• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGENDA ITEM Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "AGENDA ITEM Latar Belakang"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

AGENDA ITEM 1.10

1. Latar Belakang

Agenda item 1.10 bertujuan untuk mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi dalam rangka mendukung pelaksanaan system keselamatan kapal dan pelabuhan serta bagian-bagian terkait sesuai dengan Resolusi 357 WRC 2007 dan hasil studi ITU-R.

Agenda item 1.10 mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi untuk system keamanan dan keselamatan kapal dan pelabuhan melalui

Ship Security

and Alerting System

(SSAS)

and Long-Range Identification

dan

Tracking of

ships

(LRIT).

Komunitas global maritime menyepakati bahwa perlu ditingkatkannya identifikasi dan pelacakan kapal dan kargo serta keamanan dan keselamatan kapal dan pelabuhan.

2. Hasil studi Working Party

a. Deteksi pesan AIS dari satelit

Automatic Identification System (AIS) merupakan sistem pelacakan pada kapal dan Vessel Traffic Service (VTS) untuk mengidentifikasi dan menentukan lokasi kapal melalui pengiriman data dengan kapal dan VTS di sekitarnya. International Maritime Organization (IMO) mengharuskan AIS dipasang pada kapal dengan cakupan internasional dengan gross tonnage (GT) lebih dari 300 ton atau kapal penumpang berbagai ukuran.

Pesan AIS dapat dideteksi dari satelit namun mengalami beberapa kendala antara lain pesan yang overlap (penerimaan tidak jelas) serta banyaknya pesan AIS yang diterima oleh satelit, sehingga pada penelitian ITU-R dilakukan peninjauan terhadap karakteristik teknis dan operasional AIS pada kapal serta kebutuhan dan pembatasan penerimaan pesan AIS pada satelit. Pembatasan tersebut yaitu :

1. Pembatasan panjang pesan AIS pada time slot (tidak tersedia jeda waktu yang cukup untuk range deteksi satelit)

2. Jumlah pesan pada footprint antena satelit (diluar penggunaan time slot pada VDL seperti yang dideteksi satelit)

3. Kesulitan satelit AIS untuk membedakan pesan AIS dan komunikasi dari servis terestrial pada footprint antena satelit (coverage patern).

Dari penelitian terkait permasalahan ini didapatkan kemungkinan pemecahan sebagai berikut :

(2)

1) Pesan AIS dengan panjang tertentu (96 bit) yang dipakai untuk penerimaan satelit akan menyelesaikan permasalahan penerimaan pesan yang tidak jelas.

2) Interval pelaporan tertentu (diajukan sekitar 3 menit) diperlukan untuk pesan AIS satelit.

3) Kapal dalam jangkauan base station AIS harus menekan transmisi pesan AIS satelit.

4) Deteksi satelit terhadap AIS shipborne harus dibatasi ke dalam AIS kelas A (SOLAS) karena cakupan kelas B sudah terlalu banyak. 5) Frekuensi operasi yang terpisah selain AIS 1 dan AIS 2 diperlukan

dan tidak disarankan untuk teresterial.

6) Frekuensi sebaiknya dipertimbangkan hanya dari Appendix 18 karena jangkauan tuning dari shipborne AIS terbatas dengan mempertimbangkan kemungkinan frekuensi AIS tambahan. Laporan ITU-R M.2084 menunjukkan gangguan yang ditimbulkan oleh servis yang sudah ada di band tersebut sehingga harus diperhitungkan apakah satelit AIS akan diberikan di band atau kanal tertentu karena besarnya overlap baik di darat maupun laut. 7) Pada RR Appendix 18 hanya terdiri dari 4 frekuensi (kanal 16, 70,

75 dan 76) yang khusus digunakan untuk maritime. Kanal 70 dan 16 tidak dapat digunakan karena sudah dipakai untuk distress dan calling. Sehingga hanya dapat menggunakan kanal 75 dan 76 namun dengan pembatasan power karena adjacent dengan kanal 16.

