TUGAS AKHIR
” PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG
DI PONOROGO”
untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
Diajukan oleh :
REIZA ARIE HARDANA
0551010035
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ” VETERAN”
TUGAS AKHIR
PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG
DI PONOROGO
Dipersiapkan dan disusun oleh :
REIZA ARIE HARDANA
0551010035
Telah dipertahankan didepan tim penguji Pada tanggal : 8 Desember 2011
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S-1)
Tanggal : 15 Desember 2011
Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes NIP. 19590729 198603 2 00 1
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Pembimbing Utama
Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT. NPT. 3 6706 94 0034 1
Pembimbing Pendamping
Ir. Eva Elviana, MT. NPT. 3 6604 94 0032 1
Penguji
Ami Arfianti, ST. MT. NPT. 3 6911 97 0158 1
Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT NPT. 3 6705 94 0033 1
BERITA ACARA SIDANG LISAN TUGAS AKHIR
PERIODE I SEMESTER GASAL 2011-2012
Telah dilaksanakan sidang lisan Tugas Akhir, Atas Nama Reiza Arie Hardana dengan judul Pusat Pengembangan Seni Reog di Ponorogo, pada :
Hari / tanggal : Jumat, 8 Desember 2011
Jam : 13.00 – 14.30 WIB
Tempat : Ruang lab. struktur
Dengan
Dosen Penguji I : Ami Arfianti ST., MT.
Dosen Penguji II : Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT.
Dosen Penguji III : Ir. Erwin Djuni W., MT.
Moderator : Ir. Eva Elviana, MT.
Notulen : Reno Catur (0551010080)
Proses tanya jawab
Dosen Penguji I : Ami Ar fianti ST., MT.
Tanya : Karakteristik reog Ponorogo seperti apa??
penari laki-laki yang diiringi seperangkat gamelan dan musik yang khas.
Tanya : Kira-kira berapa semua luasan dari keseluruhan secara skala besar?
Jawab : ± 8000m².
Tanya : Berapa besar panggung? Apakah cukup?
Jawab : 18 x 24 meter, cukup bu.
Tanya : Berapa lebar lorong penari?
Jawab : 6 meter.
Tanya : Apakah warok itu bisa berinteraksi dengan penonton?
Jawab : Tidak bisa.
Tanya : Penarinya ada berapa orang? Kemudian berapa besar space / sirkulasiny?
Jawab : dimainkan oleh 40 orang penari laki-laki.
Tanya : Untuk barongan berapa besarnya, tinggi, lebar?
Jawab : Tinggi keseluruhan 240 cm, untuk lebar bulatan 250 cm, lebar bulatan bawah 190cm
Tanya : Berapa kapasitas untuk penonton?
Jawab : 3000 orang bu.
Tanya : Apa yang kamu maksud dengan “joglo mengalami modifikasi”? perubahan bentuknya bagaimana
tradisional. Untuk perubahan bentuknya dapat dilihat pada konsep bentukkan.
Dosen Penguji II : Dr . Ir . Pancawati Dewi, MT
Tanya : Apa arti tema perancangan vernakuler?
Jawab : Arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari arsitektur tradisional.
Tanya : Apakah bangunanmu mengikuti karakter penduduk sekitar?
Jawab : Ya, karena didaerah ponorogo masih banyak terdapat bangunan yang memiliki karakteristik arsitektur tradisional
Tanya : Darimana kamu dapat refrensi arsitektur tradisional Jawa Timur?
Jawab : Dari buku dan internet
Tanya : Darimana kamu dapat ilustrasi tatanan massa rumah adat ponorogo?
Jawab : Dari internet hanya sebatas ilustrasi dalam bentuk tulisan, kemudian saya ilustrasikan seperti itu.
Tanya : Untuk ide bentuk Barongan dapat darimana?
Jawab : Dalam tarian reog Ponorogo barongan merupakan inti dari tarian tersebut, jadi saya menjadikannya sebagai vocal point pada bangunan saya
Tanya : Apa prinsip dari atap joglo?
Jawab : Memiliki bentuk persegi panjang, terdaat 16 buah tiang atau kolom yang terdiri dari 4 “saka guru” dan 12 tiang emper, dan memiliki 5 buah “Blandar Tumpang Sari”
Jawab : Ruang staff, ruang perkumpulan, ruang reog, ruang jatilan, ruang warokan, ruang pentulan, ruang musik, ruang latihan bersama, ruang preparator, gudang dan toilet. Sebagai tempat pelatihan reog, menyimpan perlengkapan roeg dan tempat berkumpulnya organisasi kesenian reog yang ada di Ponorogo.
Tanya : Ruang Jatilan itu apa dan berapa luasnya?
Jawab : Ruang khusus untuk latihan penari Jatilan dan menyimpan perlengkapan. Dengan luas 48 m²
Tanya : Pusat Pengembangan Seni Reog itu seperti apa?
Jawab : Pusat kegiatan yang spesifik bersifat mengembangkan reog menjadikan lebih dari sebelumnya
Tanya : Ada berapa kali pementasan dalam setahun?
Jawab : 3 kali dalam setahun
Tanya : Luas dari tempat kedatangan berapa dan terdapat apa saja disana?
Jawab : 1025 m², didalamnya terdapat galery
Dosen Penguji III : Ir . Erwin Djuni W., MT.
Tanya : Apa perbedaan denah lantai 2 dan 3? Apa gunanya?
Jawab : Sebenarnya itu bukan perbedaan lantai, hanya untuk membedakan level tribun.
Tanya : Kira-kira volume bangunanmu ini dengan giri loka sama atau tidak?
Jawab : Tidak sama
Jawab : Untuk dimensinya 40x40cm, sedangkan tingginya 16 meter
Tanya : Dengan kapasitas 3000, bagaimana agar penonton merasa nyaman?
Jawab : Cahaya, suara, panghawaan
Tanya : Bagaimana penghawaannya dan standart kenyamanan bagi penonton?
Jawab : Menggunakan sistem cross ventilasi.
Tanya : Berapa lebar kaca pada bangunanmu?
Jawab : 4.6 meter
Tanya : Bagaimana sistem pencahayaan pada bangunanmu?
Jawab : Alami, karena terdapat banyak jendela
Tanya : Bagaimana sistem penghawaan pada bangunanmu?
Jawab : Alami
Tanya : Bagaimana suara pada bangunanmu?
Jawab : Sound, mic
Tanya : Bagaimana sistem akustik ruang anda?
Jawab : Untuk akustik ruangnya tidak memiliki spesifikasi khusus
Tanya : Berapa bentang kuda-kuda dan panjang bentangnya?
PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG
DI PONOROGO
Reiza Arie Hardana 0551010035
ABSTRAKSI
Penulisan Proposal Tugas Akhir. Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur, Tahun 2009.
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa memiliki seni dan budaya yang bermacam–macam pula, pada bidang seni terdapat perkembangan yang bagus diantaranya kebudayaan yang sudah dikenal sejak zaman dahulu merupakan daya tarik utama.
Reog Ponorogo sebagai salah satu kesenian tradisional daerah juga telah diakui sebagai kesenian daerah yang berkembang secara Nasional. Hal tersebut terbukti dengan diselenggarakannya Festifal Reog pada malam Grebeg Suro yang memperingati tahun Hijriyah, dengan peserta bukan hanya dari daerah Ponorogo saja, tetapi juga dari penjuru Indonesia. Bahkan festival Reog tahun 2003, yaitu peringatan HUT ke-507 Kabupaten Ponorogo dan perayaan Grebeg Suro 2003, berhasil masuk Muri (Museum Rekor Indonesia) karena jumlah pesertanya sangat besar, mencapai 107 grup (www.muri.org/rekor/017.html).
Untuk menjaga kelestarian budaya Reog, pemerintah daerah telah mengambil beberapa langkah. Salah satunya tertuang dalam SK Bupati nomor 22 tahun 1994 yang menyebutkan bahwa tiap daerah atau desa di Ponorogo harus memiliki perkumpulan kesenian Reog. Jumlah perkumpulan Reog tahun 2008 ini mencapai 234 buah perkumpulan Reog dadak merak, dan 21 perkumpulan Reog mini.
Alasan perancang memilih merancang Pusat Kebudayaan Reog Ponorogo, karena Reog Ponorogo adalah kebudayaan asli milik kita yang harus kita jaga dan lestarikan, supaya kebudayaan ini tidak punah serta tidak dipatenkan oleh Malaysia sebagai salah satu kekayaan budaya dari Malaysia.
KATA PENGANTAR
Untuk menyelesaikan studi di Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, semua mahasiswa diwajibkan memenuhi persyaratan kurikuler, salah satunya adalah Tugas Akhir.
Seminar proposal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara garis besar mengenai lingkup proyek yang akan dikerjakan, baik keluasan maupun kedalamannya. Adapun Judul seminar proposal ini adalah :
“PUSAT PENGEMBANGAN SENI REOG DI PONOROGO” Pada kesempatan ini, penulis ingin menghantarkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes selaku dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perancanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 2. Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Ir. Muchlisiniyati Safeyah, MT., selaku Dosen Pembimbing I yang telah menyediakan waktu, tenaga dan bimbingannya didalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Ir. Eva Elviana, MT., selaku Dosen Pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan bimbingannya didalam penyusunan Tugas Akhir ini.
5. Dian Agustin, ST., MT., selaku koordinator LAB Tugas Akhir.
6. Ami Arfianti, ST. MT., Dr. Ir. Pancawati Dewi, MT & Ir. Erwin Djuni Winarto, MT., selaku Dosen Penguji pada Sidang Komprenhensif Tugas Akhir.
7. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 8. Kedua Orang Tua saya yang selalu memberikan semangat, kasih sayang, dan
saya dapat melalui semua dan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.
9. Teman-teman di studio TA.
10.Teman-teman Arch’04, Arch’05, Arch’07, Arch’08.
11.Pihak-pihak lain yang telah memberikan bantuan, pengarahan, dan dukungannya.
Penulis menyadari tidak sedikit hambatan yang timbul selama penulisan tugas ini. Namun hambatan tersebut dapat terlewati berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi civitas akademik FTSP-Teknik Arsitektur Surabaya.
Surabaya, Desember 2011
DAFTAR ISI
Halaman Judul Lembar Pengesahan
Abstrak ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
Daftar Gambar ... vii
Daftar Tabel ... ix
Daftar Bagan ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Perancangan ... 4
1.3. Batasan dan Asumsi ... 4
1.4. Tahapan Perancangan ... 5
1.5. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN OBYEK PERANCANGAN 2.1. Tinjauan Umum Rancangan ... 8
2.1.1. Pengertian Judul Objek Perancangan ... 8
2.1.2. Studi Literatur ... 8
2.1.2.1. Karakteristik Reog ... 8
2.1.3. Studi Kasus ... 19
2.1.3.1. Taman Budaya Surabaya ... 19
2.1.3.2. Panggung Pagelaran Reog Ponorogo ... 25
2.1.4. Persyaratan Pokok Proyek ... 29
2.1.5. Kepemilikan Proyek ... 30
2.2. Tinjauan Khusus Obyek Perancanagan ... 31
2.2.1. Lingkup Pelayanan ... 31
2.2.3. Perhitungan Luasan Ruang ... 34
2.2.4. Program Ruang ... 39
BAB III TINJAUAN LOKASI PERANCANGAN 3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi ... 40
3.2. Penetapan Lokasi ... 40
3.3. Kondisi Fisik Lokasi ... 44
3.3.1. Existing Site ... 44
3.3.2. Aksesibilitas ... 49
3.3.3. Potensi Bangunan Sekitar ... 49
3.3.4. Infrastruktur Kota ... 52
3.3.5. Peraturan Bangunan Setempat ... 54
BAB IV ANALISA PERANCANGAN 4.1. Analisa Ruang ... 56
4.1.1. Organisasi Ruang ... 56
4.1.2. Hubungan Ruang ... 59
4.1.3. Sirkulasi Antar Ruang ... 60
4.1.3.1. Pola Sirkulasi Dan Hubungan Ruang ... 61
4.1.4. Diagram abstrak ... 61
4.2. Analisa Site ... 63
4.2.1. Analisa Pencapaian ... 63
4.2.2. Analisa Pembagian Zoning ... 65
4.2.3. Analisa Iklim ... 67
4.3. Analisa Bentuk Dan Tampilan ... 69
4.3.1. Analisa Bentuk ... 69
4.3.2. Analisa Tampilan ... 70
BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Fakta ... 71
5.3. Goal ... 71
5.4. Tema Perancangan ... 72
5.5. Konsep Perancangan ... 73
5.6. Konsep Tapak ... 74
5.6.1. Konsep Zoning ... 74
5.6.2. Konsep Tatanan Massa ... 75
5.6.3. Konsep Entrance ... 75
5.7. Konsep Tampilan ... 76
5.7.1. Konsep Bentukan ... 76
5.7.2. Konsep Fasad ... 77
BAB VI APLIKASI PERANCANGAN 6.1. Aplikasi Tapak ... 79
6.1.1. Aplikasi Zoning... 79
6.1.2. Aplikasi Tatanan Massa ... 80
6.1.3. Aplikasi Entrance ... 80
6.2. Aplikasi Tampilan ... 81
6.2.1. Aplikasi Bentukan ... 81
6.2.2. Aplikasi Fasad ... 82
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Barongan dan Sketsa Ukuran ... 11
Gambar 2.2. Topeng Klonosewandono dan Sketsa Ukuran ... 12
Gambar 2.3. Pecut Samandiman ... 12
Gambar 2.4. Sketsa Ukuran Topeng Pujangganong ... 13
Gambar 2.5. Topeng Patra Tholo dan Sketsa Ukuran ... 13
Gambar 2.6. Jaranan ... 14
Gambar 2.7. Pola Gerak Tari Barong Lepas ... 16
Gambar 2.8 Pola Gerak Tari Merak Tarung ... 17
Gambar 2.9. Pola Gerak Tari Jatilan Dua Orang ... 17
Gambar 2.10. Pola Gerakan Tari Warok Kolor Sakti ... 18
Gambar 2.11. Pola Gerakan Tari Pujaggangong ... 18
Gambar 2.12. Taman Budaya Jawa Timur ... 20
Gambar 2.13. Panggung Pertunjukan Gedun Keseniaan Cak Durasim ... 23
Gambar 2.14. Potongan Gedung Seni Cak Durasim ... 23
Gambar 2.15. Pendopo Taman Budaya Jawa Timur ... 24
Gambar 2.16. Arsitektur Kolonial Dan Arsitektur Tradisional Jawa ... 25
Gambar 2.17. Panggung Pagelar Reog ... 26
Gambar 2.18. Panggung Saat Pertunjukkan resog Bulanan ... 27
Gambar 2.19. Batas Ruang Penonton ... 27
Gambar 2.20. Panggung Pagelaran Reog Dan Patung ... 28
Gambar 3.1. Peta Lokasi Site ... 44
Gambar 3.2. Lokasi Peta Site ... 45
Gambar 3.3. Batas –Batas Lokasi Perencanaan ... 47
Gambar 3.4. Tata Letak Bangunan Sekitar Site ... 50
Gambar 3.5. Tampak Atas Taman Kota Ponorogo ... 50
Gambar 3.6. Patung Lanasewandana ... 51
Gambar 3.7. Patung Dewi Sanggah Langit ... 51
Gambar 3.8. Tampak Depan Gedung Pemuda ... 52
Gambar 4.2. Diagram Abstrak Vertikal ... 62
Gambar 4.3. Analisa Aksesibilitas ... 63
Gambar 4.4. Fakta Aksesibilitas ... 64
Gambar 4.5. Respon Desain ... 64
Gambar 4.6. Analisa Kebisingan Jalan ... 65
Gambar 4.7. Analisa Kebisingan Dalam Tapak ... 66
Gambar 4.8. Analisa Pembagian Zoning ... 67
Gambar 4.9. Analisa Tapak Dan Pergerakan Matahari ... 68
Gambar 4.10. Analisa Sinar Matahari Terhadap Bangunan... 69
Gambar 4.11. Analisa Tapak dan Pergerakan Matahari ... 69
Gambar 4.12. Analisa Tampilan Bangunan ... 70
Gambar 5.1. Rumah Adat Jawa Timur ... 73
Gambar 5.2. Interior Rumah Adat Jawa Timur ... 74
Gambar 5.3. Zoning ... 74
Gambar 5.4. Ilustrasi Tatanan Rumah Adat Ponorogo ... 75
Gambar 5.5. Jalan Disekitar Site ... 76
Gambar 5.6. Transformasi Bentuk ... 77
Gambar 5.7. Joglo Modifikasi ... 77
Gambar 5.8. Ukiran Dari Motif Batik ... 78
Gambar 6.1. Aplikasi Zoning ... 79
Gambar 6.2. Aplikasi Tatanan Massa ... 80
Gambar 6.3. Aplikasi Entrance... 81
Gambar 6.4. Aplikasi Bentukan ... 82
Gambar 6.5. Modifikasi Joglo ... 82
Gambar 6.6. Fasad Pagelaran dan Detail Ukiran ... 83
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jumlah Organisasi Kesenian Reog ... 3
Tabel 2.1. Kelompok-Kelompok Fasilitas ... 31
Tabel 2.2. Kebutuhan Ruang ... 33
Tabel 2.3. Fasilitas Pertunjukkan ... 34
Tabel 2.4. Pengelola ... 35
Tabel 2.5. Fasilitas Kedatangan ... 36
Tabel 2.6. Restoran... 37
Tabel 2.7. Ruang Mekanikal ... 37
Tabel 3.1. Perbandingan Pemilihan Lokasi Site ... 41
Tabel 4.1. Nama Ruang Berdasarkan Pembagian Area dan Fasilitasnya... 57
DAFTAR BAGAN/DIAGRAM
Diagram 1.1. Tahapan Perancangan Pusat Pengembangan Seni Reog
Di Ponorogo ... 5
Diagram 2.1. Organisasi Ruang ... 22
Diagram 2.2. Panggung Pagelaran Reog ... 26
Diagram 4.1. Organisasi Antar Fasilitas ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa memiliki seni dan budaya yang bermacam–macam pula, pada bidang seni terdapat perkembangan yang bagus diantaranya kebudayaan yang sudah dikenal sejak zaman dahulu merupakan daya tarik utama. Tetapi dalam kenyataannya sekarang ini banyak kebudayaan daerah yang tenggelam, sehingga daerah tersebut tidak memiliki identitas yang dapat ditonjolkan, salah satu daerah yang kebudayaannya mulai pudar adalah daerah Jawa Timur. Perkembangan budaya di daerah ini harus dikembangkan sehingga mampu menjadi kesenian nasional yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional.
