• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI KERJA GURU SMA DI KOTA MAKASSAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI KERJA GURU SMA DI KOTA MAKASSAR."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

vii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PENGESAHAN TESIS ... ii

PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Asumsi ... 10

F. Hipotesis ... 11

G. Metode Penelitian ... 11

H. Lokasi dan Populasi Penelitian ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 14

1. Pengertian ... 14

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah ... 19

(2)

Halaman

B. Sistem Manajemen Mutu ... 34

1. Konsep mutu ... 34

2. Kontrol mutu, jaminan mutu dan mutu terpadu ... 39

3. Implementasi sistem manajemen mutu di sekolah ... 48

C. Motivasi Kerja Guru ... 56

1. Hakikat dan fungsi motivasi ... 56

2. Teori-teori motivasi ... 61

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja guru ... 70

D. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah, Sistem Manajemen Mutu dan Motivasi Kerja Guru ... 72

BAB III METODE PENELITIAN ... 77

A. Populasi dan Sampel ... 77

1. Populasi ... 77

2. Sampel ... 77

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 82

1. Variabel penelitian ... 82

2. Definisi operasional variabel ... 83

C. Instrumen Penelitian ... 85

D. Proses Pengembangan Instrumen ... 89

1. Uji validitas ... 89

2. Uji reliabilitas ... 92

E. Metode Pengumpulan Data ... 94

F. Teknik Analisis Data ... 95

1. Analisis deskriptif ... 97

2. Uji prasyarat analisis ... 99

3. Pengujian hipotesis ... 103

(3)

Halaman

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 106

A. Hasil Penelitian ... 106

1. Deskripsi karakteristik responden ... 106

2. Deskripsi variabel penelitian ... 108

3. Uji prasyarat analisis ... 119

4. Analisis data ... 126

B. Pembahasan ... 138

1. Kepemimpinan kepala sekolah ... 139

2. Sistem manajemen mutu ... 141

3. Motivasi kerja guru ... 142

4. Hipotesis pertama ... 144

5. Hipotesis kedua ... 145

6. Hipotesis ketiga ... 147

BAB V KESIMPULAN DANREKOMENDASI ... 150

A. Kesimpulan ... 150

B. Rekomendasi ... 151

DAFTAR PISTAKA ... 152

LAMPIRAN ... 156

(4)

x DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rekapitulasi Hasil Cluster Sampling ... 81

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen ... 86

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 91

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 93

Tabel 3.5 Interval Kriteria Indikator Variabel Penelitian ... 99

Tabel 3.6 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 105

Tabel 4.1 Statistik Deskripsi Karakteristik Umur dan Masa Kerja Guru ... 106

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Pendidikan Terakhir, Status Akreditasi Sekolah, serta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Guru ... 108

Tabel 4.3 Deskripsi Variabel Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 109

Tabel 4.4 Interval Kriteria & Deskripsi Frekuensi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 111

Tabel 4.5 Deskripsi Variabel Sistem Manajemen Mutu ... 112

Tabel 4.6 Interval Kriteria & Deskripsi Frekuensi Sistem Manajemen Mutu ... 115

Tabel 4.7 Deskripsi Variabel Motivasi Kerja Guru ... 116

Tabel 4.8 Interval Kriteria & Deskripsi Frekuensi Motivasi Kerja Guru ... 117

Tabel 4.9 Deskripsi Variabel Penelitian Per-Sekolah ... 118

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ... 120

Tabel 4.11 Hasil Uji Linearitas Garis Regresi ... 122

Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinearitas ... 124

Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi ... 126

Tabel 4.14 Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Sederhana Variabel X1 terhadap Y ... 128

(5)

Halaman Tabel 4.16 Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Ganda Variabel X1

dan X2 terhadap Y ... 134 Tabel 4.17 Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Ganda Variabel X1

(6)

xii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Desain Strategik Sekolah ... 28

Gambar 2.2 Bagan Peran Kepala Sekolah dalam Pembinaan Profesionalitas ... 29

Gambar 2.3 Posisi Formulasi dan Implementasi Strategik dalam Manajemen ... 40

Gambar 2.4 Sistem Manajemen Mutu ... 41

Gambar 2.5 Piramida terbalik TQM ... 43

Gambar 2.6 Siklus PDCA ... 50

Gambar 2.7 Keterkaitan 8 Prinsip Manajemen Mutu ... 54

Gambar 2.8 Model Siklus Penerapan SMM Berdasarkan Proses ... 55

Gambar 2.9 Proses Motivasi ... 59

Gambar 2.10 Hirarki Kebutuhan Maslow ... 64

Gambar 3.1 Paradigma Penelitian dengan Dua Variabel Independen X1 dan X2, serta Satu Variabel Dependen Y ... 83

Gambar 4.1 Histogram Hasil Uji Normalitas ... 121

Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Linearitas ... 123

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Sekolah Menengah Atas se-Kota Makassar ... 157

2. Kuesioner Penelitian ... 160

3. Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Kuesioner Variabel X1 ... 169

4. Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Kuesioner Variabel X2 ... 170

5. Rekapitulasi Data Hasil Uji Coba Kuesioner Variabel Y ... 171

6. Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 172

7. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sistem Manajemen Mutu ... 174

8. Hasil Uji Validitas Kuesioner Motivasi Kerja Guru ... 176

9. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 178

10. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Sistem Manajemen Mutu ... 180

11. Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Motivasi Kerja Guru ... 182

12. Rekapitulasi Data Karakteristik Responden Penelitian ... 184

13. Deskripsi Karakteristik Umur dan Masa Kerja Responden ... 189

14. Deskripsi Karakteristik Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Pendidikan Terakhir, Status Akreditasi Sekolah, serta Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Responden ... 192

15. Rekapitulasi Data Jumlah Skor Kuesioner Penelitian ... 193

Riwayat Hidup ... 197

Permohonan izin melakukan Studi Lapangan/Observasi ... 198

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sumber daya manusia (SDM) merupakan hal yang paling utama dalam era globalisasi saat ini, dimana kita dituntut agar dapat mengembangkan kompetensi, sehingga bangsa Indonesia dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Usaha peningkatan kompetensi ini tidak hanya dilaksanakan pada saat ini saja, akan tetapi secara berkelanjutan sehingga dapat beradaptasi dengan perkembangan jaman yang dinamis. Sejalan dengan hal ini, peran pemerintah sangat diperlukan sebagai motor penggerak dan sebagai fasilitator yang dapat mendorong setiap usaha yang dilakukan oleh warga Negara yang dibuktikan dengan diterbitkannya Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) dan dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

(9)

Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan perbaikan, perubahan dan pembaharuan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Sebagai sebuah sistem yang kompleks sekolah terdiri dari sejumlah komponen yang saling terkait dan terikat, diantaranya: kepala sekolah, guru, kurikulum, siswa, bahan ajar, fasilitas, dana, orangtua dan lingkungan. Sekolah sebagai suatu organisasi akan berkembang dan mengalami kemajuan sangat ditentukan oleh kepala sekolah sebagai manajernya. Kepala sekolah merupakan komponen terpenting karena kepala sekolah merupakan salah satu input sekolah yang memiliki tugas dan fungsi paling berpengaruh terhadap proses berlangsungnya sekolah. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 13 Tahun 2007 tentang sStandar Kepala Sekolah/Madrasah dinyatakan bahwa untuk diangkat menjadi kepala sekolah seseorang harus memiliki lima dimensi kompetensi, yaitu kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi dan kompetensi sosial.

