• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TEKNIK KONSELING REALITA TERHADAP PENGURANGAN STRES SISWA KORBAN BULLY PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 TEBING TINGGI TAHUN 2014.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TEKNIK KONSELING REALITA TERHADAP PENGURANGAN STRES SISWA KORBAN BULLY PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 TEBING TINGGI TAHUN 2014."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

h) Strategi Mengatasi Bullying ... 26

2.1.2 Stres ... 28

i) Stres Pasca Trauma Akibat Kekerasan 47 j) Mengatasi Stres ... 48

(6)

2.1.4 Teknik Konseling Realita ... 50

a) Pengertian Teknik Konseling Realita 50 b) Ciri-ciri Konseling Realita ... 53

c) Tujuan Konseling Realita ... 56

d) Fungsi dan Peran Konseling Realita . 57 e) Teknik-teknik dan Prosedur Konseling Realita ... 58

f) Peranan Teknik Konseling Realita ... 59

g) Penerapan Teknik Konseling Realita disekolah ... 60

2.1.5 Peranan Teknik Konseling Realita Dalam Bimbingan dan Konseling ... 61

2.1.6 Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penerapan Teknik Konseling Realita ... 63

2.1.7 Pengaruh Tekni Konseling Realita Terhadap Pengurangan

3.3 Operasional Variabel Penelitian ... 68

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 69

3.5 Langkah-langkah Penelitian ... 70

3.6 Instrumen Penelitian... 70

3.7 Teknik Analisa Data ... 74

3.8 Validitas dan Reliabilitas Data ... 75

3.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 77

1. Lokasi Penelitian ... 77

2. Waktu Penelitian ... 77

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 78

(7)

4.3 Analisis Data Penelitian ... 81

4.4 Pengujian Hipotesis ... 83

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1 Kesimpulan ... 85

5.2 Saran ... 85

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 : Butir-butir yang mengukur bullying dri

persspektif dan pelakunya ... 15 Tabel 2.2 : Lokasi, jenis tindakan kekerasan disekolah, dan

pelaku kekerasan ... 19 Tabel 2.3 : Penyebab Stres ... 31 Tabel 3.1 : Skala Linkert ... 72 Tabel 3.2 : Kisi-kisi angket stres yang dialami siswa

korban bully ... 72 Tabel 4.1 : Hasil Pre-Test (Sebelum diberi Layanan

Konseling Individu) ... 81 Tabel 4.2 : Hasil Post-Test (Sesudah diberi Layanan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Angket Bully... 89

Lampiran 2 : Absensi Siswa Mengisi Angket Bully ... 92

Lampiran 3 : Sebaran Data Pre-Test... 93

Lampiran 4 : Angket Uji Coba Stres ... 95

Lampiran 5 : Ujian Instrumen Angket ... 98

Lampiran 6 : Perhitungan Valid... 99

Lampiran 7 : Perhitungan Reabilitas ... 102

Lampiran 8 : Angket Stres ... 105

Lampiran 9 : Absensi Siswa Mengisi Angket Stres ... 108

Lampiran 10 : Sebaran Data Pre-Test... 109

Lampiran 11 : RPL BK ... 110

Lampiran 12 : Sebaran Data Post-Test ... 112

Lampiran 13 : Tabulasi Data Penelitian ... 113

Lampiran 14 : Perhitungan Pre-Test ... 114

Lampiran 15 : Perhitungan Post-Test ... 116

Lampiran 16 : Pengujian Hipotesis ... 118

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak–anak. Lebih dalam tentang defenisi sekolah, sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistwmatis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moralspiritual, intelektual, emosional maupun sosial. Selain itu sekolah juga dijadikan saranan untuk bersosialisasi , mengaktualisasikan diri dan mampu berkembang di dalam lingkungan sosialnya baik dengan keluarga, teman sebaya dan masyarakat.

Megenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock (1986:322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan factor penentu bagi perkembangan kepribadin anak (siswa) baik dalam cara berfikir, bersikap, maupun cara berprilaku.

Berkenaan dengan perkembangan dan sosial, pada tahap perkembangan remaja usia 12-18 tahun merupakan usia yang masih mencari identitas diri. Masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan yaitu perasaan atau kesadaran akan identity (jati dirinya). Remaja dihadapkan dengan berbagai pertanyaan yang

(11)

Hal yang demikian dikarenakan pada masa remaja berkembang “social

cognitive”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami

orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat–sifat pribadi, minat nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini mendorong remaja untuk menjalani hubungan sosial yang lebih akrap dengan mereka (terutama teman sebaya) baik dalam jalinan persahabatan maupun percintaan(pacar).

