• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETERAMPILAN PENYIAR DI RADIO PADANG FM SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KETERAMPILAN PENYIAR DI RADIO PADANG FM SKRIPSI. Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

i

KETERAMPILAN PENYIAR DI RADIO PADANG FM

SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam

Oleh:

ASMAUL HUSNA

NIM: 14 209 007

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

BATUSANGKAR

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Padang FM”. Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam

Negeri Batusangkar.

Fokus penelitian ini adalah Keterampilan Penyiar di Radio Padang FM. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keterampilan penyiar yang ada di radio Padang FM. Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Responden penelitian adalah penyiar yang ada di radio Padang FM. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan adalah pedoman observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis data menurut Miles dan Hubermen.

Hasil penelitian menemukan (1) bahwa keterampilan berbicara di depan mikrofon (announcing skill) penyiar di radio Padang FM seperti berbicara, latihan pernafasan, Intonasi (nada suara untuk berbicara secara berirama), aksentuasi untuk mampu berbicara dengan penekanan pada kata- kata tertentu, speed atau kecepatan bicara, artikulasi atau kejelasan kata-kata. (2) keterampilan menggunakan peralatan (operating skill) penyiar di radio Padang FM adalah menghidupkan pemancar, menggunakan mikrofon, mengoperasikan komputer, CPU, mixer, headphone, telepon serta mematikan pemancar dan itu didapatkan selama mengikuti masa training sebelum menjadi penyiar di radio Padang FM. Namun dari lima orang penyiar, ada tiga orang yang tidak bisa menghidupkan dan mematikan pemancar. Namun, di radio Padang FM penyiar tidak berperan ganda, maka tidak diperlukan penyiar mampu untuk menghidupkan dan mematikan pemancar. (3) keterampilan memilih dan merangkai musik (musical touch) penyiar di radio Padang FM yakni menguasai jenis musik yang ada seperti musik religi, pop, minang, dan juga dangdut serta merangkai musik seperti jingle, backsound, tune, dan juga bridging. Semua itu dirangkai oleh penyiar dalam sebuah program siaran dan di set dalam monitor sebelum melakukan siaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di radio Padang FM ini, bisa dikatakan bahwa penyiar yang ada di radio ini belum bisa dikatakan terampil/mempunyai

skill (keterampilan) yang profesional. Hal ini disebabkan karena kurangnya

pelatihan, dan untuk meningkatkan keterampilan penyiar, pengelola bisa mengadakan pelatihan-pelatihan untuk para penyiar yang ada di radio Padang FM. Baik itu pelatihan yang dilakukan di radio maupun yang diadakan di luar radio.

Kata Kunci: Keterampilan, Penyiar, Announcing Skill, Operating Skill, Musical Touch

(6)

vi

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

BIODATA PENULIS ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ...xiii

DAFTAR BAGAN ...xv

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR LAMPIRAN ...xvii

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 9

C. Sub Fokus Penelitian... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 10

F. Definisi Operasinal ... 10

BAB II: KAJIAN TEORI ... 12

A. Tinjauan tentang Kompetensi ... 12

a. Defenisi Kompetensi ... 12

b. Indikator-indikator Kompetensi ... 13

1. Pengetahuan ... 13

2. Keterampilan ... 14

3. Sikap ... 24

B. Tinjauan tentang Penyiar ... 26

a. Defenisi Penyiar ... 26

b. Tugas Penyiar ... 27

c. Syarat-syarat Penyiar ...30

d. Karakteristik Penyiar ...35

e. Landasan Hukum Kepenyiaran ...36

(7)

vii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 43

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 44

BAB IV: HASIL PENELITIAN ... 46

A. Gambaran Umum Radio Padang FM ... 46

1. Sejarah Singkat Radio Padang FM ...46

2. Lokasi Radio Padang FM ...47

3. Visi dan Misi Radio Padang Fm ...47

4. Struktur Instansi Radio Padang FM ...47

5. Program Siaran Radio Padang FM ...48

6. Tujuan dan Fungsi Instansi yang Berkaitan dengan Kajian ...48

B. Temuam Penelitian ... 50

C. Pembahasan ... 62

1. Keterampilan Berbicara di Depan Mikrofon (announcing skill) Penyiar di Radio Padang FM ... 62

2. Keterampilan Menggunakan Peralatan (operating skill) Penyiar di Radio Padang FM ...68

3. Keterampilan Memilih dan Merangkai Musik (Musical Touch) Penyiar Di Radio Padang FM ...69

BAB V: PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 72

(8)
(9)
(10)

x

Lampiran 4: Pedoman Wawancara ...87

Lampiran 5: Surat Pernyataan Wawancara ...89

Lampiran 6: Daftar Hadir Wawancara ...94

Lampiran 7: Bukti Sumber Data Penelitian ...95

Lampirann 8: Surat Mohon Izin Penelitian ...96

Lampiran 9: Surat Pernyataan Selesai Penelitian ...97

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia penyiaran radio telah berkembang pesat seiring dengan tingkat peradaban manusia dan kemajuan teknologi komunikasi. Radio siaran sebagai penyalur informasi dan pembentuk pendapat umum memiliki peran yang sangat strategis. Di era global, terlebih sejak Indonesia memasuki era reformasi dengan kebebasan mengakses dan memperoleh informasi yang semakin terbuka, dunia penyiaran mempunyai potensi besar untuk mempengaruhi masyarakat luas dan menjadi medium informasi tercepat, interaktif dan relatif murah.

Andy Mangara (2006: 03) menyatakan dalam perkembangannya, radio menjadi sangat akrab dengan masyarakat karena media radio dapat menjadi media yang komunikatif, edukatif dan menghibur, yang hanya membutuhkan indera pendengaran sehingga dapat didengarkan dimana saja dan sambil melakukan aktifitas lain seperti berkendara atau bekerja.

Dalam Masduki (2001: 09) beberapa kelebihan yang dimiliki oleh radio, menjadikan media ini banyak diminati oleh masyarakat dan menarik untuk didengarkan. Selain itu radio juga memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara dan berupaya menvisualisasikan ruang penyiar atau informasi penyiar melalui telinga pendengar.

Menghadapi persaingan serta globalisasi, para pengelola radio hanya dihadapkan kepada dua pilihan, eksis atau tersingkir. Para pengelola radio harus sudah ancang-ancang, paling tidak berbenah untuk mencapai tingkat standar. Bila sebelumnya tidak secara optimal memanfaatkan berbagai pelatihan dan penyuluhan, kini mereka harus memulai adanya usaha-usaha rekrutmen penyiar yang siap pakai dikalangan radio siaran.

(12)

Pelatihan (Training) sangat penting untuk para pengelola radio dalam rangka menambah informasi terkait dunia kepenyiaran sehingga bisa memberikan bekal pula bagi penyiarnya dengan cara mentransfer ilmu pelatihan tersebut, sehingga penyiar memiliki kompetensi dalam menyiar.

Menurut Gordon dalam Sumber pengertian.co keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengoperasikan pekerjaan secara lebih mudah dan tepat. Pendapat Gordon ini lebih mengarah pada aktivitas yang memiliki sifat psikomotorik. Seiringan juga dengan pendapat Dunette yang menyatakan keterampilan adalah pengetahuan yang didapatkan dan dikembangkan melalui latihan atau training dan pengalaman dengan melakukan berbagai tugas.

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penyiar adalah orang yang menyiarkan atau penyeru pada radio. Di sini fungsi penyiar sangat sederhana, yaitu hanya bertugas untuk menyiarkan dan menyerukan materi siaran melalui radio siaran.

Penyiar menurut Wanda Yulia, (2010: 17) adalah orang yang mampu mengomunikasikan gagasan, konsep, dan ide serta bertugas membawakan atau menyiarkan suatu program acara di radio. Dalam hal ini, penyiar radio memiliki tanggung jawab terhadap acara yang sedang dibawakannya sehingga dapat berlangsung dengan lancar.

Jadi dapat dikatakan bahwa keterampilan penyiar adalah orang yang mampu membawakan atau menyiarkan suatu program radio dengan mudah dan tepat sasaran dengan melibatkan akal, pikiran, ide dan kreativitasnya sendiri yang mana itu didapatkan dan dikembangkan melalui latihan dan juga pengalaman.

