• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penambahan Latihan Neurac Terhadap Resistance Tube Exercise Tidak Lebih Meningkatkan Ketepatan Tendangan Ke Arah Gawang Pada Pemain Sepak Bola Siswa SMUN Olahraga Ragunan, Jakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penambahan Latihan Neurac Terhadap Resistance Tube Exercise Tidak Lebih Meningkatkan Ketepatan Tendangan Ke Arah Gawang Pada Pemain Sepak Bola Siswa SMUN Olahraga Ragunan, Jakarta."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sepak bola adalah salah satu olahraga yang sangat popular di dunia. Di

Indonesia olahraga sepak bola masih memerlukan perhatian yang besar baik

dalam mencari bibit maupun dalam usaha untuk meningkatkan prestasi.

Berorientasi pada berbagai macam teknik dasar yang digunakan dalam

permainan sepak bola, pemain bola harus mahir menendang bola dengan

berbagai cara. Menendang bola merupakan salah satu aspek teknik penting

dalam permainan sepak bola, hal ini tercermin dari gol yang tercipta ke

gawang dalam permainan sepak bola sebagian besar merupakan hasil dari

tendangan.

Secara umum tendangan dalam sepak bola adalah tindakan serangan

utama selama pertandingan (Kellis, & Katis.,2007) Tujuan utama

menendang dalam sepakbola adalah mengumpan (passing), menembak ke

arah gawang (shooting at the goal) dan menghalau serangan lawan (defending). Keberhasilan dari sebuah tendangan yang dilakukan dapat

dinilai dari keberhasilan mencapai tujuan. Tendangan yang ditujukan untuk

mengumpan dinilai berhasil saat dapat mencapai lokasi yang dituju, baik

berupa area atau pemain kawan. Tendangan yang ditujukan untuk

menembak ke arah gawang dinilai berhasil saat bola mencapai gawang,

(2)

Ketepatan tendangan adalah komponen yang penting dalam olahraga

sepak bola dan dapat didefenisikan sebagai kemampuan menendang bola

secara spesifik (Finnoff dkk.,2002). Tendangan yang ditujukan untuk

menembak ke arah gawang bernilai sangat penting dalam sebuah permainan

sepakbola. Tendangan yang mempunyai akurasi lebih baik akan memberikan

peluang lebih besar untuk menghasilkan gol.

Dalam Tujuh Piala Dunia terakhir, 10 dari 14 tim yang berlaga di final

harus melakukan tendangan penalty untuk menentukan pemenangnya.

(GILABOLA.com) Dalam satu tim sepak bola biasanya sudah dipersiapkan

pemain yang akan melakukan tendangan penalty jika pada pertandingan

diakhiri dengan adu penalty. Mencetak gol merupakan tujuan utama dalam

permainan sepak bola, maka dari itu penting dilakukan penelitian tentang

faktor yang berpengaruh terhadap kemampuan mencetak gol atau hasil

tendangan ke arah gawang pada pemain sepak bola. 23%-35% kegagalan

tendangan penalti pada kompetisi sepakbola dikarenakan pertimbangan

akurasi tendangan dan waktu yang dibutuhkan penjaga gawang untuk meraih

pojok gawang (Van der Kamp J. 2006)

Faktor fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan mencetak gol

adalah akurasi tendangan dimana untuk menghasilkan akurasi tendangan

yang baik harus didukung oleh daya tahan jantung paru, kekuatan otot, daya

tahan otot, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, kecepatan, propriosepsi

(3)

penurunan ROM (Range Of Motion) dari pelvis hip dan knee (Kellis E.dkk.,

2007). Rata-rata lingkup gerak pelvic dari posisi retraksi ke protraksi pada

saat kaki bersentuhan dengan bola pada saat menendang tercatat sekitar 30˚

dan 36˚ (Less & Nolan, 2002). Gerakan hip yang baik dipengaruhi oleh

stabilisasi lumbo-pelvic. Untuk itu stabilisasi lumbo-pelvic harus

ditingkatkan untuk mendapatkan gerakan hip yang memiliki kordinasi yang

baik. Salah satu hal yang sangat berpengaruh terhadap kapabilitas dan

performa area trunk, lumbo-pelvic dan hip adalah core stability.