Reog Ponorogo sebagai salah satu kesenian tradisional daerah juga telah diakui sebagai kesenian daerah yang berkembang secara Nasional. Hal tersebut terbukti dengan diselenggarakannya Festifal Reog pada malam Grebeg Suro yang memperingati tahun Hijriyah, dengan peserta bukan hanya dari daerah Ponorogo saja, tetapi juga dari penjuru Indonesia. Bahkan festifal Reog tahun 2003, yaitu peringatan HUT ke-507 Kabupaten Ponorogo dan perayaan Grebeg Suro 2003, berhasil masuk Muri (Museum Rekor Indonesia) karena jumlah pesertanya sangat besar, mencapai 107 grup (www.muri.org/rekor/017.html). Mereka bukan hanya berasal dari Ponorogo, tetapi juga daerah lain di Jawa dan luar Jawa. Peserta luar Ponorogo antara lain dari Kabupaten Sukoharjo, Klaten, Gunung Kidul, Wonogiri, Kediri Malang, Batu, Gresik, Surabaya, Jember, dan Bandung. Sedangkan peserta dari luar Jawa tercatat dari Lampung, Jambi, Kepulauan Riau, dan Kabupaten Kutai (Kalimantan Timur).
daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat. Dalam kehidupan masyarakat, Reog Ponorogo digunakan sebagai pengikat pergaulan sosial, perarakan pengantin pada perhelatan perkawinan, aset pariwisata serta sarana kritik bagi penguasa. Melalui keindahan dan keunikan “dhadhak merak” dan gamelannya, kesenian ini dapat mengumpulkan massa yang cukup banyak.
Hal ini tentu saja dimanfaatkan Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan arena itu merupakan momen pariwisata “Grebeg Suro” setiap tahun dilaksanakan sebagai ajang menarik wisatawan mancanegara maupun domestik. Acara yang berpuncak pada peringatan 1 Suro didahului dengan Festifal Reog Nasional yang biasanya diikuti peserta dari seluruh Indonesia. Dan diharapkan acara tahunan ini menjadi pemasukan pemerintahan daerah. Tetapi perkembangan yang pesat kearah luar tersebut tidak diikuti perkembangan yang seimbang ke arah dalam, terutama dalam hal pelestarian budaya dan perkembangannya sebagai potensi daerah. Kota Ponorogo dengan kesenian Reog Ponorogonya hanya belum mampu secara konstan menarik wisatawan, terutama pada hari-hari biasa.
Untuk menjaga kelestarian budaya Reog, pemerintah daerah telah mengambil beberapa langkah. Salah satunya tertuang dalam SK Bupati nomor 22 tahun 1994 yang menyebutkan bahwa tiap daerah atau desa di Ponorogo harus memiliki perkumpulan kesenian Reog. Jumlah perkumpulan Reog tahun 2008 ini mencapai 234 buah perkumpulan Reog dadak merak, dan 21 perkumpulan Reog mini. Tetapi perkumpulan-pekumpulan tersebut dalam kegiatannya hanya terbatas pada penampilan pada Festifal Reog pada peringatan Sura, malam bulan purnama dan peringatan 17 Agustusan. Kendala lain yang dihadapi adalah kurangnya fasilitas untuk latihan, dan makin berkurangnya peminat yang mendalami kesenian Reog ini.
Tabel 1.1 J umlah Or ganisasi Kesenian Reog
Kecamatan Reog Dadak Reog Mini Reog Thek
Ngrayun 8 1 -
Slahung 10 1 -
Bungkal 18 1 -
Sambit 17 1 2
Sawoo 23 1 -
Sooko 5 1 1
Pulung 17 1 -
Mlarak 10 1 -
Siman 14 1 -
Jetis 12 1 -
Balong 9 1 -
Kauman 4 1 -
Jambon 4 1 -
Badegan 6 1 -
Sampung 12 1 -
Sukorejo 12 1 -
Ponorogo 20 1 -
Babadan 12 1 -
Jenangan 10 1 -
Ngebel 8 1 -
Pudak 3 1 -
Jumlah/ 2008 234 21 3 Jumlah/ 2006 214 23 30 Jumlah/ 2004 234 21 3 Jumlah/ 2002 231 24 7
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, maka demi menunjang perkembangan kesenian Reog Ponorogo, perlu adanya Pusat Seni Reog di Ponorogo. Pada fasilitas tersebut kegiatan pengembangan dilakukan melalui pengorganisasian perkumpulan yang telah ada dan penyedian fasilitas untuk latihan dan pembelajaran. Sedangkan kegiatan wisata budaya dilakukan dengan memamerkan Reog Ponorogo dan menampilkannya, serta mencoba menggali potensi wisata yang lain seperti para pengrajin Reog. Mendesain suatu bentuk arsitektural dari pusat seni Reog Ponorogo, sebagai tempat pembelajaran, pelestarian dan pengembangan potensi budaya daerah, serta sebagai pusat wisata budaya untuk menarik wisatawan. Bentuk arsitektural tersebut harus didesain agar dapat menunjang misi, tujuan dan sasaran dari bangunan ini, serta mampu
mencerminkan materi sesuai dengan pendekatan, tema, dan konsep yang diterapkan, dengan tidak mengecilkan aspek fungsional, struktural dan utilitas dari bangunan ini yang mana pada akhirnya dapat mengakomodasikan segala aktifitas yang berkaitan dengan Pusat Seni Reog ponorogo di Ponorogo ini.
1.2. Tujuan Per ancangan
Proyek ini bertujuan menyediakan suatu tempat pelatihan yang didalam aktifitasnya dapat melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan kesenian tradisional Jawa Timur kepada wisatawan Internasional dan domestik.
Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah :
• Sebagai wadah atau tempat untuk mempelajari seni Reog Ponorogo yang dapat terjaga kelestariannya dan dapat mengembangkan seni Reog Ponorogo.
• Sebagai wadah yang mampu mengangkat kembali memori dan identitas budaya tradisional pada masyarakat luas agar dapat dilestarikan antar generasi.
• Masyarakat awam Ponorogo sendiri, dapat menggunakan sebagai fasilitas wisata lokal.
• Sebagai tempat atau wadah untuk menyajikan dan mementaskan suatu seni Reog Ponorogo.
• Mengembangkan potensi wisata budaya di kota Ponorogo.
• Sebagai fasilitas hiburan bagi masyarakat Ponorogo dan sekitarnya.
1.3. Batasan dan Asumsi
Untuk menghindari pembahasan permasalahan yang ada agar tidak melebar sehingga dapat merambat pada masalah-masalah yang tidak perlu dibahas maka perlu adanya batasan-batasan yang melingkupi permasalahan yang ada dalam ruang lingkup pembahasan pada perencanaan Pusat Pengembangan Seni Reog di Ponorogo.
yang ada, mempunyai peranan yang lebih penting dan berpengaruh dalam usaha mencapai tujuan perencanaan.
• Pembahasan perancangan ini ditujukan untuk mendukung perencanaan fisik saja, sehingga masalah ekonomi, sosial dan politik hanya dibahas sepintas saja sesuai dengan kebutuhan.
• Perencanaan bangunan berupa bangunan bermassa banyak (tatanan massa). • Batasan desain berupa perpaduan antara unsur tradisional dan modern. • Kegiatan yang diawadahi adalah seni budaya Tari Reog Ponorogo
1.4. Tahapan Per ancangan
Sub bab Tahapan Rancangan disini menjelaskan secara skematik tentang urutan yang dilakukan penyusun dalam menyusun laporan mulai dari tahap pemilihan judul sampai dengan laporan selesai untuk kemudian diaplikasikan pada gambar perancangan.
Diagram gambar 1.1. Tahapan Perancangan Pusat Pengembangan Seni Reog di Ponorogo (Sumber: Hasil analisa pribadi, 2011)
DATA LIT E RATURE DAN STUDY KASUS
JUDUL
LATAR BELAKANG
PENGUMPULAN D ATA
DATA ST UD I LAPANGAN
ANALISA
HI PO TESA/ HASIL ANALISA
Pemikiran teatang tahapan perancangan dimulai dari sebuah judul yaitu “Pusat Pengembangan Seni Reog Di Ponorogo”, yang kemudian mencari latar belar belakang kenapa mengambil judul itu dan permasalahan yang terjadi sehingga muncul ide tersebut. Setelah menemukan latar belakang, kemudian diinterpretasikan melalui pengumpulan data (kompilasi dan analisis) dengan mencari literatur dan studi kasus, dimana proses penambilan data dilakukan dengan cara :
1. Studi pustaka.
Tahap kedua adalah studi pustaka yaitu dengan mencari literatur tentang berbagai hal yang berhubungan dengan jenis tari dan literature tentang berbagai kehidupan seni Reog di Jawa Timur.
Selain bertujuan untuk mencari literatur dan mendapatkan bahan perbandingan juga untuk mengenal masalah-masalah yang berhubungan dengan proyek ini serta untuk melengkapi data masukan dalam proses perencanaan dan perancangan. Bahan dari studi literatur ini diperoleh dari buku-buku referensi, brosur-brosur dan lain-lain yang dapat melengkapi kelengkapan data.
2. Studi Kasus/Lapangan.
Dengan pengamatan terhadap proyek serupa, dalam arti perbandingan setiap program ruang, struktur organisasi, dan tipologi arsitektur dengan proyek lain yang sejenis.
3. Studi internet.
Studi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh gambaran obyektif terhadap arah perancangan yang berhubungan dengan proyek yang akan direncanakan, dilakukan melalui internet, yaitu dengan cara download dari google ataupun wikipedia.
