TERMODIFIKASI DENGAN PROSES ACETILASI
SKRIPSI
Oleh
:
Ninin Primaturia Arum Ningtyas
NPM : 0533010020
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “ JAWA TIMUR SURABAYA
LEMBAR PENGESAHAN
KARAKTERISASI SIFAT FISIKO - KIMIA PATI JAGUNG
TERMODIFIKASI DENGAN METODE ASETILASI
SKRIPSI
Disusun OlehNININ PRIMATURIA ARUM NINGTYAS
0533010020
Telah di Setujui untuk Diseminarkan
Pembimbing
Drh. Ratna Yulistiani, MP
NIP : 030 194 663
ROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN “
JAWA TIMUR
DENGAN
PROSES ACETYLASI
Disusun Oleh :
Ninin Primaturia Arum Ningtyas
0533010020
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji
Pada Tanggal, 26 November 2010
Tim Penguji
Pembimbing
1.
2.
ddds
3.
Ir. Sudaryati HP, MP NIP : 030 194 663
Ir. Sri Djajati, MP NIP : 3 6201 99 0165 1
Ir. Latifah. MS NIP : 030 184 823
Drh. Ratna Yulistiani, Mp NIP : 030 194 660
Mengetahui
Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional ‘Veteran’
Jawa Timur
i
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang mana telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan laporan Skripsi Karakterisasi Sifat Fisiko – Kimia Pati Jagung Termodifikasi Dengan Proses Acetylasi sebagai syarat untuk menyelesaikan study kami dibidang Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
Adapun tujuan diadakannya kerja praktek ini untuk membandingkan apa yang kami dapatkan di bangku kuliah sehingga diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman kami sebagai bekal jika kelak terjun ke masyarakat.
Dalam penyusunan laporan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sutiyono, MT, selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Ir. Latifah, MP, selaku Kajur Teknologi Pangan Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur
3. Ibu drh. Ratna Yulistiani, MP dan Ibu Ir. Sudariyati HP, MP, selaku dosen pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
4. Orang tua dan seluruh keluarga kami yang telah memberikan bantuan moril dan doanya selama melaksanakan kerja praktek.
5. Seluruh teman-teman Program Studi Teknologi Pangan Angkatan 2005 ( Ainun, Pipi, Agus, Tutik, Shanty, Tedy, Brenk, Yance, Bhiebi, Wahyu S, Wahyu F, Ida, Iin, Aini,Vanda, Keny, Dina, Tewul, Teguh, Udin ) yang telah medukung,
memberi semangat dan terlebih membantu dalam penyelesaian laporan.
6. ’Great Loph Make It’ Amar Firdaus Assani,yang telah membantu
dalam proses penyelesaian Laporan Praktek Kerja Lapang.
8. Kawan – kawan Romli ( Ayip si Homo, Haho si Tua, Retinol si Cowok Curhat, Eko si Cuby, Eki si Irung dan mas Ari si Cabul ) yang telah mensuport dalam
segala hal.
9. Kawan – kawan dari angkatan 2003 – 2010 yang selalu memberi semangat tanpa kenal lelah sehingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Dan semua pihak yang telah banyak membantu didalam penyelesaian laporan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis mengharapkan laporan ini dapat berguna bagi kita semua. Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini ada kesalahan dan kekurangan yang masih pelu diperbaiki. Untuk itu kami megharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Surabaya , Oktober 2010
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ………. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GAMBAR ……...………. DAFTAR LAMPIRAN ....…...………. INTISARI ... BAB I. PENDAHULUAN ……… A. Latar Belakang ………...
B. Tujuan ……….
C. Manfaat ………...
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ………. A. Pati Jagung ...………...………... B. Sifat Fisiko Kimia Pati ……...………... C. Pati Termodifikasi …………. ………... D. Pati Asetat ………... E. Asam Asetat ……...………. F. AnalisisKeputusan ……….. G. Analisis Finansial..………..
1. Break Even Point (BEP) (Susanto dan Saneto, 1994)……..
2. Net Present Value (NPV) (Susanto dan Saneto, 1994)…….
3. Payback Periode (PP) (Susanto dan Saneto, 1994)………..
4. Internal Rate Of Return (IRR) (Susanto dan Saneto, 1994)..
5. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C Ratio) (Susanto dan
Saneto, 1994)……… H. Landasan Teori ………...
BAB III. METODE PENELITIAN ….………
A. Waktu ………..………...
B. Bahan ……….
C. Alat ……….
D. Rancangan Percobaan …..………... 1. Faktor Peubah ...…..………... 2. Peubah Tetap…..……….. E. Parameter yang Diamati….………...……….. F. Pelaksanaan Penelitian ….……….. BAB IV. PEMBAHASAN ……….
A. Analisa Pati Jagung Asetat ……….. 1. Kadar Air ………... 2. Swelling Power ………
3. Viskositas ………
4. Peresen Sollubility ……… 5. Ketahanan Pati ……… B. Analisa Keputusan ……….. C. Analisa Pati Jagung Manis Terasetilasi Perlakuan Terbaik …… 1.Bentuk Granula Pati ……….. D. Analisis Finansial ………
1.Kapsitas Produksi ……….. 2.Biaya Produksi ………... 3.Harga Pokok Produksi ………... 4.Harga Jual Produksi ………...
5.Break Event Point (BEP) ………...
v
6.Payback Periode (PP) ………
7.Net Persent Velue (NPV) ………...
8.Internal Rate Of Return ………. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………... DAFTAR PUSTAKA ………
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Tabel 2. Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6
Kandungan Amilosa dan Amilopektin dari berbagai umbi... Nilai rata – rata Kadar Air Pati Jagung Modifikasi ... Nilai rata-rata Swelling Power pati Jagung Modifikasi... Nilai Rata-rata Viskositas Pati Jagung Modifikasi ... Nilai Rata-rata % Sollubility Pati Jagung Modifikasi ... Nilai Rata-rata Ketahanan Pati modifikasi ...
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7 Gambar 8 Gambar 9 Gambar 10 Gambar 11 Gambar 12 Gambar 13 Gambar 14Granula Pati Jagung ……….. ...… Struktur Kimia Amilosa dan Amilopektin ……… Reaksi Kimia pembentukan pati asetat ... Diagram Alir Pembuatan Cassava Starch ……….. Struktur asam asetat ... Diagram alir pembuatan Pati Asetat ………. Hubungan kosentrasi asam asetat dan lama fermentasi terhadap kadar air pati jagung manis terasetilasi. ……….
Hubungan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap swelling power pati jagung manis terasetilasi... Hubungan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap viskositas pati jagung manis terasetilasi………..
Hubugan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap %solubility ……….. Hubugan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap Ketahanan pati pada suhu tinggi ………. Bentuk Granula Pati Jagung Manis Tanpa Perlakuan …. Bentuk Granula Pati Jagung Manis Terasetilas…………..
Break Event Point Pembuatan pati Jagung Termodifikasi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1.
Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7.
Prosedur Analisis Kimia ……… Kadar Pati ……….. Swelling Power ………. Viskositas ……….. % Sollubility ……….. Ketahanan Pati Pada Suhu Tinggi ………. Analisis Finansial Pati Jagung Manis Terasetilasi ……
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampira 1.
Lampira 2. Lampira 3 Lampira 4 Lampira 5 Lampira 6 Lampira 7
Cara Analisa ... Kadar Air ... ... Swelling Power... Viskositas ... Sollubilyti ... Ketahanan Pati Pada Suhu Tinggi ... ... Analisis Finansial Pati Jagun Termodifikasi ...
TERMODIFIKASI DENGAN PROSES ACETILASI
NININ PRIMATURIA ARUM NINGTYAS
0533010020
INTISARI
Pati termodifikasi secara asetilasi adalah pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat suatu reaksi kimia (esterifikasi, eterifikasi atau oksidasi) atau dengan mengubah struktur asalnya. Pati terasetilasi dapat di hasilkan dengan cara mereaksikan pati dengan larutan asam asetat dalam kondisi basa,biasanya di gunakan larutan natrium hidroksida untuk mencapai kondisi basa tersebut. Pada penilitian ini dilakuakan dengan perlakuan konsentrasi asam asetat dan lama perendaman untuk menghasilkan pati termodifikasi dengan proses acetylasi dengan hasil terbaik. Pada penelitian ini diharapkan menghasilkan pati jagung termodifikasi dengan proses acetilasi memiliki swelling power (kekuatan pembengkakan yang tinggi, sollubility (kelarutan yang tinggi) dan viskositas yang rendah dibanding dengan pati alami (tanpa modifikassi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap sifat fisika dan kimia pati jagung termodifikasi.
