1
PERILAKU STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG
DENGAN KONSEP DESAIN PENULANGAN
PADA JALUR AREA TARIK
Naskah Publikasi
Diajukan dan dipertahankan pada ujian Pendadaran
Tugas Akhir dihadapan Dewan Penguji
Pada tanggal 15 Desember 2014
Diajukan oleh :
Aris Triyono
NIM : D 100 010 130
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
PERILAKU STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG
DENGAN KONSEP DESAIN PENULANGAN
PADA JALUR AREA TARIK
Diajukan dan dipertahankan pada ujian Pendadaran
Tugas Akhir dihadapan Dewan Penguji
Pada tanggal 15 desember 2014
Diajukan oleh :
Aris Triyono
NIM : D 100 010 130
Susunan Dewan Penguji:
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Yenny Nurchasanah, ST., MT. Budi Setiawan, ST., MT.
PERILAKU STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG
DENGAN KONSEP DESAIN PENULANGAN
PADA JALUR AREA TARIK
Aris Triyono 1) 1)
Jurusan Teknik Sipil FT Universitas Muhammadiyah Surakarta, Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Surakarta
Email: aristriyono511@ymail.com
ABSTRAKSI
Beton bertulang sebagai elemen balok umumnya diberi tulangan memanjang (lentur) dan
tulangan sengkang (geser). Tulangan lentur untuk menahan pembebanan momen lentur yang terjadi
pada balok, sedangkan tulangan geser untuk menahan pembebanan gaya geser. Secara konvensional,
penulangan pada balok saat ini di posisikan pada bagian atas dan bagian bawah balok seiring dengan
kebutuhan pada gaya tarik dan gaya tekannya. Tulangan pada balok komposit tersebut berfungsi untuk
menahan gaya tarik, mengingat keberadaaan sumber daya alam sebagai bahan olah besi semakin sangat
terbatas, maka perlu dibuat konsep desain penulangan yang dikuhususkan untuk menahan gaya tarik saja
pada area gaya tekannya sesuai dengan fungsi tulangan pada beton komposit tersebut tanpa
menambahkan penulangan pada area gaya tekan..
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beton sebagai bahan struktur bangunan telah dikenal sejak lama karena
mempunyai banyak keuntungan-keuntungan
dibanding dengan bahan bangunan yang
lain.Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil
mengalami perkembangan dengan cepat. Beton
merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam struktur bangunan pada saat
ini, karena sistem konstruksi beton mempunyai
kelebihan, diantaranya yaitu mempunyai kuat
tekan tinggi. Beton juga telah banyak
mengalami perkembangan-perkembangan baik
dalam teknologi pembuatan campurannya
ataupun teknologi pelaksanaan konstruksinya.
Bahan susun beton pada dasarnya adalah
semen, pasir, kerikil dan air. Perkembangan
b e t o n p a d a s a a t i n i yaitu komposit antara
material beton dan tulangan baja, sehingga
menjadi satu kesatuan konstruksi yang
mempunyai kuat tekan dan kuat tarik tinggi
Beton bertulang sebagai elemen
balok umumnya diberi tulangan memanjang
(lentur) dan tulangan sengkang (geser).
Tulangan lentur untuk menahan pembebanan
momen lentur yang terjadi pada balok,
sedangkan tulangan geser untuk menahan
pembebanan gaya geser.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, bahan yang
digunakan sebagai komposisi balok beton adalah
pasir, semen, kerikil, dan menggunakan baja
sebagai tulangan dengan model yg berbeda. baja
dipilih karena memiliki nilai kekuatan lebih
dibanding dengan tulangan lain, sehingga tepat
bila baja kita pakai karena saat ini tulangan yang
kuat dan mudah didapat.
