• Tidak ada hasil yang ditemukan

CERMINAN BUDAYA PADA LEKSIKON PERKAKAS PERTANIAN TRADISIONAL DALAM BAHASA SUNDA :STUDI ETNOLINGUISTIK DI DESA PANGAUBAN,KECAMATAN PACET, KABUPATEN BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "CERMINAN BUDAYA PADA LEKSIKON PERKAKAS PERTANIAN TRADISIONAL DALAM BAHASA SUNDA :STUDI ETNOLINGUISTIK DI DESA PANGAUBAN,KECAMATAN PACET, KABUPATEN BANDUNG."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

CERMINAN BUDAYA PADA LEKSIKON PERKAKAS

PERTANIAN TRADISIONAL DALAM BAHASA SUNDA

:STUDI ETNOLINGUISTIK DI DESA PANGAUBAN,

KECAMATAN PACET, KABUPATEN BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Nurshopia Agustina

0906368

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

CERMINAN BUDAYA PADA LEKSIKON PERKAKAS

PERTANIAN TRADISIONAL DALAM BAHASA SUNDA

:STUDI ETNOLINGUISTIK DI DESA PANGAUBAN,

KECAMATAN PACET, KABUPATEN BANDUNG

oleh

Nurshopia Agustina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Nurshopia Agustina 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

(4)

ii

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

(5)

ii

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(6)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI 1.2.2 Pembatasan Masalah………... 8 8 8

1.2.3 Perumusan Masalah………. 9

1.3Tujuan Penelitian ………... 9 1.4 Manfaat Penelitian ………...

1.4.1 Manfaat Teoretis………..

BAB II PENELITIAN TERDAHULU, IHWAL

ETNOLINGUISTIK, DAN RELATIVITAS BAHASA SERTA

BUDAYA

2.1Penelitian Terdahulu ……… 2.2Ihwal Etnolinguistik………. 2.2.1 Pengertian Etnolinguistik……… 2.2.2 Kedudukan Etnolinguistik dalam Ilmu Linguistik………...

(7)

v

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2.2.3 Pengertian Leksikon ……… 2.2.4 Kata dan Klasifikasi Kata dalam Bahasa Indonesia………. 2.2.5 Kata dan Klasifikasi Kata dalam Bahasa Sunda………….. 2.3Relativitas Bahasa dan Budaya ……… 2.3.1 Konsep-Konsep Pola Pikir………... 2.3.2 Cermin Kebudayaan Masyarakat Desa pangauban………..

2.3.3 Etnografi Sunda………

2.3.4 Pandangan Orang Sunda terhadap Lingkungannya………. 2.3.5 Selayang pandang Desa Pangauban ………

20 3.6 Teknik Pengumpulan Data………..

34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ………... 4.1.1 Klasifikasi Leksikon perkakas Pertanian Tradisional

dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung ………... 4.1.2 Deskripsi Leksikon perkakas Pertanian Tradisional

dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung……… 4.1.3 Cerminan Gejala Kebudayaan Leksikon perkakas

43

43

(8)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Pertanian Tradisional dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet, Kabupaten

Bandung……… 93

4.2 Pembahasan ………... 4.2.1 Klasifikasi Leksikon perkakas Pertanian Tradisional

dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan

Pacet, Kabupaten Bandung ………

4.2.2 Deskripsi Leksikon perkakas Pertanian Tradisional dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan

Pacet, Kabupaten Bandung……….

4.2.3 Cerminan Gejala Kebudayaan Berdasarkan Leksikon perkakas Pertanian Tradisional dalam Bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,

Kabupaten Bandung………

165

165

168

170

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ………..………….. 178

5.2 Saran ………... 180

DAFTAR PUSTAKA ………. 181

LAMPIRAN 1

1. 1. Lembar Observasi Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional

2. dalam Bahasa Sunda ……….. 185

LAMPIRAN 2

(9)

1

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai makhluk sosial, orang Sunda dapat mengembangkan jenis-jenis khas yang menarik yaitu mengembangkan macam-macam agroekosistem seperti berladang, bercocok tanam, membuat pekarangan dan berkebun sayuran. Di masyarakat Sunda dikenal dua sistem pertanian bercocok tanam padi, yaitu sistem perladangan dan sistem sawah. Berbagai macam argoekosistem merupakan hasil adaptasi petani tatar Sunda yaitu dengan memanfaatkan ekosistem lokalnya supaya bisa dipengaruhi oleh latar belakang sistem sosial dan kebudayaan setempat (Iskandar dan Iskandar, 2011: 5 dan 40).

Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet, Bandung, Jawa Barat, mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah bertani. Pemanfaatan tanah dipakai sebagai lahan untuk bertani dan bercocok tanam, meskipun ada sebagian masyarakat yang memanfaatkan tanahnya untuk berwirausaha. Perkebunan-perkebunan terlihat sebagai daerah-daerah dengan ciri khas di tengah-tengah daerah pertanian rakyat pedesaan. Tanah yang subur dan iklim yang baik menjadikan Jawa Barat khususnya Desa Pangauban merupakan salah satu daerah perkebunan yang terpenting di Indonesia (Koentjaraningrat, 2007: 314).

Kegiatan sehari-hari masyarakat Pangauban beraneka ragam, misalnya pada musim panen, masyarakat Desa Pangauban bergotong royong untuk bercocok tanam, menanam sayur-sayuran, dan menanam padi. Oleh karena itu, bertani merupakan salah satu cara hidup yang mencerminkan masyarakat Desa Pangauban dalam aktivitas bertani.