Dalam hubungan persahabatan, remaja memiliki teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut inerens, sikap, nilai dan kepribadian. Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”, yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Remaja cenderung ingin dianggap didalam sebuah kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya merupakan lingkungan sosial yang memiliki peran yang cukup penting, terutama saat terjadinya perubahan struktur di dalam masyarakat.

Didalam kelompok teman sebaya, remaja diajarkan dan diberi kesempatan untuk belajar tentang (1)bagaimana berinteraksi dengan orang lain, (2)mengontrol tingkahlaku sosial, (3)mengembangkan keterampilan dan minat yang relevan dengan usianya, dan (4)saling bertukar fikiran dan masalah.

(12)

misanya dilingkungan sekolah. Di dalam lingkungan sekolah saat ini marak terjadi praktik school bullying.

Praktik school bullying saat ini sangat memprihatikan bagi pendidik, orang tua, dan masyarakat. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat bagi anak untuk menimbah ilmu dan membantu membentuk karakter pribadi yang positif ternyata malah menjadi tumbuhnya praktik–praktik bullying.

Bullying muncul akibat adanya pelanggaran yang disertai dengan

penghukuman, terutama fisik, akibat buruknya system dan kebijakan pendidikan yang berlaku, yaitu muatan kurikulum yang hanya mengandalkan kemampuan aspek–aspek kognitif dan mengabaikan pendidikan dengan kemampuan afektif. Selain itu, dipengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat yang mengalami moving faster sehingga menimbulkan sikap instant solution/jalan pintas yang

pengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi pelaku.

(13)

Stres merupakan salah satu dampak bullying yang sering kali terjadi pada siswa korban bullying. Hal ini dapat terlihat dari seringnya siswa terlihat gelisah/cemas ketika berada di lingkungan sekolah, harga diri rendah, perasaan terpencil/rasa percaya diri yang kurang, kurang dapat berkonsentrasi, tidak mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, mengasingkan diri dari teman sebaya serta menurunya ketertarikan dan loyalitas terhadap kegiatan disekolah.

Stres juga dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit bagi penderitanya seperti: gangguan pencernaan, serangan jantung, tekanan darah tinggi, asma, radang sendi rheumatoid, alergi, gangguan kulit, pusing/sakit kepala, sulit menelan, panas uluh hati, mual, berbagai macam keluhan perut, keringat dingin, sering buang air seni, mudah lupa, terserang panik, diare, isomia dan lain-lain.

Siswa dengan keadaan seperti ini merupakan masalah bagi guru dan konselor. Guru atau konselor biasanya hanya memberikan arahan dan nasehat-nasehat. Bantuan ini kurang efektif, sehingga dapat membuat siswa semangkin stres. Konselor dapat memberikan perhatian khusus terhadap siswa yang mengalami masalah stres akibat bullying. Konselor perlu memahami psikologis siswa usia remaja yang stres akibat bullying sehingga konselor dapat memberikan bantuan yang tepat kepada siswa.

(14)

bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang dapat membantu siswa terhadap masalah yang dialaminya.

Pada konseling realita manusia diyakinkan pada hakikatnya sebagai penentu diri (antideterministik) dan positif; manusia berupaya mengontrol dunianya untuk memenuhi kebutuhan akan dirinya sendiri. Tujuan konseling realita adalah membantu konseli belajar dengan perilaku lebih realitas dan dengan demikian mencapai kesuksesan. Teknik pokok yang diterapkan tampak dari prilaku konselor terhadap konseli dengan kepedulian dalam melibatkan proses melibat; menantang evalusai tingkah laku sekarang; pembuatan rencana dan komitmen, tidak menerima maaf/alasan, dan menghindari hukuman. Tinjauan masa lalu (masa kanak-kanak) adalah tidak dipandang perlu; dihindari pembicaraan masa lalu, perbincangan masa lalu dalam konseling dianggap bertentangan dengan proses. Diagnosis dan prognosis dipandang perlu dalam kajian halangan dan hambatan realistis.

Pengentasan masalah konseli difokuskan pada penciptaan hubungan, terfokus pada tingkahlaku sekarang, adanya evaluasi tingkah lakunya, konseli mampu merencanakan tindakan, konseli harus memiliki komitmen, serta konselor harus menghindari pemberian maaf atau penundaan perilaku terencana dengan alasan yang dikemukakan oleh konseli, konseli juga harus menghindari hukuman, dan pertolongan (langsung). Konselor secara tidak langsung mengajarkan konseli untuk bertanggung jawab atas masalah yang sedang dialaminya.