(10)

memberdayakan sumber daya yang tersedia akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal peranan kepala sekolah. Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai key person dalam mencapai keberhasilan sekolah harus diberi tanggung jawab yang memadai dalam mengelola dan memanfaatkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, baik SDM serta sumber dana untuk kepentingan keberhasilan pencapaian visi, misi dan tujuan sekolah. Namun dalam perkembangannya di lapangan, fakta menunjukkan bahwa kepala sekolah hanya merupakan figur personifikasi sekolah dan menjadi seorang manajer yang lebih banyak berkosentrasi pada permasalahan anggaran dan persoalan administratif lainnya.

Untuk menghasilkan sekolah yang bermutu, selain diperlukan kepemimpinan yang kapabel dan kompeten, dibutuhkan suatu sistem manajemen mutu di sekolah yang baik pula. Sekolah yang bermutu adalah sekolah yang dapat memenuhi atau melebihi keinginan, harapan dan kebutuhan pelanggannya (memenuhi Standar Pelayanan Minimal). Sistem manajemen mutu sekolah harus berfokus pada pemenuhan kepuasan pelanggan. Pelanggan yang dimaksud disini adalah pelanggan internal dan pelanggan eksternal. Dalam dunia pendidikan/sekolah, yang dinamakan pelanggan eksternal utama adalah siswa dan sekaligus sebagai input utama (main input) yang akan diproses menjadi lulusan. Pelanggan eksternal kedua adalah orang tua, pemerintah dan sponsor, eksternal ketiga adalah pemerintah, masyarakat, dan bursa kerja, sedangkan pelanggan internal adalah guru/dosen dan staf/karyawan sekolah (Edward Sallis, 2008: 70).

(11)

langsung dengan proses penyelenggaraan pendidikan tersebut seharusnya dapat menjamin bahwa proses penyelenggaraan pendidikan akan mampu menghasilkan output dan outcome untuk memenuhi tuntutan kepuasan masyarakat yang bertindak sebagai pelanggan sesuai amanat dalam PP 19 tahun 2005 yang terkait dengan standar kompetensi lulusan, yaitu kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Alih-alih berperan serta dalam proses penyelenggaraan sekolah, sebagian besar dari stakeholder tersebut menyalahkan pihak sekolah, khususnya guru yang menjadi ujung tombak pendidikan terhadap penurunan prestasi siswa tanpa melihat pangkal permasalahannya.

Dalam Permendiknas No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mengamanatkan bahwa setiap satuan pendidikan wajib memenuhi standar pengelolaan pendidikan yang berlaku secara nasional. Oleh sebab itu pada saat ini, umumnya panduan manajemen untuk penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah disusun dalam suatu sistem untuk menjamin proses penyelenggaraan pendidikan melalui Sistem Manajemen Mutu. Sistem Manajemen Mutu (SMM) merupakan salah satu alat untuk menciptakan perubahan menuju ke arah perbaikan secara terus-menerus dalam sebuah organisasi.

(12)

yang dicapai melalui penerapan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang biasa disingkat dengan SPMP. Keberhasilan sebuah sekolah dalam penerapannya tidak terlepas dari kualitas tenaga pendidik dan latar belakang kehidupan sosial sang murid. Panduan-panduan penyelenggaraan sekolah yang ada adalah untuk menciptakan sebuah sekolah yang ideal, menjadi tidak berarti kalau tidak didukung pengajar yang memadai. Sebaliknya, lingkungan sosial sang murid-pun akan pula mempengaruhi mutu pendidikan sekalipun sudah tersedia pengajar yang berkualitas.

Untuk meningkatkan produktivitas dan kinerja guru, diperlukan suatu ‘perlengkapan’ yang disebut motivasi kerja. Stoner (1992: 440) mengartikan motivasi sebagai faktor-faktor yang menyebabkan, menghubungkan dan menyokong tingkah laku seseorang sebagaimana yang dikemukakannya bahwa motivation is the factors that cause, channel, sustain, and individual behavior. Motivasi dapat juga diartikan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu dalam memenuhi beberapa kebutuhan individual (Robbins, 2001: 166). Senada dengan pendapat tersebut, ensiklopedia bebas www.wikipedia.com

menyebutkan bahwa motivasi adalah proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuan.

(13)

mengirimkan guru ke berbagai seminar yang berkaitan dengan pendidikan sesuai dengan kebutuhan. Cara yang kedua untuk membangkitkan motivasi guru adalah dengan pemberian perhatian. Cara yang ketiga adalah ajakan berpartisipasi. Pada diri manusia ada sesuatu perasaan yang dihargai apabila dia dilibatkan pada sesuatu kegiatan.

Metode-metode inilah yang masih jarang dilaksanakan di sekolah-sekolah disebabkan oleh karena kurangnya partisipasi dan dukungan dari seorang kepala sekolah. Hal tersebut masih diabaikan dan dianggap sebagai pemborosan, baik itu pemborosan waktu dan pemborosan tenaga, serta dana. Sang penentu kebijakan menganggap bahwa guru adalah orang dewasa yang mandiri dan dapat mengatur dirinya sendiri, sehingga tak jarang menyebabkan guru menjadi acuh tak acuh dalam melaksanakan tugasnya yaitu mengajar apa adanya dan hanya sekedar untuk menggugurkan kewajibannya.

Penelitian tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan implementasi sistem manajemen mutu terhadap peningkatan motivasi guru SMA ini sangat perlu dilakukan sebab pada saat ini banyak terdengar bahwa program pemerintah yang mewajibkan setiap sekolah untuk memiliki dan menerapkan standar sistem manajemen dalam rangka memenuhi standar pengelolaan pendidikan telah mendapatkan banyak kritik dari berbagai kalangan termasuk LSM dan bahkan asosiasi guru yang disampaikan melalui situsnya di

www.gurupembaharu.com (Rinaldi, 2010) serta situs www.kompas.com

(14)

Secara umum kritikan-kritikan ini menganggap seolah-olah bahwa implementasi sistem manajemen mutu dalam satuan pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada peningkatan kinerja guru di sekolah. Dengan asumsi ini pulalah maka kualitas pendidikan dianggap hanya jalan di tempat atau bahkan semakin turun, sehingga hasil penerapan sistem manajemen mutu tidak sebanding dengan jumlah dana dan tenaga yang dikeluarkan untuk mengadopsi sitemnya di sekolah. Padahal sistem manajemen mutu merupakan perbaikan yang berkelanjutan dan sedikit demi sedikit sehingga membutuhkan waktu dan adaptasi yang agak lama dalam prosesnya.

Berjalannya sistem yang kondusif di satuan pendidikan/sekolah juga mensyaratkan adanya partisipasi seluruh warga sekolah termasuk kepala sekolah, guru, staf, siswa dan seluruh stakeholder pendidikan. Secara manajerial, kepala sekolah yang memimpin, tetapi secara operasional menjadi tugas dan tanggungjawab seluruh warga sekolah termasuk stakeholder pendidikan tersebut. Selain itu, kegiatan pengembangan dan perbaikan sistem sekolah secara berkelanjutan tidak dapat dipisahkan dengan upaya menegakkan budaya mutu yang berpedoman pada sistem manajemen mutu yang diimplementasikan di sekolah.

B. Rumusan Masalah

(15)

kerja guru SMA di Kota Makassar. Agar tidak terjadi miskonsepsi tentang masalah yang akan diteliti, berikut rumusan masalah penelitian yang akan dibahas secara rinci:

1. Bagaimanakah deskripsi kepemimpinan kepala sekolah SMA di Kota Makassar?

2. Bagaimanakah deskripsi implementasi sistem manajemen mutu SMA di Kota Makassar?

3. Bagaimanakah deskripsi motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar?

4. Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar?

