• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Uji Klinik Pengujian Klinik Ter

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Uji Klinik Pengujian Klinik Ter"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

Pengujian Klinik Terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada Pasien Hipertensi dengan Terapi

Diuretol

Disusun Oleh :

Mawar Suci 1361050067

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Indonesia

(2)

Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 3

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 12

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang dewasa dan menjadi masalah kesehatan yang umum terjadi di masyarakat. Banyak orang menderita karena penyakit tersebut, tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini berjalan terus menerus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama belum adanya komplikasi pada organ tubuh. Sehingga tidaklah mengherankan bila hipertensi dijuluki sebagai pembunuh diam-diam (the silent killer). Hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat dikontrol, untuk itu diperlukan ketlatenan.

Tekanan darah tinggi atau hipertensi terjadi apabila tekanan darah seseorang berada di atas nilai normal. Faktor yang berpengaruh memicu terjadinya hipertensi diantaranya adalah faktor genetik, jenis kelamin, umur, obesitas, dan konsumsi garam serta alkohol (Breevers, D.G, 2000). Tekanan darah yang meningkat bisa berpengaruh pada pembuluh darah jantung. Bila berlangsung lama akan terjadi gagal jantung yang disusul dengan sesak nafas, akibat yang lebih serius lagi adalah terjadinya stroke dan kematian karena aliran darah tidak lancar sehingga suplai oksigen yang dibawa oleh sel-sel darah merah menjadi terlambat.

(4)

adalah sebesar 20,9% dan di daerah Lido pedesaan kecamatan Cijeruk sebesar 16,9%. Hanya 13,3% penderita di daerah perkotaan dan 4,2% penderita di daerah pedesaan yang menjalani pengobatan (Yudini, 2006).

Diuretol menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretol menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah.

II. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

 Apakah Diuretol lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah pada pasien yang menderita hipertensi sampai pada batas titik normal dibandingkan golongan Beta-blocker?

 Apakah Diuretol mempunyai efek samping yang minimal dibanding golongan Beta-blocker?

III. TUJUAN PENELITIAN

III.1. Tujuan Umum

Melakukan perbandingan antara terapi diuretol dengan beta-blocker

III.2. Tujuan Khusus

- Mengatahui efek dan pengaruh terapi yang diuji - Mengetahui dosis terapi yang tepat

IV. MANFAAT PENELITIAN

(5)

Sebagai masukan dan tambahan peneliti untuk dijadikan dasar penelitian selanjutnya

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi tentang efektitas metode terapi baru dalam menangani hipertensi

3. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan untuk perencanaan selanjutnya dalam penanganan hipertensi.

4. Bagi Institusi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia

Memberikan informasi yang berguna untuk civitas akademika dan sebagai dasar penelitian selanjutnya.

V. HIPOTESIS

“Obat diuretol anti hipertensi golongan diuretik memiliki efektifitas yang lebih baik dalam penurunan tekanan darah dibandingkan dengan obat golongan beta bloker”

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Hipertensi

(6)

sering diabaikan karena tidak menunjukkan gejala yang dapat dilihat dari luar sehingga disebut the silent killer (Purwati S, 2003). Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara tidak langsung maupun langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah pada hipertrofi ventrikel kiri, infark miokardium,gagal jantung, transient ischemic attack, penyakit ginjal kronis, penyakit arteri perifer, dan retinopati (Sulalit E, 2001)

Pada tahun 2005, WHO memperkirakan 1,56 miliar orang dewasa menderita hipertensi yang menyebabkan kematian pada 8 juta orang di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang di ASEAN. Berdasarkan data dari National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI) dilaporkan hampir 50 juta orang Amerika menderita hipertensi dan terdapat dua juta kasus baru setiap tahunnya yang terdiagnosis menderita hipertensi. Pada tahun 2000 kunjungan ke dokter akibat hipertensi mencapai 10,4 juta. (Sheps SG, 2005)

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer atau hipertensi esensial terjadi karena peningkatan persisten tekanan arteri akibat ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, dapat juga disebut hipertensi idiopatik. Hipertensi ini mencakup sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko seperti obesitas dan merokok.13,14

(7)

Umumnya hipertensi sekunder dapat disembuhkan dengan penatalaksanaan penyebabnya secara tepat.

Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II. (Tabel 2.)

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII Klasifikasi

Prehipertensi 120-139 80-89 Hipertensi derajat I 140-159 90-99 Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100

Dikutip dari: Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

Sebagian besar penderita hipertensi termasuk dalam kelompok hipertensi ringan. Perubahan pola hidup merupakan pilihan pertama penatalaksanaannya, tetapi juga dibutuhkan pengobatan untuk mengendalikan tekanan darah. Pada kelompok hipertensi sedang dan berat memiliki kemungkinan terkena serangan jantung, stroke, dan kerusakan organ target lainnya. Risiko ini akan diperberat dengan adanya lebih dari tiga faktor risiko penyebab hipertensi yang menyertai hipertensi pada kedua kelompok tersebut (Anggraini, 2009).

2.3 Faktor Risiko Hipertensi

1).Usia

(8)

2). Jenis Kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi

dibandingkan wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik (Nurkhalida, 2003).

3). Riwayat Keluarga

Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat (Sheldon G, 2005).

4). Konsumsi Garam

Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap masakan atau monosodium glutamat (MSG). Pada saat ini budaya penggunaan MSG sudah sampai pada taraf sangat mengkhawatirkan, di mana semakin mempertinggi risiko terjadinya hipertensi (I Made Astawan, 2011).

5). Konsumsi Lemak

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah (Aris Sugiarto, 2007).

6). Merokok

(9)

5). Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau sama dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa sebab. Pada penderita hipertensi ditemukan 20-30% menderita berat badan berlebih.46 Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar (Mayo Clinical Staff, 2012).

6). Kurangnya aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah (Mayo Clinical Staff, 2012).

2.4 Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi (E.J.Corwin, 2001)

(10)

kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh yang melibatkan berbagai organ ( Sutin Saleh, 2010).

2.5 Manifestasi Klinis Hipertensi

Elizabeth J. Corwin menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun. Manifestasi klinis yang timbul dapat berupa nyeri kepala saat terjaga yang kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat peningkatan tekanan darah intrakranium, penglihatan kabur akibat kerusakan retina, ayunan langkah tidak mantap karena kerusakan susunan saraf, nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus, edema dependen akibat peningkatan tekanan kapiler. 23 Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.

2.6 Diagnosis Hipertensi

Menurut Slamet Suyono, evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan yaitu:

a. Mengidentifikasi penyebab hipertensi.

(11)

c. Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler lain atau penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan panduan pengobatan.

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, dan hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan berbeda, kecuali terdapat kenaikkan tinggi atau gejala-gejala klinis yang menyertai. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan pasien duduk, setelah beristirahat selama 5 menit. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah disebut spigmomanometer. Ada beberapa jenis spigmomanometer, tetapi yang paling umum terdiri dari sebuah manset karet dengan dibalut bahan yang difiksasi disekitarnya secara merata tanpa menimbulkan konstriksi.

Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama menderitanya, pengobatan antihipertensi sebelumnya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya. Apakah terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit hipertensi, gejala kerusakan organ, perubahan aktifitas atau kebiasaan sebagai faktor risiko hipertensi (seperti merokok, konsumsi makanan, riwayat dan faktor pribadi, keluarga, lingkungan, pekerjaan, dan lain-lain) (Aris Sugiarto, 2007).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi, dengan tujuan untuk menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau mencari penyebab hipertensi. Pada umumnya dilakukan pemeriksaan urinalisa, darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa, kolesterol total), dan EKG (Arif Mansjoer, 2001).

