• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dakwah Dr. (HC). KH. Abdullah Hasby di Yayasan Pendidkan islam Al-Bashry Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dakwah Dr. (HC). KH. Abdullah Hasby di Yayasan Pendidkan islam Al-Bashry Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN KALAPANUNGGAL SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyararatan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Oleh :

AGUS MISWALUDIN NIM : 204051002813

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

KECAMATAN KALAPANUNGGAL SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyararatan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

AGUS MISWALUDIN NIM : 204051002813

Di Bawah Bimbingan :

M. HUDRI M.Ag. NIP. 197206061998031003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

i

Skripsi yang berjudul DAKWAH DR. (HC). KH. ABDULLAH HASBY DI

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-BASHRY KECAMATAN

KALAPANUNGGAL SUKABUMI telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 27 Januari 2011.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 27 Januari 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota Sekertaris Meranggkap Anggota

Drs. Wahidin Saputra MA. Dra. Hj. Musfirah Nurlaily MA. NIP. 197009031996031001 NIP. 1971041220000320

Penguji I Penguji II

Drs. Wahidin Saputra MA. Drs. Mahmud Jalal MA. NIP. 197009031996031001 NIP. 195204221981031002

Pembimbing

(4)

ii Dengan ini saya menyatakan :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Januari 2011

(5)

iii Agus Miswaludin

NIM.2040501002813

DAKWAH DR (HC). KH. ABDULLAH HASBY DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-BASHRY KECAMATAN KALAPANUNGGAL SUKABUMI

Agama Islam yang merupakan pegangan bagi pemeluknya dan merupakan agama yang menyempurnakan keberadaan agama-agama yang telah diturunkan sebelumnya, dan keberadaan agama beserta ajaran atau nilai-nilai yang terkandung didalamnya harus terus di transformasikan khususnya kepada semua pemeluknya dan umumnya seluruh umat manusia.

Kegiatan penyebaran ajaran Islam tersebut hanya akan terwujud melalui kegiatan dakwah. Karena dakwah merupakan kegiatan ataupun aktivitas yang menyeru, mengajak, memberi penerangan untuk merubah perilaku umat manusia agar kembali kepada fitrahnya yaitu taat kepada Allah SWT. Dan di jaman seperti sekarang ini ada berbagai macam corak aktivitas dakwah dilakukan oleh

para da’i/da’iyah dengan melaui berbagai pendekatan, seperti pendekatan

pendidikan baik yang formal maupun non formal.

Keberadaan lembaga pendidikan formal selain tempat bagi umat Islam untuk menuntut ilmu umum juga bisa dipadukan dengan memasukan pendidikan ilmu agama dalam kurikulumnya. Terlebih lagi pondok pesantren yang merupakan model lembaga pendidikan asli bangsa Indonesia keberadaanya harus bisa mewakili model lembaga pendidikan Islam yang lebih baik.karena menurut anggapan selama ini pondok pesantren di anggap sangat tradisional. Padahal di beberapa tempat lembaga ini justru memiliki competitif advantif dibanding lembaga pendidikan umum.

DR.(HC). KH. Abdullah Hasby adalah salah satu sosok da’i yang berjuang mengabdi di medan dakwah melalui pendekatan pendidikan formal dan non formal yaitu satu lembaga pendidikan Islam yang ia pimpin.dan penulis mencatatnya sebagai aktivitas dakwah beliau yang meliputi dakwah Bi al-lisan,

(6)

iv

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah memberikan pencerahan hati dan pikiran kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini, Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada hamba Allah yang paling mulia, baginda nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan para pengikutnya yang tetap setia dan selalu istiqomah pada ajaran agamanya.

Dalam ucapan kata pengantar skripsi ini, perkenakanlah penulis untuk mengekspresikan diri sebagai bentuk ucapan rasa syukur dan terima kasih sedalam-dalamnya, yang akan diberikan kepada semua pihak yang telah banyak memberikan kontribusinya yang tak terbatas serta spirit yang telah diberikan kepada penulis dalam rangka menyelesaikan tugas akhir perkuliahan Strata Satu (S1) ini. Ucapan terima kasih penulis haturkan kepada:

1. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bapak Drs. Arif Subhan, MA, Pudek Bidang Akademik Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA, Pudek Bidang Administrasi Umum Bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA. Pudek Bidang Kemahasiswaaan Bapak Drs. Study Rizal, LK. MA.

(7)

v

3. Bapak M. Hudri, MA selaku pembimbing skripsi ini, yang tidak bosan-bosannya selalu memberikan arahan dan masukan kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bapak Kh. Dr. Abdullah Hasby selaku Pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry yang telah membantu penulis memberikan data-data, dan meluangkan waktu untuk kepentingan penulisan skripsi ini.

5. Segenap karyawan Perpustakaan Fakutas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memudahkan penulis untuk mendapatkan berbagai referensi dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Kepada kedua orang tua penulis, dan seluruh anggota keluargaku yang telah membantu baik secara moril maupun materil.

7. Teman- teman seangkatan tahun 2004 Non Reguler, dan seluruh teman yang saya kenal di UIN Jakarta.

Ciputat, 27 Januari 2011

Penulis

(8)

vi

PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

D. Metodelogi Penelitian ... 11

E. Tinjauan Pustaka ... 12

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

A. Pengertian Dakwah ... 13

B. Istilah-istilah Dakwah ... 16

C. Macam-macam Dakwah ... 20

D. Tujuan Dakwah ... 24

E. Unsur-unsur Dakwah ... 26

(9)

vii

B. Riwayat Pendidikan ... 33

C. Aktivitas DR.(HC). KH. Abdullah Hasby ... 34

D. Sejarah Berdirinya Al-Bashry ... 35

E. Visi dan Misi Yayasan... 39

F. Kegiatan dan Pembelajaran di Al-Bashry ... 39

BAB IV ANALISIS DAN TEMUAN DATA TENTANG AKTIVITAS DAKWAH DR. KH ABDULLAH HASBY ... 50

A. Dakwah Bi al-Lisan DR. (HC). KH. Abdullah Hasby ... 51

B. Dakwah Bi al-Hal DR. (HC). KH. Abdullah Hasby ... 53

C. Dakwah Bi al-Qolam DR. (HC) KH. Abdulla.h Hasby ... 61

BAB V PENUTUP ... 63

A.Kesimpulan ... 63

B.Saran-Saran ... 64

(10)

viii

KECAMATAN KALAPANUNGGAL SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyararatan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

AGUS MISWALUDIN NIM : 204051002813

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(11)

ix

KECAMATAN KALAPANUNGGAL SUKABUMI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyararatan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

AGUS MISWALUDIN NIM : 204051002813

Di Bawah Bimbingan :

M. HUDRI M.Ag. NIP. 197206061998031003

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama dakwah artinya agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senatiasa aktif melakukan kegiatan dakwah. Maju mundurnya umat Islam sangat bergantung dan berkaitann erat dengan kegiatan dakwah yang dilakukannya, karena itu Al-Qur’an dalam menyebut kegitan dakwah dengan Ahsanu Qaula. Dengan kata lain bisa disimpulkan bahwa kegiatan dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama Islam, tidak dapat dibayangkan apabila kegiatan dakwah mengalami kelumpuhan yang disebabkan oleh beberapa faktor terlebih pada era globalisasi sekarang ini, dimana berbagai informasi masuk begitu cepat dan instan yang tidak dapat dibendung lagi. Umat Islam harus dapat memilah dan menyaring informasi tersebut sehingga tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam.1

Menurut Prof. Max Muller yang seorang ahli perbandingan agama, Islam termasuk Missionary Religious yaitu agama yang menugaskan kepada para pemeluknya sebagai suatu kewajiban suci (sacred duty) untuk menyebar luaskan ajaran-ajaran agamanya itu, baik melalui pikiran, kata-kata,

1

(13)

dan perbuatan kepada orang lain agar apa yang menjadi keyakinan itu dapat dipahami dan diterima oleh orang lain.2

Sesuai dengan pernyataan di atas maka, hanya dengan kegitan dakwahlah ajaran Islam akan tersampaikan kepada pemeluknya, sebagai bentuk pembendungan terhadap informasi maupun propaganda yang dilakukan kaum kafir yang berusaha untuk menyesatkan kaum muslimin yang memandang kaum muslim sebagai musuh yang harus dihancurkan, merupakan fakta bahwa arus informasi memang dikuasai oleh mereka dan kaum muslimin secara umum tidaklah memiliki suatu media massa yang memadai untuk menyalurkan aspirasi dan memperjuangkan serta menegakan nilai-nilai Islam, bahkan kaum muslimin hanya menjadi konsumen.

