• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN. Program perbaikan gizi mempakan salah satu upaya yang dilakukan dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN. Program perbaikan gizi mempakan salah satu upaya yang dilakukan dalam"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RINGKASAN

RABIATUL ADAWIYAH. GMK 94258. Studi Pelaksanaan Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) dan Keragaan G i i Siswa Sekolah Dasar (SD) di Propiusi Lampung (Studi Kasus pada Desa di Daerah Pantai dan Pegunuugan). (Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. HIDAYAT SYARIEF, M.S. sebagai Ketua, Ir. SUPRIHATIN GUEARDJA, M.S., dan Dr. Ir. RATNA MEGAWANGI, M.Sc. sebagai Anggota).

Program perbaikan gizi mempakan salah satu upaya yang dilakukan dalam pembinaan anak sebagai tunas bangsa guna meningkatkan sumberdaya manusia (SDM). Sekolah sebagai suatu lembaga dapat dijadikan wahana dalam meningkatkan gizi anak sekolah melalui Program Makanan Tambahan Anak Sekolah PMT-AS) Program PMT-AS mempakan bagian dari program pemerintah guna meningkatkan kesadaran masyarakat sekolah terhadap pentinpya gizi bagi siswa sekolah guna meningkatkan prestasi akademik yang diaksanakan di daerah tertinggal, dalam rangka pemerataan pelayanan dan mendukung program pengentasan kerniskinan. Sejak tahun 199611997 program ini dilaksanakan di seluruh desa tertinggal di luar Jawa dan

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari pelaksanaan Program PMT-AS dan keragaan gizi siswa SD di Propinsi Lampung. Sedangkan tujuan khususnya adalah mempelajari: (1) pelaksanaan Program PMT-AS yang meliputi persiapan, pelaksanaan kegiatan, dan monitoring di desa (2) pengaruh Program PMT-AS terhadap tingkat pengetahuan gizi, konsumsi pangan, status gizi, dan angka absensi siswa dalam

(3)

Penelitian dilaksanakan di dua desa yang memiliki tipe ekologi berbeda, yaitu daerah pantai dan pegunungan di Propinsi Lampung pada bulan Agustus sampai dengan Desember 1996 Untuk daerah pegunungan dilaksanakan di Desa Tanjung Rejo, Kecamatan Pulau Panggung, sementara untuk daerah pantai di Desa Gebang

,

Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Lampung Selatan. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa SD kelas 2

-

6 yang dipilih secara acak masing-masing sebanyak 40 siswa (25

-

30%).

Data yang dikurnpulkan terdiri atas dua jenis yaitu data primer dan sekunder. Data primer meliputi: (1) identitas keluarga (2) pengetahuan gizi (3) konsumsi pangan (4) status gizi (5) absensi siswa. Empat data primer tersebut terakhir dikumpulkan pada awal dan akhir periode empat bulan pelaksanaan Program PMT-AS. Sedangkan data primer lain yang dikurnpulkan pada akhir periode empat bulan pelaksanaan Program PMT-AS adalah keragaan akademik siswa berupa nilai siswa pada catur wulan pertama. Untuk data absensi dan status gizi siswa dikumpulkan setiap bulan selama periode ernpat bulan pelaksanaan Program PMT-AS. Data pelaksanaan program diambil selama periode empat bulan pelaksanaan Program PMT-AS meliputi aspek persiapan, pelaksanaan kegiatan (penganggaran, pengad& bahan baku, pengolahan makanan, distribusi dan penyajian makanan), serta monitoring. Data sekunder dikumpulkan dari seluruh instansi yang terkait dengan Program PMT-AS terutama Tim Pelaksana dan Tim Pengelola PMT-AS di desa dan sekolah.

Analisis kualitatif secara deskriptif yaitu mendeskripsikan secara rinci tentang keadaan desa penelitian serta pelaksanaan Program PMT-AS khususnya di tingkat

(4)

desa dan sekolah. Sedangkan analisis statistik kuantitaif yang digunakan dengan bantuan program SPSS adalah: (1) untuk menganalisis perbedaan konsumsi pangan, status gizi, dan absensi siswa pada awal dan akhir periode empat bulan pelaksanaan Program PMT-AS digunakan uji t berpasangan (Steel & Tonie, 1991) (2) untuk

menguji perbedaan pendapatan, besar keluarga, dan nilai akademik siswa antara dua desa digunakan uji t rata-rata (Steel &Torrie, 1991) (3) untuk menguji perbedaan lama pendidikan KK dan ibu antara dua desa serta pengetahuan gizi siswa pada awal dan akhir periode empat bulan pelaksanaan Program PMT-AS digunakan uji Kruskal- Wallis (Siegel, 1988). Untuk melihat adanya pengaruh variabel lain terhadap pengetahuan gizi, konsumsi pangan, status gizi, dan absensi digunakan analisis Kovarian (Green, 1978).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Program PMT-AS di Propinsi Lampung khususnya di kedua desa penelitian telah berjalan sejak pencanangannya pada minggu ketiga bulan Juli 1996, meskipun dana PMT-AS di Desa Tanjung Rejo baru dapat dicairkan pada pertengahan bulan September 1996 dan di Desa Gebang seminggu setelah pencanangan. Pengadaan bahan baku PMT-AS di kedua desa yang dilakukan oleh petugas yang akan memasak umumnya diperoleh dari pasar terdekat yakni dari pasar Talang Padang untuk Desa Tanjung Rejo dan pasar Hanura untuk Desa Gebang. Jenis bahan baku PMT-AS yang biasa digunakan di kedua desa juga tidak jauh berbeda antara lain terdii dari ubi jalar, ubi kayu, tepung beras, beras ketan, tahu, tempe Selanjutnya pengolahan makanan PMT-AS dilakukan pada siang atau sore hari setelah bahan baku diperoleh petugas yang memasak yang jumlahnya sekitar

