• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU : Studi Analisis Terhadap Guru Sekolah Dasar Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA GURU TERHADAP KINERJA GURU : Studi Analisis Terhadap Guru Sekolah Dasar Negeri di Lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung."

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Paradigma Penelitian ... 11

E. Kerangka Berpikir ... 13

F. Asumsi - asumsi ... 16

G. Hipotesis Penelitian ... 16

H. Metode Penelitian ... 17

I. Lokasi dan Sampel Penelitian………. 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kinerja Mengajar Guru ... 21

1. Konsep Kinerja Guru ... 21

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru ... 24

3. Dimensi Kinerja Mengajar Guru ... 26

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah... 36

(2)

3. Perilaku Kepemimpinan ………. 44

4. Kepala Sekolah ……….. 48

C. Budaya Kerja ... 53

1. Pengertian Budaya Kerja ... 53

2. Manfaat Budaya Kerja ... 56

3. Tujuan Budaya Kerja ... 57

4. Dimensi Budaya Kerja ………... 58

D. Penelitian Yang Relevan ……… 59

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 67

B. Oprasional Variabel Penelitian ... 68

1. Operasional Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah …………. 69 2.

Operasional Variabel Budaya Kerja Guru ……… 71

3. Operasional Variabel Kinerja Mengajar Guru ……….. 73

4. Variabel penelitian ………. 75

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 76

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 79

E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. 90

1. Deskripsi Penelitian ... 90

a. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 91

(3)

b. Uji persyaratan Analisis ... 93

1). Pengujian Homogenitas ... 93

2). Pengujian Normalitas Data Baku ... 93

3). Pengujian Linieritas Regresi ……… 98

2. Deskripsi Data ……… 99

3. Analisis Data ………... 101

4. Interpretasi hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ……….. 105

B. Pembahasan ... 111

1. Analisis Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 111

2. Analisis Budaya Kerja Guru ... 112

3. Analisis Kinerja Guru ... 103

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 116

B. Implikasi ... 118

C. Rekomendasi ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(4)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan sangat penting dan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena berorientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan merupakan suatu proses transformasi nilai-nilai budaya sebagai kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi kegenerasi yang lain. Nilai-nilai kebudayaan tersebut mengalami proses transformasi dari generasi terdahulu sampai pada generasi sekarang dan kedepan. Dunia pendidikan suatu sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki daya saing yang wajar sesuai dengan kemampuan akademik atau profesionalnya.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan, sehingga kualitas pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, pada tempatnyalah kualitas sumber daya manusia ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dan dilandasi oleh keimanan dan ketakwaan (Imtak).

(5)

tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa jabatan guru sebagai pendidik merupakan jabatan profesional. Untuk mampu bersaing di forum nasional maupun internasional, profesionalisme guru dituntut untuk terus berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa (Nation Character Building). Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003, pasal 3 ayat (6) bahwa:

Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Di mana dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik ( Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ). Makna pendidikan terletak pada bagaimana kualitas sumber daya manusia senantiasa melestarikan nilai-nilai luhur sosial dan budaya yang telah memberikan bukti sebagai perjalanan suatu sejarah bangsa. Pendidikan juga diharapkan dapat menumbuhkan kemampuan untuk menghadapi tuntutan pada kenyataan masa kini dan kedepan, baik perubahan dari dalam maupun perubahan karena pengaruh dari luar.

(6)

para guru serta pegawai. Sedangkan pengaruh dari luar diakibatkan oleh adanya interaksi organisasi dengan lingkungan, baik pada waktu menerima masukan, pada saat proses, pada waktu memberikan kontrol, dan memberikan evaluasi.

Pada saat sekarang ini bangsa kita belajar dari masa lalu yang tidak konsisten dalam penyelenggaraan pendidikan. Sekarang mulai berbenah diri upaya mereformasi pendidikan nasional untuk mengubah pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan selama ini. Kita perlu memperbaiki sistem pendidikan (output) dari ketidakadilan, monopoli, dan krisis moral dari pengelolaan pendidikan nasional. Kekeliruan pelaksanaan kebijakan pendidikan pada era yang lalu perlu dirubah dan diperbaiki dan diganti dengan pengelolaan secara komprehensif. Kebijakan pemberian otonomi pendidikan dari sentralistik ke desentralistik merupakan bentuk dari reformasi yang memberikan suatu harapan bagi dunia pendidikan. Melalui reformasi, perbaikan kualitas pendidikan menuntut suatu kepemimpinan lembaga pendidikan dengan mengacu kemampuan pegelolaan tenaga kependidikan, iklim kerja guru, yang berdampak pada produktivitas kerja seseorang.

(7)

Dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sekolah, pemerintah akan terbantu baik dalam kontrol maupun pembiayaan, sehingga pemerintah dapat lebih berkonsentrasi pada masyarakat kurang mampu yang semakin bertambah jumlahnya. Disamping itu, berkurangnya lapisan-lapisan birokrasi dalam prinsif desentralisasi juga mendukung efisiensi tersebut. Untuk mendukung keberhasilan implementasi perubahan, paling tidak perlu disadari adanya ketidakpuasan terhadap kondisi atau situasi saat ini dan harus ada visi positif mengenai masa depan bila dilakukan perubahan.

Dengan terwujudnya desentralisasi pendidikan di Indonesia sejak tahun 2001 dunia pendidikan banyak berharap terjadinya peningkatan kualitas organisasi pendidikan hingga di tingkat sekolah. Dampak desentralisasi menjadi penting untuk menimbulkan efek terhadap kapabilitas organisasi yang pada gilirannya diharapkan dapat berdampak terhadap kinerja organisasi pendidikan tersebut. Salah satu realisasi desentralisasi pendidikan di tingkat sekolah adalah implementasi School Based Management (SBM). Dalam menyusun strategi implementasi tersebut terdapat faktor yang sangat penting berpengaruh terhadap keberagaman kondisi sekolah di Indonesia baik dari segi kualitas maupun lokasinya karena memerlukan kemampuan manajemen yang handal dan partisipasi dari masyarakat secara aktif.

(8)

institusional, instruksional, dan ekperiensial (Surya, 2005: 4). Guru merupakan sumber daya manusia yang mampu mendayagunakan faktor-faktor lainnya sehingga tercipta proses belajar mengajar yang bermutu dan menjadi faktor utama yang menentukan mutu pendidikan.

Kepala sekolah yang profesional harus selalu kreatif dan produktif dalam melakukan inovasi pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (Danumiharja, 2001: 39). Namun, untuk menyiapkan kepala sekolah yang inovatif merupakan kendala yang sangat sulit jika dikaitkan dengan sistem kesejahteraan bagi tenaga guru di Indonesia yang jauh dari memadai (Surya, 2005: 5).

Jalal (2005: 1), berpendapat bahwa untuk meningkatkan profesionalisme kepala sekolah di institusi pendidikan, diperlukan berbagai upaya berupa:

Peningkatan kreativitas kerja, motivasi kerja, kinerja, dan produktivitas kerja kepala sekolah serta pemberian berbagai jenis bentuk pelatihan, pendidikan profesional, dan berbagai kegiatan profesional lainnya kepada kepala sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Namun diperlukan juga kebijakan pemerintah dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui profesionalisasi pendidik dan tenaga kependidikan dalam upaya meningkatkan kualitas kepala sekolah dan kualitas pendidikan.