Menurut Wanda yulia, (2010: 45) yang menjadi keterampilan mutlak seorang penyiar itu mencakup: keterampilan berbicara di depan mikrofon (announcing skill), keterampilan menggunakan peralatan (operating skill), keterampilan memilih dan merangkai musik (musical

(13)

Dalam Anshar A. Akil (2009: 68-69) menyatakan mengingat persaingan di bidang penyiaran yang makin ketat, maka setiap lembaga penyiaran harus memfokuskan investasi mereka pada peningkatan kualitas penyiar yang dimilikinya. Mengelola lembaga penyiaran radio bukan lagi sekedar hobi, tapi merupakan sebuah industri yang harus dikelola secara profesional. Berkaitan dengan peningkatan SDM, beberapa aspek yang perlu diperhatikan oleh pengelola lembaga penyiaran radio adalah: pengetahuan tentang rekrutmen dan kriterianya, alur seleksi, orientasi yang mempengaruhi penyusunan struktur organisasi.

Pengetahuan (knowledge) dan keahlian (skill) menjadi kunci pokok kemajuan seorang penyiar dengan didukung motivasi diri yang tinggi untuk tetap terus belajar dan berkarya, berusaha mencari lingkungan kerja dan pergaulan yang mendukung akan membuatnya lebih terpacu meraih yang terbaik, Mangara (2009: 24). Untuk lebih meningkatkan jumlah pendengar, tentu harus ada perbaikan dalam berbagai hal, salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kompetensi penyiar. Seorang penyiar harus memiliki pengetahuan dan memahami karakteristik radio.

Pemahaman terhadap karakteristik media radio merupakan pengetahuan awal bagi praktisi penyiaran radio yang sangat diperlukan untuk mendukung kemampuan dalam menyampaikan pesan-pesan kepada pendengar sesuai dengan kaidah-kaidah siaran dimedia tersebut, Harley Prayudha (2006: 11).

Berita atau informasi yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya sesuatu yang benar, yang bersihdari penipuan dan kebohongan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 6:

(14)



“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaumtanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.

Menjadi seorang penyiar juga merupakan sebuah tugas dan amanah selaku umat Islam, karena seorang penyiar akan menyampaikan informasi-informasi yang merupakan kemasahatan bagi umat manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam Q.S Ali-Imran ayat 104:































“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.

Kode etik siaran radio wajib diperhatikan dan dilaksanakan oleh segenap crew stasiun radio, termasuk dalam proses produksi program siaran. Etika penyiaran dan rambu-rambu siaran tercantum dalam kode etik penyiaran adalah:

1. UU. NO. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

2. Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2005 tentang penyelenggaraan lembaga penyiaran swasta.

3. Standar programkomisi penyiaran Indonesia (KPI).

Dalam Peraturan Menteri Kominfo No. 18 tahun 2016 yang dimaksud dengan:

1. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.

(15)

2. Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, laut atau antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melaluiudara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

3. Format Siaran adalah genre program siaran yang paling dominan yang ditayangkan lembaga penyiaran.

4. Spektrum Frekuensi Radio adalah gelombang elektromagnetik yang dipergunakan untuk penyiaran dan merambat di udara serta ruang angkasa tanpa sarana penghantar buatan yang merupakan sumber daya alam terbatas.

5. Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik Lembaga Penyiaran Publik, LembagaPenyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Komunitas maupun Lembaga Penyiaran Berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

6. Lembaga Penyiaran Publik yang selanjutnya disingkat LPP adalah Lembaga Penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

7. Lembaga Penyiaran Publik Lokal yang selanjutnya disebut LPP Lokal adalah Lembaga Penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh Pemerintah Daerah, menyelenggarakan kegiatan

penyiaran radio atau penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan Radio Republik Indonesia untuk radio dan Televisi Republik Indonesia untuk televisi.

8. Lembaga Penyiaran Swasta yang selanjutnya disingkat LPS adalah Lembaga Penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan

(16)

jasa penyiaran radio atau televisi.

9. Lembaga Penyiaran Komunitas yang selanjutnya disingkat LPK adalah Lembaga Penyiaran radio atau televisi yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. 10. Lembaga Penyiaran Berlangganan yang selanjutnya disingkat LPB

adalah Lembaga Penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan.

Dengan demikian, setiap "insane radio" harus membaca semua peraturan perundang-undangan tersebut untuk mengetahui, memahami, dan menaati kode etik dan ketentuan yang tercantum di dalamnya. UU No. 32/2002 bahkan mencantumkan sanksi administratif dan pidana yang wajib diketahui dan ditaati oleh setiap radio dan televisi.

Sering terabaikan oleh "insan radio" adalah pengetahuan dan pemahaman tentang kode etik jurnalistik atau etika pemberitaan sebagaimana berlaku bagi kalangan wartawan. Padahal, hampir semua radio melakukan siaran berita sebagai program tersendiri (news program) ataupun berupa selingan dan materi siaran. UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran:

1. Isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, dan/atau bohong; menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika, dan obat terlarang; atau mempertentangkan suku, agama, ras,dan antar golongan.

2. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

3. Wartawan penyiaran dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik media elektronik tunduk kepada kode etik jurnalistik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(17)

4. Lembaga penyiaran wajib melakukan ralat apabila isi siaran dan/atau berita. Diketahui terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan, atau terjadi sanggahan atas isi siaran dan/atau berita. Ralat atau pembetulan dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam berikutnya, dan apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan, ralat dapat dilakukan pada kesempatan pertama serta mendapat perlakuan utama. Ralat atau pembetulan tidak membebaskan tanggung jawab atau tuntutan hukum yang diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan. 5. Lembaga penyiaran yang melanggar UU Penyiaran dikenai sanksi administratif mulai teguran tertulis hingga pencabutan izin penyelenggaraan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Swasta:

1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, agama dan budaya Indonesia.

2. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga Penyiaran swasta wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran.

3. Isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong, menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang; atau mempertentangkan suku, agama ras, dan antar golongan.

4. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

(18)

Tuntutan dan tanggung jawab seorang penyiar radio saat ini sangatlah tinggi karena adanya kemunculan radio-radio baru, terutama di kota besar. Untuk mengantisipasi munculnya persaingan antara masing-masing radio tersebut, dibutuhkan adanya sumber daya manusia (penyiar) yang tangguh dan mampu bersaingan di tengah ketatnya persaingan untuk memperoleh perhatian pendengar sebanyak-banyaknya (Wanda Yulia, 2010: 18).

Radio Suara Padang telah melakukan peran utuh dan konsisten semenjak tahun 1998 sebagai penyaji informasi, pendidikan, kontrol sosial dan budaya serta hiburan dalam ilustrasi dakwah, tanpa terlepas dari konsep media komersial layaknya radio siaran swasta nasional yang mandiri. Radio Padang FM memiliki berbagai program siaran, yakni selamat pagi Sumatera Barat, dinamika publik, keluarga sehat sakinah, hiburan siang, sarunai minang, masail islamiyah, sajian lagu islami, serta gamad.

Semua program siaran yang ada di Padang FM tentunya harus disiarkan oleh para penyiar atau crew yang bertugas di Padang FM. Yang mana jumlah penyiar yang ada di Padang FM berjumlah 12 orang. Tentunya agar siaran radio berjalan dengan semestinya perlu adanya jiwa yang berkompeten untuk meningkatkan eksistensi radio Padang FM.

Namun, tidak sedikit penyiar di radio Padang FM yang

menyampaikan dengan tidak memenuhi kriteria penyiar yang

sesungguhnya, yang mana seharusnya penyiar menyampaikan dengan lancar, kali ini berdasarkan observasi awal peneliti pada bulan Desember 2017, NA, NK, AR yang terbata-bata dalam melakukan siaran dan peneliti melihat ke tiga penyiar tersebut selalu terfokus pada teks siaran saja dalam artian tidak menguasai informasi yang akan mereka sampaikan. Kemungkinan itu bisa terjadi adalah karena kurangnya skill yang dimiliki atau pengetahuan yang minim. Yang mana seharusnya penyiar menguasai materi, tetapi masih banyak yang fokus pada tulisan yang lihat di

(19)

komputer. Hendaknya sebelum melakukan siaran, penyiar sebaiknya terlebih dahulu mempersiapkannya.