Permasalahan yang akan kami selesaikan
adalah untuk mengkaji perilaku lentur dari balok
beton bertulang dengan konsep penulangan pada
area gaya tarik. Tinjauan yang dilakukan adalah
mengkaji bagaimana perilaku keruntuhan lentur
dari balok beton bertulang dengan konsep
penulangan pada area gaya tarik.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan Penulisan Tugas Akhir ini
:
1. Menganalisis perilaku keruntuhan lentur dari
balok beton bertulang dengan konsep penulangan
pada area gaya tarik
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak meluas dan
hasil penelitian menjadi lebih jelas, maka perlu
diberikan batasan sebagai berikut:
1). Semen yang digunakan yaitu semen Holcim.
2). Air yang dipakai berasal dari Laboratorium
Teknik Sipil, Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
3). Beton tulangan yang drencanakan dengan
kuat tekan f’c 25MPa
4). Jenis benda uji:
(a). Balok beton dengan ukuran 100 x 20 x
10cm dengan tulangan normal.
(b). Balok beton dengan ukuran 100 x 20 x
10cm dengan tulangan area pada jalur
area tarik
5). Perencanaan beton berdasarkan
perbandingan berat antara semen, pasir, dan
kerikil adalah sesuai SK.SNI.T-15-2002-03 ’ = 20MPa.
6). Pelaksanaan pengujian dilakukan di
Laboratorium Teknik Sipil, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
II.Tinjauan Pustaka
A. Beton
Beton adalah bahan bangunan yang
dihasilkan dari campuran antara semen Portland,
pasir, batu pecah dan air. Beton mempunyai
kelebihan daripada bahan yang lain, antara lain
karena harganya relatif lebih murah daripada
baja, tidak memerlukan biaya perawatan seperti
baja, dan tahan lama karena tidak busuk atau
berkarat. Semen Portland dan air setelah bertemu
akan bereaksi membentuk jel yang dalam
beberapa hari menjadi keras dan saling melekat.
Agregat (pasir dan batu pecah) tidak mengalami
proses kimia, melainkan hanya sebagai bahan
pengisi saja, yaitu bahan yang dilekatkan. Beton
yang baik mempunyai ciri – ciri sebagai berikut
(Tjokrodimuljo, 1996) sbb: Kuat tekan tinggi,
kuat tarik tinggi, Rapat air, Tahan ausan, Tahan
cuaca (panas – dingin), sinar matahari, Tahan
terhadap zat – zat kimia (terutama sulfat),
Susutan pengerasannya kecil, Elastisitasnya
(modulus elastis) tinggi.
Secara umum beton mempunyai sifat
kelebihan dan kekurangan tertentu jika
dibadingkan dengan bahan-bahan lain
(Tjokrodimuljo, 1996).
1. Sifat kelebihan beton
Beton termasuk bahan yang
mempunyai kuat tekan tinggi, serta mempunyai
sifat tahan terhadap pengkaratan atau
pembusukan dan tahan terhadap kebakaran,
Harga relatif murah karena menggunakan bahan
dasar dari lokal, kecuali semen Portland, Beton
segar dapat dengan mudah diangkut maupun
dicetak dalam bentuk yang sesuai keinginan, Kuat
tekan yang tinggi, apabila dikombinasikan
dengan baja tulangan dapat digunakan untuk
struktur berat, Beton segar dapat disemprotkan
pada permukaan beton lama yang retak, maupun
diisikan ke dalam retakan beton pada saat
perbaikan, dan memungkinkan untuk dituang
pada tempat-tempat yang posisinya sulit.
2. Sifat kekurangan beton
Beton mempunyai kuat tarik yang rendah,
sehingga mudah retak, Beton segar mengalami
susut pada saat pengeringan, dan beton segar
mengembang jika basah, Beton keras mengeras
dan menyusut apabila terjadi perubahan suhu,
Beton sulit untuk kedap air secara sempurna,
sehingga selalu dapat dimasuki air, dan air yang
membawa kandungan garam dapat merusak
beton, Beton bersifat getas (tidak daktail).
B. Baja
Baja tulangan yang digunakan adalah
baja tulangan polos yang ada di pasaran dengan
diameter 10mm dan 5mm. Tulangan polos 10mm
digunakan sebagai tulangan balok.Tulangan leleh
baja yang dipakai sebesar 350MPa.
