• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG

DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

Oleh :

Riza Aryanti 1) & Zulfira Mirani 2)

1)

Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas

2)

Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT

Flexural test equipment is commonly found in laboratory. Hence, compressive stress machine or Universal Testing Machine (UTM) is being modified. So we can conduct the test on flexural test equipment. Reinforced concrete beam which will be tested is designed beam base on under reinforced condition.

Beam sample is assumed as simple beam and the weight is on the beam axis. To be able to use compressive stress machine or UTM referring to the needs of model so that modification and setting up are implemented. After we do the test in under reinforced condition is show that concrete beam has failure after the steel bar yield.

Keywords: reinforced concrete, flexural test equipment under reinforced, compressive stress machine / universal testing machine (UTM)

1. PENDAHULUAN

Beton merupakan material yang masih

mendominasi pemakaian bahan konstruksi. Hal

inii disebabkan bahan pembuat beton mudah

dicari dan didapat, lebih murah dan lebih praktis

dalam pengerjaan serta mampu memikul beban

yang cukup besar. Disamping itu, beton juga

dapat dibentuk sedemikian rupa sehingga

dapat memperindah bentuk suatu bangunan.

Balok sebagai elemen struktur yang

sekarang dijumpai, dalam aplikasi di lapangan

merupakan elemen yang cukup besar

peranannya dalam memikul beban, terutama

untuk memikul beban lentur.

Pada perencanaan lentur balok beton

bertulang, penampang balok dapat

direncanakan bertulangan kurang, lebih dan

seimbang yang akan mengakibatkan

keruntuhan tarik, keruntuhan tekan dan

keruntuhan seimbang.

Secara teoritis sangat mudah melihat

perbedaan dari ketiga jenis perencanaan

tersebut, yaitu hanya dengan membatasi nilai

rasio tulangan tarik terhadap nilai rasio

tulangan seimbang. Tetapi sangat sulit

membayangkan bentuk keruntuhan yang terjadi

dari ketiga jenis perencanaan tersebut.

Untuk itu diperlukan suatu proses yang

nyata untuk melihat secara langsung

keruntuhan tarik, keruntuhan tekan dan

keruntuhan seimbang ini.

Dalam tulisan ini akan dibahas

bagaimana melakukan modifikasi terhadap alat

uji tekan untuk digunakan pada pengujian lentur

balok beton bertulang, sehingga alat uji tekan

yang ada juga dapat dimanfaatkan untuk

pengujian lentur balok beton bertulang.

2. MATERI DAN METODA 2.1. Perencanaan Dimensi Balok

Berdasarkan Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI

03-2847-2002 (tabel 8, hal 63) dengan bentang

balok yang diambil 1 m maka direncanakan

dimensi balok sebagai berikut :

1) tebal balok (h) :

(2)

16

Gambar 1. Penampang balok

2.2. Perencanaan Tulangan

Pada Gambar 2 berturut-turut

disajikan sebuah penampang melintang beton

dengan tulangan lentur tunggal, diagram

regangan dan diagram tegangan. Diagram

regangan tersebut berdasarkan = 0,3% dan

tegangan tarik baja

cu

Diagram ini menyatakan bahwa

regangan tekan beton dan batas leleh baja

yang disyaratkan tercapai bersamaan.

2.3. Persyaratan Kekuatan Lentur

Menurut Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

untuk Bangunan Gedung SNI 03-2847-2002,

persyaratan kekuatan lentur adalah :

u

n M

M ≥

φ ……….(1) dimana φ untuk lentur murni adalah 0,8.

Persyaratan di atas dapat juga dituliskan

Mu≤φMn……….(2)

100 mm

150 mm

Dengan persyaratan perencanaan

n M φ ≤

u

M , dapat diselesaikan permasalahan

analisa dan perencanaan balok lentur beton

bertulangan tunggal.

Batasan Nilai Rasio Tulangan Minimum

Pertambahan tegangan baja tiba-tiba

dapat mengakibatkan baja mendadak putus.

