commit to user
i
PENGARUH KARAKTERISTIK
BALANCED SCORECARD
DAN KOMUNIKASI STRATEGI TERHADAP
KEPUASAN KERJA MANAJER
(Studi Kasus pada Bank Syariah di Surakarta)
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Disusun Oleh: DEWI LISTIANI
F 0307037
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul
PENGARUH KARAKTERISTIK
BALANCED SCORECARD
DAN KOMUNIKASI STRATEGI TERHADAP
KEPUASAN KERJA MANAJER
(Studi Kasus pada Bank Syariah di Surakarta)
Telah disetujui dan diterima oleh pembimbing untuk diajukan kepada tim penguji skripsi.
Surakarta, Maret 2011 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing
commit to user
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.
Surakarta, Maret 2011
1. Drs. Yacob Suparno, M.Si, Ak (... ) NIP : 19521011 198003 1 002
2. Sri Suranta, SE., M.Si, Ak (... ) NIP :19720305 199702 1 001
commit to user
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Saya persembahkan karya kecil ini untuk
Keluarga tercinta yang tiada pernah putus mengasihi.
Bapak Sumadi dan Ibu Sri Hastutie yang telah mendidik dan membesarkan saya dengan penuh kasih sayang hingga saat ini.
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain”
(HR. Ad-Daruquthni dan Ath-Thabarani)
“Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
(QS Ar-Rahman: 13)
Wahai orang- orang yang beriman! Jika kamu menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu”
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini yang merupakan tugas akhir dalam persyaratan untuk menyelesaikan program S1 pada Fakultas Ekonomi, Program Studi Akuntansi, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini ada beberapa hambatan yang dihadapi, namun berkat dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.Com, Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
2. Bapak Drs. Jaka Winarna, M.Si, Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
commit to user
vii
4. Bapak Drs. Agus Budiatmanto, M.Si.,Ak., selaku dosen pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama menempuh pendidikan sarjana di fakultas ekonomi.
5. Bapak Sri Suranta, SE.,M.Si.,Ak dan Ibu Lulus SE.,M.Si.,Ak selaku penguji skripsi. Terima kasih atas masukan yang berharga bagi tulisan ini.
6. Orang tua tercinta Bapak Sumadi dan Ibu Sri Hastutie. Terima kasih atas kasih sayang yang tiada pernah putus, motivasi, dukungan, semangat, dan terlebih doanya sehingga bisa membawa saya seperti sekarang. Aku akan menjadi yang terbaik untuk Bapak dan Ibu. Insya Allah..
7. Mbak ku tersayang Mbak Ana dan Adek kecilku Helmi, semoga kita semua sukses dan bisa menjadi yang terbaik untuk Bapak dan Ibu kita.
8. Segenap dosen Fakultas Ekonomi FE UNS. Terima kasih atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu ajarkan kepada saya.
9. Sahabat-sahabatku akuntansi yang (ceritanya) tergabung dalam ”lotez”: Dela, Novi, Anis, Tia. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan, dan semangat selama menjalani kuliah ini, dan yang paling penting persahabatan yang indah ini, saat suka dan duka, dan menjadi tempat berbagi. Semoga kita semua sukses!
commit to user
viii
motivasi, dukungan dan semangat pada saat menjelang ujian kompre dan skripsi. Aku ingin menjadi sahabat kalian selamanya, dunia dan akhirat.
11.Teman-teman akuntansi 2007 ”AGEN 007” yang selalu semangat: Irla (makasih udah banyak membantu), Hermin (teman seperjuangan skripsi), Dedi, Peka, Fatania, Dewo, Ratih, Mbak Sri, Ria, Rudi, Adikur, Peka, Bimo, Fariz, Suci, Endah, Irma, Tri, Dina, Mia dan lain-lain.
12.Teman-teman KEI FE UNS pejuang ekonomi Islam, Sista2ku tersayang: Ami, Sandra, Cuwil, Isna, Tika, Sari, Yeni, Lely, Maya, Retnia, Tina, Novita, Dilla, Ulfa, Rena, Shinta, Mbak Inung, Jihan, Amel. Dan juga Arif, Rahman, Adhib, Anggel, Adnan, Bayu, Dino, Jo, Greget, Veri. Terima kasih atas kerjasama, persahabatan, ukhuwah, dan pelajaran hidup yang tak ternilai. Tetap semangat membumikan ekonomi Islam di muka bumi. Ekonomi Islam? Subhanallah... 13.Para tetua2 KEI Mbak Tanti, Mbak Anis, Mbak Dewi Nur, Mbak Fitri, Mbak
Maya, Mas Angga, Mas Andy, Mas Rahmat, Mas Taufik dll. Terima kasih atas semangat dan ukhuwah yang kalian ajakan.
14.Tipah, Nita. Terima kasih atas persahabatan dan semangat yang selalu kalian tularkan.
15.Teman-teman HMJ Akuntansi: Mbak Hani, Mbak Fela, Mbak Puput, Mbak Finik, Mas Fijri, Mbak Tryas, Mas Yoga, Mas Loggar, Ndok, Anes, Eja, Abe, Cui, Anang, Ayuz, Basri, Yandi, Eva, Lina, Putri dan lain-lain.
commit to user
ix
kasih telah menghadirkan rumah kedua yang nyaman di Solo. Semoga kalian semua sukses.
17.Karyawan bank Syariah se-Solo: Mbak Lina, Pak Sigit, Mbak Ika, Mbak Ana, Mbak Vita, Pak Dani, dan Mbak Rina. Terima kasih atas kesediaannya mendistribusikan kuesioner kepada karyawan di kantor. Tanpa saudara sekalian, skripsi ini tidak mungkin jadi. Semoga Allah membalas kebaikan saudara sekalian.
18.Pak Timin, terima kasih atas kesabaran dan keringanannya dalam pengumpulan naskah ini. Maaf telah mengganggu tugas Bapak. hehe..
19.Semua pihak yang telah membantu yang tidak penulis sebutkan satu per satu. 20.Pembaca skripsi yang budiman J
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dari skripsi ini.