Tujuan dakwah adalah mempertemukan kembali fitrah manusia dengan agama atau menyadarkan manusia supaya mengakui kebenaran Islam dan mau mengamalkan ajaran Islam sehingga orang menjadi baik. Menjadikan orang baik itu berarti menyelamatkan orang dari kesesatan, dan kebodohan, dari kemiskinan, dan dari keterbelakangan.3 Walaupun pada hakikatnya dakwah tidak hanya diperuntukan bagi orang yang telah memeluk Islam, orang yang diluar Islam merupakan objek dakwah karena pada fitrahnya manusia adalah tunduk terhadap Allah sebagai Tuhannya hanya setelah manusia terlahir karena pengaruh lingkungan yang buruk, tidak islami telah membawa manusia

2

Ruslan Abdulgani, “Sejarah Dakwah Islam di Indonesia dan Perkembangannya”, dalam Seminar Sehari: Dakwah Sebagai Ilmu (T.tp.: Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1992), h. 22.

3

(14)

terhadap kesesatan maka dakwah berusaha mempertemukan fitrah manusia tadi kepada ketundukan kepada Sang Khalik.

Masuknya berbagai ajaran atau pemahaman yang tidak relevan dengan nilai-nilai agama, ada kecenderungan membuat agama menjadi tidak berdaya dan yang lebih lagi ketika agama tidak lagi dijadikan sebagai pedoman hidup berbagai bidang.

Hal ini juga mungkin menerpa umat Islam bila agama tidak berfungsi secara efektif dalam kehidupan kolektif. Tentu saja keadaan seperti ini dapat berpengaruh apabila pemeluk agama gagal untuk memberi peradaban alternatif yang benar dan dituntut oleh setiap perubahan sosial yang terjadi.4

Di samping itu kita bisa melihat pada saat ini, kehidupan umat manusia sedikit banyak dipengaruhi oleh modernisme yang terkadang membawa kepada nilai-nilai baru yang tentunya tidak sejalan bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 5

Pengaruh modernisme telah membawa manusia semakin jauh dengan Tuhan, bahkan melupakan Tuhan. karena dalam dunia ini manusia telah terjebak dalam budaya hedonisme/kesenangan dan munculnya budaya permisifisme/mudah masuknya budaya-budaya yang bertentangnan dengan nilai-nilai Islam. dimana disini juga manusia seolah telah mempertuhankan teknologi yang merupakan hasil dari modernisme dan menjauhkan dirinya dari Tuhan yang hakiki.

4

Munir. Metode dakwah, h. 3-4.

5

(15)

Tak heran bila dalam perkembangannya modernisme memberikan tempat dan penghargaan yang terlalu tinggi terhadap materi. Implikasinya adalah kekuatan iman yang selama ini mereka miliki semakin mengalami degradasi. Puncaknya ialah kenyataan yang melanda sebagian umat Islam sekarang ini semakin terjerat oleh kehampaan spiritual.6

Melihat fenomena di atas, sudah barang tentu kita khususnya umat Islam dilanda keprihatinan yang dapat merusak moral keimanan sehingga mau tidak mau harus dicarikan solusi terbaik yang dikehendaki oleh umat Islam yaitu melakukan dakwah secara efektif dan efisien seta berkesinambungan.

Implikasi dari pernyataan Islam sebagai agama dakwah menuntut umatnya agar selalu menyamapaikan dakwah, karena kegiatan ini merupakan aktivitas yang tidak pernah usai selama kehidupan dunia masih berlangsung dan akan terus melekat dalam situasi dan kondisi apapun bentuk dan coraknya7

Hakikat dakwah adalah terciptanya manusia yang hidupnya dilandasi nilai-nilai agama Islam yang akan membawa pada kebaikan duniawi berupa terciptanya ketentraman/keamanan, kenyamanan, kemakmuran/kesejahteraan dan mendapat kebahagian yang hakiki di akhirat berupa surga dan masuk kedalamnya dalam ridha-Nya.

Islam disebarluaskan dan diperkenalkan kepada umat manusia melalui aktivitas dakwah yang simpatik, dakwah tidak dijalankan melalui kekerasan, pemaksaan, atau kekuatan senjata Islam tidak membenarkan

6

Ibid

(16)

pemeluk-pemeluknya melakukan pemaksaan terhadap umat manusia agar mereka mau memeluk agama Islam.8

Tidak bisa dipungkiri dari sejak diperkenalkan Islam oleh Rasulullah bahwa beliau menyebarkan/mendakwahkan Islam dengan tanpa kekerasan tapi dengan akhlak yang mulia berupa sifat sidik, amanah, tabligh, fathonah yang merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh para rasul sebagai pembawa misi/risalahnya Allah. sehingga kaum kafir waktu itu bisa menerima ajaran Islam. Dan akhlaklah yang memang dikedepankan dalam dakwah Islam

yang harus dilakukann oleh para da’i. Islam harus disebarkan kepada seluruh

umat manusia, dengan demikian umat Islam bukan saja berkewajiban melaksanakan ajaran-ajaran Islam dalam keseharian hidupnya, melainkan juga harus menyampaikan kebenaran ajaran Islam terhadap orang lain.

Para pemeluk ajaran Islam diberi gelar sebagai umat pilihan, sebaik-baiknya umat (khairu ummah), yang mengemban tugas dakwah, yaitu mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Oleh karena itu aktivitas dakwah harus menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim9

Dalam Islam tidak diperkenankan seseorang benar dalam keseharian dan hidupnya dan nantinya masuk surga hanya dirinya saja, akan tetapi orang lain pun harus ikut dan diajak, dan ajakan tersebut dalam Islam dikenal dengan dakwah. Karena dalam dakwah mengajak orang untuk

8 Munir. Metode Dakwah, h. 64.

9 Asep Muhiddin, Dakwah Dalam Persepektif Al-qur’an, (Bandung : Pustaka Setia, 2002),

(17)

melakukan yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, sebagaimana sabda kemungkaran (kemaksiatan) maka cegahlah hal itu dengan tangannya (kekuasaanya), jika tidak mampu maka dengan lisannya (ucapan), jika masih tidak mampu, maka cegahlah dengan hatinya, dan inilah selemah-lemahnya Iman” (HR.Muslim).10

Sebagaimana hadits tersebut di atas bahwa dakwah adalah termasuk merubah kemaksiatan/kejahatan yang terjadi dan merupakan fenomena di masyarakat, dirubah dengan kekuasaan, dengan lisan dan dengan hati. Dalam hal ini menjadi medan juang dakwah yang harus merubah penyakit-penyakit sosial di masyarakat. Dakwah merupakan sebuah aktivitas yang bersentuhan dengan manusia dan kemanusiaan. Oleh sebab itu dakwah

mebutuhkan seorang pengarah atau da’i yang berwawasan luas dan memiliki

pemahaman yang dalam akan perangkat yang dibutuhkan.11

Aktivitas dakwah merupakan perwujudan atau proses berjalannya sistem dakwah, dimana sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud.12 Karena hanya dengan aktivitaslah dakwah benar-benar dilaksanakan.dimana aktivitas ini merupakan penggabungan dari unsur-unsur

10

Imam An-Nawawi, Terjemah Hadits Arba’inHadits ke 34.(Jakarta : Sholahuddin Press, 2009), h. 56.

11

Agustin Intan Permata, Aktivitas Dakwah H. Ida Farida A.S. (Skripsi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, 2008) h. 4.

12

(18)

dakwah. Sistem akwah adalah kebulatan dari unsur-unsur dimana unsur-unsur

dakwah yang terdiri dari doktrin Islam, materi, da’i, mad’u, dan tujuan yang

saling berinteraksi dalam model yang terdiri dari masukan, konvensi, keluaran, umpan balik dan lingkungan dalam mencapai tujuan organisasi dakwah secara bertingkat.13

Adapun sistem dakwah terdiri dari unsur-unsur da’i, mad’u, materi dakwah, media dakwah, metode dakwah dan tujuan dakwah14. Dan sistem tersebut tidak akan berjalan jika memang tidak adanya aktivitas yang benar-benar real dilakukan.

Dakwah lewat podium yang muncul dalam bentuk khotbah atau ceramah masih dominan saat ini. Walaupun sebetulnya masih banyak cara lain yang bisa dilakukan seperti berdialog, diskusi yang penyebarannya bisa memanfaatkan media elektronik (TV atau Radio).

Belakangan ini juga dakwah dilakukan lewat koran, bulletin, dan buku bahkan melalui media alternatif semisal internet dan media seluler.15

Pendekatan dakwah adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses dakwah, umumnya pendekatan didasarkan pada mitra dakwah dan suasana yang melingkupinya. Sjahudi Siradj mengatakan tiga pendekatan dakwah, yaitu pendekatan budaya, pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologis. Pendekatan-pendekatan ini melihat lebih banyak pada kondisi

13

Ibid., h. 55.

