• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR : Studi pada Guru PPKn di Sekolah Menengah Umum Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PENYELENGGARAAN KEGIATAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR-MENGAJAR : Studi pada Guru PPKn di Sekolah Menengah Umum Negeri di Wilayah Kabupaten Bandung."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)

DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

DALAM MELAKSANAKAN

PROSES BELAJAR-MENGAJAR

(Studi pada Guru PPKn di Sekolah Menengah Umum Negeri di Wilayah

Kabupaten Bandung)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister

Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

^DI^//r

Disusun oleh :

O. YOYO WIJAYA NIM.: 999.484

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISYAKKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Moch Idochi Anwar

NIP. 130 256 639

Pembimbing II

(3)

DISETUJUI OLEH

KETUA PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN

a INDONESIA

UNIVERSITAS PENDIDIKA

Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsyddih Makniun, M.A.

NIP 130 188 292

(4)

TCSIS IP1 VwarinHnl•*•*"J»U »»A1 W W I I V4V4-V1..1

„ , .

-

Peran Penyelenggaraan Kegiatati Musyaw&rak Guru Mata

Pelajaran (MGMP) dalam Upaya Peningkaian Kinerja Guru dalam

Melaksanakan

.roses

Bclajar Mengajar (Studi pada guru PPKn di SMU Negeri di Wilayah

fSXff*Bandun^'

Fckus Peaciitiannya adaiah: Bagaimana profil kinerja manajcrncn

»«j„~ dan para guru yang telah rnengikuti MGMP dalam melaksanakan proses belajar

mengajar. Adapun yang dibahas berkaitan dengan fokus penelitian meliputi: (l)Persepsi

guru terhadap pcnyclcnggaraan MGMP; (2) Profil kinerja manajcrncn MGMP (3) Profil

kinerja para guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan mated pembelajaran"

penguasaan media pembelajaran; dan penguasaan teknik-teknik evaluasi; serta (4)

Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan MGMP tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatifdengan menggunakan data yang ada

untuk memperoleh makna yang rnendalair, Pcngumpulan data dilakukan mclalui studi

~o,cumentasi, vvavvancara dan observasi lapangan tentang keadaan dan performance para

guru serta pengurus MGMP, dan diskusi tentang upaya peningkatan kinerja guru melalui

MGMP. Data tersebut diolah dan dianalisa sclama dan sctclah kurun waktu pcngumpulan

data.

^ Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penyelenggaraan kegiatan MGMP dapat

rnernbantu menmgkatkan pengetahuan dan keterampilan para pesertanya. Disamping itu

t^u^ •JUga ^!!iPakan Sarana untuk menyamaka" persepsi tentang mated

pcinuclajaran, mCiubahas masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru dalam

melaksanakan tugasnya, kemudian dicarikan solusinya menurut kesepakatan bersama

para peserta

x*™™

pemhtmn

Ju^a menunjukkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan kegiatan

JWMP PPKn di Kabupaten Bandung belum tercapai sepenuhnya. Dalam penguasaan

materi pembelajaran para guru masih belum melaksanakan penilaian kurikulum, masih

jarang rnernpelajari disiplin ilmulain apaiagi sampai diaplikasikan kedalam bidang studi

yang dipegangnya. Dalam penggunaan media atau sumber pembelajaran, para guru masih

jarang menggunakan rncdia/sunibcr lain sclain buku teks dan LKS. Demikian juga

mereka masih jarang memanfaatkan sarana perpustakaan. Dalam melaksanakan evaluasi

para guru juga belum sepenuhnya melaksanakan prosedur evaluasi. Masih banyak yang

tidak mclakukan analisis soal, menilai kurang objektif, dan jarang melaksanakan

pengayaan.

Hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan MGMP ini

menyangkut rnasalah pendanaan, penjadvvalan, nara sumber dan sikap dari para

pesertanya,

dan lemahnya manajemen penyelenggaraan.

Walaupun demikian

pcnyclcnggaraan kegiatan MGMP ini rncrupakan sarana yang paling mudah dilaksanakan

dalam upaya menmgkatkan kinerja para guru karena sifatnya yang dari oleh dan untuk

guru.

Kesungguhan dan kreatifitas para pengurus dalam mcnyelcnggarakan kegiatan

MGMP, dengan di dukung manajemen yang baik dan dukungan pihak sekolah dalam

upaya memberdayakan para guru yang telah mengikuti MGMP sert* t«„nrtm,i,ona™

para pesertanya, a^an sangat rnernbantu rneningkatkan kualitas penyelenggaraan dan

(5)

PERSETUJUAN DARI PEMBIMBING

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI x

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 11

C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian . . . .12

D. Penjelasan Konsep 15

E. Premis dan Kerangka Pemikiran 16

F. Paradigma Penelitian 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Administrasi Pendidikan 25

B. Kedudukan Permasalahan Penelitian Dalam

Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan . . . 29 C. Peranan Guru dalam Proses BelajarMengajar 27 D. Pengaruh Dinamika Kelompok terhadap Kinerja

Guru . 38

E. Pengembangan Kompetensi Guru dalam Proses

Belajar mengajar 46

F. MGMP sebagai Sarana untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar. 47 G. Penelitian terdahulu yang Relevan . . . . 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian 53

B. Sumber Data Penelitian 58

C. Tahap-Tahap Penelitian 62

D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Penelitian 68

(6)

A. Hasil Penelitian 78 B. Pembahasan Hasil Penelitian 93

C. Analisis KKPT (SWOT) 114

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan Hasil Penelitian 115

B. Implikasi 125

C. Rekomendasi 131

DAFTAR PUSTAKA 13 6

(7)

Nomor Halaman

1 Kerangka Pemikiran Penelitian 20

2 Paradigma Penelitian 22

3 Hubungan antara Kebutuhan Motivasi dan

Peri-laku 42

4 Stratcgi untuk Memajukan Produktivitas Pekcrja 43

Dampak Penyelenggaraan Kegiatan MGMP terhadaj^

(8)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam

mempersiapkan generasi muda yang lebih baik dari generasi

sebelumnya untuk meneruskan kelangsungan hidup bangsa.

Sejarah mencatat bahwa tidak ada bangsa yang maju tanpa

didukung oleh keberhasilan pendidikan, khususnya pendidikan

di sekolah.

Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang menyentuh

kebutuhan pokok manusia dan bersifat melekat dalam proses

kehidupannya. Menurut Samana (1999), kegiatan pendidikan

tersebut ditandai dengan beberapa hal. Pertama, bersifat

fundamental yang artinya rnernbantu menemukan makna hidup

seseorang. Kedua, perkembangan diri peserta didik hendaknya

meliputi

seluruh

daya

hidupnya

(aspek

kognitif,

afektif,

konatif dan psikomotorik) , secara berangsur-angsur, terpadu

dan ditingkatkan mutunya. Ketiga, perkembangan diri

seseorang dari lahir sampai dengan dewasa adalah tugas

hidup seseorang yang perlu diselesaikan dengan waktu yang

lama, memerlukan adanya konsistensi arah, kegiatan, dan

sarana

penunjang

yang

memadai.

Keempat,

proses

dan

hasil

pendidikan

yang

dialami

setiap

orang

dapat

dipandang

(9)

Kelima,

Pendidikan selalu terjadi dalam relasi sosial dan

dalam

situasi

sosial

yang

selalu

berubah-ubah,

hendaknya

memiliki

arah

yang

jelas

dan

konsisten

agar

pendidikan

menemukan pendekatan atau metode kerja yang selaras dengan

tujuan serta situasi konkret.

Berdasarkan hal tersebut nampaklah bahwa pendidikan

bukan

upaya

manusia

yang

sederhana

dan

asal-asalan,

melainkan suatu kegiatan yang harus ditangani secara

serius,

terprogram,

dengan

tujuan

yang

jelas,

dan

senantiasa

memperhatikan

dinamika

masyarakat.

Hal

ini

sesuai dengan pendapat Fattah (2000 ; 1):

"Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya

yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis

dan

penuh

tantangan.