(10)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

memahami budaya penuturnya. Leksikon perkakas pertanian tradisional masyarakat Desa Pangauban dapat memberikan cerminan tentang pandangan kolektif orang Sunda terhadap dunianya.

Dalam konteks ini, pandangan hidup orang Sunda mengandung berbagai hal tentang manusia sebagai pribadi, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam, manusia dengan Tuhan, dan tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasaan batiah (Warnaen, dkk., 1987: 164-165; Garna, 2008: 187).

Petani sebagai komponen utama senantiasa perlu melakukan adaptasi dengan lingkungannya (Iskandar dan Iskandar, 2011: 26). Sejalan dengan pernyataan di atas, secara jelas segala aktivitas dan benda yang terkait dalam istilah pertanian, petani harus memiliki strategi dalam mengalokasikan sumberdaya dan harus memiliki konsep lingual yang menandainya. Seperti halnya leksikon perkakas pertanian tradisional, konsep-konsep lingual tersebut merupakan bagian dari leksikon pertanian yang mencerminkan ide dan kemampuan berpikir sebuah masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Marzail (Iskandar dan Iskandar, 2011: 26) mengemukakan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda menunjukkan penguasaan orang Sunda terhadap pengetahuan tertentu. Oleh karena itu, kebudayaan bertani sangat penting sebagai alat untuk beradaptasi sebagai strategi untuk merespons perubahan lingkungan (ekosistem) atau perubahan sistem sosial, dalam menghadapi masalah-masalah, dengan lingkungan sosial, budaya ekonomi, politik dan ekologi tempat mereka tinggal.

(11)

3

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menggunakan kerbau untuk membajak sawah, sebenarnya dengan tidak langsung petani sudah menyebarkan pupuk hewani yang berasal dari kotoran kerbau yang berfungsi menyuburkan sawah.

Penjelasan di atas, merupakan sebagian kecil nilai kearifan lokal dan cerminan kebudayaan yang terdapat dari leksikon perkakas pertanian tradisional. Oleh karena itu, masyarakat Desa Pangauban harus mengetahui bahwa nilai kearifan lokal dan cerminan kebudayaan dalam penggunaan kerbau memiliki manfaat dan nilai positif khususnya untuk para petani. Kegiatan bertani harus lebih digalakkan lagi karena bertani merupakan salah satu dari cerminan kebudayaan yang dimiliki suatu etnik khususnya Desa Pangauban.

Namun, sejalan dengan perubahan zaman yang sangat pesat, dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini macam-macam leksikon perkakas pertanian tradisional di kalangan orang Sunda cenderung kurang dikenal dan mulai mengalami kemunduran karena hadirnya leksikon baru yang menjadi label dari perkakas pertanian modern. Padahal pada waktu yang sama, generasi tua yang memiliki pengetahuan mendalam tentang manfaat leksikon perkakas pertanian tradisional harus mengingatkan lagi bahwa dalam leksikon perkakas pertanian tradisional terkandung muatan nilai kearifan lokal dan merupakan salah satu cerminan yang memiliki manfaat lebih banyak dalam kegiatan bertani, sehingga penggunaan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam masyarakat luas tetap bertahan.

(12)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adapun leksikon perkakas pertanian tradisional yang sering digunakan di Desa Pangauban untuk bertani adalah arit, aseuk, pacul, kored, etem, linggis, parang, pacul carang, kompa semprot, arit, garu, boboko, bawak, garan, doran, asahan, dan sebagainya. Alat-alat ini menjadi simbol sebagai alat yang digunakan umumnya oleh para petani dan semua leksikon tersebut berasal dari tradisi lisan yang hidup dan tumbuh di masyarakat Desa Pangauban. Selain itu, leksikon tersebut merupakan salah satu cara masyarakat menyampaikan sejarah lisan melalui tuturan lisan dari generasi ke generasi berikutnya, karena masyarakat adalah sebuah kelompok manusia yang mendukung dan memiliki kesamaan budaya melalui berinteraksi dengan hubungan sosial yang terstruktur.

Berbicara mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda, khususnya di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Peneliti belum menemukan penelitian khusus mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional. Penelitian terdahulu mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional sulit ditemukan. Adapun penelitian yang sejenis dengan penelitian ini, dilakukan oleh Hidayatullah dan Fasya (2012) yang membahas tentang konsep nasi di Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya. Dalam penelitiannya dipaparkan konsep nasi yang berada di Kampung Naga. Berdasarkan hasil kajiannya ditemukan bahwa leksikon tersebut diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu alat dan bahan. Seluruh konsep nasi berbentuk kata dalam bentuk kata dasar dan kata berimbuhan. Dari segi kelas kata, leksikon konsep nasi yang berkategori nomina terdapat 18 buah sedangkan yang berbentuk verba 5 buah. Selain itu, mengklasifikasikan kegiatan menanak nasi dibagi menjadi tiga: leksikon dalam tahap pramenanak, leksikon dalam tahap menanak, dan leksikon dalam tahap pascamenanak.

(13)

5

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

diyakini menyimpan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang seharusnya diwariskan dari generasi ke generasi. Dalam penelitiannya, diungkapkan nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda, dan menganalisis persepsi anak-anak dan persepsi orang tua terhadap leksikon etnobotani bahasa Sunda, kemudian dideskripsikan model pelestarian nilai-nilai kearifan lokal pendidikan lingkungan hidup yang terkandung dalam leksikon etnobotani bahasa Sunda yang digunakan oleh masyarakat adat Kampung Naga.