Motivasi yang tinggi dan keterampilan atau keahlian yang profesional dapat membantu penyiar agar bisa bertahan dan mampu menyalurkan semua talenta yang dimilikinya dalam dunia penyiaran, tentu didukung dengan manajemen yang baik dan juga adanya tunjangan hidup untuk sumber daya manusia yang lebih baik. Dan jika seorang penyiar sudah memiliki keterampilan atau skill secara profesional tentu akan menjadikan radio sangat banyak diminati oleh masyarakat luas.

Berdasarkan pembahasan diatas, maka peneliti menganggap

menarik untuk dijadikan skripsi dengan mengangkat judul

“KETERAMPILAN PENYIAR DI RADIO PADANG FM ”.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan kepada keterampilan penyiar di radio Padang FM.

C. Sub Fokus Penelitian

Berdasarkan fokus di atas maka dirumuskan sub fokus penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana keterampilan berbicara di depan mikrofon (announcing

skill) penyiar di radio Padang FM?

2. Bagaimana keterampilan menggunakan peralatan (operating skill) penyiar di radio Padang FM?

3. Bagaimana keterampilan memilih dan merangkai musik (musical

(20)

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara penyiar di radio Padang FM.

2. Untuk mengetahui keterampilan penyiar Padang FM dalam hal menggunakan peralatan.

3. Untuk mengetahui keterampilan penyiar Padang FM dalam hal memilih dan merangkai musik.

E. Manfaat Dan Luaran Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi orang yang memerlukan referensi terkait dengan kompetensi (keterampilan) penyiar radio dan menambah wawasan bagi para pembacanya.

2. Manfaat Praktik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi instansi radio, khusunya radio Padang FM agar bisa meningkatkan kompetensi (keterampilan) dari penyiar dan bisa lebih maju dibandingkan radio lainnya yang ada di Sumatera Barat.

Luaran dari penelitian ini adalah untuk diterbitkan di jurnal ilmiah yang akan diterbitkan oleh Mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam di Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.

F. Definisi Operasional

1. Keterampilan Penyiar

Keterampilan adalah sesuatu yang dimiliki yang berkaitan dengan kemampuan mengerjakan pekerjaan secara tepat dan cepat. Nita Indrawati, (2017: 15). Dalam penelitian ini keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan penyiar, yakni orang yang mampu

(21)

membawakan atau menyiarkan suatu program radio dengan mudah dan tepat sasaran dengan melibatkan akal, pikiran, ide dan kreativitasnya sendiri yang mana itu didapatkan dan dikembangkan melalui latihan dan juga pengalaman.

2. Announcing Skill (Keterampilan Berbicara di Depan Mikrofon)

Keterampilan berbicara adalah kemampuan penyiar dalam mengungkapkan pendapat, pikiran, dan perasaan kepada seseorang atau sekelompok orang secara lisan di depan mikrofon, sehingga terjadi transformasi informasi dari seorang penyiar kepada pendengar. 3. Operating Skill (Keterampilan Menggunakan Peralatan)

Keterampilan menggunakan peralatan adalah kemampuan atau keahlian seorang penyiar dalam menggunakan atau mengoperasikan peralatan siaran, mulai dari mengoperasikan mixer, mikrofon, computer, headphone, dan telepon.

4. Musical Touch (Keterampilan Memilih dan Merangkai Musik)

Keterampilan memilih dan merangkai musik adalah kemampuan atau keahlian seorang penyiar dalam menikmati dan menghafal berbagai karakter lagu yang diputarkan disetiap tugas siarannya sehingga nuansa indah yang tercipta dari berbagai macam lagu dan musik dapat dirasakan oleh pendengar atau audience.

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kompetensi

1. Definisi Kompetensi

Purwanto (2006: 8) mengemukakan bahwa kompetensi adalah

suatu persyaratan kemampuan dalam melaksanakan jabatan. Biasanya

kemampuan ini dikaitkan dengan keahlian, keterampilan atau

profesionalisme, kompetensi jabatan fungsional, demikian juga

dengan kompetensi jabatan negara/politik jauh berbeda dengan

jabatan struktural, perbedaan ini menunjukkan karena tugas pokok,

fungsi, wewenang dan tanggungjawabnya amat berbeda satu sama

lain. Seseorang yang berkompeten mempunyai pengetahuan,

keterampilan dan juga profesional.

Kompetensi adalah spesifikasi sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan yang efektif dari sikap, pengetahuan dan keterampilan tersebut terhadap standar-standar yang ditetapkan di tempat kerja (workplace), Asep saepudin: 2007.

Menurut Thoha (2003:154) menyatakan “kompetensi merupakan salah satu unsur kesiapan, berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan dan pengalaman”. Dengan memperhatikan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan aparatur sangat menentukan keberhasilan suatu program.

(23)

2. Indikator-indikator Kompetensi

Untuk mengukur kompetensi seseorang dapat diamati melalui pengetahuan, keterampilan dan sikapnya. Lebih jelasnya ketiga dimensi tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Hadi (2001: 123) mengemukakan bahwa pengetahuan adalah keyakinan mengenai suatu obyek yang telah dibuktikan kebenarannya. Kiranya juga jelas bahwa kita hanya mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu yang benar, maka keyakinan yang hanya secara kebetulan benar tidak dapat diterima sebagai pengetahuan. Oleh kerena itu pengetahuan harus dibuktikan.

Menurut Wanda Yulia, (2010: 40-44) tuntutan pengetahuan bagi seorang penyiar radio adalah:

1) Tidak ketinggalan informasi, penyiar adalah seorang jurnalis yang selalu berusaha menginformasikan berbagai hal yang baru, yang belum diketahui oleh khalayak. Sebagai seorang jurnalis, penyiar harus mampu memahami, serta mengerti informasi terbaru apa yang sedang berkembang, selain itu penyiar juga merupakan seorang entertainer yang mana memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas dalam berbagai bidang. Untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang luas, penyiar wajib membaca berbagai macam informasi di berbagai bidang. Dengan demikian penyiar tidak akan terlihat bodoh saat melakukan siaran talkshow bersama dengan narasumber di bidang tertentu. Jadi dapat dikatakan seorang penyiar harus selalu update dalam hal infomasi.

2) Pengalaman, bisa didapat dari kerjasama tim, dengan pengalaman yang dialami dalam tim, tentu banyak kendala-kendala yang dihadapi. Dan di sana penyiar dituntut untuk bisa memberikan solusi-solusi atas kendala/permasalahan yang muncul. Semakin banyak pengalaman kita, maka semakin

(24)

banyak juga pengetahuan yang kita dapatkan.

3) Menambah pegaulan dengan siapa saja, menjadi seorang penyiar radio dituntut untuk bersifat fleksibel dan terbuka dalam hal apapun, termasuk juga dalam hal pergaulan. Pergaulan yang luas dan bervariasi dapat membantu penyiar radio memperoleh pengetahuan secara langsung tentang bagaimana kebiasaan dan kehidupan berbagai kalangan masyarakat. Seorang penyiar memiliki jiwa sosial yang tinggi, sehingga dapat bergaul dengan siapa saja dan mendapatkan hal-hal baru sebagai pengetahuan tambahan baginya.

b. Keterampilan

Menurut Nita Indrawati, (2017: 15-16) Keterampilan adalah sesuatu yang dimiliki yang berkaitan dengan kemampuan mengerjakan pekerjaan secara tepat dan cepat. Keterampilan ini dapat diamati melalui:

1) Menjalankan tugas, kriterianya adalah: Bekal pengetahuan, memberikan pekerjaan lebih, membangkitkan minat menyiar, mengembangkan pemikiran, memberikan pengarahan berpikir, memberikan petunjuk teknis.

2) Memberikan penguatan, kriterianya adalah: meningkatkan perhatian penyiar, memberikan motivasi.

3) Mengadakan variasi, kriterianya adalah: meningkatkan gairah untuk bekerja, memberikan prinsip kerja, memberikan kesempatan mencari ilmu, memberikan pemahaman moral kerja, pengarahan tugas penyiar.