Untuk mencegahnya, penampang beton

bertulang yang dibebani lentur harus diberi

sejumlah tulangan minimum tertentu. Ini dapat

dinyatakan dengan “nilai rasio tulangan

minimum” ρmin.

b

As

Gambar 2. Penampang, diagram regangan dan tegangan dalam keadaan seimbang

(3)

Nilai rasio tulangan minimum ini harus

dipilih sedemikian rupa sehingga, terdapat

perbedaan yang kecil antara momen lentur

yang dapat ditahan oleh penampang yang tak

retak dan momen lentur yang dapat ditahan

oleh penampang yang retak.

Nilai menurut Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

Gedung SNI 03-2847-2002 adalah : min

ρ

y min

f 1,4

ρ = ………(3)

2.3.1. Jenis Keruntuhan Lentur berdasarkan Rasio Tulangan

Menurut Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI

03-2847-2002, pada perencanaan lentur balok

beton bertulang, ada tiga jenis keruntuhan yang

dapat terjadi, yaitu keruntuhan tarik, keruntuhan

seimbang dan keruntuhan tekan.

Keruntuhan Tarik

Keruntuhan tarik adalah keruntuhan

yang terjadi akibat tegangan baja telah

mencapai fy terlebih dahulu sebelum beton

hancur (mencapai Mu). Atau dengan kata lain

baja leleh terlebih dahulu sebelum beton

hancur. Keruntuhan tarik ini disebut juga

keruntuhan “under reinforced”.

Pada perencanaan tulangan lentur

balok beton bertulang, keruntuhan tarik ini

terjadi bila :

………(4) b

ρ ρ<

Pada perencanaan lentur beton

bertulang, jenis keruntuhan tarik ini dipilih

supaya tidak terjadi keruntuhan yang tiba-tiba.

Keruntuhan Seimbang

Keruntuhan seimbang adalah

keruntuhan terjadi akibat tegangan baja telah

mencapai fy bersamaan dengan beton hancur

(mencapai Mu). Atau dengan kata lain baja

leleh bersamaan dengan beton hancur.

Keruntuhan tarik ini disebut juga keruntuhan

“balanced”.

Pada perencanaan tulangan lentur

balok beton bertulang, keruntuhan seimbang ini

terjadi bila :

b ρ

ρ= ………(5)

Keruntuhan Tekan

Keruntuhan tekan adalah keruntuhan

yang terjadi akibat beton hancur terlebih dahulu

(mencapai Mu) sebelum tegangan baja

mencapai fy. Atau dengan kata lain beton

hancur sebelum baja leleh. Keruntuhan tekan

ini disebut juga keruntuhan “over reinforced”.

Pada perencanaan tulangan lentur

balok beton bertulang, keruntuhan tekan ini

terjadi bila :

………..(6) b

ρ ρ>

2.2. PEMODELAN BENDA UJI

Benda uji dimodelkan sebagai balok

sederhana dua tumpuan dengan beban

terpusat di tengah bentang seperti Gambar 3.

Benda uji direncanakan terhadap balok yang

mengalami keruntuhan tarik.

P

L/2 L/2

Gambar 3. Model Benda Uji

Tulangan Lentur Balok

Tulangan Lentur Balok untuk Keruntuhan Tarik

Persyaratan kekuatan lentur adalah :

u

n M

M ≥

(4)

dimana φ untuk lentur murni adalah 0,8.

Batasan nilai rasio tulangan minimum adalah :

y

Luas tulangan minimum (As min) yang diambil :

bd

Dari persamaan kesetimbangan

menurut Gambar 2.d, diperoleh persamaan

untuk menghitung besarnya momen nominal

penampang seperti persamaan berikut :

Dari persyaratan kekuatan lentur,

n

Besarnya Momen ultimit yang menentukan

untuk balok sederhana dengan beban terpusat

sebesar Pu adalah :

4

Karena keterbatasan alat di Laboratorium maka

modifikasi alat hanya akan dilakukan terhadap

keruntuhan tarik.

2.3. PELAKSANAAN EKSPERIMENTAL 2.3.1. Persiapan Pengujian

Perencanaan Campuran Beton

Campuran beton direncanakan

sedemikian rupa berdasarkan standar yang

telah ditetapkan untuk mendapatkan komposisi

komponen (unsur) beton basah dengan

ketentuan kekuatan tekan karakteristik dan

slump rencana. Pada eksperimen ini digunakan

mutu beton f’c = 15 MPa.