Ada juga penelitian lain yang dijadikan acuan, yaitu leksikon proses bercocok tanam padi di Kampung Naga yang dilakukan oleh Harja, dkk. (2012). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa leksikon-leksikon proses bercocok tanam padi di Kampung Naga termasuk dalam kelas kata kerja. Selain itu, leksikon tersebut memiliki fungsi dari bidang ekonomi, bahasa, kebudayaan, dan kesehatan. Leksikon-leksikon proses bercocok tanam padi di Kampung Naga mengandung nilai-nilai kearifan lokal seperti nilai kepercayaan yang tinggi terhadap mitos-mitos leluhur mereka, pemikiran yang panjang mengenai keuntungan dang kerugian terhadap sesuatu yang baru sehingga mereka tidak salah dalam memilih pembaharuan, nilai keharmonisan dengan alam, nilai kesabaran, nilai menyucikan diri dari hal-hal yang dapat merugikan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan, nilai kerapihan, kesantunan, merendah diri di hadapan Yang Maha Kuasa, dan nilai berbagi pada sesama makhluk, serta nilai kerja keras.

(14)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

perabotan rumah tangga tradisional yang terbuat dari kayu, leksikon perabotan rumah tangga tradisional yang terbuat dari batu, leksikon perabotan rumah tangga tradisional yang terbuat dari logam, dan leksikon perabotan rumah tangga tradisional yang terbuat dari plastik. Adapun nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam leksikon perabotan rumah tangga tradisional ditunjukkan dengan cerminan budaya masyarakat di Kampung Naga. Cerminan nilai budaya yang terjadi di seputar perabotan rumah tangga yang digunakan oleh masyarakat adat di Kampung Naga, seiring perkembangan sosial budaya masyarakatnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu cerminan nilai budaya berdimensi vertikal dan berdimensi horizontal.

Selain itu, Mustofa, dkk. (2012) meneliti perkakas dapur tradisional. Dalam penelitiannya dikemukakan fungsi leksikon alat dapur dapat dikategorikan menjadi tiga fungsi yaitu leksikon alat dapur di masyarakat adat Kampung Naga memiliki fungsi individual karena sejumlah leksikon tersebut berkaitan dengan kegiatan pemenuhan kebutuhan dan kepuasaan individual. Kedua, leksikon alat dapur di masyarakat adat Kampung Naga memiliki fungsi sosial. Ketiga, leksikon alat dapur di masyarakat adat Kampung Naga memiliki fungsi pengetahuan. Cerminan gejala kebudayaan mengenai perkakas dapur tradisional khususnya di Kampung Naga cenderung terbuat dari bahan yang tersedia di alam seperti kayu dan bambu, mencerminkan betapa warga Kampung Naga benar-benar memanfaatkan kondisi alam di sekitar mereka sebagai sumber daya yang bermanfaat bagi mereka. Hal tersebut tercermin dari leksikon-leksikon alat dapur yang terdapat di masyarakat adat Kampung Naga. Masyarakat adat Kampung Naga cenderung menggunakan peralatan yang bahan dasarnya langsung didapat dari alam sekitar mereka, seperti aseupan, boboko, dulang, suluh, nyiru, dan lain-lain.

(15)

7

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menyimpan cerminan kebudayaan yang seharusnya diwariskan dari generasi ke generasi, akan tetapi tidak semua leksikon tersebut dikenal oleh generasi muda. Sebagai contoh, penggunaan garu dan etem mencerminkan cara hidup antara manusia dan alam. Misalnya leksikon perkakas garu, menunjukkan pandangan masyarakat Desa Pangauban bahwa dengan menggunakan alat tersebut sebenarnya dengan tidak langsung petani sudah menyebarkan pupuk hewani yang berasal dari kotoran kerbau yang berfungsi menyuburkan tanah.

Selain itu, etem atau ani-ani merupakan perkakas hasil alam yang berfungsi untuk memisahkan antara padi dan batangnya. Alat ini mencerimkan bahwa ketika petani memotong padi caranya harus satu persatu supaya padi dan batangnya dapat terpisah dan terlihat rapi, dalam hal ini mencerminkan bahwa ketika melaksanakan segala aktivitas orang Sunda berpandangan bahwa manusia harus melaksanakan tujuan hidup yang baik guna mencapai kesempurnaan, dan senantiasa sadar bahwa dirinya hanya bagian kecil dari alam semesta, hal ini berkaitan dengan pandangan hidup manusia secara pribadi dan pandangan hidup tentang hubungan manusia dengan alam (Rosidi, 2010: 58).

Upaya pewarisan ini menjadi penting supaya nilai-nilai tersebut tidak terabaikan dan tidak terlupakan. Selain itu, dengan adanya penelitian ini sebagai salah satu usaha pelestarian bahasa dan budaya yang merupakan identitas budaya yang dimiliki oleh Desa Pangauban.

(16)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

memiliki cara untuk menghubungkan bentuk bahasa dengan kebiasaan (perbuatan) budaya.

Hymes (Sudana, dkk 2012) menjelaskan etnolinguistik dalam kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk memfokuskan kerangka acuan karena pemberian tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya. Dengan menggunakan model etnografi difungsikan untuk mengungkap cerminan kebudayaan dari leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda pada latar yang alami (Spradley, 1997: 11-12).

Tujuan dari penelitian ini untuk memperdayakan sumber daya alam melalui aktivitas bertani sebagai upaya memanfaatkan dan mempertahankan perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda agar tetap terjaga. Selain itu, memberikan sumbangan analisis bagi perkembangan disiplin ilmu etnolinguistik dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai bahasa dan budaya.

