MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)
DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU
DALAM MELAKSANAKAN
PROSES BELAJAR-MENGAJAR
(Studi pada Guru PPKn di Sekolah Menengah Umum Negeri di Wilayah
Kabupaten Bandung)TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister
Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan
^DI^//r
Disusun oleh :
O. YOYO WIJAYA NIM.: 999.484
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
DISETUJUI DAN DISYAKKAN OLEH PEMBIMBING
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Moch Idochi Anwar
NIP. 130 256 639
Pembimbing II
DISETUJUI OLEH
KETUA PROGRAM ADMINISTRASI PENDIDIKAN
a INDONESIA
UNIVERSITAS PENDIDIKA
Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsyddih Makniun, M.A.
NIP 130 188 292
TCSIS IP1 VwarinHnl•*•*"J»U »»A1 W W I I V4V4-V1..1
„ , .
-
Peran Penyelenggaraan Kegiatati Musyaw&rak Guru Mata
Pelajaran (MGMP) dalam Upaya Peningkaian Kinerja Guru dalam
Melaksanakan
.roses
Bclajar Mengajar (Studi pada guru PPKn di SMU Negeri di Wilayah
fSXff*Bandun^'
Fckus Peaciitiannya adaiah: Bagaimana profil kinerja manajcrncn
»«j„~ dan para guru yang telah rnengikuti MGMP dalam melaksanakan proses belajar
mengajar. Adapun yang dibahas berkaitan dengan fokus penelitian meliputi: (l)Persepsi
guru terhadap pcnyclcnggaraan MGMP; (2) Profil kinerja manajcrncn MGMP (3) Profil
kinerja para guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan mated pembelajaran"
penguasaan media pembelajaran; dan penguasaan teknik-teknik evaluasi; serta (4)
Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan MGMP tersebut.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatifdengan menggunakan data yang ada
untuk memperoleh makna yang rnendalair, Pcngumpulan data dilakukan mclalui studi
~o,cumentasi, vvavvancara dan observasi lapangan tentang keadaan dan performance para
guru serta pengurus MGMP, dan diskusi tentang upaya peningkatan kinerja guru melalui
MGMP. Data tersebut diolah dan dianalisa sclama dan sctclah kurun waktu pcngumpulan
data.
^ Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penyelenggaraan kegiatan MGMP dapat
rnernbantu menmgkatkan pengetahuan dan keterampilan para pesertanya. Disamping itu
t^u^ •JUga ^!!iPakan Sarana untuk menyamaka" persepsi tentang mated
pcinuclajaran, mCiubahas masalah-masalah yang dihadapi oleh para guru dalam
melaksanakan tugasnya, kemudian dicarikan solusinya menurut kesepakatan bersama
para peserta
x*™™
pemhtmn
Ju^a menunjukkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan kegiatan
JWMP PPKn di Kabupaten Bandung belum tercapai sepenuhnya. Dalam penguasaan
materi pembelajaran para guru masih belum melaksanakan penilaian kurikulum, masih
jarang rnernpelajari disiplin ilmulain apaiagi sampai diaplikasikan kedalam bidang studi
yang dipegangnya. Dalam penggunaan media atau sumber pembelajaran, para guru masih
jarang menggunakan rncdia/sunibcr lain sclain buku teks dan LKS. Demikian juga
mereka masih jarang memanfaatkan sarana perpustakaan. Dalam melaksanakan evaluasi
para guru juga belum sepenuhnya melaksanakan prosedur evaluasi. Masih banyak yang
tidak mclakukan analisis soal, menilai kurang objektif, dan jarang melaksanakan
pengayaan.
Hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan MGMP ini
menyangkut rnasalah pendanaan, penjadvvalan, nara sumber dan sikap dari para
pesertanya,
dan lemahnya manajemen penyelenggaraan.
Walaupun demikian
pcnyclcnggaraan kegiatan MGMP ini rncrupakan sarana yang paling mudah dilaksanakan
dalam upaya menmgkatkan kinerja para guru karena sifatnya yang dari oleh dan untuk
guru.Kesungguhan dan kreatifitas para pengurus dalam mcnyelcnggarakan kegiatan
MGMP, dengan di dukung manajemen yang baik dan dukungan pihak sekolah dalam
upaya memberdayakan para guru yang telah mengikuti MGMP sert* t«„nrtm,i,ona™
para pesertanya, a^an sangat rnernbantu rneningkatkan kualitas penyelenggaraan dan
PERSETUJUAN DARI PEMBIMBING
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
UCAPAN TERIMA KASIH vi
DAFTAR ISI x
DAFTAR GAMBAR xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Permasalahan 11
C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian . . . .12
D. Penjelasan Konsep 15
E. Premis dan Kerangka Pemikiran 16
F. Paradigma Penelitian 21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Administrasi Pendidikan 25
B. Kedudukan Permasalahan Penelitian Dalam
Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan . . . 29 C. Peranan Guru dalam Proses BelajarMengajar 27 D. Pengaruh Dinamika Kelompok terhadap Kinerja
Guru . 38
E. Pengembangan Kompetensi Guru dalam Proses
Belajar mengajar 46
F. MGMP sebagai Sarana untuk Meningkatkan
Kinerja Guru dalam Proses Belajar Mengajar. 47 G. Penelitian terdahulu yang Relevan . . . . 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian 53
B. Sumber Data Penelitian 58
C. Tahap-Tahap Penelitian 62
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Penelitian 68
A. Hasil Penelitian 78 B. Pembahasan Hasil Penelitian 93
C. Analisis KKPT (SWOT) 114
BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan Hasil Penelitian 115
B. Implikasi 125
C. Rekomendasi 131
DAFTAR PUSTAKA 13 6
Nomor Halaman
1 Kerangka Pemikiran Penelitian 20
2 Paradigma Penelitian 22
3 Hubungan antara Kebutuhan Motivasi dan
Peri-laku 42
4 Stratcgi untuk Memajukan Produktivitas Pekcrja 43
Dampak Penyelenggaraan Kegiatan MGMP terhadaj^
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memegang peranan penting dalam
mempersiapkan generasi muda yang lebih baik dari generasi
sebelumnya untuk meneruskan kelangsungan hidup bangsa.
Sejarah mencatat bahwa tidak ada bangsa yang maju tanpa
didukung oleh keberhasilan pendidikan, khususnya pendidikan
di sekolah.
Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan yang menyentuh
kebutuhan pokok manusia dan bersifat melekat dalam proses
kehidupannya. Menurut Samana (1999), kegiatan pendidikan
tersebut ditandai dengan beberapa hal. Pertama, bersifat
fundamental yang artinya rnernbantu menemukan makna hidup
seseorang. Kedua, perkembangan diri peserta didik hendaknya
meliputi
seluruh
daya
hidupnya
(aspek
kognitif,
afektif,
konatif dan psikomotorik) , secara berangsur-angsur, terpadu
dan ditingkatkan mutunya. Ketiga, perkembangan diri
seseorang dari lahir sampai dengan dewasa adalah tugas
hidup seseorang yang perlu diselesaikan dengan waktu yang
lama, memerlukan adanya konsistensi arah, kegiatan, dan
sarana
penunjang
yang
memadai.
Keempat,
proses
dan
hasil
pendidikan
yang
dialami
setiap
orang
dapat
dipandang
Kelima,
Pendidikan selalu terjadi dalam relasi sosial dan
dalam
situasi
sosial
yang
selalu
berubah-ubah,
hendaknya
memiliki
arah
yang
jelas
dan
konsisten
agar
pendidikan
menemukan pendekatan atau metode kerja yang selaras dengan
tujuan serta situasi konkret.
Berdasarkan hal tersebut nampaklah bahwa pendidikan
bukan
upaya
manusia
yang
sederhana
dan
asal-asalan,
melainkan suatu kegiatan yang harus ditangani secara
serius,
terprogram,
dengan
tujuan
yang
jelas,
dan
senantiasa
memperhatikan
dinamika
masyarakat.
Hal
ini
sesuai dengan pendapat Fattah (2000 ; 1):
"Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu upaya
yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang dinamis
dan
penuh
tantangan.