Metode penelitian yang digunakan adalah RAL faktorial dengan 2 faktor, faktor 1 adalah kosentrasi asam asetat ( 0%, 1%, 2%, 3%) dan faktor 2 adalah lama perendaman ( 75 menit, 90 menit, 105 menit ).
Perlakuan terbaik terdapat pada kosentrasi asam asetat 2 % dan lama perendaman 105 menit, yang memiliki kadar air 11.625 %, swelling power 12.62 %, solubility 28 %, viskositas 71,5 cps dan ketahanan pati 42,5 cps. Hasil analisis
financial diketahui bahwa nilai Break Event Point (BEP) dicapai pada Rp. 571.933.649,10 sebesar 24 % dan kapsitas titik impas 694.094,23 Unit/ Tahun, sedangkan Internal Rate Of Return (IRR) mencapai
22.31 %, Payback Period 3,5 tahun, Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 12.486.909.337 .
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangJagung (Zea mays L.) kaya akan karbohidrat. Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari bobot biji. Komponen karbohidrat lain adalah gula sederhana, yaitu glukosa, sukrosa dan fruktosa, 1-3% dari bobot biji. Pati terdiri atas dua jenis polimer glukosa,yaitu amilosa dan amilopektin (Anonymous,2006).
Pati memegang peranan penting dalam industri pengolahan pangan antara lain permen, glukosa, dekstrosa, sirup fruktosa, dan lain-lain. Dalam perdagangan dikenal dua macam pati yaitu pati yang belum dimodifikasi dan pati yang telah dimodifikasi. Pati yang belum dimodifikasi atau pati alami adalah semua jenis pati yang dihasilkan dari pabrik pengolahan dasar misalnya tepung tapioka (Anonymous,2006).
Pati alami seperti tapioka, pati jagung, sagu dan pati-patian lain mempunyai beberapa kendala jika di pakai sebagai bahan baku dalam industri pangan maupun non pangan. Jika dimasak pati alami membutuhkan waktu yang lama, juga pasta yang terbentuk keras dan tidak bening. Disamping itu sifatnya terlalu lengket dan tidak tahan perlakuan dengan panas. Kendala-kendala tersebut menyebabkan pati alami terbatas penggunaanya dalam industri (Anonymous, 2005).
Pati modifikasi adalah pati yang mengalami perlakuan fisik atau kimia secara terkendali sehingga mengubah satu atau lebih dari sifat asalnya (Setyawan,2009). Pati alami dapat dibuat menjadi pati temodifikasi atau modified
starch, dengan sifat-sifat yang di kehendaki atau sesuai dengan kebutuhan
(Anonymous, 2006).
Modifikasi dengan asam akan menghasilkan pati dengan sifat lebih encer jika dilarutkan, lebih mudah larut, dan berat molekulnya lebih rendah menghasilkan pati yang kekentalannya tinggi jika dibuat larutan dan lebih tahan terhadap perlakuan mekanis (Anonymous,2005).
Dewasa ini metode yang banyak digunakan untuk memodifikasi pati adalah modifiksi pati dengan hidrolisis, modifikasi pati secara kimia , modifikasi secara fisika (Anonymous, 2009). Setiap metode menghasilkan pati termodifikasi dengan sifat yang berbeda-beda (Anonymous, 2006).
Modifikasi pati adalah pati yang gugus hidroksilnya telah mengalami perubahan dengan reaksi kimia yng dapat berupa esterifikasi dan eterifikasi. Terdapat dua jenis dalam pati tersubstitusi yaitu bentuk ester (strach ester) dan eter. Jenis substitusi tersebut berdasarkan gugus yang bereaksi pada proses substitusi yaitu gugus ester dan gugus eter (Estyasih, 2006). Modifikasi dengan asam (asam asetat) menghasilkan pati yang lebih encer dan jika dilarutkan lebih mudah larut dan berat molekulnya rendah (Anonymous, 2006)
Modifikasi pati secara asetilasi merupakan salah satu modifikasi yang banyak digunakan saat ini karena struktur pati yang dapat diubah dan karateristik pati yang di inginkan seperti lebih tahan terhadap retrogadasi dan suhu rendah tanpa mengubah penampilan fisik dari pati modifikasi.
3
dengan pati alami. Selain itu proses dengan modifiksi dengan acetylasi membutuhkan biaya yang lebih rendah,sehingga lebih menguntungkan apabila digunakan pada industri pangan (Ayucitra, 2009).
Pati terasetilasi dengan derajat substitusi yang rendah dapat dihasilkan dengan cara mereaksikan pati dengan larutan asam asetat dalam kondisi basa,biasanya digunakan larutan natrium hidroksida untuk mencapai kondisi basa tersebut (Ayucitra, 2009).
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perlakuan terbaik antara konsentrasi asam asetat dan lama perendaman untuk menghasilkan pati jagung modifikasi dengan karateristik fisio kimia yang diiginkan.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh kosentrasi asam asetat dan lama waktu perendaman terhadap kharateristik fisiko-kimia pati.
2. Menentukan kombinasi perlakuan terbaik antara kosentrasi asam asetat dan lama perendaman untuk menghasilakan pati jagung modifikasi dengan karateristik fisiko-kimia yang baik.
C. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi terhadap masyarakat tentang metode pembuatan pati jagung termodifikasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pati Jagung
Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari bobot biji
sedangkan 1 – 3 % dari bobot biji jagung merupakan komponen karbohidrat lain
yaitu gula sederhana, seperti glukosa, sukrosa dan fruktosa. Pati terdiri atas dua jenis
polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan rantai unit-unit
D-glukosa yang panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan α (1→4),
sedangkan amilopektin strukturnya bercabang. Ikatan glikosidik yang
menggabungkan residu glukosa yang berdekatan dalam rantai amilopektin adalah
ikatan α (1→ 4), tetapi titik percabangan amilopektin merupakan ikatan α (1→6)
(Anonymous,2006).
Bobot molekul amilosa dan amilopektin bergantung pada sumber patinya.
Amilosa merupakan polisakarida berantai lurus berbentuk heliks dengan ikatan
glikosidik α -1,4. Jumlah molekul glukosa pada rantai amilosa berkisar antara
250-350 unit (Suarni, 2005 ).
Amilopektin adalah komponen dengan rantai bercabang. Amilosa pada
dasarnya merupakan polimer linear yang terdiri dari ikatan α -1,4 D
glukopiranosa.Walaupun amilosa digambarkan sebagai rantai linear, sebenarnya
rantai amilosa berbentuk heliks. Bagian struktur heliks mengandung atom hidrogen
sehingga bersifat hidrophobik yang memungkinkan amilosa membentuk kompleks
dengan asam lemak dari gliserida, sejumlah alkohol dan iodin.
Amilosa mempunyai kemampuan untuk membentuk gel setelah pati
membentuk gelatinisasi dan membentuk pasta. Sifat ini umum terjadi pada pati yang
mengandung amilosa. Pembentukan gel terutama disebabkan oleh penggabungan
kembali (re- asosiasi) dari pati terlarut setelah pemasakan dan terjadi secara cepat jika
rantai pati merupakan rantai linear amilosa .
Amilopektin pada umumnya adalah penyusun utama granula kebanyakan
pati.Amolopektin merupakan susunan yang kurang kompak, amorf, mudah di capai
oleh air ataupun enzim ( Hariyadi, 1993). Sifat amilopektin berbeda dengan amilosa
karena mempunyai banyak percabangan, seperti retrogadasi lambat dan pasta yang
terbentuk tidak dapat membentuk gel tetapi bersifat lengket .