Baja merupakan paduan antara besi dan
karbon. Besi murni tanpa paduan karbon tidak
dapat kuat, akan tetapi bila dipadu dengan karbon
kekuatannya bertambah. Baja dapat dibedakan
menjadi 3 jenis sesuai dengan jumlah kandungan
karbonnya, yaitu (Tjokrodimuljo, 1996) :
1). Baja dengan sedikit karbon. Baja ini
mengandung karbon karbon sampai 0,25%,
baja ini biasa disebut baja lunak atau baja
struktur.
2). Baja dengan karbon sedang. Baja ini
mengandung karbon antara 0,25 – 0,7%
3). Baja dengan karbon banyak. Baja ini
III. LANDASAN TEORI
Analisis Penampang Balok
Gambar 3.1 Diagram tegangan balok bertulangan rangkap
A. Sistem Penulangan Balok
Pada prinsipnya, sistem perencanaan tulangan balok dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu :
perencanaan balok dengan tulangan pokok satu arah dan perencanaan balok dengan tulangan pokok dua arah
(Asroni, 2000).
B. Kuat Tekan Beton
Besarnya kuat tekan beton untuk benda uji silinder digunakan rumus sebagai berikut:
fc’ =
A
P
maks... .III.2
C. Kapasitas Lentur Balok Beton
Gambar III. 2. Skema pengujian kuat lenturbalok beton.
1). Tinjauan kapasitas lentur berdasarkan pengujian
Mmaks = ¼. P . L + ⅛ . q . L² ... .III.3 2). Tinjauan kapasitas lenturberdasarkan analisis teoritis.
2.a) Balok beton normal
b
As’
c
A
s
d
‐
d’
d
ε
s
T
=
A
sf
yC
1
a
=
β
1
.c
d’
X 1/2 L 1/2 L
P
X L
X
2.b) Balok beton penulangan area tarik
Gambar III.3. Potongan penampangbalok normal & Beton penulangan area tarik
IV. METODE PENELITIAN
A. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah :
1).
Semen portland yang digunakan adalah jenis I merek Gresik.2).
Air yang digunakan dari Laboratorium Bahan Bangunan Jurusan Teknik SipilUniversitas Muhammadiyah Surakarta.
3).
Agregat halus (pasir) yang digunakan berasal dari Klaten.4).
Agregat kasar (batu pecah) yang digunakan berasal dari Wonogiri.5).
Kawat baja las (wire mesh) yang umum di pasaran sebagai tulangan balok dengandiameter 5,2mm, ulir dan spesi 150mm.
B. Alat Yang Digunakan
Peralatan yang digunakan antara lain
timbangan, gelas ukur, tabung ukur, volumetric
flash, saringan, kerucut conus, kerucut Abram’s,
Mesin uji Los Angeles, oven, mollen, mesin uji
kuat tekan, mesin uji kuat lentur dan peralatan
penunjang lainnya.
10
80 10
40
A
P
1
A
1 0 8 0 1 0
B B
A A
B B
2 0
1 0 1 0
2 0 2 0
4 Ø 1 0
4 Ø 1 0
P O T . A -A P O T . B -B
P O T . A -A 1 0
C. Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 5
tahap, yaitu :
1). Tahap I : Persiapan
2). Tahap II : Pemeriksaan bahan
3). Tahap III : Penyediaan benda uji
4). Tahap IV : Pengujian benda uji
5). Tahap V : Analisa data dan kesimpulan
Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian
yang dilakukan dilukiskan dalam bentuk bagan
Gambar IV.1. Bagan alur penelitian.
Tahap II Agregat halus
Perbaikan
Uji bahan : a.Specific gravity
dan absorbsi b.Gradasi agregat
kasar c.Keausan agregat
kasar Agregat kasar
Memenuhi syarat ( ? )
Air
Uji visual
T i
da
k
Tahap I
Y a
Rencana campuran
Pembuatan adukan beton
Uji lentur beton
Pembuatan benda uji
Ya
Perawatan benda uji
Perbaikan komposisi campuran
Tahap III
Pengujian berat jenis dan
kuat lentur balok beton
Uji bahan :
a.