Core stability adalah kemampuan untuk mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk dapat menghasilkan, memindahkan dan mengontrol kekuatan dan gerak sampai dengan segmen

akhir pada aktivitas yang terintegrasi (W. Ben Kibler, 2006). Kerja core stability memberikan suatu pola adanya stabilitas proksimal yang digunakan

untuk mobilitas pada distal. Pola proksimal ke distal merupakan gerakan berkesinambungan yang melindungi sendi pada distal yang digunakan untuk mobilisasi saat bergerak. Core stability exercise adalah kemampuan untuk

mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal, perpindahan, kontrol tekanan dan

gerakan saat aktifitas (Irfan, 2010).

Latihan core stability akan memberikan beberapa keuntungan pada atlet olahraga, diantaranya adalah: meningkatkan efisiensi gerak, meningkatkan

(4)

otot-otot anggota gerak seperti bahu, lengan dan tungkai, menurunkan resiko

cedera (kerja otot-otot core seperti peredam kejut saat gerak lompat,

berbalik, dan sebagainya), meningkatkan keseimbangan dan stabilitas serta

meningkatkan performa atlet olahraga (Phil Davies,

www.sport-fitness-advisor.com).

Sebuah metode baru yang dikembangkan S-E-T (

Sling-Exercise-Therapy) disebut Neurac yang merupakan singkatan dari neuromusculer activation. Neurac adalah metode latihan yang melibatkan stimulasi

neuromuskular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola

gerak fungsional normal. Latihan Neurac dengan instrumen redcore dapat

meningkatkan core stability, kekuatan fungsional, koordinasi dan kontrol gerak dan kekuatan rotasi (Medical-Active-Sport, redcord). Stimulasi neuromuskular pada latihan metode neurac lebih ditujukan untuk

meningkatkan stabilisasi lumbo-pelvic-hip yang merupakan salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap akurasi tendangan pada olahraga sepak bola.

Otot-otot tungkai yang berperan sebagai penggerak tungkai dalam

melakukan tendangan pada olahraga sepak bola harus memiliki kekuatan dan

koordinasi yang baik untuk menghasilkan akurasi tendangan. Resistance

Tube Exercise merupakan salah satu metode latihan yang dapat meningkatkan kekuatan dan kordinasi tungkai yang dapat menghasilkan

akurasi tendangan yang baik. Memberikan beban/tahanan pada posisi

(5)

untuk meningkatkan kontrol posisi dan konsistensi tahanan yang diberikan

(Alekhya & Basavaraj, 2014). Latihan dengan elastic tube pada orang tua atau dewasa menunjukkan hasil positip dalam peningkatan kekuatan otot,

daya ledak otot, komposisi tubuh, keseimbangan dan gerakan fungsional

tubuh (Colado J.C dkk, 2010)

Penelitian yang dilakukan oleh Alekhya (2015) tentang Effect Resistance

Tube Exercise On Kicking Accuracy, Vertical Jump And 40-Yard Technical Test In Competitive Foot Ball Player – An Experimantal Study, yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan ketepatan tendangan, lompat tegak

lurus dan tes tehnikal 40 yard dengan menggunakan resistance tube exercise.

Dalam PERMENKES 80 tahun 2013 disebutkan bahwa: Fisioterapi

adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau

kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan

fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan

penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik,

elektroterapeutis, dan makanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. Fisioterapi

sebagai tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan dan keterampilan

untuk memaksimalkan potensi gerak yang berhubungan dengan

mengembangkan, mencegah, mengobati dan mengembalikan (promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif) gerak dan fungsi seseorang. Hal ini menandakan peran seorang fisioterapi tidak hanya pada orang sakit saja

tetapi juga berperan pada orang sehat untuk mengembangkan dan

(6)

Mengingat pentingnya stabilisasi lumbo-pelvic sebagai salah satu faktor

yang berpengaruh terhadap koordinasi tungkai untuk ketepatan tendangan

maka penulis bermaksud untuk mengetahui perbedaan efek penambahan

latihan neurac pada resistance tube exercise terhadap peningkatan tendangan pada pemain sepak bola pada siswa SMU Olahraga, Ragunan Jakarta

Selatan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Apakah penambahan

latihan neurac pada resistance tube exercise lebih meningkatkan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola pada siswa SMU Olahraga, Ragunan

Jakarta Selatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui bahwa penambahan latihan neurac pada resistance tube exercise lebih meningkatkan ketepatan tendangan pada pemain sepak bola

pada siswa SMUN Olahraga, Ragunan Jakarta Selatan

1.4. Manfaat Penelitian

(7)

1.4.1.Bagi keilmuan, memperoleh data yang empirik tentang penambahan

latihan neurac pada resistance tube exercise lebih meningkatkan

ketepatan tendangan pada pemain sepak bola siswa SMU Olahraga

Ragunan Jakarta Selatan

1.4.2.Bagi profesi, sebagai pedoman bagi fisioterapis untuk upaya

peningkatan pelayanan fisioterapi paripurna khususnya pada intervensi

(8)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Sepak Bola

2.1.1. Pengertian Sepak Bola

Pengertian Sepakbola Menurut Sujarwadi dan Sarjiyanto (2010: 2) sepakbola

merupakan permainan beregu masing- masing regu terdiri dari 11 orang pemain.

