk menentukan unsur-unsur pantun dan nilai moral pantun.

2. Struktur didefinisikan susunan yang terkandung dalam pantun yang saling terkait sehingga memberi makna yang menyeluruh pada pantun tersebut. 3. Nilai moral yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai baik atau buruk

(14)

4. Pantun adalah salah satu bentuk sastra lama yang terdiri atas empat baris yang berisikan sampiran pada dua baris pertama dan isi pada dua baris kedua. 5. Rubrik “Bujang Besaot” adalah salah satu rubrik yang terdapat pada Harian

Pagi Bangka Pos yang berisi pantun-pantun yang dikirim pembaca melalui sms.

6. Pemanfaatan adalah penggunaan atau pemakaian pantun rubrik “Bujang Besaot” dalam pembelajaran apresiasi sastra.

7. Alternatif adalah pilihan pantun rubrik “Bujang Besaot” yang dianalisis sebagai media atau sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran sastra lama. 8. Bahan ajar sastra adalah bahan atau materi kesusastraan yang akan diajarkan

kepada siswa sebagai upaya untuk meningkatkan daya apresiasi sastra siswa sesuai dengan tujuan pengajaran yang ingin dicapai.

1.7 Anggapan Dasar

1. Pemahaman terhadap unsur-unsur suatu karya sastra akan baik jika didukung oleh kemampuan menganalisis teks dan kemampuan menghubungkannya dengan situasi atau konteks.

2. Pantun mengandung nilai-nilai moral masyarakat pendukungnya.

3. Pantun terdiri atas unsur-unsur yang saling terkait satu sama lain sebagai satu kesatuan yang membentuknya sehingga memiliki makna.

(15)
(16)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun simpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap pantun pada rubrik “Bujang Besaot” didapatkan simpulan sebagai berikut.

Pertama, pantun rubrik “Bujang Besaot” memiliki unsur-unsur pembangun

pantun, yaitu mengandung tema, rima, dan citraan yang bervariasi, sehingga menimbulkan efek keindahan pantun. Dari 409 pantun yang dianalisis terdapat tujuh tema, yaitu percintaan, sosial, agama, pendidikan, teka-teki, adat, dan budi pekerti. Hal ini membuat pantun rubrik “Bujang Besaot” dapat dipakai sebagai alternatif bagi pemilihan bahan ajar di sekolah oleh guru-guru sastra. Diharapkan berbagai masalah tentang kurangnya materi dan bahan ajar yang potensial dalam pengajaran apresiasi pantun di sekolah dapat teratasi. Selain itu, dengan seringnya para siswa membaca dan mengapresiasi pantun pada rubrik “Bujang Besaot” maka daya apresiasi dan daya kreatif mereka pun akan semakin terasah.

Kedua, pantun pada rubrik “Bujang Besaot” dari hasil analisis mengandung

(17)

kedermawanan, ketaqwaan, persahabatan dan kesabaran. Nilai-nilai kesetiaan terdapat pada pantun bertema percintaan dan bertema sosial. Nilai moral kepemimpinan terdapat pada pantun bertema sosial. Nilai moral kedermawanan terdapat pada pantun bertema sosial dan agama. Nilai moral ketaqwaan terdapat pada pantun bertema percintaan, sosial, agama, pendidikan dan adat. Nilai moral persahabatan terdapat pada pantun percintaan, sosial, agama, pendidikan, teka-teki, adat, dan budi pekerti. Nilai moral kesabaran terdapat pada pantun percintaan, sosial, agama, dan pendidikan.

Ketiga, pantun pada rubrik “Bujang Besaot” memenuhi kriteria pemilihan

bahan ajar, baik dari aspek bahasa, psikologis, maupun latar belakang budaya. Siswa dapat memperkaya kosa kata dan meningkatkan penguasaan bahasanya. Secara psikologis, siswa Sekolah Menengah Atas mencapai tahap perkembangan generasi sehingga tema yang dikemukakan dalam pantun rubrik “Bujang Besaot” sangat menarik minatnya serta dekat dengan tata nilai yang ada di dalam lingkup kebudayaannya.