5. Bagaimanakah pengaruh implementasi sistem manajemen mutu terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar?

6. Bagaimanakah pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan implementasi sistem manajemen mutu terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar yang relatif terhadap pengaruh berbagai variabel-variabel faktor/covariates?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

(16)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan kepemimpinan kepala SMA di Kota Makassar.

b. Untuk mendeskripsikan implementasi sistem manajemen mutu SMA di Kota Makassar.

c. Untuk mendeskripsikan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

d. Untuk mengetahui pengaruh implementasi sistem manajemen mutu terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

e. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

f. Untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan implementasi sistem manajemen mutu terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar yang relatif terhadap pengaruh berbagai variabel-variabel faktor/covariates.

D. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, manfaat penelitian ini adalah untuk memperdalam kajian tentang peningkatan mutu pendidikan di satuan pendidikan, khususnya mengenai pengaruh kepemimpinan kepala sekolah dan implementasi Sistem Manajemen Mutu (SMM) terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat:

(17)

2. Menjadi bahan rujukan bagi pemerintah (Dinas Pendidikan), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) dan pengambil kebijakan lainnya, termasuk kepala sekolah dalam rangka peningkatan mutu hasil pendidikan di sekolah.

3. Menjadi bahan rujukan bagi LPMP dan lembaga diklat daerah lainnya dalam pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi kepala sekolah dan guru.

4. Memperkaya referensi untuk pengembangan ilmu pengetahuan pada program studi Penjaminan Mutu Pendidikan.

E. Asumsi

Asumsi merupakan anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Asumsi merupakan kenyataan penting yang dianggap benar tetapi belum terbukti kebenarannya dan tidak perlu diverifikasi. Pendapat ini juga dikemukakan oleh Gay, Mills dan Airasian dalam buku Educational Research (2006: 83) yang menyatakan bahwa an assumption is any important “fact” presumed to be true but not actually verified. Berikut asumsi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam usaha peningkatan mutu hasil pendidikan di sekolah.

(18)

F. Hipotesis

Hipotesis adalah anggapan sementara yang perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian. Sebagaimana dikemukakan oleh McMillan dan Schumacher, (2010: 62) bahwa “Research hypothesis is a tentative statement of the expected relationship between two or more variables. Research hypothesis is investigator’s expectation or prediction of what the result will show.” Dalam merumuskan hipotesis, ada empat standar yang harus dipenuhi, yaitu hipotesis harus jelas, logis, dapat diuji dan bersifat rasional.

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis alternatif sebagai berikut:

a) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar. b) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara implementasi sistem

manajemen mutu terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

c) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan kepala sekolah dan implementasi sistem manajemen mutu serta variabel-variabel covariate terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

G. Metode Penelitian

(19)

manajemen mutu. Berdasarkan judul dan rumusan masalahnya, maka metode penelitian yang dilaksanakan merupakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian survey yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis koefisien korelasi dan regresi berganda. Dengan penggunaan metode penelitian yang tepat maka diperoleh data yang lengkap, mendalam dan dapat memberi jawaban yang tepat terhadap masalah yang akan diteliti. Hal ini didasarkan pada apa yang dijelaskan oleh McMillan dan Schumacher (2010: 235) yang menyatakan bahwa “survey research used to learn about people’s attitudes, beliefs, values, demographics, behavior, opinions, habits, desires, ideas, and other types of information.”

Teknik pengumpulan data pada penelitian yang dilakukan melalui angket/kuesioner, dokumentasi serta wawancara dengan unit analisis guru. Pengumpulan data dengan kuisioner disertai dengan pengisian data karakteristik responden/guru dan statistik sekolah yang bersangkutan. Dengan metode ini, diharapkan dapat diperoleh deskripsi, koefisien korelasi dan regeresi pada variabel-variabel kepemimpinan kepala sekolah, implementasi sistem manajemen mutu (SMM) dan peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

H. Lokasi dan Populasi Penelitian

(20)
(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Dalam penelitian kuantitatif, populasi dan sampel penelitian sangat diperlukan. Populasi adalah wilayah generasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Menurut McMillan dan Schumacher (2010: 129) population is a group of elements or cases, whether individuals, objects, or events, that conform to spesific criteria and to which we intend to generalize the results of the research.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA PNS dan non-PNS yang tersebar di seluruh wilayah Kota Makassar. Berdasarkan data terakhir yang diperoleh dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulawesi Selatan dan Dinas Pendidikan Kota Makassar pada tahun 2010, jumlah SMA negeri dan swasta yang ada di Kota Makassar adalah sebanyak 116 sekolah dengan total jumlah guru adalah 2.510 orang. Adapun data seluruh populasi sekolah dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel pada Lampiran 1.

2. Sampel

(22)

sampel, yaitu representatif dan besarnya memadai. Pengambilan sampel dalam suatu penelitian harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel yang benar-benar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya (representatif). Dengan sampel yang representatif, maka informasi yang dihasilkan relatif sama dengan informasi yang dikandung populasinya. Suatu sampel yang baik juga harus memenuhi jumlah yang memadai sehingga dapat menjaga kestabilan ciri-ciri populasi. Berapa besar sampel yang memadai bergantung kepada sifat populasi dan tujuan penelitian. Makin besar jumlah sampel yang mendekati jumlah populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil, dan begitu juga sebaliknya. Ada beberapa sebab mengapa penelitian sampel lebih menguntungkan dilakukan dibanding dengan penelitian populasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Arikunto (2006: 133), yaitu:

a. Karena subjek pada sampel lebih sedikit dibandingkan dengan populasi, maka kerepotannya tentu kurang.

b. Apabila populasinya terlalu besar sehingga dikhawatirkan ada yang terlewati. c. Akan lebih efisien dalam pembiayaan, waktu dan tenaga.

(23)

e. Ada bahaya bias orang yang mengumpulkan data yang disebabkan karena subyeknya banyak sehingga petugas pengumpul data menjadi lelah, sehingga pencatatannya menjadi tidak teliti.

f. Ada kalanya penelitian populasi tidak mungkin dilakukan disebabkan karena luasnya cakupan wilayah yang akan diteliti.

Dalam menetapkan besar kecilnya sampel, tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampir-hampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambilan sampel harus memperhatikan dua hal, yaitu harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas dan besarnya populasi.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah guru SMA PNS dan non-PNS yang ada di Kota Makassar. Berdasarkan jumlah populasi yang sangat besar seperti yang telah dijelaskan diatas dan mempertimbangkan kemampuan peneliti (waktu, tenaga dan dana) yang terbatas, maka dilaksanakan penelitian sampel dengan menentukan jumlah sekolah yang akan di teliti yaitu sebanyak 30 sekolah. Hal ini dilakukan berdasarkan pendapat Gay, Mills dan Airasian (2006: 192) yang menyatakan bahwa:

(24)

Untuk menentukan sekolah-sekolah mana saja yang akan diteliti tersebut sehingga diperoleh jumlah sebanyak 30 sekolah dari 116 populasi sekolah yang ada di Kota Makassar, maka dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling. Teknik simple random sampling yaitu teknik sampling yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur/anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Setelah diambil 30 sekolah secara acak, kemudian dikalkulasikan kembali jumlah guru yang ada di 30 sekolah tersebut sehingga diperoleh populasi guru berjumlah 1.416 orang. Dari jumlah ini kemudian ditentukan jumlah sampel guru yang akan menjadi responden berdasarkan pendapat Arikunto (2006: 134), yaitu sekitar 15% dari populasi guru di 30 sekolah tersebut sehingga diperoleh:

15

100 1416 212,4 212 orang

Setelah diperoleh jumlah sampel penelitian, selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel untuk masing-masing sekolah secara proporsional dengan persamaan cluster sampling sebagai berikut:

Singaribuan & Effendi, 1989: 72#

dengan:

nk = Jumlah sampel sekolah ke-i

pk = Jumlah populasi sekolah ke-i

(25)

Untuk lebih jelasnya, akan dilakukan contoh penentuan jumlah responden pada salah satu sekolah yang menjadi sampel penelitian. Jumlah responden pada SMAN 1 Makassar yang terdiri dari 78 orang guru adalah:

78

1416 212

16536

1416 11,68 12

Berdasarkan metode di atas, maka dapat ditentukan jumlah sampel dari masing-masing sekolah yang ditunjukkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

Rekapitulasi Hasil Cluster Sampling

No. Nama Sekolah Populasi Guru Jumlah Sampel

1. SMA Negeri 1 78 12

2. SMA Negeri 2 73 11

3. SMA Negeri 3 71 11

4. SMA Negeri 5 75 11

5. SMA Negeri 7 63 9

6. SMA Negeri 8 72 11

7. SMA Negeri 10 67 10

8. SMA Negeri 11 70 10

9. SMA Negeri 12 59 9

10. SMA Negeri 14 54 8

11. SMA Negeri 15 56 8

12. SMA Negeri 16 67 10

13. SMA Negeri 17 53 8

14. SMA Negeri 18 54 8

15. SMA Negeri 21 46 7

16. SMA Satria Makassar 25 4

17. SMA Hang Tuah 29 4

(26)

Tabel 3.1 (Lanjutan)

No. Nama Sekolah Populasi Guru Jumlah Sampel

19. SMA Baji Minasa 28 4

20. SMA Muhammadiyah 4 28 4

21. SMA Nasional 35 5

22. SMA Makassar Raya 24 4

23. SMA YP PGRI 3 23 3

24. SMA LPP UMI 26 4

25. SMA Kartika Wirabuana I 59 9

26. SMA Islam Athirah 40 6

27. SMA Katolik Rajawali 35 5

28. SMA Frater 25 4

29. SMA IMMIM 25 4

30. SMA Wahyu 32 5

Total 1.416 212

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dikaji sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis, variabel penelitian didefinisikan sebagai objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2006: 118). Lebih lanjut Gay, Mills dan Airasian (2006: 11) menyatakan bahwa variable is a concept that can assume any one of a range of values; for example, intelligence, height, test score, and the like could be variables.

(27)

kerja guru sebagai variabel terikat (Y). Bagan hubungan antar variabel (paradigma penelitian) dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 Paradigma penelitian dengan dua variabel independen X1 dan

X2, serta satu variabel dependen Y.

Keterangan:

X1 = Kepemimpinan Kepala Sekolah X2 = Sistem Manajemen Mutu Y2 = Motivasi Kerja Guru 2. Definisi Operasional Variabel

a. Kepemimpinan Kepala Sekolah (X1)

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Dari pengertian ini, maka dapat dijabarkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan yang dimiliki oleh seorang pemimpin pendidikan atau kepala sekolah untuk mengatur, mempengaruhi dan menggerakan seluruh potensi sekolah secara optimal untuk mencapai visi dan misi sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah terdiri dari tujuh indikator penting yang

X1

X2

r1

r2

(28)

disingkat dengan EMASLIM, yaitu sebagai edukator (pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader (pemimpin), inovator dan motivator (Mulyasa, 2009: 98).

b. Sistem Manajemen Mutu (X2)

Sistem manajemen mutu merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk menajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk (jasa) terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Dengan kata lain sistem manajemen mutu adalah bagian sistem manajemen organisasi yang memfokuskan perhatiannya pada pencapaian hasil berkaitan dengan sasaran mutu, untuk memuaskan kebutuhan, harapan dan persyaratan pihak berkepentingan yang sesuai. Implementasi sistem manajemen mutu pada suatu organisasi umum maupun organisasi pendidikan (sekolah) didasarkan pada delapan prinsip manajemen. Delapan prinsip manajemen yang dimaksud adalah fokus pada pelanggan, kepemimpinan, keterlibatan semua orang, pendekatan proses, pendekatan sistem ke manajemen, perbaikan berkelanjutan, pendekatan fakta sebagai dasar pengambilan keputusan dan kerjasama yang saling menguntungkan (Ray Tricker, 2005: 26-29).

c. Motivasi Kerja Guru (X3)

(29)

(Hasibuan, 2000: 35) yang merupakan bagian dari teori motivasi berprestasi McClelland.

C. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka tentunya penelitian ini memerlukan alat ukur yang baik sebagai pengumpul datanya. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Dalam penelitian ini, alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan adalah berbentuk angket atau kuesioner. Jenis kuesioner yang akan digunakan peneliti adalah kuesioner dengan jenis skala Likert yang berbentuk checklist dengan skala empat. Kuesioner jenis ini dipilih karena angket dengan skala Likert biasanya digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2009: 134). Pada setiap butir soal disediakan 4 pilihan jawaban, yaitu tidak pernah, jarang sekali, sering dan selalu. Adapun penilaiannya dilakukan dengan cara sebagai berikut, yaitu untuk butir soal dengan pilihan jawaban tidak pernah diberi nilai 1, jarang sekali diberi nilai 2, sering diberi nilai 3 dan jawaban selalu diberi nilai 4.

(30)
[image:30.595.109.515.224.737.2]

biasa disebut sebagai kisi-kisi instrumen. Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen

Variabel Dimensi Indikator Nomor

butir Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Educator (Pendidik)

1.1.Peningkatan profesionalisme guru

1.2.Membimbing guru

1.3.Melaksanakan model pembelajaran

efektif

1.4.Menjadi teladan bagi seluruh warga

sekolah

1 2 3, 31

4

2. Manajer 2.1.Menyusun program sekolah

2.2.Mengoptimalkan seluruh sumber

daya sekolah

2.3.Mendorong dan memberdayakan

guru dalam setiap kegiatan melalui kerja sama tim

2.4.Menggerakkan seluruh warga

sekolah dalam berbagai kegiatan sekolah

5 6

7

8

3. Administrator 3.1.Mengendalikan struktur organisasi

3.2.Melakukan administrasi kurikulum

3.3.Melakukan administrasi peserta

didik

3.4.Melakukan administrasi personalia

3.5.Melakukan administrasi sarana dan

prasarana

3.6.Melakukan administrasi kearsipan

3.7.Melakukan administrasi keuangan

9 10 11 12 13 14 15

4. Supervisor 4.1.Menyusun program supervisi

akademik

4.2.Melaksanakan supervisi akademik

4.3.Menindaklanjuti hasil supervisi

akademik 16 17 18 5. Leader (Pemimpin)

5.1.Memiliki kepribadian yang kuat

5.2.Memahami kondisi dan

karakteristik sekolah

5.3.Memiliki visi dan memahami misi

sekolah

5.4.Mengambil keputusan yang tepat

5.5.Mampu berkomunikasi

5.6.Adaptabel dan fleksibel

(31)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Dimensi Indikator Nomor

butir

6. Inovator 6.1.Melakukan pembaharuan di sekolah

6.2.Menciptakan inovasi untuk

pengembangan sekolah

6.3.Memiliki strategi yang tepat untuk

bekerja sama dengan pihak lain

28 29

30

7. Motivator 7.1.Memberikan motivasi kepada guru

7.2.Pengaturan lingkungan sekolah

(fisik)

