Halaman
B.Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
C.Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square (TPSq) ... 19
D.Model Pembelajaran Konvensional ... 28
E. Keterampilan Berpikir Kreatif ... 30
F. Penguasaan Konsep ... 37
G.Ruang Lingkup Materi ... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 51
E. Analisis Tes ... 59
F. Teknik Analisis Data ... 63
G.Hasil Analisis Uji Coba Instrumen ... 67
BAB IV ANALISI DATA,TEMUAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 70
1. Karakteristik Proses Pembelajaran Kooperatif Think Pair Square yang Dikembangkan ... 70
2. PeningkatanPenguasaan Konsep pada Sub Materi Pokok Korosi Logam ... 77
3. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif pada Sub materi Pokok Korosi Logam ... 84
4. Tanggapan Siswa dan Guru Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPSq pada Materi Korosi Logam ... 89
B.Pembahasan ... 93
1. Peningkatan Penguasaan Konsep ... 93
2. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kreatif ... 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 105
B. Saran ... 106
DAFTAR PUSTAKA
Gambar
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 3.1
Proses Korosi Besi ...
Perlindungan Katode pada Besi dengan Logam Mg ...
Alur Penelitian ...
Halaman
43
47
56
Gambar 4.1 Skema Model Pembelajaran Kooperatif Think Pair Square
Terintegrasi dengan Indikator Berpikir Kreatif …... 76
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Rata-rata SkorPretest, Posttest,
danN-GainPenguasaan Konsep Siswa Kelompok Eksperimen dan
KelompokKontrol……...……... 82
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan N-gainPenguasaan Konsep Tiap
Indikator Topik Korosi Logam Siswa Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol... 79
Gambar 4.4 PerbandinganPersentase Rata-rata Skor Pretest,Posttest, dan
N-gain Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa
Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol ... 86
Gambar 4.3 Perbandingani N-gain untuk Tiap Indikator Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa Kelompok Eksperimen dan
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1. Langkah-LangkahModel Pembelajaran Kooperatif TPSq ... 24
Tabel 2.2. Indikator Keterampilan Berpikir Kreatif... 35
Tabel 3.1. Desain Penelitian. “Pretest-Posttest Control Group Design” ... 51
Tabel 3.2. Pemberian Skor Tanggapan Siswa ... 58
Tabel 3.3. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 61
Tabel 3.4 Kategori Koefisien Korelasi... 62
Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran ... 62
Tabel 3.6 Kategori Indeks Daya Pembeda ... 63
Tabel 3.7 Kategori Tingkat N-gain ... 63
Tabel 3.8 Kategori Respon Siswa ... 66
Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Soal Penguasaan Konsep ... 66
Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 67
Tabel 4.1. Rekap Rata-rata Skor Pretest, Postest dan N-gain pada Masing-masing Indikator Topik Korosi Logam ... 78
Tabel 4.2. Data Hasil Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji-t terhadap Pretest, Posttest dan N-gain ... 83
Tabel 4.3.RekapitulasiRata-rata SkorPretest,PostestdanN-gain untuk Setiap Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 84
Tabel 4.4. Data Hasil Uji Normalitas, Uji Homogenitas dan Uji-t Terhadap Pretest, Postest dan N-gain ... 87
Tabel 4.5.Rekapitulasi Tanggapan Siswa terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPSq pada Materi Korosi Logam ... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Perangkat Pembelajaran
Lampiran 1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Eksperimen.
Lampiran 1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelompok Kontrol
Lampiran 1.3 Lembar Kerja Siswa I
Lampiran 1.4 Lembar Kerja Siswa II
Lampiran II Instrumen Penelitian
Lampiran 2.1 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Lampiran 2.2 Kisi-kisi Tes Penguasaan Konsep
Lampiran 2.3 Kunci Jawaban & Kriteria Penskoran Tes KBKr
Lampiran 2.4 Soal Tes Keterampilan Berpikir Kreatif
Lampiran 2.5 Soal Tes Penguasaan Konsep
Lampiran 2.6 Kisi-kisi Angket untuk Siswa
Lampiran 2.7 Angket Siswa
Lampiran 2.8 Pedoman Wawancara Guru
Lampiran 2.9 Lembar Observasi Siswa Kelompok Eksperimen
Lampiran 2.10 Lembar Observasi Siswa Kelompok Kontrol
Lampiran 2.11Lembar Observasi Guru Kelompok Kontrol
Lampiran 2.12Lembar Observasi Guru Kelompok Eksperimen
Lampiran 2.13 Pedoman Wawancara Guru
Lampiran 2.14 Pertanyaan Wawancara Siswa
Lampiran III Hasil Pengolahan Data
Lampiran 3.1 Hasil Skor Pretest, Postest, dan N-gain Penguasaan Konsep Kel.
Lampiran 3.3 Hasil Skor Pretest, Postest Keterampilan Berpikir Kreatif Kel.
Kontrol
Lampiran 3.4 Hasil Skor Pretest, Postest Keterampilan Berpikir Kreatif
Kel. Eksperimen
Lampiran 3.5 Hasil Analisis Butir Soal Penguasan Konsep
Lampiran 3.6 Hasil Analisis Butir Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
Lampiran 3.7Pengujian Statistik Kel. Eksperimen & Kel. Kontrol
Lampiran 3.8Rekapitulasi Angket Respon Sikap Siswa Terhadap Pembelajaran
Lampiran 3.9Hasil Observasi Guru Kelompok Eksperimen
Lampiran 3.10 Hasil Observasi Guru Kelompok Kontrol
Lampiran 3.11 Hasil Observasi Siswa Kelompok Eksperimen
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan Negara (Undang-undang Sisdiknas No. 20, 2003). Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan nasional tingkat menengah
memiliki peranan penting dalam mempersiapkan generasi muda menyongsong
masa depan, yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta memiliki keterampilan untuk hidup mandiri dan
mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan program kejuruannya
(Permendiknas No. 23, 2006).
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang berorientasi
pada dunia kerja, salah satu tujuannya menyiapkan dan memberikan bekal siap
kerja pada siswa sebagai tenaga kerja yang terampil tingkat menengah dengan
keahlian yang dimilikinyasesuai persyaratan yang dituntut oleh dunia kerja.