Kandungan
bahan organik
b.Gradasi
dan
kandungan lumpur
c.
Specific gravity dan absorbsi
Persiapan
alat
dan
bahan
Mulai
Tidak Semen
Tida k
Tahap IV
Analisa data dan pembahasan
Kesimpulan, dan saran
Selesai
Tahap V Ya
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pengujian Bahan 1.Pengujian agregat halus
Hasil pemeriksaan agregat halus secara lengkap dapat dilihat pada tabel V.1.
Tabel V.1. Hasil pengujian agregat halus.
Jenis pemeriksaan pasir Hasil
pemeriksaan Standar
Catatan
Kandungan bahan
organik
Kuning
kecoklatan - (SK SNI S-04-1989 F)
Memenuhi
Nilai Saturated Surface
Dry (SSD) 3,63 cm
> ½ tinggi
kerucut (PBI 1971)
Memenuhi
Berat jenis SSD 2,632gr/cm3 2,5 - 2,7 gr/cm3 (SNI-T-15-1990-03) Memenuhi
Penyerapan (Absorbsi) 2,041 % < 5 % (SNI 1970:2008) Memenuhi
Kadar lumpur 2,04 % < 5 % (SK SNI S-04-1989 F) Memenuhi
Batas gradasi Daerah II - (SNI-T-15-1990-03) Memenuhi
Modulus halus butir 3,04 1,5 - 3,8 (SK SNI S-04-1989 F) Memenuhi
Kadar air 2,041 % -
-2. Pengujian agregat kasar.
Hasil pemeriksaan agregat kasar secara lengkap dapat dilihat pada tabel V.3.
Tabel V.2. Hasil pemeriksaan agregat kasar.
Jenis pemeriksaan
kerikil Hasil pemeriksaan Standar
Catatan
Keausan agregat 26,4 % <40 % (SK SNI S-04-1989 F) Memenuhi
Berat jenis SSD 2,603gr/cm3 2,5 - 2,7
gr/cm3 (SNI-T-15-1990-03)
Memenuhi
Penyerapan (Absorbsi) 3,061 % < 5 % (SNI 1969:2008) Memenuhi
Tabel V.3. Hasil pengujian momen lentur beton.
Variasi
Benda Uji fas
Beban benda uji (P) Lend utan (d is p la ce m en t)
L b h W
q Momen lentur balok beton W/1000 1/4*P*L+1/ 8*q*L2 1/3*(10)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
N mm mm mm mm N N/mm N.mm N.mm
Balok
Normal 1
P
0,5 47500 8,96 1000 100 200 750 0,940 11.992.500
0,5 47000 7,77 1000 100 200 940 0,940 11.867.500 11.950.708,33
0,5 47500 8,46 1000 100 200 937 0,937 11.992.125
Balok
Normal 2
P
0,5 75000 11,85 1000 100 200 611 0,611 18.826.375
0,5 75500 9,29 1000 100 200 623 0,623 18.952.875 18.910.458,33
0,5 75500 9,58 1000 100 200 617 0,617 18.952.125
Balok
Area
Tarik 1 P
0,5 40500 11,69 1000 100 200 660 0,660 10.207.500
0,5 41500 11,43 1000 100 200 670 0,670 10.458.750 10.416.333
0,5 42000 11,75 1000 100 200 662 0,662 10.582.750
Balok
Area
Tarik 2 P
0,5 48500 7,86 1000 100 200 755 0,755 12.219.375
0,5 49500 7,79 1000 100 200 750 0,750 12.468.750 12.385.500
0,5 49500 7,82 1000 100 200 747 0,747 12.468.375
Dari Tabel IV.6. di atas hasil pengujian momen maksimum lentur rata - rata balok normal didapat
momen maksimum lentur rata - rata yaitu 11.950.708,33kNm. Untuk hasil pengujian momen maksimum
lentur rata - rata balok beton adalah 10.416.333kNm ; 12.385.500kNm; 18.910.458,33kNm
B. Pengujian Kuat Tekan Beton
Hasil pengujian kuat tekan beton dapat dilihat pada Tabel V.5.