Terakhir, semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, 28 Februari 2011
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5. Sistimatika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balanced Scorecard... 9
2.2 Manajer ... 14
commit to user
3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan Data ... 40
3.3. Jenis dan Sumber Data ... 42
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskriptif Data ... 51
commit to user
xii
4.3 Uji Instrumen Penelitian... 70
4.4 Uji Asumsi Klasik ... 73
4.5 Uji Hipotesis ... 80
4.6 Pembahasan... 84
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89
B. Keterbatasan……….. ... ….. 90
C. Saran ... 90
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional. ... 24
Tabel IV. 1 Sampel dan pengembalian kuesioner ... 52
Tabel IV.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin ... 53
Tabel IV.3 Karakteristik responden berdasarkan usia ... 53
Tabel IV.4 Karakteristik responden berdasarkan jabatan ... 54
Tabel IV.5 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja ... 55
Tabel IV.6 Pendapat responden mengenai kepuasan kerja ... 56
Tabel IV.7 Pendapat responden mengenai pertimbangan atas kepuasan pelanggan dalam pembuatan keputusan ... 58
Tabel IV.8 Pendapat responden mengenai pertimbangan atas proses bisnis internal dalam pembuatan keputusan ... 60
Tabel IV.9 Pendapat responden mengenai pertimbangan atas pembelajaran dan pertumbuhan dalam pengambilan keputusan... 62
Tabel IV.10 Pendapat responden mengenai komunikasi strategi ... 64
Tabel IV.11 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 71
Tabel IV.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel ... 73
commit to user
xiv
Tabel IV.14 Hasil uji multikolinearitas ... 76
Tabel IV.15 Hasil Uji Autokorelasi ... 77
Tabel IV.16 Uji Glejser ... 79
Tabel IV.17 Uji Koefisien Determinasi ... 81
Tabel IV.18 Tabel Uji Signifikansi Simultan ... 82
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Kerangka Pemikiran Penelitian. ... 39
Gambar IV.1 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 74
Gambar IV.2 Grafik Scatterplots Uji Normalitas... 74
commit to user
PENGARUH KARAKTERISTIK BALANCED SCORECARD
DAN KOMUNIKASI STRATEGI TERHADAP
KEPUASAN KERJA MANAJER
(STUDI KASUS PADA BANK SYARIAH DI SURAKARTA)
DEWI LISTIANI
F0307037
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris terkait pengaruh perhatian manajer terhadap karakteristik balanced scorecard dan komnikasi terhadap kepuasan kerja manajer. Untuk tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan data primer. Data diambil dari kuesioner yang diberikan kepada manajer tingkat menengah bank syariah se Surakarta. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah karakteristik balanced scorecard
nonkeuangan meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pertumbuhan dan pembelajaran serta komunikasi strategi yang merupakan hubungan antara strategi perusahaan dengan pengukuran kinerja.
Pengujian data dilakukan meliputi uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas. Hasil pengujian asumsi klasik menunjukkan bahwa data tersebut telah bebas dari asumsi klasik. Dalam pengujian dengan analisis regresi, uji statistik F menunjukkan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja manajer. Uji statistik t menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap kepuasan kerja manajer.
Penelitian ini dilakukan dengan keterbatasan yang dimungkinkan dapat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa sampel yang diambil adalah bank syariah yang telah sepenuhnya mengadopsi balanced scorecard. Selain itu, penelitian ini tidak mengukur pengukuran kinerja dalam persektif Islami.
commit to user
THE IMPACT BALANCED SCORECARD CHARACTERISTICS
AND STRATEGY LINK ON MANAGER’S JOB SATISFACTION
(CASE STUDY IN ISLAMIC BANK SURAKARTA)
DEWI LISTIANI
F0307037
ABSTRACT
The aim of this study is to obtain empirical evidence related to the impact manager’s emphasis on balanced scorecard characteristic and link strategy on manager’s job satisfaction. According to this purpose, this research used primary data. The data was taken from questionnaires given to middle managers on Islamic Bank in Surakarta. Independent variables used in this research are nonfinancial characteristic balanced scorecard include customer, internal process business, learning and growing perspective and strategy link that the link between firm strategy and performance measurement.
The data testing are included classical assumption testing covering data normality, multicollinier, autocorrelation, and heteroscedasticity. The result of classical assumption testing showed that the data has been already liberated from the classical assumption. In the regression testing, statistic F testing showed independent variables have positive significant impact on manager’s job satisfaction. Statistic t testing, showed that each of independent variables have positive significant impact on manager’s job satisfaction.
This research was conducted with various lacks that may affect the research result. This research used assumption of which the samples were the Islamic bank completely adopted balanced scorecard. Other, this research didn’t measure the performance measurement on Islamic perspectives.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persaingan bisnis yang semakin ketat saat ini memberikan tantangan bagi
perusahaan baik yang berorientasi laba maupun tidak untuk lebih meningkatkan
efisiensi dan kinerjanya. Hal tersebut diperlukan sehingga muncul tuntutan bagi
perusahaan agar lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya. Terlebih lagi,
Indonesia telah memasuki pasar bebas yang semakin meningkatkan iklim
persaingan antar perusahaan baik dalam dan luar negeri. Untuk menghadapi hal
itu, diperlukan langkah-langkah strategis untuk menghadapi persaingan bisnis
yang semakin ketat.
Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan adalah penerapan sistem
pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan.
Secara tradisional, pengukuran dengan indikator keuangan telah banyak
digunakan untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Namun, pada tahun 1990an,
para manajer dan peneliti akademis mengeluarkan teguran terhadap sistem
pengukuran kinerja tradisional. Mereka berpendapat bahwa walaupun pengukuran
kinerja keuangan bekerja secara baik dalam era industri, mereka tidak bekerja
secara baik dalam lingkungan ekonomi saat ini (Kang, 2008). Pengukuran kinerja
tradisional seringkali menghilangkan sudut pandang lain yang tidak kalah
commit to user
menggunakan aspek keuangan hanya berfokus pada jangka pendek (Mulyadi,
2007). Model akuntansi keuangan ini seharusnya dikembangkan dengan
mengikutsertakan penilaian atas aktiva intelektual dan tak berwujud perusahaan,
seperti produk dan jasa yang bermutu tinggi, para pekerja yang memiliki motivasi
dan kemampuan tinggi, proses internal yang responsif dan dapat diprediksi, dan
pelanggan yang puas dan loyal (Kaplan dan Norton, 1996). Oleh karena itu,
pengukuran kinerja hendaknya melibatkan aspek keuangan dan nonkeuangan.
Sistem pengukuran kinerja yang di dalamnya terkandung pengukuran
keuangan dan nonkeuangan pertama kali dikembangkan oleh Robert Kaplan dan
David Norton pada awal tahun 1990an. Kaplan dan Norton mengembangkan
sebuah manajemen dan alat pengukuran yang disebut balanced scorecard (Lipe
dan Salterio, 2002). Sistem pengukuran kinerja balanced scorecard adalah suatu
sistem yang mengukur kinerja perusahaan dari aspek keuangan dan nonkeuangan.
Menurut sistem pengukuran ini, sebuah perusahaan dapat diukur kinerjanya
dengan menggunakan empat indikator yaitu keuangan, pelanggan, bisnis internal,
serta inovasi dan pembelajaran. Balanced scorecard dapat melakukan pengukuran
secara berimbang baik aspek keuangan dan nonkeuangan, jangka pendek dan
jangka panjang, serta internal dan eksternal. Balanced scorecard bukan suatu
sistem yang mampu untuk membuat sebuah strategi melainkan sistem yang
mampu menterjemahkan strategi yang ada untuk diukur dengan menggunakan
indikator-indikator tersebut. Dengan menerapkan metode balanced scorecard para
manajer perusahaan akan mampu mengukur bagaimana unit bisnis mereka
commit to user
kepentingan-kepentingan masa yang akan datang. Balanced scorecard merupakan
suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara cepat, tepat,
dan komprehensif yang dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang
kinerjabisnis (Andranik, 2008).