Kegiatan belajar mengajar pada tingkat sekolah menengah kejuruan diarahkan
untuk membentuk siswa sehingga memiliki kemampuan dalam mengembangkan
hasil belajarnya baik pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan tata nilai sikap
(dalam Djohar, 2003) menyatakan pendidikan kejuruan sebagai pendidikan
khusus direncanakan untuk menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, serta
sanggup mengembangkan sikap profesional dibidang kejuruannya. Lulusan
pendidikan kejuruan, diharapkan menjadi tenaga produktif yang mampu
menciptakan produk unggul yang dapat bersaing di pasar bebas.
Mempersiapkan lulusan SMK sebagai tenaga kerja tingkat menengah yang
diharapkan menjadi tenaga produktif, siap untuk memasuki dunia kerja dan
sanggup mengembangkan keahliannya dibidang kejuruannya, nampaknya kerap
mengalami kendala dan masalah. Hasil observasi empirik DirektoratPSMK tahun
2008 (dalam Fakhri& Yufridawati, 2010) permasalahan yang dihadapi dalam
mempersiapkan siswa SMK sebagai tenaga kerja tingkat menengah adalah masih
terdapat kesenjangan kompetensi lulusan SMK dengan kebutuhan riil pihak dunia
usaha/industri, dimana lulusan SMK masih lemah dalam aspek soft skill.
Pernyataan tersebut jelas bahwa siswa SMK tidak hanya cukup memiliki
kemampuan program keahlian kejuruan saja untuk mempersiapkan dirinya untuk
masuk ke dunia kerja/industri, namun perlu juga dikembangkan kemampuan
lainnya untuk saling mendukung dan bersinergi sehingga betul-betul menjadi
tenaga kerja yang diharapkan di dunia usaha/industri saat ini yaitu kemampuan
diluar kemampuan teknis yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan
interpersonalatau dikenal dengan soft skil.
Soft skill adalah keterampilan seseorang dalam beriteraksi dengan orang
lain (interpersonal skill) dan keterampilan dalam mengatur dirinya sendiri (intra
maksimal, salah satu keterampilan tersebut adalah keterampilan berpikir kreatif
dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Keterampilan berpikir kreatif
termasuk bagian dari Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan
menengah kejuruan berdasarkan Permendiknas No. 23 tahun 2006, isi secara
lengkap sebagai berikut; 1) Mampu membangun dan menerapkan infromasi dan
pengetahuan secara logis, kritis, kreatif dan inovatif, 2) mampu menujukan
kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif,3) menunjukan kemampuan
menganalisis dan memecahkan masalah. Berbagai kemampuan berpikir ini dapat
dicapai dan dikembangkan melalui berbagai muatan dan/atau kegiatan
pembelajaran di sekolahdiantaranya bahasa, matematika, Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA), ilmu pengetahuan sosial, dan muatan lokal yang relevan (Permendiknas
No. 23, 2006).
Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya ilmu
kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Kemampuan berpikir dan
analisis peserta didik dapat dikembangkan melalui muatan dan kegiatan
pembelajaran pada mata pelajaran kimia. Melalui pembelajaran kimia, siswa
diharapkan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta memiliki kemampuan bekerja sama seperti apa yang diamanatkan
dari Permendiknas No. 23 tahun 2006. Mata pelajaran kimia juga bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan memahami konsep, prinsip, hukum dan teori
kimia serta keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam
Merujuk pada penjelasan di atas, mengembangkan dan memiliki
kemampuan berpikir baik itu berpikir kritis maupun kreatif bagi peserta didik,
sangat diperlukan sekali bagi lulusan SMK ketika sudah berada dalam dunia kerja
yaitu mampu memecahkan permasalahan dan memutuskan suatu keputusan yang
akan diambil. Hal ini sejalan dengan (Career Center Maine Department of Labor
USA, 2004) bahwa pengembangan kemampuan berpikir kreatif memang perlu
dilakukan karena kemampuan ini merupakan salah satu kemampuan yang
dikehendaki dunia kerja. Tak diragukan lagi bahwa kemampuan berpikir kreatif
juga menjadi penentu keunggulan suatu bangsa. Daya kompetitif suatu bangsa
sangat ditentukan oleh kreativitas sumber daya manusianya. Degeng (dalam
Arnyana, 2007) mengemukakan para lulusan sekolah sampai perguruan tinggi, di
samping memiliki kemampuan keahlian kejuruan (vocasional skills), juga harus
memiliki keterampilan berpikir(thinking skills) sehingga bangsa Indonesia tidak
menjadi bangsa “buruh”. Pendapat tersebut mendukung pendapat John Dewey
(dalam Arnyana, 2007) yang sejak awal mengharapkan agar siswa diajarkan
keterampilan berpikir. Namun, sampai saat iniketerampilan berpikirbelum
ditangani secara sungguh-sunguh oleh para guru di sekolah. Hal ini mendukung
Rofi’udin (2000) yang menyatakan bahwa terjadi keluhan tentang rendahnya
kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki oleh lulusan pendidikan dasar sampai
perguruan tinggi karena pendidikan berpikir belum ditangani dengan
baik.Olehkarena itu, penanganan keterampilan berpikir kreatif sangat penting
diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran khususnya pada mata pelajaran kimia
Upaya yang perlu dilakukan agar peserta didik (siswa) memiliki
keterampilan berpikir kreatif yang memadai setelah mengikuti pembelajaran
kimia yaitu dilakukan suatu kegiatan pembelajaran kimia yang bersifat berpusat
pada siswa sehingga siswa diberi kebebasan secara aktif menggali dan
merumuskan informasi, mengolah, mengambil keputusan serta memecahkan
masalah secara kreatif. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan fenomena
pembelajaran kimia saat ini yang masih bersifat teacher-oriented dan siswa
kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan berpikir, dengan
kata lain guru khususnya di SMK dalam proses pembelajaran lebih sering
menggunakan model konvensional dalam kegiatan pembelajaran kimia. Hal ini
diperkuat dengan hasil wawancara dengan beberapa siswa dan guru kimia
dibeberapa sekolah menengah kejuruan swasta di kabupaten Bandung, bahwa
kegiatan belajar mengajar masih banyak dilakukan dengan cara-cara yang
konvensional dan tidak pernah memberikan suatu pembelajaran yang sifatnya
melatih keterampilan berpikir kreatif. Beberapa alasan yang diberikan karena
kimia di SMK memiliki alokasi waktu pembelajaran yang sangat sedikit yaitu dua
jam pelajaran dalam satu minggu sehingga kegitan pembelajaran lebih fokus
dalam penyelesaian materi yang tepat waktu. Selain itu, anggapan siswa bahwa
kimia adalah pelajaran yang tidak menarik, sulit dipahami dan kurang diminati
bahkan kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari karena siswa lebih
mementingkan mata pelajaran produktif (program keahlian).