1.2 Masalah

Pada bagian masalah ini akan dibahas (1) identifikasi masalah, dan (2) pembatasan masalah, dan (3) perumusan masalah. Semua hal itu akan dipaparkan sebagai berikut.

1.2.1 Identifikasi Masalah

(17)

9

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1) Leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda mencerminkan keberadaan leksikon pertanian yang kian mengalami kemunduran akibat adanya IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).

2) Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penguasaan leksikon perkakas pertanian tradisional di kalangan orang Sunda mulai mengalami kemunduran karena terkikis oleh hadirnya leksikon baru yang menjadi label dari perkakas pertanian modern. Akibatnya, penggunaan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam masyarakat luas sudah hampir punah.

3) Leksikon perkakas pertanian tradisional yang digunakan masyarakat Pangauban dapat berkembang atau berubah sejalan perkembangan zaman. 4) Cerminan budaya dalam leksikon perkakas pertanian tradisional yang ada di

masyarakat umum sudah terlupakan.

1.2.2 Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal berikut ini.

1) Penelitian bertumpu pada leksikon perkakas pertanian tradisional bahasa Sunda yang digunakan dalam bidang pertanian oleh masyarakat Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung.

2) Sumber data digali dari berbagai macam referensi dan informan yang bisa memberikan pengetahuan mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional yang digunakan dalam bidang pertanian oleh masyarakat Desa Pangauban kemudian akan dikaji berdasarkan aspek bahasa dan budaya.

(18)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

4) Leksikon yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah kosakata atau komponen bahasa yang memuat makna. Dalam penelitian ini leksikon yang diteliti bukan berupa kata, frasa dari leksikon perkakas pertanian tradisional. 5) Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan etnolinguistik.

1.2.3 Perumusan Masalah

Beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimana klasifikasi leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban?

2) Bagaimana deskripsi leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban?

3) Bagaimana cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional bahasa Sunda yang digunakan di Desa Pangauban?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan hal-hal berikut:

1) klasifikasi leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban;

2) deskripsi leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban berdasarkan;

3) cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda yang digunakan di Desa Pangauban.

(19)

11

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun penjelasannya meliputi (1) manfaat teoretis dan (2) praktis.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Dengan melakukan penelitian ini, ada beberapa manfaat teoretis yang akan diperoleh.

1) Menjadi referensi dalam kajian etnolinguistik sebagai bahasa yang menangani makna terutama bagaimana manusia memberi label-label dan mengklasifikasikan realita yang ditemuinya.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan analisis bagi perkembangan disiplin ilmu etnolinguistik dan dapat dijadikan bahan kajian dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai bahasa dan budaya.

3) Hasil penelitian ini diharapkan sebagai alat simpanan ilmu pengetahuan yang nantinya akan bermanfaat untuk semua bidang kajian linguistik dan budaya.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan melakukan penelitian ini, ada beberapa manfaat praktis yang akan diperoleh.

1) Secara praktis, yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai salah satu usaha pelestarian bahasa dan budaya yang merupakan identitas budaya yang dimiliki oleh Desa Pangauban.

2) Penelitian ini dapat memberikan sumbangsih lema untuk perkamusan bahasa Sunda dan Bahasa Indonesia.

(20)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1.5 Struktur Organisasi

Skripsi ini disusun sistematis dari bab I sampai bab V. Hal ini tentu dilakukan untuk memudahkan dalam mencapai tujuan yang telah direncanakan. Berikut ini diuraikan ihwal struktur organisasi skripsi.

Pada Bab I dijelaskan mengenai latar belakang penelitian yang berisi beberapa masalah yang melatarbelakangi munculnya penelitian ini, beserta alasan mengapa peneliti memilih untuk melakukan penelitian ini. Selanjutnya dipaparkan masalah yang meliputi, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah dan tujuan penelitian, serta manfaat penelitian yang meliputi manfaat teoretis dan manfaat praktis, terakhir dipaparkan struktur organisasi skripsi untuk mempermudah penyajiannya.

Pada Bab II dijelaskan tinjauan pustaka dan landasan teoretis. Tinjauan pustaka menjelaskan beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan yang diteliti oleh peneliti. Landasan teoretis ini memaparkan teori-teori berdasarkan kebutuhan penelitian sesuai dengan payung penelitian, yaitu etnolinguistik. Pada landasan teoretis yang membahas pendekatan etnolinguistik meliputi etnolinguistik dalam ilmu linguistik, pengertian leksikon, kata dan penggolongan kata dalam bahasa Indonesia, kata dan penggolongan kata dalam bahasa Sunda, selayang pandang Desa Pangauban, cerminan kebudayaan masyarakat Desa Pangauban, relativitas bahasa dan budaya, etnografi Sunda dan pandangan orang Sunda terhadap lingkungannya.

(21)

13

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pada Bab IV berupa pembahasan dengan mendeskripsikan data yang telah ditemukan saat pencarian data. Kemudian memaparkan hasil analisis data yang telah didapat dari teknik pengumpulan data lalu dianalisis menggunakan teknik analisis data dengan bantuan lembar observasi agar mempermudah menjawab semua perumusan masalah yaitu berupa klasifikasi, deskripsi dan cerminan kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional bahasa Sunda.

(22)

34

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Lokasi penelitian ini dipilih karena lokasi ini merupakan komunitas terbatas yang masih berusaha mencerminkan kebudayaannya dan mempertahankan nilai kearifan lokalnya terhadap leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda.

