• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

No.07/02/36/ Th.XI, 1 Februari 2017

P

ERKEMBANGAN

N

ILAI

T

UKAR

P

ETANI

D

AN

H

ARGA

P

RODUSEN

G

ABAH

BULAN

JANUARI

2017

A.

PERKEMBANGAN

NILAI

TUKAR

PETANI

NILAI

TUKAR

PETANI

(NTP)

JANUARI

2017

SEBESAR

98,97

ATAU TURUN

1,51

PERSEN

NTP, yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani.

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 4 Kabupaten di Provinsi Banten pada Januari 2017, NTP secara umum turun 1,51 persen dibandingkan NTP Desember 2016, yaitu dari 100,49 menjadi 98,97. Kenaikan NTP pada Januari 2017 dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun sebesar 0,81 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) yang naik sebesar 0,71 persen.

 NTP Banten Januari 2017 sebesar 98,97 atau naik 1,51 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Penurunan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,81 persen, sementara Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) justru mengalami kenaikan 0,71 persen.

 Pada Januari 2017 terjadi inflasi di daerah perdesaan di Provinsi Banten sebesar 0,72 persen terutama disebabkan oleh inflasinya indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,05 persen.

 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Banten Januari 2017 sebesar 104,24 atau turun 1,53 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.

 Pada Bulan Januari 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 15 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,58 yang diikuti oleh Provinsi Bali sebesar 106,25 dan Provinsi NTB sebesar 105,70. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,86.

(2)

0,24 0,35 1,31 0,23 0,19 0,45 -1,71 -0,48 -1,37 0,22 0,67 -0,81 -2,00 -1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50

T. pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

Des-16 Jan-17

Tabel 1

Nilai Tukar Petani Provinsi Banten Bulan Januari 2017 (2012=100)

Subsektor Bulan Persentase Perubahan

Desember 2016 Januari 2017

(1) (2) 3) (4)

Gabungan / Banten

a. Indeks yang diterima (It) 124.51 123,50 -0,81

b. Indeks yang dibayar (Ib) 123.91 124,79 0,71

c. Indeks Konsumsi Rumah Tangga 126.17 127,08 0,72 d. Indeks BPPBM 117.62 118,48 0,73

e. Nilai Tukar Petani (NTP) 100.49 98,97 -1,51

Penurunan NTP Januari 2017 disebabkan oleh turunnya NTP pada seluruh (4) subsektor yakni; subsektor tanaman pangan turun 1,90 persen; subsektor hortikultura turun 1,10 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 1,37 persen; subsektor peternakan yang turun 0,42 persen, dan subsektor perikanan yang turun 0,01 persen.

1.

Indeks Harga yang Diterima Petani (I

t

)

Indeks Harga yang Diterima Petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas

pertanian yang dihasilkan petani. Pada Januari 2017, It Banten mengalami penurunan sebesar 0,81 persen dibanding It Desember, yaitu turun dari 124,51 menjadi 123,50. Penurunan It pada Januari 2017 disebabkan turunya It pada tiga subsektor yakni subsektor tanaman pangan yang turun 1,17 persen; It subsektor hortikultura turun 0,48 persen: It subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 1,37 persen. Dua sebsektor lainnya masih mengalami kenaikan It yakni subsektor peternakan naik 0,22 persen: dan It subsektor perikanan yang naik 0,67 persen.

Grafik 2

Perubahan Indeks Harga Yang Diterima Petani Desember 2016 - Januari 2017

(3)

2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (I

b

)

Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu konsumsi rumah tangga (KRT) dan biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM). Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan,

serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Januari 2017 indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,71 persen. Hal ini terjadi karena Indeks Konsumsi Rumah Tangga mengalami kenaikan 0,72 persen dan Indeks BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen. Kenaikan indeks BPPBM ini disebabkan naiknya lima kelompok yakni kelompok bibit naik 0,67 persen biaya sewa dan pengeluaran lain naik 0,29 persen; kelompok transportsi naik 1,15 persen; kelompok penambahan barang modal naik 0,90 persen dan kelompok upah buruh mengalami kenaikan 1,22 persen. Hanya kelompok pupuk, obat-obatan, dan pakan yang turun 0,01 persen;

Grafik 3

Perubahan Indeks Harga Yang Di bayar Petani Bulan Januari 2017

3.