Pendidikan

akan

selalu berubah

seiring dengan perubahan jaman, setiap saat pendidikan

selalu menjadi

fokus perhatian dan bahkan tak jarang

menjadi

sasaran

ketidakpuasan

karena

pendidikan

menyangkut

kepentingan

semua

orang,

bukan

hanya

menyangkut

investasi

dan

kondisi

kehidupan

di

masa

yang

akan

datang,

melainkan

juga menyangkut

kondisi

dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya

pendidikan

senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan

peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan

dan tuntutan kehidupan masyarakat"

Sebagai

institusi

pendidikan,

sekolah

memegang

tanggung

jawab

yang

besar

dalam

mencapai

keberhasilan

pendidikan khusunya pendidikan

formal.

Eanyaknya pendapat

(10)

pakai,

ditambah dengan menurunnya kualitas moral generasi

muda,

merupakan

tantangan

dan

sekaligus

tanggung

jawab

sekolah untuk mengatasinya.

Sekolah merupakan wadah tempat proses pendidikan

(khususnya

pendidikan

formal)

dilakukan,

memiliki

sistem

yang

kompleks

dan

dinamis.

Sekolah

bukan

sekedar

tempat

berkumpul

guru

dan

murud,

melaikan

berada

dalam

satu

tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan, oleh karena

itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang

membutuhkan

pengelolaan.

Jelasnya,

pengelolaan

sekolah

adalah

pengelolaan

sumber

daya

manusia

yang

diharapkan

menghasilkan

lulusan

berkualitas,

sesuai

dengan

tuntutan

kebutuhan masyarakat,

serta pada gilirannya lulusan sekolah

diharapkan dapat memberikan

kontribusi

kepada

pembangunan

bangsa.

Sekolah merupakan suatu organisasi yang didisain untuk

dapat

berkontribusi

terhadap

peningkatan

kualitas

hidup

masyarakat suatu bangsa khususnya dalam bidang pendidikan.

Karena

itu maka pemberdayaan berbagai

komponen intern dan

ekstern

dari

sekolah

harus

dioptimalkan.

Salah

satu

komponen

intern

yang

menjadi

ujung

tombak

dalam

(11)

pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan

pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.

Untuk maksud tersebut, maka peranan profesional itu

mencakup tiga bidang layanan, yaitu layanan instruksional,

layanan administrasi, dan layanan bantuan sosial-pribadi.

Ketiga bidang layanan itu menjadi tugas pokok seorang guru

dalam melaksanakan tugasnya.

Layanan instruksional merupakan tugas utama guru,

sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan

merupakan pendukung. Tugas tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut.

Pertama, penyelenggaraan proses belajar-mengajar, yang

menempati porsi terbesar dari profesi keguruan. Tugas ini

menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi

yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi

itu, kemampuan mengemas materi sesuai dengan latar

perkembangan dan tujuan pendidikan, serta menyajikan

sedemikian rupa sehingga merangsang murid untuk menguasai

dan mengembangkan materi itu dengan menggunakan

kreativitasnya.

Kedua, tugas yang berhubungan dengan rnernbantu murid

dalam mengatasi masalah dalam belajar pada khususnya, dan

(12)

belajar

murid

di

kelas

sangat

erat

kaitannya

dengan

berbagai masalah

di

luar

kelas

yang

seringkali

ber'sifat

non-akademik. Masalah yang dihadapi dalam lingkungan

kehidupan anak perlu dibantu pemecahannya melalui program

bimbingan dan konseling.

Ketiga,

di

samping

kedua

hal

tersebut

guru

harus

memahami bagaimana sekolah itu dikelola,

apa peran guru di

dalamnya,

bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme

pengelolaan

tersebut

untuk

kelancaran

tugas-tugasnya

sebagai

guru.

Di

samping

itu

juga

guru

harus

memahami

bagaimana harus bertindak sesuai dengan etika jabatannya,

dan bagaimana guru bersikap terhadap tugas mengajar serta

dengan

personalia

pendidikan

atau

orang-orang

di

luarnya

yang ikut menentukan keberhasilan tugas mengajarnya.

.

Menurut Samana (1999), Guru memiliki tugas yang berat

sekaligus mulia.

Agar

seorang guru mampu menyumbang

jasa

yang

memadai

dalam rnernbantu

perkembangan

siswa

ke

arah

pencapaian serta peningkatan

kedewasaannya,

guru dituntut

peranannya

sebagai

model

(teladan)

dan

sekaligus

mampu

memberikan bimbingan kepada peserta didik. Hal ini menunjuk

kinerja

guru

yang

bermutu

(profesional),

kinerja

administrator pendidikan yang bermutu,

dan kinerja petugas

(13)

keberhasilan

pendidikan,

dewasa

ini

citra

guru

di

masyarakat tidaklah sehebat tugas dan posisinya tersebut.

Hal ini seperti dikemukakan oleh Tilaar (1999 ; 277) :

"Salah satu komponen yang sangat menentukan di dalam

proses peningkatan kecerdasan bangsa ialah guru.

Guru

di dalam sejarah perkembangan bangsa serta perjuangan

revclusi Indonesia telah memegang peranan yang sangat

penting. Profesi guru dewasa ini sedang disoroti tajam

apaiagi memasuki

dunia

Industri

abad

21.

Citra

guru

sedang menurun, penghargaan terhadap profesi guru oleh

masyarakat

belum

profesional

dengan

fungsinya

yang

strategis. Namun demikian sebagai suatu bangsa yang

besar yang menghargai profesi guru sebagai pembimbing

pengembangan

sumber

daya

manusia

menghadapi

masa

depan,

maka

suara-suara

bagi

pembinaan

profesi

guru

sangat

menggembirakan

akhir-akhir

ini.

Berkaitan

dengan

hal

itu

lembaga

pembinaan

profesi

guru

yang

kini

sedang dalam masa

transisi menjadi

universitas,

perlu disimak dan disusun begitu rupa agar supaya merupakan titik mula dari pengembangan citra guru yang

sewajarnya memasuki era reformasi".

Citra guru di masyarakat berubah dari waktu ke waktu.

Perubahan

citra

guru

tersebut

dipengaruhi

oleh

perubahan

aspirasi

(penilaian

serta

penghargaan)

warga

masyarakat

terhadap jabatan guru,

unjuk

kerja

para

guru

yang

telah

berkarya

(performance),

dan

adanya

perubahan

persyaratan

jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi.

Dalam situasi sosial apapun, jabatan guru tetap

dinilai

oleh

warga

masyarakat

sebagai

pemberi

inspirasi,

penggerak, dan pelatih dalam penguasaan kecakapan tertentu

(14)

dipastikan bahwa guru yang semakin bermutu semakin besar

sumbangannya bagi perkembangan masyarakatnya. Guru yang

bermutu mampu berperan sebagai pemimpin di antara kelompok

siswanya dan juga diantara sesamanya, ia juga mampu

berperan sebagai pendukung serta penyebar nilai-nilai luhur

yang diyakininya dan sekaligus sebagai teladan bagi siswa

serta lingkungan sosialnya. Secara lebih mendasar guru yang

bermutu tersebut juga giat meningkatkan kemampuan dirinya

dalam berkarya dan dalam pengabdian sosialnya.

Dalam hal teknis-didaktis, guru yang bermutu mampu

berperan sebagai fasilitator pengajaran (sebagai nara

sumber yang siap memberi konsultasi secara terarah bagi

siswanya), mampu mengorganisasi pengajaran secara efektif

serta efisien, mampu membangun motivasi siswanya, mampu

berperan dalam layanan bimbingan, dan sebagai penilai hasil

belajar siswa demi bimbingan belajar siswa yang

bersangkutan lebih lanjut.

Jabatan guru yang bersifat profesional -tersebut

menuntut peningkatan kecakapan keguruan secara

berkesinambungan, integritas diri serta kecakapan

keguruannya selalu perlu ditumbuhkembangkan (baik atas

inisiatif sendiri maupun karena dorongan dan atau bantuan

(15)

keguruannya.