3.2 Desain Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan desain penelitian dalam bentuk diagram model case study oleh Milles dan Huberman 1994. Peneliti menggunakan model ini karena case study sebagian besar literatur yang salah satunya membahas bidang antropologi. Selain itu, menggunakan model case study dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai desain penelitian dalam proses pengambilan data sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

(23)

35

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional dalam Bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung

Pengumpulan Data

1. Metode libat 2. Metode cakap 3. Metode catat

Penganalisian Data:

1. klasifikasi leksikon perkakas pertanian dalam Bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung berdasarkan teori kata benda menurut Sudaryat., (2007: 48-65) dan teori klasifikasi menurut Sibarani (2004:152-153);

1. 2. deskripsi leksikon perkakas pertanian dalam Bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung menurut teori Sibarani (2004:152-153);

2. 3. cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional yang digunakan di Desa Pangauban menurut menurut Warnaen (1981:11).

3.

Data dan Sumber Data

1. Data: Tuturan masyarakat Desa Pangauban baik lisan maupun tulisan mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda.

2. Sumber Data: Masyarakat Desa Pangauban dan dokumen seperti kamus, artikel, jurnal yang membahas mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda.

(24)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(Diagram komponen-komponen analisis data: model case study oleh Milles dan Huberman 1994)

3.1 Diagram Desain Penelitian

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini tentang leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. Kajian penelitian ini tidak hanya dilakukan secara terbatas di dalam konteks linguistik semata, tetapi juga dilakukan dalam konteks sosial budaya yang lebih luas sehingga mampu menjangkau fungsinya dalam menopang praktik kebudayaan (Foley, 2001).

Kajian ini menggunakan pendekatan etnolinguistik karena perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban merupakan bagian dari budaya. Senada dengan pernyataan Duranti (1997:84) bahwa etnolinguistik merupakan kajian bahasa dan budaya yang merupakan subbidang utama dari antropologi yang mengungkap unsur kehidupan sosial, maka peneliti dalam bidang ini harus memiliki cara untuk menghubungkan bentuk bahasa dengan kebiasaan (perbuatan) budaya.

Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis dengan cara mengklasifikasikan, mendeskripsikan kemudian mengungkap cerminan budaya dari leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. Seiring dengan pernyataan Duranti (1997:2) yang memaparkan etnolinguistik merupakan kajian yang menjelaskan hubungan antara bahasa dan budaya dalam bidang tertentu, penafsiran tidak hanya pada tataran bahasa saja, tetapi apa yang ada dibalik bahasa mencakup dengan budaya setempat (Duranti, 1997:2)

Muatan klasifikasi, deskripsi dan cerminan Kebudayaan dalam leksikon perkakas pertanian dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan

(25)

37

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Pendekatan etnolinguistik dalam kajian ini dipusatkan pada model etnografi komunikasi untuk memfokuskan kerangka acuan karena pemberian tempat bahasa di dalam suatu kebudayaan bukan pada bahasa itu sendiri, melainkan pada komunikasinya (Hymes, 1980:8). Seiring dengan pernyataan Spradley (1997: 11-12) model etnografi difungsikan untuk mendeskripsikan cerminan kebudayaan dari leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung.

Berlandaskan pada gagasan Sarosa (2012:127), peneliti mengamati dan terlibat dalam fenomena yang diamati dan dapat menjelaskan suatu kebudayaan dengan memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Studi ini akan terkait bagaimana subjek berpikir, hidup, dan berperilaku. Peneliti lebih banyak belajar dari pemilik kebudayaan tentang budaya pengamatan terlibat menjadi penting dalam aktivitas penelitian (Endaswara, 2003: 50). Etnografi merupakan sejenis penelitian budaya untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, peneliti ikut berpartisipasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat budaya Sunda dilihat dari sudut pandang penduduk setempat khususnya dengan masyarakat Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung (Endaswara, 2003: 50- 51).

Model Etnografi adalah penelitian untuk mendeskripsikan kebudayaan sebagimana adanya (Endaswara, 2003: 50). Hal ini sejalan dengan Sudikan (Endraswara, 2003: 51) yang menyatakan karakteristik penelitian etnografi adalah analisis data yang dilakukan secara holistik, bukan parsial. Selain itu, dapat menggunakan data kualitatif, maupun kuantitaif, namun sebagian besar menggunakan kualitatif.

(26)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(Endraswara, 2003: 44). Penelitian dalam pandangan fenomenologi bermakna memahami budaya lewat pandangan pemilik budaya atau memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam keadaan tertentu (Moleong, 2003: 42 dan 44). Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu berupa deskripsi mendalam terhadap fenomena leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban.

Dalam kaitan ini diterapkan rancangan analisis budaya dalam tataran untuk mengungkap cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional bahasa Sunda (Banton dalam Endaswara, 2003:242). Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Endaswara (2003:14) yang menjelaskan bahwa penelitian kualitatif budaya sangat penting untuk melihat kondisi yang tidak mungkin dijangkau dengan rumus-rumus kuantitatif. Penelitian ini lebih mempertahankan pada keutuhan (entry) sebuah budaya, bukan menilai budaya secara parsial, karena peneliti tidak melihat benar atau salah, tetapi semua data penting. Data yang didapat sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa ada kontrol atau manipulasi data dari peneliti. Peneliti hanya menjelaskan data yang berkaitan dengan fakta sesuai data yang diperoleh di lapangan. Dengan menggunakan metode ini, sumber data berlatar alami dengan peneliti yang berfungsi sebagai human instrument (Moleong, 1995: 121-125).

3.4 Definisi Operasional

Berikut ini dideskripsikan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini.