Balitbang Depdikbud (Nanang Fattah, 2000: 59) juga mengemukakan bahwa lima upaya dalam meningkatkan kualitas guru, yaitu:

Meningkatkan kemampuan profesional, upaya profesioanal, kesesuaian waktu yang dicurahkan untuk kegiatan profesional, kesesuaian antara keahlian dengan pekerjaannya, dan kesejahteraan yang memadai. Kelima faktor tersebut menjadi barometer dalam mengukur kualitas guru.

(9)

menyenangkan bagi peserta didik karena sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik dan situasi pembelajaran tidak menakutkan peserta didik.

Kepala sekolah yang profesional umumnya selalu menunjukkan motivasi kerja yang tinggi dalam mengerjakan tugas-tugas profesional sehari-hari di sekolah. Motivasi kerja tinggi yang dimiliki oleh kepala sekolah cenderung berkaitan dengan disiplin tinggi yang dimilikinya dalam melaksanakan tugas-tugas profesional di sekolah.

Kepala sekolah, guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah tenaga profesional. Oleh karena itu, mereka harus terdidik dan terlatih secara akademik dan profesional serta mendapat pengakuan formal sebagaimana mestinya dan profesi mengajar harus memiliki status profesi yang membutuhkan pengembangan (Tilaar, 2001: 142). Menyadari hal tersebut, maka pihak Depdiknas melakukan program sertifikasi berupa akta mengajar bagi lulusan ilmu kependidikan maupun non kependidikan yang akan menjadi pendidik. Untuk menjadi guru yang profesional, guru harus memenuhi kualifikasi akademik minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar ( UU RI.No.20 tahun 2003 pasal 42 dan pp.RI No.19 tahun 2005 Bab VI pasal 28). Program serifikasi kepada guru akan menjadi kontrol yang mendorong para penyelenggara pendidikan untuk meningkatkan profesionalismenya dan memberikan layanan maksimal kepada stakeholders.

(10)

Tidak kalah pentingnya, guru yang kreatif dan produktif cenderung memiliki berbagai hasil karya yang dapat dilihat dan dipedomani oleh guru lain sehingga dapat menjadi motor penggerak bagi guru lain untuk menjadi kreatif dan produktif dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan pendidikan di sekolah.

Yang menjadi permasalahan sekarang ialah bahwa masih banyak guru yang belum menunjukkan sikap dan prilaku yang kreatif dan produktif sebagai guru dalam melaksanakan tugas-tugas pembelajaran dan pendidikan di sekolah, akibatnya para guru tersebut kurang menunjukkan motivasi kerja dan kinerja yang tinggi dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru dan hal ini dipengaruhi pula oleh kepemimpinan kepala sekolah yang belum efektif dalam manajemen organisasi sekolah sehingga berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru.

(11)

Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan budaya kerja guru yang akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru untuk mencapai kualitas pendidikan masing-masing sekolah.

Adanya kesenjangan dan belum efektifnya kepemimpinan kepala sekolah, keragaman kondisi budaya kerja, dan kinerja mengajar guru di lingkungan Dinas Pendidikan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung sehingga berimplikasi terhadap adanya dugaan dari penulis bahwa hal itu terjadi karena kepemimpinan masing-masing kepala sekolah dalam menciptakan budaya kerja guru berbeda-beda, hal ini mengakibatkan kinerja mengajar guru masing-masing sekolah juga berbeda.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan tersebut, maka penelitian ini akan melakukan kajian secara mendalam tentang permasalahan yang difokuskan pada judul “PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU”

(Studi Analisis Terhadap Guru Sekolah Dasar Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung).

B. Rumusan Masalah

(12)

guru, motivasi kerja guru, kemampuan guru, iklim organisasi dan status sosial guru. Berdasarkan hal tersebut, pokok masalah yang akan di ungkap dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja guru terhadap kinerja mengajar guru baik secara parsial maupun secara bersama-sama.

Secara lebih rinci pokok masalah tersebut di atas dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

a. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung ?

b. Seberapa besar pengaruh budaya kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung ?

c. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap budaya kerja guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung ?

(13)

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

2. Tujuan khusus

Tujuan secara khusus yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran empirik tentang:

a. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

b. Pengaruh budaya kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

c. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap budaya kerja guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

d. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja guru terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

(14)

1.Kegunaan Teoritik

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pengembangan ilmu dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja guru dan kinerja mengajar guru.

b. Menjadikan bahan masukan untuk kepentingan pengembangan ilmu bagi pihak-pihak yang berkepentingan guna menjadikan penelitian lebih lanjut terhadap objek sejenis atau aspek lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan penelitian secara praktis diharapkan dapat memiliki kegunaan sebagai berikut :

a. Memberikan masukan bagi organisasi sekolah sebagai bahan pertimbangan pelaksanaan kepemimpinan kepala sekolah dalam menentukan pencapaian tujuan yang mengarah pada keberhasilan dan efektivitas pendidikan serta meningkatkan mutu pendidikan.

b. Sebagai masukan bagi para guru dalam mengembangkan dan meningkatkan profesionalitas kerjanya supaya lebih kreatif dan produktif sehingga menjadi pendidik yang profesional.

D. Paradigma Penelitian

(15)

suatu cara untuk menjabarkan masalah-maslah dunia nyata yang kompleks (Sugiyono, 2002: 24). Dasar dari paradigma penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian ini adalah mencari pengaruh variabel kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja guru terhadap kinerja mengajar guru.

Berdasarkan hal tersebut, disusun paradigma penelitian yang menunjukan hubungan dari variabel-variabel tersebut. Hal ini untuk mempermudah melakukan penelitian, pembahasan dan menarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.

Gambar 1 Paradigma Penelitian Dimensi:

• Membuat keputusan

• Mempengaruhi dan mengarahkan bawahan

• Memilih dan mengembangkan personil

• Mengadakan komunikasi

• Memberikan motivasi

• Melakukan pengawasan

Dimensi:

• Kondisi lingkungan fisik pekerjaan

• Kondisi lingkungan pekerjaan

Dimensi:

• Merencanakan pembelajaran

• Melaksanakan pembelajaran

• Mengevaluasi pembelajaran BUDAYA KERJA GURU

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

(16)

E. Kerangka Berpikir

Robbins (2001: 3) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Gibson et al. (1996: 4) mendefinisikan kepemimpinan sebagai usaha menggunakan suatu gaya mempengaruhi dan tidak memaksa untuk memotivasi individu dalam mencapai tujuan. Sedangkan Manullang (2001: 141) mengungkapkan bahwa kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk berbuat guna mewujudkan tujuan-tujuan yang sudah ditentukan.