7.3.Pengaturan suasana kerja (non

fisik)

7.4.Disiplin

7.5.Penghargaan dan hukuman

32 33 34 35 36, 37 Sistem Manajemen Mutu

1. Fokus pada

pelanggan

1.1.Identifikasi kebutuhan dan harapan

pelanggan sekarang dan akan datang

1.2.Evaluasi kepuasan pelanggan

1.3.Tindak lanjut hasil evaluasi

1.4.Pengelolaan hubungan dengan

pelanggan

1, 2

3 4 5

2. Kepemimpinan 2.1.Konsistensi

2.2.Visi – misi sekolah

2.3.Menciptakan dan memelihara

lingkungan internal

2.4.Evaluasi hasil kerja

8 9 10 11 3. Keterlibatan personal

3.1.Job description

3.2.Keterlibatan karyawan dalam

sistem

12 13, 14

4. Pendekatan

proses

4.1.Rencana mutu

4.2.Panduan mutu

4.3.Evaluasi kesesuaian alur kerja

15 17, 19 20 5. Pendekatan sistem pada manajemen

5.1.Rencana dan pengembangan sistem

5.2.Dokumentasi hasil kerja

5.3.Fokus pada proses dan hasil belajar

mengajar di kelas

16 18 21

6. Perbaikan

berkelanjutan

6.1.Organisasi pembelajar

6.2.Peningkatan profesionalisme

karyawan

6.3.Perbaikan kontinyu pada input,

proses dan produknya

22 23 26 7. Pengambilan keputusan berdasarkan fakta

7.1.Proses pengumpulan data dan

informasi

7.2.Akses data dan informasi

7.3.Metode analisis data dan informasi

7.4.Pengambilan keputusan efektif

24, 25

[image:31.595.107.517.146.736.2]
(32)

Tabel 3.2 (Lanjutan)

Variabel Dimensi Indikator Nomor

butir

8. Kerja sama

saling

menguntungkan

8.1.Komunikasi

8.2.Efektivitas biaya dan

penggunaannya

6, 7 29

Motivasi Kerja Guru

1. Motif 1.1.Kesejahteraan

1.2.Kompetisi

1.3.Rasa tanggung jawab

1.4.Kepuasan kerja

1.5.Rasa ingin tahu

1.6.Pengembangan diri

1.7.Persepsi pribadi

1.8.Jenis pekerjaan

1.9.Lingkungan sekolah

1.10. Sarana dan prasarana sekolah

1 2 3, 4 5, 6 7, 11 8, 10 9 12 13 14

2. Harapan 2.1.Prestasi

2.2.Kesempatan untuk promosi

2.3.Keamanan dan kenyamanan bekerja

2.4.Perhatian

2.5.Status dan hubungan sosial

2.6.Pengakuan

2.7.Loyalitas pimpinan

2.8.Kedisiplinan

2.9.Etos kerja

2.10. Kerja sama

2.11. Perasaan ikut terlibat

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25, 26

3. Insentif 3.1.Penghasilan yang layak

3.2.Penghargaan dan hukuman

8.3.Pujian

27 28, 29 30

[image:32.595.109.517.140.627.2]
(33)

D. Proses Pengembangan Instrumen

1. Uji Validitas

Arikunto (2006: 168) menyatakan bahwa validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan-tingkatan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Secara terpisah dan dengan pengertian yang hampir sama, McMillan dan Schumacher (2010: 173) juga mendefinisikan validitas sebagai berikut:

Test validity (or, more accurately, measurement validity to include noncognitive instruments) is the extent to which inferences made on the basis of numerical scores are appropriate, meaningful, and useful. Validity is a judgement of appropriateness of a measure for spesific inferences or decisions that result from the scores generated. In other words, validity is a situation-spesific concept: It is assessed depending on the purpose, population, and environmental characteristics in which measurement takes place.

(34)

dimaksud. Sedangkan validitas eksternal dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut sesuai dengan data atau informasi lain yang mengenai variabel yang dimaksud.

(35)

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen

rtabel = 0,361

No

Kepemimpinan Kepala

Sekolah Sistem Manajemen Mutu Motivasi Kerja Guru

Pearson

Correlation Kesimpulan

Pearson

Correlation Kesimpulan

Pearson

Correlation Kesimpulan

1. 0,593 Valid 0,772 Valid 0,772 Valid

2. 0.848 Valid 0,617 Valid 0,617 Valid

3. 0,635 Valid 0,671 Valid 0,671 Valid

4. 0,820 Valid 0,716 Valid 0,716 Valid

5. 0,635 Valid 0,545 Valid 0,545 Valid

6. 0,699 Valid 0,710 Valid 0,710 Valid

7. 0,747 Valid 0,406 Valid 0,406 Valid

8. 0,764 Valid 0,633 Valid 0,633 Valid

9. 0,789 Valid 0,759 Valid 0,759 Valid

10. 0,775 Valid 0,767 Valid 0,767 Valid

11. 0,722 Valid 0,428 Valid 0,428 Valid

12. 0,841 Valid 0,808 Valid 0,808 Valid

13. 0,446 Valid 0,572 Valid 0,572 Valid

14. 0,831 Valid 0,544 Valid 0,544 Valid

15. 0,723 Valid 0,682 Valid 0,682 Valid

16. 0,713 Valid 0,810 Valid 0,810 Valid

17. 0,707 Valid 0,781 Valid 0,781 Valid

18. 0,671 Valid 0,625 Valid 0,625 Valid

19. 0,803 Valid 0,824 Valid 0,824 Valid

20. 0,785 Valid 0,668 Valid 0,668 Valid

21. 0,729 Valid 0,836 Valid 0,836 Valid

22. 0,776 Valid 0,882 Valid 0,882 Valid

23. 0,709 Valid 0,766 Valid 0,766 Valid

24. 0,559 Valid 0,777 Valid 0,777 Valid

25. 0,649 Valid 0,835 Valid 0,835 Valid

26. 0,530 Valid 0,897 Valid 0,897 Valid

27. 0,847 Valid 0,804 Valid 0,804 Valid

28. 0,816 Valid 0,705 Valid 0,705 Valid

29. 0,626 Valid 0,733 Valid 0,733 Valid

30. 0,532 Valid 0,906 Valid 0,906 Valid

31. 0,741 Valid

32. 0,823 Valid

33. 0,714 Valid

34. 0,873 Valid

35. 0,645 Valid

36. 0,759 Valid

37. 0,356 Tidak Valid

(36)

Berdasarkan Tabel 3.3 diatas, diantara ketiga instrumen penelitian yang telah diujicoba validitasnya, hanya terdapat 1 (satu) butir soal saja yang tidak valid (rhitung < rtabel), yaitu pada instrumen kepemimpinan kepala sekolah butir nomor 37 dengan rhitung = 0,356 sehingga 0,356 < 0,361. Oleh sebab itu, konstruk pada butir 37 ini diperbaiki kembali untuk tetap diaplikasikan dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Ini menunjuk satu pengertian bahwa suatu instrumen yang reliabel cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik sehingga data yang dihasilkan juga dapat dipercaya (Arikunto, 2006: 178). Sama dengan validitas, reliabilitas juga terdiri atas dua jenis, yaitu reliabilitas internal dan reliabilitas eksternal. Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja, maka akan menghasilkan reliabilitas internal.

