• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Teknis LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 RISET PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) Tim Peneliti:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Teknis LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 RISET PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS) Tim Peneliti:"

Copied!
300
0
0

Teks penuh

(1)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 I

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN TA 2010

RISET

PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL

(PANELKANAS)

Tim Peneliti:

- Sonny Koeshendrajana - Zahri Nasution - Manadiyanto - Sastrawidjaja - Sapto Adi Pranowo - Tjahjo Tri Hartono - Hikmah

- Tenny Apriliani - Subechanis Saptanto

- Cornelia Mirwanti Witomo - Nensyana Shafitri

- Rikrik Rahadian

- Maulana Firdaus - Hakim Miftakhul Huda - Lindawati

- Rizki Aprilian Wijaya - Asep Jajang Setiadi - Ari Suswandi - Irawati - Achmad Azizi - Hanafi - Arifa Desfamita - Santi Astuti - Suhana

BALAI BESAR RISET SOSIAL EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2010

(2)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 II

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR

Judul Kegiatan Riset : Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Penanggung Jawab

Nama : Dr. Sonny Koeshendrajana

Pangkat/Gol : IVC

Jabatan :

c1. Struktural : -

c2. Fungsional : Peneliti Utama

Unit Kerja : Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan

Status : Lanjutan (Tahun ke-5) Pagu Anggaran : Rp. 1.120.000.000,-

(Satu Milyar Seratus Dua Puluh Juta Rupiah) Tahun Anggaran : 2010

Sumber Anggaran : APBN Tahun 2010

Mengetahui, Kepala Unit Kerja

Dr. Ir. Agus Heri Purnomo, M.Sc. NIP. 19600831 198603 1 003

Penanggung Jawab Kegiatan

Dr. Sonny Koeshendrajana NIP. 19600424 198503 1 006

(3)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 III

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pembangunan sektor kelautan dan perikanan merupakan suatu proses yang dinamis, yang dalam jangka panjang akan merubah kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di sektor kelautan dan perikanan terutama nelayan dan pembudidaya ikan. Untuk mengetahui perkembangan dan perubahan sosial ekonomi yang mendasar di tingkat pedesaan, yang bersumber dari rumah tangga nelayan dan pembudidaya ikan diperlukan antara lain adalah data dasar (base line) mengenai kondisi rumah tangga perikanan dari 4 tipologi utama yaitu Perikanan Tangkap Laut (PTL), Perikanan Tangkap Umum Daratan (PTPUD), Perikanan Budidaya (PB) dan Produk Kelautan-Garam (PK-GARAM).

Namun demikian, yang menjadi masalah bagi penentu kebijakan dalam membuat perencanaan pembangunan sektor kelautan dan perikanan adalah kurangnya data-data dan informasi yang akurat tentang dinamika perkembangan usaha sektor kelautan dan perikanan. Sehingga program-program yang ada sering tidak/belum mengenai sasaran. Bertolak dari sinilah penelitian PANELKANAS ini dilakukan. Pada tahun pertama kegiatan riset, ditujukan untuk mendapatkan informasi tentang kabupaten dan desa-desa contoh diseluruh Indonesia yang mencerminkan desa-desa perikanan dengan berdasarkan klasifikasi dasar keragaman sub sektor perikanan. Tahun kedua didapatkan data dasar hasil sensus dan survey rumah tangga, sedangkan tahun ketiga dan seterusnya melihat dinamika kondisi usaha, rumah tangga dan daerahnya.

Bidang Perikanan Tangkap Laut dilihat dari sisi sumberdaya manusianya berada dalan usia produktif, hal ini sebagai modal dasar untuk banyak memberikan frekuensi penyuluhan akan lebih mudah dipahami, meskipun tingkat pendidikan sebagian besar masih mengenyam pendidikan sekolah dasar. Usaha penangkapan perikanan laut yang dilakukan dapat memberikan nilai R/C >1, yang berarti bahwa usaha penangkapan memiliki prospek yang baik untuk diusahakan dan dikembangkan lebih lanjut, tentunya dibarengi dengan perbaikan dari berbagai aspek sehingga keuntungan yang diperoleh benar-benar dapat meningkatkan kesejahteran nelayan. Pendapatan rumah tangga didominasi dari pendapatan utama kepala keluarga, sedangkan pengeluaran konsumsi pangan berkisar antara 53,41 % -78,01 %. Dari pengeluaran konsumsi pangan ini, khusus pengeluaran konsumsi ikan berkisar antara 12,45 % - 40,03 %. Sedangakan pengeluaran konsumsi bukan pangan berkisar antara 21.99 % -46,59 %, dan pengeluaran terbesar dari kelompok bukan pangan adalah biaya pendidikan, perawatan perumahan dan perlengkapan dapur. Kelembagaan pada perikanan tangkap laut keberadaannya cukup beragam, kelembagaan input jasa /sarana prasarana dan kelembagaan penyuluhan tersedia dengan baik. Dalam pemasaran hasil sebagian besar nelayan telah memanfaatkan TPI sebagai tempat memasarkan hasil tangkapannya. Kelembagaan permodalan lebih suka memanfaatkan lembaga modal informal.

Kondisi usaha perikanan tangkap perairan umum, baik sungai dan rawa banjiran maupun perairan umum waduk belum sepenuhnya dapat mendukung kehidupan masyarakat nelayan yang melaksanakan penangkapan ikan di perairan tersebut. Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat nelayan harus mencari tambahan pendapatan sampingan yang berasal dari usaha non perikanan. Bagi

(4)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 IV masyarakat nelayan di perairan umum sungai dan rawa banjiran tambahan pendapatan didapatkan dari hasil sawah lebak, berburuh tani, dan berburuh bangunan di desa dan di luar desa. Faktor alam juga menjadi penyebab utama bagi nelayan tidak dapat menangkap ikan sepanjang tahun di perairan sungai dan rawa banjiran. Namun demikian, belum adanya dukungan kelembagaan usaha terhadap nelayan tersebut mengakibatkan mereka terikat terhadap pedagang ikan sebagai pemberi modal untuk pengadaan alat dan sarana penangkapan, yang sekaligus sebagai penentu harga ikan. Begitu pula, nelayan perairan umum waduk yang mengandalkan bandar sebagai penjamin ekonomi mereka, disamping hasil tangkapan yang juga tidak banyak, meskipun usaha penangkapan ikan dapat dilakukan sepanjang tahun.

Kondisi usaha perikanan perikanan budidaya, baik budidaya tambak, budidaya laut dan budidaya air tawar (sistem keramba jaring apung dan kolam) belum sepenuhnya dapat mendukung kehidupan masyarakat pembudidaya ikan. Kondisi tersebut mengakibatkan masyarakat pembudidaya ikan harus mencari tambahan pendapatan sampingan, baik bagi kepala keluarga maupun anggota keluarga. Faktor utama yang sangat berpengaruh dalam usaha budidaya ikan pada semua tipe usaha adalah tingginya persentase biaya pakan dalam struktur pembiayaan usaha (mencapai 75%). Kondisi ini diperparah pula dengan tidak adanya posisi tawar masyarakat pembudidaya dalam menentukan harga jualikan sebagai akibat keterikatan mereka terhadap pedagang ikan dan pemberi modal usaha. Lebih lanjut, belum maksimalnya dukungan kelembagaan usaha terhadap masyarakat pembudidaya ikan mengakibatkan mereka terikat terhadap pedagang ikan sebagai pemberi modal untuk pengadaan prasarana dan input dalam usaha budidaya, yang sekaligus sebagai penentu harga ikan hasil budidaya mereka.

Usaha tambak garam baik di Jeneponto maupun di Sumenep menguntungkan, hal ini terlihat dari nilai ratio penerimaan dan biaya > 1. Sumber pendapatan rumah tangga selain dari pergaraman diperoleh dari usaha lain seperti nelayan, tani, buruh, atau pegawai kelurahan. Pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga petambak didominasi oleh bahan pokok beras, lauk pauk ikan segar dan pengeluaran untuk rokok. Keragaan konsumsi non pangan didominasi oleh pendidikan, rekening pulsa dan perayaan keagamaan. Pengeluaran konsumsi rumah tangga masih dominan untuk konsumsi pangan dibandingkan non pangan, hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan rumah tangga masih rendah. Kelembagaan input, pemasaran dan tenaga kerja di Jeneponto dan Sumenep tersedia dengan baik, untuk kelembagaan modal dipenuhi dari pinjaman yang berasal pedagang pengiumpul atau keluarganya. Untuk mengakses permodalan dari lembaga resmi masih terasa sulit terpenuhi

Beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat dirumuskan dalam rangka meningkatkan pendapatan usaha dan kesejakteraan masyarakat perikanan berdasarkan hasil penelitian ini diantaranya adalah :

- Pembinaan dan penguatan kelembagaan nelayan terutama kaitannya dengan pengadaan modal untuk melaksanakan usaha baik perikanan tangkap, budidaya maupun pergaraman

- Penetapan penghapusan lelang untuk perairan sungai dan rawa banjiran direkomendasikan agar tetap dapat dipertahankan, untuk mengurangi biaya lisensi penangkapan ikan

(5)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 V - Melanjutkan pelaksanaan penebaran ikan dalam jumlah yang besar serta

berbagai jenis ikan yang cocok, yang dibarengi pula dengan penguatan kelembagaan pengelolaannya di tingkat kelompok nelayan.