14

Ibid

15

(19)

mitra dakwah. Oleh karenanya pendakwah, metode dakwah, pesan dakwah, dan media dakwah harus menyesuaikan pada kondisi mitra dakwah atau

mad’u . Seperti yang dikemukakan oleh Toto Tasmara bahwa pendekatan

dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh seorang mubaligh (komunikator) untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang.16 Dimana hikmah diartikan dengan penyeruan atau pengajakan dengan cara bijak, filosofis, argumentatif, dilakukan dengan adil, penuh kesabaran, dan ketabahan, sesuai dengan risalah An-Nubuwwah dan ajaran-ajaran Al-Qur’an atau wahyu Illahi.17

Salah satu pendekatan dakwah adalah melalui pendekatan dakwah secara kultural/sosial budaya dengan membangun moral masyarakat melalui kultur mereka, misalnya dengan memberdayakan ekonomi masyarakat, memberikan pendidikan yang memadai untuk membentuksumber daya manusia yang berkualitas dan sebagainya.18

Pendekatan dakwah secara kultural yaitu melalui pengembangan masyarakat, kebudayaan, sosial, dan bentuk non formal lainnya.19

Dakwah secara struktural berarti gerakan dakwah yang berada dalam kekuasaan. Aktivitas dakwah ini bergerak mendakwahkan ajaran Islam dengan

16

Moh. Ali Azis Ilmu Dakwah, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 347.

17

Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 164.

18

Ibid h., 348

19

(20)

memanfaatkan struktur sosial, politik, maupun ekonomi yang ada guna menjadikan Islam sebagai ideologi negara.20

Menurut Ali Musthafa Yakub, strategi pendekatan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. setidak-tidaknya ada 6 yaitu : pendekatan personal, (Manhaj As-Sirri), pendekatan pendidikan (Manhaj At-Ta,lim), pendekatan penawaran (Manhaj Al-Ardh), pendekatan missi (Manhaj Al-Bitsah), pendekatan korespondensi (Manhaj Al-Mukatabah), pendekatan diskusi (Manhaj Al-Mujadalah).21

Salah satu sosok dai yang melakukan aktivitas dakwah dengan pendekatan lembaga pendidikan yaitu DR.(HC) KH. Abdullah Hasby, dimana beliau berdakwah melalui semua kegiatan-kegiatan yang diadakan di Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry yang meliputi dakwah Bi al-Lisan meliputi : pengajian Kuliyatul Mualimin, Majlis Taklim Maratus Shalihah dan Tabligh Akbar. dakwah Bi al-Hal meliputi : Majlis Tarbiyah/Pendidikan, Majlis

Iqtisodiyah/Perekonomian, Majlis Al-Biah/lingkungan, Majlis

Ijtimaiyah/sosial kemasyarakatan. Sedangkan Bi al-Qalam adalah melalui tulisan-tulisan dalam bentuk makalah yang dibagikan kepada para

jama’ah.

Melihat pemaparan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “DAKWAH DR. (HC). KH.

20

Muhammad Sulthon, Desain Ilmu Dakwah, Menjawab Tantangan Zaman, Kajian Ontologis, Efistimologis dan Aksiologis, ed., (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Walisongo Press, 2007), h. 27.

21

(21)

ABDULLAH HASBY DI YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

AL-BASHRY KECAMATAN KALAPANUNGGAL SUKABUMI”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Masalah dibatasi pada dakwah DR.((HC). KH. Abdullah Hasby di Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry Kecamatan Kalapanunggal Sukabumi, yang meliputi dakwah Bi al-Lisan, Bi al-Hal, Bi al-Qalam.

2. Perumusan Masalah

Bagaimana dakwah Bi al-Lisan, Bi al-Hal dan Bi al-Qalam DR. (HC).KH. Abdullah Hasby di Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuannya adalah untuk mengetahui apa saja aktivitas dakwah Bi al-Lisan, Bi al-Hal dan Bi al-Qalam Dr. KH.. Abdullah Hasby di Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Akademis

(22)

b. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan menjadi masukan untuk menambah wawasan bagi kalangan teoritis, praktisi, dan lembaga dakwah Islam, dan bisa menjadi masukan bagi aktivitas dakwah DR (HC). KH. Abdullah Hasby dalam pelaksanaan dakwah berkelanjutan.

D. Metodelogi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), dengan pendekatan kualitatif yaitu penelitian yang menggambarkan secara terperinci peristiwa yang terjadi pada objek penelitian kemudian menganalisanya. Dalam penelitian lapangan ini peneliti akan meneliti langsung terhadap subjek dan objek penelitian yaitu aktivitas dakwah Dr. KH. Abdullah Hasby.

2. Metode pengumpulan datan

a. Observasi , untuk mengumpulkan data tentang aktivitas dakwah dengan mengamati secara langsung kegiatan dakwah DR. (HC). KH. Abdullah Hasby.

(23)

c. Dokumentasi, dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data melelui referensi laporan, program kerja, atau arsip-arsip, termasuk melihat hasil video ataupun hasil record.

3. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitiannya adalah DR. (HC). KH. Abdullah Hasby dan Yayasannya, sedangkan objek penelitiannya adalah dakwah beliau di Yayasan tersebut.

4. Analisa Data

Yaitu mendeskripsikan temuan-temuan atau data-data yang didapat kemudian menganalisanya serta menginterpretasikannya.

5. Tinjauan Pustaka

Teknik penulisan ini berpedoman pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis,dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta CeQDA 2007, mengacu pada skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi karya Agustin Intan Permata tahun 2008 dengan judul Aktivitas Dakwah Ustadjah H. Ida Farida dan Skripsi Fakultas Dakwah dan Komunikasi karya Miftahul Huda dengan judul Aktivitas Dakwah pada Yayasan Assalam Bintaro Sektor 3.

E. Sistematika Penulisan

(24)

BAB I : PENDAHULUAN . Bab ini mencakup Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Metodelogi Penelitian, Tinjauan Pustaka serta Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI. Bab ini berisikan Definisi Dakwah, Istilah-Istilah Dakwah, Macam-Macam Dakwah, Tujuan Dakwah, Sistem/Unsur-unsur Dakwah.

BAB III : PROFIL DR.(HC). KH. ABDULLAH HASBY DAN GAMBARAN UMUM YAYASAN AL-BASHRY. Bab ini berisikan latar belakang keluarga, Riwayat Pendidikan, Kegiatan-kegiatan beliau, Gambaran Umum Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry, visi dan misi Al-Bashry, Aktivitas Pembelajaran dan Pendidikan di Al-Bashry.

BAB IV : ANALISIS DAN TEMUAN DATA. Bab ini merupakan inti dari penelitian berisi tentang Dakwah Bi al-Lisan, Bi al-Hal dan bi al Qolam DR. (HC). KH. Abdullah Hasby.

BAB V : PENUTUP.

(25)

13

A. Pengertian Dakwah

Ditinjau dari etimologi atau bahasa, kata dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da,a-yad’u-da’watan, artinya mengajak, menyeru, memanggil. Warson Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon), menyeru

(to propose), mendorong (to urge), dan memohon (to pray).1

Sedangkan orang yang melakukan seruan atau ajakan disebut Da,i

(isim fail) artinya orang yang menyeru. Tetapi karena perintah memanggil atau menyeru adalah proses penyampaian (tabligh) atas pesan-pesan tertentu, maka pelakunya dikenal juga dengan istilah mubaligh, artinya penyampai atau penyeru. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, kata dakwah dalam alqur’an dan kata-kata yang terbentuk darinya tidak kurang dari 213 kali.2

Dakwah secara bahasa mempunai makna bermacam-macam;

1.

ا نلا

memanggil dan menyeru seperti firman Allah dalam surat Yunus

ayat 25 :

مْيقتْسم

طا ص

يلا ءاثي ْنم ْي ْ ي

ماَسلا

ا

ئل ا عْ ي

هاؤ

“ Allah menyeru (manusia) ke Darusasalam (surga) dan memberikan

petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus

(Islam)”.

1

Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 1.