Setiap kepala sekolah mempunyai cara dan kemampuan kompetensi yang berbeda-beda dalam menjalankan kepemimpinannya. Perbedaan tersebut tergantung pada tingkat pendidikan, pemahaman terhadap bawahan, dan situasi serta kondisi yang dihadapinya. Pendekatan kepemimpinan yang berpusat pada budaya/situasi mencoba untuk mencocokkan perilaku kepemimpinan dengan tuntutan budaya/situasi dalam rangka peningkatan produktivitas sekolah. Kepemimpinan situasional yang menyarankan agar kepemimpinan sesuai dengan tingkat kematangan guru dan staf sekolah.

Kaitan dengan kepemimpinan, Yukl Gary (1998: 58) mengidentifikasikan empat belas perilaku kepemimpinan yang dikenal dengan taksonomi manajerial sebagai berikut:

1. Merencanakan dan mengorganisasi (Planing and organizing). 2. Pemecahan Masalah (Problem Solving).

3. Menjelaskan peran dan sasaran (Clarifying Roles and Objectives). 4. Memberi informasi (Informimg).

5. Memantau (Monitoring).

6. Memotivasi dan memberi inpirasi (Motivating and Inspiring). 7. Berkonsultasi (onsulting).

(17)

9. Memberi dukungan (Supporting).

10. Mengembangkan dan membimbing (Develoving and Mentoring).

11. Mengelola konflik dan membangun tim (Managing and Team Building). 12. Membangun jaringan kerja (Netwoking).

13. Pengakuan (recognizing).

14. Memberi imbalan (Rewarding).

Dari keempat belas perilaku kepemimpinan tersebut Yulk Gary menggambarkan serta mengkatagorikan sebagai berikut : (1) membuat keputusan, (2) mempengaruhi dan mengarahkan bawahan, (3) memilih dan mengembangkan personil, (4) mengadakan komunikasi, (5) memberikan komunikasi, dan (6) melakukan pengawasan. Dari uraian di atas, merupakan dimensi kepemimpinan kepala sekolah yang akan dikaji dalam penelitian ini.

Budaya kerja diturunkan dari budaya organisasi, karena budaya itu sendiri berkembang sesuai dengan tujuan masing-masing organisasi. Pada budaya organisasi , cara kerja atau interaksi yang biasa terjadi akan membentuk pola sikap anggota di dalam organisasi, sehingga hal ini pula yang akan berpengaruh pada budaya kerja di dalamnya.

Triguno (2000: 3) mengemukakan bahwa budaya kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi, kemudian tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai “kerja” atau “bekerja”.

(18)

kependidikan lainnya serta antar dinas di lingkungannya merupakan wujud dari lingkungnan kerja yang kondusip. Suasana seperti ini sangat dibutuhkan guru dan kepala sekolah untuk melaksanakan kerjanya dengan lebih efektif. Budaya kerja dapat digambarkan melalui sikap saling mendukung (supportive), tingkat persahabatan (colegial), tingkat keintiman (intimate) serta kerja sama (cooperative). Kondisi yang terjadi atas keempat dimensi budaya sekolah tersebut berpotensi meningkatkan kinerja mengajar guru.

Budaya kerja guru adalah penilaian terhadap budaya kerja akan dilakukan melalui persepsi guru terhadap apa yang dilihat, dirasakan dan dipikirkan pada lingkungan kerjanya. Yang dapat dipandang dari dua sudut, yaitu: (1) kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan (2) kondisi lingkungan pekerjaan (Wayne K. Hoy: 201: 189).

Kinerja mengajar guru dapat diartikan sebagai tampilan prestasi kerja guru yang ditunjukan atau hasil yang dicapai oleh guru atas pelaksanaan tugas profesional dan fungsinya dalam pembelajaran yang telah ditentukan pada kurun waktu tertentu. Kinerja mengajar guru dapat pula diartikan sebagai prestasi kerja guru dalam mengelola dan melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran (Rohmah, 2008: 24).

(19)

F. Asumsi-asumsi

Asumsi-asumsi atau anggapan dasar penelitian dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti. Menurut Arikunto, S. (2003: 60-61) bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian dengan maksud: (1) agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti; (2) mempertegas variabel-variabel yang manjadi fokus penelitian; dan (3) berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan asumsi-asumsi penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan masalah penelitian sebagai berikut :

1. James E. Neal J.R. Junior, Guide to Performance Appraisals: 2003. (Wasliman, 2008: 14) berpendapat bahwa ‘kinerja mengajar guru sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah’.

2. Kinerja mengajar guru sangat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu: psikologi yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi; variable individu yang meliputi kemampuan, keterampilan, dan latar belakang kepala sekolah; variable organisasi yang meliputi kepemimpinan kepala sekolah, sumber daya yang meliputi fasilitas belajar mengajar, biaya, tenaga dan manajemen. (Gibsons, Ivansevich, dan Donelly, 1996).

G. Hipotesis Penelitian

(20)

berdasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan asumsi-asumsi penelitian sebagaimana diuraikan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Kepemimpinan kepala sekolah (X1) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kinerja mengajar guru (Y).

2. Budaya kerja guru (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja

mengajar guru (Y).

3. Kepemimpinan kepala sekolah (X1) berpengaruh signifikan terhadap budaya

kerja guru (X2).

4. Kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya kerja guru (X2) secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja mengajar guru (Y).

H. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan data yang akan dianalisis, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan penelitian kuantitatif. Sebagaimana dijelaskan Sugiyono (2008: 14) mengatakan :

Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersipat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

(21)

2. Teknik Pengumpulan Data

Nasir (2003: 328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan angket. Sedangkan statistik yang digunakan adalah statistik inferensial, dan hal ini sejalan dengan pendapat Sugiyono (2008: 209) yang menyatakan “statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi”.

3. Instrumen Penelitian

Pengembangan instrumen ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (a) menyusun indikator penelitian; (b) menyusun kisi-kisi instrumen; (c) melakukan uji coba instrumen; dan melakukan pengujian validitas dan reliabelitas instrumen.

I. Lokasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

(22)

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2005: 6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2008: 57). Populasi dalam penelitian ini adalah semua guru SD Negeri yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung yang berjumlah 137 orang.

b. Sampel

(23)

Memperhatikan pernyataan diatas, pada dasarnya populasi adalah keseluruhan jumlah sumber data yang hendak dipelajari atau dikenai penelitian, dan sampel adalah sebagian populasi yang mewakilinya. Demikian keterkaitan dan pengertian populasi dan sampel.

Memperhatikan pernyataan tersebut diatas, karena jumlah populasi lebih dari 100 orang maka penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel secara acak (Random Sampling). Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane atau Slovin dalam Riduwan (2004: 65) sebagai berikut.

1 . 2 + =

d N

N n

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = Jumlah populasi = 137 responden

(24)

67 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Surakhmad (1990: 131) mengatakan bahwa: “metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu”. Cara utama itu dipergunakan setelah peneliti mempertimbangkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan. Dalam hal ini juga (Wahyu, 1992: 54) menjelaskan bahwa “metode adalah cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan penelitian adalah mengungkap, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara-cara tertentu sesuai dengan prosedur penelitian”.