- Pengadaan pakan alternatif untuk pengganti pakan ikan budidaya dengan biaya lebih murah dengan tetapmempertahankan kualitas pakan, sehingga akan dapat mengurangi biaya produksi ikan budidaya.

- Penyuluhan terkait teknik produksi yang baik dan benar sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam yang dihasilkan petambak garam.

- Pembinaan dan pendampingan kelompok usaha terkait manajemen pemasaran dan permodalan sangat berarti terhadap penjaminan kesejahteraan petani garam.

(6)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 VI

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur, kami panjatkan kehadapan Yang Maha Kuasa karena atas perkenan dan ridho-Nya jugalah laporan teknis ini dapat diselesaikan. Laporan teknis ini merupakan pertanggungjawaban terhadap kegiatan ”Riset Panel

Kelautan dan Perikanan Nasional (PANELKANAS)” yang dibiayai dari APBN

tahun 2010.

Pada laporan teknis ini dikemukakan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan riset, termasuk hasil studi pustaka dan temuan di lapangan yang terkait dengan dinamika usaha, pendapatan, konsumsi dan kelembagaan di tingkat rumah tangga untuk 4 tipologi yaitu Perikanan Tangkap Laut (PTL), Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan (PTPUD), Perikanan Budidaya dan Produk Kelautan-Garam. Pada bagian akhir laporan ini dikemukakan saran tindak lanjut berupa opsi kebijakan yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan, pembudidaya maupun petani garam terutama dari aspek kelembagaan pengelolaan sumberdaya perikanan.

Terima kasih yang sebesar-besarnya kami sampaikan kepada Bapak Kepala Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), yang telah memberikan kesempatan untuk dapat melaksanakan penelitian ini. Terima kasih yang sama, kami sampaikan pula kepada berbagai pihak yang turut membantu sehingga terlaksananya kegiatan penelitian ini, terutama sesama tim peneliti dan teknisi, hingga selesainya laporan akhir ini.

Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, terutama Direktorat Teknis terkait di Departemen Kelautan dan Perikanan, antara lain Ditjen Perikanan Tangkap, Ditjen Budidaya, Ditjen KP3K, serta pemerintah daerah setempat. Saran perbaikan yang bersifat positif konstruktif sangat diharapkan guna perbaikan laporan ini dan pelaksanaan kegiatan riset analisis kebijakan ke depan.

Jakarta, Desember 2010

(7)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 VII

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN AKHIR ... II RINGKASAN EKSEKUTIF ... III KATA PENGANTAR ... VI DAFTAR ISI ... VII DAFTAR TABEL ... IX DAFTAR GAMBAR ... XXI DAFTAR LAMPIRAN ... XXII

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Keluaran Penelitian ... 3

1.4. Justifikasi ... 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Pembangunan Daerah Berbasis Kelautan dan Perikanan ... 5

2.2. Pemanfaatan Kelautan dan Perikanan Indonesia ... 10

2.3. Pembangunan Kelautan dan Perikanan Berkelanjutan ... 14

2.4. Peranan Pemerintah Dalam Pembangunan ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

3.1. Kerangka Pemikiran ... 23

3.2. Data dan Sumber Data ... 26

3.2.1. Jenis Data ... 26

3.2.2. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.3. Metode Analisis ... 31

BAB IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Kerangka Jaringan dan Sistem Pendataan ... 33

4.2. Sintesa dan Dinamika Perkembangan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Perikanan Tangkap Laut ... 35

4.2.1. Deskripsi Rumah Tangga Responden ... 35

4.2.2. Usaha ... 36

4.2.3. Pendapatan Rumah Tangga Nelayan ... 75

4.2.4. Konsumsi Rumah Tangga ... 84

4.2.5. Kelembagaan Usaha ... 95

4.3. Sintesa dan Dinamika Perkembangan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan... 111

(8)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 VIII

4.3.2. Usaha ... 112

4.3.3. Pendapatan Rumah Tangga ... 122

4.3.4. Konsumsi Rumah Tangga ... 128

4.3.5. Kelembagaan Usaha ... 136

4.4. Sintesa dan Dinamika Perkembangan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Perikanan Budidaya ... 144

4.4.1. Deskripsi Rumah Tangga Responden ... 144

4.4.2. Usaha ... 145

4.4.3. Pendapatan Rumah Tangga ... 166

4.4.4. Konsumsi Rumah Tangga ... 174

4.4.5. Kelembagaan Usaha ... 187

4.5. Sintesa dan Dinamika Perkembangan Sosial Ekonomi Rumah Tangga Produk Kelautan Garam ... 214

4.5.1. Deskripsi Rumah Tangga Responden ... 214

4.5.2. Usaha ... 216

4.5.3. Pendapatan Rumah Tangga ... 228

4.5.4. Konsumsi Rumah Tangga ... 235

4.5.5. Kelembagaan Usaha ... 242

4.6. Evaluasi Dampak Kebijakan ... 248

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN ... 256

5.1. Kesimpulan ... 256

5.1.1. Perikanan Tangkap Laut ... 256

5.1.2. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan... 256

5.1.3. Perikanan Budidaya ... 257

5.1.4. Produk Kelautan ... 257

5.2. Implikasi Kebijakan ... 258

5.2.1. Perikanan Tangkap Laut ... 258

5.2.2. Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan... 259

5.2.3. Perikanan Budidaya ... 260

5.2.4. Produk Kelautan ... 260

DAFTAR PUSTAKA ... 261

(9)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 IX

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nama Penanggung Jawab Lapangan dan Enumerator Lapangan ... 34 Tabel 4.2 Perkembangan Penelitian Panelkanas Tahun 2006 - 2010 ... 35 Tabel 4.3 Karakteristik Responden Panelkanas Bidang Perikanan

Tangkap Laut ... 35 Tabel 4.4 Musim Penangkapan Perikanan Tangkap Laut ... 36 Tabel 4.5 Kebutuhan Investasi dan Keragaan Usaha Perikanan Tangkap

Laut di Beberapa Lokasi Panelkanas, Tahun 2010... 37 Tabel 4.6 Kebutuhan Investasi dan Keragaan Usaha Perikanan Tangkap

Laut di Beberapa Lokasi Panelkanas, Tahun 2010... 37 Tabel 4.7 Struktur Investasi Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di

Kelurahan Aek Habil ... 39 Tabel 4.8 Struktur Biaya Tetap Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil

di Kelurahan Aek Habil ... 40 Tabel 4.9 Struktur Biaya Tidak Tetap Usaha Penangkapan Ikan Pelagis

Kecil di Kelurahan Aek Habil ... 41 Tabel 4.10 Analisis Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Kecil di Kelurahan

Aek Habil ... 42 Tabel 4.11 Struktur Biaya dan Analisis Usaha Tangkapan Laut Desa

Penjajap, Kecamatan Pemangkat, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, 2010 ... 45 Tabel 4.12 Rata-rata Investasi Armada Penangkapan Ikan Tuna di

Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 47 Tabel 4.13 Struktur Rata-rata Biaya Tetap Usaha Penangkapan Ikan

Pelagis Besar di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 .... 48 Tabel 4.14 Struktur Rata-rata Biaya Variabel Usaha Penangkapan Ikan

Pelagis Besar Ukuran Kapal Motor < 5 GT Di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 49 Tabel 4.15 Struktur Rata-rata Biaya Variabel Usaha Penangkapan Ikan

Pelagis Besar Ukuran Kapal Motor 5 - 30 GT Di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 50 Tabel 4.16 Analisa Pendapatan Usaha Penangkapan Ikan Pelagis Besar

Di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 51 Tabel 4.17 Struktur Aset dan Biaya Investasi Usaha Perikanan Tangkap

Laut di Desa Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten. Gebang, 2010 ... 53 Tabel 4.18 Struktur Biaya dan Perikanan Tangkap Laut di Desa Gebang

Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Tahun 2010 ... 55 Tabel 4.19 Kalender Penangkapan, Rata-Rata Jumlah Trip/Bulan

(10)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 X Tangkap Payang di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 58 Tabel 4.20 Kalender Penangkapan, Rata-Rata Jumlah Trip/Bulan

Kegiatan Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan Alat Tangkap Dogol di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 60 Tabel 4.21 Investasi Usaha Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan

Alat Tangkap Payang (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010. ... 61 Tabel 4.22 Biaya Tetap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan

Alat Tangkap Payang (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 63 Tabel 4.23 Biaya Operasional Usaha Penangkapan Ikan Dengan

Menggunakan Alat Tangkap Payang (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010. ... 65 Tabel 4.24 Nilai Rata-Rata Penerimaan Kegiatan Usaha Penangkapan

Ikan Dengan Menggunakan Alat Tangkap Payang (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010. ... 66 Tabel 4.25 Analisa Usaha Penangakapan Ikan Dengan Menggunakan

Alat Tangkap Payang (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 67 Tabel 4.26 Investasi Usaha Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan

Alat Tangkap Dogol (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 68 Tabel 4.27 Biaya Tetap Usaha Penangkapan Ikan Dengan Menggunakan

Alat Tangkap Dogol (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 69 Tabel 4.28 Biaya Operasional Usaha Penangkapan Ikan Dengan

Menggunakan Alat Tangkap Dogol (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 71 Tabel 4.29 Nilai Rata-Rata Penerimaan Kegiatan Usaha Penangkapan

Ikan Dengan Menggunakan Alat Tangkap Dogol (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 72 Tabel 4.30 Analisa Usaha Penangakapan Ikan Dengan Menggunakan