Dari kenyataan di lapangan tersebut, jelas sekali bahwa pelajaran kimia
mendukung pengembangan kompetensi siswa untuk setiap masing-masing bidang
keahliannya terutama keterampilan berpikir siswa. Permasalahan tersebut perlu
diupayakan suatu perubahan dan perbaikan, terutama perlunya suatu kegiatan
pembelajaran yang kreatif yang besifat student center untuk memfasilitasi siswa
untuk belajar aktif sehingga siswa terlatih dalam meningkatkan keterampilan
berpikirnya, salah satunya berpikir kreatif.
Uraian tersebut tampak betapa pentingnya penerapan strategi-strategi
pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa. Salah
satu alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut
adalah dengan menggunakan suatu model pembelajaran,salah satunya yaitu model
pembelajaran kooperatif. Seperti yang dikemukakan oleh Jacob, et al.(1997)
bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran akan
meningkatkan efisiensi, motivasi, serta memfasilitasi belajar aktif, belajar
eksperimental, konsisten dengan belajar yang berpusat pada siswa, dan memandu
pebelajar untuk belajar lebih baik.
Model pembelajaran kooperatif beranjak dari dasar pemikiran “getting
better together”, yang menekankan pada pemberian kesempatan belajar yang
lebih luas dan suasana yang kondusif kepada siswa untuk memperoleh, dan
mengembangkan pengetahuan, sikap, nilai,serta keterampilan-keterampilan sosial
yang bermanfaat bagi kehidupannya di masyarakat(Mutakinati, 2010). Beberapa
penelitian tentangkeefektifan penggunaan model kooperatif dalampembelajaran
diantaranyaM. Cooper (2008) menyatakan bahwa pembelajarankooperatifdapat
dari siswa lain. Penelitianpengaruh pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh
Mutakinati(2010) menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Square (TPSq)yang diintegrasikan dengan tahapan-tahapan pemecahan
masalah dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah siswa pada
materi larutan penyangga. Hasilpenelitian laindari Kaptan dan Korkmaz(2009)
menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan model
pembelajaran kooperatif melalui pendekatan problem solving dengan model
konvensional dalam meningkatkan kreativitas berpikir siswa menengah pertama
pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan beberapa hasil penelitian tersebut yang
telah dilakukan menunjukan penerapan model pembelajaraan kooperatif
menghasilkan dampak positif terhadap keterampilan berpikir kreatif (kreativitas
berpikir) dan penguasaan konsep siswa.
Berbagai model pembelajaran kooperatif telah banyak dikembangkan
seperti kancing gemerincing, jigsaw, mencari pasangan (make a match), kepala
bernomor (number head together)dan TPSq. Model pembelajaran kooperatif yang
diterapkan pada penelitian ini adalah tipe TPSqyangmemiliki tiga tahap dalam
pembelajarannya, yaitu tahap think, tahappair, dantahap square. Pada tahap think
siswa berpikir mandiri, tahap pair siswa berdiskusi secara berpasangan, dan
tahapsquare siswa berdiskusi berempat (Lie, 2005).
Pertimbangan dasar pemilihan penggunaan model TPSq dalam penelitian
yang dilakukan karena dalam kegiatan pembelajarannya, model ini memiliki satu
tahap berpikir individu dan dua tahapan diskusi dalam menyelesaikan
Hal ini sesuai menurut Millis dan Cottell (1998) bahwa keunggulan pembelajaran
kooperatif tipe TPSq dibandingkan model kooperatif lainyaitu siswa diberi lebih
banyak kesempatan untuk berdiskusi dengan pasangannya pada tahap pair,
maupun dengan tiga siswa yang lain dalam satu kelompok pada tahapan square.
Model pembelajaran tipe TPSq ini juga mendorong siswa untuk aktif dalam
diskusi dan pemecahan masalah secara bersama.Dalam penelitian initipe
kooperatif TPSqyang diadopsi dari Spencer Kagan dikembangkan dengan cara
mengintegrasikan setiap tahapannya dengan aspek-aspek keterampilan berpikir
kreatif yaitu berpikir fluency, berpikir flexibility, berpikir originality dan berpikir
elaboration melalui soal-soal yang berkaitan dengan materi korosi logam.
Sehingga setiap tahapan diharapkan mampu mengembangkan keterampilan
berpikir kreatif siswa.
Selain keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan, penguasaan
konsep tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran karena penguasaan
konsep merupakan tujuan inti dari suatu pembelajaran (Dahar, 1989).
Pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini memilih topik korosi. Hal ini
dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama, topik korosi merupakan salah satu
aplikasi dari prinsip elektrokimia yang dimana untuk memahaminya siswa
terlebih dahulu harus menguasai konsep redoks, sel volta dan sel elektrolisis.