2

(26)

2. Menegasakan atau membela, baik terhadap yang benar ataupun yang salah, yang positif atau pun yang negatif.

3. Suatu usaha berupa perkataan atupun perbuatan untuk menarik seseorang kepada suatu aliran atau agama tertentu.

4. Doa (Permohonan), seperti dalam firman Allah :

ْيناع ا ا ْيعاَلا ْع بْيجا

“Aku mengabulkan permohonan orang jika ia meminta kepadaku…”

5. Meminta dan mengajak seperti ungkapan, da’a bi as-syai’ yang artinya meminta dihidangkan atau didatangkan makanan atau minuman.3

Secara terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam menentukan dan mendefinisikan dakwah, hal ini disebabkan oleh perbedaan mereka dalam memaknai dan memandang kalimat dakwah itu sendiri.

1. Muhamad Abu al-Futuh dalam kitabnya Al-Madkhal ila Ilm Ad-Da’wat mengatakan, bahwa dakwah adalah menyampaikan (at-tabligh) dan menerangkan (al-bayan) apa yang telah dibawa oleh Nabi Muhamad SAW. Sebagian lagi menganggap dakwah sebagai ilmu dan pembelajaran (ta’lim). Definisi ini menurut penulis lebih bersifat normatif dimana

dakwah hanya bersifat dan mencakup belajar dan mengajar tanpa melihat bahwa dakwah adalah suatu proses penyampaian pesan-pesan kepada orang lain dengan berbagai sarana, diantara sarana itu adalah belajar dan mengajar. Jadi belajar dan mengajar sebenarnya hanyalah salah satu sisi dari sisi-sisi dakwah yang lain.

3

(27)

2. Muhamad Al-Khaydar Husayn dalam kitabnya Ad-Da’wat ila al-Ishlah

mengatakan, dakwah adalah mengajak kepada kebajikan (ma’ruf) dan melarang kepada kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.4

3. Prof. Toha Yahya Omar, M.A. mengatakan dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk keselamatan dunia dan akhirat.

4. Menurut Prof. A. Hasjmy, Dakwah Islamiyah yaitu mengajak orang lain untuk meyakini dan mengamalkan aqidah dan syariah Islamiyah yang terlebih dahulu telah diyakini dan diamalkan oleh pendakwah sendiri. 5. Menurut M. Natsir bahwa dakwah adalah usaha-usaha menyerukan dan

menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia konsepsi Islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, dan yang meliputi al-amar bi al-ma’ruf an-nahyu an al-mungkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan akhlak dan membimbing pengamalannya dalam perikehidupan bermasyarakat dan perikehidupan bernegara5.

Dari sekian definisi dakwah yang telah dipaparkan, penulis melihat para ulama sepakat bahwa dakwah adalah suatu kegiatan untuk menyampaikan dan mengajarkan serta mempraktikan ajaran Islam di dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang dikemukakan oleh Muhammad Abu Al-Futuh dalam kitabnya Al-Madkhal ila Ilm Ad-Da’wat menurut beliau, dakwah

4

Ibid h., 6

5

(28)

adalah menyampaikan dan mengajarkan ajaran Islam kepda seluruh manusia dan mempraktikannya (thathbiq) dalam realitas kehidupan, menurut beliau hakikat dakwah harus mencakup tiga fase pelaksanaan dakwah, yaitu penyampaian, pembentukan, dan pembinaan.6

Dengan demikian, dakwah juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian ajaran Islam kepada umat manusia. Sebagai suatu proses, dakwah tidak hanya merupakan usaha penyampaian saja, tetapi merupakan usaha untuk mengubah way of thinking, way of feeling, dan way of life

manusia sebagai sasaran dakwah kearah kehidupan yang lebih baik.7

B. Istilah-Istilah Dakwah.

Ada beberapa kata atau kalimat dalam bahasa Arab yang mempunyai arti atau makna sama atau hampir sama dengan kata dakwah, yaitu :

1. Tabligh.

Tabligh artinya menyampaikan, yakni menyampaikan ajaran Allah dan Rasul kepada orang lain yang penyajiannya menurut apa adanya

(objektif), mengemukakan fakta-fakta, tanpa ada unsur paksaan untuk diterima atau diikuti. Orang yang menyampaikan disebut mubaligh8. Tabligh seperti yang dikatakan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur’an,

“Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari

Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan (apa yang diperintahkan itu

berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya, Allah memelihara kamu

6

Ibid

7

Ibid

8

(29)

dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk

kepada orang-orang yang kafir” Al-Maidah : 67).

Tabligh sebenarya dapat disampaikan melalui lisan ataupun tulisan. Akan tetapi istilah mubaligh sekarang cenderung diartikan secara sempit oleh masyarakat umum sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam melalui lisan, seperti penceramah agama, khatib, dan sebagainya.9

2. Khutbah.

Khutbah, berasal dari kata

بطخ

,

بط ي

yang artinya

mengucapakan atau berpidato. Prof. Abu Bakar Aceh mengatakan didalam bukunya beberapa Catatan Mengenai Dakwah Islam bahwa khutbah yaitu: Dakwah atau tabligh yang diucapkan dengan lisan pada upacara-upacara

agama seperti khutbah Jum’at, hari raya, dan khutbah nikah, yang

mempunyai corak, syarat dan rukun tertentu.10 Khitabah artinya memberi khutbah atau nasihat kepada orang lain. Yaitu menyampaikan nasihat-nasihat kebajikan sesuai dengan perintah ajaran Islam.11

3. An-Nasihah

Yaitu memberi petunjuk yang baik, yaitu tutur kata yang baik dalam menyampaikan pesan-pesan dakwah. Nasihat yang dimaksud adalah usaha memperbaiki tingkah laku seseorang, kelompok orang atau masyarakat12. Nasihat juga diartikan sebagai menyampaikan perkataan

9

Adi Sasono dkk. , Solusi Islam Atas Problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, (Jakarta: Gema Insani Press, 1998), h.151.

(30)

yang baik kepada seseorang atau beberapa orang untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya.13

4. Fatwa

تف

Fatwa yaitu memberikan uraian atau keterangan agama mengenai

suatu masalah. Orang yang memberi fatwa disebut mufti

يتفم

biasanya

fatwa itu berkenaan dengan hukum Islam seperti fatwa majelis ulama tentang hukum KB, pembudidayaan kodok dan sebagainya.14

5. Tabsyir

يش ت

Yaitu memberitakan uraian keagamaan kepada orang lain yang isinya berupa berita-berita yang menggembirakan orang yang menerimanya. Seperti tentang janji-janji Allah dengan pahala dan syurga pada orang yang beriman dan bertakwa. Orang yang memberikan tabsyir disebut mubassir.15

6.

Tandzir

ي

نت

Yaitu menyampaikan Islam kepada orang lain yang isinya berupa berita peringatan, atau ancaman bagi orang yang melanggar syariat Allah.16

7. Mauizhah

Artinya memberi nasihat, atau pelajaran yang baik kepada orang lain. Kata Mauizhah biasanya dikaitkan dengan mauizhah hasanah

(nasihat yang baik).17

13

Adi Sasono dkk, Solusi Islam Terhadap ProblematikaUmat, h. 152.

(31)

8. Al-Amr bi Al- Ma’ruf

Yaitu memerintahkan kepada kebaikan, yang dimaksud adalah kebaikan yang diperintahkan dalam ajaran Islam.

9. An-Nahy An-Al-Mungkar.

Artinya melarang kepada perbuatan yang mungkar, yaitu perbuatan yang jahat atau perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama Islam. 10.Al-Irsyad.

Artinya suatu upaya mendorong manusia agar mau mengikuti petunjuk dengan menyampaikan kebenaran Islam, sekaligus larangan-larangannya, sehingga menimbulkan perbuatan manusia untuk mengikuti Islam.18

11.Ad-Diayah.

Yaitu propaganda, yaitu upaya mempropagandakan agama Islam sehingga mereka mengikuti ajaran Islam.

12.Washiyyah (Wasiat).

Adalah memberi wasiat tentang kebenaran (agama Islam). Wasiat ini adalah wasiat-wasiat kebenaran agama Islam

13.Tadzkirah (Indzar).

Yaitu memberi peringatan (ancaman) atau mengingatkan manusia agar selalu mengingat Allah agar mengikuti petunjuknya.

14.Al-Jihad.

Artinya berperang, maksudnya berjuang membela agama Allah. Jihad bukan saja diartiakn berperang melawan musuh, namun segala

17

Amin, Ilmu Dakwah, h. 8

18

(32)

perbuatan yang menjadiakn pembelaan, dan melestarikan ajaran Allah dapat dikategorikan berjuang/berjihad.

15.Al-Waid.