Pendidikan
akan
selalu berubah
seiring dengan perubahan jaman, setiap saat pendidikan
selalu menjadi
fokus perhatian dan bahkan tak jarang
menjadi
sasaran
ketidakpuasan
karena
pendidikan
menyangkut
kepentingan
semua
orang,
bukan
hanya
menyangkut
investasi
dan
kondisi
kehidupan
di
masa
yang
akan
datang,
melainkan
juga menyangkut
kondisi
dan suasana kehidupan saat ini. Itulah sebabnya
pendidikan
senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan
peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan
dan tuntutan kehidupan masyarakat"
Sebagai
institusi
pendidikan,
sekolah
memegang
tanggung
jawab
yang
besar
dalam
mencapai
keberhasilan
pendidikan khusunya pendidikan
formal.
Eanyaknya pendapat
pakai,
ditambah dengan menurunnya kualitas moral generasi
muda,
merupakan
tantangan
dan
sekaligus
tanggung
jawab
sekolah untuk mengatasinya.
Sekolah merupakan wadah tempat proses pendidikan
(khususnya
pendidikan
formal)
dilakukan,
memiliki
sistem
yang
kompleks
dan
dinamis.
Sekolah
bukan
sekedar
tempat
berkumpul
guru
dan
murud,
melaikan
berada
dalam
satu
tatanan sistem yang rumit dan saling berkaitan, oleh karena
itu sekolah dipandang sebagai suatu organisasi yang
membutuhkan
pengelolaan.
Jelasnya,
pengelolaan
sekolah
adalah
pengelolaan
sumber
daya
manusia
yang
diharapkan
menghasilkan
lulusan
berkualitas,
sesuai
dengan
tuntutan
kebutuhan masyarakat,
serta pada gilirannya lulusan sekolah
diharapkan dapat memberikan
kontribusi
kepada
pembangunan
bangsa.
Sekolah merupakan suatu organisasi yang didisain untuk
dapat
berkontribusi
terhadap
peningkatan
kualitas
hidup
masyarakat suatu bangsa khususnya dalam bidang pendidikan.
Karena
itu maka pemberdayaan berbagai
komponen intern dan
ekstern
dari
sekolah
harus
dioptimalkan.
Salah
satu
komponen
intern
yang
menjadi
ujung
tombak
dalam
pendidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal.
Untuk maksud tersebut, maka peranan profesional itu
mencakup tiga bidang layanan, yaitu layanan instruksional,
layanan administrasi, dan layanan bantuan sosial-pribadi.
Ketiga bidang layanan itu menjadi tugas pokok seorang guru
dalam melaksanakan tugasnya.
Layanan instruksional merupakan tugas utama guru,
sedangkan layanan administrasi dan layanan bantuan
merupakan pendukung. Tugas tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Pertama, penyelenggaraan proses belajar-mengajar, yang
menempati porsi terbesar dari profesi keguruan. Tugas ini
menuntut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi
yang diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi
itu, kemampuan mengemas materi sesuai dengan latar
perkembangan dan tujuan pendidikan, serta menyajikan
sedemikian rupa sehingga merangsang murid untuk menguasai
dan mengembangkan materi itu dengan menggunakan
kreativitasnya.
Kedua, tugas yang berhubungan dengan rnernbantu murid
dalam mengatasi masalah dalam belajar pada khususnya, dan
belajar
murid
di
kelas
sangat
erat
kaitannya
dengan
berbagai masalah
di
luar
kelas
yang
seringkali
ber'sifat
non-akademik. Masalah yang dihadapi dalam lingkungan
kehidupan anak perlu dibantu pemecahannya melalui program
bimbingan dan konseling.
Ketiga,
di
samping
kedua
hal
tersebut
guru
harus
memahami bagaimana sekolah itu dikelola,
apa peran guru di
dalamnya,
bagaimana memanfaatkan prosedur serta mekanisme
pengelolaan
tersebut
untuk
kelancaran
tugas-tugasnya
sebagai
guru.
Di
samping
itu
juga
guru
harus
memahami
bagaimana harus bertindak sesuai dengan etika jabatannya,
dan bagaimana guru bersikap terhadap tugas mengajar serta
dengan
personalia
pendidikan
atau
orang-orang
di
luarnya
yang ikut menentukan keberhasilan tugas mengajarnya.
.
Menurut Samana (1999), Guru memiliki tugas yang berat
sekaligus mulia.
Agar
seorang guru mampu menyumbang
jasa
yang
memadai
dalam rnernbantu
perkembangan
siswa
ke
arah
pencapaian serta peningkatan
kedewasaannya,
guru dituntut
peranannya
sebagai
model
(teladan)
dan
sekaligus
mampu
memberikan bimbingan kepada peserta didik. Hal ini menunjuk
kinerja
guru
yang
bermutu
(profesional),
kinerja
administrator pendidikan yang bermutu,
dan kinerja petugas
keberhasilan
pendidikan,
dewasa
ini
citra
guru
di
masyarakat tidaklah sehebat tugas dan posisinya tersebut.
Hal ini seperti dikemukakan oleh Tilaar (1999 ; 277) :
"Salah satu komponen yang sangat menentukan di dalam
proses peningkatan kecerdasan bangsa ialah guru.
Guru
di dalam sejarah perkembangan bangsa serta perjuangan
revclusi Indonesia telah memegang peranan yang sangat
penting. Profesi guru dewasa ini sedang disoroti tajam
apaiagi memasuki
dunia
Industri
abad
21.
Citra
guru
sedang menurun, penghargaan terhadap profesi guru oleh
masyarakat
belum
profesional
dengan
fungsinya
yang
strategis. Namun demikian sebagai suatu bangsa yang
besar yang menghargai profesi guru sebagai pembimbing
pengembangan
sumber
daya
manusia
menghadapi
masa
depan,
maka
suara-suara
bagi
pembinaan
profesi
guru
sangat
menggembirakan
akhir-akhir
ini.
Berkaitan
dengan
hal
itu
lembaga
pembinaan
profesi
guru
yang
kini
sedang dalam masa
transisi menjadi
universitas,
perlu disimak dan disusun begitu rupa agar supaya merupakan titik mula dari pengembangan citra guru yang
sewajarnya memasuki era reformasi".
Citra guru di masyarakat berubah dari waktu ke waktu.
Perubahan
citra
guru
tersebut
dipengaruhi
oleh
perubahan
aspirasi
(penilaian
serta
penghargaan)
warga
masyarakat
terhadap jabatan guru,
unjuk
kerja
para
guru
yang
telah
berkarya
(performance),
dan
adanya
perubahan
persyaratan
jabatan guru sebagai dampak kemajuan ilmu serta teknologi.
Dalam situasi sosial apapun, jabatan guru tetap
dinilai
oleh
warga
masyarakat
sebagai
pemberi
inspirasi,
penggerak, dan pelatih dalam penguasaan kecakapan tertentu
dipastikan bahwa guru yang semakin bermutu semakin besar
sumbangannya bagi perkembangan masyarakatnya. Guru yang
bermutu mampu berperan sebagai pemimpin di antara kelompok
siswanya dan juga diantara sesamanya, ia juga mampu
berperan sebagai pendukung serta penyebar nilai-nilai luhur
yang diyakininya dan sekaligus sebagai teladan bagi siswa
serta lingkungan sosialnya. Secara lebih mendasar guru yang
bermutu tersebut juga giat meningkatkan kemampuan dirinya
dalam berkarya dan dalam pengabdian sosialnya.
Dalam hal teknis-didaktis, guru yang bermutu mampu
berperan sebagai fasilitator pengajaran (sebagai nara
sumber yang siap memberi konsultasi secara terarah bagi
siswanya), mampu mengorganisasi pengajaran secara efektif
serta efisien, mampu membangun motivasi siswanya, mampu
berperan dalam layanan bimbingan, dan sebagai penilai hasil
belajar siswa demi bimbingan belajar siswa yang
bersangkutan lebih lanjut.
Jabatan guru yang bersifat profesional -tersebut
menuntut peningkatan kecakapan keguruan secara
berkesinambungan, integritas diri serta kecakapan
keguruannya selalu perlu ditumbuhkembangkan (baik atas
inisiatif sendiri maupun karena dorongan dan atau bantuan
keguruannya.