Nilai Tukar Petani (NTP) Subsektor

a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi dan Palawija (NTP-P)

Pada bulan Januari 2017 NTP-P mengalami penurunan indeks sebesar 1,90 persen atau turun dari 101,69 menjadi 99,75. Hal ini karena Indeks Harga yang Diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 1,17 persen sementara Indeks Harga yang Dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen. Penurun It pada subsektor tanaman pangan terjadi karena turunnya indeks pada subkelompok padi sebesar 1,15 persen dan subkelompok palawija mengalami penurunan 1,63 persen. Penurunan indeks subkelompok padi dipengaruhi oleh turunnya harga gabah sebesar 1,15 persen. Sementara penurunan indeks pada subkelompok palawija dipengaruhi turunnya harga ketela pohon, ubi jalar, dan kacang tanah. Di sisi lain indeks harga dibayar petani (Ib) yang mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen karena pengaruh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing masing sebesar 0,72 persen dan 0,88 persen. Untuk BPPBM, kenaikan indeks ini dipengaruhi oleh naiknya indeks pada lima (5) kelompok yakni kelompok bibit naik 1,43 persen, kelompok biaya sewa dan pengeluaran lainn naik 0,02 persen, kelompok transportasi naik 1,23 persen, dan kelompok penambahan barang modal naik 1,31 persen.

0,75 0,63 0,75 0,65 0,68 0,71 0,72 0,66 0,74 0,75 0,83 0,72 0,88 0,56 0,77 0,53 0,42 0,73 0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90 1,00

T. Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Gabungan

(4)

Tabel 2

Indeks Diterima & Dibayar Petani Banten Per Subsektor & Perubahannya November 2016 – Januari 2017 (2012=100)

Sektor, Kelompok dan Sub Kelompok

Bulan

November 2016 Desember 2016 Januari 2017

Persentase perubahan Januari 2017 thd

Desember 2016

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks Diterima Petani 127.56 127.87 126,37 -1,17 - Padi 127.56 128.03 126,56 -1,15 - Palawija 127.51 124.90 122,86 -1,63 b. Indeks Dibayar Petani 125.47 125.75 126,69 0,75 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.36 126.67 127,59 0,72 - Indeks BPPBM 121.10 121.16 122,22 0,88

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 101.67 101.69 99,75 -1,90

2. Hortikultura

a. Indeks Diterima Petani 124.91 125.35 124,75 -0,48 - Sayur-sayuran 120.57 123.34 124,55 0,98 - Buah-buahan 127.91 126.79 125,04 -1,38 - Tanaman Obat 118.84 120.33 118,58 -1,46 b. Indeks Dibayar Petani 122.34 122.64 123,42 0,63 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 125.29 125.55 126,38 0,66 - Indeks BPPBM 114.22 114.64 115,27 0,56

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 102.09 102.20 101,08 -1,10

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks Diterima Petani 116.74 118.28 116,66 -1,37 - Tanaman Perkebunan Rakyat 116.74 118.28 116,66 -1,37 b. Indeks Dibayar Petani 123.81 124.30 125,23 0,75 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 125.66 126.13 127,06 0,74 - Indeks BPPBM 114.92 115.49 116,38 0,77

c. Nilai Tukar Petani (NTP-R) 94.29 95.16 93,16 -2,10

4. Peternakan

a. Indeks Diterima Petani 120.60 120.89 121,15 0,22 - Termak Besar 130.28 130.43 129,02 -1,08 - Ternak Kecil 126.96 126.28 127,11 0,65 - Unggas 114.27 115.22 116,38 1,01 - Hasil Ternak 115.84 115.60 115,58 -0,01 b. Indeks Dibayar Petani 119.81 120.19 120,97 0,65 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 125.29 125.57 126,51 0,75 - Indeks BPPBM 113.99 114.47 115,08 0,53

c. Nilai Tukar Petani (NTP-T) 100.67 100.58 100,16 -0,42

5. Perikanan

a. Indeks Diterima Petani 128.83 129.07 129,94 0,67 - Penangkapan 144.18 144.52 146,85 1,61 - Budidaya 116.87 117.04 116,76 -0,24 b. Indeks Dibayar Petani 121.85 122.03 122,85 0,68 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 126.10 126.32 127,36 0,83 - Indeks BPPBM 115.19 115.29 115,77 0,42