Adalah suatu upaya menyampaikan tentang kebenaran Islam yang mencakup janji/ancaman. Sehingga dengan upaya ini manusia menganut ajaran tersebut atau bahkan memperjuangkannya.19

C. Macam-Macam Dakwah

Secara umum dakwah islam dikategorikan kedalam tiga macam, yaitu sebagai berikut:

1. Dakwah Bi Al-Lisan

Dakwah bi al-lisan, yaitu dakwah yang di laksanakan melalui lisan,yang di lakukan antara lain dengan ceramah-ceramah,khutbah, diskusi, nasihat, dan lain-lain. Metode ceramah ini nampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru dakwah, baik ceramah di majlis taklim, khutbah jumat di masjid-masjid atau pengajian-pengajian. Dari aspek jumlah barang kali dakwah melalui lisan (Ceramah dan yang lainnya) ini sudah cukup banyak di lakukan oleh juru dakwah di tengah-tengah masyarakat. Dalam perkembangan berikutnya dakwah Bi al-lisan dapat menggunakan teori komunikasi modern dengan mengembangkan melalui

19

(33)

publikasi penyiaran (broadcasing publication) antara lain melalui radio penyiaran,dan lain-lain. 20

2. Dakwah Bi Al-Hal

Da’wah bi al-hal adalah dakwah dengan perbuatan nyata dimana

aktivitas dalwah di lakukan dengan melalui keteladanan dan tindakan amal nyata. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata, yang dari karya nyata tersebut hasilnya bisa dirasakan secara konkrit oleh masyarakat sebagai objek dakwah. Dakwah bi al-hal dilakukan oleh Rasulullah, terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Nabi adalah membangun masjid Quba, mempersatukan kaum Anshar dan Muhajirin. kedua hal ini adalah nyata yang di lakukan oleh Nabi yang bisa di katakana sebagai dakwah bi a- hal.21

Da’wah bi al-hal saat ini bisa dilakukan dengan karya nyata

sebagai solusi kebutuhan masyarakat banyak, misalnya membangun sekolah-sekolah Islam, perguruan-perguruan tinggi Islam, membangun pesantren, membangun rumah-rumah sakit, membangun poliklinik, dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat kainnya.22

Dakwah bi al-hal dikenal sebagai suatu strategi dakwah yang bersifat komplementer atau alternatif terhadap upaya dakwah bi al-lisan

20

Samsul Munir Amin, Rekontruksi Pemikiran Dakwah Islam, (Jakarta: Amzah, 2008), h. 10.

21

Ibid

22

(34)

dan dakwah bi al-qolam yang selama ini telah dilakukan oleh para da’i/mubaligh.23

Jika dakwah bi al-lisan lebih mengutamakan perubahan sikap dan perilaku keagamaan yang bersifat perseorangan, sedangkan dakwah bi al-hal tampak lebih memberikan pada dimensi kemasyarakatan. Pengertian

rakhmatanlillalamin lebih kuat daya motivasinya dalam dakwah bi al-hal, dibanding penekanan perbedaan antara minna dengan minhum.24

Dalam buku lain disebutkan istilah dakwah bi lisan al-hal adalah : memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menggunakan bahasa keadaan manusia yang di dakwahi (mad,u) atau memanggil, menyeru ke jalan Tuhan untuk kebahagiaan manusia alat komunikasi atau komunikasi ide yang produknya berupa ilmu pengetahuan . Kedua, sebagai alat komunikasi ekspresi yang produknya berupa karya seni (jurnalistik).26 Da’wah Bi al-Qalam, yaitu dakwah

23

Hadimulyo, “Dakwah Bi al-hal dan Transformasi Sosia”l, dalam Seminar Sehari:

Dakwah Islam dan Transformasi Sosial (T.tp.: Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991), h. 28-29.

24

Ibid

25

M. Munir, Metode Dakwah, Edisi Revisi, Cet. ke 2, ed. (Jakarta: Kencana, 2006) h. 215.

26

Nurul Badruttaman, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, (Jakarta: Grafindo, 2005), h.

(35)

melalui tulisan yang di lakukan dengan keahlian menulis di surat kabar, majalah, buku, internet.

Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah Bi al-Qalam ini lebih luas dari pada melalui media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak memerlukan waktu secara khusus untuk kegiatannya. Kapan saja dan

dimana saja mad’u atau objek dakwah dapat menikmati sajian dakwah bi

al-qalam ini. Dalam dakwah bi al-qalam ini diperlukan kepandaian khusus dalam hal menulis, yang kemudian disebar luaskan melalui media cetak

(printed publications). Bentuk tulisan dakwah bi al-qalam antara lain dapat berbentuk artikel keislaman, cerita religius, puisi keagamaan, publikasi khutbah, famplet, keislaman, buku-buku, dan lain-lain.27

Sementara M. Mashur Amin, membagi dakwah Islam kedalam tiga macam bentuk dakwah, yaitu

1) Dakwah bi al-Lisan al-maqal, seperti selama ini dipahami, melalui pengajian, kelompok majlis taklim, dimana ajaran Islam disampaikan oleh para da’i secara langsung. Biasanya dakwah yang demikian

dikaitkan dengan perayaan hari-hari besar Islam, seperti maulid Nabi Muhamad SAW. Nuzulul Qur’an, Isra Mi’raj, kultum menjelang shalat Tarawih dan sebagainya.

2) Dakwah bi al-lisan al-hal, melalui proyek-proyek pengembangan masyarakat atau pengabdian kepada masyarakat.

3) Dakwah melalui social reconstruction, yang bersifat multidimensional. Contoh yang paling konkrit adalah dalam dakwah ini adalah dakwah

27

(36)

Rasulullah SAW. Yang membangun kembali masyarakat Arab, dan masyarakat Jahiliyah (syirik, diskriminatif, perbudakan, permusuhan dan kelaliman) menjadi masyarakat yang Islami (tauhid, egalitarian, merdeka, persaudaraan, dan adil). Dari masyarakat yang strukturnya menginjak-injak hak asasi manusia, menjadi masyarakat yang menghargai hak asasi manusia.28

D. Tujuan Dakwah

Jika diperhatikan maka aktivitas dakwah mempunyai 2 tujuan yaitu; 1. Tujuan umum dakwah (major objective)

Tujuan umum dakwah (major objective) merupakan sesuatu yang hendak dicapai dalam seluruh aktivitas dakwah. Ini berarti tujuan dakwah yang masih bersifat umum (ijmali) dan utama, dimana seluruh gerak langkah proses dakwah harus ditujukan dan diarahkan kepadanya.29

Tujuan umum dakwah adalah mengajak umat manusia (meliputi orang mukmin maupun orang kafir atau musyrik) kepada jalan yang benar yang diridhai Allah SWT. Agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia maupun di akherat.30

Tujuan dakwah diatas masih bersifat ijmali (garis besar) atau umum, oleh karena itu masih juga memerlukan perumusan-perumusan secara tafshili (terperinci) pada bagian lain. Sebab menurut anggapan sementara ini tujuan utama dakwah menunjukan pengertian kepada seluruh kaum (umat), baik yang sudah memeluk agama maupun yang

28

Ibid h.13.

29

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah (Surabaya: Al-Iklas, 1983), h. 50.

30

(37)

masih dalam keadaan kafir atau musyrik. Arti umat atau kaum disini menunjukan pengertian seluruh alam atau setidak-tidaknya sealam dunia.31 Dan ada juga tujuan jangka pendek dakwah yaitu untuk memberikan pemahaman tentang islam kepada masyarakat dakwah itu. Dengan adanya pemahama masyarakat tentang Islam maka masyarakat akan terhindar dari sikap dan perbuatan yang mungkar dan jahat.32

2. Tujuan khusus dakwah (minor objective)

Tujuan khusus dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perincian dari pada tujuan umum dakwah. Tujuan ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan seluru aktivitas dapat jelas diketahui kemana arahnya, ataupun jenis kegiatan apa yang hendak dikerjakan, kepada siapa berdakwah, dengan cara yang bagaimana dan sebagainya secara terperinci. Sehingga tidak terjadi overlapping antara juru dakwah yang satu dengan yang lainnya yang hanya disebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai.33

Selain tujuan khusus ada juga yang disebut dengan tujuan jangka panjang yaitu mengadakan perubahan sikap masyarakat dakwah itu. Sikap yang dimaksud adalah perilaku-perilaku yang tidak terpuji bagi masyarakat yang tergolong kepada kemaksiatan yang tentunnya membawa kepada kemudharatan dan menganggu ketentraman masyarakat lingkungannya.34

31

Ibid

32

M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,1997), h.7.

33

Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 54.

