FUNGSI MUSIK PENGIRING DALAM SENI PERTUNJUKAN
KETOPRAK DI SUNGAI KARANG PASAR VII KEC STABAT KAB
LANGKAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Untuk
Memperoleh GelarSarjana Pendidikan
Oleh :
Rika Arditha Ayu
NIM: 209342057
PROGRAM STUDI SENI MUSIK
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun judul Skripsi ini
adalah “Fungsi musik dalam seni pertunjukan Ketoprak di Sungai Karang pasar VII
kec.Stabat kab.Langkat ”
Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan yang telah di tetapkan untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Negeri Medan. Selama proses penelitian, penulis selalu
menghadapi berbagai kendala. Tetapi selama menghadapi kendala – kendala tersebut penulis
sangat terbantu oleh beberapa pihak baik moral maupun materil. Oleh karena itu, dengan
ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga
kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si. selaku Rektor Universitas Negeri Medan,
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan,
3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si,selaku Ketua Jurusan Sendratasik,
4. Panji Suroso, M.Si, selaku Kaprodi Pendidikan Seni Musik, serta Dosen
Pembimbing Skripsi,
5. Yusnizar Heniwati, S.St., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Skripsi,
6. Uyuni Widiyastuti, M.Pd, selaku Sekretaris Jurusan Sendratasik,
7. Teristimewa dan yang tercinta kepada keluarga yang selalu memberikan
dukungan dan semangat, kepada ibunda Ridina Saputri, S.Pd dan ayahanda
Karsono yang telah memberikan kasih sayang, baik moril maupun materil,
iii
8. Kepada abangda Ruri Andika dan Diki Hermawan yang terbaik, dan yang
tersayang Kiki Hamdani Nasution. Yang tiada hentinya menyemangati, memberi
dukungan nasehat dan semangat kepada penulis.
9. Pak Dol (selaku narasumber), teman-teman sendratasik terkhusus seni musik
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis juga menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan, baik segi
kalimat, isi dan juga teknik penguraiannya.Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan Skripsi ini.
Akhir kata, semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dibidang Pendidikan Seni Musik.
Medan Juli 2014
Penulis,
ABSTRAK
RIKAARDITHAAYU, NIM 209342057. Skripsi, Fungsi MUSIK PENGIRING DALAM PERTUNJUKAN KETOPRAK DI SUNGAI KARANG PASAR VII KEC.STABAT KAB.LANGKAT. Medan: Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan kesenian ketoprak yanghampir tidak terdengar lagi namanya kepada masyarakat luas, mengetahui bentuk musikdan fungsi musik dari kesenian ketoprak.
Teori yang di gunakan dalam penelitian ini mencakup pengertian ketoprak, musik pengiring ketoprak, bentuk melodi dan ritme pada lagu ketoprak, serta fungsi dari setiap musik dalam ketoprak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif,teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi wawancara dan dokumentasi yang di lakukan langsung terhadap kelompok ketoprak.Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan tipe penelitian deskriptif.
Hasil dari penelitian dan wawancara menunjukkan bahwa ketoprak sebagai kesenian tradisional dari yoyakarta yang dibawa orang jawa ke sumatera utara yang sekarang dikenal di Sungai Karang Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat, didalam ketoprak terdapat istilah “pandem romo”yang berarti keluarnya seluruh pemain untuk memperkenalkan diri yang menandakan pertunjukan ketoprak akan dimulai. Kesenian ketoprak memiliki tempo ritme yang sederhana secara komposisi musiknya.kelompok kesenian ketoprak di Sungai Karang Pasar VII ini menggunakan instrument kendhang dan keyboard, ada lima musik yang di mainkan di dalam kelompok ketoprak ini yaitu musik kinanti,musik mijel, musik gandrungan, musik gambo,dan musik jerok bulong. Didalam setiap pertunjukannya musik yang mengiring jalannya cerita memiliki fungsi tersendiri, musik kinanti misalnya musik kinanti dimainkan pada saat adegan riang gembira, sedangkan musik jerok bulong dimainkan pada saat adegan bersedih dan musik gambo yang dimainkan saat adegan bertarung, inilah fungsi musik di dalam pertunjukan ketoprak yaitu sebagai pengungkapan emosional dalam pertunjukkannya. Keberadaan kesenian ketoprak masih tetap dikenal pada masyarakat Sungai Karang Pasar VII, walaupun popularitasnya di sepopuler kesenian tradisional lain.Ekonomi menjadi salah satu faktor kurangnya minat masyarakat pada kesenian ketoprak, karena kesenian ketoprak lebih besar biayanya dari pada organ tunggal maupun kesenian lain seperti kuda lumping. Oleh karena itu kesenian ini semakin hari namanya semakin memudar. Tidak hanya itu para seniman yang ahli didalam pertunjukan ketoprak, baik pemusik maupun pelakonnya sangatlah terbatas, dan tidak memiliki bibit baru untuk menjadi generasi penerus didalam kelompok kesenian ketoprak di Sungai Karang Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat.