(27)

39

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kored, gerendel, bedog, linggis, gasrok, parang, peso, kompa semprot, congkrang, susurung atau gagarok, turus, dan luku.

b. Leksikon pendukung perkakas pertanian ini adalah leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda yang digunakan untuk melengkapi perkakas pertanian yang berkaitan dengan bercocok tanam, berhuma, bersawah, berkebun, berladang, dan pekarangan di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung. doran, garan, halu, kas, jubleg, boboko, giribig, eter, bawak, dreum, gunting, asahan, piring, cecempeh, kiloan, karung, nyiru, dan

terpal.

c. Cerminan budaya yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan hidup itu tentang manusia sebagai pribadi, hubungan manusia dengan lingkungan masyarakatnya, hubungan manusia dengan alam, hubungan manusia dengan Tuhan, dan tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasaan batiniah melalui leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet Kabupaten Bandung.

d. Etnolinguistik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan yang digunakan untuk mencari pengetahuan tentang etnik masyarakat Pangauban melalui leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan lembar observasi sebagai berikut.

(28)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

No Glo

Dalam penelitian ini digunakan tiga macam metode pengumpulan data, yakni (1) metode libat, (2) metode cakap, dan (3) metode catat. Metode libat digunakan karena peneliti terlibat dan terjun langsung ke lapangan untuk memeroleh data dengan berpartisipasi dalam pembicaraan dengan informan. Peneliti memerhatikan penggunaan bahasa informan dan ikut serta dalam pembicaraan (Sudaryanto, 1993:3). Dengan metode ini peneliti dapat memahami lebih dalam tentang fenomena (perilaku atau peristiwa) yang terjadi di lapangan.

Adapun metode cakap digunakan karena peneliti akan terlibat langsung dalam percakapan bersama-sama informan dengan bertatap muka. Oleh karen itu, data diperoleh melalui penggunaan bahasa secara lisan dan tulisan. Dalam metode ini percakapan dikendali oleh peneliti dengan menggunakan daftar tanyaan berupa lembar observasi mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya (Mahsun, 2007:95).

(29)

41

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

data lainnya. Dalam hal ini, konsep dialog seluas-luasnya yang pada intinya melibatkan dua pihak yang berlaku sebagai pembicara dan lawan bicara (Sudaryanto, 1988: 5). Peneliti menggunakan metode libat cakap dan catat bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengambilan data sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Ini dapat disejajarkan dengan metode wawancara atau

interview dalam ilmu sosial khususnya antropologi (Sudaryanto,1988: 7).

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses pengaluran data-data yang telah terkumpul secara sistematis untuk memudahkan pemahaman dan penyusunan laporan. Berdasarkan hal itu, teknik analisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. membuat klasifikasi leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa

Sunda di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung seperti mengklasifikasikan leksikon perkakas pertanaian tradisional berdasarkan kayu batu, bambu plastik, dan perpaduan besi dan kayu, dan kain mota;

2. mendeskripsikan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung seperti mengklasifikasikan leksikon perkakas pertanaian tradisional berdasarkan bentuk, bahan, fungsi, dan cara pemakaian ;

3. mendeskripsikan cerminan gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional di Desa Pangauban, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung;

4. membuat simpulan.

Berikut contoh format lembar observasi yang akan digunakan.

Format Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI

Klasifikasi

(30)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

besi dan

3.8Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di berbagai peristiwa tuturan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Pangauban. Perlu dipahami bahwa peristiwa tuturan yang menjadi data penelitian ini terlihat dengan jelas apabila tuturan itu muncul bersama konteks situasi tutur. Konteks yang dimaksud dapat berupa (1) konteks sosial, (2) konteks budaya, dan (3) konteks situasional (Sudana, dkk 2012).

Data penelitian ini bersumber dari penggunaan bahasa Sunda yang terjadi di masyarakat Desa Pangauban mengenai leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. Penggunaan bahasa Sunda terjadi secara alami dari peristiwa tuturan yang wajar di dalam masyarakat dalam kegiatan komunikasi sehari-hari. Dengan menggunakan data ini, peneliti akan mengetahui leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban.

(31)

43

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

dan pekarangan. Selain tuturan dan dokumen, peneliti pun menggunakan kamus untuk mengecek leksikon-leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda. Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam proses pengambilan dan penganalisisan data sesuai dengan harapan peneliti

Dalam penentuan informan, peneliti menggunakan konsep Spardley dan Benard ( Endaswara, 2003: 238) yaitu bahwa informan harus paham terhadap budaya yang dibutuhkan. Penentuan informan dilakukan menggunakan teknik

snowballing, yaitu berlandaskan informasi informan sebelumnya untuk mendapatkan informan berikutnya sampai mendapatkan data jenuh (tidak terdapat informasi baru lagi). Karakteristik informan tidak ditentukan oleh peneliti, melainkan didasari pada rekomendasi informan sebelumnya.

(32)

178

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Sebagaimana analisis masalah yang dilakukan pada bab 4, dapat disimpulkan beberapa hal sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan klasifikasi bahan, leksikon perkakas petanian tradisional dalam bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung terbagi menjadi tujuh kelompok yaitu, kayu, bambu, besi, batu, perpaduan kayu dan besi, plastik, kain mota.

2. Leksikon yang terbuat dari kayu adalah 9, leksikon yang terbuat dari bambu terdapat 6, leksikon yang terbuat dari besi hanya 5, sedangkan leksikon yang terbuat dari perpaduan besi dan kayu terdapat 15. Adapun leksikon yang terbuat dari batu terdapat 3 dan leksikon yang terbuat dari plastik berjumlah 1 leksikon serta leksikon yang terbuat dari kain mota berjumlah 2.