34

(38)

Oleh karena itu dibawah ini disajikan beberapa tujuan khusus dakwah (minor objective) yaitu:

a. Mengajak umat manusia yang sudah memeluk Islam untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.

b. Membina mental agama (Islam) bagi kaum yang masih mualaf. c. Mengajak yang belum beriman agar beriman kepada Allah.

d. Mendidik dan mengajar anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.35

E. Unsur-Unsur Dakwah

Sistem dakwah adalah kebulatan dari unsur-unsur yang terdiri dari doktrin Islam atau materi, da’i, mad’u dan tujuan yang saling berinteraksi

dalam model yang terdiri dari masukan, konversi, keluaran, umpan balik dan lingkungan dalam mencapai tujuan organisasi dakwah secara bertingkat.36 Sebagai suatu sistem usaha mewujudkan nilai-nilai Islam, dakwah merupakan suatu kebulatan dari sejumlah unsur-unsur/bagian/elemen yang antara satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan berinteraksi dalam rangka mencapai suatu tujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual yang diridhai Allah SWT dalam rangka menghantarkan kedamaian dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.37

Adapun sistem dakwah terdiri dari unsur-unsur :

1. Da’i (subjek dakwah)

35

Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, h. 55-56.

36

Hasanuddin, Manajemen Dakwah, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.

37

(39)

Da’i artinya orang yang mengajak /mubaligh,yaitu orang yang

mengajak kesatu tujuan.

Menurut HSM Nasrudin Latief, yang dimaksud da’i adalah orang

muslimin yang menjadikan dakwah sebagai suatu tugas amaliah pokok

baginya, selaku “corps” ulama, ahli dakwah, juru dakwah, mubaligh atau

mustami’in (juru penerang agama) yang menyeru, mengajak dan memberi

pengajaran dan pelajaran agama Islam. Dengan demikian da’i adalah

orang yang melakukan dakwah yaitu orang yang berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT. Baik secara individual maupun berbentuk organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi.38

Mubaligh sebagai komunikator, berperan menyampaikan ide-ide tertentu untuk menuju kepada sasaran pokok yaitu yitu diterimanya ide-ide tersebut sehingga ada perubahan sikap atau adanya pengukuhan terhadap sikap-sikap terentu. Dengan demikian mubaligh juga merupakan seorang pelaku utama untuk mempengaruhi perubahan sikap komunikannya, yang dikenal dengan agen of social change.39

2. Mad’u

Mad’u adalah objek dakwah baik individual ataupun kolektif atau

masayarakat secara umum. Masyarakat sebagai objek atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur yang penting didalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah lain. Oleh sebab itu masalah masyarakat ini seharusnya dipelajari dengan

38

Hasanuddin, Manajemen Dakwah, h.57.

39

(40)

sebaik-baiknya sebelum melangkah ke aktivitas dakwah yang sebenarnya.40

Klasifikasi sasaran dakwah :

a.Tempat tinggal

 Masyarakat kota

 Masayarakat desa

b. Struktur masyarakat

 Masyarakat industri

 Masyarakat agraris

c. Pendidikan

 Berpendidikan.

 Tidak berpendidikan

d. Kekuasaan

 Elite/Pemimpin

 Rakyat

e. Agama

 Islam

 Bukan Islam

f. Sikap terhadap dakwah

 Cinta terhadap agamanya

 Simpatisan agama lain tapi bukan Islam

 Kelompok membenci Islam

40

(41)

g. Umur

 Anak-anak (6-13 tahun)

 Remaja ( 14-18 tahun)

 Pemuda (18-35 tahun)

 Orang tua (35- 55 tahun)

 Lanjut usia (55 tahun ke atas)41

3. Materi Dakwah

Materi dakwah tidak lain adalah ajaran-ajaran Islam yang bersumber dari Al-Quar’an dan Hadist sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, syari’ah, dan akhlak dengan berbagai macam cabang ilmu yang diperoleh darinya. Materi yang disampaikan oleh seseorang da’i

haruslah sesuai dengan kemampuan seseorang dalam memahami sesuatu. Seseorang yang intelektualitasnya rendah harus disampaikan dengan bahasa dan contoh yang dimengerti oleh mereka.42

4. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya : televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, surat kabar, dan melalui berbagai macam upaya mencari napkah dalam berbagai sektor kehidupan.43

Dengan begitu banyaknya media dakwah yang tersedia, maka seorang da’I haruslah pandai memilih salah satu atau beberapa media

dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

(42)

a. Tujuan dakwah yang hendak dicapai

Media dakwah yang dipakai semestinya haruslah sesuai dengan tujuan yang dicapai sehingga tujuannya dapat tercapai dengan efektif dan efisien.

b. Materi dakwah

Media yang dipakai semestinya sesuai dengan bahan dakwahnya yang akan disampaikan.

c. Objek dakwah d. Media dakwah

Media yang dipilih haruslah mempermudah objek dakwah memahami materi dakwah, sesuai dengan kondisi daerahnya, sesuai dengan pola pikir objek dakwah.

e. Ketersediaan media

Memilih media juga harus memperhatikan kemudahan mendapat media tersebut dan biaya untuk menggunakannya.

f. Kualitas media

Kuallitas media pun harus diperhatikan.44 5. Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan

atasa dasar hikmah dan kasih sayang.45 Beberapa metode dakwah

a. Metode ceramah

44

Ibid., h. 59-60.

45

(43)

Ceramah adalah bentuk dakwah yang banyak diwarnai oleh ciri/ karakteristik bicara oleh seorang da’i pada suatu aktivitas dakwah.

b. Metode tanya jawab

Metode ini adalah penyampaian materi dakwah dengan cara mendorong sasarannya (objek dakwah) untuk menyatakan sesuatu masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i sebagai

penjawabnya. c. Debat

Debat sebagai metode dakwah pada dasarnya mencari kebenaran bukan kemenangan dalam arti menunjukan kebenaran dan kehebatab Islam.

d. Percakapan antar pribadi

Percakapan antar pribadi atau individual conference adalah

percakapan bebas antara seorang da’i dengan individu-individu

sebagain sasaran dakwahnya. e. Metode peragaan

Suatu metode dakwah dimana seorang da’i memperlihatkan

suatu contoh yang baik terhadap muridnya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Misalnya memperagakan cara shalat.46

6. Tujuan Dakwah

Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan

46

(44)

arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah, sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia.47

Dengan demikian, tujuan dakwah sebagai bagian dari seluruh aktivitas dakwah sama pentingnya dengan unsur-unsur lainnya, karena dengan demikian akan berpengaruh terhadap penggunaan metode dan media dakwah, sasaran dakwah sekaligus strategi dakwah.48

47

Ibid,. h. 61-62.

48

(45)

33

PROFILE DR. (HC). KH. ABDULLAH HASBY

DAN GAMBARAN UMUM YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM AL-BASHRY

A. Latar Belakang Keluarga

Berdasarkan Penuturan DR. (HC). KH. Abdullah Hasby“Saya dilahirkan

di Desa Palasari Girang Kecamatan Kalapanunggal Kabuaten Sukabumi pada tanggal 08 Juli 1955 orang tua saya yaitu Kiyai Hasan Bisri Bin H. Tadjudin dan ibu saya Siti Ulqiyah Bin H. Sulaeman, dimana beliau merupakan seorang Kiyai Sepuh, ulama tradisional, kharismatik, dan bersahaja namun ia memiliki semangat juang yang tinggi mendedikasikan hidupnya kepada dunia pendidikan dan mencerdaskan sesama umat, maka tak heranlah jika kemudian beliau membuka beragam kesempatan kepada masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan berbasis pendidikan Islam, dengan modal naluri dan ilmu yang dimiliki yang harus ditransfer ulang kepada sesama umat manusia. Saudara saya ada 6 orang dan saya merupakan laki-laki tunggal, di mana kelak setelah saya besar menjadi pimpinan Yayasan Al-Bashry yang di bantu oleh kakak dan adik kandung saya.”