Alat Tangkap Dogol (Ukuran kapal < 5 GT) di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 73 Tabel 4.31 Dinamika Usaha Rumah Tangga Perikanan Tangkap Laut,

Tahun 2007 dan 2010 ... 74 Tabel 4.32 Pendapatan Rumah Tangga Per Tahun Nelayan Perikanan

(11)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XI Tabel 4.33 Struktur Pendapatan Rumah Tangga di di Kelurahan Aek

Habil, Sibolga, 2010 ... 76 Tabel 4.34 Pendapatan Rumahtangga Nelayan Desa Penjajap, Kecamatan

Pangkep, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, 2010 ... 77 Tabel 4.35 Analisa Pendapatan Rumah Tangga Rata-rata Pemilik Kapal

Di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 78 Tabel 4.36 Pendapatan Tahunan Nelayan Perikanan Tangkap Laut di

Desa Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, 2010 ... 79 Tabel 4.37 Pendapatan Per Tahun Rumah Tangga Nelayan Alat Tangkap

Payang di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang (Berdasarkan Musim Penangkapan), 2010 ... 80 Tabel 4.38 Pendapatan Per Tahun Rumah Tangga Nelayan Alat Tangkap

Dogol di Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 81 Tabel 4.39 Dinamika Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Tangkap

Laut, Tahun 2007, 2008 dan 2010 ... 83 Tabel 4.40 Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Tangkap Laut Di

Beberapa Lokasi Panelkanas ... 84 Tabel 4.41 Struktur Konsumsi Rumah Tangga di di Kelurahan Aek Habil,

Sibolga Tahun 2010 ... 86 Tabel 4.42 Konsumsi Rumah Tanggal Nelayan Nelayan Desa Penjajap,

Kecamatan Pangkep, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, 2010 ... 87 Tabel 4.43 Analisa Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga

Tahunan Rata-rata Di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 88 Tabel 4.44 Konsumsi Masyarakat Nelayan Perikanan Tangkap Laut di

Desa Gebang Mekar, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, 2010 ... 90 Tabel 4.45 Nilai Konsumsi Rumah Tangga Nelayan (Rp/RTP/Thn) di

Desa Ketapang Barat, Kabupaten Sampang, 2010 ... 92 Tabel 4.46 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Tangkap Laut,

Tahun 2007,2008 dan 2010 ... 94 Tabel 4.47 Kondisi Kelembagaan Perikanan Tangkap Laut di Sampang

dan Sibolga ... 96 Tabel 4.48 Kondisi Kelembagaan Perikanan Tangkap Laut Di Bitung Dan

Cirebon ... 97 Tabel 4.49 Kondisi kelembagaan perikanan tangkap laut di Sambas ... 98 Tabel 4.50 Kondisi Ketersediaan, Cara Pembayaran dan Kemitraan

(12)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XII Tabel 4.51 Jenis Tenaga Kerja, Ketersediaan dan Cara Pembayaran Yang

Digunakan Pada Kegiatan Penangkapan Ikan di Kelurahan Aek Habil ... 99 Tabel 4.52 Penggunaan Lembaga Peminjaman, Keberadaan Jaminan dan

Bentuk Pembayaran Pinjaman Terkait Penangkapan Ikan ... 99 Tabel 4.53 Penggunaan Lembaga Menabung Terkait Penangkapan ikan di

Kelurahan Aek Habil Tahun 2010 ... 100 Tabel 4.54 Keberadaan Lembaga Pemasaran dan Cara Pembayaran Hasil

Jual Beli Produk Penangkapan Ikan Di Kelurahan Aek Habil Kota Sibolga, 2010 ... 100 Tabel 4.55 Keberadaan Kegiatan Kelompok, Keaktifan Pengurus dan

Kaitannya dengan Pekerjaan Penangkapan Ikan di Kelurahan Aek Habil ... 101 Tabel 4.56 Keberadaan Bidang Penyuluhan dan Kaitannya Dengan

Program Penangkapan Ikan Pada Kelurahan Aek Habil, Kota Sibolga ... 101 Tabel 4.57 Keberadaan Masalah Teknis Penangkapan berdasarkan

Sumber Informasi di Kelurahan Aek Habil, Kota Sibolga, 2010 ... 102 Tabel 4.58 Kondisi Ketersediaan, Cara Pembayaran dan Kemitraan

Nelayan Terhadap Pedagang Terkait Sarana Penangkapan Ikan di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 104 Tabel 4.59 Penggunaan Lembaga Peminjaman, Keberadaan Jaminan dan

Bentuk Pembayaran Pinjaman Terkait Penangkapan Tuna di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 105 Tabel 4.60 Keberadaan Lembaga Pemasaran dan Cara Pembayaran Hasil

Jual Beli Produk Perikanan Di Kelurahan Batu Lubang, Kota Bitung, 2010 ... 105 Tabel 4.61 Lokasi Dan Tipologi Desa Bidang Perikanan Tangkap

Perairan Umum Daratan Dalam Riset Panelkanas, 2010 ... 111 Tabel 4.62 Usia, Tingkat Pendidikan Dan Tanggungan Responden

Kegiatan Riset Panelkanas Bidang PTPUD, 2010 ... 112 Tabel 4.63 Struktur Penerimaan, Biaya Dan Keuntungan Usaha Pada

PTPUD Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 112 Tabel 4.64 Struktur Aset dan Biaya Investasi Usaha Perikanan Tangkap

Perairan Umum Daratan Sungai dan Rawa Banjiran di Desa Berkat, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Berkat, 2010 ... 114 Tabel 4.65 Struktur Biaya dan Penerimaan Penangkapan Ikan Sungai dan

Rawa Banjiran di Desa Berkat, Kecamatan SP. Padang, Kabupaten Berkat, 2010 ... 116 Tabel 4.66 Jenis Aset Usaha Penangkapan Ikan Nelayan Tradisional di

(13)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XIII Tabel 4.67 Struktur Investasi Usaha Penangkapan Ikan di Waduk di Desa

Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 ... 118 Tabel 4.68 Struktur Biaya Tidak Tetap Usaha Penangkapan Ikan per

Tahun di Waduk di Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 ... 119 Tabel 4.69 Struktur Biaya Tidak Tetap Usaha Penangkapan Ikan per

Tahun di Waduk di Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 ... 120 Tabel 4.70 Struktur Penerimaan Usaha Penangkapan Ikan per Tahun di

Waduk di Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 .. 120 Tabel 4.71 Analisis Usaha Penangkapan Ikan di Waduk per Tahun di

Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 ... 121 Tabel 4.72 Dinamika Usaha Rumah Tangga Perikanan Tangkap Umum

Daratan, Tahun 2007, 2008 dan 2010... 122 Tabel 4.73 Struktur Pendapatan Rumah Tangga PTPU Dalam Kegiatan

Riset Panelkanas 2010 ... 123 Tabel 4.74 Pendapatan Tahunan Nelayan PTUD Desa Berkat, Kecamatan

SP Padang, Kabupaten OKI, 2010 ... 124 Tabel 4.75 Rata-Rata Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Tangkap

Perairan Umum Daratan di Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, Tahun 2010 ... 126 Tabel 4.76 Dinamika Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Tangkap

Umum Daratan, Tahun 2007, 2008 dan 2010 ... 128 Tabel 4.77 Struktur Pengeluaran Pangan Dan Non Pangan Pada Rumah

Tangga PTPU Dalam Kegiatan Riset Panelkanas 2010. ... 129 Tabel 4.78 Konsumsi Masyarakat Nelayan Perikanan Tangkap Perairan

Umum Daratan di Desa Berkat, Kecamatan SP Padang, Kabupaten OKI, 2010 ... 131 Tabel 4.79 Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rata-rata Rumah Tangga

Perikanan di Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 ... 134 Tabel 4.80 Konsumsi Ikan dan Non Ikan Rumah Tangga Perikanan di

Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 ... 135 Tabel 4.81 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Tangkap

Umum Daratan, Tahun 2007, 2008 dan 2010 ... 136 Tabel 4.82 Kondisi Kelembagaan Pendukung Usaha Pada Rumah Tangga

PTPU Dalam Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 137 Tabel 4.83 Kondisi Ketersediaan, Cara Pembayaran dan Kemitraan

Nelayan Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Terhadap Pedagang Terkait Sarana Penangkapan Ikan di Desa Berkat, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2010 ... 139

(14)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XIV Tabel 4.84 Penggunaan Lembaga Peminjaman, Keberadaan Jaminan dan

Bentuk Pembayaran Pinjaman Terkait Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan di Desa Berkat, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2010 ... 140 Tabel 4.85 Penggunaan Lembaga Peminjaman, Keberadaan Jaminan dan

Bentuk Pembayaran Pinjaman Terkait Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan di Desa Berkat, Kecamatan SP Padang Kabupaten OKI, 2010 ... 140 Tabel 4.86 Keberadaan Masalah Teknis Perikanan, Jenis dan Harga Ikan

berdasarkan Sumber Informasi di Desa Berkat, Kecamatan SP Padang, Kabupaten Ogan Komering Ilir, 2010 ... 142 Tabel 4.87 Kondisi Ketersediaan, Cara Pembayaran dan Kemitraan

Pembudidaya Terhadap Pedagang Terkait Sarana Produksi Perikanan Tangkap Perairan Umum Daratan Ikan di Desa Panyindangan, Kabupaten Purwakarta, 2010 ... 142 Tabel 4.88 Karakteristik Responden Panelkanas Bidang Perikanan