Wujud permainannya adalah menendang bola kian kemari yang diperebutkan dengan

lawan dengan tujuan mendapatkan nilai. Nilai itu sendiri diperoleh dengan cara

memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Bersama itu mereka juga

menjaga gawang supaya tidak kemasukan bola dari pihak lawan. Dalam permainan

yang sebenarnya sepak bola dilakaukan dilapangan yang berbentuk empat persegi

panjang serta bola yang yang digunakan mempunyai ukuran tertentu. Ukuran

lapangan dan bola sebagai berikut, panjang garis samping 100 - 110 meter, lebar

lapangan 64 - 75 meter, jari-jari lingkaran tengah 9,15 meter, daerah gawang dengan

ukuran 18,32 x 5,5 meter, daerah hukuman (Penalty area) 40,39 x 15,5 meter, jarak

titik tendang pinalti dari gawang 11 meter. Sedangkan untuk ukuran gawang, tinggi

gawang 2,44 meter, lebar gawang 7,32 meter serta diameter tiang dan palang gawang

12 meter.

Ketentuan bola sebagai berikut bola terbuat dari kulit atau sejenisnya berbentuk

bundar. Bentuk bola bulat dengan berat 396 - 453 gram, keliling lingkaran 68 - 71 cm

(9)

2.1.2. Gerak Dasar Sepak Bola.

Pada prinsipnya, gerakan dasar pada manusia adalah lokomosi (locomotion), yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki ke kaki yang lain secara silih berganti.

Untuk itu diperlukan kemampuan keterampilan yang baik agar pemain dapat

melakukan setiap gerak yang di ajarkan. Menurut Martens (1990: 170) keterampilan

gerak memiliki dua makna, yaitu kemampuan pada tugas gerak tertentu dan kualitas

individu dalam menampilkan kemampuan motorik. Menurut Sucipto, dkk (2000: 8)

menyatakan bahwa gerakan-gerakan dalam permainan sepakbola meliputi: lari,

lompat, loncat, menendang, menghentakkan dan menangkap bola bagi penjaga

gawang. Semua gerakan tersebut diperlukan oleh semua pemain untuk menjalankan

tugasnya bermain sepakbola gerak dasar manusia adalah jalan, lari, lompat.

2.1.3. Teknik Dasar Menendang bola

Mengoper berarti memindahkan bola dari kaki Anda ke kaki pemain lain dengan

cara menendangnya (Koger, 2007:19). Menendang bola paling banyak dilakukan

dalam permaian sepakbola bila dibandingkan dengan teknik lain, maka wajarlah bila

dalam setiap latihan banyak banyak diajarkan teknik menendang bola. Menurut

Abdoellah, (1981: 421) menendang bola berfungsi untuk: memberikan (passing) bola, menembak (shooting) bola kegawang, membersihkan (clearing), dan

tendangan- tendangan khusus. Dilihat dari perkenaan kaki kebola, menendang

dibedakan beberapa macam yaitu:

(10)

Menurut Sucipto dkk (2000: 17-18), pada umumnya teknik menendang

dengan kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian dalam adalah sebagai

berikut:

1) Badan menghadap sasaran di belakang bola.

2) Kaki tumpu berada di samping bola ± 15 cm, ujung jari kaki menghadap

sasaran, lutut sedikit ditekuk.

3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai

bola.

4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada mata kaki dan tepat di tengah bola.

5) Pergelangan kaki ditegangkan pada sat mengenai bola.

6) Gerak lanjut kaki tendang diangkat menghadap sasaran.

7) Pandangan ditujukan ke bola dan mengikuti arah jalannya bola terhadap

sasaran.

8) Kedua lengan terbuka di samping badan.