B. Riwayat Pendidikan DR. (HC). KH. Abdullah Hasby

Masih berdasarkan hasil wawancara dengan DR. (HC). KH. Abdullah Hasby Saya menyelesaikan pendidikan dasar dan SLTP Di Kecamatan Kalapanunggal kemudian melanjutkannya Madrasah Aliyah Tedal Lega Sukabumi kemudian melanjutkan kuliah di Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah UIKA Bogor pada tahun 1984 dan menyelesaikan program sarjana muda pada tahun 1988 kemudian dilanjutkan dengan program S1 dan selesai pada tahun 1990. Pendidikan pondok pesantren ditempuh pada tahun 1975-1980, yaitu dipondok pesantren Cibogo Cibarusah daerah Bekasi, Cibeureum Sukabumi, Pondok Pesantren Cinangsi Cianjur, pesantren An-Nidzhomiyah Cicurug. Pada tahun 1983 beliau juga pernah mengikuti pendidikan kursus bahasa Arab yaitu program Ad-Darsu Al-Arabiyah di Islamic Center Al-Ghazali-Bogor. Dan pada tahun 2005 beliau mendapat gelar kehormatan Honoris Causa bidang teologi

dari Northern California Global University di Jakarta”.1

1

(46)

C. Aktivitas DR. (HC). KH. Abdullah Hasby

Menurut penuturan beliau “mulai melakukan dakwah secara lisan yaitu semenjak tahun 1985 sampai sekarang, terkadang ada kisah duka dan suka yang beliau temukan seperti ketika menghadapi audiens yang responsif, aktif dan antusias maka beliau pun merasa senang, akan tetapi terkadang audiens pasif, kurang bisa mendengarkan ceramah nya maka beliau merasa sedih juga, terkadang ditemukan dalam perjalanan dakwahnya yaiti masyarakat yang lebih menyukai musik dibandingkan ceramah keagamaan.sehingga seolah-olah kehadiran juru dakwah tidak bisa diterima. Dan dalam menjalankan dakwah bagi

beliau tidak menjadi ukuran dan patokan”.

“Kini selain sebagai pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry di Desa Palasarigirang, Kecamatan Kalapanunggal Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat yang menjalankan bebera aktvitas dakwah dilngkungan Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry yang meliuti beberapa majelis seperti : Majlis Dakwah meliputi kuliyatul mualimin (pengajian para kiyai, asatidz, dan para mualimin), majlis taklim kaum bapak dan para pensiunan, majlis taklim maratun sholihah/pengajian kaum ibu, pengajian santri tidak mukim/santri kalong, tabligh akbar/hari-hari besar Islam. Majlis Tarbiyah yang meliputi Pendidikan formal TPA/TKA, Madrasah Diniyah, SD Islam, SLTP Islam,MTs, Madrasah Aliyah, SMA Islam, SMK Komputer Terpadu. Dan juga Pendidikan Non Formal adalah Pondok Pesantren putra/putri. Majlis Iqtishodiyah meliputi Koperasi Pondok Pesantren (Koppontren), Warung Koppontren, Otomotif (Perbengkelan), Konfeksi/Tata Busana (Pria-Wanita), Pertanian dan Perikanan. Majlis

Al-Bi’ah/lingkungan Alam sekitar yang meliputi Kebersihan dan Kesehatan

Lingkungan, Ketertiban, Keamanan, dan keindahan, Penghijauan dan Pelestarian Alam, Pemakaian Air Bersih, Pemasangan dan Pengelolaan Listrik, Pembinaan Lingkungan Masyarakat yang Islami, Jum’at Bersih (kegiatan kebersihan

lingkungan dan membersihkan kuburan setiap hari jum’at). Majlis Ijtimaiyah

Mengelola Penanggulangan Pendidikan Anak Yatim, Menerima Amanah, Zakat, Infak dan Sodhaqoh (untuk disalurkan kepada mustahiqnya), Memberikan Beasiswa kepada Fakir Miskin (Siswa-Siswi yang tidak mampu), Memberikan beasiswa kepada siswa-siswi yang berprestasi (SD, SMP,dan SMA), Penanggulangan dana kematian Masyarakat (para jamaah), Tolong menolong

dan gotong royong (ta’awun, takafulul ijtima), Menerima amanah hewan qurban dan aqiqah (kerbau, sapi, kambing) yang akan disalurkan kepada yang berhak

menerimanya dengan dikelola secara benar dan professional”.2

Masih menurut penuturannya “Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua ICMI Orsat Kalapanunggal pada tahun 1995-2000, dan sekarang sebagai dewan pembina ICMI ORWIL Bogor pada tahun 2000-sekarang, dan sebagai ketua ICMI ORDA Kab. Sukabumi ORWIL Jabar pada tahun 2010-2015. beliau juga sebagai salah satu dari para penggagas Piqhul Bi’ah/Piqh Lingkungan. Dan

2

(47)

aktif juga sebagai narasumber dalam seminar yang diadakan di daerah Bogor dan daerah Sukabumi. Dan dalam kesemapatan lain beliau juga menjadi penceramah di beberapa perusahaan, organisasi-organisi, pada acara-acara pernikahan, khitanan dan acara keluarga yang lainnya, tabligh akbar diberbagai daerah, dan juga menjadi pengisi acara dalam kuliah umum yang diadakan di

lingkungan akademisi”.3

D. Gambaran Umum Yayasan Pendidikan Islam Al-Bashry

1. Sejarah Berdirinya Al-Bashry

Mengenang kilas balik lembaga Pendidikan Islam Al-Bashry yang didirikan pada tahun 1987 kini memasuki paruh dua dasawarsa, kita akan kembali mengenang seorang Kiyai bersahaja namun ia memiliki semangat juang yang tinggi mendedikasikan hidupnya kepada dunia pendidikan dan mencerdaskan sesama umat, maka tak heranlah jika kemudian beliau membuka beragam kesempatan kepada masyarakat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan berbasis pendidikan Islam, dengan modal naluri dan ilmu yang di milikinya maka dicobalah dengan menyelenggrakan pengajian rutin pada malam hari, dengan mengenalkan Al-Qur’an lewat system belajar bimbingan, bacaan, tulisan, serta hapalan-hapalan. Orang kemudian menjulukinya dengan sebutan “santri kalong

karena mereka nyantri tapi tidak mukim dipondok santri.4

Lain lagi dengan mereka yang mengikuti pola santri mukim dipesantren, pola santri mukim dipesantren, pola santri ini mengikuti pembelajaran yang

3

Ibid., 28 Oktober 2010.

4

(48)

sistematik dengan mengikuti aturan main lima kali belajar dalam sehari, disesuaikan bukan berdasar pada kurikulum, namun lebih menitik beratkan pada kewajiban menuntut ilmu sam wajibnya dengan melaksanakan sholat 5 waktu, maka berlangsunglah belajar 5 kali dalam sehari yaitu ba’da shubuh, usai dzuhur,

sehabis ashar, selepas magrib dan setelah isya. Materi kajian adalah mengkaji kitab-kitab salaf dan kholaf dengan system bandungan atau istilah sekarang klasikal, dan system sorogan bahasa santrinya, atau individual istilah modernnya. Tak berhenti disitu, beliau membuka pengajian umum yang diselenggarakansetiap hari kamis bagi kaum bapak yang dimulai dari jam 08.00-10.00, serta pada pagi hari minggu yang diperuntukan bagi kaum ibu dengan jam yang sama.

Itulah figur yang pernah tumbuh dan akan terus tumbuh dan hidup selamanya, sekalipun jasadnya tapi jasanya akan tetap abadi sepanjang masa. Itulah Kiyai Hasan Bashri Bin H. Tajuddin (alm), yang telah berpulang ke Rahmatullah dipertengahan tahun 1976. Kini segala sepak terjangnya dan perjuangannya secara perlahan tapi pasti, terus dilanjutkan dan dikobarkan oleh putra yakni anak laki-laki tunggal dari enam bersaudara yang semuanya perempuan. Sesungguhnya kewajiban mengajar dan memberi penerangan kepada orang lain tak hanya kewajiban seorang Hasan Bashri dan putra tercinta, tetapi adalah kewajiban kita bersama, dan tentunya sang belahan jiwa Hasan Bashri tidak berdiri sendiri, berkat sokongan berbagai pihak yang merasa jiwanya terpanggil untuk melanjutkan perjuangan Hasan Bashri. Maka disepakatilah secara musyawarah mendirikan Majlis ta’lim yang diberi nama “Majlis Taklim

Al-Bashry”, yang mengelola pendidikan non formal, dengan mengabadikan nama

(49)

tuntutan mengikuti alur perubahan dan perkembangan, Al-Bashry harus jeli membidik situasi, jika tidak ! tentu akan mati suri. Maka diatas cerca dan didera berbagai problematika, Al-Bashry melebarkan sayap setingkat setelah melewati perjalanan delapan tahun lamanya.5