(5)

enam sampai tujuh orang. Biasanya makanan PMT-AS yang terdiri dari dua jenis siap dibagikan kepada siswa pada saat istirahat pertama sekitar pukul 09.00 - 09.30 W.I.B. Seluruh siswa akan memakan makanan PMT-AS setelah terlebih dahulu mencuci tangan dan berdo'a bersama dipimpin oleh guru atau salah seorang siswa. Adapun monitoring Program PMT-AS dilakukan melalui pelaporan setiap bulan oleh kepala sekolah kepada sekretariat PMT-AS di tingkat kecamatan.

Keadaan sosial ekonomi (pendidikan, besar keluarga) di kedua desa menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan kecuali tingkat pendapatan (p= 0.0290). Rata-rata total pendapatan keluarga contoh di Desa Tanjung Rejo mencapai Rp 49 910.0000 per kapita per bulan lebih besar dibandingkan dengan Desa Gebang yang besarnya Rp 41 777:5000 per kapita per bulan. Perbedaan ini dimungkinkan oleh jenis pekejaan kepala keluarga di kedua desa yang umumnya adalah buruh tani, namun sebagian kepala keluarga di Desa Tanjung Rejo juga mempunyai kebunthalaman yang ditanami kopi sebagai tanaman utama di perkebunan yang memberikan kontribusi pada total pendapatan keluarga. Rendahnya kondisi sosial ekonomi keluarga ini juga digambarkan oleh persentase yang cukup besar dari rata- rata total pengeluaran keluarga yang digunakan untuk pangan, yaknimencapai 74.06 persen di Desa Tanjung Rejo dan 71.47 persen di Desa Gebang. Keadaan sosial ekonomi siswa di kedua desa yang tidak jauh berbeda kecuali pendapatan ini ternyata memberikan keragaan akademik siswa yang berbeda secara signifikan (p= 0.0040). Keragaan akademik ini berupa nilai rata-rata seluruh mata ajaran yang diperoleh siswa pada catur wulan pertama. Menurut Hartanto (1991) selain dipengaruhi oleh faktor

(6)

sosial ekonomi, prestasi belajar anak juga dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri sendiri (intelegensia, motivasi,minat belajar, sikap, dan keadaan gizi)

Sumber pengetahuan gizi siswa di kedua desa diperoleh hanya berasal dari mata ajaran yang diberikan di sekolah Sedangkan paket pendukung Program PMT- AS berupa pendidikan gizi belum diberikan pada saat penelitian ini berlangsung Hal ini diduga mengakibatkan tidak adanya perbedaan yang signifikan dari nilai rata-rata pengetahuan gizi siswa di kedua desa pada awal dan aklur periode empat bulan pelaksanaan Program PMT-AS Namun demikian sebagian besar siswa di kedua desa memiliki nilai pengetahuan gizi pada kategori sedang, baik pada awal maupun akhir periode empat bulan pelaksanaan Program PMT-AS

Konsumsi pangan siswa yang dikumpulkan dengan metode recall sebanyak dua kali yaitu pada awal dan akhir periode empat bulan pelaksanaan Program PMT- AS, di Desa Tanjung Rejo secara umum menunjukkan rata-rata nilai yang cenderung menurun pada recall kedua, kecuali vitamin A walaupun secara statistik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan Sedangkan di Desa Gebang penurunan rata- rata konsumsi zat gizi tejadi pada seluruh zat gizi, bahkan penurunan ini secara statistik tampak si&fikan pada konsumsi energi (p= 0 0050), dan protein (p= 0 0420) Antara lain ha1 ini tejadi karena sebagian besar siswa (70 0 %) dalam

kondisi kurang sehat pada recall kedua dibandingkan pada recall pertama yang mengakibatkan rendahnya konsumsi stswa Hasil analisis lebih lanjut dengan mengeluarkan PMT-AS dari total konsumsi menunjukkan ha1 yang tidak jauh berbeda, yakni terdapatnya kecenderungan rata-rata konsumsi zat gizi siswa yang

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) pedagang kaki lima yang menggunakan trotoar sebesar 57,1% termasuk kategori tidak mampu menyewa ruko, (2) luas lahan trotoar berubah fungsi

Kesimpulan: Hidroksiapatit dari tulang ikan cakalang lebih baik daripada pembanding dilihat dari morfologi permukaan, ukuran partikel yang lebih homogen dan lebih kecil, juga

Singkatnya, dalam hal ini perlu komunikasi umat dengan agama lain perlu dibuka aksesnya dengan tidak dilarang atau ditakut-takuti. Umat dibukakan akses dan

Kadar tepung kedelai optimum yang ditambahkan dalam pembuatan fish bah kwa ikan kembung (Rastrelliger kanagurta) adalah 3% dan 10% untuk

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, dan hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan berbeda,

PELAKSANAAN KREDIT RINGAN BATARA (KBR)DI BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA..

Operasi hitung pada volume kubus dan balok yaitu dengan mengalikan, maka ketika dibalikan pun antara panjang (p). Selain itu, terdapat soal yang akan menguji kemampuan

Komunikasi yang dilakukan pada pasangan suami istri yang memutuskan menikah dengan proses ta’aruf untuk menyesuaikan diawal setelah adanya pernikahan dengan banyak