(37)
[image:37.595.117.511.247.602.2]

besar dari r tabel (rhitung > rtabel), maka instrumen dikatakan reliabel dan sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka instrumen dikatakan tidak reliabel untuk digunakan dalam penelitian yang nanti akan dilakukan. Ada juga pendapat lain yang mengemukakan bahwa instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,60 (Imam Ghozali, 2002: 133). Berikut rangkuman hasil pengujian reliabilitas yang dikutip dari Lampiran 9, 10 dan 11.

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

No. Variabel Cronbach’s

Alpha

N of

Items Kesimpulan

1. Kepemimpinan Kepala Sekolah

0,972 37 Sangat Reliabel

2. Sistem Manajemen Mutu

0,968 30 Sangat Reliabel

3. Motivasi Kerja Guru 0,945 30 Sangat Reliabel

Sumber: Hasil analisis data primer yang diolah tahun 2011

(38)

E. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini difokuskan pada pengaruh dari peran kepemimpinan kepala sekolah dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Makassar dengan peningkatan motivasi kerja guru SMA yang didukung dengan penerapan sistem manajemen mutu. Berdasarkan judul dan rumusan masalahnya, maka metode penelitian yang dilaksanakan merupakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian survey yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis koefisien korelasi dan regresi ganda. Hal ini didasarkan pada apa yang dijelaskan oleh McMillan dan Schumacher (2010: 235) yang menyatakan bahwa survey research used to learn about people’s attitudes, beliefs, values, demographics, behavior, opinions, habits, desires, ideas, and other types of information. Dengan penggunaan metode penelitian yang tepat maka diperoleh data yang lengkap, mendalam dan dapat memberi jawaban yang tepat terhadap masalah yang akan diteliti sehingga sangat menentukan kebenaran ilmiah suatu penelitian yang telah dilaksanakan. Selain itu penentuan metode pengumpulan data yang sesuai dengan masalah yang diteliti akan membantu mempermudah proses pelaksanaan penelitian untuk mencapai tujuan penelitian yang telah ditetapkan sebelumnya.

(39)

(kuesioner) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan pengguna.

Pengumpulan data dengan kuesioner disertai dengan pengisian data karakteristik responden/guru dan statistik sekolah yang bersangkutan dan disertai dengan wawancara/interview. Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya (Riduwan, 2002: 2009). Wawancara dilakukan agar peneliti dapat mengetahui keadaan dan permasalahan sekolah maupun responden secara lebih mendalam. Setelah dilakukan analisis hasil penelitian, diharapkan dapat diperoleh kesimpulan hasil penelitian yang dapat dipercaya dan representatif terhadap variabel-variabel ayng diteliti, yaitu kepemimpinan kepala sekolah, implementasi sistem manajemen mutu (SMM) dan peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar sesuai tujuan penelitian yang diharapkan.

F. Teknik Analisis Data

(40)

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berskala ordinal karena pengambilan data yang dilakukan melalui survey kepada responden menggunakan kuesioner yang berskala likert 1 sampai 4. Oleh karena analisi data yang akan digunakan adalah analisis korelasi dan regresi linear berganda, maka terlebih dahulu data harus diuji dengan pengujian prasyarat analisis yang menggunakan data berskala interval. Menurut Hays (1976) metode transformasi yang digunakan untuk mengubah data ordinal yang diperoleh dari hasil penelitian ini menjadi data interval yakni method of successive interval, dengan bantuan microsoft excel. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

- Menghitung frekuensi jawaban setiap pernyataan pada setiap skala (pilihan jawaban).

- Menghitung proporsi berdasarkan frekuensi setiap kategori.

- Dari proporsi yang diperoleh, kemudian dihitung proporsi kumulatif untuk setiap kategori.

- Menenentukan pula nilai batas Z untuk setiap kategori.

- Menghitung scale value (interval rata-rata) untuk setiap kategori melalui persamaan berikut:

%& *)(0). *1 ,)-). ,)+)% )+)% / *)(0). *1 ,)-). ,)+)% ,)-).'( )*)+) ,)+)% ,)-). / '( )*)+) ,)+)% )+)%

- Hitung score (nilai hasil transformasi) untuk setiap kategori melalui persamaan:

(41)

Jika data telah berskala interval, maka dilanjutkan dengan melakukan pengujian prasyarat analisis. Hal ini dimaksudkan agar dapat memenuhi beberapa unsur akurasi daya penduga parameter yang tidak bias, untuk melihat tingkat ketelitian yang akan mencerminkan tingkat efisien hasil analisis dan keajegan (konsistensi) hasil yang diperoleh sehingga persamaan regresi yang dihasilkan benar-benar dapat dipercaya untuk memprediksi (Sudarmanto, 2005: 103). Adapun analisis data yang dilakukan adalah:

1. Analisis deskriptif

a. Deskripsi Karakteristik Responden

(42)

b. Deskripsi Variabel Penelitian

Analisis deskriptif variabel penelitian bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai hasil penelitian secara umum. Sebelum dilakukan analisis terlebih dahulu dilakukan pembobotan terhadap skor masing-masing variabel. Pembobotan ini dilakukan dengan memberikan skor total dengan jumlah item masing-masing variabel yang dibobot. Dengan demikian dapat diketahui persentase tiap-tiap variabel yang diteliti, yaitu kepemimpinan kepala sekolah, sistem manajemen mutu dan motivasi kerja guru. Untuk mengukur variabel-variabel ini dilakukan dengan memberi skor dari jawaban angket/kuesioner yang diisi oleh responden dengan ketentuan sebagai berikut: untuk butir soal dengan pilihan jawaban tidak pernah diberi nilai 1, jarang sekali diberi nilai 2, sering diberi nilai 3 dan jawaban selalu diberi nilai 4. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk menetapkan kriteria setiap indikator dan variabel adalah:

1) Menetapkan jumlah skor maksimum (tertinggi) yang diperoleh dari hasil perkalian antara skor tertinggi, jumlah item/butir dan jumlah responden. 2) Menetapkan jumlah skor minimum (terendah) yang diperoleh dari hasil

perkalian antara skor terendah, jumlah item/butir dan jumlah responden. 3) Menetapkan range/rentang yang diperoleh dari selisih skor tertinggi dan skor

terendah.

4) Menetapkan interval yang diperoleh dengan membagi range dengan jumlah pilihan kriteria yang terdiri atas 5, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah.

(43)

6) Setelah diperoleh skor jawaban responden dari tiap indikator dan skor ideal, selanjutnya ditentukan persentasenya dengan persamaan sebagai berikut:

% %'30 <)-),) 0(% 3 *(%'30 1*()4 100

[image:43.595.116.510.233.607.2]

Dari metode tersebut, dapat dibuat tabel interval kriteria berikut:

Tabel 3.5

Interval Kriteria Indikator Variabel Penelitian

Persentase interval Kriteria

81,25% % skor ≤ 100%,0 Sangat Tinggi 62,50% % skor ≤ 81,25% Tinggi 43,75% % skor ≤ 62,50% Sedang 25,00% % skor ≤ 43,75% Rendah

2. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis/uji asumsi klasik diperlukan guna mengetahui apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Uji prasyarat analisis yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas lima, yaitu:

a. Uji Normalitas

(44)

dengan data yang berdistribusi normal yang memiliki mean dan standar deviasi yang sama dengan data yang kita miliki.