1.5. Sistematika Laporan
Digunakan sistematika penulisan dengan poin – poin sebagai berikut : 1. BAB I : Pendahuluan, berisi tahapan-tahapan mulai dari latar belakang
pemilihan judul, tujuan perancangan, batasan dan asumsi rancangan, dan tahap perancangan beserta dengan uraian penjelasan dari tiap tahapannya yang menjelaskan secara rinci isinya.
2. BAB II : Tinjauan Obyek Perancangan, mulai dari tahap pengertian judul yang berisi pengertian tentang pusat pengenbangan Seni Tari Reog Di Ponorogo itu sendiri yang kemudian disimpulkan menjadi suatu pengertian baru dari rancangan. Tahap studi literatur yang berisi tentang segala data dari bermacam jenis literatur yang digunakan sebagai data penunjang yang berkaitan dengan rancangan. Tahap tinjauan obyek perancangan yang berisi dua obyek studi kasus sejenis secara fungsi dan aktivitas yang digunakan sebagai acuan yang menbantu rancangan nantinya, dari hasil analisa dan pembandingan yang dilakukan pada studi kasus. Tahap kesimpulan studi, lingkup pelayanan yang menjelaskan pembatasan pelayanan rancanangan, serta aktivitas kebutuhan ruang dan perhitungan luasannya yang menguraikan secara rinci kebutuhan ruang yang diperlukan untuk kemudian dihitung secara pasti luasan yang dibutuhkan. 3. BAB III : Tinjauan Khusus, didalam bab ini menjelaskan tentang berbagai
aktifitas yang ada dan juga fasilitas-fasilitas yang timbul akibat adanya aktifitas yang ada didalam pusat pengenbangan Seni Tari Reog Di Ponorogo dan persyaratan-persyaratan khusus yang ada.
BAB II
TINJ AUAN OBYEK PERANCANGAN
2. 1. Tinjauan Umum Rancangan
2.2.1. Penger tian J udul
• Pusat Pengembangan
Yaitu suatu tempat kedudukan utama dimana terjadi suatu pemusatan atau kordinasi kegiatan yang spesifik bersifat mengembangkan; menjadikan lebih dari sebelumnya.
(sumber: www.wikipedia.com 2011)
• Seni Reog
Reog merupakan kesenian khas kota Ponorogo. Merupakan sejenis tarian dan atraksi yang dimainkan oleh kurang lebih 40 penari laki-laki. Dalam penampilannya Reog juga diiringi oleh seperangkat gamelan, dengan musik yang khas.
(http://www.joglosemar.co.ai/peoplecult/reog)
• Di Ponorogo
Sebuah kabupaten yang berada di Propinsi Jawa Timur.
(Badan Pusat Statistik Kabupaten Ponorogo)
2.1.2 Study Liter atur 2.1.2.1. Kar akter istik Reog
Pusat Pelestarian, Pengembangan dan Wisata Budaya Reog Ponorogo di Ponorogo adalah suatu pusat perlindungan dan konservasi, serta pengembangaan kesenian budaya setempat, sekaligus sebagai sarana wisata untuk mengenali budaya setempat tersebut. Dalam konsep perancangannya, fasilitas ini menggunakan pendekatan dari segi sosial budaya, yaitu pendekatan Arsitektur dilihat sebagai sebuah tulisan, dengan mengambil cerita tentang Reog Ponorogo sebagai konsep perancangan bangunan. Pendalaman yang diambil adalah pendalaman dari segi sejarah, sosial, dan budaya, dengan cara menerapkan budaya Jawa ke dalam bangunan, tetapi tetap dengan menggunakan konsep filosofi yang semula dalam desain arsitektur. Ditinjau dari asal-usul keberadaan Reog itu sendiri ada beberapa versi, antara lain:
Menurut buku cerita rakyat Reyog Ponorogo (1985), disebutkan Reog Ponorogo mengisahkan Prabu Klana Sewandana (Raja Bantaran Angin) yang berusaha menarik hati calon istrinya, putri Kediri bernama Dyah Ayu Dewi Sanggalangit dengan membawa kesenian yang belum pernah ada. Kisah yang disampaikan adalah bagaimana Sang Prabu Klana Sewandana mengalahkan Singabarong dengan menggunakan Pecut Samandiman.
permaisurinya. Raja dikiaskan sebagai harimau yang ditunggangi oleh merak sebagai lambang permaisurinya.
Dalam perjalanannya, kesenian Reog pernah dimusnahkan besar-besaran sekitar tahun 1965. pada saat itu Reog dituding sebagai bagian dari budaya yang merupakan perpanjangan tangan Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebelum tahun 1965, Reog memang syarat dengan simbol-simbol yang menunjukkan aliran-aliran politik tertentu. Pada saat itu PKI memiliki kelompok Reog dengan nama Barisan Reog Ponorogo (BRP). Hampir seluruh desa di Ponorogo memiliki kelompok Reog lebih dari satu.
Kelompok simpatisan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada saat itu juga tidak mau kalah. PNI lalu mendirikan Barisan Reog Nasional (Bren) sebagai organisasi tandingan. Semntara para ulama mendirikan Cabang Kesenian Reog Agama (CAKRA), juga sebagai tandingan. Akhirnya, Reog pada saat itu muncul sebagai pengemas pesan-pesan politik dari masing-masing aliran. Keberadaan BRP rupanya sangat mencolok, sehingga pada saat pembersihan masyarakat dari PKI, ratusan kelengkapan Reog di Ponorogo dibakar massa. Reog dipandang sebagai kesenian Komunis.
Pasca tahun 1965, kesenian Reog sempat memudar. Ketakutan ini perlahan mulai menghilang, dengan munculnya kesenian dari Nahdatul Ulama berupa gadjah-gadjahan. Kesenian yang menggambarkan Khalifah Nabi ini membangkitkan kembali atmosfer berkesenian di Ponorogo, sehingga Reog muncul kembali. Sejak saat itu Kesenian Reog Ponorogo dilindungi sebagai salah satu kesenian daerah yang khas. Untuk menjaga kelestarian budaya tersebut, pemerintah daerah telah mengambil beberapa langkah. Salah satunya tertuang dalam SK Bupati nomor 22 tahun 1994, yang menyebutkan bahwa tiap daerah atau desa di Ponorogo harus memiliki perkumpulan Kesenian Reog.
oleh alunan musik dari seperangkat instrumen musik yang khas pula. Aspek-aspek yang dibutuhkan dalam pementasan Reog antara lain:
• Per alatan Pemain
Dalam setiap pementasan Reog, dibutuhkan peralatan yang khas yang dikenakan para pemain. Peralatan tersebut antara lain :
§ Barongan
Barongan merupakan peralatan tari yang paling dominan dalam kesenian Reog. Barongan terdiri dari kepala harimau, dadak merak, krakab (merupakan aksesoris dan tempat menuliskan identitas grup reog), serta kerudung penutup pembarong.
§ Topeng Klonosewandono
Berbentuk Topeng klanabagus dilengkapi dengan mahkota yang menempel diatasnya. Topeng tersebut terbuat dari kayu dengan cat dasar warna merah agak muda. Mahkota terbuat dari kulit kerbau yang ditatah dan dipulas.
Gambar 2.1. Barongan & Sketsa
§ Pecut Samandiman
Berbentuk tongkat lurus terbuat dari rotan berhias jebug dari benang sayet warna merah diseling kuning sebanyak 5-7 jebug. Panjang seluruhnya 100cm, terbagi menjadi dua bagian yaitu : 20cm untuk pegangan dan 80cm cemeti yang berhias jebug.
§ Topeng Pujangganong
Topeng Pujangganong mirip dengan wajah raksasa, hidung panjang, mata melotot, mulutnya terbuka sehingga tampak giginya yang besar-besar tanpa taring. Wajahnya berwarna merah darah, rambutnya lebat warna hitam menutup pelipis kiri kanan. Menggambarkan sosok seorang Patih muda yang cekatan, berkemauan keras, cerdik, jenaka dan sakti.
Gambar 2.3. Pecut Samandiman
Topeng ini terbuat dari kayu, rambutnya dari bulu ekor sapi. Tutup kepala dari kain polos merah, pada ujung kiri kanan diberi tali yang dapat diikatkan pada leher pemain. Topeng tersebut memiliki tebal 10cm, panjang 7cm, lebar 20cm, dan tinggi 21cm.
• Topeng Patr a jaya dan Patra Tholo
Bentuk topeng Patra Jaya dan Patra Tholo ini terkesan jenaka, tanpa bibir bawah. Topeng Patra Jaya berwarna putih, sedangkan topeng Patra Tholo berwarna hitam kecoklatan. Topeng tersebut memiliki ukuran tinggi 16cm dan lebar 17cm.
§ Eblek (J aranan)
Jaranan Ponorogo memiliki ciri khas tersendiri. Bentuk kepala menggambarkan kuda yang sedang bergerak lincah, sedangkan bagian
Gambar 2.4. Sketsa Ukuran Topeng Pujangganong
belakang tidak berekor. Jaranan tersebut terbuat dari anyaman bambu halus, sekeliling tepinya dibingkai dari bambu juga. Jaranan ini memiliki ukuran Tinggi depan 45cm, tinggi tengah 14cm, tinggi belakang 35cm, dan panjang seluruhnya 82cm.