Manajer dalam suatu perusahaan bertindak sebagai agent yang bertindak
sebagai pembuat keputusan bagi perusahaan, sehingga tindakan seorang manajer
seringkali diawasi oleh principal sebagai pemegang kepentingan. Oleh karena itu,
perusahaan hendaknya mengembangkan sistem pengukuran kinerja yang tidak
hanya mengevaluasi kinerja, namun juga membantu meluruskan tindakan manajer
agar sesuai dengan tujuan perusahaan (Burney dan Swanson, 2010). Dari
pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan utama sistem
pengukuran kinerja adalah untuk mencapai goal congruence dan mempengaruhi
sikap manajer (Otley, 1999 dalam Burney dan Swanson, 2010). Dalam hal ini
diperlukan suatu pemahaman bahwa sistem pengukuran kinerja akan memberikan
dampak bagi sikap manajer demi mencapai keselarasan tujuan. Untuk itu,
diperlukan penelitian tentang dampak sistem pengukuran kinerja menggunakan
balanced scorecard tarhadap sikap manajer dalam mencapai keselarasan tujuan.
Penelitian mengenai balanced scorecard saat ini mulai banyak dilakukan,
hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang menyadari pentingnya
pengukuran kinerja yang melibatkan aspek keuangan dan nonkeuangan. Andranik
(2008) melakukan penelitian mengenai kemungkinan penerapan balanced
scorecard pada rumah sakit di kota Metro Lampung. Hasil penelitian deskriptif ini
commit to user
diterpkan di rumah sakit khususnya rumah sakit pemerintah. Burney dan Swanson
(2010) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara karakteristik
balanced scorecard dengan kepuasan kerja manajer. Penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepuasan kerja dan
persepsi manajer dalam kekuatan hubungan antara pengukuran kinerja dan strategi
organisasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa indikator-indikator kinerja
nonfinansial yang terkandung dalam balanced scorecard mempunyai hubungan
yang positif terhadap kepuasan kerja manajer. Lestari (2008) melakukan
penelitian untuk menguji pengaruh penerapan balanced scorecard terhadap
kinerja manajer. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif
signifikan antara balanced scorecard dengan kinerja manajer.
Penelitian mengenai dampak karakteristik balanced scorecard terhadap
kepuasan kerja manajer masih jarang dilakukan di Indonesia. Hal tersebut
dimungkinkan karena masih terbatasnya pengetahuan manajer tentang sistem
pengukuran kinerja yang melibatkan aspek nonkeuangan seperti pada balanced
scorecard. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang
telah dilakukan oleh Burney dan Swanson (2010) yang melakukan penelitian
untuk menguji hubungan antara karakteristik balanced scorecard dan kepuasan
kerja manajer. Sampel penelitian yang dilakukan oleh Burney dan Swanson
(2010) adalah akuntan manajer yang menjadi anggota Institute of Management
Accountants (IMA) pada tahun 2009.Hasil penelitian yang dilakukan oleh Burney
dan Swanson (2010) tersebut antara lain terdapat hubungan yang positif dan
commit to user
antara pengukuran kinerja dan strategi organisasi. Penelitian ini juga menemukan
bahwa indikator-indikator kinerja nonfinansial yang terkandung dalam Balanced
Scorecard mempunyai hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja manajer.
Perbedaan penelitian ini dengan peneltian sebelumnya adalah penulis memperluas
cakupan manajer tidak hanya terbatas pada akuntan manajer tetapi juga semua
posisi manajer pada perusahaan terpilih yang mana mereka bertindak sebagai
pengambil keputusan dan penerima pertanggungjawaban. Perbedaan lainnya
adalah penulis mengambil sampel manajer pada perusahaan perbankan yang
bergerak berlandaskan manajemen Islami. Sektor perbankan dipilih karena
industri perbankan adalah sebuah perusahaan profit oriented yang berpegang pada
regulasi yang berlaku dalam suatu negara. Oleh karena itu, diperlukan suatu
pengukuran kinerja yang berimbang seperti balanced scorecard. Sementara itu,
penulis mempersempit cakupan penelitian hanya pada sektor perbankan syariah
karena industri ini dijalankan dengan manajemen Islami yang mana sektor ini
mengalami kemajuan yang cukup baik pada lima tahun terakhir. Bahkan, tingkat
profitabilitas bank syariah di Indonesia merupakan yang terbaik di dunia diukur
dari rasio laba terhadap aset (ROA) (Karya dan Rakhman, 2006). Hal tersebut
memberikan motivasi kepada penulis untuk melakukan penelitian pada manajer
perusahaan perbankan yang beroperasi berdasarkan manajemen Islam di
Surakarta dengan judul ”PENGARUH KARAKTERISTIK BALANCED
SCORECARD DAN KOMUNIKASI STRATEGI TERHADAP KEPUASAN
commit to user 1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Apakah indikator-indikator kinerja nonfinansial dalam perspektif
Balanced Scorecard berpengaruh terhadap kepuasan kerja manajer?
2. Apakah kekuatan komunikasi strategi perusahaan berpengaruh terhadap
kepuasan kerja manajer?
1.3. Tujuan penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat diambil tujuan penelitian sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh indikator-indikator kinerja nonfinansial
dalam perspektif Balanced Scorecard terhadap kepuasan kerja manajer.
2. Untuk mengetahui pengaruh kekuatan komunikasi strategi perusahaan
terhadap kepuasan kerja manajer.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut.
1. Bagi praktisi perusahaan, penelitian ini diharapkan memberikan masukan
sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan sistem pengukuran
kinerja yang memperhatikan sumber daya manusia perusahaan.
2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan akan memahami sistem
commit to user
3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan ilmu pengetahuan bagi perkembangan konsep balanced
scorecard.
1.5. Sistimatika Penulisan
Penelitian ini memiliki sistematika pembahasan terdiri dari lima bab.
Masing-masing secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, model
penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori
Bab ini membahas tentang landasan teori yang digunakan untuk
membantu memecahkan masalah penelitian.
Bab III: Metode Penelitian
Bab ini menjelaskan mengenai pendekatan dan metode yang digunakan
dalam penelitian ini. Uraian yang disajikan meliputi: sampel penelitian,
metode yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian,
pengukuran variabel serta metode statistik yang dilakukan untuk
menganalisis data.
Bab IV: Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini menguraikan tentang analisis deskripsi statistik mengenai sampel
commit to user Bab V : Penutup
Pada bab ini menguraikan kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan
hasil pengolahan data, keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini,
serta saran yang berkaitan dengan penelitian sejenis di masa yang akan
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Balanced Scorecard
Pengukuran kinerja didefinisikan sebagai suatu sistem yang digunakan
untuk mengukur dan mengetahui sejauh mana suatu organisasi mampu
memenuhi kriteria yang ditetapkan serta pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan (Supriyanto, 1996 dalam Hendriastuti dan Aryani, 2002). Secara
tradisional, pengukuran dengan indikator keuangan telah banyak digunakan
untuk mengevaluasi kinerja manajemen. Namun, ukuran finansial hanya
menjelaskan berbagai peristiwa masa lalu, yang cocok untuk perusahaan abad
industri di mana investasi dalam kapabilitas jangka panjang dan hubungan
dengan pelanggan bukanlah faktor penting dalam mencapai keberhasilan.