(15)

diterima oleh siswa tersebut. Disebabkan karena siswa masih kurang terima terhadap keadaan dirinya dan perlakuan bullying yang di berikan kepada siswa tersebut.

Prilaku bully yang timbul, disebabkan karena siswa didominasi oleh siswa laki-laki. Dimana biasanya kecenderungan prilaku bullying lebih sering terjadi pada siswa laki-laki. yang demikian ini disebabkan karena anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu dalam kegiatan-kegiatan fisik. Anak laki-laki cenderung melakukan bully dalam bentuk-bentuk agresif, seperti meninju, menendang, memukul dan lain sebagainya. Sehingga anak yang dikatakan korban bully tidak mampu untuk melawan siswa lain yang lebih kuat atau siswa pelaku

bullying.

Ketidak seimbangan jumlah siswa dengan guru BK (koselor sekolah) juga menjadi penyebab sering terjadinya bully. Jumlah siswa kelas XI yang sekitar 327 orang belum termasuk kelas X dan XII dikontrol oleh 1 guru BK dan 8 orang guru yang diperbantukan untuk membimbing siswa yang bermasalah dirasa perlu di perhatikan karena dalam pengentasan masalah siswa masih adanya ketidak tuntasan. Selain itu siswa tidak dapat di control satu persatu. Ketidak tuntasan dalam pengentasan masalah siswa juga dapat mengakibatkan stres pada siswa terutama siswa yang mengalami bullying.

(16)

Hal-hal yang demikian dirasakan perlu bagi peneliti untuk meneliti dan menerapkan konseling realita terhadap siswa kelas XI SMK Negeri 2 Tebing Tinggi yang teridentifikasi mengalami stres akibat prilaku bullying yang di terima oleh siswa tersebut. Mengingat jumlah siswa kelas XI yang cukup banyak.

Seperti yang telah diuraikan diatas jumlah siswa kelas XI di SMK Negeri 2 Tebing tinggi sebanyak 327 orang. Dimana siswa di dominasi oleh siswa laki-laki. Siswa laki-laki sebanyak 223 orang dan siswa perempuan 104 orang. Banyaknya siswa laki-laki merupakan sesuatu hal yang harus segera di perhatikan. Mengingat prilaku bullying lebih banyak terjadi pada anak laki-laki ketibang anak perempuan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, pengurangan stres sangatlah penting dalam perkembangan diri siswa, sehingga melalui layanan konseling individu tehnik realita dapat terlihat mulai berkurangnya stres yang berdampak pada prestasi belajar dan sikap siswa sehari–hari didalam lingkungan sekolah. Maka dari itu penulis menganggap penting untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Teknik Konseling Realita Terhadap Pengurangan Stres Siswa Korban Bully pada Siswa Kelas XI SMK Negeri 2 Tebing Tinggi

Tahun 2014”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis mengindetifikasi masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

(17)

2) Siswa merasa kurang percaya diri, sulit berkonsentrasi dalam belajar, kurangnya interaksi dengan teman sebaya, serta berkurangnya loyalitas terhadap kegiatan yang dilakukan didalam lingkungan sekolah.

3) Timbulnya stres dan gangguan–gangguan fisik dampak dari tekanan yang terus menerus di terima korban bully.

4) Kegiatan konseling individu dengan menggunakan teknik realita dapat membantu siswa dalam mengurangi stres yang dialami korban bully.

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifiasi masalah yang telah dikemukakan diatas, perlu kiranya dilakukan pembatasan masalah dalam penelitian ini agar masalah yang diteliti lebih jelas dan terarah. Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada pemberian pengaruh teknik konseling realita terhadap pengurangan stres siswa korban bully pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Tebing Tinggi tahun 2014

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang ada, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh teknik konseling realita terhadap pengurangan stres yang dialami oleh korban bully pada siswa kelas XI SMK

Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun 2014?

(18)

Tujuan penelitian ini dilakukan yaitu untuk membantu siswa korban bullying dalam mengurangi stres yang dialami dengan menggunakan teknik

konseling realita, khususnya pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun 2014

1.6 Manfaat penelitian

1) Manfaat Teoritis

a) Penelitian ini dapat bermanfaat dalam mengurangi stres yang dialami korban bully melalui teknik konseling realita pada siswa kelas XI SMK Negeri 2 Tebing Tinggi.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak yang terkait dalam penelitian, sekaligus sebagai referensi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian pada bidang yang sama.

2) Manfaat Praktis

a) Bagi Guru BK

Sebagai bahan masukan dalam membantu mengurangi stres pada korban bully melalui teknik konseling realita.

b) Bagi Siswa

Siswa mengetahui kerugian yang diterima akibat stres yang dialaminya.