3. Deskripsi leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, terdapat 40 data leksikon dan semua berkategori nomina. Leksikon-leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban terdiri dari leksikon utama dan leksikon pendukung. Leksikon yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ditemukan 31 leksikon, leksikon yang terdapat dalam Kamus Umum Basa Sunda ditemukan 28 leksikon, leksikon yang tidak ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat 9, dan leksikon yang tidak ditemukan dalam Kamus Umum Basa Sunda terdapat 12.

(33)

179

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

manusia dengan Tuhan, dan tentang manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kepuasaan batiniah.

5. Cermin gejala kebudayaan yang muncul berdasarkan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda Di Desa Pangauban seiring perkembangan masyarakatnya dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu, cerminan gejala kebudayaan leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban berdasarkan dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Berikut cermin budaya yang berdimensi vertikal.

a. Orang Sunda Desa Pangauban pandai memanfaatkan hasil alam dan menyadari hakikatnya manusia di bumi berperan sebagai khalifah yang harus memelihara ketentraman, dan hal ini merupakan salah satu bentuk syukur terhadap nikmat Tuhan. Konsep tersebut, tercermin dalam leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban. Hal ini sejalan dengan konsep orang Sunda mengenai hubungannya dengan masyarakat dan Tuhan yang dilandasi silih asih, silih asah, dan silih asuh. Artinya, saling mengasihi, saling mengingatkan, keterampilan dalam mengejar kebaikan, dan saling memperingatkan serta mendidik antarsesamanya sehingga tercipta suasana kekeluargaan. Berikut ini sejumlah cerminan gejala kebudayaan yang berdimensi vertikal.

1. Orang Sunda Desa Pangauban pandai memanfaatkan hasil alam.

2. Masyarakat Desa Pangauban memanfaatkan dan memelihara alam ketika melakukan aktivitas seperti bercocok tanam, huma, sawah, berkebun, berladang, dan pekarangan.

3. Beberapa hasil alam dari penggunaan leksikon perkakas pertanian tradisional Di Desa Pangauban yang sampai kini sering diperjualbelikan seperti, padi, sayur-sayuran: wortel, kangkung, lobak, cabe, bawang dan lain sebagainya. Buah-buahan seperti :jeruk, sawo, bengkuang, dan lain sebagainya.

(34)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tercermin dalam leksikon perkakas pertanian tradisional dalam bahasa Sunda di Desa Pangauban. Berikut ini sejumlah cerminan gejala kebudayaan yang berdimensi horizontal.

1. Orang Sunda Desa Pangauban mengutamakan kekeluargaan dan gotong royong.

2. Perkakas pertanian menjadi mata pencaharian bagi orang sunda Desa Pangauban.

3. Orang Sunda Desa Pangauban pandai memanfaatkan hasil alam.

4. Orang Sunda Desa Pangauban mengenal pembagian pekerjaan berdasarkan gender.

5. Orang Sunda Desa Pangauban menyukai seni dan keindahan 6. Orang Sunda Desa Pangauban kreatif.

7. Orang Sunda Desa Pangauban bersemangat.

8. Orang Sunda Desa Pangauban beradaptasi dengan alam.

9. Orang Sunda Desa Pangauban memiliki pengetahuan mengenai etnobotani 10. Orang Sunda Desa Pangauban mandiri dan bekerja keras.

11. Orang Sunda Desa Pangauban melaksanakan tujuan hidup yang baik guna mencapai kesempurnaan.

5.2 Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Para peneliti selanjutnya, agar menggali lebih dalam hal-hal yang belum terungkap khususnya yang berhubungan dengan budaya aktivitas pertaniannya. Seperti bercocok tanam, berhuma, bersawah dan berladang, karena dari aktivitas tersebut tentunya terdapat kekayaan leksikon yang sangat menarik untuk diteliti. 2. Para peneliti selanjutnya, agar menggaitkan dengan hal yang berhubungan dengan

(35)

181

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

(36)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSATAKA

Alwi, H, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia: Edisi ketiga Bandung: Balai Pustaka.

Alwasilah, A. C., Suryadi, K., Tri Karyono. 2009. Etnopedagogi: Landasan Praktik Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat Buku Utama. Boeke, J.H. 1983. Prakapitalisme di asia. Jakarta: Sinar Harapan.

Beliani, L. 2010. “Leksikon Perbatikan di Tasikmalaya (Suatu Kajian Etnosemantik)”.

Chaer, A. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, A dan Agustina L. 2004. Sosiolinguistik: Pekenalan Awal. Jakarta: Rineka

Cipta.

Darhaeni, N 2010. Leksikon Mata dalam Toponim di Jawa Barat: Kajian

Etnosemantik”. Dalam jurnal ilmiah Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, no. 1 Februari 2010, hal 55-67.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi keempat. Jakarta: GramediaPustaka Utama.

Dewi, R, dkk. 2012. “Leksikon Proses Bercocok Tanam Padi: Kajian

Antropolinguistik Di Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya”. dalam Fasya, Mahmud dan Zifana, Mahardhika

SETALI UPI: Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Program Studi Linguistik SPs UPI dan Masyarakat Linguistik Indonesia Cabang UPI.

Duranti, A. 2000. Linguistic Anthropology. United Kingdom: Cambridge University Press.

Endraswara, S. 2003. Metode Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lembaga Basa dan Sastra Sunda. 1980. Kamus Umum Basa Sunda. Bandung: Tarate Bandung.