Banyak
cara
yang
telah
dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan akademik dan profesional guru dalam melaksanakan
tugasnya,
baik
ketika
ia masih
kuliah
sebagai
calon guru
maupun
setelah
ia melaksanakan
tugas
sebagai
guru.
Tugas
pendidikan
dan
pembinaan calon
guru
sepenuhnya
merupakan
anggung
jawab
Lembaga
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan
(LPTK), sedangkan pengembangan dan peningkatan kemampuan
guru setelah ia melaksanakan tugasnya adalah tanggung jawab
semua
pihak
yang
merasa
berkepentingan
dengan
dunia
pendidikan.
Salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kemampuan
guru
yaitu
melalui
penataran,
walaupun
hasilnya
belum
memenuhi
harapan.
Hal
tersebut
seperti
yang
dikemukakan
oleh Samana (1999), bahwa sejak tahun 1972 telah banyak
diselenggarakan penataran untuk meningkatkan mutu guru
dengan menghabiskan banyak dana,
tenaga,
dan waktu,
namun
hasilnya
belum
seperti
yang
kita
harapkan.
Walaupun
demikian
kegiatan
tersebut
tidak
boleh
dihentikan,
hanya
cara atau metodenya yang harus lebih diperhatikan,
sehingga
dapat mencapai tujuan seperti yang kita harapkan. Hal ini
-t-ini kegiatan penataran guru hanya dianggap sebagai kegiatan rutin yang hampir tanpa arah. Pemborosan telah banyak terjadi oleh karena ketidakadaannya suatu program menyeluruh mengenai pembinaan profesi guru khususnya penataran. Sebenarnya apabila dilihat dari segi pengabdian seorang guru di dalam profesinya, maka pembinaan pre-service seorang guru relatif sangat singkat dibandingkan dengan pembinaan dalam program penataran. Namun demikian program penataran yang kita kenal dewasa ini telah merupakan suatu kegiatan rutin yang menghabiskan waktu dan dana tanpa meningkatkan kemampuan profesional. Oleh sebab itu suatu program menyeluruh mengenai penataran guru telah merupakan
suatu keharusan abad 21".
Diantara bentuk upaya peningkatan kemampuan (mutu)
guru yang sekarang sedang banyak digalakkan adalah
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang diselenggarakan
secara terorganisir dari tingkat nasional sampai ke tingkat
unit kerja (sekolah). MGMP ini merupakan salah satu bentuk
penataran yang dalam pelaksanaannya lebih banyak melibatkan
para peserta, terutama dalam hal berbagi informasi dan
penyelesaian masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas
masing-masing.
Ada beberapa alasan dilaksanakannya kegiatan MGMP
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan guru. Pertama,
adanya kenyataan di lapangan yang menunjukkan bahwa
penampilan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar sangat bervariasi dan kualifikasi keguruannya
pengetahuan dan teknologi menuntut adanya penyesuaian dan
pengembangan
pendidikan
di
sekolah
khususnya
dalam. alih
teknologi. Ketiga, pengaturan mengenai angka kredit bagi
jabatan fungsional guru khususnya menuntut kemampuan guru
untuk meningkatkan profesionalisme berkarya dan berprestasi
di dalam melaksanakan tugas sehari-hari di sekolah.
Keempat, keadaan geografis Indonesia menuntut suatu sistem
komunikasi dan pembinaan profesional guru yang multi media.
Kelima, peningkatan kemampuan profesional guru menuntut
adanya wadah antara lain untuk berkomunikasi, konsultasi,
saling memberikan informasi dan koordinasi sesama guru.
Keenam, dengan bervariasinya tingkat dan latar belakang
pendidikan serta beratnya misi yang harus diemban, maka
diperlukan
usaha
peningkatan
kemampuan
antara
lain
meliputi;
pendalaman
materi,
penguasaan
sumber/media
belajar, dan penguasaan teknik-teknik evaluasi.
Seperti halnya penataran yang lain, MGMP ini pun tidak
terlepas dari berbagai permasalahan atau hambatan. Hambatan
tersebut antara lain menyangkut pendanaan dan kehadiran
guru
di
sekolah.
Sehingga
sering
terjadi
guru
pergi
penataran untuk meningkatkan kemampuannya,
sementara siswa
ditinggalkan, belajar sendiri. Karena itulah dipandang
perlu untuk meneliti, bagaimana kinerja para guru yang
B. Permasalahan Penelitian.
Memperhatikan permasalahan sebagaimana telah
diketengahkan pada bagian latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah :
Bagaimanakah profil kinerja manajemen MGMP dalam upaya
meningkatkan kinerja guru, dan bagaimana profil guru yang
telah mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam
melaksanakan proses belajar-mengajar? Dengan diketahui
kinerja dimaksud maka akan diketahui hubungan manajemen
MGMP dengan peningkatan kinerja guru pesertanya.
Untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi
fokus penelitian tersebut dirumuskan lagi ke dalam bentuk
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah persepsi guru terhadap penyelenggaraan
kegiatan MGMP?
2. Bagaimanakah profil kinerja manajemen MGMP dalam
upayanya meningkatkan kinerja guru?
3. Bagaimanakah profil kinerja para guru yang telah
mengikuti MGMP dalam penguasaan materi pelajarannya?
4. Bagaimanakah profil kinerja para guru yang telah
5. Bagaimanakah profil kinerja para guru yang telah
mengikuti MGMP dalam penguasaan teknik-teknik
evaluasinya?
6. Kendala apakah yang dihadapi dalam penyelenggaraan
kegiatan MGMP?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja manajemen
MGMP dalam upaya meningkatkan kinerja guru, dan profil
kinerja para guru yang telah mengikuti Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP). Berdasarkan hasil deskripsi dan analisis
dapat diketahui hubungan manajemen MGMP dengan kinerja
para guru yang telah mengikutinya.
Secara khusus penelitian ini ditujukan untuk:
a. Mendeskripsikan dan menganalisis persepsi guru terhadap
penyelenggaraan kegiatan MGMP
b. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja
manajemen MGMP dalam upaya meningkatkan kinerja guru.
c. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja para
guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan materi
d. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja para
guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan media
belajar.
e. Mendeskripsikan dan menganalisis profil kinerja para
guru yang telah mengikuti MGMP dalam penguasaan
teknik-teknik evaluasi.
f. Mendeskripsikan dan menganalisis kendala yang dihadapi
dalam penyelenggaraan kegiatan MGMP.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting dilaksanakan karena hasilnya
memiliki arti praktis dan teoritis. Secara praktis hasil
penelitian ini sangat bermanfaat baik bagi Sekolah Menengah
Umum maupun pihak-pihak yang terkait di luar Sekolah
Menengah Umum.
a. Bagi Sekolah Menengah Umum (SMU)
Penelitian ini berusaha untuk menganalisis dan
menaeskripsikan kinerja guru yang telah mengikuti kegiatan
MGMP. Hasilnya tentu sangat bermanfaat bagi pihak sekolah.
Kinerja guru yang telah mengikuti MGMP perlu diketahui
oleh pihak sekolah, baik oleh pimpinan sekolah maupun
sesama guru lainnya. Sekolah dapat melihat bahwa
kepada para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP ternyata
tidak sia-sia.
Apakah harapan sekolah tersebut telah terwujud? Belum
ada hasil penelitian yang mencoba untuk memberikan jawaban.
Penelitian ini berusaha untuk menyajikan informasi yang
kiranya dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan dimaksud.
b. Bagi pihak yang terkait di luar SMU.
Bagi instansi terkait di luar SMU seperti Dinas
Pendidikan Propinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten, hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi
dalam pembuatan kebijakan untuk penyelenggaraan MGMP baik
tingkat propinsi maupun kabupaten.