Budidaya, 2010 ... 144 Tabel 4.89 Lokasi Dan Tipologi Desa Contoh Bidang Perikanan

Budidaya Dalam Riset Panelkanas 2010 ... 145 Tabel 4.90 Struktur Penerimaan, Biaya Dan Keuntungan Usaha Perikanan

Budidaya Tambak Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 146 Tabel 4.91 Struktur Penerimaan, Biaya Dan Keuntungan Usaha Perikanan

Budidaya Laut Dan Keramba Jaring Apung Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 146 Tabel 4.92 Struktur Penerimaan, Biaya Dan Keuntungan Usaha Perikanan

Budidaya Air Tawar (Pembenih Dan Pendeder) Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 146 Tabel 4.93 Struktur Aset dan Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan pada

KJA per tahun di Desa Cikidangbayabang, Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 2010... 149 Tabel 4.94 Struktur Biaya Tetap Usaha Budidaya Ikan pada KJA per

Tahun di Desa Cikidangbayabang, Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 2010... 150 Tabel 4.95 Struktur Biaya Tidak Tetap Usaha Budidaya Ikan pada KJA

per Tahun di Desa Cikidangbayabang, Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 2010... 151 Tabel 4.96 Struktur Penerimaan Usaha Budidaya Ikan pada KJA per

Tahun di Desa Cikidangbayabang, Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 2010... 151 Tabel 4.97 Analisis Usaha Budidaya Ikan pada KJA di Desa

Cikidangbayabang, Mande, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, 2010 ... 152

(15)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XV Tabel 4.98 Kebutuhan Investasi Usaha Budidaya Pembenihan dan

Pendederan Ikan Di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 154 Tabel 4.99 Struktur Biaya dan Penerimaan Budidaya Ikan Mas di Desa

Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 156 Tabel 4.100 Perhitungan Keuntungan Usaha Budidaya Tambak Ikan

Bandeng dan Udang di Desa Pangkah Wetan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Selama Setahun 2010 ... 158 Tabel 4.101 Jenis Aset Budidaya Rumput Laut Metode Patok dan Umur

Ekonomis ... 159 Tabel 4.102 Kebutuhan Investasi Usaha Budidaya Rumput Laut di Desa

Batu Nunggul Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 160 Tabel 4.103 Struktur Biaya Usaha Pendapatan Budidaya Rumput Laut di

Desa Batu Nunggul Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 161 Tabel 4.104 Investasi Awal Usaha Tambak di Kelurahan Talaka,

Kabupaten Pangkep ... 162 Tabel 4.105 Struktur Biaya dan Pendapatan Usaha Tambak di Kelurahan

Talaka, Kabupaten Pangkep, 2010 ... 164 Tabel 4.106 Dinamika Usaha Rumah Tangga Perikanan Budidaya, Tahun

2007, 2008, 2009 dan 2010 ... 166 Tabel 4.107 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Budidaya

Tambak Dalam Kegiatan Riset Panelkanas 2010 ... 167 Tabel 4.108 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Laut

Dan Keramba Jaring Apung Dalam Kegiatan Riset Panelkanas , 2010 ... 167 Tabel 4.109 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Budidaya Air

Tawar (Pembenih Dan Pendeder) Dalam Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 168 Tabel 4.110 Pendapatan Rumah Tangga Perikanan per Tahun Berdasarkan

Sumber Pendapatannya di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, 2010 ... 168 Tabel 4.111 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Perikanan dalam Satu

Tahun di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 170 Tabel 4.112 Pendapatan keluarga RTP Pembudidaya di Kabupaten Gresik

(Berdasarkan Skala Usaha), 2010 ... 171 Tabel 4.113 Pengelolaan Budidaya Rumput Laut Desa Batu Nunggul

,Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 171 Tabel 4.114 Pendapatan Rumah Tangga Pembudidaya Rumput Laut Desa

Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 172

(16)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XVI Tabel 4.115 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Kelurahan Talaka,

Kabupaten Pangkep, 2010 ... 173 Tabel 4.116 Dinamika Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Budidaya,

Tahun 2007, 2008 dan 2010 ... 174 Tabel 4.117 Struktur Pengeluaran Pangan Dan Non Pangan Pada Rumah

Tangga Perikanan Budidaya Tambak Dalam Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 175 Tabel 4.118 Struktur Pengeluaran Pangan Dan Non Pangan Pada Rumah

Tangga Perikanan Budidaya Laut Dan Keramba Jaring Apung Dalam Kegiatan Riset Panelkanas, 2010 ... 175 Tabel 4.119 Struktur Pengeluaran Pangan Dan Non Pangan Pada Rumah

Tangga Perikanan Budidaya Kolam (Pembenih Dan Pendeder) Dalam Riset Panelkanas, 2010 ... 176 Tabel 4.120 Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rata-rata Rumah Tangga

Perikanan per Tahun di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, 2010 ... 177 Tabel 4.121 Konsumsi Ikan dan Non Ikan Rumah Tangga Perikanan per

Tahun di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, 2010 .. 178 Tabel 4.122 Struktur Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Perikanan

di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 179 Tabel 4.123 Konsumsi dan Pengeluaran Dalam Setahun (Berdasarkan

Skala Usaha) RTP Pembudidaya Tambak di Pangkah Wetan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 2010 ... 181 Tabel 4.124 Konsumsi Ikan Dalam Mingguan dan Tahunan RTP

Pembudidaya Tambak di Pangkah Wetan, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, 2010 (Berdasarkan Skala Usaha) ... 182 Tabel 4.125 Konsumsi Rumah Tangga Petani Rumput Laut Desa Desa

Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung, 2010 ... 183 Tabel 4.126 Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga Perikanan

Kelurahan Talaka, Kabupaten Pangkep, 2010... 184 Tabel 4.127 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Budidaya,

Tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 ... 186 Tabel 4.128 Kondisi Kelembagaan Pendukung Usaha Pada Rumah Tangga

Perikanan Budidaya Tambak Dalam Kegiatan Riset Panelkanas 2010 ... 188 Tabel 4.129 Kondisi Kelembagaan Pendukung Usaha Pada Rumah Tangga

Perikanan Budidaya Laut Dan Keramba Jaring Apung Dalam Riset Panelkanas 2010 ... 189 Tabel 4.130 Kondisi Kelembagaan Pendukung Usaha Pada Rumah Tangga

Perikanan Budidaya Kolam Dalam Kegiatan Riset Panelkanas 2010. ... 190

(17)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XVII Tabel 4.131 Kondisi Ketersediaan, Cara Pembayaran dan Kemitraan

Pembudidaya Terhadap Pedagang Terkait Sarana Produksi Budidaya Ikan di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur , 2010 ... 192 Tabel 4.132 Jenis Tenaga Kerja, Ketersediaan dan Cara Pembayaran Yang

Digunakan Pada Kegiatan Budidaya Ikan di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, 2010 ... 193 Tabel 4.133 Keberadaan Lembaga Pemasaran dan Cara Pembayaran Hasil

Jual Beli Produk Budidaya Ikan Di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, 2010 ... 194 Tabel 4.134 Keberadaan Bidang Penyuluhan dan Kaitannya Dengan

Program Budidaya Ikan Pada Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, 2010 ... 195 Tabel 4.135 Keberadaan Masalah Teknis Budidaya dan Strain Unggul

serta Cara Budidaya Ikan Baik (CBIB) berdasarkan Sumber Informasi di Desa Cikidangbayabang, Kabupaten Cianjur, 2010 ... 195 Tabel 4.136 Kondisi Ketersediaan, Cara Pembayaran dan Kemitraan

Pembudidaya Terhadap Pedagang Terkait Sarana Produksi Budidaya Ikan di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 196 Tabel 4.137 Jenis Tenaga Kerja, Ketersediaan dan Cara Pembayaran yang

Digunakan Pada Kegiatan Budidaya Ikan di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 196 Tabel 4.138 Penggunaan Lembaga Peminjaman, Keberadaan Jaminan dan

Bentuk Pembayaran Pinjaman Terkait Budidaya Ikan di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 197 Tabel 4.139 Keberadaan Lembaga Pemasaran dan Cara Pembayaran Hasil

Jual Beli Produk Budidaya Ikan Di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 197 Tabel 4.140 Keberadaan Kegiatan Kelompok, Keaktifan Pengurus dan

Kaitannya dengan Pekerjaan Pembudidaya Ikan di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 198 Tabel 4.141 Keberadaan Masalah Teknis Budidaya dan Strain Unggul

serta CBIB Berdasarkan Sumber Informasi di Desa Sumur Gintung, Kabupaten Subang, 2010 ... 198 Tabel 4.142 Keberadaan Bidang Penyuluhan dan Kaitannya Dengan

Program Budidaya Ikan di Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik, 2010 ... 199 Tabel 4.143 Kondisi Ketersediaan dan Cara Pembayaran Pembudidaya

Terhadap Pedagang Terkait Sarana Produksi Budidaya Ikan di DesaUjung Pangkah, Kabupaten Gresik, 2010 ... 200

(18)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XVIII Tabel 4.144 Ketersediaan dan Cara Pembayaran Tenaga Kerja di

Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, 2010 ... 201 Tabel 4.145 Keberadaan Kelembagaan Pemasaran dan Cara Pembayaran