2.7. Obat Antihipertensi

2.7.1 Diuretik

(12)

dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi diuretik pada hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma hampir kembali kondisi pretreatment.

a. Diuretol

Diuretol adalah obat golongan diuretik dengan potensi menengah yang menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsisodium pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati. Efek diuretik diuretol terjadi dalam waktu 1‐2 jam setelah pemberian dan bertahan sampai 12‐24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari.

b. Diuretik Hemat Kalium

Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika digunakan tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila diuretik dikombinasikan dengan diuretik hemat kalium thiazide atau jerat Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium dan natrium yang disebabkan oleh diuretik lainnya.

c. Antagonis Aldosteron

Antagonis Aldosteron merupakan diuretik hemat kalium juga tetapi lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang lama (hingga 6 minggu dengan spironolakton).

2.7.2 Beta-blocker

(13)

beta-blocker akan megantagonis semua efek peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium oleh stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer sehingga terjadi penurunan tekanan darah.

Efek samping

Blokade reseptor beta‐2 pada bronkhi dapat mengakibatkan bronkhospasme, bahkan jika digunakan beta‐bloker kardioselektif. Efek samping lain adalah bradikardia, gangguan kontraktil miokard, dan tanga‐kaki terasa dingin karena vasokonstriksi akibat blokade reseptor beta‐2 pada otot polos pembuluh darah perifer. Kesadaran terhadap gejala hipoglikemia pada beberapa pasien DM tipe 1 dapat berkurang. Hal ini karena beta‐blocker memblok sistem saraf simpatis yang bertanggung jawab untuk “memberi peringatan“ jika terjadi hipoglikemia. Berkurangnya aliran darah simpatetik juga menyebabkan rasa malas pada pasien. 2.7.3 ACE inhibitor

Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kinin, termasuk bradikinin, yang mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat.

Efek samping

Sebelum mulai memberikan terapi dengan ACEi fungsi ginjal dan kadar elektrolit pasien harus dicek. Monitoring ini harus terus dilakukan selama terapi karena kedua golongan obat ini dapat mengganggu fungsi ginjal. Baik ACEi dapat menyebabkan hiperkalemia karena menurun‐kan produksi aldosteron, sehingga suplementasi kalium dan penggunaan diuretik hemat kalium harus dihindari jika pasien mendapat terapi ACEI.

(14)

efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika (terutama jenis Diuretol), beta blocker, calsium channel blocker, angiotensin converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Diuretika biasanya menjadi tambahan karena meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah satu tahun, maka dicoba untuk menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis (Arif Mansjoer, 2001)

KERANGKA TEORITIS

Faktor resiko hipertensi :

 Usia

 Jenis kelamin

 Indeks Masa Tubuh (obesitas)

 Faktor gaya hidup

 Pola makan riwayat keluarga  Stress

 Penderita gangguan jantung

 Retensi Na ginjal

 Luas infiltrasi menurun  Aktivitas simpatis

meningkat

 rennin angiotensin meningkat

(15)

KERANGKA KONSEP

 Volume cairan meningkat  Kontriksi vena

 Preload meningkat  Kontraktilitas meningkat  Kontriksi fungsional  Hipertrofi struktural

(16)

BAB III

(17)

A. Desain penelitiaan

Penelitian dilakukan secara uji klinis randomisasi acak terkontrol dengan metode desain cross over dengan kelompok perlakuan yang diberi terapi diuretol dan kelompok kontrol yang diberi terapi beta-blocker kemudian diberikan jeda periode wash out untuk menghilangkan efek obat, selanjutnya pemberian obat akan disilang untuk mengetahui kedua efek obat. Keduanya bersifat independen.

B. Tempat dan waktu 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik RS Suka Sehat

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai Maret 2015 s/d Juli 2015 C. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah semua pasien yang menderita hipertensi dengan derajat hipertensi 1 sampai derajat 2. Populasi terjangkau untuk penelitian ini yaitu pasien berusia diantara 30-50 tahun yang dirawat di ruang perawatan RS Suka Sehat

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Consecutive Sampling Method yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kriteria pemilihan subjek yang terdiri dari kriteria

inklusi dan eksklusi, dalam kurun waktu tertentu hingga jumlah subjek penelitian terpenuhi.

D. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eklusi 1. Kriteria Inklusi :

(18)

– Pasien Hipertensi yang sebelumnya sudah menerima terapi – Orang tua/ wali bersedia menjadi responden penelitian

2. Kriteria Eksklusi :

– Pasien yang dalam keadaan hipertensi berat dengan komplikasi serius, syok

– Orang tua/ wali menolak berpartisipasi

E. Variable Penelitian

1. Variabel Independen (Bebas) : Pemberian obat Hipertasol dan obat standard

2. Variabel Dependen (Terikat) : profil tekanan darah subjek penelitian

3. Variabel Respon : efek yang terjadi akibat intervensi F. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data

1. Instrumen penelitian :

- Formulir Data Keras – Mencatat data yang diperoleh dengan observasi dan interpretasi secara OBJEKTIF.

- Formulir Data Lunak – Mencatat data yang diperoleh dengan observasi dan interpretasi secara SUBJEKTIF.

- Sphygnomanometer

- Timbangan

- Stetoskop

- Meteran

- Data Rekam Medis berupa data status pasien untuk mencatat data tekanan darah dan mengetahui diagnosa dari dokter.

- Kuesioner untuk mencatat hasil pengukuran dan mengetahui karekteristik dari subjek penelitian.

(19)

Data diperoleh dengan mengobservasi tanda-tanda vital di RS Benhil yang berkaitan dengan penelitian ( pengukuran tekanan darah, suhu , frekuensi pernapasan, frekuensi denyut nadi ).

G. Rencana Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan data

Dilakukan dengan menggunakan komputer melalui program SPSS. Langkah-langkah pengolahan data dilakukan sebagai berikut: - Tahap editing

Tahap ini dilakukan agar data yang diperoleh menjadi informasi yan benar.Yang perlu diperhatikan adalah kelengkapan dan jelas atau tidaknya data.

- Pengkodean

Dimaksudkan untuk menyingkat data yang diperoleh agar lebih mudah diolah dan dianalisis dengan memberikan kode-kode dalam bentuk angka.

- Tabulasi

Data yang sudah diolah dengan program SPSS disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2. Penyajian data

Data yang sudah diolah dan disajikan dalam bentuk grafik dan dianalisis untuk menggambarkan apakah Hipertasol merupakan obat Hipertensi yang layak dipakai di pasaran.

H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

1. Informed consent

2. Pasien mengisi lembar informed consent

(20)

4. Seluruh subjek penelitian dilakukan pemeriksaaan meliputi :

1) Pengukuran berat badan dan tinggi badan

2) Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi

5. Tekanan darah diukur dengan tensimeter air raksa . cara mengukur tekanan darah :

a) Subjek berbaring minimal 10 menit sebelum diperiksa

b) Pasang manset

c) Manset dipompa

6. Subjek yang sudah dipilih dilakukanrandomisasi , kelompok A diberikkan obat yang diteliti dan kelompok menjadi kontrol. Setelah waktu ditentukan, perlakuan dihentikan selama beberapa waktu ( periode wash out ), kemudian dilakukan silang. Subjek pada kelompok A menjadi kelompok perlakuan A’, sedangkan kelompok B menjadi control B’. efek perlakuan dibandingkan.

7. Data dianalisis.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online]. Jakarta: EGC; 2001 [cited 2015 Feb 10]. P: 694. Available from: http://books.google.com/books/

(21)

3. Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari Mediatama; 2005. P:26,158

4. Anggraini,dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2015 Feb 10 ]. Available from: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/ 5. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan

Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. P: 519-520.