iv
BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL.. ...9
A. Landasan Teoretis ...9
1. Teori Bentuk Lagu/Struktu Lagu ...9
2. Teori Fungsi ...12
B. Kerangka Konseptual ...15
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...16
A. Metodologi Penelitian ...16
B. Lokasi dan Waktu Penelitian dan Sampel Penelitian ...17
1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...17
v
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...23
A. Geografi Kependudukan ...23
B. Struktur Pertunjukkan ...28
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...41
A. Kesimpulan...41
B. Saran ...42
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto Batu Gordang ... 39
Lampiran 2. Foto Cara memainkan Batu Gordang ... 42
Lampiran 3. Foto Cara Pembunyian Batu Gordang………44
Lampiran 4. Foto Lokasi batu Gordang pada Lereng Gunung ... 46
Lampiran 5. Foto Patung Limbong Mulana ... 48
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan budayanya,
yang mencerminkan bagaimana masyrakatnya.Seluruh suku bangsa dari Sabang
sampai Marauke mempunyai budaya dan tradisi yang berbeda-beda, Salah satunya
adalah Sumatera Utara. Sumatera Utara adalah salah satu propinsi di Indonesia
yang memiliki keanekaragaman etnik, atau suku seperti Batak Toba, Mandailing,
Nias, Karo, Melayu, Pakpak, Dairi, Simalungun, dan Jawa. Dari masing–masing
suku sudahlah pasti memiliki budaya, adat istiadat, dan tradisi, seperti dalam
bahasa,kesenian daerah, musik, dan tarian.
Keanekaragaman budaya yang ada, akan menjadi hal yang menarik apabila
dapat diamati dan dikaji secara teliti. Keanekaragaman budaya ini menjadi pusat
perhatian dan menjadi ciri khas tersendiri dari tiap-tiap daerah dalam seni rupa
dan seni pertunjukan, seperti Opera Batak yang dimiliki etnik Batak Toba, Musik
gamelan dan Ketoprak yang dimiliki suku Jawa, tarian Serampang duabelas yang
dimiliki suku Melayu dan lain sebagainya.
Kebudayaan yang menjadi ciri khas dari masing-masing suku bangsa ini
memiliki fungsi tersendiri bagi masyarakatnya.Kesenian Ketoprak misalnya yang
dimiliki etnis jawa,dalam sistem kebudayaan, ketoprak pada awalnya, merupakan
fungsi kemenangan rakyat setelah panen, dalam perkembangannya menjadi fungsi
kesenian (Arswendo, 1986 : 47).Fungsi kebudayaan yang lain dari kesenian ini,
adalah sarana ekspresi untuk menyalurkan tanggapan dan kesan lisanbeserta
1
sifatnya, maupun konsep-konsep budaya tertentu melalui bentukan-bentukan visual yang
terencana.
Menurut Henry Supriyanto (1993 : 110 ) fungsi ketoprak dalam masyarakat adalah:
1. Sebagai alat pendidikan
2. Sebagai media komunikasi seni
3. Sebagai hiburan
4. Sebagai media historis
Dalam jurnal ariefagendosa yang berjudul ”Persepsi dan upaya masyarakat terhadap
perkembangan ketoprak sebagai teater tradisional di Kabupaten Blitar. Mengatakan bahwa
“Ketoprak sebagai teater tradisional pada awalnya lahir dari spontanitas pelaku di
tengah-tengah masyarakatnya (Supriyanto, 1986:91).Lebih luas lagi Asti Diponingrat dalam JJ. Ras
(1985:224) menjelaskan pengertian ketoprak secara etimologis:
Secara etimologis ketoprak berasal dari kata „dung..dung..prak‟ atau bunyi-bunyian
„prak..prak..prak‟ dari alat penumbuk padi. Dari bunyi-bunyian yang „dung..dung..prak‟,
maka teater ini disebut “ketoprak”. Dalam pandangan lain bunyi tersebut dihasilkan dari
peralatan terbuat dari bambu yang diikat pada ujungnya. Alat ini digunakan oleh para petani
di pedesaan untuk mengusir burung-burung yang mau memakan padi di sawah.Alat bambu
tersebut disebut „tiprak’,‘goprak‟, bahkan ada yang mengatakan ‘keprak’.