Menurut Wanda Yulia, (2010: 44-48) untuk menjadi seorang penyiar radio, ada beberapa keterampilan mutlak yang harus dimiliki oleh seorang penyiar radio, yakni:

1) Keterampilan berbicara di depan mikrofon (announcing skill),

(25)

merupakan kemampuan mengungkapkan pendapat, pikiran dan perasaan kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh, sehingga terjadi ransformasi informasi. Menurut Wanda Yulia (2010: 45-46) Modal utama penyiar adalah suara, walupun pada saat ini tuntutan untuk memiliki golden voice (suara emas) tidaklah mutlak, sebagai seorang penyiar yang ingin mempertahankan kualitas dan eksistensinya wajib kiranya menjaga kondisi vokal agar tetap standar, bagus dan menarik. Tentu saja, teknik vokal yang tepat akan sangat membantu penyiar dalam menjalankan tugas siarannya. Adapun cara mengeluarkan suara diafragma menurut Wanda Yulia, (2010: 46) yakni sebagai berikut:

a) Script reading technique, adalah teknik dasar siaran yang

dilakukan oleh penyiar dengan cara menggunakan atau

membaca naskah. Biasanya teknik ini digunakan oleh

penyiar radio dalam menyampaikan pesan atau informasi

berupa berita yang bersifat aktual.

b) Adlibbing technique, adalah teknik dasar siaran yang

dilakukan oleh penyiar tanpa menggunakan atau membaca

naskah. Biasanya teknik ini ddigunakan oleh penyiar radio

dalam acara-acara interaktif yang bersifat hiburan.

Kekuatan suara akan didukung oleh sikap, emosi,

mental ketika membaca atau berbicara, kendali system

kegugupan, dan seluruh otot dalam tubuh. Suara dapat dibuat

lebih efektif dengan memperhatikan fungsi otot karena bisa

berpengaruh pada kualitas suara: lemah, tajam, keras, parau,

mendesah, sengau, dan sikap mental emosi dari personality

(26)

suara yang dingin (Harley Prayuda dan Rustam, 2013: 62).

Menurut Asep Syamsul, (2004: 32) Pekerjaan seorang

penyiar adalah berbicara, mengeluarkan suatu atau melakukan

komunikasi secara lisan. Karena itu seorang penyiar harus

lancar bicara dengan kualitas vokal yang baik. Seperti

pengaturan suara, pengendalian irama, tempo, artikulasi, dan

sebagainya. Kelancaran berbicara dengan kualitas vokal yang

baik dapat dibentuk dengan:

a) Latihan pernafasan, untuk mengeluarkan suara diafragma.

b) Latihan Intonasi (nada suara untuk berbicara secara

berirama).

c) Latihan aksentuasi untuk mampu berbicara dengan

penekanan pada kata- kata tertentu.

d) Latihan speed atau kecepatan bicara.

e) Latihan artikulasi atau kejelasan kata-kata.

Menurut Rudi Nurza langkah-langkah agar bisa tercapai

suasana nyaman dalam menyiar adalah sebagai berikut: “Olahraga teratur dapat membuat tubuh seseorang menjadi bugar, bersemangat, yang membantu seseorang dalam

keadaan good mood; senam wajah, yaitu dengan

menggerakkan seluruh wajah mulai dari kening, alis, mata, hidung, mulut, lidah, gigi, rahang, hal ini bertujuan agar wajah tidak kaku saat siaran; berbicara diatas lagu dengan menyesuaikan tempo lagu dan menggunakan timing yang tepat saat berbicara harus dilatih; relasi, sebagai seorang penyiar dan menciptakan hubungan yang baik dengan orang-orang tertentu; memiliki pengetahuan yang luas, jika belum maka hendaklah mencari pengetahuan baru; dan jadilah seseorang yang disenangi dan dihargai oleh banyak orang”.

(27)

Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 62-66) menyatakan melatih dan mengembangkan suara dapat dilakukan dengan cara:

a) Pengucapan

Pengucapan yang benar menjadi hal yang penting bagi penyiar yang dipahami oleh pendengar. Dengan perbedaan antar individu menurut latar belakang asal-muasal penyiar diperlukan pembiasaan hal-hal yang menjadi standard di penyiaran. Hindari pengucapan yang salah dan jangan malas untuk mencari dan membuka kamus yang paling mutakhir, serta meyakini bahwa kamus memberikan catatan penggunaan pengucapan yang dianggap terbaik oleh standar sosial. Istilah-istilah asing dan kata yang belum akrab ditelinga penyiar terkadang sering memunculkan masalah. Mengenai pengucapan-pengucapan mana yang benar tidak dapat selalu ditentukan dengan yang pasti. Pengucapan yang “lebih disukai” oleh karya-karya referensi, tokoh publik, dan oleh sejawat seharusnya menjadi pedoman penyiar. Ketika penyiar memilih suatu pengucapan, gunakan dengan penuh keyakinan. Pengucapan yang terlalu ditonjolkan akan membuat pendengar bereaksi negatif terhadap penyiar dan pada pesannya.

b) Artikulasi

Artikulasi berkaitan dengan pengucapan huruf vokal, konsonan, dan diftong. Artikulasi harus jelas dan

menyenangkan tanpa terlalu menarik perhatian.

Pertimbangkan lagi posisi pendengar dalam hubungannya dengan orang yang ada di depan mikrofon. Mikrofon berjarak sangat dekat dengan penyiar. Pendengar di rumah juga sama dekatnya dengan yang bicara di depan mikrofon

(28)

karena suara. Pendengar tidak mengaharapkan suatu tingkat artikulasi yang terlalu tinggi dari penyiar, tetapi

pendengar akan sangat cepat tanggap terhadap

kecerobohan dan perbedaan pada penyiar yang tidak terlatih. Artikulasi yang baik membutuhkan: 1). suplai udara yang banyak, 2). kerongkongan yang rileks, 3). penggunaan kepala, kerongkongan, dan resonator dada dalam proporsi yang tepat, dan 4). gerakan bibr, lidah, dan rahang yang kuat dan cerdas.

c) Penekanan atau intonasi

Penyiar menggunakan penekanan untuk

menunjukkan pada pendengar hal-hal yang penting atau tidak penting dalam suatu materi bacaan. Pembicara yang berada di atas panggung tentu saja menggunakan isyarat tubuh untuk memberi penekanan dan kejelasan ide-ide, namun pendengar radio tidak bisa melihat jari telunjuk yang menunjuk mereka. Penyiar radio juga boleh jadi bisa menggunakan isyarat tubuh meskipun itu bukanlah hal yang bisa didengar. Berbicara sambil melakukan isyarat tubuh merupakan hal yang umum dalam percakapan yang baik, penyiar pemula yang menghindari menggunakan isyarat tubuh sering kali pola bicaranya kacau dan bisa membuat presentasi materi menjadi tidak hidup. Sebagai catatan untuk penyiar bahwa perilaku yang empatik dan antusias dapat diterima jika sesuai dengan produk dan program acara, tapi jika penyiar melakuka “teriakan” dalam memberi penekanan, boleh jadi akan membuat pendengar tidak antusias dan malah bisa berakibat tidak suka.

(29)

d) Warna kata

Warna kata sangat berkaitan dengan penekanan. Penekanan terutama berkaitan dengan kuat lemahnya suara, warna kata dengan kualitas suara serta sikap

emosional. Seorang penyiar radio tidak hanya

menampilkan denotation (tanda) saja yang telah diterima umum, tapi impression (kesan), behavior (perilaku), dan

mood (suasana hati) juga harus dikomunikasikan kepada

pendengar.

e) Kecepatan atau tempo

Ada dua faktor yang berhubungan dengan kecepatan. Pertama adalah kecepatan keseluruhan, yaitu tingkat atau jumlah kata per menit. Kedua adalah kecepatan dalam mengucapkan kata per kata. Melakukan siaran membutuhkan keragaman dalam kecepatan, karena banyaknya jenis materi siaran. Kondisi perasaan, emosi dan kecepatan sangat berhubungan dengan erat. Dengan melakukan variasi dalam kecepatan dan impresi dapat diperoleh lewat pembacaan yang lambat, sangat keras, atau cepat. Pilihan kecepatan mempengaruhi tingkat pemahaman. Jika membacakan suatu narasi, pilih kecepatan yang tepat, karena jika terlalu cepat pesan penyiar tidak akan mengkomunikasikan sesuatupun. f) Perubahan nada suara (infleksi)

Bahasa mempunyai pola melodi yang khusus. Suatu kesalahan yang seringkali dikutip bisa menggambarkan hal ini. Penyiar yang belajar kemampuan berbicara harus familiar dengan latihan variasi makna dan emosi, dengan mengatakan “oh” atau “ya” dalam berbagai cara.