• Instr umen
Gamelan atau musik reog berfungsi sebagai tetabuhan dan pengiring pagelaran kesenian reog yang sangat dominan. Gamelan Reog memiliki ciri-ciri khusus baik bentuk maupun nada serta larasnya. Adapun macam gamelan Reog Ponorogo sebagai berikut :
§ Terompet
§ Kendang
§ Ketipung
§ Kempul
§ Kethuk dan Kenong
§ Angklung • Tari
Unsur tari sebagai penunjang pentas Reog Ponorogo dapat dibedakan menjadi 3 macam, sesuai dengan kebutuhan dan sifat pementasan itu sendiri yaitu:
- Tari lepas
[image:31.612.229.422.187.333.2]Adalah pementasan tari secara sendiri-sendiri, dimana masing-masing peraga menari secara bergantian dan berurutan sesuai pedoman, yaitu tari
Warok (Kolor Sakti), Tari Jatilan, Tari Pujangganong (Ganongan), Tari Klana Sewandana dan Tari Barongan. Adapun tari Pentul Tembem sebagai ilustrasi adegan diatas sesuai dengan sifatnya yang humoris, sebab tari ini menggambarkan kelucuan serta partisipasi rakyat jelata.
- Tar i utuh
Yang dimaksud adalah penampilan reog secara utuh (keseluruhan). Pada tari utuh ini seluruh peraga Reog Ponorogo menari bersama-sama, kemudian dilanjutkan dengan perang antara Barongan dengan Barongan (apabila dalam satu unit Reog terdapat dua atau lebih Dadak Merak). Perang Barongan dengan Jathilan, Barongan dengan Pujangganong, dan akhirnya Barongan dengan Klana Sewandana yang berakhir dengan kekalahan Barongan karena terkena sabetan pecut Samandiman, kemudian dilanjutkan dengan tari iring-iringan.
- Tar i ir ing-ir ingan
Yang dimaksud adalah pagelaran tari Reog Ponorogo dalam posisi berjalan berurutan. Pada tempat-tempat tertentu (perempatan jalan, didepan rumah orang yang dihormati, didepan rumah pejabat) berhenti untuk menampilkan tari lepas, maupun tari utuh yang disebut dengan istilah iker.
• Pelaku
Dalam seni pertunjukan Reog terdiri dari beberapa pemain diantaranya:
§ Dadak Mer ak atau Bar ongan
1) Tari Barong Lepas
Gerak tari barong lepas pada prinsipnya adalah merupakan gerakan-gerakan yang menggambarkan atau menirukan gerak gerik seekor harimau. Dinamakan tari barong lepas karena tari ini dimainkan oleh seorang penari barong saja (tunggal). Dalam penampilannya pembarong (orang yang memerankan barongan) melakukan gerakan yang memerlukan ruang yang cukup luas.
2) Tari Merak Tarung
Tari merak tarung ini menggambarkan gerak-gerik dua ekor burung merak yang sedang bertarung. Dalam pentasnya tari merak tarung dimainkan oleh dua orang pemain laki-laki. Adapun peralatan yang digunakan tetap dadak merak dengan memakai kepala barongan atau barongan.
Tari merak tarung antara lain :
- Tarung antara dua dadak merak.
- Tarung antara dua dadak merak dengan dua jatilan jalan silang bergantian.
- Tarung antara dua dadak merak dengan Pujangganong. - Tarung antara dua dadak merak dengan Klanasewandana.
Adapun perbedaan antara tari Barong Lepas dengan tari Merak Tarung antara lain :
- Tari Barong Lepas dilakukan dengan jongkok, sedangkan tari Merak Tarung dilakukan dengan berdiri.
- Perbedaan jumlah pemain. - Perbedaan kebutuhan ruang.
§ J athilan
[image:34.612.269.383.561.667.2]Jatilan terdiri dari dua orang penari wanita atau lebih (berjumlah genap) yang menggambarkan sesosok prajurit berkuda yang sedang berlatih perang, meskipun pelakunya wanita.
Gambar 2.8. Pola gerakan t ari M erak Tarung
§ Warok
Merupakan sesosok tokoh yang berwibawa, dan memiliki kelebihan. Didalam reog, warok terbagi menjadi dua yaitu warok muda yang berjumlah 10 atau lebih (berjumlah genap). Dan warok tua dengan jumlah dua orang.
§ Pujangganong
Peran yang dimainkan dengan mengenakan topeng yang menggambarkan patih Prabu Kana Sewandana, berwajah merah dan berhidung panjang. Dalam pementasan Reog, Pujangganong berjumlah satu atau lebih. Akan tetapi jumlah yang paling sering digunakan adalah satu orang.
§ Klana Sewandana
Peran yang dimainkan dengan mengenakan topeng orang bermahkota dan berwajah merah dan membawa cambuk, melambangkan Raja dari Bantaranangin, yaitu Ponorogo pada masa lampau. Raja tersebut memilik cambuk bernama “Pecut Kyai Samandiman”. Peran tersebut dimainkan 1 orang, akan tetapi bisa juga lebih
.
Gambar 2.10. Pola gerakan t ari Warok Kolor Sakti
• Patr ajaya
Peran yang dimainkan dua orang dengan menggunakan topeng. Peran tersebut menggambarkan dua sosok abdi (pembantu) mewakili tokoh rakyat kecil, sekaligus berperan sebagai pelawak.
§ Pengr awit
Pengrawit merupakan orang yang menabuh/membunyikan instrumen pengiring Reog. Pengrawit terdiri dari dari 12 orang.
Kesimpulan:
Kesenian Reog merupakan pertunjukan yang melibatkan pemain dalam jumlah yang banyak, dan membutuhkan perlengkapan khusus. Perlengkapan Reog memiliki ukuran yang berbeda-beda dan memiliki ciri yang Khas. Sehingga dalam pementasan membutuhkan tempat yang lapang, yang mampu menampung seluruh pemain dan peralatan yang ada.
Dengan menarik kesimpulan dari pembahasan diatas, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendesain tempat pagelaran antara lain:
- karakter atau sifat dari seni Reog itu sendiri. - Jumlah pemain.
- Ukuran alat yang digunakan.
- Ruang yang dibutuhkan untuk ruang gerak pelaku berdasarkan peran. - Bentuk panggung serta kebutuhan luasan ruang yang disesuaikan dengan
perilaku penonton , dan tetap mengacu pada kenyamanan.
2.1.3. Studi Kasus
2.1.3.1 Taman budaya Surabaya
Pada awalnya merupakan kadipaten Surabaya, dan pada tahun 1978 dihibahkan kepada Pengelola Taman Budaya Jawa timur untuk dikelola dan dikembangkan demi melestarikan dan mengembangkan seni budaya Jawa Timur.
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Jatim; No. 41 Tahun 2002, tentang Uraian Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis Dinas P dan K Jatim, maka Tugas Taman Budaya adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas di bidang perencanaan, pengelolaan, peningkatan, pengembangan, pendokumentasian dan informasi seni sebagai unsur budaya di propinsi dengan pusat kegiatan di Taman Budaya. Sedangkan fungsinya sebagai penyusunan rencana program, penyelenggaraan pagelaran seni, pertujukan dan pameran seni rupa. Disamping itu juga sebagai pelaksana peningkatan dan pengembangan seni budaya, serta pendokumentasian dan informasi, seni budaya. Fungsi berikutnya sebagai pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan kepala Dinas P dan K Jatim
Site Plan Taman Budaya Jawa Timur seperti yang terlihat pada gambar diatas, dapat diketahui bahwa area ini memiliki lebih dari satu masa bangunan. Hal ini disebabkan fungsi ruang yang berbeda-beda dan dikelompokkan berdasarkan aktivitas dan kegiatan pelaku yang ada di dalamnya, sehingga terbentuk masa bangunan yang sesuai dengan pengelompokannya.
Fasilitas yang ada :
• Pendopo dengan luas 400m², Berukuran 20 m X 20 m, memiliki lahan parkir dapat menampung 100 buah kendaraan roda 4 dan 500 roda rua.
Cocok untuk pagelaran Wayang Kulit, pameran Seni Rupa, tayuban, Cokekan dll
• Gedung pertunjukan Cak Durasim dengan luas 2308 m²
Merupakan salah satu gedung yang ada di Taman Budaya Surabaya. Nama CAK DURASIM sangat popular dihati rakyat, karena beliau adalah pahlawan ludruk legendaris di Jawa Timur yang ikut berjuang melalui ludruk dalam merebut kemerdekaan di zaman penjajahan Jepang sampai beliau wafat pada bulan Agustus 1944 dan dimamamkan di Tempat Pemakamakam Umum Tembok Surabaya. Selain itu nama CAK DURASIM dikenang melalui kegiatan-kegiatan besar di Taman Budaya Jawa Timur yang bertajuk FESTIVAL CAK DURASIM setahun sekali pada bulan Oktober. Oleh karena itu nama CAK DURASIM dikenang dan diabadikan sebagai nama gedung kesenian Gedung CAK DURASIM ini berkapasitas 500 orang, dilengkapi dengan panggung pertunjukan ber AC, Ligthing, sound system dan kursi penonton. Cocok untuk pagelaran seni musik, tari, teater. Dapat juga untuk acara seminar, halal bihalal, resepsi pernikahan dan lain-lain.
• Kantor pengelola dengan luas 661.5m²
• Galery dengan luas 200m²
• Ukuran 10 X 20 m, cocok untuk pameran lukisan
• Theater terbuka dengan luas 580m²
• Kapasitas 300 orang, cocok untuk pagelaran musik, wayang, teater, pesta kebun, dan lain-lain
• Studio dengan luas 552m²
• Wisma seniman dengan luas 4136.4m²
Dapat menampung para seniman dan masyarakat yang ingin bermalam di Taman Budaya. Kapasitas 60 orang lengkap dengan tempat tidur, ruang tamu, kamar mandi, dan mushola.