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian survai dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian survai yang dimaksud adalah bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis. Seperti dikemukakan Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (2003: 21):

Penelitian survai dapat digunakan untuk maksud (1) penjajagan (eksploratif), (2) deskriptif, (3) penjelasan (eksplanatory atau confirmatory), yakni menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis, (4) evaluasi, (5) prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang, (6) penelitian operasional, dan (7) pengembangan indikator-indikator sosial.

(25)

tujuan memisahkan kontribusi dari suatu variabel penyebab terhadap variabel akibat. Variabel sebab akibat tersebut adalah kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja guru, dan kinerja guru. Penelitian dapat memilih variabel yang diteliti dan menghubungkan variabel satu dengan yang lainnya.

Studi yang dikembangkan dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi dan studi dokumentasi. Sedangkan teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket. Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan metode deskriptif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang digunakan dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga diperoleh gambaran pengaruh diantara variabel-variabel tersebut. Langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini yaitu pengumpulan, penyusunan, penganalisaan, dan penginterpretasian, kemudian dari data yang terkumpul maka ditariklah suatu kesimpulan. Karena sifatnya, metode deskriptif kadang disebut juga metode analitik.

B. Oprasional Variabel Penelitian

(26)

terkandung dalam hipotesis-hipotesis penelitian yang dirumuskan, yaitu dengan cara menjelaskan pengertian-pengertian konkret dari setiap variabel sehingga dimensi dan indikator-indikatornya serta kemungkinan derajat nilai atau ukurannya dapat ditetapkan.

1. Operasional Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan dalam penelitian ini diartikan sebagi tindakan-tindakan spesifik kepala sekolah dalam mengarahkan dan mengkoordinasikan kerja anggota kelompok. Gambaran variabel ini diperoleh berdasarkan skor angket persepsi guru mengenai kepemimpinan kepala sekolah. Semakin tinggi skor seseorang, semakin tinggi tingkat persepsinya terhadap kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini diukur melalui dimensi: (1) membuat keputusan, (2) mempengaruhi dan mengarahkan bawahan, (3) memilih dan mengembangkan personil, (4) mengadakan komunikasi, (5) memberikan motivasi, dan (6) melakukan pengawasan (Yulk Gary, 1998: 60).

Operasional variabel kepemimpinan kepala sekolah secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.1

Operasional Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Dimensi Indikator Ukuran Skala

1. Membuat keputusan

Penggunaan Informasi • Tingkat keakuratan informasi Ordinal

• Tingkat relevansi informasi

• Tingkat kelengkapan informasi

• Tingkat kemutakhiran informasi Partisipasi Stakeholder • Tingkat partisipasi guru dalam

(27)

• Tingkat partisipasi komite sekolah dalam mengambil keputusan

Kecepatan dan Ketepatan

• Tingkat ketepatan pengambilan keputusan

• Tingkat kecepatan mengambil keputusan

2. Mempengaruhi dan mengarahkan bawahan

Keteladanan • Tingkat kedisiplinan dalam melaksanakan tugas

• Tingkat ketegasan dalam melaksanakan tugas

• Tingkat kewibawaan dalam melaksanakan tugas Pengarahan • Tingkat pengarahan dalam

memberikan tugas kepada guru

• Tingkat empati kepada guru 3. Memilih dan

mengembangkan personil

Dasar pemilihan dan Pengembangan

• Tingkat pendidikan yang dimiliki guru

• Tingkat pengalaman yang dimiliki guru

• Tingkat kompetensi yang dimiliki guru

Peluang Pengembangan • Tingkat peluang yang diberikan kepada guru untuk studi lanjut

• Tingkat peluang yang diberikan kepada guru untuk mengikuti diklat yang relevan

• Tingkat peluang yang diberikan kepada guru untuk menempati jabatan tertentu

4. Mengadakan komunikasi

Komunikasi Formal • Tingkat komunikasi formal dengan guru

• Tingkat komunikasi formal dengan orang tua siswa

• Tingkat komunikasi formal dengan komite sekolah

• Tingkat komunikasi formal dengan siswa

Komunikasi Informal • Tingkat komunikasi informal dengan guru

• Tingkat komunikasi informal dengan orang tua siswa

• Tingkat komunikasi informal dengan komite sekolah

• Tingkat komunikasi informal dengan siswa

5. Memberikan motivasi

(28)

• Tingkat dorongan kepada guru untuk mencari peluang untuk maju agar lebih optimal dalam bekerja

• Tingkat dorongan kepada guru untuk berinisiatif dalam melakukan pekerjaan

• Tingkat dorongan kepada guru untuk melakukan tugas yang lebih menantang

Mendorong komitmen • Tingkat dorongan kepada guru untuk mempunyai loyalitas terhadap pekerjaan

• Tingkat dorongan kepada guru untuk disiplin dalam melakukan pekerjaan

Menciptakan persaingan • Tingkat penghargaan yang diberikan kepada guru

• Tingkat sanksi yang diberikan kepada guru

6. Melakukan pengawasan

Pengawasan Langsung • Mengecek pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh guru

• Memberikan bimbingan kepada guru dalam melaksanakan tugas

• Memeriksa kesesuaian laporan dengan hasil kerja guru Pengawasan tidak

langsung

• Meminta laporan hasil pekerjaan guru secara tertulis

• Mengoreksi pekerjaan guru secara periodik

2. Operasional Variabel Budaya Kerja Guru (X2)

Budaya kerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penilaian terhadap budaya kerja akan dilakukan melalui persepsi guru terhadap apa yang dilihat, dirasakan dan dipikirkan pada lingkungan kerjanya. Yang dapat dipandang dari dua sudut, yaitu: (1) kondisi lingkungan fisik pekerjaan, dan (2) kondisi lingkungan pekerjaan (Wayne K. Hoy: 201: 189).

(29)

persepsinya terhadap budaya kerja. Operasional variabel budaya kerja guru secara lebih rinci dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 3.2

Operasional Variabel Budaya Kerja Guru (X2)

Dimensi Indikator Ukuran Skala

1. Kondisi

• Penghargaan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas

• Perhatian kepala sekolah tentang kesulitan yang dialami

Pemberian kesejahteraan

• Mendapat bagian keuntungan dari usaha sekolah

Mendapat pembayaran kelebihan jam mengajar

• Mendapat penggantian uang transport Terpenuhi sarana

dan prasarana

• Mendapat pakaian seragam di luar yang diberikan pemerintah

• Mendapat ruang kerja, kamar kecil, mushola 2.Kondisi

• Mendapat kemudahan bekerja di tempat lain

• Mendapat kehormatan untuk memimpin kegiatan sekolah

• Mendapat kesempatan untuk menghadiri rapat-rapat dengan intansi terkait

• Mendapat kesempatan mengikuti forum-forum ilmiah

Dapat merancang dan mendesain pekerjaan

• Mendapat rancangan dan desain pekerjaan

• Mendapat bagian tugas mengajar

• Mendapat ajakan untuk ikut berpartisipasi memelihara dan merawat lingkungan sekolah Pengawasan dan

disiplin kerja

• Mendapat perhatian terhadap tugas yang diemban

• Mendapat teguran apabila datang terlambat atau tidak masuk kelas

• Menjalin keakraban dengan teman sejawat

• Menjalin komunukasi dengan orang tua siswa

• Menjalin komunikasi dengan kepala sekolah

Fungsi

• Memberikan kesempatan untuk berkreasi atau berinovasi

(30)