Bagi para pengurus MGMP baik tingkat propinsi maupun
kabupaten, hasil penelitian ini sangat berguna sebagai feed
back guna mengetahui sejauh mana efektifitas dan efisiensi
kegiatan MGMP yang mereka selenggarakan.
c. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Secara teoritis hasil penelitian ini sangat bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi
pendidikan,
khususnya dalam bidang administrasi personil di
Sekolah Menengah Umum. Tuntutan masyarakat yang semakin
mengakibatkan perlunya pembinaan personil sekolah yang
terus menerus. Untuk itu diperlukan berbagai macam
penelitian sekitar masalah personil, khususnya para guru
SMU, sehingga diharapkan aplikasi dari administrasi
personil di sekolah menjadi efektif dan efisien dalam
rangka pencapaian tujuan pendidikan Sekolah Menengah Umum.
D. Penjelasan Konsep
Agar tidak terjadi kesalahpahaman, maka berikut akan
diberikan penjelasan terhadap konsep utama yang digunakan
dalam penelitian ini. Konsep dimaksud adalah (1) kinerja
guru dalam melaksanakan PBM, dan (2) musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP).
1. Kinerja Guru dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar
Di dalam Kamus Besar Indonesia (BP, 1985:503)
didefinisikan "kinerja" sebagai: (1) sesuatu yang dicapai;
(2) prestasi yang diperlihatkan; (3) kemampuan kerja.
Lembaga Administrasi Negara (LAN, 1992) menyatakan, kinerja
merupakan terjemahan bebas dari kata inggris "performance"
yang berarti prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau
pencapaian kerja atau hasil kerja/penampilan kerja.
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kinerja guru
perilaku yang dapat diamati yang ditampilkan oleh para guru
yang telah mengikuti kegiatan MGMP dalam pelaksanaan tugas
PBM-nya.
2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
MGMP adalah forum/wadah kegiatan guru mata pelajaran
sejenis pada jenjang SLTA untuk memecahkan masalah-masalah
dan penyempurnaan pelaksanaan proses belajar-mengajar yang
meliputi berbagai hal seperti menghilangkan perbedaan
penguasaan materi pelajaran antar guru dan antar wilayah,
perbaikan metode penyajian, penggunaan media dan alat
pengajaran, sistem evaluasi belajar serta hal-hal lain yang
secara langsung atau tidak langsung menunjang terlaksananya
kegiatan proses belajar mengajar. Kegiatan dalam MGMP
tersebut merupakan satu kesatuan dengan tugas dan profesi
guru dalam usaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan
untuk menunjang peningkatan kegiatan belajar-mengajar.
E. Premis dan Kerangka Pemikiran Penelitian
Pengembangan pendidikan menengah umum di Indonesia
sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional masih
menghadapi banyak permasalahan. Salah satu diantaranya
adalam kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya. Padahal
pembelajaran yang akhirnya menentukan pencapaian tujuan
pendidikan.
Mengingat fungsi guru yang demikian strategis,
ditambah tuntutan masyarakat terhadap sekolah untuk
menghasilkan lulusan yang lebih baik, maka sekolah dituntut
untuk senantiasa mengembangkan kemampuan para gurunya lewat
berbagai cara. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
melalui MGMP.
Walaupun MGMP ini merupakan kegiatan yang terkoordinir
mulai dari tingkat sanggar (rayon) sampai ke tingkat
nasional, namun dalam pelaksanaannya masih banyak kendala
yang ditemui, baik dari pihak sekolah maupun organisasi
penyelenggaranya. Kurangnya bimbingan dan arahan dari
pimpinan sekolah menyebabkan seorang guru yang telah
mengikuti MGMP terkadang sulit untuk menyampaikan atau
membagi pengalamannya kepada guru yang lain yang mengajar
pelajaran yang sama. Begitu juga dalam mengaplikasikannya
terhadap siswa. Nampaknya asumsi yang digunakan dalam hal
ini adalah dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman
yang diperoleh dari MGMP dengan sendirinya akan berdampak
positif pada pelaksanaan tugas-tugasnya, baik dalam proses
belajar mengajar di kelas maupun dalam kegiatan saling
tukar informasi dengan rekan guru lainnya yang mengajar
Padahal baik tidaknya kinerja seorang staf dalam suatu
lembaga tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
dan keterampilan yang mereka miliki. Sesuai dengan teori
perilaku organisasi, maka unjuk kerja manusia organisatoris
(termasuk guru) ditentukan oleh banyak faktor baik dari
dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Pada level diri
sendiri hal-hal yang menentukan tingkat performansi kerja
ditentukan oleh persepsi, sikap, nilai-nilai, kepuasan
kerja, motivasi dan juga dipengaruhi oleh lingkungan fisik
guru itu sendiri. Ketersediaan sarana dan prasarana belajar
di rumah, kesejahteraan hidup merupakan dua contoh
lingkungan fisik yang baik secara langsung maupun tidak
langsung ikut mempengaruhi unjuk kerja seorang guru.
Seorang guru di sekolah tidak hanya bekcrja sendiri,
tetapi selalu terlibat dalam suatu kelompok kerja (work
group). Dengan demikian maka unjuk kerjanya juga tidak
terlepas dari faktor dinamika perilaku kelompok kerjanya.
Dinamika perilaku kelompok kerja ini ditentukan oleh
perilaku interpersonal anggotanya, tujuan, nilai, dan
kekuatan kelompok.
Akhirnya dalam konteks sistem organisasi, maka
perilaku seorang guru juga ditentukan oleh perilaku
organisasi (sekolah) tempat mereka bekerja. Perilaku
antara lain; lingkungan internal dan eksternal, komunikasi,
pengembangan
organisasi,
filsafat
personil,
kepemimpinan,
manajemen
perubahan,
manajemen
konflik,
dan
ketersediaan
sarana dan prasarana yang dapat dimanfaatkan oleh guru.
Melihat
begitu
banyaknya
variabel
yang
menentukan
kinerja seorang guru, maka diperlukan upaya yang
sungguh-sungguh dari pihak pimpinan sekolah untuk senantiasa
memberikan kesempatan kepada para guru untuk mengembangkan
keakhlian
yang
diperolehnya
dari
kegiatan
MGMP.
Asumsi
bahwa bertambahnya pengetahuan dan keterampilan akan dengan
sendirinya
menghasilkan
perbaikan,
tidak
selamanya
dapat
dipertahankan,
tanpa
bantuan
dan
dukungan
dari
pihak
sekolah.
Berkaitan dengan uraian diatas serta berdasarkan
kajian
teoritis
yang
telah
peneliti
lakukan,
maka
dirumuskanlah premis-premis penelitian ini sebagai berikut:
Premis 1. Kinerja guru dalam proses belajar mengajar secara
umum dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal.
Premis
2.
Faktor internal
yang mempengaruhi
kinerja
guru
dalam
proses
belajar
mengajar
adalah;
kemampuan
Premis 3. Faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja guru
dalam proses belajar mengajar adalah manajemen,
kepemimpinan, kelompok kerja, sarana dan
prasarana.
Keseluruhan proses pelaksanaan penelitian ini jika
divisualisasikan ke dalam kerangka pemikiran penelitian
dapat dilihat dalam gambar berikut.
Peningkatan Mutu SMU
Pengemba ngan GURU
MGMP
Faktor Internal
- Materi - Media
- Evaluasi
-Membahas permasalahan -Mencari pemecahan -Menyepakati upaya
perbaikan
1. Kemampuan 2. Motivasi
1
Faktor Eksternal
1. Manajemen 2. Kepemimpinan 3. Kelompok
kerja
4. Sarana dan Prasarana
F. Paradigma Penelitian
Penelitian
ini
akan
membahas
mengenai
Peran
penyelenggaraan
kegiatan Musyawarah
Guru
Mata
Pelajaran
(MGMP)
terhadap peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar.
Penelitian ini tergolong dalam penelitian
administrasi
sekolah,
khususnya
menyangkut
manajemen
personil.
Administrasi
sekolah
merupakan
upaya
untuk
memaksimalkan
penggunaan
semua
sumber
daya
yang
terdapat
di
sekolah,
sedangkan manajemen personil menyangkut pendayagunaan semua
sumber
daya
manusia
yang
terdapat
di
sekolah
tersebut.