(11)

Gambar 2.1. Menendang dengan Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 18)

b. Menendang dengan Kaki Bagian Luar

Menurut Sucipto dkk (2000: 19), pada umumnya teknik menendang

dengan kaki bagian luar digunakan untuk mengumpan jarak pendek (short

passing). Analisis gerak menendang dengan kaki bagian luar adalah sebagai

berikut:

1) Posisi badan di belakang bola, kaki tumpu di samping belakang bola ±

25 cm, ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut sedikit ditekuk.

2) Kaki tendang berada di belakang bola, dengan ujung kaki menghadap ke

dalam.

3) Kaki tending ditarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga

mengenai bola.

4) Perkenaan kaki pada bola tepat pada punggung kaki bagian luar dan

tepat pada tengah-tengah bola, pada saat perkenaan dengan bola

pergelangan kaki ditegangkan.

5) Gerak lanjut kaki tending diangkat serong ± 45˚ menghadap sasaran.

6) Pandangan ke bola dan mengikuti jalannya bola ke sasaran.

(12)

Gambar 2.2. Menendang dengan Kaki Bagian Luar Sumber: Sucipto dkk, (2000: 19)

c. Menendang dengan Punggung Kaki

Menurut Sucipto dkk (2000: 20), pada umumnya menendang dengan

punggung kaki digunakan untuk menembak ke gawang (shooting at the

goal). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki adalah sebagai berikut:

1) Badan di belakang bola sedikit condong ke depan, kaki tumpu diletakkan

di samping bola dengan ujung kaki menghadap ke sasaran, dan lutut

sedikit ditekuk.

2) Kaki tending berada di belakang bola dengan punggung kaki menghadap

ke depan/sasaran.

3) Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga mengenai

(13)

4) Perkenaan kaki tepat pada punggung kaki penuh dan tepat pada

tengah-tengah bola dan pada saat mengenai bola pergelangan kaki ditegangkan .

5) Gerak lanjut kaki tending diarahkan dan diangkat ke arah sasaran.

6) Pandangan mengikuti jalannya bola dan ke sasaran.

Gambar 2.3. Menendang dengan Punggung Kaki Sumber: Sucipto dkk, (2000: 20)

d. Menendang dengan punggung kaki bagian dalam

Menurut Sucipto dkk (2000: 21), pada umumnya menendang dengan

punggung kaki bagian dalam digunakan untuk mengumpan jarak jauh (long

passing). Analisis gerak menendang dengan punggung kaki bagian dalam

adalah sebagai berikut:

1) Posisi badan berada di belakang bola, sedikit serong ± 40˚ dari garis lurus

bola. Kaki tumpu diletakkan di samping belakang bola ± 30 cm dengan

(14)

2) Kaki tendang berada di belakang bola dengan ujung kaki serong ± 40˚ ke

arah luar. Kaki tending tarik ke belakang dan ayunkan ke depan sehingga

mengenai bola. Perkenaan kaki pada bola tepat di punggung kaki bagian

dalam dan tepat pada tengah bawah bola dan pada saat kaki mengenai

bola, pergelangan kaki ditegangkan.

3) Gerak lanjutan kaki tending diangkat dan diarahkan ke depan.

4) Pandangan mengikuti jalannya bola ke sasaran.

5) Lengan dibuka berada di samping badan sebagai keseimbangan.

Gambar 2.4. Menendang dengan Punggung Kaki Bagian Dalam Sumber: Sucipto dkk, (2000: 21)

2.1.4. Tendangan Sepak bola

a. Akurasi Tendangan pada Sepakbola

Akurasi tendangan pada sepakbola adalah keberhasilan tendangan yang

dilakukan untuk dapat mencapai tujuan. Secara umum tujuan dari tendangan

(15)

dan menghalau serangan lawan. Keberhasilan sebuah tendangan tentunya juga

diukur dari berhasil tidaknya sebuah tendangan dilakukan.

b. Komponen Akurasi Tendangan

Akurasi tendangan dapat dilakukan secara maksimal jika komponen akurasi

tendangan mempunyai kemampuan yang optimal juga, untuk itu perlu diketahui

komponen-komponen utama akurasi tendangan. Komponen terbesar yang

mempengaruhi kemampuan akurasi tendangan didasari oleh faktor genetik,

artinya akurasi tendangan akan dipengaruhi oleh rasio dari otot tonic (red

muscle) dan otot phasic (white muscle). Koordinasi neuromuscular berperan penting dalam kerjasama otot yang efektif. Koordinasi, gerakan dan

proprioseptif merupakan hal yang penting untuk memahami bagaimana otot

bekerja pada waktu yang tepat dan meningkatkan penampilan kerjanya secara

menyeluruh.