Berbagai ukuran finansial tersebut tidak memadai untuk menuntun dan
mengevaluasi perjalanan yang harus dilalui perusahaan abad informasi dalam
menciptakan nilai masa depan melalui investasi yang ditanamkan pada
pelanggan, pemasok, pekerja, proses, teknologi, dan inovasi (Kaplan dan
Norton, 1996). Hendriastuti dan Aryani (2002) juga menyampaikan kritik
mengenai penggunaan sistem pengukuran kinerja dari segi finansial, yaitu
adanya ketidakcukupan dalam pendokumentasian sistem pengukuran kinerja,
dianggap berfokus pada masa lalu, serta ketidakmampuannya dalam
commit to user
Balanced scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton
(1996) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup empat perspektif
untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan. Balanced scorecard merupakan suatu kerangka kerja baru yang
mengintegrasikan berbagai ukuran yang diturunkan dari strategi perusahaan.
Balanced scorecard menyediakan para manajer suatu instrumen yang
dibutuhkan untuk mengendalikan perusahaan menuju kepada keberhasilan
masa depan. Balanced scorecard menerjemahkan misi dan strategi
perusahaan ke dalam seperangkat ukuran yang menyeluruh yang memberi
kerangka kerja bagi pengukuran dan sistem manajemen strategis (Kaplan dan
Norton, 1996).
Scorecard harus menjelaskan strategi perusahaan, dimulai dengan
tujuan finansial jangka panjang, dan kemudian mengaitkannya dengan
berbagai urutan tindakan yang harus diambil berkenaan dengan proses
finansial, pelanggan, proses internal dan para pekerja serta sistem untuk
menghasilkan kinerja ekonomis jangka panjang yang diinginkan perusahaan.
Empat perspektif dalam balanced scorecard adalah sebagai berikut.
1. Perspektif Keuangan.
Tujuan keuangan menjadi fokus tujuan dan ukuran dalam semua
perspektif lainnya. Setiap ukuran terpilih harus merupakan hubungan
sebab akibat yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kinerja
commit to user
perusahaan, implementasi dan pelaksanaannya memberikan kontribusi
atau tidak dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Tujuan keuangan
biasanya berhubungan dengan profitabilitas, yang diukur misalnya dari
laba operasi, return on capital employed (ROCE), atau nilai tambah
ekonomis. Tujuan finansial lain adalah pertumbuhan penjualan yang
cepat atau untuk penambahan arus kas. Tujuan dan ukuran keuangan
harus memainkan peran ganda, menentukan kinerja keuangan yang
diharapkan dari strategi, dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran
perspektif scorecard lainnya (Kaplan dan Norton, 1996). Kaplan dan
Norton (1996) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan
bisnis, yaitu sebagai berikut.
a. Bertumbuh (growth)
Perusahaan yang sedang bertumbuh berada pada tahap
awal siklus hidup perusahaan. Perusahaan menghasilkan produk
dan jasa yang memiliki potensi pertumbuhan. Untuk memanfaatkan
potensi ini, perusahaan harus melibatkan sumber daya yang cukup
banyak untuk mengembangkan dan meningkatkan berbagai produk
dan jasa baru, membangun dan memperluas fasilitas produksi,
membangun kemampuan operasi, menanamkan investasi dalam
sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung
terciptanya hubungan global, dan memelihara serta
mengembangkan hubungan yang erat dengan pelanggan.
commit to user
beroperasi dengan arus kas yang negatif dan pengembalian modal
investasi yang rendah. Sasaran keuangan dari bisnis yang berada
pada tahap ini seharusnya menekankan pengukuran pada tingkat
pertumbuhan penerimaan atau penjualan dalam pasar yang
ditargetkan.
b. Bertahan (Sustain)
Perusahaan yang berada pada tahap bertahan akan
memilki daya tarik bagi penanaman investasi dan investasi ulang,
tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang
cukup tinggi. Unit bisnis seperti ini diharapkan mampu
mempertahankan pangsa pasar yang dimiliki dan secara betahap
tumbuh tahun demi tahun. Kebanyakan unit bisnis dalam tahap
bertahan akan menetapkan tujuan keuangan yang terkait dengan
profitabilitas.
c. Menuai (Harvest)
Tahap ini merupakan tahap kedewasaan, yaitu suatu tahap
di mana perusahaan melakukan panen terhadap investasi yang
dibuat pada dua tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi
melakukan investasi lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan
peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan
commit to user
tahapan ini adalah memaksimumkan kas yang masuk ke
perusahaan.
2. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif ini perusahaan melakukan identifikasi
pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Perspektif ini biasanya
terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran generik keberhasilan
perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan dengan baik.
Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi
pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitabilitas pelanggan, dan pangsa
pasar di segmen sasaran. Perspektif pelanggan memungkinkan para
manajer unit bisnis untuk mengartikulasikan strategi yang berorientasi
kepada pelanggan dan pasar yang akan memberikan keuntungan finansial
masadepan yang lebih besar.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Pada perspektif ini, para manajer melakukan identifikasi
berbagai proses yang sangat penting yang harus dikuasai perusahaan.
Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk memberikan proporsi nilai
yang akan menarik perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam
segmen pasar sasaran dan memenuhi harapan keuntungan finansial yang
tinggi para pemegang saham.
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini mengembangkan tujuan dan ukuran yang
commit to user
ditetapkan dalam perspektif finansial, pelanggan, dan proses bisnis
internal mengidentifikasikan apa yang harus dikuasai perusahaan untuk
menghasilkan kinerja yang istimewa. Tujuan di dalam perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang
memungkinkan tujuan yang ambisius dalam ketiga perspektif lainnya
dapat terwujud.
2.2. Manajer
Robbins dan Coulter (1999) mendefinisikan manajer adalah seorang
anggota organisasi yang memadukan dan mengkoordinasikan pekerjaan orang
lain. Menurut Dessler (2001) manajer adalah orang yang merencanakan,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan organisasi agar organisasi
tersebut dapat mencapai tujuannya.
Manajer dalam sebuah organisasi mempunyai beberapa tingkatan,
berikut adalah tingkatan manajer menurut Robbins dan Coulter (1999).
1. Manajer lini pertama
Manajer lini pertama adalah manajemen yang tingkatannya paling
rendah. Contohnya dalam sebuah pabrik, manajer lini pertama adalah
mandor.
2. Manajer menengah
Manajer menengah adalah mencakup semua tingkat manajemen antara
tingkat penyelia dan tingkat puncak pada organisasi tersebut. Contohnya
adalah kepala bagian, kepala biro, pimpinan proyek, manajer pabrik,
commit to user
3. Manajer puncak
Manajer puncak adalah orang yang bertangungjawab atas pengambilan
keputusan seluruh organisasi dan menetapkan kebijakan dan strategi
yang mencakup seluruh organisasi itu. Contohnya adalah presiden, Chief
Executive Officer (CEO), atau presiden komisaris.
Menurut Mintzberg dalam Robbins dan Coulter (1999), manajer
mempunyai peran-peran sebagai berikut.