Menetapkan kebijakan secara personil

• Kepedulian terhadap pekerjaan

Menetapkan

• Merumuskan dan memutuskan tujuan sekolah bersama seluruh warga sekolah

Menetapkan kebijakan kompensasi

• Keputusan yang berkaitan dengan masalah personalia

Penetapan kebijakan pengelolaan sekolah

• Keputusan sekolah yang dikeluarkan berdasarkan musyawarah dan mufakat

3. Operasional Variabel Kinerja Mengajar Guru

Kinerja mengajar guru dalam penelitian ini diartikan sebagai unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Gambaran variabel ini diperoleh berdasarkan skor angket persepsi guru terhadap kinerjanya. Semakin tinggi skor seseorang, semakin tinggi tingkat persepsinya terhadap kinerja mengajar. Dimensi variabel ini meliputi: (1) merencanakan pembelajaran, (2) implementasi pembelajaran, dan (3) mengevaluasi pembelajaran (Nasution, 2003: 184-185).

Operasional variabel kinerja guru secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.3

Operasional Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)

Dimensi Indikator Ukuran Skala

1. Merencanakan pembelajaran

Merencanakan tujuan pembelajaran

• Urutan tujuan dari yang mudah kepada yang sukar

Ordinal

• Kejelasan kriteria pencapaian tujuan Merencanakan

bahan pengajaran

• Berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum

(31)

• Menyusun bahan pengajaran sesuai dengan tarap kepampuan berpikir siswa

Merencanakan kegiatan belajar mengajar

• Menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas sesuai dengan tujuan pembelajaran

• Menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar

• Menentukan cara pengorganisasian murid agar terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar

• Menentukan pengembangan alat pengajaran

• Menentukan media pengajaran

• Menentukan sumber pengajaran Merencanakan

penilaian

• Menentukan jenis penilaian

• Menentukan bentuk penilaian

• Membuat alat penilaian hasil belajar 2. Implementasi

pembelajaran

Membuka pembelajaran

• Menyampaikan bahan pengait/apersepsi

• Menyampaikan tujuan

• Memotivasi siwa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar Menyampaikan

pelajaran

• Menyampaikan bahan secara sistematis

• Memberi contoh

• Menggunakan alat/media pengajaran

• Menggunakan metode pengajaran

• Memberi kesempatan pada siswa untuk aktif

• Memberikan penguatan pada siswa

• Mengatur penggunaan waktu

• Mengorganisasi murid

• Mengatur dan memanfaatkan fasilitas belajar

Menutup pembelajaran

• Menyimpulkan pelajaran

• Memberikan tindak lanjut

3. Mengevaluasi pembelajaran

Pelaksanaan evaluasi

• Melaksanakan evaluasi selama PBM berlangsung

• Melaksanakan evaluasi pada akhir pelajaran

• Jenis evaluasi sesuai dengan kegiatan belajar mengajar yang telah diberikan

• Kesesuaian evaluasi dengan tujuan

• Kesesuaian evaluasi dengan bahan pelajaran

• Menafsirkan hasil evaluasi Pelaksanaan tindak

lanjut

• Melaksanakan pengajaran perbaikan

• Melaksanakan pengajaran pengayaan

(32)

4. Variabel Penelitian

Sugiyono (2008: 61) mengatakan bahwa: “variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja guru, sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah kinerja mengajar guru.

Hubungan dari ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada desain penelitian sebagai berikut:

Gambar 2 Desain Penelitian

Keterangan:

X1 = Kepemimpinan kepala sekolah

X2 = Budaya kerja guru

Y = Kinerja mengajar guru ∈

∈ ∈

∈ = Residual (variabel sisa)

∈ ∈ ∈ ∈

(X1)

(X2)

(Y) ryx1

R2y1x2

(33)

C. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi Penelitian

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya (Sudjana, 2005: 6). Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007: 57). Dalam penelitian ini yang menjadi populasinya adalah semua guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung yang melakukan kegiatan pengajaran tahun ajar 2009/2010 dan berstatus Pegawai Negeri Sipil sebanyak 137 orang sebagai berikut.

Tabel 3.4

Jumlah Populasi Guru

No Nama Sekolah Jumlah

1. SDN Girimekar I 8

2. SDN Girimekar II 7

3. SDN Girimekar III 12

4. SDN Sekemandung I 9

5. SDN Sekemandung II 8

6. SDN Cinangka I 7

7. SDN Cinangka II 7

8. SDN Cinangka III 10

9. SDN Cikapundung I 3

10. SDN Cikapundung II 8

(34)

12. SDN Legok Hayam 6

13. SDN Cikalamiring 8

14. SDN Ciwaru 8

15. SDN Palalangon 5

16. SDN Pasirluhur 7

17. SDN Mekarlaksana 8

18. SDN Jati Endah 11

Total 137

Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

2. Sampel Penelitian

Arikunto (2005: 117) mengatakan bahwa: “Sampel adalah bagian dari populasi.” Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel bahwa: “mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya (asumsi-asumsi statistik), serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.” Nasution (2005: 135). Sedangkan Arikunto (2005: 120), berkaitan dengan teknik pengambilan sampel mengemukakan bahwa: “untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% - 25%”.

(35)

secara acak (Random Sampling). Sedangkan teknik pengambilan sampel

d2 = Presisi (ditetapkan 10 % dengan tingkat kepercayaan 95%) Berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah sampel sebagai berikut :

responden

Dengan rumus di atas, maka diperoleh jumlah sampel dan dibuatkan seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.5

Jumlah Populasi dan Sampel

No Nama Sekolah Populasi Proporsi Sampel

(36)

10. SDN Cikapundung II 8 8/137 x 58 4

11. SDN Palintang Jaya 5 5/137 x 58 2

12. SDN Legok Hayam 6 6/137 x 58 3

13. SDN Cikalamiring 8 8/137 x 58 3

14. SDN Ciwaru 8 8/137 x 58 3

15. SDN Palalangon 5 5/137 x 58 2

16. SDN Pasirluhur 7 7/137 x 58 3

17. SDN Mekarlaksana 8 8/137 x 58 4

18. SDN Jati Endah 11 11/137 x 58 5

Total 137 58

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Nasir (2003: 328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Data yang akan dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Sehubungan dengan pengertian teknik pengumpulan data dan wujud data yang akan dikumpulkan, maka dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data yaitu dengan menggunakan angket.

(37)

pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.

Sesuai dengan tujuan dan metode penelitian yang ditetapkan, jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data tersebut diperoleh berdasarkan hasil pengukuran terhadap tiga variabel yaitu: dua variabel bebas kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya kerja guru (X2) dan variabel terikat kinerja guru (Y).