6. Nurkhalida. Warta Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Depkes RI; 2003. P: 19-21

7. Lam Murni BR Sagala. Perawatan penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. [cited 2015 Feb 10]. Available from: http://repository.usu.ac.id/ 8. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet].

c2011 [cited 2015 feb 10]. Availble from: http://indonesiamedia.com/

9. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2015 feb 10]. P:29-50,90-126. Avaiable from: http://eprints.undip.ac.id/

10. Beth Gromer. Farmakologi Hipertensi [internet]. c2008 [cited 2015 feb 10]. Availablefrom:

https://lyrawati.files.wordpress.com/2008/11/hypertensionhosppharm.pdf 11. British National Formulary (52). London: British Medical Association and

Royal Pharmaceutical Society of Great Britain; 2006.

Lampiran 1

LEMBAR INFORMED CONSENT

(22)

Saya yang bertandatangan dibawah ini

Nama : Mawar Suci

NIM :1361050067

Adalah mahasiswa program sarjana kedokteran fakultas kedokteran Universitas Kristen Indonesia. Dalam kesempatan ini, saya bermaksud melakukan penelitian dengan judul ”Pengujian Klinik Terhadap

Penurunan Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi dengan Terapi Diuretol”. Di Rumah Sakit Suka Sehat.

Bersama ini , ijinkan saya untuk memberikan penjelasan sebagai berikut :

1. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui efektivitas Hipertasol terhadap penurunan tekanan darah pada penderita Hipertensi

2. Manfaat penelitian ini secara umum untuk Memberikan informasi tentang efektifitas suatu metode terapi Hipertensi ang baru bagi dunia farmasi

3. Responden yang disertakan dalam penelitian ini adalah Semua pasien Hipertensi usia 30 -50 tahun, Pasien Hipertensi yang sebelumnya sudah menerima terapi

4. Penelitian dilakukan selama tiga minggu

5. Selama penlitian berlangsung, responden diharapkan dapat bekerja sama.

6. Selama berlangsungnya kegiatan penelitian, peneliti menggunakan instrumen penelitian

7. Peneliti menjamin bahwa proses penelitian ini tidak akan melakukan tindakan yang dapat membahyakan responden.

(23)

9. Semua catetan yang berhubungan dengan penelitian ini akan disimpan ditempat yang terjaga kerahasiannya, dan akan dimusnahkan setelah lima tahun.

10. Responden berhak mengajukan keberatan kepada peneliti jika terdapat hal-hal yang tidak berkenaan bagi responden, dan selanjutnya akan dicari penyelesaianya.

Demikian penjelasan ini saya sampaiakan dengan sebenarnya. Saya menghargai atas kesediaan dan kerjasama responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih.

Jakarta, Februari 2015

Salam hormat

Referensi

Dokumen terkait

Prinsip dari pompa ini juga menerapkan hukum Paskal, pada pompa hidrolik ini kita memberi gaya yang kecil pada pengisap kecil sehingga pada

Ukur absorbansi masing-masing larutan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan pada butir 6.4.2.2.3 dengan larutan blanko sebagai titik nol,

Untuk mengukur kuatnya mediasi variable Information Usefulness dan Information Adoption pengaruh Information Credibility terhadap vaiabel Purchase Intention pada getok

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) metode pembuatan/pengembangan Game Edukasi Komputer; (2) ada tidaknya perbedaan antara hasil belajar siswa yang

Pola bilangan yang diperoleh dari penelitian mengenai dominasi, dominasi total dan kontraksi sisi yang diterapkan pada graf lintasan, graf kipas dan graf tangga, kemudian pola

Desain kajian ini menyatakan, untuk mencapai ketiga tujuan tersebut dilakukan proses pembelajaran fisika yang memanfaatkan industry boiler sebagai objek pembelajaran

Mengingat besarnya dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya bencana banjir maka dapat dilakukan analisis penilaian tingkat bahaya dan kerentanan wilayah terhadap

Pada saat ini isolasi bakteri yang dapat menghasilkan enzim selulase terus dilakukan untuk mendegradasi limbah4 limbah selulosa yang mengandung selulosa, disamping