1. Peran-peran antar pribadi.
Semua manajer dituntut untuk menjalankan tugas-tugas yang melibatkan
orang-orang dan tugas-tugas lain yang sifatnya upacara dan simbolis.
2. Peran-peran informasi.
Peran yang meliputi menerima, mengumpulkan, dan menyebarkan
informasi.
3. Peran-peran memutuskan.
Peran-peran yang meliputi kewirausahaan, penanganan gangguan,
pengalokasi sumber daya, dan perunding.
Robbins dan Coulter (1999) mendefinisikan fungsi-fungsi manajer
sebagai berikut.
1. Merencanakan.
Fungsi manajer yang menetapkan sasaran, merumuskan tujuan,
menetapkan strategi, membuat strategi, dan membuat subrencana untuk
menkoordinasikan kegiatan.
commit to user
Fungsi manajer yang menentukan tugas mana yang akan dikerjakan, cara
pelaksanaannya, dan siapa yang melaksanakan.
3. Memimpin.
Fungsi manajer yang mengarahkan dan memotivasi semua pihak yang
terlibat dan memecahkan pertentangan.
4. Mengawasi.
Fungsi manajer yang memantau kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan-kegiatan diselesaikan seperti yang direncanakan.
2.3. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
produktivitas suatu organisasi secara langsung maupun tidak langsung
maupun tidak langsung (Muhaimin, 2004). Kepuasan kerja menurut Gibson
(1991) dalam Puspaningsih (2004) merupakan sikap seseorang terhadap kerja.
Beberapa ahli memberikan definisi mengenai kepuasan kerja. Devis dan
Newstrom (1985:109) dalam Muhaimin (2004) mengemukakan:
“Job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with which employees view their work.” (Kepuasan kerja adalah perasaan senang atau tidak senang pekerja terhadap pekerjaannya).
Definisi lain tentang kepuasan kerja dikemukakan oleh Wexley dan
Yukl (1977:98) dalam Muhaimin (2004), yang mengatakan:
commit to user
Kepuasan kerja secara umum merupakan sikap terhadap pekerjaan yang didasarkan pada evaluasi terhadap aspek-aspek yang berbeda bagi pekerja. Sikap seseorang terhadap pekerjaannya tersebut mengambarkan pengalaman-pengalaman menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam pekerjaan dan harapan-harapan mengenai pengalaman mendatang).
Sementara itu, Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan kepuasan
kerja sebagai suatu efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai
aspek pekerjaan.
Faktor Penyebab Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menurut Kreitner dan Kinicki (2005) dapat
disebabkan oleh beberapa hal yaitu sebagai berikut.
1. Pemenuhan kebutuhan.
Model-model ini menjelaskan bahwa kepuasan ditentukan oleh
karakteristik dari sebuah pekerjaan memungkinkan seorang individu
untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Ketidakcocokan.
Model-model ini menjelaskan bahwa kepuasan adalah hasil dari
harapan yang terpenuhi. Harapan yang terpenuhi mewakili perbedaan
antara apa yang diharapkan oleh seorang individu dari sebuah pekerjaan,
seperti upah dan kesempatan promosi yang baik, dan apa yang pada
commit to user
3. Pencapaian nilai.
Gagasan yang melandasi pencapaian nilai adalah bahwa kepuasan
berasal dari persepsi bahwa suatu pekerjaan memungkinkan untuk
pemenuhan nilai-nilai kerja yang penting dari seorang individu.
4. Persamaan.
Kepuasan kerja dalam model ini adalah suatu fungsi bagaimana
seorang individu diperlakukan secara adil di tempat kerja. Kepuasan
berasal dari persepsi seseorang bahwa output pekerjaan relatif sama
dengan inputnya, perbandingan yang mendukung output/input lain yang
signifikan.
5. Komponen Watak/Genetik
Model watak/genetik didasarkan pada keyakinan bahwa kepuasan
kerja merupakan sebagian fungsi dari sifat pribadi maupun faktor
genetik. Oleh karenanya, model ini menunjukkan bahwa perbedaan
individu yang stabil adalah sama pentingnya adalam menjelaskan
kepuasan kerja dengan karakteristik lingkungan kerja.
Paryoto dan Wahyudin (2005) menyimpulkan faktor- faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan dalam rangka peningkatan
kinerjanya adalah: (a) faktor psikologik, merupakan faktor yang berhubungan
dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat, ketenteraman dalam kerja,
sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan; (b) faktor sosial, merupakan
commit to user
dengan atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya; (c)
faktor fisik, merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
lingkungan kerja dan kondisi fisik karyawan, meliputi jenis pekerjaan,
pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan
ruangan, suhu penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan karyawan,
umur, dan sebagainya; (d) faktor finansial, merupakan faktor yang
berhubungan dengan jaminan serta kesejahteraan karyawan yang meliputi
sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas
yang diberikan, promosi, dan sebagainya.
2.4. Bank
Bank menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang
nomor 10 Tahun 1998 adalah adalah badan usaha yang menghimpun dana
dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan Indonesia bertujuan
menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah
peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Bank Menurut Jenisnya
commit to user
Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan
tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan
tertentu.
Usaha Bank Umum meliputi :
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
b. memberikan kredit;
c. menerbitkan surat pengakuan hutang;
d. membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
1) surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank
yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan
dalam perdagangan surat-surat dimaksud;
2) surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa
berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan
surat-surat dimaksud;
3) kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah;
4) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ;
5) obligasi;
6) surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun;
7) instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai
commit to user
e. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah;
f. menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan
dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana
lainnya;
g. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan
melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga;
h. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu kontrak;
j. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya
dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan
wali amanat;
l. menyediakan pembiayaan dan atau melakukan kegiatan lain
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia;
m. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud di atas,
commit to user
a. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;
b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan
lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura,
perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan
penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia;
c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi
akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia; dan
d. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun
sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana
pensiun yang berlaku
2. Bank Perkreditan Rakyat.
Usaha Bank Perkreditan Rakyat meliputi:
a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa
deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
commit to user
c. menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan Prinsip
Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia.
d. menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan
pada bank lain.
Untuk selanjutnya, bank umum tersebut disebut dengan bank
umum konvensional dan bank perkreditan konvensional. Bank umum
konvensional adalah bank konvensional yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Syariah
Bank Syariah menurut Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah adalah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum
Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Tabel II.1
Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional.
Element Bank Syariah Bank Konvensional
Dasar Operasi · Berbasis hukum Islam
· Uang semata sebagai alat
commit to user
Peran dan Fungsi · Intermediary
· Agen investasi
Risiko Bisnis · Berbagi risiko antara
bank dan mitra/nasabah
berdasarkan keadilan,
kejujuran, & keterbukaan
· Terhindar dari negative
spread
· Risiko bank tidak
berhubungan langsung
dengan nasabah dan
sebaliknya
· Dapat terjadi negative
spread Sumber: Febrian, 2009.