Henry Supriyanto (1985:105) memberikan pengertian ketoprak sebagai pertunjukan
yang diiringi bunyi-bunyian semacam goprak secara dominan tersebut akhirnya oleh rakyat
disebut sebagai ketoprak. Ketoprak sebagai teater tumbuh dari rakyat yang “ngamen”, semula
meraka memakai tetabuhan lesung dan selanjutnya menggunakan gamelan Jawa.
Lina Meilinawati (2010 : 27) mengatakan “ Ketoprak adalah sejenis seni pentas yang
lagu-2
lagu Jawa yang diiringi dengan Gamelan, tema yang diambil biasanya dari cerita legenda atau
cerita rakyat”.
Ketoprak terdiri dari dua ragam yaitu: ragam garapan dan ragam konvensional.
Ketoprak garapan didefinisikan sebagai ketoprak yang digarap dengan memadukan
unsur-unsur kesenian lain seperti: teater modern, film, wayang kulit, ludruk, tari, dan lain-lain.
Artinya ketoprak garapan sangat terbuka terhadap berbagai unsur seni. Aspek bahasa, musik
pengiring, setting, lakon (struktur lakon) serta berbagai tradisi dan kebiasaan yang lazim
dilakukan dalam pertunjukkan ketoprak, dipengaruhi oleh idiom kesenian lain sehingga
penyajian ketoprak lebih terlihat tergarap.
Sebagimana hasil lokakarya ketoprak (1997) di Yogyakarta. Ciri-ciri ketoprak
garapan sebagai berikut: (1) menggunakan naskah penuh, (2) tangga dramatik mengacu pada
dramaturgi barat (3) akting dan bloking ditata dan berpola, (4) tatarias, tatabusana realis dan
simbolis, (5) tatalampu dan tatasuara mamanfaatkan teknologi elektronik, (6) instrumen
pengiring lehih luas, tidak harus diatonis atau pentatonik, tetapi dapat juga dikombinasi, (7)
pertunjukan tidak lebih dari 2,5 jam, (8) keprak kadang dipakai kadang tidak, dan (9)
tembang kadang dipakai kadang tidak.
Ketoprak konvensional adalah ketoprak yang berkenan di hati masyarakat
pinggiran.Ketoprak konvensional dapat juga dikatakan sebagai bagian dari kebutuhan jiwa
bagi meraka yang memiliki komitmen pada budaya lokal Jawa melalui ketoprak. Cirri-ciri
ketoprak ini adalah: (1) tidak menggunakan naskah atau skenario, (2) dramatik lakon
mengacu pada wayang kulit purwa: (3) dialog bersifat improvisasi, (4) akting dan bloking
bersifat intuitif, (5) tatarias dan tatausana realis, (6) musik pengiring gamelan Jawa, (7)
menggunakan keprak dan tembang, (8) lama pertunjukan relatif lama, (9) tema cerita dan
3
Pada umumnya Ketoprak amat popular di Jawa Tengah, khususnya di
Yogyakarta.Kemudian dengan adanya perpindahan penduduk dari daerah ke daerah lain atau
dikenal juga dengan transmigrasiyang mencari kehidupan baru, kesenian ini akhirnya dikenal
di Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Langkat Kecamatan Stabat di desa Sungai Karang
Pasar VII.