Kekuatan otot tungkai juga merupakan komponen pendukung utama untuk

meningkatkan akurasi tendangan, dalam hal ini yang berperan utama adalah otot

Quadriceps Femoris, Hamstring, Gastrocnemius serta Tibialis Anterior.

Kekuatan otot yang menghasilkan power dan stabilitas, penempatan kaki serta kekuatan ankle berpengaruh terhadap akurasi tendangan.

Diluar komponen genetik dan kekuatan otot tungkai, komponen lain yang

juga mempengaruhi akurasi tendangan adalah core stability. Peningkatan pola aktivasi core stability akan menghasilkan peningkatan level aktivasi pada

anggota gerak sehingga mengembangkan kapabilitas untuk mendukung atau

(16)

c. Faktor- faktor yang mempengaruhi akurasi tendangan

Selain komponen dari akurasi tendangan, terdapat faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi tendangan. Jika faktor-faktor ini meningkat maka akan

meningkatkan kemampuan akurasi tendangan juga.

Faktor-faktor tersebut adalah :

1) Technical skills (keterampilan teknis)

Keterampilan teknis diartikan sebagai kemampuan teknis seseorang dalam

melakukan suatu aktivitas. Dalam hal tendangan sepakbola, skill berarti

kemampuan seseorang dalam melakukan tendangan sesuai dengan tehnik

dasar tendangan sepak bola. Hal ini dipengaruhi beberapa hal, diantaranya

adalah:

a) Pandangan mata

Pandangan mata diperlukan untuk membantu memastikan posisi bola

yang akan ditendang, arah sasaran dan juga arah bola menuju sasaran.

b) Kaki tumpu

Kaki tumpu merupakan letak titik berat badan (center of gravity). Posisi

kaki tumpu terhadap letak bola akan mempengaruhi arah lintasan bola

dan tinggi rendahnya lambungan bola.

c) Kaki yang menendang

Hal utama terkait dengan kaki yang menendang adalah perkenaan

(17)

kaki bagian dalam, kura-kura kaki bagian dalam, kurakura kaki bagian

luar, kura-kura kaki penuh, ujung jari dan tumit.

d) Bagian bola yang ditendang

Hal ini akan menentukan arah jalannya bola serta tinggi rendah

lambungan bola.

e) Sikap badan

Sikap badan saat menendang sangat dipengaruhi oleh posisi atau letak

kaki tumpu terhadap bola. Posisi kaki tumpu tepat disamping bola maka

pada saat menendang badan akan berada tepat diatas bola dan sikap

badan sedikit condong. Sikap badan ini untuk tendangan mengalir

rendah atau melambung sedang. Bila posisi kaki berada sedikit di

belakang samping bola maka badan berada di atas belakang bola

sehingga sikap badan condong ke belakang dan tendangan bola akan

melambung tinggi.

2) Keterampilan Fisik

Keterampilan fisik diartikan sebagai kapasitas dan kemampuan fisik dalam

melakukan aktifitas. Dalam hal ini keterampilan fisik dalam tendangan

sepak bola diantaranya adalah:

3) Daya tahan jantung paru

Merupakan kemampuan sistem tubuh untuk mendapatkan, memproses dan

mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh. Kemampuan sistem subuh yang

terkait dengan oksigen ini akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan otot,

(18)

dan paru juga bisa diartikan kemampuan untuk melakukan kegiatan yang

ringan sampai dengan tingkat intensitas submaksimal, dengan melibatkan

kelompok otot-otot besar secara terus menerus tanpa mengalami kelelahan

yang berarti.

Tendangan sepakbola melibatkan otot-otot besar pada trunk dan extremitas

bawah, sehingga dengan daya tahan jantung paru yang baik tingkat akurasi

tendangan juga lebih baik.

4) Kekuatan otot

Kekuatan otot merupakan kemampuan otot atau group otot untuk

menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara

dinamis maupun statis.39 Kekuatan maksimal otot ditunjang oleh cross-sectional otot yang merupakan kemampuan otot untuk menahan beban maksimal pada aksis sendi. Saat melakukan kontraksi otot menghasilkan

tegangan dan kekuatan. Tenaga yang dihasilkan dari kontraksi otot dan

secara

langsung berhubungan dengan jumlah tegangan yang dihasilkan oleh

kontraksi otot, sehingga dapat meningkatkan kekuatan otot berupa level

tegangan, hipertropi dan rekruitmen serabut otot.