2.5. Kelembagaan Islami
Kelembagaan menurut North (1900) dalam Nawawi (2009) adalah
aturan formal dan konvensional informal, serta tata perilaku (codes of
behavior), yang mengatur larangan (prohibition) dan persyaratan (conditional
mission). Secara operasional ekonomi kelembagaan syariah menurut Nawawi
(2009) mencakup kondisi yang harus dipenuhi atau kewajiban dan kondisi
yang harus ditinggalkan atau larangan dalam sistem ekonomi.
Konsep Dasar Ekonomi Kelembagaan Syariah
Keberhasilan sebuah aktivitas ditentukan oleh kekuatan, dan kekuatan
itu terbangun dari kebersamaan, kebersamaan itu ada bila saling menghargai
peran dan profesi masing-masing orang, dan orang yang saling menghargai itu
berpedoman dengan aturan. Aturan main kelembagaan yang tersedia dalam
kegiatan ekonomi akan menentkan seberapa efisien hasil ekonomi yang
didapatkan sekaligus akan menentukan seberapa besar distribusi ekonomi yang
akan diperoleh oleh masing-masing partisipan. Sementara itu dalam jangka
commit to user
menentukan pandangan terhadap aturan main yang digunakan saat ini. Aturan
main berinteraksi dalam perekonomian yang mendasari dari ekonomi
kelembagaan syariah adalah bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadish dan Ijma’
para ulama.
Kondisi yang Harus Dilaksanakan dalam Kelembagaan Islam
Dalam perekonomian kelembagaan syariah beberapa hal yan harus
dipenuhi atau kewajiban yang harus ditaati oleh pelakunya dijelaskan oleh
Nawawi (2009) di bawah ini.
1. Kebebasan dalam berekonomi.
Kebebasan dalam berekonomi dibedakan menjadi dua hal, yaitu (1)
kebebasan eksistensial yang berkaitan dengan kemampuan seseorang
untuk menentukan tindakan sendiri yang terfokus pada penentuan untuk
apa bukan dari apa. Kebebasan ini berwujud yang positif dan disengaja,
(2) Kebebasan sosial yang menekankan kebebasan dari apa atau siapa.
Kebebasan berwujud negatif karena seseorang disebut bebas apabila
kemungkinan-kemungkinannya bertindak tidak dibatasi oleh orang lain.
Kebebasan dalam ekonomi Islam dapat dibedakan dalam beberapa
kategori, yaitu kebebasan dalam berinteraksi, kebebasan dalam
berproduksi,kebebasan dalam berbelanja, memiliki dan mengkonsumsi,
kebebasan dalam memilih, melanjutkan atau membatalkan dalam transaksi
dan kebebasan dalam menentukan harga barang. Walaupun Islam
memberikan kebebasan dalam ekonomi, tapi ada sarana kontrolnya yaitu
commit to user
2. Keseimbangan hak individu dan kolektif
Konsep keseimbangan merupakan karakteristik dasar ekonomi
Islam. Salah satu wujud keseimbangan kepemilikan manusia adalah
adanya kepemilikan publik sebagai penyeimbang kepemilikan individu.
Kepemilikan publik merupakan kepemilikan yang secara asal telah
ditentukan oleh syari’i. Asas dan pijakan kepemilikan publik dalam
kemaslahatan bersama.
3. Berorientasi pada kemaslahatan dan manfaat
Kemaslahatan dan kemanfaat bagi individu dan masyarakat
merupakan hal terpenting dalam kehidupan ekonomi. Kemasalahatan
individu tidak boleh dikorbankan demi kemasalahatan bersama dan
sebaliknya. Untuk mengatur dan menjaga kemaslahatan dan kemanfaatan
masyarakat, diperlukan sebuah instansi yang mendukung.
4. Etika ekonomi dan bisnis
Berkaitan dengan etika ekonomi dan bisnis, Al Ghazali,Qardawi
(1997), (Chapra, 2001) dalam Nawawi (2009) mengemukakan mengenai
etika ekonomi pada umumnya. Prinsip etika antara lain:
a. Prinsip otonomi, yaitu sikap dan kemampuan manusia untuk bertindak
berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggap baik
untuk dilaksanakan dengan baik.
b. Prinsip kejujuran. Kejujuran dalam ekonomi Islam terwujud dalam
berbagai aspek:
commit to user
2) dalam penawaran barang dan jasa dengan mutu yang baik, dan
3) menyangkut hubungan kerja.
c. Prinsip tidak berbuat jahat dan prinsip berbuat baik.
d. Prinsip hormat pada diri sendiri, yaitu tidak etis jika seseorang
membiarkan dirinya diperlakukan secara tidak adil, tidak jujur,
ditindas dan sebagainya.
5. Keadilan berbisnis.
Adil pada hakikatnya adalah bahwa seseorang memberikan kepada
diri dan orang lain apa yang menjadi haknya. Wujud keadilan dalam
ekonomi setidaknya terkait dengan empat hal, yaitu keadilan
tukar-menukar, keadilan distributif, keadilan sosial dan keadilan hukum.
Beberapa kondisi yang ditinggalkan
Dalam kegiatan ekonomi bisnis dan investasi Allah SWT dan
Rasul-Nya memberikan petunjuk dan rambu-rambu pokok yang harus ditnggalkan
oleh setiap muslim yang beriman. Diantaranya menurut Satrio (2005) dalam
Nawawi (2009) adalah sebagai berikut:
1. Terbebas dari unsur riba.
Riba merupakan kelebihan yang tidak ada padanan pengganti yang
tidak dibenarkan syariah yang disyaratkan oleh salah satu dari dua orang
yang berakad.
commit to user
Gharar merupakan sesuatu yang bersifat tidak pasti. Jual beli
gharar berarti sebuah jual beli yang mengandung unsur ketidaktahuan atau
ketidakpastian antara dua pihak yang bertransaksi.
3. Terhindar dari unsur judi.
Judi merupakan bentuk objek yang diartikan sebagai tempat untuk
memudahkan sesuatu. Dikatakan memudahkan sesuatu karena seseorang
yang seharusnya menempuh jalan yang susah payah akan tetapi mencari
jalan pintas dengan harapan dapat mencapai apa yang dikehendaki,
walaupun jalan pintas tersebut bertentangan dengan nilai syariah.
4. Terhindar dari unsur haram
Dalam kaidah ushul fiqh haram didefinisikan sebagai sesuatu yang
disediakan hukuman bagi yang melakukan dan disediakan pahala bagi
yang meninggalkan karena diniatkan untuk menjalankan syariatnya.
5. Terhindar dari unsur syubhat .
Dari terminologi syariah syubhat diartikan suatu perkara yang
tercampur (antara halal dan haram), akan tetapi tidak diketahui secara pasti
apakah sesuatu yang halal atau haram dan apakah hak ataukah batil.
Implementasi Ekonomi Kelembagaan Syariah
Implementasi ekonomi kelembagaan syariah selalu menciptakan
keseimbangan sistem ekonomi yang mengedepankan masalah jasmani dan
commit to user
2.6. Manajemen Syariah
Menurut Didin dan Hendri (2003) dalam Fauzan (2009) manajemen
bisa dikatakan telah memenuhi syariah bila: pertama, manajemen ini
mementingkan perilaku yang terkait dengan nilai-nilai keimanan dan
ketauhidan. Kedua, manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur
organisasi. Ini menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan manusia
tidak akan sama. Ketiga, manajemen syariah membahas soal sistem. Sistem ini
disusun agar perilaku pelaku di dalamnya berjalan dengan baik. Sistem
pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, misalnya, adalah salah satu yang terbaik.