“Kedekatan” fisik penilai terhadap penyiar

(30)

menandakan bentuk pikiran dan perasaannya pada waktu itu. Perilaku penyiar terhadap informasi yang disampaikan akan terlihat dalam pola melodi pembicaraannya. Selain itu, kesehatannya, keyakinan terhadap kemampuannya, dan petunjuk akan personalitasnya bisa diketahui lewat infleksi suaranya. Ada tiga pola melodi yang sangat umum: 1. Mekanis, menahan suara secara transisional, 2. Pola menyanyi, 3. Pola-pola naik turun.

Sedangkan Wanda Yulia, (2010: 80-92) mengatakan cara berbicara dan mengeluarkan suara merupakan modal dasar yang mutlak sebelum penyiar on air. Ingat, suara penyiar adalah sarana satu-satunya untuk menjalin komunikasi. Kesalahan dalam mengeluarkan suara dapat membuat pendengar terganggu. Meskipun memiliki suara yang menarik dan mempesona, masih belum cukup untuk menarik perhatian khalayak pendengar turut terlibat ke dalam program acara.

Tantangan pertama penyiar adalah bagaimana daya tariknya mampu memaksa pendengar untuk memperhatikan program dan tujuan program yang disusun. Adapun unsur-unsur yang harus dikuasai oleh penyiar adalah:

a. Latihan pernafasan/senam nafas.

Senam pernapasan dimaksudkan untuk melatih seluruh perangkat bicara, termasuk bagian badan lainnya yang terkait dalam fungsi penggunaan perangkat bicara. Selain itu, dengan senam pernapasan, penyiar dapat mengeluarkan suara diafragma (suara yang terbentuk dari rongga perut). Keuntungan menggunakan suara diafragma adalah suara lebih bertenaga, bulat, terdengar jelas, keras tanpa harus berteriak, mampu mengatur stamina, serta memperjelas intonasi dan aksentuasi.

(31)

b. Intonasi/jeda.

Intonasi yang dimaksud adalah irama atau lagu ketika seseorang bertutur. Hal ini penting bagi seorang penyiar. Dengan penguasaan aspek-aspek tersebut, penyiar mampu tampil lebih komunikatif, suara variatif, dan tidak monoton. Tanpa intonasi, penyiar akan terkesan loyo, tidak bersemangat, dan tidak memiliki komitmen yang kuat sehingga pesan yang disampaikan lewat radio tidak akan ditanggapi pendengar dengan bergairah pula. Ada dua macam intonasi:

1. Intonasi komunikasi, adalah teknik intonasi yang lebih mengesankan suasana bicara antarpersonal. Fluktuasi irama bicara tetap memerhatikan gerakan naik-turun, tetapi cenderung tidak terlalu curam sehingga suasana bincang-bincang terasa dalam pendekatan yang tetap dinamis. Kegunaannya tampak ketika penyiar hendak berdialog dengan pendengar dalam konteks obrolan biasa atau berkesan seperti sedang bercerita.

2. Intonasi presentasi, fluktuasi irama bicara naik dan turun dengan sangat tajam, serta dinamikanya juga jauh lebih tinggi. Penggunaanya apabila penyiar hendak melakukan presentasi sebagaimana layaknya dalam nuansa iklan. c. Aksentuasi/penekanan pada kata yang dianggap penting.

Aksentuasi memerlukan perasaan yang tepat ketika digunakan. Penekanan kata atau suku kata yang tidak pada tempatnya dapat menimbulkan kesalahan pengertian. Apabila aksentuasi berjalan dengan baik, akan banyak unsur kejutan yang dirasakan pendengar, terutama pada pengertian-pengertian tertentu yang ingin dikedepankan. Fungsi aksentuasi ini sendiri untuk menonjolkan kata-kata tertentu karena dianggap penting dan diharapkan pendengar memberikan perhatian yang lebih khusus pada kata tersebut. Sehubungan

(32)

dengan penggunaan aksentuasi, umumnya membuat kecepatan bicara penyiar menjadi lebih lambat pada kata tersebut karena mengucapkan kata tersebut dengan ditekan.

d. Kecepatan suara/speed.

Kecepatan dalam berbicara memberikan kesan tertentu kepada penyiar, terutama kesan bahwa penyiar sedang malas, tidak bersemangat, atau sebaliknya. Perlu diperatikan, kecepatan bicara tidak menyebabkan penyiar itu terkesan monoton. Monotonitas disebabkan karena lebih banyak intonasi, sedangkan kecepatan berbicara merupakan faktor pelengkap yang akan memperkuat intonasi. Kecepatan berbicara lebih dekat pada faktor kenyamanan yang mendengar dengan berkesimpulan penyiar tersebut sedang bersemangat atau loyo. Secara ideal menurut penelitian bahasa Indonesia, kecepatan bicara akan cenderung normal apabila dalam 1 menit bicara sekitar 120-140 kata per menit.

e. Artikulasi/gerakan mulut yang benar.

Artikulasi berhbungan erat dengan masalah kejelasan makna komunikasi. Artikulasi adalah kejelasan ucapan huruf-huruf dan kata per kata. Kejelasan artikulasi ini sangat penting karena apa artinya keunggulan di elemn-elemen lainnya kalau pendengar tidak dapat menangkap dengan jelas kata-kata yang diucapkan penyiar. Masalah artikulasi tersebut penting untuk diperhatikan karena karakter radio yang hanya selintas sangat memungkinkan pendengar gagal menangkap apa yang dimaksud oleh penyiar. Hal-hal yang menyebabkan artikulasi tidak sempurna:

1. Gangguan pada alat-alat bicara yang merupakan bawaan sejak lahir, misalnya cadel, bunyi suara sengau.

2. Cacat pada alat bicara yang disebabkan kecelakaan, misalnya terjadi kerusakan pada bibir, mulut.

(33)

3. Perangkat bicara tidak terlatih dan tidak lentur sehingga sering terjadi keseleo lidah atau kata-kata terucap dengan berbalik-balik.

4. Kecenderungan malas memaksimalkan bibir, lidah, dan perangkat bicara lainnya, misalnya bicara dengan tidak membuka mulut atau menggerakkan bibir secara maksimal yang dapat berakibat bunyi kata-kata dan huruf menjadi tidak jelas.

f. Langkah, irama, dan beat dalam bersuara (pace)

Elemen yang juga penting adalah pace atau ritme bicara. Ritme adalah ketukan irama pada waktu bicara yang dituntut harus tetap konstan. Apabila ritme bicara tidak konstan, berakibat berbicara terkesan terpotong-potong atau terpatah-patah. Hal ini akan menyebabkan pendengar menjadi sangat terganggu dan berakhir dengan perasaan tidak nyaman.

2) Keterampilan menggunakan peralatan (operating skill), pada saat ini penyiar radio dituntut untuk dapat mengoperasikan peralatan audio sendiri tanpa bantuan operator. Keterampilan ini meliputi:

a. Mampu menghidupkan dan mematikan pemancar secara mandiri, kecuali dalam keadaan darurat.

b. Mampu mengoperasikan peralatan di ruang siaran, seperti mixer, komputer dan program-program yang ada di dalamnya, ampli, equalizer, stabilisator tegangan, mikrofon, headphone, telepon dan lainnya.

c. Mengetahui dan mampu mengontrol teknik penggunaan masing-masing alat seperti mikrofon karena setiap mikrofon memiliki karakteristik yang berbeda-beda. d. Peka terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh

(34)

mendengarkan output siaran melalui radio penerima. Menurut Rodin Saputra (2015) alat yang harus bisa penyiar kuasai adalah:

a. Michrophone b. Mixer c. Komputer

d. Menguasai minimal satu program untuk mixing (misalnya cooledit) untuk membuat iklan.

3) Keterampilan memilih dan merangkai musik (musical touch), penyiar radio harus dapat menikmati dan menghafal berbagai karakter lagu yang diputarkan disetiap tugas siarannya sehingga nuansa indah yang tercipta dari berbagai macam lagu dan musik dapat dirasakan oleh pendengar. Terus mempertajam feeling dalam hal memilih dan merangkai musik, karena akan terasa sangat jauh berbeda sentuhan yang dilakukan oleh penyiar profesional dengan penyiar yang asal-asalan.

c. Sikap

Mappiare (2002: 58) mengemukakan bahwa sikap secara umum diartikan sebagai kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal. Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Dapat diramalkan tingkah laku apa saja yang terjadi dan akan diperbuat jika telah diketahui sikapnya. Sikap belum merupakan suatu tindakan akan aktivitas, akan tetapi berupa kecenderungan (predisposisi) tingkah laku.