Hasil Jual Beli Ikan/Udang di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, 2010 ... 201 Tabel 4.146 Keberadaan Kegiatan Kelompok, Keaktifan Pengurus Dan

Kaitannya Dengan Pekerjaan Pembudidaya Ikan Di Desa Pangkah Wetan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik ... 202 Tabel 4.147 Keberadaan Lembaga Peminjam dan Prioritas Pinjaman

Terhadap Lembaga Peminjam Di Kecamatan Ujung Pangkah, Kabupaten Gresik, 2010 ... 203 Tabel 4.148 Kondisi Ketersediaan, Cara Pembayaran dan Kemitraan

Pembudidaya Terhadap Perdagang Terkait Sarana Produksi Budidaya Rumput Laut di Desa Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 204 Tabel 4.149 Kondisi Jumlah, Ketersediaan, dan Cara Pembayaran

Pembudidaya terhadap penggunaan Tenaga Kerja berdasarkan Jenis Tenaga Kerja yang di Desa Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 205 Tabel 4.150 Penggunaan Lembaga Peminjaman, Keberadaan Jaminan dan

Bentuk Pembayaran Pinjaman Terkait Budidaya Rumput Laut di Desa Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 206 Tabel 4.151 Penggunaan Lembaga Pemasaran Mengenai Keberadaan, Asal

dan Cara Pembayaran Terkait Budidaya Rumput Laut di Desa Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 207 Tabel 4.152 Penggunaan Lembaga Pelaku Berupa Kelompok Pembudidaya

Mengenai Jenis Kegiatan Kelompok, Keaktifan Penduduk dan Manfaat Mengikuti Kegiatan Tersebut Sebagai Anggota Kelompok di Desa Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 208 Tabel 4.153 Penggunaan Lembaga Pelaku Berupa Kelompok Pembudidaya

Mengenai Jenis Bidang Penyuluhan, Keaktifan Dalam Mengikuti dan Keterkaitan dengan Program Kelompok di Desa Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung , 2010 ... 209 Tabel 4.154 Penggunaan Lembaga Pelaku Berupa Sumber Informasi

Mengenai Masalah Teknis Budidaya dan Strain Unggul dan CBIB di Desa Batu Nunggul, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, 2010 ... 210 Tabel 4.155 Kondisi Ketersediaan Input Produksi, Cara Pembayaran Tunai

(19)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XIX Tabel 4.156 Kondisi Ketersediaan Tenaga Kerja dan Cara Pembayaran

Tunai Tenaga Kerja di Kelurahan Talaka, 2010... 211 Tabel 4.157 Kondisi Keberadaan Lembaga Pemasaran di Kelurahan

Talaka, 2010 ... 212 Tabel 4.158 Keberadaan Bidang Penyuluhan dan Kaitannya Dengan

Program Budidaya Ikan di Kelurahan Talaka, 2010 ... 213 Tabel 4.159 Keberadaan Sumber Informasi Tentang Masalah Teknis

Budidaya dan Strain Unggul dan CBIB di Kelurahan Talaka, 2010 ... 213 Tabel 4.160 Karakteristik Responden Petambak Garam di desa Pallengu,

Jeneponto dan di desa Pinggirpapas, Sumenep, 2010 ... 215 Tabel 4.161 Analisa Biaya dan Penerimaan Usaha Tambak Garam di

Jeneponto dan Sumenep (Rp/ Tahun), 2010 ... 216 Tabel 4.162 Rata-rata Investasi Usaha Tambak Garam Di Desa Pinggir

Papas, 2010 ... 218 Tabel 4.163 Struktur Rata-rata Biaya Tetap Dibutuhkan di Desa Pinggir

Papas, 2010 ... 219 Tabel 4.164 Struktur Rata-rata Biaya Variabel Dibutuhkan di Desa Pinggir

Papas, 2010 ... 219 Tabel 4.165 Analisa Pendapatan Usaha Rata-rata di Desa Pinggir Papas,

2010 ... 220 Tabel 4.166 Investasi Dalam Usaha Tambak Garam di Kelurahan

Pallengu, Bangkala, Jeneponto, 2009 ... 223 Tabel 4.167 Struktur Biaya dan Penerimaan Dalam Usaha Tambak Garam

di Kelurahan Pallengu, Bangkala, Jeneponto, 2009 ... 224 Tabel 4.168 Dinamika Usaha Rumah Tangga Produk Kelautan Garam,

Tahun 2010 ... 228 Tabel 4.169 Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petambak Garam di

Jeneponto Berdasarkan Status Kepemilikan Usaha... 229 Tabel 4.170 Pendapatan Petambak Garam Kabupaten Sumenep, 2010 ... 229 Tabel 4.171 Analisa Pendapatan Rumah Tangga Rata-rata Responden di

Desa Pinggir Papas, 2010 ... 231 Tabel 4.172 Pendapatan Rumah Tangga Petani Garam di Kelurahan

Pallengu, Bangkala, Jeneponto, 2009 ... 232 Tabel 4.173 Pendapatan Rumah Tangga Petani Garam di Kelurahan

Pallengu, Bangkala, Jeneponto Berdasarkan Status Pengelolaan Usaha, Tahun 2009 ... 233 Tabel 4.174 Dinamika Pendapatan Rumah Tangga Produk Kelautan

Garam, Tahun 2008 dan 2010 ... 234 Tabel 4.175 Konsumsi Pangan dan Non Pangan Per Tahun Rumah Tangga

(20)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XX Tabel 4.176 Konsumsi Pangan Dan Non Pangan Per Tahun Rumah Tangga

Petambak Garam Di Jeneponto, 2010 ... 237 Tabel 4.177 Analisa Konsumsi Pangan dan Non Pangan Rumah Tangga

Tahunan Rata-rata Responden Di Desa Pinggir Papas, 2010 .... 238 Tabel 4.178 Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Garam di

Kelurahan Pallengu, Bangkala, Jeneponto, tahun 2009 ... 239 Tabel 4.179 Konsumsi dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani Garam di

Kelurahan Pallengu, Bangkala, Jeneponto Berdasarkan Status Pengelolaan Usaha, 2009 ... 240 Tabel 4.180 Jumlah Anggota Rumah Tangga dan Konsumsi Bahan

Makanan Utama per Kapita per Tahun, 2009... 241 Tabel 4.181 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Produk Kelautan Garam,

Tahun 2008 dan 2010 ... 242 Tabel 4.182 Kelembagaan Usaha Petambak Garam Di Jeneponto Dan

Sumenep ... 243 Tabel 4.183 Kondisi Ketersediaan dan Cara Pembayaran Petambak

Terhadap Pedagang Terkait Sarana Produksi Garam di Desa Pinggir Papas Tahun 2010 ... 244 Tabel 4.184 Keberadaaan Tenaga Upahan dan Cara Pembayaran Terkait

(21)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XXI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Riset PANELKANAS ... 25 Gambar 3.2. Kerangka Konsepsual Pelaksanaan Kegiatan Riset

PANELKANAS ... 25 Gambar 3.3. Keterkaitan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Riset dengan

Input yang Diperlukan dan Output yang Dihasilkan. ... 26 Gambar 4.1 Organogram Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional

Tahun 2010 ... 33 Gambar 4.2 Dinamika Usaha Perikanan Tangkap Perairan Tangkap Laut,

Tahun 2007 dan 2010 ... 75 Gambar 4.3 Dinamika Pendapatan Perikanan Tangkap Perairan Tangkap

Laut, Tahun 2007 , 2008 dan 2010 ... 84 Gambar 4.4 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Tangkap Laut

2007-2010 ... 95 Gambar 4.5 Dinamika Usaha Rumah Tangga Perikanan Tangkap Umum

Daratan, Tahun 2007, 2008 dan 2010... 122 Gambar 4.6 Dinamika Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Tangkap

Umum Daratan, Tahun 2007, 2008 dan 2010 ... 128 Gambar 4.7 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Tangkap

Umum Daratan, Tahun 2007, 2008 dan 2010 ... 136 Gambar 4.8 Dinamika Usaha Rumah Tangga Perikanan Budidaya, Tahun

2007, 2008 dan 2010 ... 166 Gambar 4.9 Dinamika Pendapatan Rumah Tangga Perikanan Budidaya,

Tahun 2007, 2008 dan 2010 ... 174 Gambar 4.10 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Perikanan Budidaya,

Tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010 ... 187 Gambar 4.11 Rantai Pemasaran Rumput Laut di Kecamatan Nusa Penida,

Desa Batu Nunggul, Dusun Batu Mulapan ... 206 Gambar 4.12 Dinamika Usaha Rumah Tangga Produk Kelautan Garam,

Tahun 2010 ... 228 Gambar 4.13 Dinamika Pendapatan Rumah Tangga Produk Kelautan

Garam, Tahun 2008 dan 2010 ... 235 Gambar 4.14 Dinamika Konsumsi Rumah Tangga Produk Kelautan Garam,

(22)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 XXII

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Tangkap Laut Propinsi Sumatera Utara ... 264 Lampiran 2. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Tangkap Laut

Propinsi Kalimantan Barat... 265 Lampiran 3. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Tangkap Laut

Propinsi Sulawesi Utara ... 266 Lampiran 4. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Tangkap Laut

Propinsi Jawa Barat ... 267 Lampiran 5. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Tangkap Laut

Propinsi JawaTimur ... 268 Lampiran 6. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Tangkap