Sistem ini berkaitan dengan perencanaan, organisasi dan kontrol, Islam pun
telah mengajarkan jauh sebelum adanya konsep itu lahir, yang dipelajari
sebagai manajemen ala Barat.
Menurut Karebet dan Yusanto (2002) dalam Fauzan (2009), syari’ah
memandang manajemen dari dua sisi, yaitu manajemen sebagai ilmu dan
manajemen sebagai aktivitas. Sebagai ilmu, manajemen dipandang sebagai
salah satu dari ilmu umum yang lahir berdasarkan fakta empiris yang tidak
berkaitan dengan nilai, peradaban (hadharah) manapun. Namun sebagai
aktivitas, maka manajemen dipandang sebagai sebuah amal yang akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT, sehingga ia harus terikat pada
aturan syara’, nilai dan hadharah Islam. Manajemen Islami (syariah) berpijak
commit to user
2.7. Komunikasi Strategi
Tujuan dari setiap pengukuran kinerja adalah memotivasi semua
manajer dan pekerja agar melaksanakan strategi unit bisnis dengan berhasil.
Perusahaan yang dapat menerjemahkan strategi ke dalam sistem pengukuran
akan jauh lebih mampu melaksanakan strategi karena dapat mengomunikasikan
tujuan dan sasarannya. Komunikasi ini memfokuskan manajer dan pekerja
kepada berbagai faktor pendorong penting, yang memungkinkan keselarasan
investasi, inisiatif, dan tindakan dengan pencapaian strategis. Oleh karena itu,
balanced scorecard yang berhasil adalah balanced scorecard yang berhasil
mengomunikasikan strategi melalui sekelompok ukuran finansial dan
nonfinansial yang terpadu (Kaplan dan Norton, 1996). Kaplan dan Norton
(1996) memperkenalkan tiga prinsip yang memungkinkan balanced scorecard
dikaitkan dengan strategi perusahaan.
1) Hubungan sebab akibat.
Sistem pengukuran kinerja harus mengidentifikasi dan membuat eksplisist
ukuran hipotesis tentang hubungan sebab akibat antara ukuran hasil
dengan faktor pendorong kinerjanya. Setiap ukuran yang dipilih untuk
balanced scorecard harus menjadi unsur suatu rantai hubungan sebab
akibat yang mengomunikasikan arti strategi unti bisnis kepada seluruh
perusahaan.
2) Faktor pendorong kinerja.
Faktor pendorong kinerja adalah faktor-faktor khusus yang terdapat pada
commit to user
strategi unit bisnis, misalnya faktor pendorong finansial dari profitabilitas,
segmen pasar yang dipilih unit bisnis, serta tujuan proses internal,
pembelajaran dan pertumbuhan tertentu yang akan memberi nilai
pelanggan dan segmen pasar sasaran.
3) Keterkaitan dengan masalah finansial.
Sebuah balanced scorecard harus tetap menitikberatkan kepada hasil,
terutama yang bersifat finansial seperti return on capital employed atau
nilai tambah ekonomis. Hubungan sebab akibat semua ukuran dalam
sebuah scorecard harus terkait dengan setiap tujuan finansial perusahaan.
2.8. Penelitian Terdahulu
Burney dan Swanson (2010) melakukan penelitian untuk menguji
hubungan antara karakteristik balanced scorecard dan kepuasan kerja manajer.
Penelitian ini dilakukan terhadap 763 akuntan manajer yang terdafar sebagai
anggota Institute Management Accountant pada tahun 2009. Karakteristik
masing-masing balanced scorecard diwakili oleh perspektif yang berbeda.
Perspektif keuangan diwakili oleh dampak keuangan, Perspektif konsumen
diwakili oleh dampak konsumen, proses bisnis internal diwakili oleh dampak
kualitas produk, dampak kinerja operasional, dan proses inovasi, sedangkan
perspektif pembelajran dan pertumbuhan diwakili oleh dampak karyawan,
dampak kemampuan sistem informasi, dan dampak prosedur organisasi. Hasil
peneltian yang dilakukan oleh Burney dan Swanson (2010) tersebut antara lain
commit to user
persepsi manajer dalam kekuatan hubungan antara pengukuran kinerja dan
strategi organisasi. Penelitian ini juga menemukan bahwa indikator-indikator
kinerja nonfinansial yang terkandung dalam balanced scorecard mempunyai
hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja manajer.
Lau (2008) melakukan penelitian untuk menguji hubungan antara
ukuran-ukuran kinerja nonfinansial dan kejelasan peran, keadilan prosedural
serta kinerja manajerial. Penelitian ini dilakukan terhadap 149 manajer di
Inggris pada tahun 2008. Ukuran kinerja nonfinansial berdasarkan pada tiga
perspektif dalam balanced scorecard yang dikembangkan oleh Kaplan dan
Norton (1996), yaitu perspektif konsumen, proses bisnis internal, dan
pembelajaran dan pertumbuhan. Hasil penelitian ini pertama, menunjukkan
bahwa ukuran kinerja nonfinansial berhubungan dengan kenaikan kerja
karyawan yang terkait dengan hasil termasuk meningkatnya kejelasan peran,
meningkatnya keadilan procedural, dan meningkatnya prestasi kerja. Kedua,
penggunaan ukuran kinerja nonfinansial sebagai evaluasi kinerja memiliki efek
yang spositif signifikan terhadap kejelasan peran karyawan. Ketiga,
penggunaan ukuran kinerja nonfinansial juga memiliki pengaruh signifikan
terhadap keadilan prosedural. Keempat, ukuran kinerja nonfinansial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajerial.
Hu et.a.l (2004) melakukan penelitian untuk menguji dampak
kepemimpinan transformasional manajer penjualan terhadap kepuasan kerja
karyawan bagian penjualan. Penelitian dilakukan dengan melakukan survey
commit to user
di Taiwan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
positif signifikan antara kepemimpinan transformasional manajer dan
kepuasan kerja karyawan bagian penjualan. Selain itu, uji empiris
menunjukkan bahwa inspirasi motivasi dari manajer, stimulasi intelektual, dan
pertimbangan individual secara signifikan dapat memprediksi kepuasan kerja
karyawan bagian penjualan.
Kosteas (2009) melakukan penelitian untuk menguji dampak promosi
dan harapan promosi jabatan terhadap kepuasan kerja. Survey dilakukan
terhadap 5.388 responden yang terangkum dalam National Longitudinal
Surveys of Youth 1979 (NLSY79) dalam rentang tahun 1994-2006. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa promosi jabatan yang dilakukan perusahaan
dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan sebesar 90%.