Banyak jenis teknik uji normalitas yang dapat digunakan dalam penelitian, diantaranya adalah Kolmogorof-Smirnov, Lilliefors, Chi-Square dan Shapiro Wilk. Khusus dalam penelitian ini, uji normalitas data diperoleh dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) dari masing-masing variabel. Analisis data ini dilakukan dengan menggunakan alat uji K-S yang ada pada program SPSS versi 17.0 for windows. Dasar pengambilan keputusan pada uji normalitas berdasarkan probabilitas. Jika probabilitas > 0,05 (lebih besar dari 0,05), dapat diputuskan bahwa data penelitian berdistribusi normal. Di samping menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, analisis kenormalan data ini juga diperkuat oleh perbandingan histogram dengan kurva normal. Apabila histogram yang diperoleh menghasilkan kurva normal, dapat disimpulkan bahwa model regresi berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan langkah untuk mengetahui status linier tidaknya distribusi data penelitian. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan menentukan teknik analisis regresi yang akan digunakan. Jika hasil uji linieritas merupakan data yang linier maka digunakan analisis regresi linier. Sebaliknya jika hasil uji linearitas merupakan data yang tidak linier maka analisis regresi yang digunakan nonlinier.

(45)

2005: 135). Jika menggunakan harga koefisien/nilai signifikansi, hubungan dikatakan bersifat linear jika nilai signifikansi dari Deviation from Linearity > dari nilai alpha yang ditetapkan (misalnya 5%) dan sebaliknya. Sedangkan apabila menggunakan harga koefisien F yang juga dari baris Deviation from Linearity, maka harus dibandingkan dengan harga koefisien F tabel untuk dk pembilang dan dk penyebut bersesuaian dengan alpha yang ditetapkan sebelumnya. Regresi berbentuk linear jika koefisien Fhitung ≤ Ftabel dan sebaliknya. Perlu diketahui bahwa Deviation from Linearity diperoleh dari Tabel Anova dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Selain dengan metode tersebut diatas, penentuan linearitas suatu data hasil penelitian melalui diagram pencar probabilitas yang dalam program SPSS biasa disingkat P-P Plot. Dengan diagram ini dapat diketahui normalitas sampel, linearitas, keterhubungan dan kesamaan variansi. Diagram ini menggambarkan nilai residu amatan yang dihitung secara komulatif dan dicocokkan dengan nilai residu normal yang digambarkan dengan garis lurus linear dari kiri bawah ke kanan atas. Bila nilai residu amatan berkonsentrasi dan sejalan dengan garis tersebut, maka sampel berdistribusi normal dan regresi berbentuk linear.

c. Uji Multikolinearitas

(46)

regresi ganda tidak dapat dilakukan untuk menentukan kontribusi secara bersama-sama lebih dari satu variabel bebas terhadap variabel terikat.

Menurut Ghozali (2002: 91) uji multikolinearitas dengan SPSS dilakukan dengan uji regresi linear, dengan patokan nilai Tolerance dan VIF (variance inflation factor). Kriteria yang digunakan adalah: jika nilai Tolerance disekitar angka 1 atau memiliki toleransi mendekati 1 dan/atau lebih besar dari 0,01, maka dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas dalam model regresi. Atau jika VIF lebih kecil dari 10, maka tidak terjadi gajala multikolinearitas dalam variabel bebasnya.

d. Uji Heterokedastisitas

Uji Heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variansi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2002:105). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Cara mendeteksi ada tidaknya gejala heterokedastisitas adalah dengan melihat grafik scatterplot yang dihasilkan dari pengolahan data menggunakan program SPSS pada menu regresi linear. Apabila apabila sebaran nilai residual terstandar tidak membentuk pola tertentu, namun tampak random dapat dikatakan bahwa model regresi bersifat homogen atau tidak mengandung heterokedastisitas.

e. Uji Autokorelasi

(47)

data, atau korelasi yang timbul pada dirinya sendiri. Berdasarkan konsep tersebut, maka uji asumsi autokorelasi sangat penting untuk dilakukan tidak hanya pada data yang bersifat time series saja, akan tetapi semua data variabel independen yang diperoleh perlu diuji terlebih dahulu autokorelasinya apabila akan dianalisis dengan regresi linear ganda (Sudarmanto, 2005:142). Ada tidaknya korelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW Test). Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept dalam model regresi dan tidak ada variabel lag diantara variabel penjelas. Kriterianya adalah apabila nilai statistik Durbin-Watson mendekati 2, maka maka data tidak memiliki autokorelasi.

3. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis merupakan inti dari suatu penelitian. Apabila data penelitian yang diperoleh telah memenuhi seluruh persyaratan untuk analisis hipotesis, selanjutnya dapat ditentukan analisis hipotesis apa yang akan digunakan. Berdasarkan hipotesis yang telah diungkapkan pada bab pertama dari tesis ini, maka analisis data yang akan dilakukan, yaitu analisis korelasi, uji signifikansi dan analisis regresi dengan menggunakan SPSS versi 17.0 for windows.

(48)

negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = +1 berarti korelasinya sangat kuat. Agar hasil analisis korelasi ini, baik korelasi sederhana maupun korelasi ganda dapat diketahui signifikansinya sehingga dapat digeneralisasikan atau tidak pada seluruh populasi, maka diperlukan uji signifikansi/uji parsial (uji t) maupun uji simultan (uji F). Jika nilai signifikansi > nilai signifikansi tabel, berarti ada pengaruh diantara variabel yang diuji. Adapun persamaan-persamaan umum yang digunakan dalam pengujian korelasi dan signifikansi adalah:

0=> ∑ @9A9 / ∑ @9# ∑ A9#

BC ∑ @9D/ ∑ @9#DEC ∑ A9D/ ∑ A9#DE '30(4)%1 %(*(0.) )#

+F9GH:I 0√ / 2 √1 / 0D

K=L=M> N

0D=L>6 0D=M>/ 20=L>0=M>0=L=M

1 / 0D=L=M '30(4)%1 O) *)#

PF9GH:I

KD ' Q

1 / KD#

/ ' / 1# R

Keterangan:

rhitung : koefisien korelasi sederhana Rhitung : koefisien korelasi ganda n : jumlah responden

(49)

Analisis regresi adalah analisis lanjutan dari korelasi. Uji regresi digunakan untuk mempelajari hubungan antara masing- masing variabel bebas terhadap variabel terikat (X1 terhadap Y, X2 terhadap Y) dan kedua variabel bebas terhadap variabel terikat (X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap Y). Dengan uji regresi, dapat diprediksi seberapa tinggi nilai variabel dependen bila nilai variabel independen dimanipulasi/dirubah-rubah (Sugiyono, 2009: 261). Uji regresi menggunakan persamaan:

ST ) 6 ,UV regresi sederhana#

ST ) 6 ,UD regresi sederhana#

YZ a 6 bVXV6 bDXD regresi ganda#

G. Agenda Penelitian

[image:49.595.117.511.247.730.2]

Berikut jadwal kegiatan penelitian yang dilakukan: Tabel 3.6

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Waktu Kegiatan

Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni

1. Persiapan Penelitian

2. Observasi Awal

3. Penyusunan Proposal

4. Seminar Proposal

5. Perbaikan Proposal &

Penyusunan Kuesioner

6. Penelitian Lapangan

7. Pengolahan Data

8. Penyusunan Tesis

9. Ujian Sidang I

10. Perbaikan Tesis

11. Ujian Sidang II

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah, implementasi sistem manajemen mutu dan peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar masing-masing berada pada kategori yang tinggi.

2. Kepemimpinan kepala sekolah berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

3. Sistem manajemen mutu berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

4. Kepemimpinan kepala sekolah dan variabel sistem manajemen mutu serta variabel-variabel covariate berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja guru SMA di Kota Makassar.

(51)

B. Rekomendasi

1. Diperlukan adanya pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan untuk peningkatan profesionalisme kepala sekolah, guru dan staf serta perbaikan sistem manajemen mutu di sekolah-sekolah.