Perairan Umum Daratan Propinsi Sumatera Selatan ... 269 Lampiran 7. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Tangkap

Perairan Umum Daratan Propinsi Jawa Barat ... 270 Lampiran 8. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Budidaya

KJA Propinsi Jawa Barat ... 271 Lampiran 9. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Budidaya

Kolam Air Tawar Propinsi Jawa Barat ... 272 Lampiran 10. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Budidaya

Propinsi Jawa Timur ... 273 Lampiran 11. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Budidaya

Propinsi Bali ... 274 Lampiran 12. Daftar Nama Responden Panelkanas Perikanan Budidaya

Propinsi Sulawesi Selatan ... 275 Lampiran 13. Daftar Nama Responden Panelkanas Produk Kelautan

Propinsi Jawa Timur ... 276 Lampiran 14. Daftar Nama Responden Panelkanas Produk Kelautan

Propinsi Jawa Sulawesi Selatan ... 277 Lampiran 15. Kumpulan Karya Tulis Ilmiah ……….. 278

(23)

Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional, 2010 23

(24)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 1

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Visi yang telah dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah menghasilkan produksi ikan terbesar di dunia pada tahun 2014. Sedangkan misi yang ingin dicapai adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat sektor kelautan dan perikanan, baik nelayan pesisir, laut dan perairan lainnya, pembudidaya, pelaku pengolahan serta stakeholders lainnya. Selain daripada itu, misi upaya peningkatan peran sektor kelautan dan perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi serta pemeliharaan dan peningkatan daya dukung dan kualitas lingkungan perairan laut, pesisir, pulau-pulau kecil dan perairan lainnya masih menjadi perhatian utama. Misi tersebut tercermin pada program Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa kebijakan yang disusun oleh direktorat jenderal lingkup DKP yang antara lain berupa kebijakan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat pesisir pantai dan pulau-pulau kecil terutama kelompok masyarakat yang mata pencahariannya berhubungan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya alam kelautan dan perikanan.

Sebagai contoh, salah satu strategi untuk menjalankan kebijakan tersebut tertuang dalam program utama dan program unggulan salah satu ditjen adalah: 1. Pengembangan dan perumusan kebijakan umum yang berkaitan dengan

pengelolaan dan pemanfaatan pesisir pantai dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan;

2. Pemberdayaan sosial ekonomi masyarakat;

3. Penyusunan dan pengembangan tata ruang pesisir dan laut;

4. Rehabilitasi kerusakan serta pengkayaan lingkungan dan sumberdaya; 5. Penanggulangan bencana alam.

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan riset PANELKANAS selama tahun 2006 - 2009 diperoleh gambaran sebagai berikut:

1. PANELKANAS merupakan kegiatan ‘unggulan’; tetapi dalam pelaksanaannya, ternyata kegiatan ini bukan merupakan prioritas utama yang dikerjakan oleh peneliti yang terlibat di dalamnya.

(25)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 2 2. Tahapan pelaksanaan kegiatan riset PANELKANAS yang dilakukan

selama ini masih belum mengikuti kerangka konsepsual yang telah dikembangkan secara konsisten.

3. Belum terbentuk jaringan pelaksanaan kegiatan riset PANELKANAS secara baik, termasuk didalamnya belum terbentuk organisasi pelaksanaan yang efisien dan efektif.

4. Terdapat permasalahan konsistensi penggunaan kuesioner menurut tema yang digunakan dalam pengambilan data menurut tipologi kelautan dan perikanan yang di amati.

5. Hasil riset yang dilaporkan baru berupa ‘what is the result’, belum menyajikan hasil analisis ‘how the results tell us’, ‘what problems do exist

in each selected site’ dan ‘so what’; itupun ternyata hasil yang ada belum

mampu menyajikan data panel (unit time series) menurut tema yang di amati pada masing-masing tipologi secara reguler.

6. Perlu peninjauan kembali lokasi yang merepresentasi tipologi yang dimaksudkan.

7. Belum terbentuk sistem DBMS yang handal sesuai dengan kebutuhan analisis dan interpretasi lebih lanjut.

Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan riset PANELKANAS 2010 akan dilakukan penyempurnaan dalam hal konsistensi tahapan pelaksanaan, konsistensi penggunaan kuesioner menurut tema yang diamati, organisasi pelaksanaan di lapang, organisasi manajemen data serta DBMS dan penyajian pelaporannya. Secara ringkas, pelaporan akan disajikan dengan memperhatikan keterpaduan tema yang di amati pada lokasi terpilih yang merepresentasikan tipologi yang dimaksudkan.

(26)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 3

1.2. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari riset ini adalah untuk menghasilkan kajian-kajian generik sosial ekonomi kelautan dan perikanan, yang lebih lanjut akan digunakan untuk mendasari riset yang bersifat problem solving dan prediksi perkembangan sosial ekonomi kelautan dan perikanan serta pengkajian-pengkajian opsi-opsi kebijakan. Untuk itu kegiatan riset ini akan bersifat multi-years dengan menggunakan contoh wilayah pedesaan atau bahkan responden yang sama (tetap). Pada tahun 2006-2010, riset ini bertujuan membangun kerangka jaringan dan sistem pendataan dan pengkajian dinamika sosial ekonomi rumah tangga kelautan dan perikanan di desa terpilih yang akan mendasari riset-riset pada tahun berikutnya.

Adapun tujuan secara spesifik yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji dinamika perkembangan usaha sektor kelautan dan perikanan 2. Mengevaluasi dampak kebijakan di tingkat mikro dan formulasi penentuan

kebijakan bersifat responsif dan antisipatif terhadap permasalahan yang ada.

1.3. Keluaran Penelitian

Keluaran kegiatan riset adalah data dan informasi:

1. Penyempurnaan organisasi pelaksanaan kegiatan riset dan pembentukan jaringan kerjasama pelaksanaannya dengan kabupaten/kota setempat; 2. Penyempurnaan instrument pengumpulan data (kuesioner) dan manajemen

data serta Data Based Management System (DBMS)-nya;

3. Data dan informasi dinamika perkembangan rumah tangga kelautan dan perikanan menurut tipologi pada seluruh tema yang diamati;

4. Tulisan ilmiah tentang kajian pada masing-masing bidang / tipologi dan tema yang diamati sebagai langkah persiapan pembuatan prosiding hasil riset kegiatan PANELKANAS; dan atau bahan publikasi ilmiah yang dipresentasikan pada seminar, workshop dan simposium maupun Jurnal dan Warta.

(27)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 4

1.4. Justifikasi

Untuk mendukung visi dan misi KKP tersebut dibutuhkan suatu basis data panel yang kuat yang dapat memberikan informasi mengenai kondisi rumah tangga perikanan dan kelautan yang ada di Indonesia. Dengan dasar keberadaan manfaat panel tersebut maka panel kelautan dan perikanan nasional (PANELKANAS) menjadi penting untuk dilaksanakan dengan pertimbangan beberapa alasan, yaitu kegiatan riset panel kelautan dan perikanan nasional dapat menghasilkan data yang kurang tersedia di Indonesia yaitu data tentang dinamika sosial ekonomi pedesaan perikanan dan kelautan. PANELKANAS dilakukan pada empat bidang yaitu perikanan tangkap laut, perikanan tangkap perairan umum, perikanan budidaya dan produk kelautan.

(28)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Daerah Berbasis Kelautan dan Perikanan

Seperti diketahui bahwa otonomi daerah merupakan keharusan bagi Indonesia sebagai negara yang besar dan beraneka ragam suku bangsa. Pemerintahan di masa lalu yang sentralistik dirasakan menghambat perubahan daerah dan tidak aspiratif. Disadari bahwa otonomi daerah merupakan bagian dari reformasi di bidang politik, yang pada akhirnya akan menghasilkan reformasi di bidang sosial dan ekonomi. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah cukup memberikan peluang untuk perubahan secara mendasar. Diamar (2001) mengemukakan bahwa beberapa prinsip pelaksanaan otonomi daerah yang terkandung di dalamnya, antara lain:

1. Menumbuhkembangkan demokrasi, dimana pengambilan keputusan publik tidak lagi oleh Pemerintah Pusat yang dominan, tetapi dilakukan secara bersama dalam sebuah “self regulating society”;

2. Menata kembali distribusi kewenangan pemerintahan yang semula berpola “piramida terbalik”, yaitu sangat besar di pusat, kecil di daerah tingkat I dan sangat kecil di daerah tingkat II, sekarang menjadi “piramida normal”, dimana kewenangan pusat menjadi terbatas, namun bersifat strategis; 3. Menata kembali manajemen pemerintahan, yang semula berupa

manajemen sektoral, dimana perencanaan, program, anggaran dan regulasi ditangani oleh “para manajer” sektoral (yang besar kewenangannya di pusat), menjadi manajemen kewilayahan, dimana kewenangan-kewenangan tersebut berada pada manajer-manajer wilayah, yaitu gubernur, bupati dan walikota. Perubahan ini sangat positif, yaitu untuk mengoptimalkan sinergi antar sektor di daerah;

4. Mengakomodasi “burning issues” lainnya seperti keberpihakan kepada masyarakat yang kurang berdaya dan menghormati tradisi dan hukum adat. UU No. 22/1999 pasal 7, 8, 9 dan 10 mengandung maksud bahwa Kewenangan Pemerintah Pusat harus terbatas, sedangkan propinsi dan kabupaten/kota menjadi besar. Hal ini sudah benar dimana paradigma-paradigma ilmu politik dan ilmu manajemen menggariskan bahwa untuk suatu negara besar dan beraneka ragam maka “top management”

(29)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 6 (Pemerintah Pusat) harus terbatas, tetapi strategis). Di samping lima bidang strategis (pertahanan, luar negeri, fiskal dan moneter, peradilan, dan agama), pasal 7 ayat (2) dan pasal 10 ayat (3) memberikan beberapa kewenangan strategis lainnya kepada “top management” untuk membuat kebijaksanaannya, tanpa perlu menjadi pelaksana.