Banyak

cara

yang

telah

dilakukan

untuk

meningkatkan

kemampuan akademik dan profesional guru dalam melaksanakan

tugasnya,

baik

ketika

ia masih

kuliah

sebagai

calon guru

maupun

setelah

ia melaksanakan

tugas

sebagai

guru.

Tugas

pendidikan

dan

pembinaan calon

guru

sepenuhnya

merupakan

anggung

jawab

Lembaga

Pendidikan

Tenaga

Kependidikan

(LPTK), sedangkan pengembangan dan peningkatan kemampuan

guru setelah ia melaksanakan tugasnya adalah tanggung jawab

semua

pihak

yang

merasa

berkepentingan

dengan

dunia

pendidikan.

Salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kemampuan

guru

yaitu

melalui

penataran,

walaupun

hasilnya

belum

memenuhi

harapan.

Hal

tersebut

seperti

yang

dikemukakan

oleh Samana (1999), bahwa sejak tahun 1972 telah banyak

diselenggarakan penataran untuk meningkatkan mutu guru

dengan menghabiskan banyak dana,

tenaga,

dan waktu,

namun

hasilnya

belum

seperti

yang

kita

harapkan.

Walaupun

demikian

kegiatan

tersebut

tidak

boleh

dihentikan,

hanya

cara atau metodenya yang harus lebih diperhatikan,

sehingga

dapat mencapai tujuan seperti yang kita harapkan. Hal ini

(16)

-t-ini kegiatan penataran guru hanya dianggap sebagai kegiatan rutin yang hampir tanpa arah. Pemborosan telah banyak terjadi oleh karena ketidakadaannya suatu program menyeluruh mengenai pembinaan profesi guru khususnya penataran. Sebenarnya apabila dilihat dari segi pengabdian seorang guru di dalam profesinya, maka pembinaan pre-service seorang guru relatif sangat singkat dibandingkan dengan pembinaan dalam program penataran. Namun demikian program penataran yang kita kenal dewasa ini telah merupakan suatu kegiatan rutin yang menghabiskan waktu dan dana tanpa meningkatkan kemampuan profesional. Oleh sebab itu suatu program menyeluruh mengenai penataran guru telah merupakan

suatu keharusan abad 21".

Diantara bentuk upaya peningkatan kemampuan (mutu)

guru yang sekarang sedang banyak digalakkan adalah

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang diselenggarakan

secara terorganisir dari tingkat nasional sampai ke tingkat

unit kerja (sekolah). MGMP ini merupakan salah satu bentuk

penataran yang dalam pelaksanaannya lebih banyak melibatkan

para peserta, terutama dalam hal berbagi informasi dan

penyelesaian masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas

masing-masing.

Ada beberapa alasan dilaksanakannya kegiatan MGMP

sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan guru. Pertama,

adanya kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa

penampilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sangat bervariasi dan kualifikasi keguruannya

(17)

pengetahuan dan teknologi menuntut adanya penyesuaian dan

pengembangan

pendidikan

di

sekolah

khususnya

dalam. alih

teknologi. Ketiga, pengaturan mengenai angka kredit bagi

jabatan fungsional guru khususnya menuntut kemampuan guru

untuk meningkatkan profesionalisme berkarya dan berprestasi

di dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah.

Keempat, keadaan geografis Indonesia menuntut suatu sistem

komunikasi dan pembinaan profesional guru yang multi media.

Kelima, peningkatan kemampuan profesional guru menuntut

adanya wadah antara lain untuk berkomunikasi, konsultasi,

saling memberikan informasi dan koordinasi sesama guru.

Keenam, dengan bervariasinya tingkat dan latar belakang

pendidikan serta beratnya misi yang harus diemban, maka

diperlukan

usaha

peningkatan

kemampuan

antara

lain

meliputi;

pendalaman

materi,

penguasaan

sumber/media

belajar, dan penguasaan teknik-teknik evaluasi.

Seperti halnya penataran yang lain, MGMP ini pun tidak

terlepas dari berbagai permasalahan atau hambatan. Hambatan

tersebut antara lain menyangkut pendanaan dan kehadiran

guru

di

sekolah.

Sehingga

sering

terjadi

guru

pergi

penataran untuk meningkatkan kemampuannya,

sementara siswa

ditinggalkan, belajar sendiri. Karena itulah dipandang

perlu untuk meneliti, bagaimana kinerja para guru yang

(18)

B. Permasalahan Penelitian.

Memperhatikan permasalahan sebagaimana telah

diketengahkan pada bagian latar belakang di atas, maka

rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah :

Bagaimanakah profil kinerja manajemen MGMP dalam upaya

meningkatkan kinerja guru, dan bagaimana profil guru yang

telah mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam

melaksanakan proses belajar-mengajar? Dengan diketahui

kinerja dimaksud maka akan diketahui hubungan manajemen

MGMP dengan peningkatan kinerja guru pesertanya.

Untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi

fokus penelitian tersebut dirumuskan lagi ke dalam bentuk

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah persepsi guru terhadap penyelenggaraan

kegiatan MGMP?

2. Bagaimanakah profil kinerja manajemen MGMP dalam

upayanya meningkatkan kinerja guru?

3. Bagaimanakah profil kinerja para guru yang telah

mengikuti MGMP dalam penguasaan materi pelajarannya?

4. Bagaimanakah profil kinerja para guru yang telah

(19)

5. Bagaimanakah profil kinerja para guru yang telah

mengikuti MGMP dalam penguasaan teknik-teknik

evaluasinya?

6. Kendala apakah yang dihadapi dalam penyelenggaraan

kegiatan MGMP?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja manajemen

MGMP dalam upaya meningkatkan kinerja guru, dan profil

kinerja para guru yang telah mengikuti Musyawarah Guru Mata

Pelajaran (MGMP). Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis

dapat diketahui hubungan manajemen MGMP dengan kinerja

para guru yang telah mengikutinya.

Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis persepsi guru terhadap

penyelenggaraan kegiatan MGMP

b. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja

manajemen MGMP dalam upaya meningkatkan kinerja guru.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja para

guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan materi

(20)

d. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja para

guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan media

belajar.

e. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja para

guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan

teknik-teknik evaluasi.

f. Mendeskripsikan dan menganalisis kendala yang dihadapi

dalam penyelenggaraan kegiatan MGMP.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini penting dilaksanakan karena hasilnya

memiliki arti praktis dan teoritis. Secara praktis hasil

penelitian ini sangat bermanfaat baik bagi Sekolah Menengah

Umum maupun pihak-pihak yang terkait di luar Sekolah

Menengah Umum.

a. Bagi Sekolah Menengah Umum (SMU)

Penelitian ini berusaha untuk menganalisis dan

menaeskripsikan kinerja guru yang telah mengikuti kegiatan

MGMP. Hasilnya tentu sangat bermanfaat bagi pihak sekolah.

Kinerja guru yang telah mengikuti MGMP perlu diketahui

oleh pihak sekolah, baik oleh pimpinan sekolah maupun

sesama guru lainnya. Sekolah dapat melihat bahwa

(21)

kepada para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP ternyata

tidak sia-sia.

Apakah harapan sekolah tersebut telah terwujud? Belum

ada hasil penelitian yang mencoba untuk memberikan jawaban.

Penelitian ini berusaha untuk menyajikan informasi yang

kiranya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dimaksud.

b. Bagi pihak yang terkait di luar SMU.

Bagi instansi terkait di luar SMU seperti Dinas

Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten, hasil

penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi

dalam pembuatan kebijakan untuk penyelenggaraan MGMP baik

tingkat propinsi maupun kabupaten.

Bagi para pengurus MGMP baik tingkat propinsi maupun

kabupaten, hasil penelitian ini sangat berguna sebagai feed

back guna mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi

kegiatan MGMP yang mereka selenggarakan.

c. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Secara teoritis hasil penelitian ini sangat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi

pendidikan,

khususnya dalam bidang administrasi personil di

Sekolah Menengah Umum. Tuntutan masyarakat yang semakin

(22)

mengakibatkan perlunya pembinaan personil sekolah yang

terus menerus. Untuk itu diperlukan berbagai macam

penelitian sekitar masalah personil, khususnya para guru

SMU, sehingga diharapkan aplikasi dari administrasi

personil di sekolah menjadi efektif dan efisien dalam

rangka pencapaian tujuan pendidikan Sekolah Menengah Umum.