Dengan demikian, siswa dituntut untuk berpikir secara kreatif dengan
menggunakan ketiga konsep tersebut ketika menyelesaikan permasalahan yang
berkaitan dengan korosi logam. Kedua, korosi merupakan salah satu masalah
tetapi akibatnya cukup serius, contohnya terkorosinya peralatan industri yang
terbuat dari logam akibat kurangnya pemeliharaan, sehingga selain merugikan
perusahaan secara material namun dapat berakibat kecelakaan bagi pekerjanya,
pengetahuan ini sangat diperlukan siswa SMK ketika sudah terjun kedunia
usaha/industri. Berdasarkan pertimbangan tersebut, akan lebih bermakna jika
siswa dilatih mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan
konsep menggunakan topik korosi dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif TPSq, serta mempertimbangkan keheterogenan kemampuan akademik
siswa di sekolah yang menjadi subjek penelitian, maka judul yang diambil dalam
penelitian ini adalah “pembelajaran kooperatif think pair square untuk
meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa SMK
pada sub materi pokok korosi logam”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah : “Bagaimana pembelajaran kooperatif think pair
squaredapatmeningkatkanpenguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif
siswa SMK pada sub materi pokok korosi logam ?”.
Untuk lebih memperjelas rumusan masalah dalam penelitian ini, maka
rumusan masalah tersebut dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai
1. Bagaimana karakteristik dari model pembelajaran kooperatif TPSq yang
diterapkan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan
konsep siswa ?
2. Adakah perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa yang
menggunakan model pembelajaran TPSq dengan yang tidak menggunakan
model pembelajaran kooperatif TPSq pada sub materi pokok korosi logam ?
3. Adakah perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan
model pembelajaran TPSq dengan yang tidak menggunakan model
pembelajaran kooperatif TPSq pada sub materi pokok korosi logam ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran
kooperatif TPSq dalam upaya meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan
berpikir kreatif siswa pada sub materi pokok korosi logam.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis
sebagai salah satu alternatif dalam upaya perbaikan pembelajaran kimia antara
lain :
1. Bagi siswa, meningkatkan motivasi siswa dalam belajar sehingga memperoleh
hasil belajar yang optimal, selain itu dapat melatih keterampilan berpikir
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan wawasan
tentang alternatif pembelajaran yang berpusat pada siswa khususnya pada
proses pembelajaran kimia di SMK.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah.
4. Bagi institusi lain dapat memberikan informasi mengenai penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TPSq dalam pembelajaran kimia.
5. Bagi peneliti lain, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dan masukan untuk dilakukannya penelitian sejenis dengan menggunakan
model pembelajaran yang berbeda ataupunmodel pembelajaran yang sama
untuk diterapkan pada pokok bahasan yang lain.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu persoalan yang
perlu diuji kebenarannya. Adapun hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
H1 : terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa dalam
pembelajaran korosi logam secara signifikan antara siswa kelompok
eksperimen menggunakan model pembelajaran TPSq dan siswa
kelompok kontrol dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional.
H1: terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa dalam
eksperimen menggunakan model pembelajaran TPSq dan siswa
kelompok kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.
F. Definisi Operasional
Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindarkan penafsiran
yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka
perlu dijelaskan definisi operasional sebagai berikut :
a. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang
mengutamakan kerjasama diantara siswa dalam kelompok kecil yang
heterogen dengan fungsi untuk memahami suatu konsep dan mencapai tujuan
pembelajaran yang diberikan yaitu korosi logam dengan guru sebagai
fasilitasor pembelajaraan.
b. Think Pair Square (TPSq)merupakan salah satu teknik dalam melaksanakan
model pembelajaran kooperatif yang memilki tiga tahap diskusi yang
didesain sedemikian rupa yang terdiri dari tahap think, pair, dan square guna
membangun pengetahuan siswa mengenai korosi logam melalui respon
interaksi dan umpan balik antar siswa dengan tujuan meningkatkan
penguasan konsep, dan keterampilan berpikir kreatif.
c. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa dalam memahami suatu
abstraksi dan gambaran karakteristik korosi logam secara ilmiah, baik secara
teori maupun dalam penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
penelitian ini penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes tertulis
d. Keterampilan Berpikir Kreatif
Keterampilan berpikir kreatif merupakan kemampuan siswa dalam
memfokuskan pada pencarian ide, dan pemunculan berbagai banyak jawaban
benar terhadap suatu permasalahan pada topik korosi logam, terbentuknya
kemampuan tersebut didasarkan atas pencapaian indikator-indikator
keterampilan berpikir kreatif siswa.
e. Korosi Logam adalah reaksi redoks antara suatu logam dengan berbagai zat
dilingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan
desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik
analisis instrumen, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian, dan teknik
pengolahan data.
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu(quasi eksperiment).
Metode quasi experimentdigunakan untuk mendapatkan gambaran tingkat
keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa. Desain yang
digunakan adalah “pretest-posttest control group design” yang penentuannya
dilakukan secara purposive sampling. Desain ini menggunakan dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.Kelompokeksperimen
mendapatkan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif TPSq
dan kelompok kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional. Terhadap
kelompok dilakukan pretest (tes awal) dan posttest (tes akhir) untuk melihat
peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum
dan setelah pembelajaran. Desain penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1:
Tabel 3.1 Desain Penelitian “Pretest-PosttestControl Group Design”
Kelompok Tes awal Perlakuan Tes akhir
Eksperimen O X O
Keterangan :
X = pembelajaran menggunakan model TPSq
Y = Pembelajaran konvensional
O = Tes awal dan tes akhir
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI pada salah satu SMK
swasta di kabupaten Bandung. Sampel penelitian diambil dua kelompok dari lima
kelompok yang dipilih secara purposive sampling sebagai kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun
pelajaran 2011/2012.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : studi
pendahuluan, persiapan, pelaksanaan dan diakhiri dengan analisis hasil dan
penyusunan laporan.
1. Studi pendahuluan
Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang kegiatan
pembelajaran kimia di SMK sehingga dapat diperoleh
permasalahan-permasalahan yang aktual, secara bersamaan pada tahap ini juga dilakukan studi
hasil penelitian yang relevan sesuai dengan penelitian yang sedang dilakukan, dan
2. Tahapan persiapan
Kegiatan pokok yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun perangkat
kegiatan pembelajaran dan mempersiapkan instrumen penelitian. Melakukan studi
pendahuluan meliputi kajian teori tentang model pembelajaran kooperatif TPSq,
penguasaan konsep, keterampilan berpikir kreatif dan konsep korosi logam.