Keempat, pengkajian terhadap pantun pada rubrik “Bujang Besaot” dapat

(18)

5.2 Saran

Penelitian ini berimplikasi terhadap guru-guru sastra dan pengembangan ilmu sastra. Karena itu, hal-hal yang sebaiknya dilakukan sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, guru diharapkan mulai memberdayakan pantun rubrik “Bujang

Besaot” sebagai salah satu alternatif bahan yang patut dipilih untuk diajarkan di sekolah-sekolah. Sebab, pada umumnya di perpustakaan sekolah buku-buku yang berhubungan dengan karya sastra pantun sangat terbatas jumlahnya. Sementara, tuntutan pengajaran sastra yang apresiatif membuat guru dan siswa harus berlomba aktif dalam mencari bahan ajar yang baik dan berkualitas dengan cara yang mudah didapat, aktual, dan bervariasi. Hal ini dapat dipenuhi oleh pantun rubrik “Bujang Besaot” yang memuat rubrik ini.

Kedua¸ pemanfaatan hasil analisis pantun rubrik “Bujang Besaot” sebagai

bahan ajar dapat diperluas cakupannya. Pemanfaatan tidak hanya sampai pada bahan ajar saja, melainkan dapat diperluas cakupannya pada penerapannya.

Ketiga, pihak pemerintah daerah diharapkan mempertimbangkan budaya

daerah sebagai salah satu potensi pariwisata karena mempunyai nilai moral yang sangat tinggi.

Keempat, bagi peneliti berikutnya, perlu dilakukan penelitian-penelitian yang

(19)
(20)

Aftarudin, P. 1990. Pengantar Apresiasi Puisi. Bandung: Angkasa

Agni, Binar. 2008. Sastra Indonesia Lengkap, Pantun, Puisi, Majas, Peribahasa, Kata Mutiara. Jakarta: Hi-Fest.

Alisjahbana, Sutan Takdir. 2008. Puisi Lama. Jakarta: Dian Rakyat.

Al Mudra, Mahyudin. 2008. Suasana Seminar Pantun Melayu: Semalam, Hari ini, dan Esok. [Online]. Tersedia:http//culture, Melayu Online.com.[ 26 Maret 2008].

Aminuddin. 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Asfar, Dedy Ary. 2008. Ungkapan Rasa dan Pikir dalam Pantun Melayu Kalimantan Barat.

[Online]. Tersedia:http//culture, Melayu Online.com. [9 Agustus 2008]. Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 1. Bandung: CV Pustaka Prima. Badudu, J.S. 1984. Sari Kesusastraan Indonesia 2. Bandung : CV Pustaka Prima. Balai Pustaka. 1984. Pantun Melayu. Jakarta: PN Balai Pustaka.

BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X, IPA, IPS, dan Bahasa SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran Moral, Berpijak pada Karakteristik Siswa dan Budayanya. Jakarta: Rineka Cipta.

Dahlan, M.D. 1990. Model-Model Mengajar, Beberapa Alternatif Interaksi Belajar Mengajar. Bandung: CV Diponogoro.

Danandjaja, James. 1994. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng, Dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Darmawati. 2007. “Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle Models) dalam Menulis Pantun”. Tesis Magister pada PPs Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Darma, Budi. 1981. Moral dalam Sastra, Pidato Ilmiah. Surabaya:IKIP.

(21)

Djamaris, Edwar. 1993. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). Jakarta: Balai Pustaka.

Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Djahiri, A Kosasih. 1989. Teknik pengembangan Program Pengajaran Pendidikan Nilai Moral. Bandung: Lab.PMPKn FPIPS IKIP Bandung.

Effendi, Tenas. 2004. Tunjuk Ajar dalam Pantun Melayu. Yogyakarta: Adi Cita Effendi, S. 2002. Bimbingan Apresiasi Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya.

Endraswara, Suwardi. 2005. Metode dan Teori Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Buana Pustaka. Esten, M. 2000. Kesusasteraan, Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.

Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Hutomo, Suripan Hadi (Editor). 1993. Pantun Kentrung. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Ikram, Achdiati. 1997. Filologi Nusantara. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Junus, Umar. 1983. Dari Peristiwa ke Imajinasi Wajah Sastra dan Budaya Indonesia. Jakarta:Gramedia.