D. Penjelasan Konsep

Agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka berikut akan

diberikan penjelasan terhadap konsep utama yang digunakan

dalam penelitian ini. Konsep dimaksud adalah (1) kinerja

guru dalam melaksanakan PBM, dan (2) musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP).

1. Kinerja Guru dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Di dalam Kamus Besar Indonesia (BP, 1985:503)

didefinisikan "kinerja" sebagai: (1) sesuatu yang dicapai;

(2) prestasi yang diperlihatkan; (3) kemampuan kerja.

Lembaga Administrasi Negara (LAN, 1992) menyatakan, kinerja

merupakan terjemahan bebas dari kata inggris "performance"

yang berarti prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau

pencapaian kerja atau hasil kerja/penampilan kerja.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kinerja guru

(23)

perilaku yang dapat diamati yang ditampilkan oleh para guru

yang telah mengikuti kegiatan MGMP dalam pelaksanaan tugas

PBM-nya.

2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

MGMP adalah forum/wadah kegiatan guru mata pelajaran

sejenis pada jenjang SLTA untuk memecahkan masalah-masalah

dan penyempurnaan pelaksanaan proses belajar-mengajar yang

meliputi berbagai hal seperti menghilangkan perbedaan

penguasaan materi pelajaran antar guru dan antar wilayah,

perbaikan metode penyajian, penggunaan media dan alat

pengajaran, sistem evaluasi belajar serta hal-hal lain yang

secara langsung atau tidak langsung menunjang terlaksananya

kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan dalam MGMP

tersebut merupakan satu kesatuan dengan tugas dan profesi

guru dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan

untuk menunjang peningkatan kegiatan belajar-mengajar.

E. Premis dan Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengembangan pendidikan menengah umum di Indonesia

sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional masih

menghadapi banyak permasalahan. Salah satu diantaranya

adalam kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya. Padahal

(24)

pembelajaran yang akhirnya menentukan pencapaian tujuan

pendidikan.

Mengingat fungsi guru yang demikian strategis,

ditambah tuntutan masyarakat terhadap sekolah untuk

menghasilkan lulusan yang lebih baik, maka sekolah dituntut

untuk senantiasa mengembangkan kemampuan para gurunya lewat

berbagai cara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah

melalui MGMP.

Walaupun MGMP ini merupakan kegiatan yang terkoordinir

mulai dari tingkat sanggar (rayon) sampai ke tingkat

nasional, namun dalam pelaksanaannya masih banyak kendala

yang ditemui, baik dari pihak sekolah maupun organisasi

penyelenggaranya. Kurangnya bimbingan dan arahan dari

pimpinan sekolah menyebabkan seorang guru yang telah

mengikuti MGMP terkadang sulit untuk menyampaikan atau

membagi pengalamannya kepada guru yang lain yang mengajar

pelajaran yang sama. Begitu juga dalam mengaplikasikannya

terhadap siswa. Nampaknya asumsi yang digunakan dalam hal

ini adalah dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman

yang diperoleh dari MGMP dengan sendirinya akan berdampak

positif pada pelaksanaan tugas-tugasnya, baik dalam proses

belajar mengajar di kelas maupun dalam kegiatan saling

tukar informasi dengan rekan guru lainnya yang mengajar

(25)

Padahal baik tidaknya kinerja seorang staf dalam suatu

lembaga tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan

dan keterampilan yang mereka miliki. Sesuai dengan teori

perilaku organisasi, maka unjuk kerja manusia organisatoris

(termasuk guru) ditentukan oleh banyak faktor baik dari

dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Pada level diri

sendiri hal-hal yang menentukan tingkat performansi kerja

ditentukan oleh persepsi, sikap, nilai-nilai, kepuasan

kerja, motivasi dan juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik

guru itu sendiri. Ketersediaan sarana dan prasarana belajar

di rumah, kesejahteraan hidup merupakan dua contoh

lingkungan fisik yang baik secara langsung maupun tidak

langsung ikut mempengaruhi unjuk kerja seorang guru.

Seorang guru di sekolah tidak hanya bekcrja sendiri,

tetapi selalu terlibat dalam suatu kelompok kerja (work

group). Dengan demikian maka unjuk kerjanya juga tidak

terlepas dari faktor dinamika perilaku kelompok kerjanya.

Dinamika perilaku kelompok kerja ini ditentukan oleh

perilaku interpersonal anggotanya, tujuan, nilai, dan

kekuatan kelompok.

Akhirnya dalam konteks sistem organisasi, maka

perilaku seorang guru juga ditentukan oleh perilaku

organisasi (sekolah) tempat mereka bekerja. Perilaku

(26)

antara lain; lingkungan internal dan eksternal, komunikasi,

pengembangan

organisasi,

filsafat

personil,

kepemimpinan,

manajemen

perubahan,

manajemen

konflik,

dan

ketersediaan

sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh guru.

Melihat

begitu

banyaknya

variabel

yang

menentukan

kinerja seorang guru, maka diperlukan upaya yang

sungguh-sungguh dari pihak pimpinan sekolah untuk senantiasa

memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengembangkan

keakhlian

yang

diperolehnya

dari

kegiatan

MGMP.

Asumsi

bahwa bertambahnya pengetahuan dan keterampilan akan dengan

sendirinya

menghasilkan

perbaikan,

tidak

selamanya

dapat

dipertahankan,

tanpa

bantuan

dan

dukungan

dari

pihak

sekolah.

Berkaitan dengan uraian diatas serta berdasarkan

kajian

teoritis

yang

telah

peneliti

lakukan,

maka

dirumuskanlah premis-premis penelitian ini sebagai berikut:

Premis 1. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar secara

umum dipengaruhi oleh faktor internal dan

eksternal.

Premis

2.

Faktor internal

yang mempengaruhi

kinerja

guru

dalam

proses

belajar

mengajar

adalah;

kemampuan

(27)

Premis 3. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja guru

dalam proses belajar mengajar adalah manajemen,

kepemimpinan, kelompok kerja, sarana dan

prasarana.

Keseluruhan proses pelaksanaan penelitian ini jika

divisualisasikan ke dalam kerangka pemikiran penelitian

dapat dilihat dalam gambar berikut.

Peningkatan Mutu SMU

Pengemba ngan GURU

MGMP

Faktor Internal

- Materi - Media

- Evaluasi

-Membahas permasalahan -Mencari pemecahan -Menyepakati upaya

perbaikan

1. Kemampuan 2. Motivasi

1

Faktor Eksternal

1. Manajemen 2. Kepemimpinan 3. Kelompok

kerja

4. Sarana dan Prasarana

(28)

F. Paradigma Penelitian

Penelitian

ini

akan

membahas

mengenai

Peran

penyelenggaraan

kegiatan Musyawarah

Guru

Mata

Pelajaran

(MGMP)

terhadap peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan

proses belajar mengajar.

Penelitian ini tergolong dalam penelitian

administrasi

sekolah,

khususnya

menyangkut

manajemen

personil.

Administrasi

sekolah

merupakan

upaya

untuk

memaksimalkan

penggunaan

semua

sumber

daya

yang

terdapat

di

sekolah,

sedangkan manajemen personil menyangkut pendayagunaan semua

sumber

daya

manusia

yang

terdapat

di

sekolah

tersebut.

Dalam penelitian ini tidak semua personil di sekolah yang

menjadi subyek penelitian, melainkan 'personil yang diteliti

hanya meliputi; guru peserta MGMP dan pimpinan sekolah.

Adapun paradigma penelitian berdasarkan uraian di atas

(29)

Administrasi Pendidikan

Administrasi Sekolah

Manajemen Sekolah

Perilaku Organisasi

Optimalisasi pelaksanaan tugas dan peran guru

untuk meningkatkan kualitas PBM melalui MGMP

J

Dengan keterhubungan sbb.