(5)

b. Subsektor Hortikultura (NTP-H)

Nilai Tukar Petani subsektor Hortikultura (NTP-H) pada bulan Januari 2017 mengalami penurunan sebesar 1,10 persen dari 102,20 menjadi 101,08. Hal ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,48 persen sementara Indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen. Penurunan It pada subsektor hortikultura disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok buah-buahan dan kelompok tanaman obat masing-masing sebesar 1,38 persen dan 1,46 persen. Sementara kelompok sayur-sayuran mengalami kenaikan 0,98 persen. Kenaikan indeks pada kelompok sayur-sayur-sayuran disebabkan oleh naiknya harga cabai rawit, melinjo, buncis, ketimun, terung panjang, kacang panjang dan cabai merah; penurunan indeks pada kelompok buah-buahan disebabkan turunnya harga pisang; penurunan kelompok tanaman obat disebabkan oleh turunnya harga lengkuas. Di sisi lain kenaikan indeks pada Ib dipengaruhi naiknya Indeks KRT sebesar 0,66 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,56 persen.

c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTP-R)

Pada Bulan Januari 2017 NTP-R sebesar 93,16 atau mengalami penurunan sebesar 2,10 persen dibanding bulan lalu yang disebabkan karena penurunan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,37 persen sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen. Penurunan It terjadi karena turunya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,37 persen yakni dari 118,28 menjadi 116,66 persen yang dipengaruhi oleh turunnya harga cengkeh, kelapa, lada dan kakao. Di sisi lain kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) dipengaruhi naiknya IKRT sebesar 0,74 persen dan BPPBM sebesar 0,77 persen.

d. Subsektor Peternakan (NTP-T)

Pada bulan Januari 2017 NTP-T mengalami penurunanan sebesar 0,42 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,22 persen lebih lambat dari laju indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,65 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks pada dua kelompok peternakan, yakni kelompok ternak kecil naik 0,65 persen dan unggas naik 1,01 persen. Dua kelompok lainnya mengalami penurunan yakni ternak besar turun 1,08 persen dan hasil ternak turun 0,01 persen. Penurunan indeks pada kelompok ternak besar dipengaruhi oleh turunnya harga sapi potong dan kerbau; untuk unggas dipengaruhi oleh naikya harga ayam rras pedaging; pada kelompok ternak kecil kenaikan dipengaruhi oleh naiknya harga kambing dan domba; pada hasil ternak dipengaruhi oleh turunnya harga telur ayam ras. Kenaikan indeks pada Ib yang sebesar 0,65 persen dipengaruhi oleh naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,75 persen dan 0,53 persen.

e. Subsektor Perikanan (NTNP)

NTNP pada bulan Januari 2017 mengalami penurunan sebesar 0,01 persen dari 105,773 menjadi 105,767 persen . Hal ini karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 0,67 persen lebih lambat dibandingkan dengan laju kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani yang naik sebesar 0,68 persen. Kenaikan yang terjadi pada It karena naiknya indeks kelompok penangkapan sebesar 1,61 persen dan kelompok budidaya sebesar 0,24 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,68 persen disebabkan naiknya Indeks KRT dan BPPBM masing-masing sebesar 0,83 persen dan 0,42 persen.

(6)

1) Kelompok Penangkapan Ikan (NTN)

Pada Januari 2017, NTN naik sebesar 0,89 persen dari 118,39 menjadi 119,45. Hal ini terjadi karena It mengalami kenaikan sebesar 1,61 persen, sementara Ib hanya mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen. Kenaikan It disebabkan oleh naiknya harga di sebagian besar ikan pada kelompok tangkap antara lain: ikan sebelah, cucut, tatengkek, manyung, selar, tongkol, kuwe, teri dan lainnya. Sedangkan kenaikan pada Ib disebabkan karena KRT mengalami kenaikan sebesar 0,82 persen dan BPPBM naik 0,54 persen.