Kekuatan selain dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor seperti: faktor biomekanik, faktor neuromuskular,

faktor metabolisme (ketersediaan energi) serta faktor psikologis. Kekuatan

(19)

besar pula tenaga eksplosif yang terjadi sehingga akan mampu

mempengaruhi akurasi tendangan pada sepakbola.

5) Daya tahan otot

Daya tahan otot merupakan kemampuan otot untuk melakukan

gerakan/bekerja secara berulang dengan intensitas rendah dalam waktu yang

lama. Untuk menghasilkan kinerja yang optimal tidak hanya diperlukan

tingkat kekuatan yang tepat namun juga kesanggupan mempertahankan dan

mengontrol tingkat persentase yang tinggi dari kekuatan tersebut selama

beberapa waktu atau selama serangkaian usaha otot itu melakukan

pengulangan aktivitas. Karena itulah daya tahan otot juga berperan penting

dalam peningkatan akurasi tendangan.

6) Power atau Daya ledak otot

Power merupakan fungsi dari kekuatan dan kecepatan suatu gerakan. Power

atau daya ledak otot adalah gabungan antara kekuatan dan kecepatan yang

dilakukan dengan mengerahkan gaya (force) otot secara maksimum dengan

kecepatan maksimum. Power adalah unsur yang penting dalam menilai

kapasitas seseorang saat melakukan olahraga. Kualitas power seseorang tergantung kemampuan otot untuk berkontraksi dengan kuat dan cepat.

Artinya dalam power tidak hanya memerlukan kekuatan otot saja tetapi juga dibutuhkan kecepatan kontraksi otot. Hal ini dihubungkan dengan tipe

serabut otot yaitu otot tonic (red muscle) dan otot phasic (white muscle),

(20)

suatu gerakan yang akan dilakukan. Kecepatan saat otot berkontraksi dan

timbulnya tenaga sepanjang luas gerak sendi (Range Of Motion/ROM)

7) Proprioseptik

Propriosepsi diartikan sebagai sadar akan posisi dan gerak yang dilakukan

yang terkait dengan sistem neuromuskuloskeletal. Propriosepsi merupakan

satu tipe khusus sensitivitas yang menginformasikan tentang sensasi dan

kedalaman organ serta hubungan antara otot dan sendi. Propriosepsi akan

berpengaruh terhadap gerak yang dilakukan, gerakan yang ditimbulkan

akibat impuls yang diberikan oleh stimulus yang diterima dari reseptor, dan

selanjutnya informasi tersebut akan diolah di otak yang kemudian akan

informasi tersebut akan diteruskan oleh reseptor kembali ke bagian tubuh

yang bersangkutan. Propriosepsi sangat dibutuhkan dalam melakukan

tendangan agar saat melakukan tendangan reseptor sendi dan otot sudah siap

untuk digerakkan karena informasi yang sudah diolah dan direkam otak

akan memudahkan untuk memberikan stimulus kembali kepada reseptor

agar gerakan tendangan menjadi terkendali sehingga tendangan lebih akurat.

8) Kelenturan

Kelenturan merupakan kemampuan untuk menggerakkan sendisendi dalam

jangkauan gerakan penuh dan bebas. Kelenturan otot dan kebebasan gerak

sendi sering dikaitkan dengan hasil pergerakan yang terkoordinasi dan

efisien. Kelenturan diarahkan pada kebebasan luas gerak sendi. Kelenturan

juga menjadi faktor yang penting dalam akurasi tendangan. Dalam hal

(21)

seseorang melakukan latihan kelenturan juga berpengaruh terhadap

penguatan.

9) Kelincahan (agility)

Kelincahan diartikan sebagai kemampuan mengubah arah atau posisi tubuh

dengan cepat yang dilakukan bersama-sama dengan gerakan lainnya.

Tendangan sepakbola adalah gerakan dinamis dan selalu ada perubahan

posisi dari fase awal (fase preparation) sampai fase akhir (follow through). Dengan kelincahan yang baik, pesepakbola mampu mengubah posisi tubuh

dengan cepat sehingga memudahkan untuk melakukan tendangan yang

akurat.

10)Koordinasi

Koordinasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan

secara halus, tepat dan terkendali. Sebagai gerak dinamis yang ditujukan

untuk mencapai sasaran tertentu, tendangan sepakbola menuntut koordinasi

yang baik dari masing-masing komponen yang terkait.