2.3.2. Pembuatan Benda Uji : Pembuatan Bekisting

Bekisting dibuat sesuai dengan pemodelan

benda uji, yaitu dimensi balok 100 mm x 150

mm dengan panjang bentang balok 1 m.

Pelaksanaan Campuran Beton Pembuatan Benda Uji Balok

Setelah campuran beton disiapkan maka

campuran beton tadi dituangkan ke cetakan

balok yang telah disiapkan.

(5)

Campuran dituangkan 1/3 bagian pertama,

kemudian ditusuk-tusuk agar tidak terjadi

pemisahan agregat (segregasi). Kemudian

dituangkan lagi 1/3 bagian kedua dan di

tusuk-tusuk. Lalu dituangkan 1/3 bagian

terakhir dan ditusuk-tusuk. Kemudian

permukaan balok tersebut diratakan.

2.3.3. Pengujian

Uji Kuat Tekan Beton

Setelah beton berumur 28 hari, dilakukan uji

kuat tekan terhadap benda uji silinder dan

benda uji kubus yang telah di buat.

Peralatan yang digunakan adalah Alat Uji

Tekan Beton UTM (Universal Testing

Machine).

Pengujian Keruntuhan Tarik pada Balok Lentur

Sesuai dengan pemodelan benda uji,

pengujian yang bisa dilakukan adalah

pengujian keruntuhan tarik. Alat yang

digunakan adalah Alat Uji Tekan Beton UTM

(Universal Testing Machine).

Untuk dapat menggunakan alat Uji Tekan

Beton UTM sesuai keperluan model (seperti

Gambar 3) maka dilakukan modifikasi dan

penyesuaian seperlunya, seperti yang terlihat

di Gambar 6.

Gambar 5. Modifikasi Alat Tekan

P

Baja I tebal 7 cm

Baja I tebal 7 cm

Beton bertulang

Gambar 6. Model Modifikasi Alat Tekan

Balok disusun sesuai dengan model modifikasi

seperti Gambar 5. Tongkat piston bagian

bawah alat tekan yang bergerak berfungsi

sebagai beban terpusat P. Perletakan

sederhana terdiri atas dua potongan pendek

baja profil I tebal 7 cm. Dan sebagai landasan

adalah baja profil I yang ditempatkan

memanjang untuk menahan kedua perletakan

terhadap bagian atas alat UTM.

Setelah balok beton ditempatkan,

kemudian alat UTM dihidupkan, beban tekan

(6)

Bacaan beban dapat dilihat pada Dial Gauge.

Ketika beton hancur, jarum tidak bergerak naik

lagi, maka didapat nilai beban pada saat beton

hancur.

3. HASIL PENGUJIAN DAN DISKUSI Hasil Uji Kuat Tekan Beton

Hasil uji kuat tekan beton pada benda

uji silinder dan kubus dapat dilihat pada Tabel

1. berikut.

Tabel 1. Hasil Uji Kuat Tekan Beton

No Benda Uji

Luas Bidang Tekan (A)

Beban (P)

Tegangan (P/A) (mm2) (N) (Mpa)

1 Silinder 1 17662.5 250000 14.15

2 Silinder 2 17662.5 275000 15.57

3 Kubus 1 22500 410000 15.12

4 Kubus 2 22500 420000 15.49

f'c 15.09

Hasil Pengujian Keruntuhan Tarik pada Balok Lentur

Data yang diperoleh pada pengujian

tekan balok lentur dapat dilihat pada Tabel 2.

berikut.

Tabel 2. Hasil Uji Tekan Balok

No. Keterangan Beban (P)

(kN)

1 Retak Pertama 25

2 Beton Hancur 30

Keruntuhan tarik ditandai oleh lelehnya

baja terlebih dahulu baru beton hancur. Pada

perhitungan perencanaan, baja leleh pada saat

beban 7,5 kN. Pada pengamatan secara

visual, tidak terlihat kapan persisnya baja

mengalami leleh. Pada pengamatan pengujian

pada saat beban 7,5 kN, tidak terlihat adanya

retak dan perubahan lainnya. Dari hasil

pengujian didapat retak pertama terjadi pada

beban 25 kN. Dapat dikatakan bahwa pada

pengujian ini baja mengalami leleh terlebih

dahulu, baru kemudian beton hancur. Atau

dengan kata lain, kelelehan baja terjadi pada

saat beban lebih kecil dari 25 kN tersebut.