Pada tahun 1987 resmilah Al-Bashry menjadi sebuah Yayasan Pendidikan Islam dengan singkatan “YAPISAL” bergerak dibidang pendidikan sektor formal

dengan mendirikan SLTP dan SLTA setelah Madrasah Diniyyah berdiri terlebih dulu. Menyusul 1 tahun kemudian TPA dan TK Islam. Kemudian dengan banyaknya saran dan usulan dari para orang tua calon siswa yang bertempat tinggal jauh dari lokasi yayasan, mereka mengusulkan agar diadakan Pondok Pesantren untuk para siswa yang mukim untuk memperdalam agama Islam di Pondok Pesantren. Maka pada tahun 1995 dengan hasil musyawarah dibukalah pondok pesantren terpadu putra-putri, yakni memadukan pendidikan agama dan pendidikan umum. Pada tahun itu pula program pondok pesantren terpadu ini dibuka untuk menerima santri perdana, dan diresmikan oleh : IRJEN DEPDAGRI Jakarta, LETJEN (Purn.) H. Soedrajat Nata Atmaja. Alhamdulillah dengan dukungan penuh dari berbagai lapisan masyarakat Insya Allah Al-Bashry akan selalu berupaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sesuai dengan perkembangan

zaman, sesuai dengan falsafah “HARI INI ESOK HARUS LEBIH BAIK DARI

HARI INI”.6

5

Ibid

6

(50)

Lalu pada tahun 2007-2008 diresmikan pula dan dibuka pula SD Islam Terpadu oleh Kasubdit Pendidikan Dasar dan Menengah, DIRJEN DEPDIKNAS Jakarta, Drs. H. Abdul Natsir Hartono, M.Si. bersama Bupati Sukabumi H. Sukma Widjaya, pada saat itu pula memulai penerimaan siswa perdana. Bila Allah menghendaki dan mengabulkan, kedepan Al-Bashry berencana untuk membangun Universitas Islam, dengan beberapa Fakultas Agama dan Umum yang menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, ilmu pengetahuan dan teknologi modern pun merupakan kebutuhan yang menjadi program unggulan, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia /SDM yang ada, dan untuk keseimbangan IPTEK dan IMTAQ. Mengenang nama Al-Bashry sebenarnya tak hanya untuk mengabadikan nama Kiyai Hasan Bashri selaku pelaku utama, namun pula dita’alukan kepada nama Imam besar dikalangan Tabi’in generasi

kedua setelah sahabat Rasul yaitu Al-Imam Al Allaamah Syeh Hasan Bashri, seorang ulama Sunni di Bagdad Irak, yang terkenal di abad kesatu dan kedua Hijriyyah yang sangat besar jasanya dan perjuangannya bagi dunia Islam.7

Secara kebetulan pula nama ini, seolah nama jodoh sang Kiyai untuk mengenang nama gurunya yang tercinta : Mama Ajengan Hasan Bashri, pendiri pondok Pesantren Salafi di Babakan Kaum Cicurug Suakabumi pada masa penjajahan kolonial Belanda, yang sampai sekarang masih dipertahankan oleh generasi penerusnya. Maka tak pelak lagi nama Al-Bashry memiliki latar belakang : Nasaban, Tabarukan, Wamadzhaban.8

7

Ibid

8

(51)

2. Visi dan Misi Yayasan Al-Bashry

a. Visi

Menyelenggarakan pendidikan islam dengan system integral dalam aspek intelektual dan life-skill,sehingga dapat melahirkan siswa muslim yang bertakwa, cerdas dan mandiri, memiliki skill yang berkualitas serta mampu menegakan

“Amar ma’ruf nahi munkar dengan gerakan Fastabikul Khairat”9

b. Misi

Mewujudkan lembaga pendidikan islam yang unggul dan kompetitif, sehingga dapat melahirkan generasi yang memiliki kemampuan memikul amanah Allah sebagai hamba dan khalifah-Nya, yakni dapat melaksanakan dua tugas yakni “Tugas Ibadah dan Tugas Khilafah”, mengabdi kepada Allah,

memakmurkan bumi, dan mengolah alam sesuai undang-undang Allah10.

3. Aktivitas Pembelajaran dan Pendidikan di Yayasan Al-Bashry.

a.Pembelajaran dan Pendidikan Formal.

1. Madrasah Diniyah Awaliyah/MDA, Taman Pendidikan Al-Qur’an/TPA, Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an/TKA.

Madrasah Diniyah Awaliyah yang berdiri sejak tahun 1980, salah satu lembaga yang tertua di Yayasan Al-Bashry, dan telah banyak meluluskan alumni yang berprestasi, terampil dan siap pakai dibidang gmasing-masing. Para alumni

9

Ibid., h. 4

10

(52)

MDA Al-Bashry telah banyak yang mandiri dan membuka madrasah masing-masing didaerahnya. Kini mereka bergabung badan hukumnya dibawah naungan Al-Bashry kurang lebih ada 30 Madarasah di tiga Kecamatan, Kecamatan Kalapanunggal, Kecamatan Kabandungan dan Kecamatan Cikidang. Adapun Taman Pendidikan Al-Qur’an /TPA berdiri pada tahun 2000 dan telah meluluskan 6 angkatan. Kedua lembaga ini diselenggarakan pada sore hari dan proses belajar mengajarnya dimulai pada jam 14.00-1630 WIB. System pembelajarannya disesuaikan dengan kurikulum Depag dan Program Yayasan.11

2. Sekolah Dasar Islam Terpadu/SDI Terpadu

SD Islam terpadu didirikan dan dibuka pada tahun ajaran 2007/2008pan dengan menggunakan kurikulum DEPDIKNAS dan Program Yayasan yang telah diadaptasi diantaranya : pengenalan tauhid, praktek -ibadah (shalat), do’a sehari -hari, pembinaan akhlak (budi pekerti), dan seni yang islami. Dengan memadukan kurikulum umum dan agama, besar harapan kelak mereka menjadi “waladun

sholihunyad’ulahu”. Menjadi anak sholeh yang senantiasa berdo’a bagi orang

tuanya.

Untuk membentuk anak yang sholeh merupakan kewajiban kita terutama orang tua, agar dapat menamkan agama sedini mungkin kepada putra-putrinya. Karena generasi penerus itu (anak-anak kita) akan menjadi Yahudi, Nashrani dan

11

(53)

Majusi tergantung kedua orang tuanya. Demikian sabda Nabi Muhamad SAW. Proses belajar mengajar SD Islam terpadu ini dimulai jam 08.00 s/d 10.00 WIB.12

3. Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu/SMPI

SMP Islam Terpadu adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang pertama didirikan oleh Yayasan Al-Bashry, sejak tahun 1987 sampai sekarang tahun 2010. Kini SMP Islam ini sedang dalam peningkatan mutu, untuk mengikuti program Sekolah Standar Nasional (SSN) dengan status disamakan. SMP Islam ini telah melulusakan 20 angkatan, pada setiap angkatan siswa-siswi yang mengikuti Ujian Akhir Nasional (UAN) lulus 100% mereka yang dapat melanjutkan kejenjang pendidikan berikutnya kurang lebih 90%. Proses belajar mengajar di SMP Islam terpadu ini mulai pukul 07.15-13.40 WIB.13

4. Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu

SMA Islam terpadu didirikan dan beroperasi pada tahun 1994 dengan menggunakan kurikulum DEPDIKNAS dan Program Yayasan yang telah diadaptasi. SMA Islam ini mempunyai program kedepan bukan hanya program SSN seperti SMP Islam akan mengikuti program SBI, Sekolah Bertarap Internasional. Program ini dalam proses belajar mengajarnya diwajibkan pengantarnya menggunakan Bahasa Inggris dan Arab. Kini Yayasan sedang mempersiapkan untuk peningkatan SDM Tenaga Pengajar yang memadai, agar mampu dan sanggup mengikuti program tersebut. Para pengajar saat ini 95%

12

Ibid., h.27.

13

Referensi

Dokumen terkait

Batasan tahun dibatasi pada tahun 1996. Tahun 1996 adalah tahun yang menandakan akan soliditas dan kebersamaan gerakan oposisi dalam perlawanannya terhadap rezim. Tindakan

Manusia juga harus menyadari apa yang seharusnya dikerjakan atau tidak dikerjakan untuk memperkokoh kedudukan serta martabat manusia yang seharusnya, baik dalam hubungannya

Pola lagu kalimat terdiri dari tiga nada suara dalam BMU yang terdapat dalam tiap unit jeda dengan satu tekanan kalimat. Satu kalimat dapat ter- diri dari

“ Alasan-alasan tersebut tidak dapat dibenarkan,oleh karena Judex Factie/Pengadilan Tinggi yang membatalkan putusan Pengadilan Negeri sudah tepat dan tidak salah

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh struktur modal dengan menggunakan rasio Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm Debt to Equity

Untuk penelitian ini peneliti menggunakan non probability sampling yaitu teknik sampling yang tidak memberikan kesempatan (peluang) yang sama pada setiap anggota

PERJANJIAN PENGIKATAN PRODUK (TYING AGREEMENT) PERJANJIAN PENGIKATAN PRODUK DIARTIKAN SEBAGAI PERJANJIAN YANG DILAKUKAN OLEH SALAH SATU PIHAK UNTUK MENJUAL SUATU