Dalam penelitian ini tidak semua personil di sekolah yang
menjadi subyek penelitian, melainkan 'personil yang diteliti
hanya meliputi; guru peserta MGMP dan pimpinan sekolah.
Adapun paradigma penelitian berdasarkan uraian di atas
Administrasi Pendidikan
Administrasi Sekolah
Manajemen Sekolah
Perilaku Organisasi
Optimalisasi pelaksanaan tugas dan peran guru
untuk meningkatkan kualitas PBM melalui MGMP
J
Dengan keterhubungan sbb.
Gambar 2 Paradigma Penelitian.
MGMP merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
meningkatkan kinerja para guru dalam melaksanakan proses
dalam mengikuti kegiatan MGMP, maka kinerjanya akan semakin
meningkat, dalam arti proses belajar-mengajar berjalan
lebih efektif, yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas para lulusan dari sekolah yang bersangkutan.
Dalam paradigma penelitian ini diuraikan mengenai
gambaran dan jalan pikiran yang ditempuh dalam penelitian
berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah
dirumuskan. Kerangka ini menunjukkan: Pertama, bahwa guru
merupakan ujung tombak terlaksananya proses
belajar-mengajar, karena itu guru harus senantiasa meningkatkan
kemampuannya agar proses belajar-mengajar dapat berjalan
lebih efektif. Kedua, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kemampuannya dengan dukungan
kepala sekolah yaitu melalui partisipasi aktifnya dalam
kegiatan MGMP. Ketiga, melalui MGMP guru akan memperoleh
tambahan pengetahuan mengenai; materi, media, dan evaluasi
yang sangat diperlukan untuk peningkatan kualitas proses
belajar-mengajar. Selain itu dalam MGMP juga akan dibahas
mengenai berbagai hal atau permasalahan yang ditemukan para
guru peserta dalam pelaksanaan proses belajar-mengajarnya
di sekolahnya masing-masing, untuk kemudian dicarikan
pemecahannya (solusinya). Selanjutnya para peserta MGMP
mencari kesepakatan untuk melakukan upaya perbaikan. Dengan
meningkatkan kinerja para guru mata pelajaran yang aktif
mengikutinya, dalam melaksanakan proses belajar-mengajar di
METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini dikemukakan metode penelitian yang
terdiri atas : metode penelitian, lokasi dan subyek
penelitian, teknik pengumpulan dan pengolahan data serta
tingkat pengujian validitas data sehingga dicapai
signifikansi data.
A. Metode Penelitian
Metode yang dignakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif analitis kualitatif. Dikatakan deskriptif
karena penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk
mendapatkan jawaban permasalahan yang diajukan secara apa
adanya sekarang tanpa mempersoalkan keadaan sebelum ataupun
sesudahnya, yaitu tentang unjuk kerja para guru yang aktif
mengikuti kegiatan MGMP dalam proses belajar-mengajar.
Bertalian dengan penelitian deskriptif Winarno Surakhmad
(1982 : 139) menyatakan sebagai berikut:
Pada umumnya persamaan sifat dari segala bentuk
penyelidikan deskriptif ini ialah menuturkan dan
menafsirkan data yang ada, misalnya tentang situasi
yang dialami, satu hubungan kegiatan, pandangan sikap
yang nampak atau tentang sesuatu proses yang sedang
berlangsung, pengaruh yang sedang bekerja, keinginan
yang muncul, kecenderungan yang nampak, pertentangan
Adapun ciri-ciri penelitian deskriptif menurut
Winarno Surakhmad (1982) adalah sebagai berikut:
1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada
pada masa sekarang, dada masalah-masalah aktual.
2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisis.
Penelitian ini tidak hanya berusaha mendeskripsikan
secara mendalam (thick description) kinerja guru yang aktif
mengikuti kegiatan MGMP dalam proses belajar-mengajar,
tetapi juga menganalisis faktor-faktor yang yang
mempengaruhi tinggi rendahnya atau baik tidaknya kinerja
para guru tersebut. Karena itu penelitian ini menggunakan
metode deskriptif analitik. Dengan menggunakan analisis
maka proses pengumpulan data dan penyajian hasil penelitian
tidak hanya bertumpu pada hal-hal yang tampak dipermukaan
saja, tetapi juga melihat faktor-faktor yang melatar
belakangi kualitas unjuk kerja dimaksud.
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data
deskripsi mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang
diteliti, baik persepsinya maupun pendapatnya serta
aspek-aspek lain yang relevan yang diperoleh melalui kegiatan
wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uraian seperti
ini biasanya menghadapi kesulitan bila ditangani melalui
kualitatif. Yang dimaksud dengan metode kualitatif menurut
Bogdan dan Taylor seperti dikutif oleh Lexy J. Moleong
(2000 : 3) adalah sebagai prosedur dasar penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Lebih
lanjut ia mengemukakan bahwa: "Penelitian kualitatif
berakar pada latar belakang alamiah sebagai kebutuhan
mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan
metode kualitatif dan mengadakan analisis data secara
induktif"
Lincoln dan Guba (1985: 12) mengemukakan bahwa
peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif, disain
penelitiannya bersifat "emergent design". Hal ini
desebabkan karena pada tahap awal penelitiannya,
kemungkinan peneliti belum memiliki gambaran yang jelas
tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia akan
mengembangkan fokus penelitian sambil mengumpulkan data.
Demikian pula peneliti kualitatif tidak menghampiri masalah
yang akan ditelitinya melalui pertanyaan penelitian yang
telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannya atau
melalui perumusan hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya.
Bogdan dan Biklen (1982: 31) mengemukakan bahwa sebagai
peneliti kualitatif ia akan menaruh perhatiannya untuk
lain-lainnya berdasarkan pandangan subyek yang diteliti sendiri.
Oleh karena itu,
peneliti kualitatif mengumpulkan datanya
melalui
kontak
langsung
dengan
subyek
yang
diteliti
di
tempat mereka melakukan kegiatan sehari-hari.
Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteristik
yang
membedakannya
dengan
penelitian
kuantitatif.
Bogdan
dan
Biklen
(1987:
27-28)
mengemukakan
beberapa
karakteristik penelitian kualitatif sebagai berikut:
(1)
Qualitative research has the natural setting as direct
source of data and the researcher is the key instrument.
(2) Qualitative reserch is descriptive.
(3)
Qualitative
researchers
are
concerned
with
process
rather than simply with outcomes or products.
(4) Qualitative researchers tend to analyze their data
inductively.
(5)
Meaning
is
of
essential
concern
to
the
qualitative
approach.
Karakteristik-karakteristik tersebut di atas menjiwai
penelitian ini. Karakteristik pertama, peneliti sebagai
instrumen utama mendatangi
sendiri
secara
langsung
sumber
datanya. Dalam penelitian ini peneliti mempelajari fenomena
sebagaimana aslinya yang tampak dan terjadi di lapangan.
Karakteristik
kedua,
mengimplikasikan
bahwa
data
yang
dikumpulkan dalam penelitian ini cenderung dalam bentuk
kata-kata
dari
pada
angka-angka.
Jadi
hasil
analisisnya
berupa
uraian.
Karakteristik ketiga,
keempat,
dan kelima,
kepada proses dari pada hasil, dan melalui analisis
induktif
peneliti
mengungkapkan
makna
dari
keadaan
yang
diamatinya itu.
Karena menggunakan metode penelitian kualitatif, maka
penelitian ini tidak mencari kebenaran mutlak, karena
mengakui adanya dunia luar yang tidak dapat dikenal dengan
mutlak,
melainkan
tergantung
pada
dunia
realitas
empirik
menurut pandangan dan konsensus informan dan masyarakat
ilmuwan.
Penelitian dilakukan dalam situasi yang wajar dan
mengutamakan data yang bersifat kualitatif. Kajian
bermaksud untuk memahami makna suatu kejadian dan mengamati
perilaku
sasaran
penelitian
dalam
lingkungan
hidupnya,
peneliti berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
budaya
dan
tafsiran
mereka
tentang
dunia
sekitarnya.