Rasio antara amilosa dan amilopektin dalam satu jenis pati berperan terhadap
sifat fungsional pati tersebut.Kadar dan struktur amilosa dan amilopektin
mempengaruhi struktur granula pati ( Estiasih, 2006 )
Komposisi amilosa dan amilopektin di dalam biji jagung terkendali secara
genetik. Jenis jagung dent (gigi kuda) dan jenis mutiara (flent) mengandung amilosa
25-30% dan amilopektin 70-75%. Namun jagung pulut (waxy maize) dapat
mengandung 100% amilopektin ( Suarni, 2005 ).
Bentuk dan ukuran granula pati berbeda-beda tergantung dari sumber
tanamannya. Granula tapioka berukuran lebih besar ( sekitar 20 µm), berbentuk agak
bulat dan pada salah satu bagian ujungnya berbentuk kerucut (Anonymous,2009).
6
Jika ukuran granula pati kecil, maka kekuatan pembengkakannya juga kecil. Pada
struktur granula pati, amilosa dan amilopektin tersusun dalam suatu cincin – cincin.
Jumlah cincin dalam suatu granula kurang lebih berjumlah 16, dimana sebagian
berbentuk lapisan amorf dan sebagian berbentuk lapisan kristal(Anonymous, 2009).
Gambaran mikrokopis granula pati jagung dapat dilihat pada Gambar 1. Sedangkan
struktur kimia dari amilosa dan amilopektin dapat dilihat pada pada Gambar 2.
Gambar 1. Granula pati jagung pembesaran 3000x (Anonymous, 2006)
Tabel 1. Kandungan amilosa dan amilopektin dari berbagai jenis pati.
JENIS PATI KADAR AMILOSA (%) KADAR AMILOPEKTIN (%) Dent corn Waxy dent Tapioka Kentang Gandum Beras 25 < 1 17 20 25 19 75 99 83 80 75 81 Sumber : Stauffer (1999) dalam Estiasih ( 2006 )
B. Sifat Fisiko Kimia pati
Pati dalam jaringan tanaman mempunyai bentuk butiran atau granula yang
berbeda-beda. Menurut Anonymous (2005), secara fisik bentuk butiran pati berupa
semikristalin yang terdiri dari unit kristal dan unit amorf. Unit kristal lebih tahan
terhadap perlakuan asam kuat dan enzim.Bagian amorf dapat menyerap air dingin
sampai 30% tanpa merusak struktur pati secara keseluruhan.
Sebagian besar penggunaan pati adalah berkaitan dengan lingkungan yang
banyak mengandung air..Salah satu fungsi pengolahan pati adalah menggendalian
sifat – sifat tekstur dan rheologi. Ciri – ciri utama pati yang menentukan fungsi dari
pati adalah gelatinisasi, pembentukan pasta dan retrogadasi (Haryadi, 1993).
Gelatinisasi adalah rusaknya keteraturan dalam molekul dalam granula pati
yang ditunjukkan dengan sifat yang irreversible seperti pengembangan granula,
pelelehan kristal, kehilangan sifat birefringent dan pelarutan pati (Anonymous,
2006).
Pembentukan pasta merupakan fenomena yang terjadi setelah gelatinisasi.
8
molekul dari granula pati sampai sebagian besar granula pati rusak. Pembentukan
pasta tidak dapat dipisahkan dari gelatinisasi, tapi terjadi secara simultan, oleh karena
itu tidak ada suhu tertentu dimana gelatinisasi berakhir dan dimulainya pembentukan
pasta. Pembentukan pasta biasanya berhubungan dengan pembentukan viskositas
(Estiasih, 2006).
Retrogadasi pati merupakan proses yang terjadi ketika rantai pati mulai
berasosiasi kembali membentuk struktur secara teratur. Pada awal retrogadasi, dua
atau lebih rantai pati membentuk ikatan yang sederhana dan kemudian mulai
membentuk ikatan yang lebih banyak dan teratur (Estiasih, 2006).Laju retrogadasi
dipengaruhi oleh suhu, ukuran bentuk dan kepekatan molekul – molekul pati dan oleh
keberadaan bahan lain (Haryadi, 1993).
C. Pati Termodifikasi
Pati alami dari berbagai tanaman mempunyai sifat yang khas.Sifat yang khas
tersebut dieksploitasikan oleh para ahli Teknologi Pangan untuk mendapatkan sifat
yang sesuai dengan yang diinginkan. Pati alami mempunyai kekurangan pada sifat
fungsionalnya, bahkan kadang – kadang tidak sesuai dengan sifat fungsional yang
diinginkan dalam produk olahan pangan. Kebutuhan terhadap sifat fungsional pati
yang beragam dapat terpenuhi dengan cara memodifikasi pati (Estiasih, 2006).
Pati termodifikasi adalah pati yang gugus hidroksilnya telah diubah lewat
suatu reaksi kimia (esterifikasi, eterifikasi atau oksidasi) atau dengan mengubah
struktur asalnya (Anonymous, 2005), sedangkan menurut (Anonymous, 2005), pati
diberi perlakuan tertentu dengan tujuan untuk menghasilkn sifat yang lebih baik,
Modifikasi pati dapat dilakukan dengan cara pemotongan struktur molekul,
penyusunan kembali struktur molekul, oksidasi atau dengan cara melakukan
substitusi gugus kimia pada molekul pati.Terdapat beberapa metode modifikasi pati
antara lain modifikasi kimia, fisika maupun dengan hidrolisis (Anonymous, 2009).
1.Modifikasi dengan hidrolisis
Modiifikasi dengan cara hidrolisis dapat dilakukan dengan menggunakan
asam dan enzim. Hidrolisis pati dengan menggunakan enzim α amilase yang meliputi
tahap likuefaksi dan sakarifikasi.
2.Modifikasi pati secara kimia
Modifikasi pati secara kimia dapat di lakukan dengan 3 metode yaitu
substitusi, cross linking dan gabungan antara substitusi dengan cross linking
(Anonymous,2006).
Metode substitusi menghasilkan pati tersubstitusi. Substitusi menurunkan
suhu gelatinisasi dan menstabilkan pati dengan mencegah reasosiasi atau retrogadasi
polimer setelah proses pemanasan (Estyasih, 2006). Pati disubstitusikan dengan
menggunakan bahan kimia penghambat seperti gugus asetil di sepanjang rantai
polimer pati (Estiasih, 2006). Ciri modifikasi secara kimia tersubstitusi adalah dengan
menambahkan gugus fungsional baru pada molekul pati sehingga mempengaruhi sifat
fisika kimia pati tersebut (Ayucitra, 2009).
Metode ikatan silang dapat mengendalikan pengembungan granula dan
menghasilkan pati yang tahan terhadap suhu dan shear (pemotongan) yang tinggi
10
terhadap shear dan kondisi asam tetapi untuk memungkinkan granula untuk cukup
menggembung dan meningkatkan viskositas (Estiasih, 2006)
3. Modifikasi pati secara fisika
Modifikasi secara fisik secara umum yang digunakan adalah gelatinisasi. Pati
pragelatinisasi dibuat dengan cara memasak pati diatas suhu gelatinisasinya dan
mengeringkanya dengan cara menggiling lewat rol – rol yang dipanaskan. Pati
pragelatinisasi ini jika terkena air maka akan larut dengan mudah tanpa memasaknya
kembali (Anonymous, 2009)
Sifat – sifat yang diinginkan dari pati termodifikasi (yang tidak dimiliki pati
alami) diantaranya adalah : kecerahanya lebih tinggi (pati lebih putih), retrogadasi
yang rendah, kekuatan renggang yang rendah, kekentalanya lebih rendah, gel yang
terbentuk lebih jernih,tekstur gel yang dibentuk lebih rendah, granula pati lebih
mudah pecah, waktu dan suhu gelatinisasi yang lebih tinggi, serta waktu dan suhu
granula pati untuk pecah lebih rendah (Anonymous, 2005)
D. Pati Asetat
Pati asetat merupakan hasil asetilasi pati dimana granula pati di esterkan dengan
group asetat dengan mensubstitusi gugus hidroksil pati. Proses asetilasi dapat
meningkatkan kestabilan pasta dan kejernihan, serta dapat mencegah
retrogadasi.Tingkat asetilasi juga dapat dibatasi hingga dapat memperbaiki sifat- sifat
yang di perlukan ( Anonymous, 2009 ). . Pati asetat banyak diaplikasikan pada
produk – produk seperti food seasoning (bumbu-bumbu instant) dan sauce industry
Pati terasetilasi biasa digunakan sebagai pengental karena sifatnya yang stabil
daan jernih. Jenis pati ini di gunakan dalam berbagai jenis produk, termasuk produk
beku. Jika digunakan pada produk susu, kadang – kadang terjadi penggumpalan yang
disebabkan oleh ketidak stabilanikatan asetil pada konsentrasi protein.Pati terasetilasi
biasanya di gunakan untuk proses stabilisasi ketika di bekukan dan di thawing
(Estiasih, 2006 ).