Menurut Astuti (2017: 44) kekuatan radio bertumpu pada bunyi. Bunyi yang didengar di radio terdiri dari 3 (tiga) komponen:

a. Voice/ words

Voice/ Words, yang terangkai dalam narasi penyiar, merupakan

(35)

sang penyiar. Tidak ada batasan style harus seperti apa, ataupun tak ada batasan penyiar harus bersuara macam apa. Dahulu memang dianggap jenis vokal bariton adalah yang paling ideal untuk penyiar laki-laki. Sementara penyiar perempuan direkomendasikan bersuara alto.

Kini, tidak harus demikian. Kita tidak bicara tentang vokal, kita bicara soal bunyi (voice). Sesuai dengan slogan radio sebagai sahabat dimana saja, maka penyiar yang disukai adalah yang mampu menyuarakan diri sebagai sahabat pendengar. Penyiar yang punya fans adalah mereka yang mampu mendekatkan diri dengan pendengarnya.

Kekuatan radio pada voice atau words tidak sekedar bertumpu pada keberanian berkata-kata, alias ngocol. Kecerdasan seorang penyiar sangat dibutuhkan untuk menunjang rangkain pesan yang akan disampaikan, ditambah dengan kepekaan untuk mengenali pendengarnya. Suara tidak bisa berbohong, apalagi di depan pendengar yang fanatik. Jangan remehkan pendengar (dan pendengarannya), karena mereka bisa menyimak dan „membaca‟ sosok, bahkan mood penyiar, hanaya dengan menyimak suara pendengar.

b. Musik

Inilah alasan pertama yang paling banyak disebut ketika seseorang ditanya mengapa mereka senang mendengarkan radio. Apapun format yang diusung oleh radio, musik menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari saiaran. Ini juga berlaku untuk radio-radio berformat talk program, atau radio yang basisnya adalah informasi dan diskusi. Penyiar tidak mungkin bicara terus-menerus, pendengar juga akan jenuh tanpa musik.

Radio akan memilih musik berdasarkan segmentasinya. Radio dengan target pendengar dewasa cenderung memilih musik dengan format easy listening. Radio anak muda dicirikan dengan musik-musik

(36)

melayani target khusus: radio rock, radio jazz, radio klasik, radio anak-anak. Apapun jenis musik yang diusung, lagi-lagi, siapa pendengar dan bagaiman karateristik, lifestyle, maupun unsur psikografinya mesti benar-benar dikenali sehingga radio tidak keliru menempatkan musik.

c. Special Effect

Special Effect adalah bebunyian yang digunakan untuk

membangkitkan mood, suasana, atau efek-efek teatrikal tertentu. Fungsinya mengilustrasikan atau mendramatiskan pesan yang disampaikan. Terdapat ribuan koleksi efek suara yang bisa diperoleh. Namun, efek suara jarang sekali digunakan dalam ruang siaran ketika penyiar tengah on air, terkecuali pada acara-acara khusus. Walau mengasikkan, penggunaan special effect harus hati-hati, terlebih dalam karya jurnalistik. Special effect, bagaimana pun adalah sesuatu yang artifisial. Jika dipakai untuk karya jurnalistik, maka dianggap melanggar kaidah-kaidah objektivitas.

B. Penyiar

1. Definisi Penyiar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), penyiar adalah orang yang menyiarkan atau penyeru pada radio. Penyiar juga disebut DJ (Disk Jockey), yakni perangkai lagu karena ia menyajikan lagu-lagu dan “bersuara” sebagai “link” atau perangkai antar lagu. Penyiar menurut Wanda Yulia, (2010: 17) adalah orang yang mampu mengomunikasikan gagasan, konsep, dan ide serta bertugas membawakan atau menyiarkan suatu program acara di radio. Dalam hal ini, penyiar radio memiliki tanggung jawab terhadap acara yang sedang dibawakannya sehingga dapat berlangsung dengan lancar.

Menurut Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 43) penyiar adalah seorang penampil yang melakukan pekerjaan pada bidang penyiaran, menyajikan produk komersial, menyiarkan berita atau informasi,

(37)

pewawancara, pembawa acara diskusi, kuiz, dan pengisi suara sesuai peran naskah atau sebagai narator.

Jadi dapat dikatakan bahwa seorang penyiar merupakan orang yang mampu berkomunikasi dengan baik, mampu menarik perhatian para pendengar serta mampu mengendalikan hal-hal yang berkaitan dengan hal kepenyiaran. Seorang penyiar tentu bekerja disebuah perusahaan radio, dan pastinya orang bekerja untuk mencapai sebuah tujuan/kebutuhannya.

2. Tugas Penyiar

Dengan mengetahui dan mengerti sifat radio siaran dan sifat-sifat pendengar radio, sebuah stasiun penyiaran membutuhkan orang-orang yang dapat menyampaikan pesan dan informasi kepada pendengar serta mampu membawakan suatu program acara. Orang yang melakukan hal tersebut disebut penyiar atau announcer. Penyiar menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M. A (2002: 126) adalah orang yang menyajikan materi siaran kepada pendengar, materi siaran merupakan hasil yang telah diolah oleh bagian produksi siaran berdasarkan programa yang telah disusun oleh staf khusus.

Jadi tugas dan pekerjaan penyiar menurut Ben H. Henneke dalam Onong. U. E (1993: 127)

a. Menyampaikan berita dan informasi kepada pendengar.

b. Mampu membuat pendengar tidak hanya mendengarkan saja tetapi juga menarik pendengar untuk malakukan apa yang telah diutarakan oleh penyiar.

Menurut Howard Gough dalam bukunya (Planning Presenting Producing The Radio Progame) menyebutkan ada 8 langkah besar yang harus dicermati penyiar radio:

a. Melibatkan pendengar ke program.

Meski suara menarik dan mempesona, masih belum cukup untuk menarik perhatian khalayak. Tantangan pertama penyiar,

(38)

bagaimana dia mampu memaksa pendengar mau memperhatikan program dan tujuan program yang disusun. Jadi seorang penyiar harus berusaha melibatkan para pendengar dalam program siaran yang dilakukan.

b. Bicara bukan bersuara.

Moto sakral untuk setiap penyiar di depan mikrofon berbicaralah kepada sahabat, berbicara berarti bukan membaca. Penyiar harus lebih awal membangun imajinasi dalam siarannya,

seakan-akan sedang berbicara secara langsung dengan

pendengarnya.

c. Memaksimalkan ekspresi tubuh ke suara.

Performa penyiar radio hanya lewat suara, tidak ada elemen lainnya apalagi visualisasi. Jadi suara benar-benar menjadi media utama komunikasi dengan pendengar. Karena keseluruhan energi ekspresi komunikasi penyiar harus tergambar lewat suaran.

d. Bergairah.

Keberhasilan komunikasi ditentukan kegairahan

komunikatornya. Dalam hal ini adalah penyiar, bagaimana pendengar mampu digerakkan supaya bergairah pada program yang disiarkan kalau sejak awal acara itu pendengar mempunyai kesan bahwa penyiar sendiri loyo dan tidak bersemangat. Ingatlah pada

rumusan ini keberhasilan pedagang tergantung kepada

keyakinannya pada mutu benda jualannya. Begitupun dengan penyiar, keyakinan pada mutu acara asuhannya adalah terletak pada kegairahan yang dibangunnya.

e. Empati.

Penyiar harus bertindak sebagai sahabat, satu diantaranya ekspresi membangun empati. Menurut pakar komunikasi Kis Cole, empati adalah kemampuan untuk melihat situasi dari sisi orang lain. Penjabarannya berarti kemampuan penyiar melihat kepentingan, kebutuhan, dan keinginan pendengar. Buatlah

(39)

kebalikannya “saya mengabdi kepada pendengar”. Kalau tidak jangan salahkan pendengar pindah ke gelombang radio lain.

f. Jadilah etalase yang baik.