Selanjutnya dilakukan pengembangan instrumen meliputi langkah-langkah
sebagai berikut : - Penyusunan instrumen
- Validasi instrumen olah pakar dilakukan oleh tiga orang
dosen ahli
- Uji coba dan revisi instrumen
Penyusunan perangkat pembelajaran dibedakan untuk kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, sedangkan instrumen dibuat sama baik untuk
kelompok ekperimen maupun kelompok kontrol. Berikut perangkat pembelajaran
dan instrumen yang digunakan untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
a. Kelompok eksperimen : Rancangan pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif TPSq, penggunaan LKS yang berisi berbagai
jenis permasalahan dalam bentuk pertanyaan yang berkaitan dengan topik
korosi untuk melatih keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep
dintegrasikan dengan tahapan-tahapan pembelajaran TPSq. Instrumen yang
digunakan adalah tes keterampilan berpikir kreatif, tes penguasaan konsep,
angket siswa yang berisi tanggapan mengenai kegiatan pembelajaran
b. Kelompok kontrol : Rancangan pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu yang biasa guru
lakukan seperti ceramah, diskusi tanya jawab, penggunaan media infocus.
Instrumen yang digunakan adalah tes keterampilan berpikir kreatif, tes
penguasaan konsep.
3. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pengumpulan data dan penerapan model
pembelajaran kooperatif TPSq dalam pembelajaran korosi logam. Kegiatan yang
dilakukan adalah :
- Mengadakan pretest pada kelompok eksperimen dan kelompokkontrol untuk
mengetahui kemampuan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif
awal siswa.
- Pembelajaran menggunakan model kooperatif TPSq pada kelompok
eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.
- Melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran korosi logam menggunakan
model pembelajaran kooperatifTPSqpada kelompok eksperimen.
- Melakukan observasi keterlaksanaan pembelajaran korosi logam menggunakan
model pembelajaran konvensionalpada kelompok kontrol.
- Memberikan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk
mengetahui tingkat keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep siswa
- Menyebarkan angket untuk menjaring tanggapan siswa terhadap pembelajaran
menggunakan model pembelajaran kooperatifTPSq pada kelompok
eksperimen.
4. Tahap pengolahan dan analisis data
Menghitung rata-rata gain yang dinormalisasi (N-gain) keterampilan
berpikir kreatif dan penguasaan konsep untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol, melakukan uji normalitas N-gain, melakukan uji homogenitas
varians, melakukan uji hipotesis, serta melakukan analisis data angket dan
Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu,
1. Tes penguasaan konsep
Tes ini digunakan untuk mengukur penguasan konsep siswa terhadap sub
materi pokok korosi logam. Tes penguasaan konsep diberikan untuk kelompok
ekperimen dan kelompok kontrol yaitu sebelum dilakukan pembelajaran
(pretest)dan setelah diberikan pembelajaran dengan penerapan model
pembelajaran yang berbeda pada kedua kelompok tersebut (posttest). Soal tes ini
dalam bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban.
Tahap awal penyusuan soal adalah pembuatan kisi-kisi soal bertujuan untuk
menentukan konsep-konsep yang akan diukur yang sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan. Selanjutnya menyusun pokok uji yang sesuai dengan konsep dan
indikator pembelajaran. Setelah kisi-kisi soal dibuat, setiap butir soal tes
penguasaan konsep dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan divalidasi
oleh pakar yang terdiri dari dua orang dosen ahli kemudian hasilnya diujicobakan
pada siswa kelas XII. Hasil uji coba kemudian diolah dan dianalisis untuk
mendapatkan soal yang valid dan reliabel.Setiap pertanyaan tes berhubungan
dengan level berpikir dari proses kognitif Bloom revisi yang dibatasi dari C1
sampai C4 yaitu Mengingat, Memahami, Menerapkan dan Menganalisis.
2. Tes keterampilan berpikir kreatif
Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa yang
berkaitan dengan topik korosi logam. Soal tes dalam bentuk uraian terbuka. Tes
ini diberikan untuk kelompok ekperimen dan kelompok kontrol yaitu sebelum
penerapan model pembelajaran yang berbeda pada kedua kelompok tersebut
(posttest).
Dengan cara yang sama, tahap awal penyusuan soal adalah pembuatan
kisi-kisi soal keterampilan berpikir kreatif, kemudian setiap butir soal tes
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan divalidasi oleh dua orang dosen
ahli kemudian diujicobakan pada siswa kelas XII. Hasil uji coba diolah dan
dianalisis untuk mendapatkan soal yang valid dan reliabel. Setiap pertanyaan tes
berhubungan dengan aspek keterampilan berpikir kreatif yaitu kelancaran
(fluency), keluwesan (flexibility), originalitas (originality) dan elaborasi
(elaboration).
3. Angket tanggapan siswa
Angket digunakan untuk menjaring pendapat siswa tentang pembelajaran
korosi logam menggunakan model pembelajaran kooperatifTPSq yang diterapkan.
Angket dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala likert, dengan
menggunakan empat kategori respon yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S) tidak
setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).Pemberian skor untuk setiap pernyataan
siswa dengan ketentuan seperti Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Pemberian Skor Tanggapan Siswa
Skor Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4
Lebar observasi digunakan untuk mengamati sejauh mana tahapan
pembelajaran korosi logam menggunakan model pembelajaran kooperatif TPSq
yang telah direncanakan terlaksana. Observasi yang dilakukan adalah observasi
terstruktur dengan menggunakan lebaran daftar cek.
E. Analisis Tes
Soal yang bermutu adalah soal yang dapat membedakan setiap kemampuan
siswa. Semakin tinggi kemampuan siswa dalam memahami materi pembelajaran,
semakin tinggi pula peluang menjawab benar soal atau mencapai kompetensi yang
ditetapkan. Makin rendah kemampuan siswa dalam memahami materi
pembelajaran, makin kecil pula peluang menjawab benar soal untuk mengukur
pencapaian kompetensi yang ditetapkan.
Tes yang baik harus memenuhi empat karakteristik; validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soalnya. Karena itu untuk
mendapatkan tes yang baik (tes keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan
konsep) diujicobakan terlebih dahulu, setelah itu dianalisis validitas, reliabilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soalnya. Dalam penelitian ini
menggunakan program Anates V.4. untuk menganalisis butir soal.