O O ║ ║
CH3-C-OH + C6H12O6-OH → CH3-C-O-C6H12O6 + H2O
Gambar 3. Reaksi kimia pembentukan pati asetat. (Ayucitra, 2009).
Modifikasi kimia secara acetilasi pada prinsipnya adalah menyisipkan gugus
(OH-) pada pati melalui reaksi astilasi, dimana hal ini akan mengurangi kekuatan
hydrogen diantara pati dan menyebabkan granula pati menjadi lebih mengembang
(swelling), mudah larut dalam air serta meningkatkan freeze-thaw stabilyti pati
Menurut hasil penelitian Artiani (2009), proses pembuatan Cassava Starch metode
acetylisasi adalah sebagai berikut :
a. Melarutkan 75 gram pati ketela dengan 375 ml aquadest sehingga terbentuk
slurry.
b. Pengaturan pH awal 6, 7, 8, 9 yang di tentukan dengan penambahan NaOH 0,3
M.
c. Dilakukan proses acetylasi dengan cara perendaman selama waktu 30, 60, 90, 120
menit dalam larutan asam asetat dan di panaskan pada suhu 45° C sampai
12
d. Dilakukan pengaturan pH slurry pati asetat sampai dicapai 5,0 dengan
penambahan NaOH 0,3 M
e. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas saring sehingga
diperoleh cake dan filtrat. Filtrat yang diperoleh dibuang.
f. Cake yang diperoleh dilakukan pencucian dengan aquadest sebanyak empat kali.
g. Cake yang diperoleh dari hasil pencucian dilakukan pengeringan dengan oven
suhu 60 C sehingga dihasilkan tepung.
h. Tepung yang dihasilkan dilakukan penggilingan dengan blender dan pengayakan
dengan ukuran 80 mesh sehingga diperoleh pati jagung asetat.Diagram alir proses
Cassava Starch (75 gram) Pencampuran Air (375 ml)
Slurry ( Cassava Starch )
Pengaturan pH (pH = 6,7,8,9)
Asam Asetat
Asam asetat glacial sebanyak 4, 7 ml
Acetilasi (30,60,90,120 menit))
Pengaturan pH (pH = 5)
NaOH
filtrat Penyaringan
Slurry (starch acetate) NaOH
cake
cake Pencucian aquades
t
filtrat
Pengeringan ( Oven )
Penggilingan
Pati Asetat
14
E. Asam Asetat
Asam asetat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal
sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH,
CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah
cairan higroskopis tak berwarna dan memiliki titik beku 16.7°C(Anonymous, 2009 ).
Larutan asam asetat dalam air merupakan asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi
polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun
berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering
digunakan sebagai pelunak air (Anonymous, 2009 ) .
Gambar 5 . Struktur Asam Asetat (Anonymous 2009)
F. Analisis Keputusan
Keputusan adalah suatu kesimpulan dari suatu proses untuk memilih tindakan
yang terbaik dari sejumlah alternatif yang ada. Pengambilan keputusan adalah proses
yang mencakup semua pikiran dan kegiatan yang diperlukan guna membuktikan dan
Analisis keputusan pada dasarnya adalah suatu prosedur yang logis dan
kuantitatif yang tidak hanya menerangkan mengenai pengambilan keputusan, tetapi
juga merupakan suatu cara untuk membuat keputusan (Mangkusubroto dan Listiani,
1987). Pengambilan keputusan pada penelitian ini berdasarkan sifat fisik dan kimia
terbaik
G. Analisis Finansial
Suatau studi kelayakan yang merupakan pekerjaan membuat ramalan atau
taksiran didasarkan atas anggapan-anggapan yang selalu bias dipenuhi.
Konsekuensinya ialah bias terjadi penyimpangan-penyimpangan. Salah satu
penyimpangan itu adalah apabila pabrik memproduksi dibawah kapasitasnya. Hal ini
akan menyebabkan pengaruh terhadap keuntungan (Susanto dan Saneto, 1994).
1. Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan tingkat produksi tertentu
yang menyebabkan besarnya biaya produksi keseluruhan sama dengan besarnya
nilai/hasil penjualan. Jadi pada keadaan tersebut, perusahaan tidak mendapatkan
keuntungan juga tidak mendapatkan kerugian. BEP dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut:
a. Rumus Titik Impas
BEP =
biaya tidak tetap/pendapatan
1Tetap Biaya
b. Presentase
BEP =
PendapatanRp BEP
16
c. Kapasitas Titik Impas
Kapasitas Titik Impas = Persen Titik Impas x Kapasitas Produksi
2. Net Present Value (Susanto dan Saneto, 1994)
Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara nilai investasi saat
sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih dmasa yang akan dating. Suatu proyek
dapat di[ilih bila NPV lebih besar dari 0 NPV dapat ditunjukkan dengan persamaan
sebagai berikut :
NPV =
n
t it
Ct B
2 1
'
Keterangan : B = penerimaan pada tahun ke-t
Ct = biaya pada tahun ke-t
t = 1,2,3,…….n
n = umur ekonomi dari proyek
i = tingkat suku bunga
3. Payback Periods (Susanto dan Saneto, 1994)
Payback periods merupakan perhitungan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
mengendalikan modal yang ditanam pada proyek. Payback Periods tersebut harus
lebih kecil dari nilai ekonomis proyek.
Rumus penentuannya adalah sebagai berikut :
Payback Periods = Ab
1
Keterangan : I = jumlah modal
4. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan suku bunga yang menggunakan nilai
penerimaan kas bersih sekarang dengan jumlah investasi awal dari proyek yang
sedang dinilai. Dengan kata lain IRR adalah tingkat suku bunga yang akan
menyebabkan NPV = 0, jika ternyata IRR > dari tingkat suku bunga yang berlaku di
bank maka proyek dapat diteruskan.
IRR = 1 +
" NPV ' NPV
NPV
(I" – i')
Keterangan :
NPV = NPV positif hasil percobaan nilai i
NPV = NPV negative percobaan nilai i
i = tingkat suku bunga
I = tingkat suku bunga yang akan datang
5. Gross Benefit Cost Ratio
Gross Benefit Cost Ratio adalah merupakan perbandingan antara penerimaan
kotor dengan biaya kotor yang telah di present value (dirupiahkan sekarang)
(Susanto, 1994)
Gross B/C =Σ Bt /(1 + i)t
Σ Ct /(1 + i)t
Dimana :
Bt : Penerimaan pada tahun ke-t
Ct : Biaya pada tahun ke-t
18
H. Landasan Teori
Komponen utama jagung adalah pati, yaitu sekitar 70% dari bobot biji
sedangkan 1 – 3 % dari bobot biji jagung merupakan komponen karbohidrat lain
yaitu gula sederhana, seperti glukosa, sukrosa dan fruktosa. Pati terdiri atas dua jenis
polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin. Amilosa merupakan rantai unit-unit
D-glukosa yang panjang dan tidak bercabang, digabungkan oleh ikatan α (1→4),
sedangkan amilopektin strukturnya bercabang. Ikatan glikosidik yang
menggabungkan residu glukosa yang berdekatan dalam rantai amilopektin adalah
ikatan α (1→ 4), tetapi titik percabangan amilopektin merupakan ikatan α (1→6)
(Suarni, 2004).
Pati alami seperti tapioka, pati jagung, sagu dan pati-patian lain mempunyai
beberapa kendala jika dipakai sebagai bahan baku dalam industri pangan maupun non
pangan. Jika dimasak pati alami membutuhkan waktu yang lama, juga pasta yang
terbentuk keras dan tidak bening.Disamping itu sifatnya terlalu lengket dan tidak
tahan perlakuan dengan panas. Kendala-kendala tersebut menyebabkan pati alami
terbatas penggunaanya dalam industri (Anonymous, 2006).