2. Supervisi terhadap implementasi sistem manajemen mutu dan pembinaan guru serta staf yang motivasinya rendah perlu dilakukan secara berkala, sehingga dapat meningkatkan kinerja yang diinginkan/sesuai standar kerja.

3. Agar memperoleh hasil penelitian sejenis yang lebih teliti, penelitian dilakukan pada lingkup daerah yang lebih kecil dan guru bidang studi tertentu, misalnya guru IPA pada sekolah di kecamatan tertentu.

(52)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010). Motivasi. [Online]. Tersedia: http://www.id.wikipedia.org/wiki/ Motivasi. [13 Desember 2010].

Anoraga, P. dan Suyadi, S. (1995). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Keenam). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

As’ad, Muhammad. (1999). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty.

Brundrett, M. dan Rhodes, C. (2011). Leadership for Quality and Accountability in Education. New York: Routledge.

Crosby, P. B. (1979). Quality is Free: The Art of Making Quality Certain. New York: McGraw-Hill Book Company.

Darling-Hammond et al. (2010). Preparing Principals for a Changing World: Lesson from Effective School Leadership Programs. San Francisco: Jossey Bass.

Darmaningtyas. (2010, 2 Juni). Kasta dan ISO di Sekolah. Kompas [Online], halaman 1. Tersedia: http://edukasi.kompas.com/read/2010/06/02/09 12354/. [13 Desember 2000]

Davies, B., Ellison, L. dan Bowring-Carr, C. (2005). School Leadership in 21st Century (Second Edition). New York: RoutledgeFalmer.

Davies, B. (2009). The Essential of School Leadership (Second Edition). London: SAGE Publications Ltd.

Deming, E.W. (1982). Quality, Productivity, and Competitive Position. Cambridge: Massachusetts Institute of Technology.

Departemen Pendidikan Nasional. (2010). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah/Madrasah. Jakarta: Depdiknas.

---. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

(53)

---. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Gay, L. R., Mills, G. E. dan Airasian, P. (2006). Educational Research: Competencies for Analysis and Applications (Eighth Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Ghozali, I. (2002). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gibson, J. L., Ivancevich, M.J. dan Donelly, H.J. (1997). Organisasi Dan Manajemen: Perilaku Struktur (Edisi Keempat). Jakarta: Erlangga. Greenberg, J. (2005). Managing Behavior in Organizations. Upper Saddle River,

New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hasibuan, S. P. (2003). Organisasi dan Motivasi. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasibuan, S. P.(2000). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Hays, W. L. (1976). Quantification in Psychology. New Delhi: Prentice Hall. Hoyle, D. (2000). Automotive Quality Systems Handbook. Boston:

Butterworth-Heinemann.

Juran, J. M. (1989). Juran on Leadership for Quality: An executive Handbook. New York: The Free Press.

Juran, J. M. (1988). Juran on Planning Quality. New York: The Free Press. Komaruddin. (1983). Ensiklopedia Manajemen. Bandung: Alumni.

Manullang, M. (1998). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta : BPFE. McMillan, J. H. dan Schumacher, S. (2010). Research in Education:

Evidence-Based Inquiry (Seventh Edition). New Jersey: Pearson Education, Inc. Mulyasa, E. (2009). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Munandar, A. S. (2001). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

(54)

Nasution S. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Nawawi. (2004). Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada Unuversity Press.

Nurkolis. (2006). Manajemen Berbasis Sekolah (Teori Model dan Aplikasi). Jakarta: Grasindo.

Porter L. W., Bigley, G.A., dan Steers, R.M. (1991). Motivation and Work Behavior (Fifth Edition). Singapura: Mc Graw Hill

Purwanto, N. M. (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Razik, A. T. dan Swanson, D.A. (2010). Fundamental Concepts of Educational Leadership and Management. Boston: Pearson Education, Inc.

Riduwan. (2002). Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Rinaldi, A. (2010). Euforia ISO 9001. [Online]. Tersedia: http://www.gurupemba

haru.com/home/?p=4434. [13 Desember 2010].

Rinehart, G. (1993). Quality Education: Applying the Philosophy of Dr. W. Edwards Deming to Transform the Educational System. Wisconsin: ASQC Quality Press.

Robbins, Stephen P. (2001). Perilaku Organisasi (Jilid I). Yogyakarta: Aditya Media.

Robbins, Stephen P. (1995). Teori Organisasi: Struktur, Desain dan Aplikasi (Edisi Ketiga). Jakarta: Amcon

Sagala, S. (2009). Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sallis, E. (2008). Total Quality Management in Education. Jogjakarta: IRCiSoD. Sardiman, A. M. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Sedarmayanti. (2001). Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi Untuk Menghadapi Dinamika Lingkungan. Bandung: Masdar Maju.

(55)

Sergiovanni, J. T. (2005). Strengthening the Heartbeat: Leading and Learning Together in School. San Francisco: Jossey Bass.

Siagian, S. P. (2004). Filsafat Administrasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Siagian, S. P. (2002). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Singaribuan, M. dan Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survey. Jakarta:

LP3ES.

Siswanto, Bedjo. (1990). Manajemen Modern: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Sinar Baru.

Stoner, J.A.F. (1992). Management. London: Prentice Hall International.

Sudarmanto, G. R. (2005). Analisis Regresi Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sudarwan, D. (2004). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarwo, I. (2003). Sistem Manajemen Mutu (SNI 19-9000-2001). Dipresentasikan dalam Pertemuan Tim ISO 9000 BSN. Jakarta : BSN Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thaha, Miftah. 2002. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Tricker, Ray. (2005). ISO 9001:2000 for Small Businesses (Third Edition). Oxford: Butterworth-Heinemann.

Uno, Hamzah B. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahab, A.A. (2008). Anatomi Organisasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Wahjosumidjo. (2002). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Wahjosumidjo. (1994). Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Rajawali Press. Wexley, J. N & Yulk, G. A. (1997). Organizational Behaviour & Personal

Gambar

Tabel 4.17 Hasil Analisis Korelasi dan Regresi Ganda Variabel X1
Gambar 3.1  Paradigma penelitian dengan dua variabel independen X1 dan
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen
Tabel 3.2 (Lanjutan)
+5

Referensi

Dokumen terkait

rahmat dan hidayah-Nya skripsi yang berjudul PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI BERBAHASA JAWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN MIND MAPPING DAN

[r]

Apabila di bandingkan dengan hukuman dalam Pidana Islam, hukuman penjara lebih ringan daripada hukuman jilid karena, Substansi hukuman jilid yaitu tempat pemukulan tidak

VGA PCI, vga card ini bisa digunakan dengan memasang pada slot vga, vga jenis ini sudah jarang sekali digunakan, karena keterbatasan fitur, ciri-cirinya adalah bagian slot-nya pada

Cara yang dapat dilakukan untuk mengetahui terjadinya peradangan pada ambing dengan cepat adalah menggunakan California Mastitis Test (CMT), yang dapat mendeteksi sel-sel

Dengan ukuran kamus yang lebih besar dan kompleksitas pohon yang lebih besar, algoritma ini dapat menghasilkan hasil pemampatan yang lebih baik (lebih kecil)

Studi literatur melaui pendekatan Yuridis-Normatif maka teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan dan menganalisis bahan-bahan hukum, baik bahan hukum primer,

Berdasarkan analisis data dalam film Rudy Habibie ditemukan 137 bentuk- bentuk tindak tutur ilokusi yang terdiri dari 71 bentuk tindak tutur ilokusi asertif, 44