Ketoprak ini dinamakan oleh masyarakat sekitar yaitu Ketoprak kibot karena alat
musik yang digunakan sebagai pengiringnya adalah keyboard dan kendan. Musik atau
tembang yang digunakan pada seni pertunjukan Ketoprak ini adalah tembang Kinanti, Jeruk
bulong, Mijil, .Dalam pertunjukannya fungsi musik pengiring sangat berpengaruh terhadap
lakon yang sedang dimainkan, selain itu musiknya juga berfungsi sebagai pengatur gerak
tariannya, serta berfungsi sebagai komunikasi antara pemusik dan pelakon sehingga tercipta
suasana yang sedang dimainkan yang dapat dirasakan oleh penonton.
Kesenian ketoprak ini biasanya di pertunjukkan di lapangan terbuka dan diatas
panggung, “Sudarsono (2002 : 232) menjelaskan pertama kali pertunjukan ketoprak di
tampilkan diatas panggung terjadi pada tahun 1929 oleh perkumpulan ketoprak “kridha
mudha” yang oleh masyarakat lebih di kenal sebagai ketoprak kertanaden”.
Dari peryataan diatas kelompok kesenian ketoprak di sungai karang pasar VII
pertunjukannya pun di lakukan di lapangan terbuka dan di atas panggung dengan panggung
yang sudah di dekorasi sedemikian rupa agar terlihat lebih menarik dan menjadi gaya tarik
tersendiri bagi penonton, serta pelakon yang telah ditatarias sesuai dengan perlakonnya
masing-masing, karena bentuk dari riasan menggambarkan watak si pelakon, serta
peronggeng, dan pemusik yang mengiringi seni pertunjukan ketoprak. Hal ini sependapat
dengan “Panji suroso(2012 : 1) . Kesenian tradisional ketoprak ini berbentuk pertunjukan
4
membangun bentuk pertunjukan nya, seperti unsur tari, unsur sastra, unsur teater, nyanyian
rakyat, perlakonan watak, serta unsur musik tradisional dan tata panggung.
Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan selain fungsi musik
yang sangat berperan dan berpengaruh dalam pertunjukan kesenian ketoprak, dan didampingi
oleh unsur-unsur pendukungnya, sehingga penulis merasa tertarik untuk menjadikan musik
pengiring sebagai topik penelitian ilmiah yang berjudul “Fungsi Musik Pengiring Dalam
Seni Pertunjukan Ketoprak Di Sungai Karang Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat“
B. Identifikasi masalah
Dari uraian yang terdapat pada latar belakang masalah, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Bagaimana musik pengiring dalam seni pertunjukan ketoprak di sungai Karang
Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat?
2. Bagaimana asal usul ketoprak di sungai Karang Pasar VIIKec Stabat Kab Langkat?
3. Apa saja ragam alat musik yang di gunakan sebagai musik pengiring pada seni
pertunjukan ketoprak di sungai Karang Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat?
4. Bagaimana pengaruh musik dalam perlakonan watak pada pertunjukan ketoprak di
sungai Karang Pasar VIIKec Stabat Kab Langkat?
5. Bagaimana bentuk musik pengiring dalam seni pertunjukan ketoprak di sungai
Karang Pasar VIIKec Stabat Kab Langkat?
6. Bagaimana fungsi musik pengiring dalam seni pertunjkan ketoprak di sungai
Karang Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat?
7. Bagaimana prospek ke depan seni pertunjukan ketoprak di sungai Karang pasar VII
Kec. Stabat Kab. Langkat?
5
Menurut Lexy J Meleong (2010:92) pembatasan masalah adalah “bertumpu pada satu
fokus.Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln dan guba (1985:226) dalam Lexy J.
Meleong bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu apakah
ia sebagai peneliti evaluator , ataukah sebagai peneliti kebijaksanaan.
Berdasarkan uraian pendapat di atas mengingat luas nya cakupan masalah pada kajian
musik pengiring pada pertunjukan ketoprak di sungai Karang Pasar VII. Maka penulis merasa
perlu membuat pembatasan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk musik pengiring dalam seni pertunjukan ketoprak di sungai
Karang Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat ?
2. Bagaimana fungsi musik pengiring dalam seni pertunjkan ketoprak di sungai Karang
Pasar VII Kec Stabat Kab Langkat ?
D. Perumusan masalah
Dalam menentukan rumusan masalah penulis berpedoman kepada pendapat Sugiyono
(2009 : 55) mengatakan bahwa rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan
di carikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat
antara masalah dan rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Berdasarkan
pendapat tersebut, dapat di uraikan dari latar belakang masalah,identifikasi masalah,serta
pembatasan masalah maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut :
“Bagaimana bentuk dan fungsi musik pengiring pada seni pertujunkan ketoprak di
sungai Karang PasarVII Kec.Stabat Kab.Langkat “.