Pati modifikasi adalah pati yang mengalami perlakuan fisik atau kimia secara
terkendali sehingga mengubah satu atau lebih dari sifat asalnya (Setyawan,2009).
Modifikasi pati secara kimia dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu substitusi,
cross linking dan gabungan antara substitusi dan cross lingkking (Anonymous, 2009).
Ciri modifikasi kimia adalah dengan menambahkan gugus fungsional baru pada
penambahan reagen atau bahan kimia tertentu tersebut bertujuan mengganti gugus
hirdroksil (OH-) pada pati
Modifikasi kimia pati secara asetilasi pada prinsipnya adalah menggantikan
gugus (OH-) pada pati melalui reaksi asetilasi, hal ini akan mengurangi ikatan
hidrogen di antara pati dan menyebabkan granula pati menjadi lebih mengembang
(swelling) mudah larut dalam air, serta meningkatkan freeze thaw stability pati.
Ketika pati dipanaskan dalam air yang berlebih, ikatan hidrogen yang
menstabilkan struktur pati terputus dan digantikan dengan ikatan hidrogen antara pati
dan air.Hal inilah yang menyebabkan granula pati mengembang dan memudahkan
pati untuk larut dalam air .
Substitusi gugus asetil pada pati akan melemahkan ikatan hidrogen sehingga air
menjadi lebih mudah berpenetrasi ke dalam granula pati dan menyebabkan
ter-leaching-nya amiloa dari granula pati sehingga menyebabkan meningkatnya
solubility pati (kelarutan pati dalam air) (Ayucitra, 2009).
Metode modifikasi pati secara asetilasi dengan derajat substitusi (DS = degree
of substituson) yang rendah telah digunakan secara luas oleh industri makanan selama
bertahun-tahun. Hal ini disebabkan oleh keunggulan sifat fisika kimia yang dimiliki
oleh pati terasetilasi seperti swelling power (pengembangan pati), solubility yang
lebih tinggi dan viskositas yang lebih rendah dibandingkan dengan pati alami (
Artiani, 2009). Karateristik fisika kimia pada pati yang terasetilasi ini dipengaruhi
oleh jumlah distribusi gugus asetil yang menggantikan gugus hidroksil (OH-) pada
pati. Reagen kimia yang biasa digunakan adalah vinil asetat , asam asetat dan asetat
20
Pati yang dimodifikasi dengan substitusi juga mengalami penurunan suhu
gelatinisasi, peningkatan viskositas, memiliki kemampuan mengikat air lebih tinggi
dan menghasilkan pati yang lebih jernih. Dibandingkan dengan ikatan silang, pati
substitusi masih mengalami penurunan viskositas selama pemanasan dan kurang
tahan terhadap kondisi asam ( Fanita, 2006 )
I. Hipotesa
Diduga dengan konsentrasi asam asetat dan lama waktu perendaman
berpengaruh nyata terhadap karakteristik sifat fisiko - kimia pati jagung
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pengolahan
Pangan,Laboratorium Kimia dan Analisa Pangan Program Studi Teknologi
Pangan UPN “Veteran” Jawa Timur dan Laboratorium Analisa Pangan
Universitas Muhamadiyah Malang, mulai bulan Juni 2010 sampai Oktober 2010.
B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain jagung yang diperoleh
dari Pasar tradisional Tropodo Sedati Sidoarjo , asam asetat glasial ,NaOH,
larutan iod,phenolpthlain dan aquadest.
C. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain autoclave, labu leher
tiga, viskosimeter, timbangan elektrik, waterbath, oven listrik ,baskom, beaker
glass, erlemeyer, beaker glass, kertas saring, gelas ukur, loyang.
D. Rancangan Percobaan
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) pola faktorial dengan dua faktor dan dua kali ulangan. Faktor pertama
adalah kosentrasi asam asetat, faktor kedua adalah lama waktu perendaman.Data
yang diperoleh di analisa dengan analisa varians dan jika terdapat perbedaan yang
nyata di lanjutkan dengan Uji Duncans Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5
22
1. Peubah Berubah
Faktor I : Konsentrasi asam asetat ( % v/v)
A0 = 0,0 %
A1 = 1,0 %
A2 = 2,0 %
A3 = 3,0 %
Faktor II : Lama perendaman (menit)
B1 = 75 menit
B2 = 90 menit
B3 = 105 menit
B B0 B1 B2 B3
A0 A0B0 A0B1 A0B2 A0B3
A1 A1B0 A1B1 A1B2 A1B3
A2 A2B0 A2B1 A2B2 A2B3
A3 A3B0 A3B1 A3B2 A3B3
Keterangan :
A0B1= Konsentrasi asam asetat 0,0 % dengan lama waktu perendaman 75 menit.
A0B2= Konsentrasi asam asetat 0,0 % dengan lama waktu perendaman 90 menit.
A0B3= Konsentrasi asam asetat 0,0 % dengan lama waktu perendaman 105 menit.
A1B1= Konsentrasi asam asetat 1,0 % dengan lama waktu perendaman 75 menit.
A1B2 = Konsentrasi asam asetat 1,0 % dengan lama waktu perendaman 90 menit.
A1B3= Konsentrasi asam asetat 1,0 % dengan lama waktu perendaman 105 menit.
A2B1 = Konsentrasi asam asetat 2,0 % dengan lama waktu perendaman 75 menit.
A2B3 = Konsentrasi asam asetat 2,0 % dengan lama waktu perendaman 105
menit.
A3B1 = Konsentrasi asam asetat 3,0 % dengan lama waktu perendaman 75 menit.
A3B2 = Konsentrasi asam asetat 3,0 % dengan lama waktu perendaman 90 menit.
A3B3
tuk percobaan faktorial
ggunakan Rancangan Acak Lengkap adalah sebagai berikut:
Keterang
g memperoleh kombinasi
A dan taraf ke-j dari faktor B)
gguhnya)
(αβ)ij = pengaruh interaksi taraf ke-i dari faktor A dan taraf ke-j dari faktor B
an galat dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh
litian ini adalah :
g anis
ram
ius
= Konsentrasi asam asetat 3,0 % dengan lama waktu perendaman 105
menit.
Menurut Gasperzs (1994), model matematika un
dua yang men
Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + εijk
an :
Yijk = nilai pengamatan pada suatu percobaan ke-k yan
perlakuan –ij (taraf ke-I dari faktor
µ = nilai tengah umum (rata-rata yang sesun
αi = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor A
βj = pengaruh perlakuan ke-j dari faktor B
εijk = pengguna
kombinasi perlakuan ke-j.
2. Peubah Tetap
Peubah tetap yang diperlukan dalam pene
a. Jenis pati jagun = Pati Jagung M
b. Berat pati jagung = 75 g
c. Suhu Acetilasi = 45 ° Celc
24
e. Volume aquadest = 375 ml
= 70 ° Celcius
i.
h :
eliputi :
uhu Tinggi ( Pomeranzs, 1985 )
ti jagung asam) perlakuan terbaik, meliputi :
F.
f. Konsentrasi NaOH = 0,3 M
g. pH akhir larutan = 5,0
h. Suhu pengeringan
Lama waktu pengeringan = 3 jam
E. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adala
1. Analisa pada produk (pati jagung), m
a. Kadar air metode oven ( Sudarmadji, 1997 ).
b. Swelling Power (Sudarmadji,1959)
c. Viskositas dengan viskosimeter.
d. % Solubility (Kainuma (1967) dalam Ayu (2009)).
e. Ketahanan Pati Terhadap S
2. Analisa pada produk (pa
a. Poto sebaran granula pati
Pelaksanaan Penelitian
a. Melarutkan 75 gram pati jagung aquadest dengan 375 ml aquadest
sehingga terbentuk slurry.
b. Pengaturan pH awal sebesar 8 ,0 dengan penambahan NaOH 0,3 M
c. Dilakukan proses acetylasi dengan cara perendaman selama (75
menit, 90 menit dan 105 menit) dalam larutan asam asetat dengan
konsentrasi sesuai variabel yang di teliti (0 % ; 1 % ; 2 % ; 3 % )
d. Dilakukan pengaturan pH slurry pati asetat sampai dicapai 8,0
dengan penambahan NaOH 0,3 M
e. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan menggunakan kertas
ihasilkan dilakukan pengguilingan dengan blender
emudian dilakukan analisa
kadar air, swelling power , % sullubility, ketahanan pati terhadap
suhu tinggi, foto sebaran granula pati.
saring sehingga diperoleh cake dan filtrat. Filtrat yang diperoleh
dibuang.
f. Cake yang diperoleh dilakukan pencucian dengan aquadest
sebanyak empat kali.
g. Cake yang diperoleh dari hasil pencucian dilakukan pengeringan
dengan oven suhu 70 C sehingga dihasilkan tepung.
h. Tepung yang d
dan pengayakan dengan ukuran 80 mesh sehingga diperoleh pati
jagung asetat.