2) Kelompok Budidaya Ikan (NTPi)

Pada Januari 2017, NTPi turun sebesar 0,88 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,24 persen, sementara Ib mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen. Penurunan It disebabkan oleh turunnya harga ikan pada kelompok budidaya air payau sebesar 0,06 persen yakni harga ikan bandeng dan kelompok budidaya air tawar mengalami penurunan sebesar 0,40 persen yang disebabkan turunnya harga ikan lele, dan mas. Sementara itu, Ib yang mengalami kenaikan karena IKRT dan BPPBM mengalami kenaikan masing-masing 0,17 persen dan 0,18 persen.

4.

Indeks Harga Konsumen Pedesaan

Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di pedesaan. Pada bulan Januari 2017 dari pantauan di empat Kabupaten di Provinsi Banten, terjadi infllasi di perdesaan sebesar 0,72 persen. Pemicu infllasi tertinggi adalah inflasi pada bahan makanan sebesar 1,05 persen yang diikuti kelompok kesehatan 0,09 persen, , kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau inflasi sebesar 0,62 persen, kelompok perumahan 0,44 persen, kelompok transportasi dan komunikasi 0,49 persen, kelompok sandang 0,13 persen, dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 0,12 persen.

Tabel 3

IKRT, Inflasi Perdesaan Provinsi Banten

Menurut Kelompok Pengeluaran Bulan Januari 2017 (2012=100)

KELOMPOK IKRT IKRT Desember 2016 IKRT Januari 2017 Inflasi Perdesaan (persen)

UMUM 126,17 127,08 0,72

1. Bahan Makanan 130,10 131,47 1,05

2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau 125,62 126,39 0,62

3. Perumahan 128,63 129,19 0,44

4. Sandang 119,88 120,03 0,13

5. Kesehatan 120,34 121,24 0,74

6. Pendidikan,Rekreasi&Olah Raga 115,51 115,65 0,12

7. Transportasi & Komunikasi 120,45 121,05 0,49

5.

Perbandingan antar Provinsi di Indonesia

Pada Bulan Januari 2017 dari 33 provinsi di Indonesia sebanyak 15 provinsi yang NTP-nya berada di atas angka 100. NTP tertinggi dicapai oleh Provinsi Sulawesi Barat dengan nilai indeks sebesar 106,58 yang diikuti oleh Provinsi Bali sebesar 106,25 dan Provinsi NTB sebesar 105,70. Sedangkan Nilai Tukar Petani terendah terjadi di Provinsi Sulawesi Utara sebesar 92,86. NTP nasional sebesar 100,91 yang mengalami penurunan sebesar 0,56 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 101,49.

(7)

Tabel 3

Nilai Tukar Petani Seluruh Provinsi di Indonesia Januari 2017 (2012=100)

Provinsi NTP Rangking Provinsi NTP Rangking

Sulawesi Barat 106,58 1 DKI 99,17 18 Bali 106,25 2 Jawa Tengah 98,98 19

NTB 105,70 3 Banten 98,97 20

Gorontalo 105,59 4 Bangka Belitung 98,75 21 Lampung 104,96 5 Kalimantan Timur 98,40 22 Jawa Barat 103,25 6 Kalimantan Selatan 98,24 23 Jawa Timur 103,12 7 Kepulauan Riau 98,16 24 Riau 102,94 8 Sumatera Barat 97,92 25 Yogyakarta 102,22 9 Sulawesi Tenggara 97,72 26 Sulawesi Selatan 102,16 10 Kalimantan Barat 97,68 27 Maluku Utara 101,59 11 Sulawesi Tengah 97,03 28

Jambi 101,45 12 NAD 96,09 29

NTT 101,19 13 Papua 95,53 30

Sumatera Utara 100,33 14 Sumatera Selatan 95,29 31 Papua Barat 100,01 15 Bengkulu 94,99 32 Maluku 99,57 16 Sulawesi Utara 92,86 33 Kalimantan Tengah 99,35 17 Nasional 100,91

6. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Subsektor

Pada Januari 2017 terjadi penuruan NTUP sebesar 1,53 persen. Hal ini terjadi karena It mengalami penurunan sebesar 0,81 persen sementara indeks BPBBM justru mengalami kenaikan sebesar 0,73 persen. Jika dilihat per subsektor, kenaikan NTUP disebabkan oleh turunya NTUP pada empat (4) subsektor yakni subsektor tanaman pangan turun 2,03 persen, subsektor hortikultura turun 1,03 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 2,13 persen, subsektor peternakan turun 0,31 persen. Hanya subsektor perikanan yang naik sebesar 0,25 persen.

Tabel 4

Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Januari 2017 (2012=100)

Subsektor Desember 2016 Januari 2017 Perubahan (%)

(1) (2) (3) (4)

1. Tanaman Pangan 105,54 103,40 -2,30 2. Hortikultura 109,34 108,22 -1,03 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 102,41 100,24 -2,13

4. Peternakan 105,61 105,28 -0,31

5. Perikanan 111,95 112,24 0,25

a. Tangkap 125,12 126,45 1,07

b. Budidaya 101,67 101,10 -0,55

(8)

B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH

Pada Januari 2017, dari seluruh observasi yang dilakukan ditemukan kualitas GKG sebanyak 2,56 persen, kualitas GKP sebanyak 89,74 persen, dan kualitas rendah 7,69 persen. Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.000,- per kg untuk kualitas GKG dengan varietas ciherang.

Tabel 5

Banyaknya Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) menurut Kelompok Kualitas, Januari

2017 Kelompok Kualitas Persentase Jumlah Obser-vasi

Harga Gabah di Tingkat Petani (Rp./Kg.) Rata-rata Harga Tingkat Penggilingan (RP/Kg) Harga Pembelian Pemerintah (HPP)* (Rp./Kg.)

Terendah Tertinggi Rata-Rata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) GKG 2,56% 5.000 5.000 5.000 5.050 Penggilingan 4.600 G K P 89,74% 3.900 4.900 4.184 4.300 Petani 3.700 Penggilingan 3.750 Gabah Kualitas Rendah 7,69 3.400 3.600 3.500 3.600 - Keterangan:

GKG: kadar air ≤14 persen dan kadar lain ≤3 persen.

GKP: kadar air (14,01-25persen) dan kadar lain (3,01-15persen).Kualitas rendah: kadar air > 25 persen atau kadar lain > 15persen * HPP di tingkat penggilingan berdasarkan INPRES NOMOR 5 TAHUN 2015 TANGGAL 17 Maret 2015

2. Rata – rata Komponen Mutu

Untuk rata – rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air (KA) dan kadar hampa/kotoran (KH), yaitu untuk gabah dengan kualitas GKG KA nya sebesar 13,25 persen dan KH nya 2,49 persen; sedangkan untuk Kualitas GKP KA nya 13.73 persen dan KH 5,73 persen.

 Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada Januari 2017 dibandingkan keadaan Desember untuk Gabah Kering Giling (GKG) tidak mengalami perubahan harga dan untuk Gabah Kering Panen (GKP ) turun sebesar 0,44 persen.

 Rata-rata harga gabah bulan Januari 2017 di tingkat penggilingan untuk kualitas GKG Rp. 5.050 per kg,- dan kualitas GKP Rp. 4.300,- per kg.

 Dari keseluruhan observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp. 3.400,- per kg untuk kualitas rendah dengan varietas Ciherang dan harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 5.000,- per kg untuk kualitas GKG dengan varietas ciherang

(9)

Tabel 3

Rata – rata Komponen Mutu Gabah menurut Kualitas Gabah November 2016 - Januari 2017

Kelompok Kualitas Kadar Air (persen) Kadar Hampa/Kotoran (persen)

November’16 Desember’16 Januari’17 November’16 Desember’16 Januari’17

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

GKG 13,25 13,25 13,60 2,49 2,49 2,40

GKP 13,80 13,73 13,58 5,67 5,73 5,18

Kualitas Rendah - - 14,17 - - 10,23

4. Rata – rata Harga Gabah Menurut Kualitas

Rata-rata harga harga gabah kualitas kering giling (GKG) di tingkat penggilingan sebesar Rp. 5.050,- per kg sementara di tingkat petani rata-rata harga gabah kualitas GKG sebesar Rp. 5.000,- per kg. Untuk gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan mengalami penurunan rata-rata harga sebesar 0,76 persen dan di tingkat petani juga mengalami penurunan rata-rata harga yakni sebesar 0,44 persen.