11)Keseimbangan

Keseimbangan didefinisikan sebagai kemampuan relatif untuk mengontrol

pusat massa tubuh (center of mass) atau pusat gravitasi (center of gravity)

terhadap bidang tumpu (base of support). Saat dilakukan tendangan dengan kaki kanan maka kaki kiri akan berperan sebagai bidang tumpu. Dengan

kemampuan keseimbangan yang baik akan didapatkan tumpuan/stabilisasi

yang baik sehingga akan terjadi fasilitasi pada kaki yang menendang untuk

(22)

12)Mental skills (Keterampilan mental)

Keterampilan mental adalah keterampilan praktis dan metode yang

membantu atlet untuk bisa mengeksplorasi keterampilan fisik, teknik dan

taktik sehingga dapat mencapai hasil terbaik serta bersaing mencapai hasil

terbaik.40 Keterampilan mental meliputi: berpikir positif, motivasi,

pengendalian emosi, kepercayaan diri serta konsentrasi.

13)Environment (lingkungan)

Faktor lingkungan umumnya memberikan pengaruh tidak langsung

terhadap akurasi tendangan, kecuali hal tersebut merupakan kondisi yang

ekstrim. Beberapa faktor yang menjadi perhatian diantaranya adalah: cuaca,

kecepatan angin, suhu udara serta ketinggian lokasi.

14)Sensory Motor Channel

Sensory motor channel yang terdiri atas sensoris, body scheme, body preparation dan biomekanik akan mempengaruhi komponenkomponen dalam

faktor fisik untuk mencapai kinerja yang optimal. Terkait dengan komponen

yang mempengaruhi akurasi tendangan diatas maka sistem muskuloskeletal

akan berperan sangat besar disamping juga komponen pendukung lain. Oleh

karena itu perlu diketahui mengenai anatomi muskuloskeletal yang

mendukung terjadinya akurasi tendangan pada sepakbola.

d. Biomekanika Tendangan pada sepak bola

Saat menendang awalnya tubuh berperan sebagai pivot/sumbu untuk kaki

yang menedang dan dalam posisi yang seangat kuat untuk gerak dalam bidang

(23)

tanah. Otot-otot fleksor panggul dan ekstensor lutut akan terekrut secara

maksimal dan menempatkan kekuatan yang utama pada kaki ketika menendang.

gluteus maksimus, hamstring dan adductor harus bergerak secara lambat ketika

kaki kontak dengan bola. Gerakan menendang pada sepak bola dapat diuraikan

dalam tiga fase, yaitu:

1) Fase preparation

Dimulai dari jarak 3-4 meter yang dilakukan sambil berlari untuk memperoleh

percepatan. Lari yang dilakukan seenaknya dengan percepatan yang diatur

sedemikian rupa dengan tetap melihat letak bola. Sambil berlari ayunkan tangan

seenaknya mengikuti irama langkah kaki. Jika melangkah kaki kanan, maka

tangan kiri mengayun ke depan demikian sebaliknya saat melangkah kaki kiri

maka ayunan tangan pada sisi kanan. Posisi fase ini sebaiknya dibelakang bola

dan jika ditarik garis lurus, sejajar dengan sasaran.

Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase

preparation dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja

a) Trunk

Gerak yang terjadi adalah stabilisasi untuk rotasi trunk ke arah kanan,

dimana otot-otot yang bekerja adalah otot-otot abdominal, otot-otot

postural, erector spine serta dibantu m. iliopsoas

b) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja meliputi m.

gluteus maksimus serta hamstring.

(24)

Gerak yang terjadi adalah external rotasi serta extensi eksentrik/memanjang

dengan otot-otot yang bekerja meliputi m. gluteus medius, m. gluteus

minimus serta hamstring.

d) Knee dextra

Gerak yang terjadi adalah flexi dengan otot-otot yang bekerja meliputi

hamstring dan m. popliteus.

e) Knee sinistra

Gerak yang terjadi adalah extensi eksentrik/memanjang dengan otot yang

bekerja adalah m. quadriceps.

f) Ankle dextra

Gerak yang terjadi adalah plantar flexi konsentrik/memendek dengan otot

yang terjadi adalah plantar flexor.

g) Ankle sinistra

Gerak yang terjadi adalah plantar flexi eksentrik/memanjang dengan otot

yang bekerja adalah plantar flexor.