Penyiar dapat diibaratkan sebagai etalase, tempat memajang benda dagangan. Tetapi etalase juga dapat berarti citra radio. Maksudnya gambaran dan citra radio mudah sekali tergambar dari penampilan radionya. Semakin performa penyiar, maka semakin nampak kecantikan manajemen, kerja sama, dan standarisasi siaran yang ditetapkan radio itu.

g. Terbuka pada kritik.

Penyiar adalah profesi yang terus bergerak, bila penyiar sudah merasa hebat bersiaplah untuk menggali lubang kuburnya sendiri. Karena yang membuat profesi penyiar terus berlari adalah gerak masyarakat yang sangat dinamis, bukankah penyiar harus sejalan dengan pendengarnya, kalau tidak jangan terkejut jika pendengar pelan-pelan meninggalkan dan mencari penyiar lain sebagai sahabat setaranya.

h. Jadilah pendengar yang baik.

Rumusan para ahli konversasionalis, seorang pembicara yang baik tumbuh karena kemampuannya menjadi pendengar yang baik, begitu pula penyiar yang baik bukan sekedar kemampuannya berbicara tetapi juga mendengar. Karena hanya dengan mendengar dia mampu menyerap banyak hal. Penyiar yang selalu siap mendengar akan menuai banyak masukan yang dapat bermanfaat untuk memperbaiki kualitas pribadinya, sekaligus mendapatkan banyak bahan untuk siarannya.

(40)

3. Syarat-syarat Penyiar

Setiap orang bisa menjadi penyiar radio, dengan syarat “tidak bisu”. Untuk mengoptimalkannya keterampilan komunikasinya perlu mempelajari hal-hal penting dalam komunikasi, seperti yang disebutkan oleh seorang filsup Aristoteles yaitu: Science (ilmu pengetahuan), Art (seni), skill (keterampilan), serta untuk menjadi penyiar radio dimasa sekarang, paling tidak memenuhi beberapa kriteria di bawah ini (Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 44):

a. Mempunyai kualitas vocal yang memadai.

Dalam melakukan penilaina kualitas suara yang memadai dan tidak memadai, sangat bergantung kepada penilaian pendengarnya. Oleh karena itu merekrut penyiar harus hati-hati apakah suara penyiar tersebut memiliki dan dianggap cocok dengan sekmen radionya atau tidak. Misalnya, jika radio bersegmen dewasa diisi oleh karekter vocal dan gaya anak amuda, tentu saja hasilnya tidak optimal jika dipergunakan untuk meraih pendengar dewasa. Begitu juga sebaliknya. Paling penting adalah bagaimana seorang penyiar mampu mengoptimalkan jenis suaranya sehingga sesuai harapan perencanaan program dan harapan pendengar. b. Mampu melaksanakan “adlibbing” dan “scriptreading”.

Kelancaran berbicara yang mengalir alami apa adanya, tidak dibuat-buat, jujur, jernih, jelas akan banyak dipengaruhi oleh wawasan yang luas dan latihan-latihan yang khusus. Oleh karena itu penyiar perlu memiliki wacana dan mampu menganalisa situasi serta kondisi dari berbagai aspek, misal pandangan ideologi, politik, sosial, budaya, maupun bidang lain terkait bidang penyiaran. Selain itu harus memamhami pula dampak-dampak dari materi yang dibicarakan , khususnya dampat negatif yang berakibat fatal bagi stasiun radio maupun citra dirinya, hal ini bisa dilakukan dengan adlibbing menjadi positif. Kemampuan membaca naskah adalah diperlukan. Hindari kesalahan membaca hanya gara-gara

(41)

tidak pernah berlatih membaca karena kebiasaan improvisasi tanpa naskah.

c. Memahami format radionya dan “formatclock”.

Penyiar harus memahami format radionya. Format disini lebih merupakan ramuan pokok atau rencana program yang diarahkan pada pendengar tertentu. Dengan memahami format radionya berarti memahami “staion positioning” yang mengacu pada tampil beda dengan stasiun lain untuk membangun loyalitas pendengar, penertrasi pesan yang lebih mendalam. Penyiar harus memahami “need and want” –nya pendengar. Dalam menjalankan format setiap stasiun radio akan memiliki log siaran atau panduan siaran yang memuat catatan-catatan siaran setiap waktu. Format

clock tersebut adalah perintah kerja mulai dari playlist, sistem

rotasi musik, iklan, radio expose, penempatan stasiun, ID/ jingle, toleransi waktu bicara para penyiar. Log siaran ini merupakan bahan siaran bagi penyiar atau operator yang harus dikerjakan, log siar ini adalah penjabaran secara rinci dan mudah bagi orang yang bertugas.

d. Memahami secara mendalam segmen radionya.

Penyiar dengan memahami secara mendalam segmen radionya berarti paham target pendengarnya, penyiar harus tau pasti siapa pendengarnya: pria/wanita, umur, pendidikan, pekerjaan, tingkat belanja bulanan rumah tangga, tempat tinggal, minat, maupun rogram apa yang mereka butuhkan dan mereka sukai. Dengan mengetahui target pendengar justru akan lebih menguntungkan bagi radio itu sendiri.

e. Memperlihatkan simpati dan empati terhadap pendengarnya.

Penyiar harus bisa berimpati, maksudnya dalam upaya melayani secara optimal sebaiknya bisa mewujudkan rasa kedekatan dengan pendengar, harus bisa berpikir dari sudut pandang pendengar atau berempati.

(42)

f. Mampu menghasilkan gagasan-gagasan segar dan kreatif dalam siarannya.

Seorang penyiar perlu menjadi seorang kreator, agar pendengar tertarik dalam setiap siarannya selalu menghasilkan gagasan atau ide-ide segar dan selalu kreatif memunculkan hal-hal baru sesuai kondisi atau tren yang berkembang.

g. Mampu bekerjasama dalam tim.

Penyiar mampu memiliki kemampuan bekerjasama dan saling pengertian, menghargai dan saling mengingatkan, untuk mengahasilkan output siaran yang berkualitas.

Menurut Asep Syamsul M. Ramli, (2004: 32-33) ada 3 keahlian utama yang mutlak harus dimiliki oleh penyiar yaitu:

a. Berbicara, Pekerjaan seorang penyiar adalah berbicara, mengeluarkan suatu atau melakukan komunikasi secara lisan. Karena itu seorang penyiar harus lancer bicara dengan kualitas vokal yang baik. Seperti pengaturan suara, pengendalian irama, tempo, artikulasi, dan sebagainya. Kelancaran berbicara dengan kualitas vokal yang baik dapat dibentuk dengan:

1) Latihan pernafasan, untuk mengeluarkan suara diafragma. 2) Latihan Intonasi (nada suara untuk berbicara secara berirama). 3) Latihan aksentuasi untuk mampu berbicara dengan penekanan

pada kata- kata tertentu.

4) Latihan speed atau kecepatan bicara. 5) Latihan artikulasi atau kejelasan kata-kata.

b. Membaca, dalam hal ini maksudnya adalah membaca naskah siaran namun terdengar sebagai bertutur atau tidak membaca naskah. c. Menulis, dalam hal ini maksudnya adalah menulis naskah siaran

karena sering kali penyiar harus menyiapkan naskah siaran sendiri. Karena seorang penyiar harus memiliki kemampuan menulis naskah.

(43)

Jadi Peran seorang penyiar pada dasarnya adalah sebagai

komunikator yaitu menyampaikan segala bentuk informasi kepada

audience. Adapun fungsi komunikator menurut Onong Uchana

Efendi (2002: 6) adalah pengutaraan pikiran dan perasaannya

dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan menjadi tahu atau

berubah sikap, pendapat, atau perilakunya.

Menurut Masduki, (2004: 119) ada tiga keterampilan yang harus dimiliki oleh para penyiar, yakni:

a. Announcing Skill, yaitu keterampilan menuturkan segala sesuatu menyangkut musik, kata atau lirik lagu yang disajikan. b. Operating Skill, keterampilan mengoperasikan segala peralatan

siaran.

c. Musical touch, keterampilan merangkai musik dalam tatanan yang menyentuh emosi pendengar. Bercita rasa dalamseleksi, harmonis dan rangkaian.