8) Diusulkan menggunakan message 27 untuk AIS satelit yang lebih pendek yaitu 17 ms dengan interval transmisinya lebih pendek yaitu 1 kali tiap 3 menit dengan daya 12.5 Watt bergantian pada kanal 75 dan 76.

b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan

Frekuensi maritime 500 KHz digunakan untuk komunikasi distress dan keselamatan kapal di laut melalui mode telegrafi. Namun tidak digunakan lagi sejak telegrafi Morse dihentikan. Dalam hal ini, ITU-R mengkaji secara teknis terkait penggunaan frekuensi ini untuk penyiaran digital antar komunitas maritim. Hal ini dikaji terkait kebutuhan dimasa datang akan informasi yang harus dikirimkan kepada kapal laut pada situasi urgen sehingga membutuhkan kapasitas lebih dari yang diberikan NAVTEX, SafetyNET atau pengumuman melalui suara yang sudah ada.

Band 495 – 505 KHz digunakan untuk layanan bergerak maritime dengan bandwidth 10 KHz hanya dapat digunakan untuk alokasi static dengan propagasi gelombang permukaan sehingga mempunyai medan elektromagnetik yang stabil. Cakupan tiap transmitter sekitar 250-300 mile dengan power RF 1 KW. Modulasi yang digunakan adalah OFDM. Informasi yang dapat dikirima yaitu :

(3)

- Informasi keselamatan navigasi - Informasi cuaca

- Informasi keamanan

- Informasi keselamatan dan pencarian - Informasi pelabuhan dan kendali - File transfer

- Informasi kartografi

c. Identifikasi dan pelacakan kargo

Sehubungan dengan semakin banyaknya kapal internasional dan kargo, diperlukan peningkatan dalam identifikasi, pelacakan dan pengawasannya. Beberapa administrasi seperti ISO mempelajari kebutuhan spectrum dan standarisasi dari label elektronik pada container untuk memberikan system transportasi internasional yang lebih aman yang menerapkan beberapa teknologi seperti FHSS, sensor frekuensi pasif dan peralatan frekuensi aktif.

Terdapat 3 tag yang harus disertakan dalam container yaitu Container Identity, eSeal dan Supply Chain Tag sehingga menimbulkan kendala- kendala dari segi biaya dan regulasi karena menggunakan frekuensi dan perangkat yang banyak. Saat berada di transit point, ketiga tag ini harus dibaca secara bersamaan sehingga dibutuhkan tag RF dan pengkodenya yang komplek. Kendala lainnya adalah belum ada frekuensi yang digunakan untuk aplikasi identifikasi dan pelavakan container ini. Solusi dari permasalahan ini yaitu menggunakan tag tanpa battere yang dipasang pada kargo dan dapat dibaca pada jarak dan kecepatan tertentu. Tag ini dapat digunakan sebagai Container Security Devices (CSD) yang akan mengirimkan input sensor ke infrastruktur radio. Teknologi ini dapat memberikan peningkatan dalam keamanan, keselamatan dan pergerakan perdagangan yang efektif serta meningkatkan penggunan container.

d. Maritime Mesh Network

Konsep e-navigasi bertujuan untuk memberikan keamanan dan keselamatan pada pelabuhan kapal dengan menggunakan informasi hydrographical, meteorologi dan pelayaran serta memperlancar komunikasi termasuk pertukaran data antar kapal, kapal ke pelabuhan, pelabuhan ke kapal, antar pelabuhan dan lainnya. Semua ini dapat tercapai dengan menambah akses bandwidth seiring bertambah besarnya data yang dikirimkan. Teknologi jaringan mesh maritime dapat dikembangkan dengan menggunakan secara efektif system spectrum radio yang ada pada jalur-jalur pelayaran sehingga informasi dapat tersebar. Cakupannya berdasarkan jaringan radio yang terhubung antar kapal-kapal dan suar. Jaringan radio mesh ini akan terhubung ke jaringan teresterial melalui stasiun darat yang ditempatkan dalam interval tertentu sepanjang garis pantai. Setiap