Tabel 5

Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan menurut Kualitas November 2016 – Januari 2017

Kualitas

Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Tingkat Petani (Rp/Kg)

Nov’16 Des’16 Jan’17

Persentsse Perubahan

Kol (4)thd(3)

Nov’16 Des’16 Jan’17

Persentase Perubahan Kol (8) thd (7) (1) ( 2) (3) (4) (5) ( 6) ( 7) ( 8) (9) GKG 5.050 5.030 5.050 0,40 5.000 5.000 5.000 0,00 GKP 4.265 4.333 4.300 -0,76 4.140 4.202 4.184 -0,44 Kualitas rendah - - 3.600 - - - 3.500 -

(10)

C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH

UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI PROVINSI BANTEN JANUARI 2017 SEBESAR Rp 44.287,-

*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)

Secara umum, rata-rata upah nominal buruh tani pada Januari 2017 dibanding upah buruh tani Desember 2016 mengalami kenaikan sebesar 3,22 persen atau naik dari Rp. 42.905,- per hari menjadi Rp. 44.287,- per hari. Secara riil mengalami kenaikan 2,48 persen atau naik dari Rp. 34.006,- per hari menjadi Rp. 34.849,- per hari

Tabel 6

Ringkasan Upah Buruh Tani Provinsi Banten Per Hari (rupiah) November 2016 - Januari 2017

Rincian Jenis Upah

Bulan % Perubahan Januari 2017 thd

Desember 2016 November ‘16 Desember ‘16 Januari 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Provinsi Upah Nominal 42.768 42.905 44.287 3,22 Upah Riil *) 33.986 34.006 34.849 2,48

*) Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga perdesaan (2012=100)

 Upah nominal buruh tani pada Januari 2017 dibanding upah buruh tani Desember mengalami kenaikan sebesar 3,22 persen atau naik dari Rp. 42.905,- per hari menjadi Rp. 44.287,- per hari. Secara riil*) mengalami kenaikan 2,48 persen yakni naik dari Rp. 34.006- per hari menjadi Rp. 34.849,- per hari

(11)
(12)

Informasi lebih lanjut hubungi:

Ir. Agoes Soebeno, M.Si Kepala BPS Provinsi Banten

Telepon: 0254-267027; Fax: 0254-267026 E-mail : bps3600@bps.go.id

Website : banten.bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan asumsi di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih mendalam di SMP Begeri 3 Bantaeng yang telah difokuskan pada model Kooperatif

Tujuan dari pengabdian kepada masyarakat (PKM) ini adalah : (1) memberikan pelatihan singkat penggunaan teknologi informasi dengan media internet untuk kegiatan

Pada penelitian ini ditemukan bahwa stres kerja berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja karyawan, ketika stres kerja tinggi maka kinerja karyawan marketing dan collection

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan

• Meningkatnya kondisi ekonomi konsumen triwulan III-2017 dipengaruhi oleh ketiga variabel pembentuknya, yaitu indeks volume konsumsi (103,82), indeks pengaruh

Starter suspensi mikrobia 10% dengan densitas 2,2 x 10 7 sel/ml (90% bakteri dan 10 % khamir) diinokulasikan ke medium air buah kelapa 150 mL dengan variasi konsentrasi sukrosa

Pada penelitian ini dipilih reaksi katalisis heterogen, yaitu menggunakan katalis padatan superbasa dengan penyangga alumina untuk reaksi isomerisasi eugenol dan dilanjutkan

bahwa sehubungan dengan rnaksud pada huruf a terse but di atas, dan dalam rangka kelancaran untuk memberikan rasa aman dan kenyamanan dalam pemberangkatan dan