1. Validitas tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah tes disebut valid apabila
tes itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang dilakukan dalam
empiris.Validitas logis instrumen penelitiandilakukan oleh dua orang dosen yang
berkompeten di bidang pendidikan kimia untuk melakukan validasi isi dan
konstruksi setiap pokok uji instrumen tes tertulis. Suatu tes mempunyai validitas
isi yang baik apabila tes itu mengukur hal-hal yang mewakili keseluruhan isi
bahan pelajaran yang akan diukurnya. Validitas isi yang tinggi dicapai bila materi
tes representatif (mewakili) semua pengetahuan yang diajarkan. Pengujian
validitas isi ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya kesesuaian antara materi
pelajaran yang diajarkan dengan isi instrumen yang telah dibuat. Setelah
dilakukan pengujian terhadap instrumen soal tersebut, dilakukan pengujian
validitas empiris yaitu melakukan uji coba soal.
Validitas empiris terhadap instrumen tes tertulis dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus korelasi. Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah yang
dikemukakan oleh Pearson, yang dikenal dengan rumus korelasi product moment
sebagai berikut:
rxy =
Keterangan :
Harga rxy = indeks korelasi antara dua variabel yang dikorelasikan.
X = skor item no X
Y = skor total
Validitas soal-soal ini ditentukan dengan membandingkan harga r yang diperoleh
terhadap harga rtabel, dengan ketentuan rhitung> rtabel maka butir soal tersebut valid
(Arikunto, 2010). Untuk menafsirkan validitas, digunakan acuan sebagai berikut:
2. Reliabilitas Tes
Realiabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke
pengukuran lainnya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap dan dihitung dengan
koefisien reliabilitas. Rumus yang digunakan untuk menghitung besarnya
reliabilitas dengan rumus Spearman-Brown.
r 11 = (Arikunto, 2010)
Keterangan : r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan
rxy = indeks korelasi antara dua belahan instrumen
Sebelum dimasukkan ke rumus Spearman-Brown, terlebih dahulu dimasukkan ke
dalam rumus korelasi product moment.Kriteria koefisien korelasi yang digunakan
adalah kriteria Guilford (dalam Russeffendi, 2005) seperti ditunjukan pada Tabel
Koefisien Korelasi Kategori
0,81 – 1,00 Sangat Tinggi
0,61 – 0,80 Tinggi
0,41 – 0,60 Sedang
0,21 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah
3. Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran menunjukan sukar atau mudahnya suatu soal (Arikunto,
2010). Besarnya indeks kesukaran (P) berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00.
Indeks kesukaran butir soal dapat dihitung dengan menggunakan rumus ; P =
B/JS ; P adalah indeks kesukaran, B adalah banyak siswa yang menjawab soal
itu dengan benar, JS adalah jumlah seluruh siswa peserta tes. Kategori untuk
tingkat kesukaran soal dapat dilihat padaTabel 3.5
Tabel 3.5 Kategori Tingkat Kesukaran
(Arikunto, 2010)
4. Daya Pembeda Butir Soal
Daya pembeda suatu butir menyatakan seberapa jauh kemampuan butir
tersebut mampu membedakan anatara kelompok siswa pandai dengan kelompok
siwa lemah (Ratumanan dan Laurens, 2003). Harga daya pembeda (D) dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut :
P Kategori
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 Soal sedang
� = � − � ; dimana, BA adalah banyaknya peserta tes kelompok atas yang
menjawab soal dengan benar, BB adalah banyaknya peserta test kelompok bawah
yang menjawab soal dengan benar, JA adalah jumlah peserta tes kelompok atas.
Dan JB adalah jumlah peserta kelompok bawah (Arikunto, 2010).
Untuk menentukan indeks deskriminasi (D) soal bentuk uraian digunakan
persamaan : D = � −�
� ; D adalah indeks dekriminasi, SA adalah jumlah skor siswa
kelompok atas, SB adalah jumlah skor siswa kelompok bawah, JA adalah jumlah
skor ideal salah satu kelompok
Tabel 3.6.Kategori Indeks Daya Pembeda
ID Kategori
0,00-0,19 Kurang
0,20-0,39 Cukup
0,40-0,69 Baik
0,70-1,00 Sangat baik
(Arikunto, 2010)
F. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh berupa data hasil angket, observasi, hasil pretest dan
posttest penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif. Hasil angket dan
observasi dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tanggapan siswa,
keterlaksanaan pembelajaran serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Skor
pretest dan posttest peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir
kreatif dianalisis dengan uji statistik menggunakan program SPSS 17for windows,
Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan
penguasaan konsep yang dikembangkan melalui model pembelajaran kooperatif
TPSq dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi. Untuk memperoleh skor
gain yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh (Hake, 2002)
berikut :
N-gain = ((Spost–Spre)/(Smaks-Spre)) x 100%
Keterangan :
Spost = skor posttest, Spre = skor pretest,Smaks = skor maskimum ideal.
Gain yang dinormalisasi (N-gain) ini diinterpretasikan untuk menyatakan
peningkatan keterampilan berpikir kreatif dan penguasan konsep korosi logam
dengan kategori sebagai berikut :
Tabel. 3.7 Kategori Tingkat N-gain (Hake, 2002)
Batasan Kategori
Ngain ≥ 0,700 Tinggi
0,3 ≤ Ngain<0,700 Sedang
Ngain<0,3 Rendah
Pengolahan dan analisis data dengan menggunakan uji statistik dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1. Uji normalitas distribusi
Uji normalitas distribusi data dengan menggunakan one sample Kolmogorov
Smirnov test, taraf signifikansi α = 0,05. Dari hasil tes ini didapatkan p-value, jika
p-value> α = 0,05 maka data berasal dari populasi yang terdistribusi normal.
terdistribusi normal. Dalam program SPSS 17.0 digunakan istilah significance
yang disingkat Sig untuk p-value, dengan kata lain p-value = Sig.