Gambar 2 Paradigma Penelitian.

MGMP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

meningkatkan kinerja para guru dalam melaksanakan proses

(30)

dalam mengikuti kegiatan MGMP, maka kinerjanya akan semakin

meningkat, dalam arti proses belajar-mengajar berjalan

lebih efektif, yang pada akhirnya akan meningkatkan

kualitas para lulusan dari sekolah yang bersangkutan.

Dalam paradigma penelitian ini diuraikan mengenai

gambaran dan jalan pikiran yang ditempuh dalam penelitian

berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah

dirumuskan. Kerangka ini menunjukkan: Pertama, bahwa guru

merupakan ujung tombak terlaksananya proses

belajar-mengajar, karena itu guru harus senantiasa meningkatkan

kemampuannya agar proses belajar-mengajar dapat berjalan

lebih efektif. Kedua, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuannya dengan dukungan

kepala sekolah yaitu melalui partisipasi aktifnya dalam

kegiatan MGMP. Ketiga, melalui MGMP guru akan memperoleh

tambahan pengetahuan mengenai; materi, media, dan evaluasi

yang sangat diperlukan untuk peningkatan kualitas proses

belajar-mengajar. Selain itu dalam MGMP juga akan dibahas

mengenai berbagai hal atau permasalahan yang ditemukan para

guru peserta dalam pelaksanaan proses belajar-mengajarnya

di sekolahnya masing-masing, untuk kemudian dicarikan

pemecahannya (solusinya). Selanjutnya para peserta MGMP

mencari kesepakatan untuk melakukan upaya perbaikan. Dengan

(31)

meningkatkan kinerja para guru mata pelajaran yang aktif

mengikutinya, dalam melaksanakan proses belajar-mengajar di

(32)
(33)

METODE PENELITIAN

Pada Bab III ini dikemukakan metode penelitian yang

terdiri atas : metode penelitian, lokasi dan subyek

penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data serta

tingkat pengujian validitas data sehingga dicapai

signifikansi data.

A. Metode Penelitian

Metode yang dignakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analitis kualitatif. Dikatakan deskriptif

karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk

mendapatkan jawaban permasalahan yang diajukan secara apa

adanya sekarang tanpa mempersoalkan keadaan sebelum ataupun

sesudahnya, yaitu tentang unjuk kerja para guru yang aktif

mengikuti kegiatan MGMP dalam proses belajar-mengajar.

Bertalian dengan penelitian deskriptif Winarno Surakhmad

(1982 : 139) menyatakan sebagai berikut:

Pada umumnya persamaan sifat dari segala bentuk

penyelidikan deskriptif ini ialah menuturkan dan

menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi

yang dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan sikap

yang nampak atau tentang sesuatu proses yang sedang

berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, keinginan

yang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan

(34)

Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif menurut

Winarno Surakhmad (1982) adalah sebagai berikut:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada

pada masa sekarang, dada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan

kemudian dianalisis.

Penelitian ini tidak hanya berusaha mendeskripsikan

secara mendalam (thick description) kinerja guru yang aktif

mengikuti kegiatan MGMP dalam proses belajar-mengajar,

tetapi juga menganalisis faktor-faktor yang yang

mempengaruhi tinggi rendahnya atau baik tidaknya kinerja

para guru tersebut. Karena itu penelitian ini menggunakan

metode deskriptif analitik. Dengan menggunakan analisis

maka proses pengumpulan data dan penyajian hasil penelitian

tidak hanya bertumpu pada hal-hal yang tampak dipermukaan

saja, tetapi juga melihat faktor-faktor yang melatar

belakangi kualitas unjuk kerja dimaksud.

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data

deskripsi mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang

diteliti, baik persepsinya maupun pendapatnya serta

aspek-aspek lain yang relevan yang diperoleh melalui kegiatan

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uraian seperti

ini biasanya menghadapi kesulitan bila ditangani melalui

(35)

kualitatif. Yang dimaksud dengan metode kualitatif menurut

Bogdan dan Taylor seperti dikutif oleh Lexy J. Moleong

(2000 : 3) adalah sebagai prosedur dasar penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Lebih

lanjut ia mengemukakan bahwa: "Penelitian kualitatif

berakar pada latar belakang alamiah sebagai kebutuhan

mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan

metode kualitatif dan mengadakan analisis data secara

induktif"

Lincoln dan Guba (1985: 12) mengemukakan bahwa

peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, disain

penelitiannya bersifat "emergent design". Hal ini

desebabkan karena pada tahap awal penelitiannya,

kemungkinan peneliti belum memiliki gambaran yang jelas

tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan

mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data.

Demikian pula peneliti kualitatif tidak menghampiri masalah

yang akan ditelitinya melalui pertanyaan penelitian yang

telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannya atau

melalui perumusan hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya.

Bogdan dan Biklen (1982: 31) mengemukakan bahwa sebagai

peneliti kualitatif ia akan menaruh perhatiannya untuk

(36)

lain-lainnya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti sendiri.

Oleh karena itu,

peneliti kualitatif mengumpulkan datanya

melalui

kontak

langsung

dengan

subyek

yang

diteliti

di

tempat mereka melakukan kegiatan sehari-hari.

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteristik

yang

membedakannya

dengan

penelitian

kuantitatif.

Bogdan

dan

Biklen

(1987:

27-28)

mengemukakan

beberapa

karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:

(1)

Qualitative research has the natural setting as direct

source of data and the researcher is the key instrument.

(2) Qualitative reserch is descriptive.

(3)

Qualitative

researchers

are

concerned

with

process

rather than simply with outcomes or products.

(4) Qualitative researchers tend to analyze their data

inductively.

(5)

Meaning

is

of

essential

concern

to

the

qualitative

approach.

Karakteristik-karakteristik tersebut di atas menjiwai

penelitian ini. Karakteristik pertama, peneliti sebagai

instrumen utama mendatangi

sendiri

secara

langsung

sumber

datanya. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari fenomena

sebagaimana aslinya yang tampak dan terjadi di lapangan.

Karakteristik

kedua,

mengimplikasikan

bahwa

data

yang

dikumpulkan dalam penelitian ini cenderung dalam bentuk

kata-kata

dari

pada

angka-angka.

Jadi

hasil

analisisnya

berupa

uraian.

Karakteristik ketiga,

keempat,

dan kelima,

(37)

kepada proses dari pada hasil, dan melalui analisis

induktif

peneliti

mengungkapkan

makna

dari

keadaan

yang

diamatinya itu.

Karena menggunakan metode penelitian kualitatif, maka

penelitian ini tidak mencari kebenaran mutlak, karena

mengakui adanya dunia luar yang tidak dapat dikenal dengan

mutlak,

melainkan

tergantung

pada

dunia

realitas

empirik

menurut pandangan dan konsensus informan dan masyarakat

ilmuwan.

Penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar dan

mengutamakan data yang bersifat kualitatif. Kajian

bermaksud untuk memahami makna suatu kejadian dan mengamati

perilaku

sasaran

penelitian

dalam

lingkungan

hidupnya,

peneliti berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami

budaya

dan

tafsiran

mereka

tentang

dunia

sekitarnya.

Peneliti lebih bersifat induktif, artinya berusaha

menemukan teori berdasarkan data dan terbuka bagi penemuan

baru (lihat : Nasution, 1988).

Penelitian ini bukan hanya mempelajari orang lain,

tetapi juga belajar dari orang lain untuk memahami makna

suatu peristiwa, yaitu unjuk kerja para guru, menurut

pandangan hidup mereka sendiri. Hal ini didasari pada suatu

asumsi bahwa para guru yang dijadikan sasaran penelitian

ini mengetahui dan cepat menangkap makna tentang suatu

(38)

menjelaskan makna tentang fenomena menyangkut

kehidupannya

jika orang lain memintanya dengan wajar.