6
Tujuan penelitian menjadi kerangka yang selalu dirumuskan untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang hasil yang akan diperoleh. Berhasil tidaknya suatu penenlitian
yang dilakukan terlihat dan tercapai atau tidaknya tujuan penelitian. Menurut pendapat
Sugiyono (2009: 397) menyatakan bahwa, “ untuk menemukan, mengembangkan dan
membuktika pengetahuan”. Maka tujuan yang diinginkan dalam sebuah penenlitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan bentuk musik pengiring dalam seni pertunjukan ketoprak di sungai
Karang Pasar VII Kec.Stabat Kab.Langkat.
2. Mendeskripsikan fungsi musik pengiring dalam seni pertunjukan ketoprak di sungai
Karang Pasar VII Kec.Stabat Kab.Langkat.
F. Manfaat penelitian
Setelah penelitian ini dirampungkan, diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Sebagai masukan bagi penulis dalam menambah pengetahuan tentang kajian musik
pengiring dalam seni pertunjukan ketoprak di sungai Karang Pasar VII Kec.Stabat
Kab.Langkat.
2. Sebagai bahan informasi kepada pengelola seni pertunjukan ketoprak di sungai
Karang Pasar VII Kec.Stabat Kab.Langkat.
3. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Kesenian Ketoprak merupakan kesenian yang berasal dari Yogyakarta,
yang dibawa oleh orang jawa ke sumatera dan sekarang dikenal di Sungai
Karang Pasar VII Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat .
2. Dalam tradisi kesenian Ketoprak terdapat istilahPandem Romo yang
berarti keluarnyaseluruh pemain untuk memperkenalkan diri. Yang pada
dasarnya pertunjukan kesenian Ketoprak akan dimulai
3. Kesenian Ketoprak merupakan jenis komposisi musik yang
menggunakan pola ritme yang sederhana, secara komposisi musiknya,
iringan musik pada kesenian Ketoprak memiliki ritme yang hampir sama
hanya saja vokalnya berbeda.
4. Musik pengiring dalam kesenian ketoprak ini memiliki fungsi sebagai
pengiring dalam sebuah lakon alur cerita, sebagaipenegas perlakonan,
pengatur gerak tari, dan sebagai perantara emosional yang terjadi antara
pemusik dan pelakon yang dapat dirasakan oleh penonton.
5. Bentuk struktur musik pada kesenian Ketoprak ini pada umumnya adalah
repitisi dan permotif. setiap motif hanya bersifat repitisi pada bagian
musiknya. liriknya bergaya seperti pantun .
42
6. Keberadaan kesenian ketoprak masih tetap dikenal di Sungai Karang
Pasar VII, walaupun popularitasnya tidak sepopuler kesenian tradisional
lain, seperti kuda lumping, salah satu faktor kurangnya minat masyarakat
pada kesenian ketoprak yaitu masyarakat lebih mengapresiasikan hiburan
yang masa kini seperti Organ tunggal, faktor keuangan juga menjadi
salah satu alasan masyarakat lebih memilih Organ tunggal ketimbang
kesenian Ketorak. Karena kesenian Ketoprak lebih besar Biayanya dari
pada Organ tunggal.
B.Saran
Dari beberapa kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat
diajukan saran-saran berikut :
1. Pemerintah harusnya lebih memperhatikan lagi kesenian-kesenian
tradisional yang ada di Sumatera, terutama kesenian Ketoprak, walaupun
kesenian ini berasal dari jawa, tetapi peradabannya cukup dikenal di
Sumatera dan seharusnya dikembangkan lagi agar tetap lestari di
Sumatera terkhusus di Sungai Karang Pasar VII Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat.
2. Untuk Pendiri Kesenian Ketoprak ini, agar terus mengembangkan
kesenian ini sehingga lebih dikenal banyak masyarakat, dan kemudian
mengajari para remaja yang berminat sebagai pemusik maupun
43
3. Bagi masyarakat sekitar teruslah mendukung dan memeriahkan kesenian
ketoprak sehingga dapat terus berkembang dan tidak hilang dimakan