Data penelitian dikumpulkan menggunakan kuesioner atau angket yang disebarkan kepada responden yang telah dipilih sebagai sampel penelitian. Kuesioner tersebut dikembangkan oleh peneliti dalam bentuk lima skala katagori model Likert (Sugiyono, 2002). Kuesioner terdiri dari sejumlah butir pertanyaan atau pernyataan yang dilengkapi dengan 5 alternatif respon/jawaban. Pengukuran dilakukan dengan cara responden untuk memilih salah satu respon/jawaban yang disediakan. Setiap alternatif jawaban mendapat bobot skor antara 1 sampai 5. 2. Instrumen Penelitian

Untuk pengembangan instrument dalam penelitian ini ditempuh melalui beberapa cara, yaitu (a) menyusun indikator penelitian; (b) menyusun kisi-kisi instrumen; (c) melakukan uji coba instrumen; dan melakukan pengujian validitas dan reliabelitas instrumen.

(38)

coba, pengujian validitas dan reliabilitas instrument penelitian akan dilaksanakan dan dipaparkan pada bab empat berikutnya.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

(39)

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini guru SD Negeri yang berada dilingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Melalui teknik model angket ini akan dikumpulkan data yang berupa jawaban tertulis dari responden atas sejumlah pertanyaan yang diajukan di dalam angket tersebut. Indikator-indikator yang merupakan penjabaran dari variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) budaya

kerja guru (X2), dan kinerja mengajar guru (Y), merupakan materi pokok yang

diramu menjadi sejumlah pernyataan di dalam angket. 1. Menguji Validitas

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap

konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang seharusnya diukur. Berkaitan dengan pengujian validitas instrumen menurut Arikuno (Riduwan, 2004: 109) menjelaskan bahwa ‘validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur’. Alat ukur yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi antara bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment adalah:

(40)

Arti tanda -tanda dalam rumus tersebut adalah : r hitung = Koefisien korelasi

ΣX = Jumlah skor item

ΣY = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus :

r = Koefisien korelasi hasil r hitung

n = Jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2)

Kaidah keputusan : Jika t hitung > t table berarti valid, sebaliknya

Jika t hitung < t table berarti tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenal indeks korelasinya (r) sebagai berikut :

Antara 0,800 – 1,000 : sangat tinggi

(41)

Langkah 1 : menghitung varians Skor tiap-tiap item dengan rumus:

Langkah 2 : menjumlahkan varians semua item dengan rumus: ΣSi = S1 – S2 – S3 ….. Sn

Keterangan :

ΣSi = Jumlah varians semua item

S1, S2, S3…n = Varians item ke-1, 2, 3, …..n

Langkah 3 : menghitung varians total dengan rumus: ( )

Langkah 4 : masukkan nilai Alpha dengan rumus:

(42)

Sedangkan untuk mendapatkan tingkat ketepatan (keterandalan atau keajegan) alat pengumpul data (instrumen) setiap item, digunakan uji reliabilitas dengan rumus Korelasi Product Moment sebagai berikut:

(

) (

)( )

Untuk mencari reliabilitas instrument digunakan rumus Spearman Brown yakni :

Untuk mengetahui koefisien signifikan atau tidak digunakan distribusi (Tabel r) untuk α = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk = n–2). Kemudian membuat keputusan dengan membandingkan r11 dengan r tabel. Adapun kaidah

keputusan yang digunakan adalah:

Jika r11 > r table, maka disimpulkan bahwa instrument reliabel.

(43)

3. Analisis Data

Kegiatan yang cukup penting dalam keseluruhan proses penelitian adalah pengolahan data. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dengan demikian hasil penelitianpun akan segera diketahui.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis korelasi Pearson Product Moment dan korelasi ganda. Analisis ini akan digunakan dalam menguji besarnya pengaruh dan kontribusi variabel X1, dan X2

terhadap Y. Analisis ini untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan pengaruh kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya kerja guru (X2) secara

bersama-sama berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru (Y) SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Rumus analisis korelasi Pearson Product Moment (PPM) adalah sebagai berikut :

(

) (

)( )

(44)

arti harga r akan dikonsultasikan dengan Tabel interpretasi Nilai r sebagai berikut:

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Pengaruh 0,80 – 1,000 tersebut diuji dengan Signifikansi dengan rumus :

2

Sedangkan kaidah keputusan yang digunakan adalah:

Jika t hitung > t table, maka disimpulkan bahwa instrument signifikan.

Jika t hitung < t table, maka disimpulkan bahwa instrument tidak signifikan.

(45)

sumbangan atau ikut menentukan variabel Y. Sumbangan dicari dengan menggunakan rumus :

KD = r2 x 100 % Keterangan :

KD = Nilai koefisien diterminan ( Kontribusi antar variabel) r = Nilai koefisien korelasi

Mengetahui pengaruh antara variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y

digunakan rumus korelasi ganda sebagai berikut:

2

Selanjutnya untuk mengetahui signifikansi korelasi ganda dicari dulu Fhitung, kemudian dibandingkan dengan F table.Rumus untuk menentukan F hitung

Menentukan nilai Ftabel menggunakan Tabel F dengan rumus:

(46)

Untuk mendeskripsikan frofil masing-masing variabel penelitian dilakukan perhitungan prosentase rata-rata dari setiap variabel, yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan atau gambaran umum jawaban responden terhadap variabel penelitian. Prosentase rata-rata masing-masing variabel ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :

X 100 % Sid

x

P = i

(Riduan dan Akdon, 2006 ;158) Keterangan :

P = Presentase skor rata-rata yang dicari

X = Skor rata-rata setiap variabel

Sid = Skor ideal setiap variabel

Setelah hasilnya diperoleh, kemudian dikonsultasikan dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.7

Kriteria Skor Rata-rata Variabel

Prosentase Kualifikasi 0,00 % - 59,99 %

60,00 % - 69,99 % 70,00 % - 79,99 % 80,00 % - 89,99 % 90,00 % - 100,00%

(47)
(48)

116 BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh data empirik mengenai kepemimpinan kepala sekolah, budaya kerja guru, dan kinerja mengajar guru. Temuan penelitian yang menunjukkan pengaruh masing-masing variabel di analisis menggunakan teknik analisis korelasi sederhana dan korelasi ganda, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru SD Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan UPTD TK dan SD Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung. Hubungan variabel kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru adalah 0,74 sedangkan kontribusi/pengaruh variabel X1 terhadap Y sebesar 54,76%

(49)

memberikan jawaban atas penjelasan bahwa “keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah”.

2. Budaya kerja guru berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru. Hubungan variabel budaya kerja guru terhadap kinerja mengajar guru adalah 0,70 sedangkan kontribusi/pengaruh variabel X2 terhadap Y sebesar

49,00% kemudian sisanya 51,00% ditentukan oleh variabel lain. Informasi ini memberikan keterangan bahwa variabel budaya kerja guru berpengaruh kuat terhadap kinerja mengajar guru. Kesimpulan bahwa budaya kerja guru diharapkan mampu menciptakan suasana dan hubungan kerja guru dalam mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif. Kondisi ini sangat dibutuhkan dalam peningkatan kinerja guru.

3. Kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan budaya kerja guru. Hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan budaya kerja guru adalah 0,971 sedangkan kontribusi/pengaruh variabel X1 dengan X2 sebesar

94,28% sedangkan sisanya 5,72% ditentukan oleh variabel lain. Temuan penelitian ini menerangkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah mempunyai kaitan yang positif dengan budaya kerja guru. Kesimpulan bahwa pelaksanaan budaya kerja guru yang efektif berarti menciptakan lingkungan kerja yang serasi dan harmonis. Suasana ini di ciptakan oleh hubungan yang positif antara kepala sekolah dan guru. Demikian keterkaitan antara kepemimpinan kepala sekolah dan budaya kerja guru.

(50)

variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) dan budaya kerja guru (X2)

terhadap kinerja mengajar guru (Y) tergolong kuat. Sedangkan kontribusi/pengaruh secara bersama-sama (simultan) variabel (X1) dan (X2)

terhadap (Y) = R2 x 100% atau 0,742 x 100% = 54,76% sedangkan sisanya 45,245% ditentukan oleh variabel lain. Kemudian besar kecilnya pengaruh

terhadap kinerja guru dapat diprediksi melalui persamaan regresi = 13,43 +

1,08 − 0,35 . Kesimpulan dari penjelasan ini menerangkan bahwa

apabila kepemimpinan kepala sekolah efektif dan didukung dengan budaya kerja guru yang kondusif, akan dapat meningkatkan kinerja guru produktif.

B. Implikasi

Berdasarkan pada kesimpulan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa implikasi sebagai berikut:

(51)

melaksanakan kerjanya dengan lebih efektif. Untuk hal tersebut perlu peningkatan budaya kerja yang lebih baik (kondusif).

3. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah. Ciri-ciri yang menempatkan sekolah memiliki karakter tersendiri, di mana terjadi proses belajar mengajar, tempat terselenggaranya pembudayaan kehidupan umat manusia. Karena sifatnya, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dalam hal ini diperlukan kepemimpinan kepala sekolah yang mampu mewujudkan suasana dan lingkungan kerja demi terciptanya budaya kerja yang kondusif.

4. Kinerja guru akan produktif jika didukung oleh kepemimpinan kepala sekolah yang efektif serta mampu menciptakan suasana lingkungan kerja serta didukung pula dengan budaya kerja guru yang kondusif.

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi tersebut, maka dapat direkomendasikan sebagai berikut:

1. Bagi Dinas Pendidikan

(52)

a. Melakukan pembinaan intensif kepada kepala sekolah untuk meningkatkan kemampuannya dalam membina guru. Kebijakan yang perlu ditetapkan untuk mendukung kepentingan tersebut misalnya penegasan kembali tugas pokok dan fungsi kepala sekolah dalam pembinaan guru. Disamping itu dapat dikembangkan program kegiatan seperti: (1) menyelenggarakan pendidikan/ pelatihan bagi kepala sekolah dengan materi pembinaan/supervisi pendidikan; (2) menyediakan sumber belajar (pedoman) bagi kepala sekolah sehingga dapat meningkatkan kemampuannya sebagai pemimpin dan pengelola pendidikan terutama dalam membina dan mengembangkan kemampuan guru.

b. Melakukan pembinaan intensif kepada guru untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran. Program kegiatan yang dapat dikembangkan untuk kepentingan tersebut antara lain:

(1) menyelenggarakan pendidikan/pelatihan untuk peningkatan kompetensi guru; (2) menyediakan media/sumber belajar bagi guru sehingga secara mandiri dapat meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan tugas pembelajaran; (3) mengoptimalkan peran pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi sebagai bentuk layanan bantuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembalajaran.

(53)

2. Bagi Kepala Sekolah

Terselenggaranya pengelolaan pendidikan pada tingkat satuan lembaga pendidikan (sekolah) merupakan tanggung jawab pokok kepala sekolah. Salah satu fungsi kepala sekolah dalam pengelolaan pendidikan adalah melakukan pembinaan dan pengembangan guru agar dapat menunjukkan kinerja terbaiknya. Pada akhirnya kinerja guru tersebut akan bermuara pada pencapaian kualitas belajar siswa serta peningkatan mutu sekolah. Didasari atas kelemahan-kelemahan yang ditemui dilapangan, diajukan rekomendasi bagi kepala sekolah dalam rangka peningkatan kinerja guru dan kualitas belajar siswa yaitu sebagai berikut:

a. Kepala sekolah sebagai pengelola dan juga pemimpin sekolah diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya dalam membina dan mengembangkan kemampuan guru. Hal ini dapat diwujudkan melalui: (1) peningkatan kemampuan dalam bidang pembelajaran untuk ditularkan kepada guru; (2) mengoptimalkan peran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi pendidikan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan memperbaiki kinerja guru; serta (3) membantu guru memecahkan permasalahan terkait dengan kegiatan pembelajaran ataupun bimbingan siswa. Kepala sekolah diharapkan dapat menjadi tumpuan peningkatan kinerja guru karena memiliki peran fungsional dalam pembinaan guru.

(54)

komunikasi yang harmonis antara guru dengan guru, guru dengan staf ataupun guru dengan kepala sekolah.

3. Bagi Guru

Keberhasilan belajar siswa di sekolah merupakan wujud keberhasilan pelaksanaan tugas guru sebagai pendidik. Implementasi peran guru dalam mendidik siswa dapat dilihat dari kinerjanya dalam melaksanakan tugas pembelajaran. Apabila keseluruhan aktivitas pembelajaran terlaksana dengan baik maka kualitas belajar siswa menjadi lebih baik dan pendidikan di sekolah dapat mencapai keberhasilannya. Dari kelemahan-kelemahan yang ditemui di lapangan, maka direkomendasikan bagi guru dalam rangka peningkatan kinerjanya sebagai berikut:

(55)
(56)

124

DAFTAR PUSTAKA

Akdon, dan Ridwan. (2006). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian Untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruci.

Anwar Idochi, M. (1984). Pengaruh Iklim Organiasasi Sekolah dan Kepuasan Kerja terhadap Performans Kerja Guru SMEA di Kota Bandung. Tesis. Bandung: UPI.

Arifin, R. (2003). Perilaku Organisasi. Malang: Bayu Media.

Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

---,. (2005). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Danumiharja. (2001). Kepemimpinan dan Motivasi. Bandung: Ghalia Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. (2009). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: UPI

Drucker, Peter F. (1997). Managing in a Time of Great Change. Terjemahan. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

Fattah, N. (2000). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Fakry Gaffar, M. (1987). Perencanaan Pendidikan: Teori dan Metodologi. Jakarta: Depdikbud.

Gibson, James L., John M, Ivansevich. dan James H. Donnely, Jr. (1996). Organisasi, perilaku, Struktur, Proses. (Alih Bahasa Nunuk Adiarni). Jakarta: Binarupa Aksara.

Handayaningrat, S. (1998). Pengantar studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung.

(57)

Hasibuan, Malayu SP. (2000). Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung.

---. (2001). Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta: Bumu Aksara. Hoy, Wayne K. & Miskel, Cecil G. (2001). Educational Administrations:

Theory,Research, and Practice (6th ed,international edition). Singapore: McGraw Hill Co.