(4)

kapal akan terkait dengan jaringan radio yang berkemampuan untuk mengalihkan frekuensi sesuai peraturan frekuensi negara yang dilewati. Hal ini dapat dicapai dengan operator multiband atau teknologi radio kognitif. Informasi lokasi yang diberikan GPS juga dapat digunakan pada radio mesh untuk membantu pemilihan frekuensi yang cocok sehingga radio dapat terhubung pada suatu area atau Negara. Band frekuensi operasional untuk jaringan mesh broadband maritime berkisar antara VHF/UHF sampai GHz dan harus disesuaikan dengan regulasi frekuensi regional dan Negara, spesifikasi standar, ketentuan dan spesifikasi datarate dan jarak dari operator. Frekuensi pada daerah dekat pantai dalam range GHz sedangkan daerah yang jauh dapat menggunakan band UHF/VHF.

Penelitian ITU-R mempertimbangkan apabila jaringan mesh maritime menggunakan band frekuensi yang sama dengan mobile broadband wireless access. Hal ini dapat dilakukan melalui Rekomendasi atau Resolusi yang memaparkan spectrum yang ditetapkan di jalur perkapalan dan pelabuhan untuk menjamin interoperabilitas internasional dari jaringan mesh maritime.

(5)

3. Frekuensi

a. Deteksi pesan AIS dari satelit - Frekuensi yang dikaji

Transmitting frequencies

(MHz)

Port operations and ship movement 8 Notes From ship stations From coast stations Inter-ship Single frequency Two frequency Public corres-pondence 15 g) 156.750 156.750 x x 75 n) r) 156.775 156.775 x

16 f ) 156.800 156.800 DISTRESS, SAFETY AND CALLING 76 n) r) 156.825 156.825 x

Kanal 75 dan 76 akan digunakan untuk layanan satelit bergerak (Earth-to-space) sebagai penerimaan transmisi AIS dari kapal menggunakan message 27

- Frekuensi dalam TAFI

Band frekuensi 130 - 160 MHz digunakan untuk dinas tetap bergerak maritime dan radio navigasi.

Kanal 75 dan 76 akan digunakan untuk komunikasi antar kapal dan antara kapal dengan pelabuhan.

b. Penyiaran informasi keamanan dan keselamatan dari dan ke kapal dan pelabuhan

- Frekuensi yang dikaji Band 495 – 505 KHz - Frekuensi dalam TAFI

Band 495 – 505 KHz digunakan untuk layanan bergerak. c. Identifikasi dan pelacakan kargo

- Frekuensi yang dikaji

1) 433 MHz (ISO/IEC 18000-7) 2) 860–960 MHz (ISO/IEC 18000-6) 3) 2 450 MHz (ISO/IEC 24730-2)

Pada band 433 dan 860-960 MHz sudah terlalu banyak penggunanya, sehingga disarankan untuk menggunakan frekuensi 2450 MHz untuk aplikasi ini.

- Frekuensi dalam TAFI

Frekuensi 433 MHz digunakan untuk bergerak maritime dan radio navigasi penerbangan.

(6)

Frekuensi 2450 MHz digunakan untuk dinas tetap, bergerak dan penyiaran.

d. Maritime Mesh Network - Frekuensi yang dikaji

Menggunakan frekuensi broadband wireless access. - Frekuensi dalam TAFI

Band frekuensi 5725 – 5830 MHz digunakan untuk dinas tetap, bergerak dan amatir.

Di Indonesia frekuensi ini digunakan untuk broadband wireless access.