Peneliti lebih bersifat induktif, artinya berusaha
menemukan teori berdasarkan data dan terbuka bagi penemuan
baru (lihat : Nasution, 1988).
Penelitian ini bukan hanya mempelajari orang lain,
tetapi juga belajar dari orang lain untuk memahami makna
suatu peristiwa, yaitu unjuk kerja para guru, menurut
pandangan hidup mereka sendiri. Hal ini didasari pada suatu
asumsi bahwa para guru yang dijadikan sasaran penelitian
ini mengetahui dan cepat menangkap makna tentang suatu
menjelaskan makna tentang fenomena menyangkut
kehidupannya
jika orang lain memintanya dengan wajar.
B. Sumber Data Penelitian
1. Populasi Penelitian
Suharsimi Arikunto (1989) mengatakan bahwa, populasi
adalah keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah semua pihak baik manusia maupun non
manusia (dokumentasi, simbol-simbol, peralatan kerja, dan
lingkungan hidup lainnya) yang dipandang dapat memberikan
data yang berhubungan dengan kinerja para guru yang aktif
mengikuti MGMP dalam proses belajar-mengajarnya. Secara
garis besar manusia yang menjadi populasi penelitian ini
adalah: (1) para guru PPKn SMU Negeri di Kabupaten Bandung
peserta MGMP, (2) para Kepala SMU Negeri di Kabupaten
Bandung, (3) para petugas perpustakaan, dan (4) siswa SMU
Negeri Kabupaten Bandung.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian dari populasi yang benar-benar
diamati. Sebagaimana yang dikatakan oleh Sutrisno Hadi
(1983), sampel adalah sebagian individu yang diamati.
dalam
penelitian
bersifat
informan,
yaitu
orang
yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian.
Sampel dalam penelitian ini merupakan sampel bertujuan
(purposive sampling), dengan ciri-ciri sebagai berikut :
(1)
rancangan
sampel
yang
muncul
tidak
dapat
ditentukan
atau ditarik terlebih dahulu, (2) penentuan sampel secara
berurutan,
(3)
penyesuaian
berkelanjutan dari
sampel,
dan
(4) pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.
Pemilihan tenaga guru sebagai sumber data dilakukan
dengan jalan : responden (informan) yang terpilih setelah
dari padanya digali data, kemudian diminta untuk
menunjukkan orang lain yang kiranya dapat memberikan
informasi, dan kemudian responden baru itu diminta untuk
menunjukkan orang lain dan seterusnya secara berurutan
(snow ball). Jika suatu informasi dapat diperoleh dari
banyak pihak, maka sumber data adalah kelompok atau
individu; sedangkan jika suatu informasi hanya diketahui
oleh orang tertentu, maka sumber data adalah individu
tertentu. Secara demikian maka penentuan sampel penelitian
ini menggunakan teknik "bola salju" atau snowball sampling
technique (Bogdan & Biklen, 1982 ; Moleong, 2000).
Pada prinsipnya, sampel dalam penelitian ini tidak
dipentingkan adalah sampel dapat memberikan segenap
informasi yang dibutuhkan secara mendalam sesuai dengan
sasaran penelitian. Dalam penelitian kualitatif pengambilan
sampel yang besar di samping tidak efektif juga tidak
diperlukan. Karena yang dipentingkan peneliti dapat
menggali data dari sampel secara mendalam dengan berbagai
cara. Bahkan peneliti diharapkan dapat tinggal dalam waktu
yang cukup lama dengan orang-orang yang ditelitinya.
3. Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan • dalam penelitian ini sesuai
dengan fokus penelitian antara lain:
Bidang manajemen, MGMP, meliputi data tentang bagaimana
pelaksanaan kegiatan MGMP dalam hal (a) perencanaan,
(b)pengorganisasian, (c)pelaksanaan, dan (d) evaluasi
kegiatannya.
Bidang penguasaan materi, meliputi data tentang
kinerja guru peserta MGMP dalam hal (a) mengkaji bahan
kurikulum bidang studi, (b) mengkaji isi buku-buku teks
bidang studi yang bersangkutan, (c) melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum bidang studi yang
bersangkutan, (d) mempelajari ilmu yang relevan, (e)
mempelajari aplikasi bidang ilmu ke dalam ilmu lain, dan
Bidang penggunaan Media/Sumber, meliputi data tentang
kinerja guru peserta MGMP dalam hal (a) mempelajari
macam-macam media pendidikan, (b) mempelajari kriteria pemilihan
media pendidikan, (c) berlatih menggunakan media
pendidikan, (d) merawat alat-alat bantu belajar-mengajar,
(e) mengenali bahan-bahan yang tersedia di lingkungan
sekolah untuk membuat alat bantu, (f) mempelajari
fungsi-fungsi perpustakaan, (g) mempelajari macam-macam sumber
kepustakaan, (h) berlatih menggunakan macam-macam sumber
kepustakaan, (I) mempelajari kriteria pemilihan sumber
kepustakaan, dan (j) berlatih menilai sumber-sumber
kepustakaan.
Bidang penilaian prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran, meliputi data tentang kinerja guru peserta MGMP
dalam (a) mempelajari fungsi penilaian, (b) mempelajari
bermacam-macam teknik dan prosedur penilaian, (c) berlatih
menyusun teknik dan prosedur penilaian, (d) mempelajari
kriteria pemilihan teknik dan prosedur penilaian, (e)
berlatih menggunakan teknik dan prosedur penilaian,
(f)berlatih mengelola dan menginterpretasikan hasil
penilaian, (g) berlatih menggunakan hasil-hasil penilaian
untuk perbaikan proses belajar-mengajar, (h) berlatih
menilai teknik dan prosedur penilaian, dan (i) berlatih
C. Tahap-Tahap Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data
tidak memiliki suatu pola yang pasti, sebab disain serta
fokus penelitian dapat mengalami perubahan yang bersifat
"emergent", akan tetapi untuk mempermudah pengumpulan data,
peneliti prosedur seperti yang dikemukakan oleh Nasution
(1988) dan Subino (1988), yaitu : (1) tahap orientasi, (2)
tahap eksplorasi, dan (3) tahap member check.
1. Tahap Orientasi
Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk
menentukan permasalahan yang terjadi di. lapangan. Hal-hal
yang dilakukan dalam kepentingan ini adalah :
a. Melakukan pra survey dengan mengamati berbagai gejala
yang terjadi dalam proses MGMP sebagai upaya untuk
meningkatkan kemampuan guru di beberapa SMU Negeri di
Kabupaten Bandung.
b. Memilih lokasi penelitian untuk memudahkan pelaksanaan
dan mencari tingkat permasalahan yang paling menarik
untuk diteliti.
c. Menyusun rancangan penelitian sebagai salah satu langkah
d. Menentukan tenaga bantuan dari tenaga pengajar atau
pihak lain yang dianggap proporsional.
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian, seperti pedoman
penelitian, dokumen abservasi, pedoman wawancara serta
alat bantu lain seperti perekam (tape recorder) dan
kamera.
f. Mengurus perizinan untuk mengadakan penelitian.
2. Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini prosedur pengumpulan data tentang
kinerja guru peserta MGMP dalam melaksanakan proses
belajar-mengajar, dilakukan sesuai dengan ketentuan
pembimbing. Kegiatan inti yang dilakukan meliputi :
a. Mengumpulkan dasar dan kebijakan pelaksanaan kegiatan
MGMP.
b. Mengobservasi pelaksanaan kegiatan proses
belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru peserta MGMP, terutama
mengenai hal-hal yang yang berkaitan langsung dengan
tujuan MGMP.
c. Melakukan wawancara dengan subyek penelitian dalam
situasi alami. Kegiatan wawancara ini akan berakhir
apabila seluruh data dan informasi yang dibutuhkan
3. Tahap Member Check
Dalam tahap ini semua data dan informasi yang telah
dikumpulkan di cek ulang (trianggulasi) , guna melihat
sejauh mana kelengkapan atau kesempurnaan serta validitas
data diperoleh. Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi :
a. Mengecek ulang data yang sudah terkumpul, baik yang
bersumber dari dokumen maupun hasil pengamatan dan
w a w a n c a r a .
b. Meminta data dan informasi ulang kepada subyek
penelitian jika ternyata data yang telah terkumpul
tersebut belum lengkap. Proses pengumpulan dilakukan
dengan wawancara langsung atau melalui telepon dan
sarana lainnya.
c. Meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait (stake
holders) tentang implementasi pembinaan kemampuan
profesional guru, terutama kepada kepala sekolah.