Jalal, F. (2005). Kebijakan Pendidikan dalam Profesionalisasi Pendidik dan Tenaga kependidikan dalam Upaya Meningkatkan Kualitas Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Jogiyanto. (2003). Sistem Teknologi Informasi. Yogyakarta: Andi.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1988). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.

Komariah, A. dan Triana. C. (2006). Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Komaruddin. (1990). Manajemen Berdasarkan Sasaran. Jakarta: Bumi Aksara. ---. (1994). Manajemen Kantor Teori dan Praktek. Edisi Revisi.

Bandung: Trigenda Karya.

---. (1994). Ensiklopedia Manjemen. Jakarta: jakarta.

Majid, A. (2005). Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Manullang, M. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Martoyo, S. (1992). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Yogyakarta: BPFE.

Mulyasa, E. (2004). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. (2007). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

(58)

Ndraha, T. (1997). Budaya Organisasi. Jakarta: PT. Pustaka Rineka Cipta.

Nurdin, S. (2005). Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat: Quantum Teaching.

Nurgana, Endi. (1993). Statistika Penelitian. Bandung: CV. Permadi.

Paramita, B. (1999). Pengantar Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Peraturan Pemerintah RI. (2005). Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: CV. Eka Jaya.

Rahman, dkk. (2005). Peran Strategis Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Bandung: Alqaprint Jatinangor.

Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung: CV Alfabeta. Robbins, Stephen P. (2001). Organizational Behavior. New Jersey: Pearson

Educatioan International. Edisi terjemahan.

Rohmah, Ifa F. (2008). Kontribusi Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Guru (Studi Kasus pada SD Swasta di Kabupaten Purwakarta)”. Sekolah Pascasarjana UPI: Tesis tidak diterbitkan.

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Alfabeta.

Senge, Peter. M. (1990). The Fifth Discipline. The Art and Practice of Learning Organization. New York, Doubleday-Dell Publishing Group. Inc.

Siagian, Sondang P. (1980). Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Gunung Agung.

Singarimbun, M. dan Effendi (2003). Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES. Sudjana. (2005). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

(59)

Sumaryani, C. (2008). Kontribusi Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dan Iklim Organisasi Sekolah terhadap Produktivitas Sekolah (Studi pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Karawang). Sekolah Pascasarjana UPI: Tesis tidak diterbitkan.

Surakhmad, Winarno. (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah. Dasar Metode Teknik. Bandung: Tarsito.

Surya, M. (2005). Mencermati Kebijakan Pendidikan dalam Mewujudkan Kemandirian Guru. Makalah Simposium Nasional Pendidikan tentang Rekonstruksi Profesi guru dalam Kerangka Reformasi Pendidikan di Unmuh Malang.

Sustermeister, Robert A. (1985). People and Productivity. New York: MCGraw-Hill Book Company.

Tilaar, H.A.R. (2001). Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam Persepektif Abad 21. Magelang: Tera Indonesia.

Triguno. (2000). Budaya Kerja: Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja. Jakarta: PT. Golden Terayon Press.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Diknas.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Bandung: Citra Umbara.

Ustara, U. (2007). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Pelatihan Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru.Sekolah Pascasarjana UPI: Tesis tidak diterbitkan.

Wahjosumidjo. (1995). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Wahyu. (1992). Bimbingan Penulisan Skripsi. Bandung: Tarsito.

Wasliman, D. (2008). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Kesediaaan Fasilitas Belajar Mengajar Terhadap Kinerja Mengajar Guru. Sekolah Pascasarjana UPI: Tesis tidak diterbitkan.

(60)

Yuniarsih Tjutju. (1988). Manajemen Organisasi. Bandung: IKIP Bandung Press.

Internet

Damayanti, S. (2008). Profesionalisme Kepemimpinan Kepala Sekolah. http://www.njouba.com/seach.do? [21 Juni 2010].

Fancy, Howard. (1999). Principal Performance Management.http://www.minedu. govt.nz/web/downloadable/dl3852/vl/principalperfmgt.pdf.[20 Juni 2010]. Florida Departemen of Education. (2004). Middle Grade Issue 6and Performance:

http://www. Flmiddlegradesre form.com/pdf/meeting02/leadperform. pdf. [20 Juni 2010].

Fry, Betty, et al. (2007). Schools Need Good Leaders Now: State Progress in Creating a Learning-Centered School Leadership System. Altanta, GA: Southern Regional Education Board. www.sreb.org. [20 Juni 2010].

Isjoni. (2004). Kinerja Guru. http://www.gunadarma.ac.id/library/articel/graduate /psikologi/2009. [21 Juni 2010].

Meisiska. (2010). Budaya Kerja Guru. http://www.facebook.com/extern/login_ status.php?api. [21 juni 2010].

Phillips, V. L. (2003). Leadership in education: flavor of the mont or serious business. Pennsylvania: National College for School Leadership: http://www.ncsl.org.uk. [21 Juni 2010].

Sudrajat, A. (2008). Kepemimpinan Pendidikan. http://www.info/search/.[21 Juni 2010].

Syidik, M. (2007). Pengaruh peran kepala sekolah sebagai supervisor terhadap kinerja guru pada SD Negeri di Kecamatan Coblong Kota Bandung.

http://diqibil.upi.edu/pasca/apilable/etd.0830107-105233/. [21 Juni 2010]. Wulandari, A. (2010). Pengaruh Komitmen Anggota dan Budaya Kerja Terhadap

(61)

Gambar

Gambar 1  Paradigma Penelitian
Tabel 3.1 Operasional Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah (X
Tabel 3.2 Operasional Variabel Budaya Kerja Guru (X
Tabel 3.3 Operasional Variabel Kinerja Mengajar Guru (Y)
+6

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan Surat Penetapan Penyedian Barang dan Jasa Nomor: 19/PPBJ/02.12/DPKP/VI/2014, Tanggal 23 Juni 2014, Dengan ini Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa Dinas Pertanian

ECDHP Elliptic Curve Diffie–Hellman Problem ECDLP Elliptic Curve Discrete Logarithm Problem ECDSA Elliptic Curve Digital Signature Algorithm ECIES Elliptic Curve Integrated

KONSEP GELOMBANG MEKANIK DALAM FORMAT ANIMASI DAN PENGGUNAANNYA DALAM IDENTIFIKASI..

meyakinkan PT X untuk memprioritaskan e-learning sebagai media pembelajaran yang penting dalam mendukung penerapan manajemen pengetahuan, karena. dengan e-learning karyawan

Saat ini pemakaian jasa internet sebagai sarana untuk memperoleh informasi semakin banyak digunakan karena jangkuannya yang luas, internet sangat ideal bila digunakan sebagai

Eksternalisasi membutuhkan penyajian tacit knowledge ke dalam bentuk yang lebih umum sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Pada tahap eksternalisasi ini, individu

Ke-tiga, seorang remaja akan dianggap sebagai bagian dari kelompok jika ia berpenampilan atau bertingkah laku serupa dengan anggota kelompok lainnya, dan yang terakhir adalah