4. Pandangan negara lain dari APG 2009 Malaysia

Pada saat ini tidak merasa perlu adanya perubahan regulasi atau alokasi untuk dilaksanakan di WRC-11. Perubahan pada RR dan table alokasi spectrum tidak diharapkan untuk menjamin pendahuluan teknologi baru untuk keamanan dan keselamatan kapal dan pelabuhan. Penelitian lain terkait persoalan tersebut dapat dilakukan apabila tersedianya informasi mengenai kekurangan akan spectrum dan terbuktinya kebutuhan akan spectrum.

Iran

Iran menyampaikan 5 (lima) hal, yaitu :

1. Kesimpangsiuran antara ‘Keselamatan’ dan ‘Keamanan’ pada agenda item ini sebaiknya dijelaskan untuk menghilangkan interpretasi keduanya.

2. Iran mendukung amandemen yang dibutuhkan pada deteksi satelit dari pesan AIS.

3. Iran mendukung penelitian untuk menentukan kebutuhan spectrum pada R

adio Frequency Identification Tags

untuk keperluan maritime. 4. Berbagai perubahan pada agenda item ini sebaiknya tidak berpengaruh

pada frekuensi yang digunakan GMDSS.

5. Dilakukkannya penelitian terhadap identifikasi frekuensi satelit berdasar AIS pada band frekuensi 156-162.025 MHz serta penggunaan guard band kanal 16 dan kemungkinan interferensi terhadap kanal tersebut.

Australia

Australia mendukung penelitian untuk mengkaji kebutuhan alokasi frekuensi dan regulasi yang terkait dengan melihat pada operasi dari system keselamatan untuk kapal dan pelabuhan, sesuai dengan Resolusi 357 (WRC-07) khususnya pada sharing dan kompatibiltitas dengan layanan yang sudah ada.

(7)

New Zealand

New Zealand mendukung penelitian yang berlangsung dalam ITU-R serta mempertimbangkan pilihan atau rekomendasi lain berdasarkan prestasinya.

Jepang

Jepang mendukung penelitian ITU-R WP5B mengenai deteksi satelit dari pesan AIS, penyiaran informasi keamanan dan keselamatan, identifikasi dan pelacakan kargo, pemantauan evolusi dari konsep e-navigasi, system data HF untuk mengirimkan peringatan keamanan dan informasi keselamatan dan system data VHF yang terkait dengan Resolusi 342 (WRC 2000).

Gambar

Gambar Konfigurasi Mesh Antar Kapal

Referensi

Dokumen terkait

Adapun perbedaan yang dapat dilihat dari kebijakan Antidumping di Indonesia dan di Filipina berkenaan dengan penjelasan yang telah disebutkan sebelumnya, Kebijakan

Hal ini menunjukkan bahawa suatu bentuk instrumen pengesanan sistem kepercayaan perlu dibangunkan bagi memenuhi kehendak semasa yang menjadi tidak rasional satu kaedah

Grup Tanjidor Putra Mayang Sari (Cijantung) yang diangkat menjadi objek untuk buku ini, disajikan dengan media fotografi diharapkan mampu mengangkat kembali rasa

Selama penulisan Tugas Akhir ini, saya banyak mendapat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik yang terlibat langsung maupun tidak langsung didalam memberikan

yang ditakdirkan oleh Allah menjadi nabi, bukan sekadar ingin menonjolkan sifat kenabian yang ada pada beliau, namun al-Quran juga ingin memaparkan peranan seorang pemuda yang

Subunit 2 Perbandingan Trigonometri ateri yang dibahas dalam sub unit ini adalah perbandingan trigonometri yang sangat berguna dalam pengukuran – pengukuran panjang dengan

Hambatan pasar memainkan peran penting dalam mengambil keputusan bagi Starbucks untuk masuk dalam pasar suatu negara.. Potensi Pasar Potensi Pasar mengacu pada

Koefisien variable size yang dimoderasikan dengan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) bernilai negatif, yang berarti bahwa kebijakan moneter melalui bank lending channel