B. Sumber Data Penelitian

1. Populasi Penelitian

Suharsimi Arikunto (1989) mengatakan bahwa, populasi

adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua pihak baik manusia maupun non

manusia (dokumentasi, simbol-simbol, peralatan kerja, dan

lingkungan hidup lainnya) yang dipandang dapat memberikan

data yang berhubungan dengan kinerja para guru yang aktif

mengikuti MGMP dalam proses belajar-mengajarnya. Secara

garis besar manusia yang menjadi populasi penelitian ini

adalah: (1) para guru PPKn SMU Negeri di Kabupaten Bandung

peserta MGMP, (2) para Kepala SMU Negeri di Kabupaten

Bandung, (3) para petugas perpustakaan, dan (4) siswa SMU

Negeri Kabupaten Bandung.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar

diamati. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sutrisno Hadi

(1983), sampel adalah sebagian individu yang diamati.

(39)

dalam

penelitian

bersifat

informan,

yaitu

orang

yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian.

Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel bertujuan

(purposive sampling), dengan ciri-ciri sebagai berikut :

(1)

rancangan

sampel

yang

muncul

tidak

dapat

ditentukan

atau ditarik terlebih dahulu, (2) penentuan sampel secara

berurutan,

(3)

penyesuaian

berkelanjutan dari

sampel,

dan

(4) pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.

Pemilihan tenaga guru sebagai sumber data dilakukan

dengan jalan : responden (informan) yang terpilih setelah

dari padanya digali data, kemudian diminta untuk

menunjukkan orang lain yang kiranya dapat memberikan

informasi, dan kemudian responden baru itu diminta untuk

menunjukkan orang lain dan seterusnya secara berurutan

(snow ball). Jika suatu informasi dapat diperoleh dari

banyak pihak, maka sumber data adalah kelompok atau

individu; sedangkan jika suatu informasi hanya diketahui

oleh orang tertentu, maka sumber data adalah individu

tertentu. Secara demikian maka penentuan sampel penelitian

ini menggunakan teknik "bola salju" atau snowball sampling

technique (Bogdan & Biklen, 1982 ; Moleong, 2000).

Pada prinsipnya, sampel dalam penelitian ini tidak

(40)

dipentingkan adalah sampel dapat memberikan segenap

informasi yang dibutuhkan secara mendalam sesuai dengan

sasaran penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengambilan

sampel yang besar di samping tidak efektif juga tidak

diperlukan. Karena yang dipentingkan peneliti dapat

menggali data dari sampel secara mendalam dengan berbagai

cara. Bahkan peneliti diharapkan dapat tinggal dalam waktu

yang cukup lama dengan orang-orang yang ditelitinya.

3. Data yang Diperlukan

Data yang diperlukan • dalam penelitian ini sesuai

dengan fokus penelitian antara lain:

Bidang manajemen, MGMP, meliputi data tentang bagaimana

pelaksanaan kegiatan MGMP dalam hal (a) perencanaan,

(b)pengorganisasian, (c)pelaksanaan, dan (d) evaluasi

kegiatannya.

Bidang penguasaan materi, meliputi data tentang

kinerja guru peserta MGMP dalam hal (a) mengkaji bahan

kurikulum bidang studi, (b) mengkaji isi buku-buku teks

bidang studi yang bersangkutan, (c) melaksanakan

kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum bidang studi yang

bersangkutan, (d) mempelajari ilmu yang relevan, (e)

mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam ilmu lain, dan

(41)

Bidang penggunaan Media/Sumber, meliputi data tentang

kinerja guru peserta MGMP dalam hal (a) mempelajari

macam-macam media pendidikan, (b) mempelajari kriteria pemilihan

media pendidikan, (c) berlatih menggunakan media

pendidikan, (d) merawat alat-alat bantu belajar-mengajar,

(e) mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan

sekolah untuk membuat alat bantu, (f) mempelajari

fungsi-fungsi perpustakaan, (g) mempelajari macam-macam sumber

kepustakaan, (h) berlatih menggunakan macam-macam sumber

kepustakaan, (I) mempelajari kriteria pemilihan sumber

kepustakaan, dan (j) berlatih menilai sumber-sumber

kepustakaan.

Bidang penilaian prestasi siswa untuk kepentingan

pengajaran, meliputi data tentang kinerja guru peserta MGMP

dalam (a) mempelajari fungsi penilaian, (b) mempelajari

bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian, (c) berlatih

menyusun teknik dan prosedur penilaian, (d) mempelajari

kriteria pemilihan teknik dan prosedur penilaian, (e)

berlatih menggunakan teknik dan prosedur penilaian,

(f)berlatih mengelola dan menginterpretasikan hasil

penilaian, (g) berlatih menggunakan hasil-hasil penilaian

untuk perbaikan proses belajar-mengajar, (h) berlatih

menilai teknik dan prosedur penilaian, dan (i) berlatih

(42)

C. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data

tidak memiliki suatu pola yang pasti, sebab disain serta

fokus penelitian dapat mengalami perubahan yang bersifat

"emergent", akan tetapi untuk mempermudah pengumpulan data,

peneliti prosedur seperti yang dikemukakan oleh Nasution

(1988) dan Subino (1988), yaitu : (1) tahap orientasi, (2)

tahap eksplorasi, dan (3) tahap member check.

1. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk

menentukan permasalahan yang terjadi di. lapangan. Hal-hal

yang dilakukan dalam kepentingan ini adalah :

a. Melakukan pra survey dengan mengamati berbagai gejala

yang terjadi dalam proses MGMP sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan guru di beberapa SMU Negeri di

Kabupaten Bandung.

b. Memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan

dan mencari tingkat permasalahan yang paling menarik

untuk diteliti.

c. Menyusun rancangan penelitian sebagai salah satu langkah

(43)

d. Menentukan tenaga bantuan dari tenaga pengajar atau

pihak lain yang dianggap proporsional.

e. Menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti pedoman

penelitian, dokumen abservasi, pedoman wawancara serta

alat bantu lain seperti perekam (tape recorder) dan

kamera.

f. Mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini prosedur pengumpulan data tentang

kinerja guru peserta MGMP dalam melaksanakan proses

belajar-mengajar, dilakukan sesuai dengan ketentuan

pembimbing. Kegiatan inti yang dilakukan meliputi :

a. Mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan kegiatan

MGMP.

b. Mengobservasi pelaksanaan kegiatan proses

belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru peserta MGMP, terutama

mengenai hal-hal yang yang berkaitan langsung dengan

tujuan MGMP.

c. Melakukan wawancara dengan subyek penelitian dalam

situasi alami. Kegiatan wawancara ini akan berakhir

apabila seluruh data dan informasi yang dibutuhkan

(44)

3. Tahap Member Check

Dalam tahap ini semua data dan informasi yang telah

dikumpulkan di cek ulang (trianggulasi) , guna melihat

sejauh mana kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas

data diperoleh. Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi :

a. Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik yang

bersumber dari dokumen maupun hasil pengamatan dan

w a w a n c a r a .

b. Meminta data dan informasi ulang kepada subyek

penelitian jika ternyata data yang telah terkumpul

tersebut belum lengkap. Proses pengumpulan dilakukan

dengan wawancara langsung atau melalui telepon dan

sarana lainnya.

c. Meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait (stake

holders) tentang implementasi pembinaan kemampuan

profesional guru, terutama kepada kepala sekolah.

Untuk efektivnya pelaksanaan pengumpulan data,

peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan pedoman

(45)

NO a. a. b. e. 9-DATA YANG DIPERLUKAN

Kinerja guru dalam bidang penguasaan materi

Mengkaji bahan kurikulum bidang

studi

Mengkaji isi buku-buku teks

bidang studi yang bersangkutan Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum

bidang studi yang bersangkutan Mempelajari ilmu yang relevan

Mempelajari aplikasi bidang ilmu

ke dalam bidang ilmu lain

Mempelajari cara menilai

kurikulum bidang studi

Mengunakan Media/Sumber

Mempelajari macam-macam media pendidikan

Mempelajari kriteria pemilihan

media pendidikan

Berlatih menggunakan media pendidikan

Merawat aiat-alat bantu belajar-mengajar

Mengenali bahan-bahan yang

tersedia di lingkungan sekolah

untuk membuat alat bantu

ivi6ffip6iajan fungsi-fungsi perpustakaan Mempelajari macam-macam sumber kepustakaan SUMBER DATA III

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru

i\ep. oeKOian, ouru

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru Siswa

Kep. Sekolah, Guru Siswa

Kep. Sekolah, Guru

(46)

h. a. b. e. f o. c. d. e .