Untuk efektivnya pelaksanaan pengumpulan data,
peneliti membuat kisi-kisi untuk dijadikan pedoman
NO a. a. b. e. 9-DATA YANG DIPERLUKAN
Kinerja guru dalam bidang penguasaan materi
Mengkaji bahan kurikulum bidang
studi
Mengkaji isi buku-buku teks
bidang studi yang bersangkutan Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang disarankan dalam kurikulum
bidang studi yang bersangkutan Mempelajari ilmu yang relevan
Mempelajari aplikasi bidang ilmu
ke dalam bidang ilmu lain
Mempelajari cara menilai
kurikulum bidang studi
Mengunakan Media/Sumber
Mempelajari macam-macam media pendidikan
Mempelajari kriteria pemilihan
media pendidikan
Berlatih menggunakan media pendidikan
Merawat aiat-alat bantu belajar-mengajar
Mengenali bahan-bahan yang
tersedia di lingkungan sekolah
untuk membuat alat bantu
ivi6ffip6iajan fungsi-fungsi perpustakaan Mempelajari macam-macam sumber kepustakaan SUMBER DATA III
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru
i\ep. oeKOian, ouru
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru Siswa
Kep. Sekolah, Guru Siswa
Kep. Sekolah, Guru
h. a. b. e. f o. c. d. e .
Berlatih menggunakan
macam-macam sumber kepustakaan
Mempelajari kriteria pemilihan
sumber kepustakaan
Berlatih menilai sumber-sumber kepustakaan
Menilai prestasi siswa untuk
kepentingan pengajaran
Mempelajari fungsi penilaian
Mempelajari bermacam-macam
teknik dan prosedur penilaian Berlatih menyusun teknik dan
prosedur penilaian
iviernpelajan kntena pemilihan
teknik dan prosedur penilaian Berlatih menggunakan teknik dan
prosedur penilaian
Berlatih mengelola dan
menginter-jpretasikan hasil penilaian
Denatih menggunakan hasil-hasil
penilaian untuk perbaikan proses
belajar-mengajar
Berlatih menilai teknik dan pro
sedur penilaian
Berlatih menilai efektivitas prog
ram pengajaran
Partisipasi guru dalam MGMP
Keang-yOtaan dalam kepengurus-an MGMP
Motivasi mengikuti MGMP
Frekwensi kehadiran dalam kegia
tan MGMP
KeSUnqquha1"1 rlalam monniki iti kegiatan MGMP
Keaktifan dalam proses MGMP
Guru, Siswa
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru Siswa
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru Siswa
Kep. Sekolah, Guru
Kep. Sekolah, Guru
b.
c.
Perencanaan kegiatan MGMP
Pengorganisasian kegiatan
Pelaksanaan kegiatan MGMP
Evaluasi kegiatan MGMP
Pengurus MGMP
Pengurus MGMP
Pengurus MGMP
Pengurus MGMP
Wawancara, Obser-vasi, Dokumentasi Wawancara,
Obser-vasi, Dokumentasi
Wawancara,
Obser-vasi, Dokumentasi
Wawancara
D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam
penelitian
ini,
teknik
pengumpulan
data
yang
digunakan adalah : observasi, wawancara dan studi
dokumentasi.
Oleh karena itu keberhasilan suatu penelitian
naturalistik sangat tergantung kepada ketelitian dan
kelengkapan catatan yang disusun peneliti. Menurut Nasution
(1988 : 56) "catatan lapangan tersebut disusun melalui
observasi,
wawancara dan studi dokumentasi".
Ketiga teknik
pengumpulan data tersebut digunakan untuk memperoleh
informasi
yang
saling
menunjang
dan
melengkapi.
Teknik-teknik pengumpulan data tersebut diuraikan sebagai berikut:
a. Observasi
Teknik observasi digunakan untuk melengkapi data dan
informasi yang diperoleh melalui wawancara. Selain itu
dengan observasi dimaksudkan pula untuk melakukan rechek
atau trianggulasi. Dengan observasi ini dilakukan
pengamatan secara langsung terhadap para guru peserta MGMP
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar di sekolah
masing-masing, termasuk di dalamnya observasi suasana
Patton (1980) yang disarikan oleh Nasution (1988:
59-60) mengemukakan sebagai berikut:
(1)
dengan
berada
di
lapangan
peneliti
mampu
memahami
konteks data dalam keseluruhan situasi.
(2)
pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan
pendekatan induktif.
(3)
peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak
diamati orang lain.
(4)
peneliti
dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak
akan terungkap oleh responden dalam wawancara.
(5)
peneliti
dapat
menemukan
hal-hal
di
luar
persepsi
responden.
(6)
di
lapangan
peneliti
tidak
hanya
dapat
mengadakan
pengamatan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.
Kemudian di
bagian
lain Nasution
(1988)
mengemukakan
bahwa intensitas partisipasi pengamat dapat dilakukan dalam
lima tingkatan yaitu dari partisipasi nihil, pasif, sedang,
aktif,
sampai
dengan
penuh,
dengan
mempertimbangkan
kedudukan peneliti dan sifat penelitian. Dalam hal ini
peneliti
melakukan
observasi
mulai
dari
kegiatan
sebagai
penonton, kemudian sewaktu-waktu turut serta dalam siatuasi
atau kegiatan yang sedang berlangsung.
b. Wawancara
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
persepsi responden tentang permasalahan penelitian dari
perspektif, pikiran dan perasaannya, yaitu "unic"
berkomunikasi langsung dengan responden melalui wawancara
dan merupakan kegiatan penting dalam penelitian kualitatif.
Pada awalnya wawancara dilaksanakan dengan tidak
berstruktur, karena masih bersifat umum dan belum berfokus
dan
hanya
terpusat
kepada
satu
pokok
masalah
tertentu,
serta wawancara bebas berisi pertanyaan yang
berpindah-pindah
dari
satu
pokok masalah
kepada
masalah
yang
lain
sepanjang masih berkaitan dengan aspek-aspek masalah
penelitian.
Dalam wawancara ini, peneliti menyediakan pedoman
wawancara, meskipun dalam pelaksanaannya tidak terlalu
terikat pada pedoman tersebut. Secara garis besar, sesuai
dengan
masalah
penelitian,
data
yang
ingin
dikiimpulkan
adalah :
1) Partisipasi Guru dalam MGMP
a) Bagaimana persepsi guru terhadap penyelenggaraan
kegiatan MGMP;
b) Bagaimana dukungan pihak sekolah terhadap kegiatan
MGMP;
c) Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam mengikuti
2) Kinerja Guru dalam PBM
a)
Hasil
apakah yang
dirasakan
guru
setelah mengikuti
kegiatan MGMP;
b)
Bagaimana upaya guru untuk mengaplikasikan hasil yang
telah diperoleh dari kegiatan MGMP dalam pelaksanaan
tugasnya;
c)
Bagaimana
dampak
dari
kegiatan
MGMP
terhadap
peningkatan kinerja guru dalam melaksanakan PBM.
3) Manajemen MGMP
a) Bagaimanakah
proses
perencanaan
kegiatan
penyelenggaraan MGMP;
b) Bagaimana cara pengorganisasian kegiatan MGMP;
c) Adakah evaluasi dari pelaksanaan kegiatan MGMP.