(37)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Adat Kampung Naga. (Sebuah Kajian Etnolingustik) ”. dalam Fasya, Mahmud dan Zifana, Mahardhika SETALI UPI: Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Program Studi Linguistik SPs UPI dan Masyarakat Linguistik Indonesia Cabang UPI.

Mustofa, dkk. 2012. “Perkakas Dapur Tradisional”. dalam Fasya, Mahmud dan Zifana, Mahardhika SETALI UPI: Seminar Tahunan Linguistik Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Program Studi Linguistik SPs UPI dan Masyarakat Linguistik Indonesia Cabang UPI.

Foley, W. A. 2001. Anthropological Linguistics. Massachusetts: Blackwell Publisher Inc.

Garna, Y. K. 2008. Budaya Sunda Melintasi waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lembaga Penelitian UNPAD dan Justira Karna Foundation. Hymes, D. 1973. “Toward Ethnographies of Communication: The Analysis of

Communicative Eevents”. Dalam Pier Paolo Giglioli, Ed. Language and Social Context. Australia: Penguin Books Australia Ltd.

Hymes, D. 1980. Foundations in Sociolinguistics: An Ethnographics Approach.

Philadelpia: University of Pennsylvania Press.

Huub de Jonge. 1989. Agamakebudayaan dan ekonomi. Jakarta: Grafitti Press. Hidayatullah, Rizki dan Fasya, Mahmud. 2012. “Konsep Nasi dalam Bahasa

Sunda: Studi Antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Saluwu, Kabupaten Tasikmalaya”. dalam Nasanius, Yassir (ed.) KOLITA 10: Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 9: Tingkat Internasional.

Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Unika Atma Jaya. Pp. 73-77.

HTN Alat: Sujatmoko Ivan. 2008. HTN Alat Pertanian. (online). Tersedia: http://htn-alatpertanian.blogspot.com [ 20 Juni 2013 ].

Iskandar, J dan Iskandar, B S. 2011. Agroekosistem Orang Sunda. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Jaenudin, dkk. 2011. “Konsep Padi dalam Bahasa Sunda (Kajian Antropolinguitik

diKampung Naga, Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya)”.

Keraf, G. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende- Flores: Nusa Indah.

(38)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Kridalaksana, H. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama . Kridalaksana, H.1992. Pembentukan Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Kuswarno, E. 2008. Etnografi Komunikasi: Bandung: widya.

Mahsun, M. S 2007. Metode penelitian Bahasa (Terhadap Strategi, Metode dan Tekniknya). Jakarta : Raja Grafindo.

Moleong, L. J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nuryani. 2010. Wacana Ritual Selamatan di Pasarean Gunung Kawi Malang Jawa timur: Kajian Linguistik Antropologis. Disertasi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Palmer, G. B. 1999. Towards a Theory of Cultural Linguistics. Austin: University of Texas Press.

Retno, dkk 2011. “Leksikon makanan tradisional di Kampung Naga: Studi antropolinguistik di Kampung Naga, Kecamatan Saluwu, Kabupaten Tasikmalaya”.

Rizky, dkk 2011. “Konsep nasi dalam bahasa sunda: Studi antropolinguistik di Kampung Naga, kecamatan saluwu, kabupaten tasikmalaya”.

Rosidi, A. 2010. MencariSosok Manusia Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya. Sarosa, S. 2012. Penelitian kualitatif dasar-dasar. Jakarta Barat: PT Indeks. Sibarani, R. 2004. Antropolinguistik. Medan: PODA.

Spradley, J. P. Metode Etnografi. Terjemahan Misbah Zulfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Strauss, A dan Juliet C. 1990. Basics of Qualitative Research. London: Sage Publications.

(39)

Nurshopia Agustina, 2013

Cermin Budaya Pada Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional Dalam Bahasa Sunda (Studi Etnolinguistik Di Desa Pangauban Kecamatan Pacet,Kabupaten Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudaryat, Y dkk. 2007. Tata Bahasa Sunda Kiwari. Bandung : Yrama Widya. Warnaen, S dkk. 1987. Pandangan Hidup Orang Sunda: Seperti Tercermin dalam

Tradisi Lisan dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda (Sundalogi) Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Wierzbicka, A. 1992. Semantics, Cognition, and Culture. London: OUP.

Gambar

Tabel 3.1 Format Lembar Observasi Leksikon Perkakas Pertanian Tradisional

Referensi

Dokumen terkait

Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG RENCANA AKSI NASIONALPENGHAPUSAN PERDAGANGAN (TRAFIKING) PEREMPUAN DAN ANAK.

Akan lebih baik jika Bee Outbound dapat meningkatkan strategi pemasaran lainnya yang dapat memberikan pengaruh lebih besar terhadap minat konsumen, seperti

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN

dengan perubahan sosial budaya dalam hal rincian masalah, atau hal – hal yang. sekunder dan teknis, agama itu tidak akan dapat

‘Abdullāh Nāṣ i ḥ ‘Ulwān tentang pendidikan anak dalam Islām berupa analisis tujuan, metode, maupun tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak. Teknik

Interaksi perbandingan pandan dengan sari jahe dan perbandingan massa gula dengan campuran sari terhadap mutu sirup pandan memberikan pengaruh berbeda sangat nyata

Benar saya menyadari sepenuhnya akan tindakan saya untuk mengganti tanda tangan saya tersebut dan bersedia untuk bertanggung jawab penuh atas penggantian tanda tangan saya ini,

This selectivity must be challenged on a regular basis to ensure ongoing validity of the database ; this is especia ll y necessary after any major change in a substance