2. Uji homogenitas varian data
Uji ini dilakukan untuk melihat sama tidaknya varians-varians dua buah
peubah bebas dengan Levene Test. Dari hasil Levene’s Test didapatkan p-value,
jika p-value lebih besar dari α = 0,05 maka kedua varians sama besar (homogen).
Jika p-value lebih kecil α = 0,05 maka kedua varians tidak sama besar (tidak
homogen).
3. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji-t satu ekor (one
tile) dengan taraf siginfikan α = 0,05. Pada uji-t ini menggunakan SPSS 17.0
dengan uji-t dua sampel independen. Dengan syarat Jika sebaran data berditribusi
normal dan homogen.
Pada hasil uji ini terdapat keluaran nilai t dan p-value, untuk mengetahui
hasil hipotesis ada dua cara, pertama membandingkan nilai thitug dengan ttabel, jika
thitung> ttabel maka Ho ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Kedua
membandingkan p-value dengan tingkat kepercayaan α = 0,05, jika p-value< α,
maka H1 diterima begitu juga sebaliknya. Apabila data tidak memenuhi asumsi
uji-t (tidak berdistribusi normal, tidak homogen) maka dipakai uji statistik
nonparametrik yaitu uji Mann-Whitney (Russefendi, 2005).
Data yang diperoleh dari angket dihitung persentasenya menggunakan
rumus, sebagai berikut :
T = J/N X 100%
Keterangan :
T = persentase sikap terhadap setiap pernyataan
J = jumlah jawaban setiap kelompok sikap
N=jumlah siswa
Skala yang digunakan adalah skala likert, setiap jawaban diberi nilai
kuantitatif 4,3,2,1 untuk pernyataan sikap positif (favorable) dan 1,2,3,4 untuk
pernyataan bersifat negatif (unfavorable). Kemudian untuk menentukan skor
rata-rata jawaban siswa untuk setiap pertanyaan digunakan rumus sebagai berikut :
R=ΣjxS/N
Keterangan :
R = skor rata-rata jawaban siswa untuk setiap pertanyaan
S=skor setiap kelompok
N=jumlah siswa
Interpretasi skor rata-rata jawan angket dapat dilihat pada Tabel 3.8 :
Tabel 3.8Kategori Respon Siswa
Batasan (%) Kategori
R≤0 Sangat tidak baik
0≤R≤25 Kurang baik
25≤R≤75 Cukup baik
75≤R≤100 Sangat baik
Uji coba tes dilakukan pada siswa SMK kelas XII disalah satu sekolah di
kabupaten Bandung. Soal tes penguasaan konsep yang uji cobakan berjumlah 22
soal dalam bentuk pilihan berganda dan 6 soal tes keterampilan berpikir kreatif
dalam bentuk uraian terbuka. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan
program Anates V.4 untuk menguji validitas soal, reliabilitas tes, tingkat
kesukaran dan daya pembeda soal. Hasil uji coba soal penguasan konsep dapat
dilihat pada Tabel 3.9
Tabel 3.9 Hasil uji Coba Soal Penguasaan Konsep
No. Soal
Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas Reliabilitas
Ket.
valid dibuang tidak dipakai. Jumlah soal penguasaan konsep yang digunakan
untuk pretest dan posttest berjumlah lima belas soal.
Selanjutnya hasil uji coba soal keterampilan berpikir kreatif dapat dilihat
pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Hasil Uji Coba Soal Keterampilan Berpikir Kreatif
No. Soal
Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Validitas Reliabilitas
Ket.
Dapat dilihat dari tabel diatas dari enam soal yang diuji cobakan diperoleh bahwa
semua soal keterampilan berpikir kreatif adalah valid sehingga jumlah soal yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan data hasil penelitian, pengolahan data, analisis dan
pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakterisitik model kooperatif TPSq yang diterapkan pada proses
pembelajaran meliputi tiga tahap yaitu tahap think (berpikir mandiri), tahap
pair (diskusi berpasangan) dan tahap square (diskusi berempat). Setiap
tahapan dintegrasikan dengan indikator-indikator keterampilan berpikir kreatif
dalam bentuk pertanyaan yang berhubungan dengan topik korosi logam.
Indikator keterampilan berpikir kreatif tersebut yaitu berpikir lancar (fluency),
berpikir luwes (flexibility), berpikir orisinal (originality) dan berpikir merinci
(elaboration).
2. Terdapat perbedaan peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa pada
materi korosi logam secara signifikan antara kelompok eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif TPSq dan kelompok kontrol
yang menggunakan model pembelajaran konvensional dengan p-value/sig
sebesar 0,000. Dari perbandingan rata-rata gain yang dinormalisasi
keterampilan berpikir kreatif siswa kelompok eksperimen sebesar 52,56%
lebih tinggi dari siswa kelompok kontrol sebesar 33,27% walaupun keduanya
3. Terdapat perbedaan peningkatan penguasaan konsep siswa pada materi korosi
logam secara signifikan antara kelompok eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif TPSq dan kelompok kontrol yang
menggunakan model pembelajaran konvensional dengan p-value/sig sebesar
0,000. Dari perbandingan rata-rata gain yang dinormalisasi penguasaan
konsep siswa kelompok eksperimen sebesar 51,43% lebih tinggi dari siswa
kelompok kontrol sebesar 37,19% walaupun keduanya sama-sama
berkategori sedang.
B. SARAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diajukan beberapa saran, yaitu :
1. Pembelajaran kooperatif tipe TPSq dapat dijadikan sebagai salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru kimia dalam meningkatkan
penguasan konsep dan keterampilan berpikir kreatif pada sub materi pokok
korosi logam.
2. Pengembangan pembelajaran kooperatif tipe TPSq lebih lanjut diharapkan
dapat disesuaikan dan dintegrasikan antara materi kimia dengan
pelajaran-pelajaran produktif sesuai kompetensi keahlian yang dimiliki, sehingga hasil
pembelajaran lebih bermakna dan siswa lebih termotivasi untuk menyukai dan
memahami pelajaran kimia di sekolah menengah kejuruan (SMK) apapun itu
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching
and Assesing, A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
New York : Addison Wesley Longman, Inc.