Sementara itu, dalam UU No. 22 tahun 1999 pasal 8 mengamanatkan bahwa pemerintah propinsi menangani hal-hal yang bersifat lintas kabupaten/kota yang di dalamnya disebutkan antara lain jalan propinsi, irigasi/sungai, pertambangan, dan perkebunan besar. Yang menjadi pertanyaan ialah: siapa yang menangani lintas propinsi?, pusat dengan dekonsentrasi?, kerja sama antarpropinsi?, yang pasti, kewenangan atas hal-hal yang bersifat lintas dan mempengaruhi ekologi daerah besar tidak boleh ditangani secara lokal.

Untuk bidang kelautan dan perikanan, prinsip-prinsip yang telah di sebutkan di atas, harus dianut dan dilaksanakan secara konsekuen baik oleh Pemerintah Pusat maupun kabupaten/kota. Meskipun Pemerintah Pusat berniat baik dalam memberikan wilayah laut kepada daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 UU No. 22/1999, tampaknya hal tersebut dapat membahayakan persatuan dan kesatuan negara RI. Menurut Diamar (2001), masalahnya, antara lain adalah sebagai berikut;

1. Tidak sesuai dengan filosofis laut sebagai perekat dan pemersatu sehingga tidak seharusnya boleh dibagi-bagi;

2. Secara teknis akan sulit, karena titik-titik koordinat dan garis-garis batas memang dapat digambarkan pada peta, tetapi pada pelaksanaannya (di laut) tidak mungkin jelas, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman yang berakhir dengan konflik;

3. Pengertian yang benar mengenai batas dan berbagai implikasinya tidak mudah dipahami, baik oleh masyarakat umum maupun oleh pejabat. Untuk mengantisipasi pelaksanaan pasal 3 tersebut, yang dapat menyebabkan timbulnya konflik antar daerah satu dengan lainnya, maka Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) mencoba menyiapkan pedoman penetapan batas-batas wilayah laut daerah. DKP bekerjasama dengan Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal),

(30)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 7 Dinas Hidro Oceanografi dan Survei (Dishidros) TNIAL, dan berkonsultasi kepada semua pemerintah daerah propinsi dan kabupaten/kota yang berbatasan dengan laut.

Demikian pula, untuk memenuhi amanat pasal 10 UU No. 22 tahun 1999, DKP bekerja sama dengan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dan anggota-anggota Dewan Maritim Indonesia menyiapkan RPP tentang Kewenangan Daerah di Wilayah Laut. Karena UU No. 22 tahun 1999 akan ditinjau kembali, antara lain mengenai pasal 3 dan pasal 10, RPP dimaksudkan untuk memberikan kewenangan daerah di wilayah laut secara terbatas, yaitu hal-hal yang bersifat lintas dan berpengaruh terhadap ekologi daerah besar, tidak akan ditangani oleh Pemerintah Daerah.

Selebihnya, pelaksanaan Otonomi Daerah di bidang kelautan dan perikanan adalah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam PP No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi. Kelautan adalah merupakan sesuatu yang berkaitan dengan laut secara fisik. Sedangkan maritim merupakan sesuatu yang berkaitan dengan laut, yang tidak hanya memperhatikan aspek fisik, tetapi juga aspek sosial ekonomi. Indonesia merupakan negara archipelago terbesar di dunia, yang memiliki laut dengan luas sekitar 4 juta km2 dan panjang pantai sekitar 81.000 km.

Secara geografis Indonesia dapat dikatakan sebagai negara maritim terbesar dunia, namun kenyataannya belum dapat dikatakan sebagai negara maritim sejati. Menurut Diamar (2001), untuk menjadi negara maritim sejati tersebut, dapat dilakukan beberapa hal, di antaranya:

1. Membangun kembali wawasan maritim yang terkubur pada masa VOC dan masa lalu. Hal ini dapat dilakukan melalui penyempurnaan kurikulum nasional, diklat aparatur, sosialisasi, serta melalui multimedia.

2. Membangun kedaulatan nyata di laut, di antaranya adalah dengan membangun sistem pertahanan (defense), keamanan (constabulary), wasdal laut (civilian monitoring, control and surveillance), beserta penegakannya (enforcement).

3. Membangun industri maritim. Sebagai perbandingan, di Chile dan Peru industri maritim mampu berkontribusi sekitar 30% terhadap ekonomi

(31)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 8 nasional, sedangkan di Indonesia hanya sekitar 2% per tahun. Mengenai industri maritim ini, yang akan dibangun antara lain adalah:

a. Industri pariwisata bahari, hal ini didukung oleh potensi menjadi tujuan wisata bahari terbesar di dunia, karena kawasan maritim Indonesia merupakan bagian terbesar dari kawasan Aseanarean, yang jauh lebih kaya dibandingkan kawasan lain seperti Mediteranean dan Caribbean. Dalam kawasan Aseanarean (yang konsepnya diajukan oleh Singapura), Indonesia memiliki kontribusi paling besar dan Singapura menjadi pusat tujuan wisata ASEAN. Kawasan Aseanarean tersebut, ingin dikembangkan melalui penyiapan kawasan dan event development (pengembangan acara-acara yang berkaitan dengan wisata bahari).

b. Industri perikanan, yang saat ini kontribusinya masih sangat kecil terhadap pendapatan nasional dan kurang mensejahterakan rakyat. Nelayan-nelayan di Indonesia tetap miskin, bahkan secara statistik nelayan merupakan penduduk termiskin, padahal luas pantai di Indonesia sangat besar.

c. Industri pelayaran, saat ini sekitar 96% angkutan ekspor impor dan 50% angkutan domestik masih dilayani oleh kapal-kapal berbendera asing. Oleh karena itu, hendaknya sekurang-kurangnya kita dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, melalui penerapan asas cabotage serta pembangunan kembali armada niaga modern dan tradisional. 4. Menciptakan sistem tata ruang maritim, di mana terbentuk suatu tata ruang

yang terpadu antara daerah pesisir, laut, dan pulau-pulau untuk menghasilkan sinergi dan keserasian antardaerah/kawasan, antarsektor, dan antar-strata sosial, yang berwawasan lingkungan. Penataan tersebut dapat dilakukan melalui pemberlakuan sistem dan prosedur pengelolaan kawasan, dan pembangunan infrastruktur, di mana kewenangan terletak pada pemerintah kabupaten/kota, dengan mengikutsertakan masyarakat yang dikoordinir oleh Gubernur dan Pemerintah Pusat sebagai fasilitator. 5. Membangun sistem hukum maritim, yaitu dengan menciptakan ocean

(32)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 9 yang bersifat operasional. Selain itu, diperlukan juga sistem peradilan (mahkamah) maritim.

Untuk membangun industri perikanan di negara kita, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sarwono Kusumaatmadja pernah mengatakan bahwa ia bisa merealisasikan ribuan hektar tambak dengan cara big push dan menjadikan stakeholders sebagai shareholders. Pada dasarnya sumberdaya laut dapat merupakan sebuah potensi yang menghasilkan devisa yang cukup besar. Diamar (2001) mengemukakan bahwa pemberdayaan sumberdaya laut itu dapat dilakukan dengan cara melakukan pendekatan dengan para nelayan, misalnya melakukan pemberdayaan kepada kelompok nelayan miskin, lalu diusahakan untuk bisa mengorganisasikan diri. Setelah para nelayan terorganisir dengan baik, dicarikan profesional manajemen sehingga dapat membantu nelayan tersebut membuat suatu proyek untuk mengembangkan potensi sumberdaya laut. Proyek nelayan yang dibantu pengelolaannya oleh profesional manajemen itu hasilnya akan dibagikan kepada masyarakat, Pemda, dan profesional manajemennya. Apabila proyek seperti ini dapat terlaksana, diharapkan dapat menyejahterakan kehidupan nelayan.

Konsepsi pengembangan wisata bahari Indonesia mempunyai potensi sebagai daerah tujuan wisata terbesar di dunia. Untuk lebih mengembangkan pariwisata bahari seperti surfing, diving, snorkling, fishing, dan sebagainya tersebut, direncanakan akan dibangun lima buah port of entry, yaitu di Batam, Sabang, Jakarta, Biak, dan Benoa. Selain itu, hendaknya aturan yang ada dibuat lebih mudah dan tidak dilakukan pemeriksaan di setiap pelabuhan. Untuk menunjang rencana tersebut (bersamaan dengan telah diberlakukannya otonomi daerah), Pemda bisa membuat aturan bersama tentang event development serta menyiapkan kawasan-kawasan wisata bahari. Pada dasarnya dunia internasional telah mulai mengenal kualitas wisata bahari yang terdapat di nusantara (Diamar, 2001).