• Perpustakaan
Memiliki koleksi khusus buku seni budaya sekitar 2.200 eksemplar, kaset-kaset Video, Tape recorder dan VCD berbagai aktifitas seni Budaya. Perpustakaan ini terbuka dan umum.
Diagram 2.1. Organisasi Ruang
Pada Taman Budaya Surabaya ini terdapat Gedung kesenian Cak Durasim yang digunakan untuk seniman atau kelompok seniman Jatim, agar dapat memanfaatkan gedung pertunjukan secara maksimal tanpa terkendala. Karena gedung ini memiliki fasilitas yang cukup nyaman dan lengkap untuk sebuah pertunjukkan yang bersifat mengembangkan kesenian tradisional. Diharapkan para seniman dapat mengembangkan kreasinya lewat proses aktif, kreatif, inovatif, apresiatif serta adanya kesadaran untuk menumbuhkan rasa cinta
PENDOPO G. CAKDURASIM
KANTOR PENGELOLA GALERY
THEATER TERBUKA WISM A
terhadap kebudayaan tradisional yang ada sebagai warsian leluhur yang perlu dilestarikan.
Dari gambar diatas merupakan aktivitas dalam sebuah pertunjukan diatas panggung dalam sebuah gedung kesenian cak durasim. Diperlukan adanya alat yang digunakan dalam pertunjukkan. Taman Budaya Jawa Timur (TBJ) menyediakan :
• stage panggung berukuran 11 x 15 m • lampu 30 buah
• lampu ultra violet presne 64 buah (1000 watt) sebanyak 20 buah lampu presne (1000 watt), lampu 10 buah
• AC panggung 5000 watt • AC samping panggung 6 buah • sound sistem 800 watt
• genset 35.000 watt, kursi 300 buah • wisma seni selama kegiatan berlangsung.
Gambar 2.13. Panggung pertunjukan gedung kesenian Cak Durasim
Pada gambar diatas merupakan tampak potongan dari gedung seni cak durasim, dengan menggunakan penyelesaian struktur bentang lebar. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari perletakkan kolom pada bagian tengah ruangan, sedangkan gedung ini merupakan gedung yang berfungsi sebagai tempat pertunjukkan, dan diharapkan penonton dapat nyaman menikmati pertunjukan pada pangung tanpa terhalangi adanya kolom, selain itu juga dimaksudkan agar ruangan dapat menampung pengunjung lebih banyak.
Gambar diatas merupakan Pendopo yang berada di Taman Budaya Jawa Timur. Pendopo ini juga sering digunakan sebagai tempat pertunjukkan seni budaya. Contoh diatas yaitu pertunjukkan seni topeng monyet banyak digemari oleh masyarakat, namun jika pertunjukkan dilaksanakan dalam gedung tidak semua kalangan masyarakat dapat menikmatinya karena harus membayar uang masuk gedung. Pemerintah dalam melestarikan budaya agar semua kalangan masyarakat dapat menikmatinya secara gratis pertunjukkan dilaksanakan di pendopo tanpa adanya pungutan biaya.
Tampilan bangunan:
Beberapa bangunan masih kental dengan pengaruh Arsitektur Kolonial karena memang dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda. Arsitektur Tradisional yang murni yang hanya pada tampilan pendopo.
Arsitektur Kolonial
Tampilan Gedung pertunjukan Cak durasim banyak memakai elemen-elemen Tradisional lokal jawa seperti model penutup atap limas dan hiasan wuwungan.
Kesimpulan:
Dalam sebuah Taman budaya, kompleksitas aktifitas yang ada menuntut tersedianya faslitas-fasilitas yang menunjang dan saling mendukung antara aktifitas-aktifitas yang ada tersebut. Sedangkan penempatan fasilitas-fasilitas yang tersedia disesuaikan dengan fungsi dan aktifitas yang diwadahi.Tampilan sebuah taman budaya sangatlah tepat jika masih memperhatikan unsur-unsur Tradisional lokal. Unsur-unsur tersebut dipadukan dengan elemen-elemen modern sehingga mampu menampung aktifitas dan memenuhi persyaratan ruang.
Kekurangan Dari Studi Kasus ini adalah Interior pada gedung ini dirasa kurang menarik. akustik dan pencahayaan dalam gedung dirasa kurang lengkap dan kurang tepat fungsi, sehingga yang penting didalam gedung suara yang ada enak dan tidak tembus keluar. Penataan ruang rias untuk artis juga kurang menarik dan sirkulasi yang kurang baik, karena sempitnya ruangan
2.1.3.2 Panggung Pagelaran Reog Ponorogo
Studi kasus yang ke-dua adalah Panggung Pagelaran Reog di Ponorogo, lokasi
berada di Alun-alun Ponorogo yang berada di jalan alun-alun utara. Studi kasus pada
tempat ini khususnya adalah tempat pertunjukan pagelaran Reog.
Panggung ini dibangun dan disyahkan oleh bapak Markum Singodimejo, selaku
Bupati Ponorogo pada tahun 2001. panggung ini sengaja dibuat untuk pertunjukan seni
reog, yang bertujuan untuk menjaga kelestarian budaya Ponorogo.
Site Plan panggung pagelaran Reog Ponorogo seperti yang terlihat pada gambar diatas, dapat diketahui bahwa area ini berbentuk panggung terbuka.
Fasilitas yang ada :
• Panggung terbuka dengan ukuran + 30m x 15m • Ruang penonton dengan ukuran + 80m x 30m • Paseban dengan ukuran + 20m x 20m
Or ganisasi Ruang
p a n g g u n g
r u a n g p e n o n t o n
p a s e b a n
PASEBAN
PANGGUNG RUANG PENONTON
ALUN- ALUN Gambar 2.17. Panggung pagelaran Reog
Pangung ini hanya khusus untuk pertunjukan seni reog saja. Kegiatan tersebut (pertunjukan reog) rutin dilakukan setiap bulan (setiap malam bulan purnama) , peringatan 17 Agustus dan pada saat Grebeg Suro. Diharapkan para seniman Reog dapat mengembangkan kreasinya lewat proses aktif, kreatif, inovatif, apresiatif serta adanya kesadaran untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan tradisional yang ada sebagai warisan leluhur yang perlu dilestarikan.
Sedangkan ruang untuk penonton hanya berupa ruang luar yang luas, dengan lantai menggunakan paving. Ruang tersebut dibatasi dengan pagar besi, dengan ketinggian + 1.5m. Pada ruang tersebut tidak tersedia kursi duduk. Pada saat acara pertunjukan tiap malam bulan purnama, para penonton banyak yang langsung naik kepanggung untuk melihat langsung acara pertunjukan. Akan tetapi pada saat acara Grebeg Suro dan peringatan 17 Agustus disediakan kursi-kursi plastik.
Gambar. 2.18. Panggung saat pertunjukan Reog bulanan
Tampilan bangunan:
Tampilan Panggung Pagelaran Reog masih mempertahankan image tradisional (bentuk candi). Hal tersebut dicapai dengan penggunaan elemen-elemen natural, yaitu batu candi. Batu candi berbentuk persegi tersebut mendominasi bangunan ini, mulai dari lantai sampai finising dinding. Hal tersebut didukung dengan adanya patung tokoh-tokoh dalam Reog yang sengaja dipasang menghiasi background panggung, sehingga dapat menginformasikan aktifitas yang ada di dalamnya secara garis besar yaitu kebudayaan Reog.
Kesimpulan
Dari studi Kasus Panggung pertunjukan Reog di Ponorogo dapat ditarik kesimpulan, dari sosok tampilan bangunan sudah menginformatifkan fungsinya , yaitu pertunjukan Reog. Hal tersebut diwujudkan dengan hiasan patung tokoh-tokoh Reog, ukuran panggung yang lebih luas dari panggung biasa, serta bentuk dari panggung itu sendiri disesuaikan dengan aktifitasnya. Akan tetapi masih dijumpai banyak kekurangan yang ada pada Panggung pertunjukan Reog di Ponorogo tersebut. Seperti :
1. Tidak tersedianya area parkir, baik mobil ataupun Sepeda motor.
2. Belum adanya ketegasan pembedaan antara sirkulasi penonton, peserta, panitia.
3. Belum adanya fasilitas yang layak, untuk pertunjukan seni budaya.
2.1.4 Per syaratan Pokok Pr oyek
Tampilan Bangunan
Penampilan bangunan sebaiknya dapat menginformasikan aktifitas yang ada di dalamnya secara garis besar yaitu kebudayaan Reog. Selain itu juga memberikan persepsi yang kuat pada masyarakat tentang bangunan ini. Karena Seni dan Budaya sebagai obyek utamanya yang merupakan hasil dari kegiatan dan penciptaan batin masyarakat Ponorogo, harus tertampak pada tampilan bangunan yang nantinya disesuaikan dengan tema yang mencerminkan Arsitektur Jawa yang telah mengalami Pengolahan.
J enis dan Sistem Str uktur Bangunan
Pemilihan jenis sistem struktur pada bangunan ini harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Adaptif dengan tema, sistem struktur beberapa masa bangunan mengadopsi sistem struktur tradisional Jawa, tetapi penggunaan bahan dapat mempergunakan material stuktur yang lebih baru.
- Adaptif terhadap lingkungan sekitar - Memberi kesan aman bagi pemakai - Memberi rasa nyaman bagi pemakai - Menampung fungsi secara optimal Sistem Penghawaan
§ Penghawaan Alam
Ada beberapa bagian yang cukup hanya dengan menggunakan penghawaan alami untuk lebih menjaga suasana tradisional. Hal ini dapat diwujudkan dengan ventilasi/bukaan pada dinding.