(19)

Memberikan gambaran umum perilaku siswa yang mengalami stres akibat dari bully dan sebagai bahan masukan dalam membantu siswa dalam mengurangi stres dan dampak stres melalui teknik knseling realita.

d) Bagi Peneliti

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh layanan konseling individu teknik realita terhadap pengurangan stres siswa korban bully di kelas XI TAV2 SMK Negeri 2 Tebing Tinggi Tahun 2014, dapat dilihat dari hasil perhitungan yang diperoleh thitung > ttabel = (5,05 > 2,132). Maka hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh terhadap pemberian layanan konseling individu teknik realita dalam pengurangan stres yang dialami oleh siswa korban bully dikelas XI TAV2 SMK Negeri 2 Tebing tinggi Tahun 2014, dapat diterima.

1.2 SARAN-SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka sebagai tindak lanjut penelitian ini disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Guru BK agar mempertimbangkan dan lebih mengembangkan pogram layanan konseling individu teknik realita dalam mengurangi stres yang dialami oleh siswa korban bully.

2. Diharapkan siswa lebih serius dalam mengikuti layanan-layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah yang diberikan oleh guru BK, agar siswa dapat mengantisipasi permasalahan-permasalahan sosial, terutama prilaku bully. 3. Mengingat bahwa layanan konseling individu dengan menggunakan teknik

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:PT RINEKA CIPTA

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA

Azharm. 2012. Defenisi Pengerian dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Prestasi Belajar (Online), dalam

(http://azharm2k.wordpress.com/2012/05/09/defenisi-pengertian-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-prestasi-belajar/, diakses 09 Mei 2012

Baraji, A. 2006. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta Timur:Studia Press

Corey, G. 2010. Terapi Dan Praktik Konseling Dan Psikoterapi. Bandung:PT Refika Aditama

Dewi, R. 2012. Penelitian Pendidikan. Medan:Pasca Sarjana Unimed

Handoko. 2012. Pengertian Stres. (Online), dalam (http://www.psychologymania.com/2012/05/pengertian-stress.html)

Hawari, D. 2004. Menajemen stres dan depresi. Jakarta:Balai Penerbit FKUI Maksun. 2004. Bersahabat Dengan Stres. Yogyakarta:Prisma Media

Marppieare, A. 2010. Pengantar Konseling Dan Psikoterapi. Jakarta:PT RAJAGRAFINDO PERSADA

Noi, T.S dan Peter J.S. 1994. Bagaimana Mengendalikan Stres. Jakarta:PT.Pustaka Utama Grafiti

Priyatna, A. 2010. Lets’s End Bullying:Memahami, Mencegah dan Mengatasi Bullying. Jakarta:PT.Elex Media Kamputindo

Siswanto. 2007. Kesehatan mental:Konsep, cakupan dan perkembangannya. Yogyakarta:Andi

Soetriono dan Rita H. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET

Yusuf, S. 2002. Psikologi Perkembanga Anak dan Remaja. Bandung:PT. Remaja Rosdakarja

(23)

Gambar

Tabel 2.1 : Butir-butir persspektif dan pelakunya ..............................................

Referensi

Dokumen terkait

Disebut boiler paket sebab sudah tersedia sebagai paket yang lengkap. Pada saat dikirim ke pabrik, hanya memerlukan pipa steam, pipa air, suplai bahan bakar dan sambungan

Apakah nilai konsumen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap niat beli. konsumen pada mobil Daihatsu Xenia

Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk kepentingan tanah - tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya ntuk memperbaiki

Asuransi Jiwa Manulife Indonesia, dengan menggunakan sample dalam penelitian yaitu laporan laba rugi dan neraca yang berisi data pendapatan premi dan rentabilitas dan laba dari

3 Jadi dalam pembelajaran PKn tidak hanya sebatas memperoleh informasi dari guru tetapi ada tujuan pembeljaran yang akan dicapai dalam suatu pembelajaran guna memberikan

Berita Acara Pemberian Penjelasan (Aanwijzing) Pekerjaan Pengadaan Reagen dan Media Mikrobiologi.. Balai Besar POM di Manado TA 2013 Nomor

Dengan mengetahui langkah-langkah dengan menggunakan pembelajaran metode inkuiri model Alberta akan terlihat bagaimana sikap peserta didik terhadap pembelajaran tersebut.

Dimana sistem pakar bila dikaitkan dengan kemampuan dokter dalam mendiagnosa secara dini kondisi kesehatan pasien, dapat diciptakan suatu sistem komputer yang bertugas untuk