Dari hasil yang tertera pada tabel di

atas, kuat tekan beton hasil pengujian sesuai

dengan kuat tekan beton rencana, yaitu f’c = 15

MPa.

Gambar 7. Keadaan balok pada saat beban 7,5 kN

(7)

Gambar 9. Tahapan Retak Balok Selanjutnya

Gambar 10. Balok pada saat beton hancur

4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Dengan modifikasi alat uji tekan, maka

bisa dilakukan uji letur balok beton bertulang

dengan model benda uji balok sederhana. Pada

uji beton yang dilakukan, dengan kondisi

keruntuhan tarik terlihat bahwa retak pertama

beton terjadi pada saat beban 25 kN, ini berarti

baja sudah mengalami leleh pada saat beban

dibawah 25 kN. Sementara dari hasil

perhitungan perencanaan pada kondisi

keruntuhan tarik didapat leleh pertama terjadi

pada saat beban 7,5 kN.

4.2 Saran

Penelitian ini dapat dilakukan lebih teliti

dengan memasang strain gauge pada baja

tulangan yang dihubungkan ke data logger (alat

pembacaan regangan) sehingga didapat

gambaran kapan terjadi leleh baja yang

sebenarnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. ___________, “Tata Cara Perhitungan

Struktur Beton untuk Bangunan Gedung

SNI 03-2847-2002”, BSN, 2002.

2. Dipohusodo, Istimawan, “Struktur Beton

Bertulang berdasarkan SK-SNI

T-15-1991-03, Departemen Pekerjaan Umum

RI”, PT. Gramedia Jakarta, 1999.

3. Ferguson, P. M., “Dasar-dasar Beton

Bertulang”, Erlangga, Jakarta, 1986.

4. Kusuma, G., Vis WC, “Dasar-dasar

Perencanaan Beton Bertulang

berdasarkan SK SNI T-15-1991-03”,

Erlangga, Jakarta, 1997.

5. Kusuma, G., Kole P., “Pedoman

Pengerjaan Beton berdasarkan SK SNI

T-15-1991-03”, Erlangga, Jakarta, 1997

6. Wang, Chu-Kia & Salmon, C.G., “Desain

Beton

Gambar

Gambar 1. Penampang balok
Gambar 4.  Pembuatan Benda Uji Balok
Gambar 5. Modifikasi Alat Tekan
Gambar 7. Keadaan balok pada saat beban 7,5 kN
+2

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan analisis regresi logistik didapatkan bahwa peubah penjelas yang berpengaruh terhadap status penggunaan metode kontrasepsi (kategori yang tidak memakai)

Daftar tabel memuat urutan tabel yang terdapat dalam naskah Proyek Akhir, urutan tabel dibuat dengan angka Arab dalam kaitan dengan urutan bab-bab dalam bagian utama.. Setelah

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pettijohn et al., (2001) terhadap karyawan bidang penjualan menyatakan bahwa sistem penilaian kinerja yang memiliki kriteria

Kaitan antara Pendekatan Pengalaman Langsung dengan Upaya Meningkatkan Pembelajaran Berbelanja pada Anak Tunagrahita Sedang.. Penelitian Sebelumnya

Fortunately, there are three basic tests you can use to determine the right level of granularity for your services: the service scope and functionality, the need for

Moć uma o tome kako mi percipiramo stvari vezane za pripadnost i kako možemo biti sumnjičavi prema onome što mislimo da nije naše, da čak jabuke mogu biti “tuđe”, izražena je

Balai Latihan Kerja Rengat/ Air Molek : Kabupaten Indragiri Hulu,

Kesimpulan lain yang diperoleh dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan signifikan antara bentuk pola asuh demokratis, otoriter, permisif, dan mengabaikan terhadap