Selanjutnya dikemukakan bahwa, misalnya Mentawai yang terkenal dengan gelombang untuk surfer, bahkan sampai mengeluarkan aturan kepemilikan gelombang karena keunikannya. Namun sebaliknya, terdapat juga daerah tujuan wisata yang memiliki potensi besar, tetapi promosinya tidak dilakukan secara

(33)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 10 gencar. Misalnya, objek wisata Pulau Moyo di Sumbawa Barat. Di lokasi tersebut terdapat sebuah pulau yang menampilkan keindahan tropikal Indonesia. Objek wisata tersebut sangat digemari, sehingga untuk datang ke sana harus melakukan pemesanan tempat sampai dengan enam bulan sebelumnya. Suasana yang dihadirkan oleh objek wisata itu sangat alami, fasilitas istirahat hanya menggunakan tenda-tenda alami serta tidak terdapat saluran telepon. Biaya yang dikeluarkan untuk pengembangan objek wisata ini adalah berupa kapal pesiar sebagai sarana transportasi dari Pulau Sumbawa/Pulau Lombok dan biaya untuk pemasaran. Untuk pemasaran bisa dilakukan kerja sama dengan sektor tertier dari luar negeri.

2.2. Pemanfaatan Kelautan dan Perikanan Indonesia

Upaya pemerintah untuk lebih bersungguh-sungguh memanfaatkan potensi kelautan Indonesia, antara lain melalui pembentukan Departemen Kelautan dan Perikanan, merupakan langkah yang sangat tepat. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi laut yang sangat besar. Namun, selama ini potensi laut tersebut belum termanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya, dan pemasukan devisa negara khususnya. Bahkan, sebagian besar hasil pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri oleh para nelayan asing beperlengkapan modern yang beroperasi di perairan Indonesia secara ilegal (Sarosa, 2001). Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia tidak saja tepat tetapi sudah merupakan keharusan.

Sarosa (2001) mengemukakan bahwa pemanfaatan laut di Indonesia haruslah berbasis komunitas - dalam hal ini komunitas nelayan - untuk benar-benar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi bangsa dan negara Indonesia. Dalam upaya memanfaatkan potensi laut, setidaknya terdapat tiga kemungkinan pendekatan utama yang sangat berbeda yang dapat dilakukan: 1. Pemanfaatan laut secara segera dan besar-besaran melalui pemberian izin

atau konsesi kepada perusahaan-perusahaan penangkapan ikan, baik nasional maupun asing,

(34)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 11 2. Pemanfaatan secara gradual melalui pemberdayaan sebanyak mungkin

nelayan dan komunitas nelayan, atau

3. Pendekatan campuran dari dua pendekatan tersebut. Keuntungan dari pendekatan pertama, antara lain adalah pemasukan pajak dan concession

fees lebih jelas dan lebih besar (dalam jangka pendek) serta tingkat

eksploitasi secara teoritis lebih mudah diatur.

Dalam pendekatan yang pertama, pemerintah aktif mendorong dan menciptakan iklim bagi investasi usaha swasta di bidang kelautan. Namun, pendekatan yang mirip dengan model HPH dalam pemanfaatan hutan ini hanya akan menguntungkan segelintir pihak dan oleh karenanya cenderung tidak berkelanjutan karena eksploitasi dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak “dekat” dengan laut sebagai lingkungan hidup mereka.

Sementara itu, pendekatan yang kedua - yaitu berbasis masyarakat nelayan - memang tidak dapat diharapkan hasilnya secara cepat, pajak langsung yang masuk dalam jangka pendek akan jauh lebih kecil (bahkan mungkin tidak ada

concession fees), pengaturannya akan lebih sulit dan kemampuan bersaing dengan

nelayan asing pada tahap awal akan lebih terbatas. Namun, model pemanfaatan laut seperti ini dapat memberikan manfaat kepada banyak orang dan kemungkinan dapat lebih berkelanjutan karena para nelayan tersebut sadar atau disadarkan (melalui proses pendampingan dan pemberdayaan) bahwa kehidupan mereka dan anak-cucu mereka sangat tergantung kepada keberlanjutan sumberdaya laut ini.

Pendekatan yang ketiga, yang merupakan campuran dari kedua pendekatan di atas, memiliki beberapa bentuk kemungkinan:

1. Model bapak-asuh, dimana perusahaan besar pengnangkapan ikan berlaku sebagai “bapak-asuh” dan komunitas nelayan sebagai “anak-asuh”,

2. Model sub-kontraktor, dimana perusahan penangkapan ikan “menugaskan” pekerjaan penangkapan kepada nelayan atau mereka membeli dari nelayan, dan

3. Model persaingan bebas, dimana kedua pelaku pemanfaatan laut tersebut exist dan bersaing ataupun bekerja sama secara bebas.

Pada model yang terakhir, kemungkinan besar nelayan kecil akan kalah bersaing dengan penangkap ikan yang umumnya dilengkapi dengan peralatan

(35)

Riset Panel Perikanan dan Kelautan Nasional Tahun 2010 12 penangkapan yang lebih baik daripada yang digunakan para nelayan tradisional. Sarosa (2001), melihat berbagai kemungkinan pendekatan dan model pemanfaatan di atas, jika yang diinginkan bukan saja peningkatan hasil pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil pemanfaatan yang dinikmati seluas-luasnya oleh masyarakat, apapun pendekatannya akan membutuhkan pemberdayaan masyarakat nelayan. Jika kita menganggap kekayaan laut sebagai sumberdaya yang harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat Indonesia - sesuai jiwa UUD ‘45 - pemberdayaan masyarakat nelayan merupakan keharusan bagi Pemerintah.

Adalah merupakan suatu ironi bagi sebuah Negara Maritim seperti Indonesia bahwa masyarakat nelayan merupakan golongan masyarakat yang paling miskin. Walau data agregatif dan kuantitatif yang terpercaya tidak mudah diperoleh, pengamatan visual/langsung ke kampung-kampung nelayan dapat memberikan gambaran yang jauh lebih gamblang tentang kemiskinan nelayan di tengah kekayaan laut yang begitu besar. Pemandangan yang sering kita jumpai di perkampungan nelayan adalah lingkungan hidup yang kumuh serta rumah-rumah yang sangat sederhana. Kalaupun ada beberapa rumah yang menonjolkan tandatanda kemakmuran (misalnya rumah yang megah dan berantena parabola), rumah-rumah tersebut umumnya dipunyai oleh pemilik kapal, pemodal, atau rentenir yang jumlahnya tidak signifikan dan sumbangannya kepada kesejahteraan komunitas sangat tergantung pada individu yang bersangkutan.

Di samping itu, karena lokasi geografisnya yang banyak berada di muara sungai, lingkungan nelayan sering kali juga sudah sangat terpolusi. Lebih dari itu, aspirasi politisnya pun acap kali terabaikan. Dalam kondisi yang secara multidimensi demikian miskin, akan sangat sulit bagi para nelayan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan begitu saja bersaing dalam pemanfaatan hasil laut di era keterbukan sekarang ini. Mereka akan selalu kalah bersaing dengan perusahaan penangkapan ikan, baik asing maupun nasional, yang berperalatan modern. Oleh karena itu, pemberdayaan komunitas nelayan merupakan langkah yang sangat krusial dalam mencapai tujuan pemanfaatan kekayaan laut Indonesia (Sarosa, 2001).

Gambar

Gambar 3.1.  Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Riset PANELKANAS  Secara  umum  kerangka  konsepsual  pelaksanaan  riset  PANELKANAS  yang dilakukan adalah seperti pada Gambar 3.2
Gambar 3.3.  Keterkaitan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Riset dengan  Input yang Diperlukan dan Output yang Dihasilkan
Gambar 4.1  Organogram Riset Panel Kelautan dan Perikanan Nasional  Tahun 2010
Tabel 4.3  Karakteristik  Responden  Panelkanas  Bidang  Perikanan  Tangkap Laut  No  Karakteristik  Responden  Sibolga (%)  N= 28  Sampang (%) N= 32  Bitung (%) N= 31  Sambas (%) N=34  Cirebon (%) N=27  1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi internet yang digunakan untuk berkomunikasi satu dengan yang lain dalam sebuah forum adalah….. Di bawah ini cara-cara menghubungkan dengan internet

Pada Bulan Januari 2017 NTP-R sebesar 93,16 atau mengalami penurunan sebesar 2,10 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena penurunan indeks harga yang diterima

Dari data LSD yang didapat, perlakuan betadine salep (kontrol positif) dibandingkan dengan SEDN 5%, SEDN 10% dan SEDN 15% terdapat perbedaan tidak bermakna

Penelitian dilakukan untuk mendapatkan kombinasi pupuk NPK dengan kalium dosis tinggi dan urea yang tepat untuk meningkatkan bobot pipilan kering jagung.. Penelitian dilakukan di

Berdasarkan tabel 6 dapat diketahui bahwa nilai p value Sig atau nilai signifikansi dari variabel kompensasi non finansial dengan kinerja karyawan sebesar 0,105, variabel stres

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat media pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada pembelajaran matematika di kurikulum 2013 pokok

Pada dasarnya, tujuan utama dari pembelajaran bahasa adalah kemampuan dalam menggunakan bahasa tersebut se-natural mungkin (meskipun hal itu tidak selalu menjadi tuntutan),

Jika dibandingkan antara lamun alami dan artifisial, maka padang lamun artifisial mempunyai persamaan dengan padang lamun alami dalam proses sedimentasi, dimana keduanya