26
Air (375 ml) Pencampuran
Pati Jagung (75 gram)
Slurry ( pati jagung )
Pengaturan pH 8
Acetilasi (suhu 450 )
Lama enit,90
menit, 105 menit) perendaman (75 m
Pengaturan pH 5
NaOH NaOH
Kosentrasi asam asetat % ;1,0 % ; 2,0 % ; 3,0 % 0,0
filtrat Penyaringan
Pengeringan
( Oven ) suhu 70° C selama 3 jam
Penggilingan
[image:40.595.111.575.135.696.2]Pati jagung asetat
Gambar 6. Diagram alir pembuatan pati jagung asetat cake
Analisa :
Kadar air Swelling power Viskositas % solubility
Ketahanan Pati pada suhu tinggi
Perlakuan terbaik :
Poto sebaran granula pati
filtrat aquades
cake
Pencucian
Pengayakkan 80 Mesh
Perlakuan Terbaik
A. Analisa Pati Jagung Asetat 1.Kadar Air
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 2), menunjukkan adanya
interaksi nyata (p≤0,05) antara perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama
perendaman terhadap kadar air pati jagung manis terasetilasi. Masing–masing
perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar air. Nilai rata – rata kadar air jagung
manis terasetilasi dengan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap
[image:41.612.133.521.385.641.2]kadar air pati jagung manis terasetilasi ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai rata-rata kadar air pati jagung manis terasetilasi dengan perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman.
Perlakuan Konsentrasi Asam Asetat (%) Lama perendaman (menit) Rerata Kadar air (%)
DMRT 5% Notasi
28
Pada Tabel 2 dapat di lihat bahwa kadar air pati jagung terasetilasi berkisar
antara 9, 518 % hingga 12,772 % . Kadar air terendah terdapat pada perlakuan
kosentrasi asam asetat 0 % dan lama perendaman 75 menit adalah 9, 518 %.
Sedangkan kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan kosentrasi asam asetat 3 % dan
lama perendaman 105 % adalah 12.772 %. Grafik hubungan antara konsentrasi asam
[image:42.612.118.546.251.463.2]asetat dan lama perendaman dapat di lihat pada Gambar 7.
Gambar 7 . Hubungan kosentrasi asam asetat dan lama fermentasi terhadap kadar air pati jagung manis terasetilasi.
Dari Gambar 7 menunjukan bahwa semakin tinggi kosentrasi asam asetat
maka semakin besar pula kadar air pati jagung manis termodifikasi hal ini di
sebabkan lama perendaman antara pati dan asam asetat semakin banyak pula jumlah
asam asetat yang tersedia untuk beraksi dan menstitusi gugus hidroksil (OH -) pati.
Menurut Fanita (2008), Peningkatan kadar air terhadap pati termodifikasi
menyebabkan struktur pati menjadi lebih renggang, sehingga sel pati mudah
menyerap air dan pati menjadi lebih mengembang.
2.Swelling Power ( Kekuatan Pembengkakan )
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3), menunjukkan adanya interaksi
yang nyata ( p ≤ 0,05 ) antara perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman
serta masing-masing perlakuan berpengaruh nyata ( p ≤ 0,05 ) terhadap swelling
power ( kekuatan pembengkakan ) pada pati jagung manis teasetilasi.Rerata Swelling
power ( kekuatan pebengkakan) dapat di lihat pada Tabel 3. Pengaruh konsentrasi
asam asetat dan lama perendaman terhadap swelling power ( kekuatan pembengkakan
[image:43.612.131.520.386.639.2]) pati jagung manis terasetilasi di tunjukkan pada Gambar 8.
Tabel 3. Nilai rata-rata swelling power (kekuatan pembengkakan) pati jagung manis terasetilasi dengan perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman.
Perlakuan Konsentrasi Asam Asetat (%) Lama perendaman (menit) Rerata Swelling power (%)
DMRT 5% Notasi
0 75 90 105 10.395 10.605 10.835 - 0.05619 0.05890 a b c 1 75 90 105 16.160 16.315 16.650 0.06034 0.06143 0.06215 d e f 2 75 90 105 17.145 17.420 17.585 0.06251 0.06287 0.06305 g h i 3 75 90 105 18.255 18.580 18.725 0.06323 0.06325 0.06685 j k l
Pada table 3 dapat di lihat bahwa swelling power ( kekuatan pemekaran )
30
terendah pada kosentrasi asam asetat 0 % dan lama perendaman 75 menit dengan
swelling power ( kekuatan pemekaran ) adalah 10, 395 % sedangkan kosentrasi
tertinggi pada kosentrasi asam asetat 3 % dan lama perendaman 105 menit adalah
[image:44.612.135.560.214.441.2]18,725 %.
Gambar 8 : Hubungan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap swelling power ( kekuatan pembengkakan ).
Dari Gambar 8 terlihat bahwa swelling power terendah pada perlakuan
asam asetat 0 % dan lama perendaman 75 menit yaitu 10, 395 %sedangkan
swelling power tertinggi pada kosentrasi asam asetat 3% dan lama perendaman
105 menit adalah 18, 275 hal ini disebabkan semakin tinggi kosentrasi asam
asetat dan semakin lama waktu perendaman, semakin besar pula swelling power
pati jagung manis terasetilasi.Hal ini disebabkan keberadaan amilosa yang
merupakan komponen penyusun pati, semakin tinggi kosentrasi asam asetat dan
Menurut Ayu (2009) swelling power sangat dipengaruhi oleh keberadaan
amilosa sebagai salah satu komponen penyusun pati.Semakin lama waktu reaksi
maka semakin banyak amilosa yang tereduksi. Penurunan jumlah amilosa tersebut
menyebabkan kenaikan swelling power.
Modifikasi dengan asam prinsipnya adalah memotong ikatan ( £ )- 1,4
– glukosida dan ( £ )- 1,6 – glukosida dari amilopektin, sehingga ukuran pati
menjadi lebih kecil dan meningkatkan kapasitas granula pati untuk menjadi
gel.Peningkatan amilosa akan meningkatkan kapasitas granula pati dalam
kemampuannya untuk menyerap air dan mengembang (Anonymous, 2007).
3.Viscositas
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3), menunjukkan adanya interaksi
yang nyata ( p ≤ 0,05 ) antara perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman
serta masing-masing perlakuan berpengaruh nyata ( p ≤ 0,05 ) terhadap viscositas.
Rerata Viscositas dapat di lihat pada Tabel 5. Pengaruh kosentrasi asam asetat dan
lama perendaman terhadap viskositas pati jagung manis terasetilasi di tunjukkan pada
32
Tabel 4. Nilai rata-rata viskositas pati jagung manis terasetilasi dengan perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman.