Kosasih. 1999. "Nilai-Nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam (Analisis Deskriptif terhadap Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Raja Saif Zulyazan, dan Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri)”. Tesis Magister pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan. Koentjaraningrat. 1977. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koentjaraningrat. 1980. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

Lubis, Mawardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai, Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(22)

Munawar, Tuti. 1978. Syair Bidasari (Transliterasi). Jakarta: Proyek Penerbitan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan Daerah, departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Nurgiyantoro, Burhan. 2009. Teori Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pradopo, Rachmat Djoko. 2007. Pengkajian Puisi, Analisis Strata Norma dan Analisis Struktural. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1998. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rosmawati R. 1990. Struktur Sastra Lisan Melayu Serdang. Jakarta: Depdikbud.

Rusyana, Yus. 1979. Novel Sunda Sebelum Perang. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: CV Gunung Larang.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponogoro. Rusyana, Yus. 1997. “Moralitas dalam Sastra Daerah”. Makalah Temu Ilmiah dan Musyawarah

IV Ikatan Mahasiswa Bahasa Daerah se-Indonesia: Bandung 6-9 Oktober.

Santoso, S. Budhi, dkk. 1986. Masyarakat Melayu Riau dan Kebudyaannya. Riau: Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau.

Seli, Sesilia. 1996. “Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat Dayak Kanayatn”. Tesis Magister pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Semi, M. Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Semi, M. Atar. 1998. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Shihab, M. Quraish. 2008. M. Quraish Shihab Menjawab, 1001 Soal Keislaman yang Patut Anda Ketahui. Jakarta: Lentera Hati.

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT Grasindo.

(23)

Sugiarto, Eko. 2007. Mengenal Pantun, dan Puisi Lama. Jakarta: Pustaka Widyatama. Sumardjo, Jakob dan Saini KM. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia.

Sujana, Nana dan Ibrahim. 2007. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Suseno, Franz Magnis & S. Reksosusilo. 1983. Etika Jawa dalam Tantangan. Yogyakarta: Kanisius.

Suswanto, Deni. 2002. “Kajian Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Wayang Golek (Studi deskriptif-Analitis cerita Wayang Golek sebagai Upaya Pewarisan dan Bahan Ajar Muatan Lokal Pengajaran Bahasa Daerah untuk SMPdi Kabupaten Bandung Jawa Barat)”. Tesis Magister pada PPs Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Sutan Sati, Darwis SN. 2005. Keajaiban Pantun Minang: Arti dan Tafsir. Bogor: Ar Rahmah. Syariati, Ali. 1982. Tentang Cendikiawan Muslim (tjh). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Tarigan, Henry Guntur. 1981. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan Sastra dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Teeuw, A. 1988. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Teeuw, A. 1991. Membaca dan Menilai Sastra. Jakarta: Gramedia. UPI. 2007. Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Waluyo, Herman J. 1991. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Waluyo, Herman J. 2005. Apresiasi Puisi, untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wellek, Rene & Austin Warren. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wiyana, Desri. 2008. Analisis Tema Pantun Melayu, Suatu Kajian Fungsional Sistematik. http//library USU.ac.id. [3 Juni 2008].

Referensi

Dokumen terkait

Terhitung tanggal pada surat ini maka mulai hari ini PIHAK KEDUA memberikan pekerjaan kepada PIHAK PERTAMA berupa pembuatan website KB PAUD Jateng, dengan fitur :.. Halaman

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mempengaruhi gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini. Fakultas

pembelajaran setelah mengunakan aplikasi JA Sensei dengan sebelum menggunakan aplikasi JA Sensei terhadap peningkatan kemampuan mahasiswa menulis bahasa Jepang

Muhammad Djumhana, Op. Pasal 26 UU BI, BI juga dapat menentukan perizinan yakni memberikan izin pembukaan, penutupan, dan pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan

PEMBELAJARAN KANJI DASAR MELALUI APLIKASI JA SENSEI PADA MAHASISWA POLTEKES TNI AU BANDUNG. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perendaman dalam H 2 O 2 pada prosentase yang berbeda dan lama penyimpanan terhadap mutu teripang ( Holothuria scabra

Hasil analisis ragam (Tabel 1.) menunjukkan bahwa perlakuan ransum pakan berbeda, yang meliputi gaplek dengan ekstrak ikan gabus (isolat albumin dan ekstrak kasar), dan yang

Lahea Penata, III/c PFM Penyelia BBPOM di Denpasar Seksi Pemeriksaan S1 Hukum 2007