Berlatih menggunakan

macam-macam sumber kepustakaan

Mempelajari kriteria pemilihan

sumber kepustakaan

Berlatih menilai sumber-sumber kepustakaan

Menilai prestasi siswa untuk

kepentingan pengajaran

Mempelajari fungsi penilaian

Mempelajari bermacam-macam

teknik dan prosedur penilaian Berlatih menyusun teknik dan

prosedur penilaian

iviernpelajan kntena pemilihan

teknik dan prosedur penilaian Berlatih menggunakan teknik dan

prosedur penilaian

Berlatih mengelola dan

menginter-jpretasikan hasil penilaian

Denatih menggunakan hasil-hasil

penilaian untuk perbaikan proses

belajar-mengajar

Berlatih menilai teknik dan pro

sedur penilaian

Berlatih menilai efektivitas prog

ram pengajaran

Partisipasi guru dalam MGMP

Keang-yOtaan dalam kepengurus-an MGMP

Motivasi mengikuti MGMP

Frekwensi kehadiran dalam kegia

tan MGMP

KeSUnqquha1"1 rlalam monniki iti kegiatan MGMP

Keaktifan dalam proses MGMP

Guru, Siswa

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru Siswa

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru Siswa

Kep. Sekolah, Guru

Kep. Sekolah, Guru

(47)

b.

c.

Perencanaan kegiatan MGMP

Pengorganisasian kegiatan

Pelaksanaan kegiatan MGMP

Evaluasi kegiatan MGMP

Pengurus MGMP

Pengurus MGMP

Pengurus MGMP

Pengurus MGMP

Wawancara, Obser-vasi, Dokumentasi Wawancara,

Obser-vasi, Dokumentasi

Wawancara,

Obser-vasi, Dokumentasi

Wawancara

(48)

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam

penelitian

ini,

teknik

pengumpulan

data

yang

digunakan adalah : observasi, wawancara dan studi

dokumentasi.

Oleh karena itu keberhasilan suatu penelitian

naturalistik sangat tergantung kepada ketelitian dan

kelengkapan catatan yang disusun peneliti. Menurut Nasution

(1988 : 56) "catatan lapangan tersebut disusun melalui

observasi,

wawancara dan studi dokumentasi".

Ketiga teknik

pengumpulan data tersebut digunakan untuk memperoleh

informasi

yang

saling

menunjang

dan

melengkapi.

Teknik-teknik pengumpulan data tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Observasi

Teknik observasi digunakan untuk melengkapi data dan

informasi yang diperoleh melalui wawancara. Selain itu

dengan observasi dimaksudkan pula untuk melakukan rechek

atau trianggulasi. Dengan observasi ini dilakukan

pengamatan secara langsung terhadap para guru peserta MGMP

dalam melaksanakan proses belajar-mengajar di sekolah

masing-masing, termasuk di dalamnya observasi suasana

(49)

Patton (1980) yang disarikan oleh Nasution (1988:

59-60) mengemukakan sebagai berikut:

(1)

dengan

berada

di

lapangan

peneliti

mampu

memahami

konteks data dalam keseluruhan situasi.

(2)

pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan

pendekatan induktif.

(3)

peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak

diamati orang lain.

(4)

peneliti

dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak

akan terungkap oleh responden dalam wawancara.

(5)

peneliti

dapat

menemukan

hal-hal

di

luar

persepsi

responden.

(6)

di

lapangan

peneliti

tidak

hanya

dapat

mengadakan

pengamatan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.

Kemudian di

bagian

lain Nasution

(1988)

mengemukakan

bahwa intensitas partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam

lima tingkatan yaitu dari partisipasi nihil, pasif, sedang,

aktif,

sampai

dengan

penuh,

dengan

mempertimbangkan

kedudukan peneliti dan sifat penelitian. Dalam hal ini

peneliti

melakukan

observasi

mulai

dari

kegiatan

sebagai

penonton, kemudian sewaktu-waktu turut serta dalam siatuasi

atau kegiatan yang sedang berlangsung.

b. Wawancara

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana

persepsi responden tentang permasalahan penelitian dari

perspektif, pikiran dan perasaannya, yaitu "unic"

(50)

berkomunikasi langsung dengan responden melalui wawancara

dan merupakan kegiatan penting dalam penelitian kualitatif.

Pada awalnya wawancara dilaksanakan dengan tidak

berstruktur, karena masih bersifat umum dan belum berfokus

dan

hanya

terpusat

kepada

satu

pokok

masalah

tertentu,

serta wawancara bebas berisi pertanyaan yang

berpindah-pindah

dari

satu

pokok masalah

kepada

masalah

yang

lain

sepanjang masih berkaitan dengan aspek-aspek masalah

penelitian.

Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman

wawancara, meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu

terikat pada pedoman tersebut. Secara garis besar, sesuai

dengan

masalah

penelitian,

data

yang

ingin

dikiimpulkan

adalah :

1) Partisipasi Guru dalam MGMP

a) Bagaimana persepsi guru terhadap penyelenggaraan

kegiatan MGMP;

b) Bagaimana dukungan pihak sekolah terhadap kegiatan

MGMP;

c) Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam mengikuti

(51)

2) Kinerja Guru dalam PBM

a)

Hasil

apakah yang

dirasakan

guru

setelah mengikuti

kegiatan MGMP;

b)

Bagaimana upaya guru untuk mengaplikasikan hasil yang

telah diperoleh dari kegiatan MGMP dalam pelaksanaan

tugasnya;

c)

Bagaimana

dampak

dari

kegiatan

MGMP

terhadap

peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan PBM.

3) Manajemen MGMP

a) Bagaimanakah

proses

perencanaan

kegiatan

penyelenggaraan MGMP;

b) Bagaimana cara pengorganisasian kegiatan MGMP;

c) Adakah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan MGMP.

Tujuan pengumpulan data tersebut adalah untuk

memperoleh keterangan secara terperinci dan mendalam

mengenai

pandangan para guru dan

kepala

sekolah tentang

kegiatan

MGMP

sebagai

upaya

untuk

meningkatkan

kemampuan

profesional guru. Pedoman ini dibuat (dirumuskan dalam

bentuk

terbuka

(Nasution 1988

: 77)

dan diperlukan dalam

proses

berjalannya

wawancara

sehingga

tetap

berada

pada

konteks permasalahan yang sedang diselidiki. Wawancara

dengan

para

guru

dilakukan

secara

berulang-ulang,

sampai

(52)

penelitian. Dengan kata lain, data pertama mengandung sifat

non directive yaitu menurut pikiran dan perasaan responden,

kemudian dalam kegiatan selanjutnya data bersifat directive

yaitu ditinjau dari pandangan peneliti.

c. Studi dokumentasi

Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan data

diperoleh dari sumber manusia (human resource) melalui

observasi dan wawancara, akan tetapi diperlukan pula sumber

lain sebagai pelengkap yaitu dokumentasi. Dalam penelitian

ini dokumen dapat dijadikan bahan trianggulasi untuk

mengecek kesesuaian data. Adapun perolehan data dalam

penelitian ini dilakukan melalui berbagai dokumen tentang

persepsi guru tentang MGMP, aktivitas guru, dan

inventarisasi kemajuan hasil belajar siswa.

Dengan studi dokumentasi ini akan diperoleh data

tertulis tentang kegiatan guru dalam MGMP sebagai upaya

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Meskipun

wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder,

peneliti tidak lupa mencatat informasi yang non verbal.

Pencatatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang

utuh, sekaligus mempermudah penulis mengungkapkan makna

(53)

2. Analisis Data Penelitian

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah

upaya penelaahan atas esensi, mencari makna di balik

frekuensi dan variansi; analisis kualitatif memberikan

peluang untuk berfikir divergen, horizontal, kreatif, dan

hierarkhik, di samping berfikir konvensional: linear, non

linear (Muhadjir, 1990 : 6). Secara lebih operasional

analisis data kualitatif adalah proses penyusunan data

(menggolongkannya dalam tema atau katagori) agar dapat

ditafsirkan atau diinterpretasi (Moleong, 2000: 198). Agar

dapat menafsirkan dan menginterpretasikan data secara baik

dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, dan

kreativitas yang tinggi sehingga mampu memberikan makna

pada setiap fenomena atau data yang ada.

Dalam penelitian ini, analisis data secara bertahap

dilakukan pada tiap data yang telah terkumpul. Sebagaimana

dinyatakan oleh Moleong (2000: 198) bahwa, analisis data

penelitian kualitatif sudah dimulai sejak dilapangan, sejak

saat itu sudah ada penghalusan data, penyusunan kategori

dengan kawasannya, dan sudah ada upaya yang dimulai dalam

(54)

Proses analisis data penelitian ini selama peneliti

berada di lapangan dilakukan dengan jalan, mencoba untuk

selekas mungkin menetapkan fokus penelitian sehingga

peneliti jangan sampai bias oleh banyak hal lainnya yang

kelihatan mungkin menarik. Peneliti harus berusaha mampu

mendisiplinkan diri untuk tidak menggali semua hal yang

kelihatannya penting, padahal tidak ada hubungannya dengan

fokus penelitian ini, yakni bertalian dengan unjuk kerja

guru peserta MGMP dalam proses belajar-mengajar.

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan

mengikuti prosedur atau langkah-langkah seperti yang

dikemukakan oleh Milles dan Huberman (1982 : 16-20) dan

oleh Nasution (1988 : 129-130), yaitu reduksi data, display

data, dan mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Teknik pengolahan dan penafsiran data tersebut

dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

a. Reduksi data, pada tahap ini data yang sudah terkumpul

diolah dengan tujuan untuk menemukan hal-hal pokok

mengenai kinerja guru peserta MGMP dalam proses

belajar-mengajar.

b. Display data, pada tahap ini peneliti membuat rangkuman

temuan penelitian secara sistematis sehingga pola dan

(55)

data

tersebut

diberi

makna

yang

relevan

dengan

fokus

penelitian.

c Verifikasi data, dalam kegiatan ini peneliti melakukan

pengujian atas kesimpulan yang telah diambil dan

membandingkan

dengan

teori-teori

yang

relevan

serta

petunjuk

kegiatan

pembinaan.

Pemantapan

pengujian

kesimpulan dihubungkan dengan data awal melalui kegiatan

member

check,

sehingga

akan

menghasilkan

suatu

penelitian yang bermakna.

E. Pengujian Tingkat Validitas Data

Pengujian tingkat validitas data dalam studi

kualitatif ini berpedoman pada konsep Nasution

(1988)

dan

Muhadjir (1990) dengan mengutamakan kebermaknaan data

sehingga

mempunyai

arti

yang

dapat

dipercaya.

Proses

pengujian kepercayaan validasi penelitian kualitatif

jditentikan

oleh

beberapa

kriteria,

yaitu;

"kredibilitas

(Validitas

Internal),

transferabilitas

(Validitas

Eksternal),

depentabilitas

(reliabilitas)

dan

konfirmabilitas (objektivitas)" (Nasution, 1988: 114-1

1. Kredibilitas

Dalam hal ini, peneliti melakukan kegiatan seperti : a.

(56)

sumber lain, seperti dosen pembimbing, pengurus aktif

MGMP dan sumber lainnya, b. membicarakan dengan kolega

guna memperoleh penajaman analisis dan penafsiran data,

seperti teman-teman kuliah atau mereka yang telah lulus

pendidikan pascasarjana, dan c. menggunakan bahan

kepustakaan sebagai informasi untuk memahami konteks

inti peningkatan kinerja.

2. Transferabilitas

Fokus utama kegiatan ini adalah untuk mengetahui sejauh

mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi

lain. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupaya

mendeskripsikan dengan rinci mengenai kemungkinan

penerapan penelitian ini di sekolah lainnya, terutama

dalam memberikan rekomendasi pada upaya peningkatan

kinerja guru melalui MGMP.

3. Depentabilitas dan konfirmabilitas

Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah berkaitan

dengan masalah kebenaran penelitian naturalistik yang

ditunjukkan dengan proses "audit trail" (Lincoln dan

Cuba, 1985 :319). Trial, artinya jejak yang dapat

diikuti dan dilacak, sedangkan audit artinya pemeriksaan

terhadap semua data dengan tingkat ketelitian tertentu

yang melahirkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan dalam

(57)

Hal ini dilakukan dengan dosen pembimbing, baik terhadap

data mentah maupun hasil analisis dan sintesis data

sehingga menimbulkan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan

itu demikian adanya.

Rambu-rambu yang dituangkan dalam prosedur penelitian

ini merupakan panduan untuk melakukan analisis dan

menafsirkan data sehubungan dengan problema yang telah

dikemukakan pada bab terdahulu. Akan tetapi langkah-langkah

penelitian tersebut bisa saja berubah, asal tidak

mempengaruhi proses dalam memperoleh data dan proses

(58)
(59)

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Setelah menganalisa dan membahas hasil penelitian pada

bab

IV,

pada

bagian

ini

akan

disajikan

secara

ringkas

mengenai:

(A)

Kesimpulan

Hasil

Penelitian,

(B)

Implikasi

temuan,

serta (C)

Rekomendasi hasil penelitian.

Pokok-pokok

kesimpulan dimaksudkan sebagai kesimpulan sementara hasil

penelitian. Terhadap kesimpulan tersebut diadakan diskusi

dan

pembahasan,

dan

implikasinya

serta

rekomendasi

bagi

penyelenggaraan

kegiatan

MGMP

PPKn

dalam

rangka

meningkatkan

kemampuan

profesional

guru

di

Kabupaten

Bandung.

A. KESIMPULAN HASIL PENELITIAN

1. Persepsi guru terhadap penyelenggaraan kegiatan MGMP

Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa para

guru SMU Negeri di Kabupaten Bandung dalam memahami

penyelenggaraan kegiatan MGMP, jika ditinjau dari

persepsinya

selaku

peserta

aktif,

terdapat

(60)

Persepsi guru terhadap tujuan penyelenggaraan kegiatan

MGMP sudah dapat dipahami. Walaupun demikian upaya

mereka dalam berpartisipasi pada kegiatan tersebut belum

optimal. Masi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini yang menjadi pembahasan adalah hubungan antara kesenian Gandrung dengan keadaan- keadaan yang ada disekitarnya, seperti keadaan sosial, budaya,

Videotron sebagai media yang digunakan Humas Pemerintah Kabupaten Sidoarjo telah memberikan informasi yang benar dan wajar terkait pecapaian pembangunan Kabupaten

Penting juga dilihat ulang k onteks politik yang hendak dijawab melalui “Dokumen Tenurial Lombok 2011” lalu, yaitu untuk mendorong advokasi kebijakan nasional, khususnya

D ari hasil studi pendahuluan (inform asi aw al) m elalui w aw ancara dengan w arga m asyarakatm iskinyangadadisekitar J atinangor, diantara m ereka ada yang m engataakan: tidak

✓ Alluvium endapan dataran berbutir sedang sampai halus yang terdiri dari pasir dan lempung dengan sisipan pasiran, kelulusan sedang, sebagian besar daerah pantai utara

Subjek diberikan program latihan dengan dua metode lari aerobik yang berbeda. Pada Kelompok Perlakuan I diberikan pelatihan metode Latihan aerobik tanpa Beban, dan

Tevina Mart merupakan salah satu usaha yang bergerak di bidang retail yang ada di Kecamatan Ukui, tepatnya di Desa Ukui 1. Tevina Mart beralamat di Simpang

Memberikan pendidikan moral kepada anak harus dilakukan dengan pendekatan yang tepat, jika penanaman moral kepada anak dilakukan hanya dengan cara nasehat atau