Sedangkan menurut Harley Prayuda, (2005: 88-89) Agar punya kualitas yang baik dari sisi internal seorang penyiar paling tidak dapat memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

a. Penyiar diharapkan mempunyai kualitas vocal yang memadai. Dan untuk menilai apakah kualitas suaranya memadai atau tidak sangat bergantung pada pendengarnya. Satu hal yang paling

penting adalah bagaimana seorang penyiar mampu

mengoptimalkan jenis suaranya sehingga sesuai perencanaan program dan harapan pendengar.

b. Mempunyai wawasan yang luas dan memiliki wacana serta mampu menganalisis situasi serta kondisi dari berbagai aspek, misalnya pandangan ideologi, politik, sosial, budaya maupun bidang lain yang terkait dengan kepenyiaran. Dengan wawasan yang luas serta memiliki wacana penyiar nantinya akan mampu untuk melakukan teknik ad libbing dan script reading atau

(44)

membaca naskah.

c. Dalam menjalankan tugasnya, seorang penyiar harus memahami format radionya, baik format kata maupun format musik, serta aturan-aturan lain yang berlaku pada stasiun radionya. Yang jelas, format disini lebih merupakan ramuan pokok atau rencana program yang diarahkan pada pendengar tertentu.

d. Memahami secara mendalam tujuan acara radionya. Karena dengan begitu penyiar akan sangat faham tentang target pendengarnya. Penyiar juga mampu mengetahui program apa yang pendengar butuhkan dan pendengar sukai.

e. Penyiar harus bisa memperlihatkan simpati dan juga harus dapat berempati, maksudnya adalah dalam upaya melayani secara optimal sebaiknya bisa mewujudkan rasa kedekatan dengan pendengar, sekaligus harus bisa berfikirdari sudut pandang pendengar.

f. Seorang penyiar perlu menjadi creator atau menghasilkan gagasan-gagasan segar dan kreatif dalam siarannya, karena tugasnya menghibur pendengar dengan kata-katanya. Penyiar yang tidak mempunyai kemampuan tersebut penampilannya disiaran akan terasa hambar dan menjemukan. Jika seorang peniar kreatif dalam mengembangkan kata-kata dalam siarannya, maka pendengar akan merasa lebih senang dan tidak akan mudah bosan.

g. Memiliki kemampuan bekerjasama dalam tim serta mampu untuk saling pengertian, menghargai, dan saling mengingatkan untuk menghasilkan output siaran yang berkualitas. Menjadi penyiar yang baik harus benar-benar mempunyai kebanggaan pada pekerjaannya, maksudnya adalah cakap dan hati-hati terhadap hal-hal kecil dan cara kerja atau prosedur dan sistem-sistem serta bagaimana peraturan- peraturan yang ditegakkan dengan baik.

(45)

h. Dalam menyampaikan siarannya penyiar harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami dan familiar. Selain itu, penyiar juga diharapkan memiliki kesederhanaan (moderation)

menyangkut hal-hal yang bersifat fisik, tetapi juga dalam hal penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaan dan dalam mengkomunikasikannya. Kesederhanaan sering kali menunjukkan keaslian dan kemurnian sikap.

4. Karakteristik Penyiar

Penyiar terkadang dideskripsikan menjadi seseorang yang ideal. Sifat ideal tersebut meliputi: kehangatan dan kasih sayang, memiliki rasa humor, cerdas, punya rasa saling berbagi, teman yang selalu menemani dengan baik, dapat dipercaya, memiliki rasa percaya diri, bersemangat dan optimis.

Menurut Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 43) pada kenyataannya penyiar profesional harus pintar bermain peran. Peran harus dilihat dengan sesuatu yang obyektif, karena memainkan emosi yang berlebihan akan menyebabkan penyiar menjadi monoton dan berdampak pada minat pendengar. Itulah mengapa penyiar tidak cukup hanya memiliki rasa percaya diri, bersemangat dan optimis. Karena menarik atau tidaknya sebuah program ditentukan oleh hasil reaksi pendengar. Air personality sebuah radio akan bermanfaat jika didiskusikan terus menerus oleh para praktisi penyiarannya, karena hal ini berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapaioleh stasiun penyiaran radio dari dampak yang ditimbulkan di masyarakat. Selain itu penyiar harus berkonsentrasi pada peran-peran yang dimainkan dalam upaya untuk kelangsungan air personality yang dibangun oleh stasiun radio tersebut.

Harley Prayuda dan Rustam, (2013: 43) juga menyatakan bahwa komunikasi di radio hanya bunyi: suara manusia dan berbicara, bunyi musik dan bunyi effect. Pendengar tidak dapat melihat bagaimana

(46)

kreasi ilusi menjadi seolah-olah nyata, dengan imajinasi pendengar melalui variasi aspek bunyi. Melaksanakan siaran di radio adalah mengkreasikan banyak karakter dan situasi dalam kerangka imajinasi pendengar. Sebagai contoh penyiar yang matang adalah suara yang penuh resonasi dan hati-hati ketika berbicara itu biasanya yang terekam dalam imajinasi pendengar. Selain itu pendengar tidak ada batasnya untuk berimajinasi tentang penyiar dari siaran yang didengarnya. Oleh karena itu seorang penyiar harus memiliki suara yang enak didengar sebagai bunyi dasar suara dan berbicara.

C. Landasan Hukum Kepenyiaran

1. Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran:

a. Isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan, dan/atau bohong; menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika, dan obat terlarang; atau mempertentangkan suku, agama, ras,dan antar golongan.

b. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan, dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

c. Wartawan penyiaran dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik media elektronik tunduk kepada kode etik jurnalistik dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Lembaga penyiaran wajib melakukan ralat apabila isi siaran dan/atau berita. Diketahui terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan, atau terjadi sanggahan atas isi siaran dan/atau berita. Ralat atau pembetulan dilakukan dalam jangka waktu kurang dari 24 (dua puluh empat) jam berikutnya, dan apabila tidak memungkinkan untuk dilakukan, ralat dapat dilakukan pada kesempatan pertama serta mendapat perlakuan utama. Ralat atau pembetulan tidak membebaskan tanggung jawab atau tuntutan hukum yang diajukan oleh pihak yang merasa dirugikan.

(47)

e. Lembaga penyiaran yang melanggar UU Penyiaran dikenai sanksi administratif mulai teguran tertulis hingga pencabutan izin penyelenggaraan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). 2. Dalam Peraturan Menteri Kominfo No. 18 tahun 2016 yang dimaksud

dengan:

a. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maup un tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.

b. Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana transmisi di darat, laut atau antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melaluiudara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.

c. Format Siaran adalah genre program siaran yang paling dominan yang ditayangkan lembaga penyiaran.

d. Spektrum Frekuensi Radio adalah gelombang elektromagnetik yang dipergunakan untuk penyiaran dan merambat di udara serta ruang angkasa tanpa sarana penghantar buatan yang merupakan sumber daya alam terbatas.

e. Lembaga Penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik Lembaga Penyiaran Publik, LembagaPenyiaran Swasta, Lembaga Penyiaran Komunitas maupun Lembaga Penyiaran Berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan tanggung jawabnya berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

f. Lembaga Penyiaran Publik yang selanjutnya disingkat LPP adalah Lembaga Penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan

Referensi

Dokumen terkait

Hasilnya didapatkan bahwa semakin besar konsentrasi yang digunakan maka polutan asap yang menyebar juga semakin banyak, demikian juga pengaruh bahan bakar yang digunakan,

Salah satu hikmat utama Rasul diutus, untuk menyempurnakan akhlak tentulah tidak mungkin ditinggalkan oleh setiap pendidik maupun peserta didik, terutamanya kepada

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

No Jenis Layanan Indikator Kinerja Capaian % Indikator Yang harus dilayani Yang Terlayani Yang Belum Terlayani 1 Rehabilitasi Sosial Dasar Penyandang Disabilitas Terlantar di

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak Gracilaria verrucosa pada tikus putih (Rattus norvegicus) per oral dengan dosis berbeda (0; 2,5; 3,5; dan

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Makronutrien

Peserta didik melakukan pengamatan dengan cara membaca dan menyimak tentang materi pemasaran online melalui berbagai sumber belajar (modul

Pada industri penggergajian kayu Akasia Kecamatan landasan ulin kotamadya Banjarbaru Kalimantan Selatan ini, bahan baku yang digunakan sangat baik dan bagus (cacat yang ada