Perlakuan Konsentrasi Asam Asetat (%) Lama perendaman (menit) Rerata Viscositas (Cps)
DMRT 5% Notasi
0 75 90 105 90 87 83.5 2.05684 1.94622 1.94566 j i h 1 75 90 105 79 78 75 1.9401 1.92342 1.92342 g ef f 2 75 90 105 73 71.5 69.5 1.91231 1.89007 1.85671 e cd d 3 75 90 105 66.5 65 63.5 1.81224 1.72886 - C b a
Dari Tabel 3 terlihat bahwa viskositas pati jagung manis terasetilasi antara
63.5 cps hingga 90 cps. Viskositas terendah adalah kosentrasi asam asetat 3 % dan
lama perendaman 105 menit yaitu 90 cps dan viskositas tertinggi adalah kosentrasi
Gambar 9. Hubungan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap viskositas pati jagung manis terasetilasi
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa viskositas pati jagung manis tertinggi pada
kosentrasi asam asetat 0 % dan lama perendaman 75 menit sedangkan viskositas
terendah pada konsentrasi asam aseta 3 % dan lama perendaman 105 menit. Pati
jagung manis terasetilasi menurun seiring dengan bertambahnya kosentrasi asam
asetat dan semakin lama waktu perendaman. Hal ini disebabkan semakin lama
perendaman antara asam asetat dan pati akan memperlemah ikatan molekul pati yang
digantikan oleh gugus asetil yang menyebabkan sturktur pati menjadi lebih renggang
dan air yang semula di dalam granula pati menjadi ikut keluar sehingga viskositas
pati menurun.
Hal tersebut sesuai dengan Fanita (2009), bahwa penambahan CH3COOH
serta lama perendaman menyebabkan rantai pati terdegradasi dan ikatan pati dengan
34
mampu menahan air yang ada di dalamnya dan viskositasnya menjadi lebih rendah di
banding dengan pati alami (tanpa modifikasi) .
Menurut Hariyadi ( 1993 ) pati yang terendam pada larutan dengan
keasaman yang tinggi maka dapat terjadi hidrolisi pada ikatan glukosidik sehingga
menurunkan kekentalan gel pati.
4. Persen Sollubility
Berdasarkan hasil analisis ragam pada (Lampiran 3), menunjukkan adanya
interaksi yang nyata ( p ≤ 0,05 ) antara perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama
perendaman serta masing-masing perlakuan berpengaruh nyata ( p ≤ 0,05 ) terhadap
persen sollubility. Rerata persen Sollubility dapat di lihat pada Tabel 5. Pengaruh
kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap persen sollubility pati jagung
Tabel 4. Nilai rata-rata persen sollubility pati jagung manis terasetilasi dengan perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman.
Perlakuan Konsentrasi Asam Asetat (%) Lama perendaman (menit) Rerata Sollubility (%)
DMRT 5% Notasi
0 75 90 105 10 10 11 - 2.3417 2.5917 a a a 1 75 90 105 20 22 24 2.7167 2.7333 2.8333 b c d 2 75 90 105 26 28 30 2.8667 2.8833 2.9083 cd d de 3 75 90 105 32 37 38 2.9167 2.9175 3.0833 e f f
Dari Gambar 10, terlihat bahwa persen solubility pati jagung manis terasetilasi
antara 10 % hingga 38 %. % solubility atau kelarutan terendah pada kosentrasi asam
asetat 0 % dan Lama perendaman 75 menit adalah 10 % sedangkan kelarutan
tertinggi pada kosentrasi asam asetat 3 % dan lama perendaman 105 menit adalah 38
36
Gambar 10. Hubugan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap %solubility
Dari gambar 10 dapat di lihat persen solubility tertendah pada
kosentrasi asam asetat 0 % dan lama perendaman 75 menit adalah 10 % sedangkan
persen sollubilyty tertinggi pada kosentrasi asam asetat 3 % dan lama perendaman
105 menit hal ini disebabkan jika pati di panaskan pada air yang berlebih, ikatan
hydrogen yang menstabilkan struktur pati, terputus dan di gantikan antara pati dan air
yang menyebabkan granula pati mengembang dan mudah terlarut dalam air
Menurut Ayucitra, (2009) pati hasil modifikasi secara asetilasi lebih mudah
larut dibandingan dengan pati alami (tanpa modifikasi),hal tersebut disebabkan
melemahnya ikatan hydrogen di dalam pati memudahkan air berpenetrasi ke dalam
semakin banyak pula amilopektin yang tereduksi oleh gugus asetil sehingga pati yang
di hasilakan semakin mudah larut dalam air.
5. Ketahanan Pati Pada Suhu Tinggi
Berdasarkan hasil analisis ragam (Lampiran 3), menunjukkan adanya interaksi
yang nyata ( p ≤ 0,05 ) antara perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman
serta masing-masing perlakuan berpengaruh nyata ( p ≤ 0,05 ) terhadap ketahanan
pati pada suhu tinggi. Rerata ketahanan pada suhu tinggi dapat di lihat pada tabel 6.
Pengaruh kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap ketahanan pati
[image:51.612.131.522.330.627.2]jagung manis terasetilasi di tunjukkan pada Gambar 11.
Tabel 5. Nilai rata-rata ketahanan pati pada suhu tinggi pati jagung manis terasetilasi dengan perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman. Perlakuan Konsentrasi Asam Asetat (%) Lama perendaman (menit) Rerata Ketahanan pati (Cps)
DMRT 5% Notasi
0 75 90 105 77.25 76.9 76.5 0.804626 0.76135 0.761133 g g g 1 75 90 105 45.5 44.7 43.5 0.758958 0.756783 0.752434 f e d 2 75 90 105 43.2 42.5 41.9 0.748085 0.739386 0.726338 d cd c 3 75 90 105 41 40.75 39.5 0.708941 0.676321 - b b a
Dari Tabel 6 bahwa ketahanan pati jagung manis terasetilasi berkisar antara 77,
38
pada perlakuan Kosentrasi asam asetat 3 % dan lama perendaman 105 menit adalah
[image:52.612.121.552.133.353.2]39.5 cps.
Gambar 11. Hubugan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap Ketahanan pati pada suhu tinggi
Dari Gambar 11 bahwa ketahanan pati jagung manis terasetilasi
berkisar antara 77, 25 cps hingga 39.5 cps, ketahanan pati jagung manis terasetilasi
terendah terdapat pada perlakuan Kosentrasi asam asetat 3 % dan lama perendaman
105 menit adalah 39.5 cps sedangkan ketahan pati suhu tertinggi terdapat pada
perlakuan kosentrasi asam asetat 0 % dan lama perendaman 75 menit adalah 39.5
%. Hal ini disebabkan gugus asetil berperan melonggarkan ikatan antar polimer
(berperan sebagai pemblok sehingga struktur granula pati rentan terhadap
pemanasan namun ketika di dinginkan, gugus asetil berperan untuk mencegah
reasosiasi sehingga membatasi retrogadasi.
Menurut Estiasih ( 2006 ) Substitusi ( dengan CH3COOH ) berperan
granula lebih longgar menyebabkan pati rentan terhadap pemanasan ( Pemasakan ),
ketika di dinginkan, senyawa pemblok berperan mencegah reasosiasi sehingga
membatasi retrogadasi.
B. Analisa Keputusan
Data-data yang di perlukan untuk menganalisa keputusan adalah aspek kualitas
fisik dan kimia meliputi kadar air, swelling power (kekuatan pembengkakan),
[image:53.612.166.520.517.755.2]solubility (kelarutan), viskositas dan ketahanan pada suhu tinggi. Dari data-data pada
table berdasarkan aspek kualitas fisik dan kimia maka di ambil keputusan bahwa
perlakuan terbaik adalah perlakuan kosentrasi asam asetat 2 % dan lama perendaman
90 menit, yang memiliki kadar air 1.6250 %, swelling power 12, 62 %, solubility
28%, viskositas 71,5 cps dan ketahanan pati 42.5 cps.
C. Analisa Pati Jagung Manis Terasetilasi dari Perlakuan Terbaik 1. Bentuk Granula Pati
Berikut ini Gambar bentuk granula asli dan granula pati pada pati jagung
terasetilasi dengan CH3COOH dapat di lihat pada gambar 10 di bawah ini yang
40
Gambar 12 : Bentuk granula pati jagung tanpa perlakuan
[image:54.612.176.502.158.457.2]
(Pembesaran 100x)
Gambar 10 : Bentuk granula pati jaagung manis terasetilasi (Pembesaran 100x)
Pada Gambar 9 dapat di lihat bahwa bentuk granula pati jagung manis tanpa
modifikasi adalah bulat, tidak beraturan dan jarak antar molekul pati berhimpitan.