§ Penghawaan Buatan
Penghawaan yang digunakan adalah penghawaan buatan/AC.
§ Pada masa bangunan yang menggunakan sistem penghawaan buatan masih tetap akan direncanakan untuk menggunakan sistem penghawaan alami sebagai konsekuensi dari Arsitektur tradisional, khususnya sebagai aplikasi faktor penghawaan.
Sistem Telekomunikasi
Sistem komunikasi ini sangat penting selain untuk komunikasi dengan antara bagian dalam satu bangunan atau juga antara massa di dalam lingkup site, karena untuk komunikasi yang satu dengan yang lain tanpa perlu harus dicapai, melainkan hanya tinggal berhubungan melalui sebuah alat komunikasi.Alat komunikasi ini adalah :
§ Untuk Intern :
- Intercom dihubungkan dengan PABX dibantu dengan operator (untuk komunikasi antar unit instalasi)
- Sound System (pengeras suara untuk pengumuman)
§ Untuk ekstern : sistem telpon dengan PABX dengan beberapa line telepon.
2.1.5 Kepemilikan Pr oyek
2.2. Tinjauan Khusus Obyek Per ancangan
2.2.1. Lingkup Pelayanan
Lingkup pelayanan dari Pusat Pelestarian Seni Reog ini tidak hanya meliputi masyarakat Ponorogo saja, akan tetapi juga melayani seluruh masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok negeri, dan bahkan juga dari luar negeri. Kalangan yang dilayani juga dalam jangkauan untuk umum, jadi tidak terbatas hanya pada masyarakat umum tetapi juga kalangan terpelajar, Ilmuwan, Antropolog, Tim Ekspedisi, dan juga wisatawan atau turis dari berbagai wilayah Nasional maupun Internasional yang ingin berekreasi dan mengetahui kesenian Reog Ponorogo.
Pelayanan khususnya memang ditujukan untuk masyarakat Ponorogo dan pelayanan umumnya untuk lingkup masyarakat luas dan menyeluruh. Pelayanan dan sarana yang disediakan yaitu berupa wisata maupun Ilmu pengetahuan dan pendidikan.
2.2.2. Aktifitas Dan Kebutuhan Ruang
Dengan banyaknya fasilitas yang akan disediakan, maka fasilitas-fasilitas tersebut akan dikelompokkan berdasarkan sifat dari aktifitas yang terjadi.
Tabel 2.1. Kelompok-kelompok fasilitas
Pelaku Kegiat an Lingkup Kegiat an Kebut uhan Fasilit as §Pengunjung §M enot on Pert unj ukan
Reog §Belanja §M akan, minum §Parkir kendaraan §Berw isat a Budaya
§Tribun Penont on §Toko Souvenir §Caff e
§Pesert a Festifal Reog §Gant i Kost um §Pert unjukan
§Ruang gant i §Ruang
Persiapan §Panggung §Ruang Istirahat
§Seniman §Gant i kost um
§Lat ihan
§Berkumpul
§M enerima Tamu
§Ruang gant i §Panggung § Ruang Jat ilan §Ruang Reog §Ruang
w arokan §Ruang
pentulan §Ruang musik §Hall
§R. pert em uan §R. Tamu
§Pengelola §Bekerja/ mengelola §M em berikan informasi
§Kant or pengelola §Pusat
informasi
Penont on, peser t a, pengelola,
pengunj ung
Sholat M ushola
Tabel 2.2. Kebutuhan Ruang
Fasilit as Pokok Ruangan Zonni ng §Tempat Pert unjukan §Lobi
§Ticket ing §Gift Shop §Tribun Penont on §Toilet umum
Public
§R. Gant i §Ar ea persiapan §Panggung Pert unjukan §Toilet
Privat e
§Kant or Pengelola §R. Kepala §R. Administr asi §R. Staf §R. Rapat §R. Tamu § Toilet §Gudang
Privat e
§ R. Lat ihan § R. Lat ihan Bersama § Ruang St af f § R. Per kumpulan § Ruang Reog § Ruang Jat ilan § Ruang w arokan § Ruang pent ulan § Ruang musik § Gudang §Toilet
§ Ruang Pengrajin § R. Ker ajinan Logam § R. Ker ajinan Kayu § R. Ker ajinan Anyaman § Gudang
Privat e
§Kafe §R. M akan §Kasir §Dapur §Toilet
Public
§M usholla §R. sholat §Tempat w udl u §Toilet
Public
§R. Penunjang §R. Parkir M obil §R. Parkir M ot or §Pos Jaga
Service
(sumber: Analisa pribadi 2011)
[image:51.612.155.507.106.431.2]2.2.3. Per hitungan Luasan Ruang Tabel 2.3. Fasilitas Pertunjukan
Fasilit as Jenis ruang Perhit ungan luasan
Fasilit as Ut ama Panggung
Tempat duduk
Toilet
-Kapasit as 42 org Luas 135 m2 + 228m2 = 363m2
Penont on posisi duduk 0.36m2 / orang (TS), kapasit as 3000 orang, luas lant ai = 1080m2 + (Flow 30% x 1080 m2 =324 m2) =1404 m2
(8 x 3)x 2 = 48 m2 (6 x 3) x 2 = 36 m2
Seniman
Gift Shop
-r.gant i/ r. rias
Ruang persiapan
Loket R. kont rol
gudang
2 ruang gant i, (1.5m2/ org x 20 = 30 m2 + flow 30%= 9 m2 ) x 2 = (30 m2 + 9 m2) x 2 = 78 m2
lavat ory: 2km/ w c=2x2m, 1 m2 x42 =42 m2 +
flow 30% (12,6 m2)=54,6 m2 2 x(6.45x2) =25.8 m2 suar a 3x3 = 9 m2 light ing 3x3 = 9 m2 2 x (2 x 5) = 20 m2
8 x (6 x 4)= 192 m2
TOTAL
212,4 m2
192 m2
2255,4 m2
pengelola - r.kepala
- r. t amu
- r. St aff
- r. administrasi
- r. rapat
- lavat ory
- gudang kebersihan
6 x 4 = 24 m2 6 x 4 = 24 m2 12 x 4 = 48 m2 9 x 4 = 36 m2
-Kap. Rapat direksi 20 orang, 1.5m2/ orang, (DA), luas = 30m2
- pa: 3w c@ 1,5 m2 = 4,5 m2
2urinoir @0.6m2= 1, 2m2
5 w ast afel @0.6m2= 3 m2
- unt uk pi: 5w c@ 1,5m2 = 7,5m2
5 w ast afel @0.6m2= 3 m2
-Asumsi 12m2
183,7 m2
Tabel 2.5. Fasilitas Kedatangan
R u a n g Fasilitas Latihan
Fasilit as Jenis ruang luasan Tot al Pengunjung § Hall
§ Toilet
§ R. pamer
§ R. konser vat or, preparasi
§ R. penyimpanan barang
§ Pendopo
+36 m²
2 x (3 x 3) = 18 m2 18 x 12 = 216 m² 2 x 82,5 = 165 m2 2 x 9 = 18 m2
22 x 26 = 572
• Ruang Staff : 6 x 8 = 48 m2 • R. Perkumpulan : 6 x 8 = 48 m2
• R. musyawarah : 6 x 8 = 48 m2 • Ruang Reog + gudang : 6 x 8 = 48 m2
• Ruang Jatilan + gudang : 6 x 8 = 48 m2 • Ruang warokan + gudang : 6 x 8 = 48 m2
• Ruang pentulan + gudang : 6 x 8 = 48 m2 • Ruang musik + gudang : 6 x 8 = 48 m2
• R. Lat.Bersama 12m x 10m = 120 m2
• 2 Toilet 2 x (6 x 8) = 96 m2
• Total 600 m2
Tabel 2.6. Restoran
§ Ruang Pengr ajin
§ Pembuatan alat berjenis logam 6 x 6 = 36 m2
§ Pembuatan alat berjenis kayu (pahat) 6 x 6 = 36m2
RUANG LUAS ( M2 ) SUMBER
§ R. M akan (12 x 18) + (6 x 12) = 288 asumsi
§ Kasir 2 N
§ Dapur 3 x 4 = 12 asumsi
Toilet 3 x 4 = 12 asumsi
§ Pembuatan alat berjenis anyaman 6 x 6 = 36 m2
§ Gudang (1,5 x 18) + 9 m2 = 36 m2
§ Total = 144 m²,
§ luas 2 bangunan workshop = 288 m2
Tabel.2.7. Ruang Mekanikal
RUANG LUAS ( M2 ) SUMBER
§ R. Genset 49,5 asumsi
§ R. Trafo 45 asumsi
§ R. Gardu 45 asumsi
t otal 139,5
§ Mushola
§ Ruang sholat : 12 x 14 = 168 m²
§ Tempat wudlu : 2 x (4 x 6) = 48 m²
§ Ruang alat : 2 x 5,95 = 11,9 m²
§ Ruang kontrol : 2 x 5,95 = 11,9 m²
§ Total = 239,8 m²
§ Parkir
Kapasitas. 3000 orang,
asumsi 20% dgn mobil = 600org, 1 mobil 4org= 150 mobil std. luas = 12.5m2/mobil, luas 1875m2.