Arbiyani (2004) melakukan penelitian untuk menguji apakah
partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik
anggaran, pendidikan dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh terhadap
kepuasan kerja manajer pada perusahaan manufaktur. Survei dilakukan
terhadap 58 orang manajer pada perusahaan manufaktur yang memiliki aktiva
bersih lebih dari satu milyar rupiah dengan jumlah karyawan lebih dari 100
orang. Hasil uji empiris menunjukkan bahwa variabel partisipasi penyusunan
anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran, pendidikan dan
pengalaman kerja secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja
commit to user
Parwanto dan Wahyudin (2005) melakukan penelitian untuk menguji
pengaruh faktor-faktor kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan. Penelitian
dilakukan terhadap 45 orang karyawan pusat pendidikan Komputer Akuntansi
IMKA Surakarta. Penelitian tersebut menunjukkan hasil sebagai berikut.
Pertama, faktor kepuasan kerja, gaji, kepemimpinan, dan sikap rekan sekerja
mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja karyawan. Kedua,
Sikap rekan sekerja merupakan faktor kepuasan kerja yang mempunyai
pengaruh paling dominan besar dibandingkan variabel lain terhadap kinerja.
Ketiga, Faktor kepuasan kerja, gaji, kepemimpinan, dan sikap rekan sekerja
dapat menjelaskan variasi kinerja karyawan sebesar 99,5 % sedangkan sisanya
0,5 % dijelaskan oleh faktor kepuasan kerja lain di luar model
2.9. Perumusan Hipotesis
2.8.1. Karakteristik Balanced Scorecard terhadap kepuasan kerja
manajer.
Balanced scorecard menurut Robert S. Kaplan dan David P.
Norton (1996) merupakan suatu metode penilaian yang mencakup
empat perspektif untuk mengukur kinerja perusahaan, yaitu perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Kepuasan kerja adalah variabel penting untuk memahami
efektivitas organisasi secara keseluruhan (Rusbult et al, 1988). Pada
dasarnya, kepuasan kerja mencerminkan bagaimana seorang individu
commit to user
hubungan positif antara karakteristik balanced scorecard dengan
kepuasan kerja akuntan manajer (Burney dan Swanson, 2010).
Kepemimpinan transformasional manajer dan kepuasan kerja karyawan
bagian penjualan mempunyai hubungan yang positif signifikan (Hu et
al, 2004). Promosi jabatan yang dilakukan perusahaan dapat
meningkatkan kepuasan kerja karyawan sebesar sembilan puluh persen
(Kosteas, 2009). Partisipasi penyusunan anggaran, kejelasan sasaran
anggaran, umpan balik anggaran, pendidikan dan pengalaman kerja
secara bersama-sama berpengaruh terhadap kepuasan kerja manajer
(Arbiyani, 2004). Faktor kepuasan kerja, gaji, kepemimpinan, dan sikap
rekan sekerja mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap
kinerja karyawan (Parwanto dan Wahyudin, 2005).
Melalui komunikasi strategi, balanced scorecard diharapkan
dampak kepuasan kerja dalam dua cara. Pertama, komunikasi ini harus
membantu para manajer memahami perilaku yang diinginkan oleh
perusahaan. Memiliki informasi peran meningkatkan pemahaman peran
kerja individu (Viator, 2001). Penelitian sebelumnya menemukan
bahwa klarifikasi harapan kerja melalui informasi peran mengarah ke
tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi (Ameen et al, 1995 dalam
Burney dan Swanson, 2010). Mengingat temuan ini sebelumnya,
penyediaan umpan balik balanced scorecard akan diharapkan
mempengaruhi kepuasan kerja manajer pada bank syariah di Surakarta.
commit to user
scorecard dengan menguji apakah masing-masing karakteristik
balanced scorecard berpengaruh terhadap kepuasan kerja manajer bank
syariah di Surakarta. Hipotesis formal untuk kepuasan kerja manajer
adalah:
H1 : Perhatian manajer pada kepuasan pelanggan berpengaruh
terhadap kepuasan kerja manajer.
H2: Perhatian manajer pada langkah-langkah proses bisnis internal
berpengaruh terhadap kepuasan kerja manajer.
H3: Perhatian manajer pada tindakan pembelajaran dan
pertumbuhan berpengaruh terhadap kepuasan kerja
manajer.
2.8.2. Komunikasi strategi dan kepuasan kerja manajer
Tujuan utama dari setiap sistem pengukuran kinerja ini
adalah untuk memotivasi para manajer untuk membuat keputusan yang
konsisten dengan strategi keseluruhan perusahaan (Kaplan dan Norton,
1996). Membangun komunikasi antara strategi perusahaan dan
mengukur kinerja balanced scorecard membedakan dari sistem
tradisional dan merupakan karakteristik kedua kepentingan dalam studi
saat ini (Kaplan dan Norton, 1996). Komunikasi ini mencerminkan
strategi sebab akibat hubungan, yang berkembang dari strategi
perusahaan. Ketika pengukuran kinerja dipilih dengan cara ini, tujuan
manajer didorong untuk dilaksanakan sejalan dengan tujuan perusahaan
commit to user
scorecard memungkinkan manajer untuk memahami bagaimana ukuran
hasil dipengaruhi oleh tindakan mereka (Atkinson, 2006; Burney dan
Widener, 2007; Kaplan dan Atkinson, 1 998; Maïga dan Jacobs, 2003
dalam Burney dan Swanson, 2010). Dengan demikian, manajer
didorong untuk mengejar tujuan perusahaan daripada membuat
keputusan berdasarkan pada tujuan individu atau departemen (Kaplan
dan Norton, 1996).
Penelitian pada komunikasi strategi menunjukkan bahwa
sebagian besar balanced scorecard perusahaan adalah memilih
kombinasi beragam langkah-langkah untuk sistem pengukuran kinerja
mereka (Sandhu et al., 2008;. Towers Perrin, 1996 dalam Burney dan
Swanson, 2010). Karyawan di perusahaan yang menerapkan balanced
scorecard juga memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai tujuan
perusahaan daripada mereka di bawah sistem pengukuran kinerja
tradisional (Ittier dan Larcker, 1998). Pada akhirnya, ketika
langkah-langkah yang manajer anggap penting atau membantu termasuk dalam
evaluasi kinerja, mereka melaporkan perubahan dalam tindakan mereka
(Malina dan Selto, 2001; Van der Stede et al, 2006 dalam Burney dan
Swanson, 2010). Hipotesis berikutnya untuk penelitian ini adalah:
H4: Kekuatan dari komunikasi strategi berpengaruh terhadap
commit to user
2.10. Kerangka Teoritis
Sesuai dengan yang telah diuraikan diatas mengenai hubungan antara
perhatian manajer terhadap karakteristik balanced scorecard dalam pembuatan
keputusan dan kepuasan kerja manajer serta hubungan antara komunikasi
strategi dan kepuasan kerja manajer, maka model penelitian yang diajukan
dapat dilihat pada gambar II.1 berikut ini.
Gambar II. 1. Kerangka Pemikiran Penelitian. Karaktristik balanced
scorecard:
· Kepuasan Pelanggan · Proses Bisnis Internal · Pertumbuhan dan
pembelajaran
Kepuasan kerja manajer
Kekuatan komunikasi strategi Karaktristik balanced
scorecard:
· Kepuasan Pelanggan · Proses Bisnis Internal · Pertumbuhan dan