Sedangkan pada Gambar 10 terlihat granula pati jagung manis terasetilasi dengan
CH3COOH lebih merenggang dan molekul pati pun merenggang. Hal ini di sebabkan
adanya kosentrasi CH3COOH daan lama perendaman menyebabkan struktur granula
menahan air yang masuk dan air yang keluar dengan kenampakan seperti itu dapat
terlihat bahwa pati mengalami modifikasi.
Keunggulan sifat fisika kimia yang di miliki oleh pati terasetilasi adalah
peningkatan swelling power ( pengembangan pati ) dan persen sollubilyti ( kelarutan
) dan penurunan viskositas bila dipanaskan di bandingkan pati alami ( Artiani, 2009 )
D. Analisis Finansial 1. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi direncanakan tiap tahun memerlukan bahan baku
jagung sebanyak 1733333 kg, asam asetat 2356 ℓ dan sebanyak NaOH 377 kg.
Setelah diolah akan menghasilkan 156.000kg/tahun pati jagung manis terasetilasi.
2. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang di keluarkan untuk menjalankan suatu
uasaha. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang terdiri dalam jangka waktu tertentu
tidak berubah mengikuti perubahan tingkat produksi biaya tetap bersifat konsisten
pada relevan range tertentu.Biaya tetap adalah biaya yang besarnya berubah sejalan
tingkat produksi yang di hasilkan. Secara singkat total biaya produksi pertahun dari
industri pati jagung manis terasetilasi adalah sebagai berikut.
Total biaya produksi = Biaya tetap + Biaya Produksi Langsung
= Rp.138.261.918 + Rp 1.110.874.758
= Rp. 1.249.136.676
3. Harga Pokok Produksi
Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap tahun,
42
Harga Pokok = Total biaya produksi Kapasitas produksi per tahun
Rp. 1.249.136.676
Rp. 156.000
= Rp. 8.018,82 4. Harga Jual Produksi
Harga jual di peroleh berdasarkan dari harga pokok, harga produk selain di
pasaran dan juga keuntungan yang ingin di capai 20 % dari harga pokok. Pajak 10
% dari harga jual.
Harga Jual = Harga pokok +Keuntungan 20% + Pajak 10%
= Rp. 8.018,82 + Rp. 1603,7689 + Rp. 801,882
= Rp. 10.424 ≈Rp. 10.500,- 5. Break Even Point
Break Even Point menunjukkan nilai total aneka pendapatan sesama
dengan pengeluaran. Kriteria ini di gunakan untuk menentukan jumlah penghasilan
yang harus dicapai sampai terjadi titik impas antara pendapatan dan pengeluaran.
Hasil BEP dapat di lihat di Lampiran .
a) BEP = 4.105.810,54 Unit/ Tahun
b) BEP (%) = 26,32 %
c) BEP = Rp. 431.110.106,26
6. Pay back Period
Payback period menggambarkan panjangnya waktu yang di perlukan agar dan
Period dari investasi yang di usulkan lebih pendek dari pada Payback Period
maksimum, maka usul investasi tersebut dapat di terima.
Berdasarkan lampiran di peroleh nilai payback period sebesar 3,3. Umur
ekonomis proyek direncanakan 5 tahun.
7. Net Present Value (VPV)
Net Present Value merupakan selisih antara nilai investasi saat sekarang
dengan nilai penerimaan bersih di masa dating. Suatu proyek dapat di pilih jika
NPV nya lebih besar dari nol. Berdasarkan perhitungan pada lampiran. Perhitungan
NPV pada produk pati jagung manis termodifikasi adalah sebesar Rp. 2,343,641,332
dengan demikian proyek ini dapat diterima karena nilai NPV nya lebih besar
daripada nol.
8. Internal Rate Of Return
IRR merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai
penerimaan bersih dengan jumlah investasi awal dari proyek yang di kerjakan. IRR
juga berarti tingkat suku bunga yang menyebabkan NPV = 0. Proyek dapat di terima
bila IRR lebih besar dari suku bunga sekarang..
Berdasarkan lampiran, di peroleh IRR sebesar 22.434 %. Berarti proyek ini dapat di terima karena IRR lebih besar dari pada suku bunga yang di kehendaki yaitu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
1. Hasil penelitian menunjukkan terjadi interaksi yang tidak nyata antara perlakuan kosentrasi asam asetat dan lama perendaman terhadap kadar air, Swelling power, viscositas, % solubility dan ketahanan pati pada suhu tinggi 2. Dari karakterisasi fisiko kimia pati jagung manis terasetilasi aspek kualitas
fisik, kimia dan organoleptik maka di ambil keputusan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan kosentrasi asam asetat 2 % dan lama perendaman 90 menit, yang memiliki kadar air 11.625 %, swelling power 17.420 %, solubility 28 %, viskositas 71,5 cps dan ketahanan pati 42,5 cps.
3. Hasil analisis financial di ketahui bahwa nilai Break Even Poin (BEP) di capai pada Rp. 431.110.106,26 sebesar 24 % dan kapsitas titik impas 4.105.810,54 Unit Unit/ Tahun, sedangkan Internal Rate Of Return (IRR) mencapai 26,32 %, Payback Period 3,3 tahun, Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 4.105.810,54. B. SARAN
Perlu adanya aplidasi lebih lanjut tentang pati jagung manis termodifikasi dengan metode asetilasi untuk pada produk pangan.
www.google.com / Wikipedia. Diakses 21 Januari.2009.
Anonymous, 2009. Pengetahuan Bahan Agroindustri. http : // www.google.com.Diakses 24 November 2009.
Anonymous, 2006.Teknologi Modifikasi Pati.http: // 24 November 2009.
Artiani P A,2009. Modifikasi Cassava Starch dengan Proses Acetylasi Asam Asetat Untuk Produk Pangan. Seminar Teknik Kimia Indonesia.Jurusan Teknik Kimia Universitas Diponegoro.Semarang
Ayucitra A. Laurentina EK S.Nani I, 2009. Pengaruh Modifikasi Secara Asetilasi Terhadap Karateristik Pati Sagu dan Pati Jagung. Jurnal.Jurusan Teknik Kimia .Fakultas Teknik. Universitas Katolik Widya Mandala. Surabaya.
Estiasih T, 2006. Teknologi dan aplikasi Polisakarida dalam PengolahanPangan.Fakultas Teknologi Pertanian.Universitas Brawijaya.Malang.
Fanita, Sugma F. 2008. Karakteristik Sifat Fisik, Kimia dan Fungsional Pati Umbi Gembili (Discorea aculeate L.) Yang di modifikasi Secara Esterifikasi Dengan CH3COOH. www.unej.id/fakultas/tp/skripsi/thp/sugmaf.pdf
Diakses tanggal 05oktober 2010
Fennema O. R. 1976. Principle of Food Chemistry Part I (Food Chemistry), Marcel dekker Inc. New York. P: 112-114.
Gaspersz, V., 1994, Metode Perancangan Percobaan, CV. Armico, Bandung. Haryadi, 1993.Handout Kuliah Kimia dan Teknologi Karbohidrat.Program Pasca
Sarjana.Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.
Kartika B., P. Hastuti dan W. Supartono, 1988, Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan, PAU Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Mangkusubroto, K. dan T. Listiarini. 1987. Analisa Keputusan. Pendekatan Sistem dalam Manajemen Usaha dan Proyek. ITB, Bandung.
Novita, Nia W. 2000. Pengaruh Kosentrasi Na2HPO4 dan kosentrasi NaCL Pada
Crosslinked Starch Ubi Jalar Terhadap Sifat-sifat Tepung Ubi Jalar Termodifikasi. Skripsi. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya .Malang .
Pomerannz, Y. 1991. Fuctional Properties of Food Components. Second Edition. Academic Press, inc. California
Suarni R , 2006. Teknologi Pengolahan Jagung . http : // www.google.com.Diakses 24 November 2009.
Rosida, 2007. Diktat Mata Kuliah Uji Inderawi. Jurusan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri UPN “Veteran” Jawa Timur.
46
Setiawan I, 2009. Pengaruh Fermentasi Spontan Tehadap Sifat Fisikokimia Pati Jagung.Laporan Skripsi Universitas Lampung. http : // www.google.com.Diakses 24 November 2009.
Siagian, P., 1987. Penelitian Operasional. UI-Press, Jakarta.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi, 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian (Edisi Keempat). Penerbit Liberty, Yogyakarta.