10% bus = 300orang/ 50 = 6 bus x 13x3.2 (41.6 m2) = 249.6 m2
40% kendaraan umum = 1200orang
Luas parkir penonton = 2844.6m2
Total Luasan:
• Panggung pagelaran : 2255,4 m²
• Museum : 1025 m²
• Caffe : 314 m² • Kantor Pengelola : 183,7 m² • Mushola : 239,8 m² • Ruang Latihan : 600 m² • Ruang Pengrajin : 288m² • Ruang ME : 139,5m² • Parkir : 2844,6m2 Luas Total = 7890 m²
2.2.4. Pr ogram Ruang
Proyek ini terdiri dari banyak bangunan atau multi masa, yang kemudian komponen-komponen multi masa ini pada tapak akan berupa zoning yang dihubungkan dengan jalur-jalur sirkulasi yang diutamakan untuk pejalan kaki, sehingga sirkulasi kendaraan bermotor hanya dibatasi sampai pada lahan parkir saja.
BAB III
TINJ AUAN LOKASI PERANCANGAN
3.1. Latar Belakang Pemilihan Lokasi
Kota Ponorogo sebagai ibukota Kabupaten Ponorogo yang terletak di bagian
Barat Daya Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur mempunyai keuntungan, lokasinya
yang strategis di JL Alun-alun selatan, ponorogo., yaitu terletak di sebagai pusat
kegiatan regional Madiun - Pacitan – Trenggalek-Wonogiri (Jawa Tengah) dan
Magetan. Dengan demikian kota Ponorogo mempunyai peranan yang sangat penting
sebagai pusat koleksi aset sejarah, aset budaya, dan kekayaan alam yang tidak sedikit,
maupun sebagai pusat distribusi bagi wilayah pedesaan.
Ada beberapa kriteria yang melatar belakangi pemilihan lokasi dari proyek ini
yang semata-mata untuk menunjang keberhasilan dan efektifitas dari proyek ini, yaitu
lokasi yang digunakan sebagai site haruslah : RUTRK Kabupaten Dati II Ponorogo
•
Mudah dijangkau dari kecamatan-kecamatan yang ada di Ponorogo, karena
setiap kecamatan memiliki organisasi Reog dengan jumlah yang berbeda.
•
Lingkungan sekitar site dan bangunan tersebut dapat saling menunjang, terutama
karena bangunan ini merupakan fasilitas rekreasi wisata dan pelestarian budaya.
•
Bangunan atau proyek yang multifungsi membutuhkan akses yang banyak
sehingga dibutuhkan site dengan banyak jalan di sekelilingnya
3.2.
Penetapan Lokasi
sehingga selain strategis juga mudah dalam hal pencapaian. Hal tersebut didukung
dengan terdapatnya fasilitas yang memadai, baik fasilitas infrastruktur maupun
fasilitas lainnya, diantaranya jarak yang dekat dengan hotel ( + 200m), pusat
pemerintahan dan terminal angkutan umum.
Berikut ini adalah tabel kualitatif studi kelayakan pada kawasan
pengembangan Reog Ponorogo sebagai perbandingan pemilihan lokasi site yang
strategis :
NO
KRITERIA
1
2
J alan ar ter i (J l.Sukowati & J l.Soekar no Hatta)
Kel.Keniten
Alun-alun Kota Ponor ogo
1
Pencapaian Site:
-
Site 1 masih jauh dengan terminal
dan kota ponorogo, jarak dengan
hotel terdekat + 1km.
-
Site 2, pusat kota ponorogo, dekat
dengan terminal + 1,5km, dari hotel
terdekat berjarak + 100m
2
3
2
Keadaaan Jalan :
-
Site 1, di jalan Jl. Soekarno Hatta
dan Jl. Sukowati memiliki badan
jalan sebesar 20m.
-
Site 2, di jalan Alun-alun memiliki
badan jalan sebesar + 16m
2
2
3
Daerah Peruntukan :
-
Site 1, lahan perumahan dengan
kepadatan sedang, lahan fasilitas
umum dengan fasilitas pendukung
pendidikan.
-
Site 2, lahan wisata budaya, fasilitas
umum, pertokoan
2
2
4
Sirkulasi Pencapaian:
[image:58.612.115.529.269.700.2]-
Site 1, pintu masuk dan keluar
2
2
samping untuk keperluan
non-formal seperti bongkar muat dan
pintu masuk bagi penghuni, pintu
masuk utama untuk keperluan
formal.
-
Site 2, Kendaraan pengunjung
mempunyai jalur masuk melalui
pintu utama yang berada pada jalan
Alun-alun Timur, yang menuju
entrance dan parkir pengunjung.
Jalur tersebut langsung terhubung
dengan jalur keluar menuju jalan
Jaksa Agung Suprapto.
5
Infrastruktur :
-
Arah yang dekat dengan hotel (+
100 m), pusat pemerintahan dan
terminal angkutan umum.
-
Jaringan listrik, air, persampahan
yang memadai
2
2
6
Potensi Tapak
-
Site 1, land mark kawasan miniaret
serta fasilitas umum.
-
Site 2, Land Mark Mayor, dan
gedung Pemda Kabupaten
Ponorogo yang Baru. Bangunan
pada proyek direncanakan
mendukung Landmark Mayor
2
2
Total Penilaian
12
13
Penilaian :
Berdasarkan studi kelayakan yang dibuat dan sesuai dengan RUTRK Kab.
Dati II Ponorogo, maka diperoleh gambaran tentang keadaan yang ada di lapangan
dan dari analisa pemilihan lokasi secara kuantitatif, maka perkiraan lokasi yang
memenuhi kriteria dari studi kelayakan adalah
berada pada JL Alun-alun Selatan
dengan peraturan zonasi untuk kawasan peruntukan pariwisata yang disusun dengan
memperhatikan :
•
Pemanfaatan potensi alam dan budaya masyarakat sesuai daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
•
Perlindungan terhadap situs peninggalan kebudayaan masa lampau,
mengingat Reog Ponorogo adalah warisan dari nenek moyang yang harus
dilestarikan.
•
Pembatasan pendirian bangunan hanya untuk menunjang kegiatan pariwisata.
•
Lokasi site yang terletak di depan alun-alun, karena alun-alun kota Ponorogo
merupakan pusat kota dan pusat aktivitas, terutama aktivitas untuk
pertunjukan
Lokasi site
Site yang dipilih adalah di depan alun-alun kota Ponorogo, di Kecamatan
Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, dengan beberapa pertimbangan yaitu:
•
Ponorogo sebagai daerah asal budaya Reog Ponorogo dan tidak terlepas dari
salah satu tujuan.
•
untuk menarik wisatawan ke daerah Ponorogo dan mengembangkan potensi
wisata lokal di Kabupaten Ponorogo,
3.3.
Kondisi Fisik lokasi
3.3.1. Existing Site
Berdasarkan beberapa pertimbangan pemilihan lokasi diatas, maka lokasi
yang dipilih untuk pusat pengembangan Reog di Kabupaten Ponorogo yang berada di
Jl. Alun-alun selatan kota ponorogo ini, diperuntukkan sebagai tempat wisata yang
sekaligus pusat aktivitas, terutama aktivitas pertunjukan Reog dengan mengetahui
kondisi fisik site. Diantaranya :
Secara geografis site terletak pada ketinggian 96m diatas permukaan air laut.
Kondisi tanah datar dengan kemiringan sangat rendah. Kondisi iklim terdapat dua
iklim yaitu iklim penghujan dan kemarau. Pada bulan November mempunyai rata-rata
curah hujan tertinggi sebesar 314 dengan hari hujan 17 dan bulan Juli mempunyai
rata-rata hujan terendah 14 dengan hari hujan 3. pada musim kemarau terkering
adalah bulan Agustus dan September.
A.
Ukuran Site
Lokasi perencanaan ini berada di Jl. Alun-alun selatan kota ponorogo dan
merupakan sebuah lahan kosong diperuntukkan sebagai tempat wisata yang
[image:61.612.254.540.89.311.2]S I T E
sekaligus pusat aktivitas, terutama aktivitas pertunjukan Reog. Lahan memiliki
luas ± 2 hectar
B.
Geologi dan Jenis Tanah
Secara geografis site terletak pada ketinggian 96m diatas permukaan air laut.
Kondisi tanah datar dengan kemiringan sangat rendah. Sedangkan jenis tanah
pada wilayah perencanaan menurut Data Pokok Kabupaten Dati II Ponorogo
adalah Mediteran bercampur dengan grumosol dan regosol, jenis tanah ini
sifatnya kurang daya serap terhadap air sehingga menyebabkan lapisan tanah ini
kurang subur.
Menurut data kemampuan tanah dan jenis tanah dari Peta Data Pokok Kabupaten
Ponorogo, kondisi tanah pada lokasi perencanaan dan sekitarnya adalah :
Lereng
: 0 – 2 %
Kedalaman Efektif tanah
: Lebih dari 90 cm
Tekstur Tanah
: Halus
Drainase
: Tergenang Periodik (Sebagian)
Erosi
: Tidak ada Erosi
Faktor Pembatas
: Air Tanah Asin
C.
Topografi
Daerah perencanaa merupakan sebuah wilayah dengan karakteristik dataran
rendah dengan kemiringan yang sangat rendah, kondisi topografi daerah
perencanaan Kabupaten Ponorogo bervariasi mulai daratan rendah sampai
pegunungan dengan ketinggian antara 92 s/d 2563 meter DPL. Berdasarkan data
yang ada, sebagai besar wilayah Kabupaten Ponorogo yaitu 58,79 %-nya terletak
di antara 100m s/d 500m dengan rata-rata berkisar curah hujan 2.250 mm/tahun.
D.
Klimatologi
Kabupaten Ponorogo merupakan daratan rendah dengan iklim tropis yang
mengalami dua musim kemarau dan musim penghujan dengan suhu udara
berkisar