Tabel V.4. Hasil pengujian kuat tekan beton umur 28 hari.
Benda uji Kuat tekan beton (fc') Kuat tarik putus baja
(fkap) Tin
ggi efek ti f (d) D iameter tulangan (Ø
) b
L uas t u lan gan Tari k (A s ) Tinggi Tegangan Balok Beton (a) Panjang lengan (Z) Momen kapasitas Balok
(Mkap)
MPa MPa mm mm mm mm2 Mm mm kNm
Balok
Dari Tabel IV.4. di atas hasil analisis teoritis momen kapasitas lentur untuk balok beton normal adalah
2,996kNm.
1. Hasil analisis teoritis.
Hasil analisis teoritis balok beton normal. Hasil analisis teoritis momen lentur pelat beton normal
dapat dilihat pada Tabel V.6.
Tabel V.5. Hasil analisis teoritis momen lentur beton normal.
Benda
uji
fc' fy d Ø b As ρmin ρ ρmaks a
Momen
nominal
(Mn)
MPa MPa mm mm mm mm2 % % % mm N.mm
Balok
Normal
25,559 603,706 60 5,2 500 84,949 0,0023 0,0028 1,143 4,721 2.955.981,5
Dari Tabel V.5. di atas hasil analisis teoritis momen lentur maksimum untuk balok beton normal
adalah 2.955.981,5N.mm.
2. Selisih hasil pengujian dan analisis.
Selisih hasil pengujian dan analisis momen lentur beton dapat dilihat pada Tabel V.6.
Variasi
Benda Uji
Hasil uji
laboratorium
Hasil hitungan
analisis Selisih hasil
Prosentase
selisih
Prosentase
selisih
rata-rata
(kN.m) (kN.m) (kN.m) (%) (%)
Balok
Normal
3,695 2,956 0,74 20,00
3,920 2,956 0,96 24,60 23,06
3,920 2,956 0,96 24,59
Balok
Normal 1 P
3,887 2,872 1,01 26,10
3,438 2,872 0,57 16,45 21,38
3,662 2,872 0,79 21,57
Balok Area
Tarik 1 P
3,892 2,885 1,01 25,87
3,893 2,885 1,01 25,89 25,88
3,892 2,885 1,01 25,88
Balok Area
Tarik 2 P
3,901 2,895 1,01 25,79
3,676 2,895 0,78 21,23 24,26
Dari Tabel V.6. di atas didapat selisih hasil pengujian dan analisis untuk balok beton normal ; balok
area tarik 1 P ; balok beton area tarik 2 P dengan variasi berturut – turut adalah 23,06% ; 21,38% ; 25,88% ;
24,26%. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis di atas terdapat perbedaan selisih nilai momen kapasitas
lentur balok diantara keduanya. Momen kapasitas lentur hasil pengujian lebih besar dari pada hasil analisis.
C. Perhitungan Lendutan Maksimum
1.
Hasil pengujian.Tabel V.7. Hasil pengujian lendutan maksimum beton.
Variasi
benda uji
P maksimum P maksimum rata-rata
Lendutan
maksimum
Lendutan
maksimum
rata-rata
( N ) (N) (mm) (mm)
(1) (2) (3) (4) (5)
Balok Normal
1 P
16000 8,96
8,397 17000 16666,67 7,77
17000 8,46
Balok normal
2 P
17000 11,85
10,24 15000 16000 9,29
16000 9,58
(1) (2) (3) (4) (5)
Balok Area
Tarik 1 P
17000 11,69
11,623 17000 17000 11,43
17000 11,75
Balok Area
Tarik 2 P
17000 7,86
7,823 16000 16666,67 7,79
17000 7,82
Dari Tabel V.7. di atas hasil pengujian lendutan maksimum balok beton dengan variasi beton normal
1 P; beton normal 2 P; beton “U” 1 P; beton “U” 2 P berturut – turut adalah 8,397mm ; 10,24mm ;
11,623mm ; 7,823mm.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah diadakan tahap pembuatan benda
uji, perawatan benda uji, pengujian kuat lentur
pelat beton pada umur 28 hari, serta analisis yang
telah dilakukan, akhirnya penelitian ini dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1).