Tujuan pengumpulan data tersebut adalah untuk
memperoleh keterangan secara terperinci dan mendalam
mengenai
pandangan para guru dan
kepala
sekolah tentang
kegiatan
MGMP
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan
profesional guru. Pedoman ini dibuat (dirumuskan dalam
bentuk
terbuka
(Nasution 1988
: 77)
dan diperlukan dalam
proses
berjalannya
wawancara
sehingga
tetap
berada
pada
konteks permasalahan yang sedang diselidiki. Wawancara
dengan
para
guru
dilakukan
secara
berulang-ulang,
sampai
penelitian. Dengan kata lain, data pertama mengandung sifat
non directive yaitu menurut pikiran dan perasaan responden,
kemudian dalam kegiatan selanjutnya data bersifat directive
yaitu ditinjau dari pandangan peneliti.
c. Studi dokumentasi
Sekalipun dalam penelitian kualitatif kebanyakan data
diperoleh dari sumber manusia (human resource) melalui
observasi dan wawancara, akan tetapi diperlukan pula sumber
lain sebagai pelengkap yaitu dokumentasi. Dalam penelitian
ini dokumen dapat dijadikan bahan trianggulasi untuk
mengecek kesesuaian data. Adapun perolehan data dalam
penelitian ini dilakukan melalui berbagai dokumen tentang
persepsi guru tentang MGMP, aktivitas guru, dan
inventarisasi kemajuan hasil belajar siswa.
Dengan studi dokumentasi ini akan diperoleh data
tertulis tentang kegiatan guru dalam MGMP sebagai upaya
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya. Meskipun
wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder,
peneliti tidak lupa mencatat informasi yang non verbal.
Pencatatan ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang
utuh, sekaligus mempermudah penulis mengungkapkan makna
2. Analisis Data Penelitian
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kualitatif. Analisis kualitatif adalah
upaya penelaahan atas esensi, mencari makna di balik
frekuensi dan variansi; analisis kualitatif memberikan
peluang untuk berfikir divergen, horizontal, kreatif, dan
hierarkhik, di samping berfikir konvensional: linear, non
linear (Muhadjir, 1990 : 6). Secara lebih operasional
analisis data kualitatif adalah proses penyusunan data
(menggolongkannya dalam tema atau katagori) agar dapat
ditafsirkan atau diinterpretasi (Moleong, 2000: 198). Agar
dapat menafsirkan dan menginterpretasikan data secara baik
dibutuhkan ketekunan, ketelitian, kesabaran, dan
kreativitas yang tinggi sehingga mampu memberikan makna
pada setiap fenomena atau data yang ada.
Dalam penelitian ini, analisis data secara bertahap
dilakukan pada tiap data yang telah terkumpul. Sebagaimana
dinyatakan oleh Moleong (2000: 198) bahwa, analisis data
penelitian kualitatif sudah dimulai sejak dilapangan, sejak
saat itu sudah ada penghalusan data, penyusunan kategori
dengan kawasannya, dan sudah ada upaya yang dimulai dalam
Proses analisis data penelitian ini selama peneliti
berada di lapangan dilakukan dengan jalan, mencoba untuk
selekas mungkin menetapkan fokus penelitian sehingga
peneliti jangan sampai bias oleh banyak hal lainnya yang
kelihatan mungkin menarik. Peneliti harus berusaha mampu
mendisiplinkan diri untuk tidak menggali semua hal yang
kelihatannya penting, padahal tidak ada hubungannya dengan
fokus penelitian ini, yakni bertalian dengan unjuk kerja
guru peserta MGMP dalam proses belajar-mengajar.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan
mengikuti prosedur atau langkah-langkah seperti yang
dikemukakan oleh Milles dan Huberman (1982 : 16-20) dan
oleh Nasution (1988 : 129-130), yaitu reduksi data, display
data, dan mengambil kesimpulan dan verifikasi.
Teknik pengolahan dan penafsiran data tersebut
dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
a. Reduksi data, pada tahap ini data yang sudah terkumpul
diolah dengan tujuan untuk menemukan hal-hal pokok
mengenai kinerja guru peserta MGMP dalam proses
belajar-mengajar.
b. Display data, pada tahap ini peneliti membuat rangkuman
temuan penelitian secara sistematis sehingga pola dan
data
tersebut
diberi
makna
yang
relevan
dengan
fokus
penelitian.
c Verifikasi data, dalam kegiatan ini peneliti melakukan
pengujian atas kesimpulan yang telah diambil dan
membandingkan
dengan
teori-teori
yang
relevan
serta
petunjuk
kegiatan
pembinaan.
Pemantapan
pengujian
kesimpulan dihubungkan dengan data awal melalui kegiatan
member
check,
sehingga
akan
menghasilkan
suatu
penelitian yang bermakna.
E. Pengujian Tingkat Validitas Data
Pengujian tingkat validitas data dalam studi
kualitatif ini berpedoman pada konsep Nasution
(1988)
dan
Muhadjir (1990) dengan mengutamakan kebermaknaan data
sehingga
mempunyai
arti
yang
dapat
dipercaya.
Proses
pengujian kepercayaan validasi penelitian kualitatif
jditentikan
oleh
beberapa
kriteria,
yaitu;
"kredibilitas
(Validitas
Internal),
transferabilitas
(Validitas
Eksternal),
depentabilitas
(reliabilitas)
dan
konfirmabilitas (objektivitas)" (Nasution, 1988: 114-1
1. Kredibilitas
Dalam hal ini, peneliti melakukan kegiatan seperti : a.
sumber lain, seperti dosen pembimbing, pengurus aktif
MGMP dan sumber lainnya, b. membicarakan dengan kolega
guna memperoleh penajaman analisis dan penafsiran data,
seperti teman-teman kuliah atau mereka yang telah lulus
pendidikan pascasarjana, dan c. menggunakan bahan
kepustakaan sebagai informasi untuk memahami konteks
inti peningkatan kinerja.
2. Transferabilitas
Fokus utama kegiatan ini adalah untuk mengetahui sejauh
mana hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam situasi
lain. Kegiatan yang dilakukan antara lain berupaya
mendeskripsikan dengan rinci mengenai kemungkinan
penerapan penelitian ini di sekolah lainnya, terutama
dalam memberikan rekomendasi pada upaya peningkatan
kinerja guru melalui MGMP.
3. Depentabilitas dan konfirmabilitas
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah berkaitan
dengan masalah kebenaran penelitian naturalistik yang
ditunjukkan dengan proses "audit trail" (Lincoln dan
Cuba, 1985 :319). Trial, artinya jejak yang dapat
diikuti dan dilacak, sedangkan audit artinya pemeriksaan
terhadap semua data dengan tingkat ketelitian tertentu
yang melahirkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan dalam
Hal ini dilakukan dengan dosen pembimbing, baik terhadap
data mentah maupun hasil analisis dan sintesis data
sehingga menimbulkan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan
itu demikian adanya.
Rambu-rambu yang dituangkan dalam prosedur penelitian
ini merupakan panduan untuk melakukan analisis dan
menafsirkan data sehubungan dengan problema yang telah
dikemukakan pada bab terdahulu. Akan tetapi langkah-langkah
penelitian tersebut bisa saja berubah, asal tidak
mempengaruhi proses dalam memperoleh data dan proses
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Setelah menganalisa dan membahas hasil penelitian pada
bab
IV,
pada
bagian
ini
akan
disajikan
secara
ringkas
mengenai:
(A)
Kesimpulan
Hasil
Penelitian,
(B)
Implikasi
temuan,
serta (C)
Rekomendasi hasil penelitian.
Pokok-pokok
kesimpulan dimaksudkan sebagai kesimpulan sementara hasil
penelitian. Terhadap kesimpulan tersebut diadakan diskusi
dan
pembahasan,
dan
implikasinya
serta
rekomendasi
bagi
penyelenggaraan
kegiatan
MGMP
PPKn
dalam
rangka
meningkatkan
kemampuan
profesional
guru
di
Kabupaten
Bandung.
A. KESIMPULAN HASIL PENELITIAN
1. Persepsi guru terhadap penyelenggaraan kegiatan MGMP
Dari hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa para
guru SMU Negeri di Kabupaten Bandung dalam memahami
penyelenggaraan kegiatan MGMP, jika ditinjau dari
persepsinya
selaku
peserta
aktif,
terdapat
Persepsi guru terhadap tujuan penyelenggaraan kegiatan
MGMP sudah dapat dipahami. Walaupun demikian upaya
mereka dalam berpartisipasi pada kegiatan tersebut belum
optimal. Masi