Arikunto, S (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Arnyana, IBA. (2007). Pengembangan Peta Pikiran untuk Peningkatan
Kecakapan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran
Undiksha, No. 9 Juli 2007
Baer, J. (1993). Creativity and Divergent Thinking; A Task Specific Approach. London : Lawrence Erlbaum Associates Publisher.
Career Center Maine Departmeny of Labor (2004). Today’s Work Competence in
Maine. [Online]. Tersedia:
http://www.maine.gov/labor/lmis/pdf/EssentialWorkCompetencies.pdf. [9 Mei 2012]
Anwar, C. (2005). Penerapan Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
dalam Membentuk Habits of Mind Siswa pada Pembelajaran Konsep Lingkungan (Tesis): Bandung : ProgramPascasarjana, UPI.
Chang, Raymond. (2000). Essential Chemistry: A Core Text For General
Chemistry, Second Edition. United States of America: The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Cooper, L & Robinson, P. (2000). Getting Started : Informal Small-Group
Strategies in Large Classes. New Direction For Teaching and Learning, No.
81. [Online]. Tersedia : bama.ua.edu/.../695%20Cooper%20&%20Ro.[14 Juli 2012].
Costa, A.L. (1985). Developing Minds; a Resoueces Book for Teaching. Virginia: Association for Supervision nad Curriculum Development
Dahar, R.W (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga.
Dirjen Dikdasmen. (2006). Kurikulum 2006 SMK. Jakarta. Depdiknas.
Djohar, A. (2003). Pengembangan Model Kurikulum Berbasis Kompetensi
Sekolah Menengah Kejuruan. Disertasi : Universitas Pendidikan Indonesia.
Fakhri, E. & Yufridawanti. (2010). Relevansi Kompetensi dan Tingkat Daya
Saing Lulusan SMK dalam Dunia Kerja. Jurnal Penelitian Kebijakan
Pendidikan Vol. 9 Tahun Ke-3. Desember 2010.
Fauziah, Y.N. (2011).Analisis Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Sekolah Dasar Kelas V pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Tesis : Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan
Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta : Prestasi Pustaka.
Hake, R.R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains
in Mechanics with Gender, High School, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. Tersedia: http://www. arxiv.org atau
http://www.physics. indana.edu/~hake.
Hutagaol, Y. M. (2009). Minat dan Motivasi Siswa Memilih Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Mendorong Peningkatan Mutu Pendidikan di Kab. Tapanuli Utara. Tesis : Universitas Sumatera Utara
Isjoni. (2010). Cooperatif Learning ; Efektifitas Pengajaran Kelompok. Bandung : Alfabeta.
Jacobs, G.M & Lee, C. (1997). Co-operative Learning In The Thinking
Classroom. [Online]. Tersedia :
www.georgejacobs.net/Cooperative_Learning.
Johnson, E.B.(2002). Contextual Teaching and Learning. Thousand Oaks: Corwin Press, Inc.
Lie, A. (2005). Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Liliasari, 1999. Membangun Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Manusia Indonesia Melalui Model Pembelajaran IPA bagi Mahasiswa Calon Guru. Makala pada kongres Ilmu Pengetahuan Nasional VII. Bandung : IKIP Bandung.
Liliawati, W & Puspita, E. (2010). Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa. Prosiding Seminar Nasional Fisika 2010. Universitas Pendidikan Indonesia.
Lin, E. (2006). Cooperative Learning in the Science Classroom. [Online]. Tersedia : http://www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/search/detailmini.jsp. [6 Juni 2011].
M.Cooper, Melanie,et. al. (2008). Is Collaborative Grouping an Effective
Instructional Strategy?. Dalam Journal of College Science Think.[Online]
Vol. 20,7 halaman. Tersedia: www.journalsciencethinnking.org/cerp [3
Agustus 2011].
McGregor, D. (2008). Developing Thinking Developing Learning. A Guide to Thinking Skill in Education. London: McGrow Hill Open University Press
Millis & Cottell. (1998). Think-Pair-Square Cooperatif Learning for Higher
Education Faculty. Phoenix: The Oryx Press.
Munandar. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :Rineka Cipta.
Munandar, U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.
Jakarta: Gramedia.
Mutakinati, L. (2010). Pembelajaran Kooperatif Think Pair Square untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Siswa Pada Materi Larutan Penyangga. Tesis : Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.
Penyusunan Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (1990). Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Peraturan Mendiknas No. 22 (2006), Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
Permana, I. (2011). Media Visualisasi untuk Meningkatkan Keterampilan Generik
Purwanto. (2008). Kreativitas Berpikir Menurut Guilford. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 074, Tahun ke-14. Tersedia : isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1407408856867.pdf [7 Juli 2012]
Ratumanan, T.G. & laurens, T. (2003). Evaluasi Hasil Belajar ayang Relevan
dengan Kurikulum berbasis Kompetensi. Surabaya : YP3IT & Unesa
Universiity Press.
Rofi’uddin, A. (2000). Model Pendidikan Berpikir Kritis-Kreatif untuk siswa Sekolah Dasar. Majalah Bahasa dan Seni (28) Pebruari : 72-94.
Russeffendi, H.E.T. (2005). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : IKIP Bandung Press.
Rustaman, N. (2005). Pengembangan Model Pembelajaran (MIPA). Makalah pada Seminar Nasional “Pengembangan Pembelajaran MIPA dan Implementasinya Pada Pelaksanaan KBK” di FMIPA IKIP PGRI.
Rustaman, N. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang : UM Press.
Setiabudi, A & Sunarya, Y. (2009). Mudah dan Akif Belajar Kimia 3 Untuk
SMA/MA. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional
Shidarta, A. (2005). Keterampilan Berpikir. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pusat Pengembangan dan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Jakarta: Alfabeta.
Sutrisno, J. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir unutk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia :
Tan, G. et. al. (1999).Using Cooperative Learning to Integrate Thinking and
Information Technology in a Content-Based Writing Lesson. The Internet
TESL Journal, Vol. V, No. 8 [Online], Tersedia : http://iteslj.org/Techniques/Tan-Cooperative.html. [7 Juli 2012]