Beton penulangan area tarik bisa dipakai menjadi alternatif karena dari penelitianjustru memiliki daya lentur yang lebih
tinggi.
2).
Hasil pengujian momen maksimum lentur rata - rata balok normal didapat momen11.950.708,33kNm. Untuk hasil pengujian
momen maksimum lentur rata - rata balok
beton adalah 10.416.333kNm ;
12.385.500kNm 18.910.458,33kNm
3).
Hasil analisis teoritis momen kapasitas lentur untuk balok normal adalah 2,872kNm.Untuk hasil analisis teoritis untuk balok
penulangan area tarik 1 P adalah 2,885kNm
dan balok penulangan area tarik 2 P adalah
2,895kNm.
4).
Presentasi selisih momen kapasitas lentur rata-rata hasil uji laboratorium dan analisisuntuk balok beton normal ; balok penulangan
area tarik 1 P ; balok beton penulangan area
tarik 2 P dengan variasi berturut – turut
adalah 23,06% ; 21,38% ; 25,88% ; 24,26% ,
5).
Beban hidup maksimal pengujian (qL,pengujian) rata- rata beton balok dengan variasi balokbeton normal ; balok penulangan area tarik
1 P ; balok beton penulangan area tarik 2 P
berturut – turut adalah 20,7kN/m2 ;
19,9kN/m2 ; 21,2kN/m2 ; 20,7kN/m2. Hasil
beban hidup maksimal pengujian
(qL,pengujian) lebih besar dari beban hidup
maksimal untuk bangunan kantor (qL,teoritis =
2,5kN/m2).
B. Saran
Berdasarkan pengamatan selama
pelaksanaan penelitian, maka peneliti
memberikan saran sebagai berikut :
1). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai balok beton dengan menggunakan
tulangan baja dengan bahan baku lainnya,
agar diperoleh balok beton dengan volume
ringan dan mempunyai kekuatan yang besar
untuk menahan beban yang dipikulnya.
2). Dalam penggunaan baja untuk penelitian
balok beton, perlu dilakukan pengukuran
diameter baja yang lebih teliti untuk
keperluan hitungan analisis momen lentur
balok beton itu sendiri.
3). Perlu dicoba lakukan penelitian lanjutan
dengan menggunakan bajadengan diameter
lebih besar supaya didapatkan perbandingan
yang tepat dan ekonomis.
4). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai balok beton dengan menggunakan
tulangan baja las dengan ukuran dimensi
balok yang lebih besar, supaya didapatkan
alternatif penggunaan balok diberbagai
tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1971. Peraturan Beton Bertulang
Indonesia N.1.-2 1971, Direktorat
Penyelidikan Masalah Bangunan,
Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik, Bandung.
Anonim, 1982, Persyaratan Umum Bahan
Bangunan Di Indonesia (PUBI 1982),
Direktorat Penyelidikan Masalah
Bangunan, Jakarta.
Anonim, 1990, Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal, SK SNI
T-15-1990-03, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pekerjaan Umum,
Departemen Pekerjaan Umum,
Jak`arta.
Asroni, A., 2000, Struktur Beton 1 (Balok dan
Plat Beton Bertulang), Jurusan
Teknik Sipil Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta
Asroni, A., 2007, Balok dan Pelat Beton
Bertulang, Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik, Universitas
Asroni, A., 2010, Kolom Fondasi dan Balok T
Beton Bertulang, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
Mulyono, T., 2003, Teknologi Beton, Penerbit
Andi, Yogyakarta.
Puspantoro, Ing. B., 1993, Teori Dan Analisis
Balok Grid, Penerbit Andi Offset,
Yogyakarta.
Schodek, D.L., (Terjemahan Bambang
Suryoatmono)., 1999. Struktur,
Erlangga, Jakarta.
Tjokrodimuljo, K., 1996. Teknologi Beton, Nafiri.