2) Fase Kicking

Sebelum melakukan tendangan (menggunakan kaki kanan) maka letakkanlah

kaki kiri disisi kiri dan agak ke belakang dari bola yang jika ditarik garis lurus

membentuk sudut 45°. Posisi kaki kiri akan menentukan luncuran bola. Jika

kaki kiri berada di belakang bola, maka jalannya bola akan melambung karena

dengan sendirinya perkenaan bola tepat di bagian bawah. Jika kaki tepat di sisi

kiri bola, jalannya bola akan mendatar atau menggelinding di tanah, karena

(25)

belakang sekitar 45° maka dapat diprediksi jalannya bola lurus dan mendatar,

sebab perkenaan bola pada bagian tengah antara atas dan bawah. Menendang

dengan punggung kaki maksudnya adalah perkenaan bola pada kaki tepat pada

bagian punggung kaki. Menendang dengan punggung kaki adalah yang paling

sering digunakan bila yang diharapkan adalah tendangan dengan kekuatan

maksimal dan laju bola yang cepat. Setelah dirasa letak kaki kiri cukup nyaman

maka ayunlah kaki kanan yang masih di belakang sekuat-kuatnya dengan tetap

memperhatikan perkenaan kaki dengan bola dan perkenaan bola dengan kaki.

Perkenaan pada punggung kaki

berarti keadaan ankle adalah ekstensi atau jika ditarik garis lurus sejajar dengan

tulang kering. Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan)

pada fase kicking dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja.

a) Trunk

Gerak yang terjadi adalah stabilisasi dengan otot-otot yang bekerja adalah

otot-otot abdominal, otot-otot postural, erector spine serta dibantu m. ilio

psoas.

b) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah internal rotasi dan flexi dengan otot-otot yan

bekerja meliputi m. tensor fascia lata, m. rectus femoris, m. ilio psoas, m.

Sartorius serta grup adductor.

c) Hip sinistra, gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot-otot yang bekerja

meliputi m. gluteus maksimus, m. hamstring serta m. adductor magnus.

(26)

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m.

quadriceps.

e) Knee sinistra

Gerak yang terjadi adalah extensi dengan otot yang bekerja adalah m.

quadriceps.

f) Ankle dextra

Gerak yang tejadi adalah plantar flexi dengan otot yang bekerja adalah

plantar flexor.

3) Fase follow through

Dimulai dari pelepasan obyek/bola sampai dengan flexi hip secara penuh.

Setelah bola ditendang oleh kaki kanan, bisa diikuti dengan melangkah ke

depan satu atau dua langkah.

Berikut adalah detail gerakan menendang (tendangan kaki kanan) pada fase

follow through dilihat dari bagian tubuh, gerak dan otot yang bekerja.

a) Hip dextra

Gerak yang terjadi adalah external rotasi eksentrik, extensi eksentrik serta

abduksi eksentrik. Otot yang bekerja meliputi hamstring, m. gluteus medius,

m quadratus lumborum, m. gluteus maximus serta m. piriformis.

b) Knee dextra

Gerak yang terjadi adalah flexi eksentrik dengan otot yang bekerja adalah

hamstring.

Tiap perbedaan variasi tendangan akan menghasilkan perbedaan/variasi

(27)

chain exercise), kebebasan dari segmen sebelah distal memberikan variasi

inti dalam performa skill.

2.2. Neurac (Neuromuscular Activation)

Neurac adalah metode terapi atau pengobatan yang melibatkan stimulasi neuromuscular pada level yang tinggi dalam mengatur pelaksanaan pola gerak

fungsional normal. Metode ini digunakan untuk menangani masalah musculoskeletal

yang menyebabkan nyeri dan atau tidak aktifnya otot. Sub kelompok terbesar yang

dapat menggunakan metode neurac adalah kondisi gangguan muskuloskeletal

mencakup pasien dengan masalah leher, punggung, panggul, dan gangguan bahu,

kondisi untuk latihan kekuatan dan pengkondisian, serta pelatihan pribadi dan

spesialis olahraga (Gitle Kirkesola, 2009).

Tindakan neurac atau neurac treatment merupakan unsur penting dari metode

yang dikenal dengan sebutan S-E-T (Sling -Exercise- Therapy) dan dikenal dengan

nama redcord. Pada awalnya ini dikembangkan oleh fisioterapis dan dokter di

Norwegia. Ditemukan pada 1991, (belum lama ini disebut TerapiMaster). Neurac

merupakan dasar dari tehnik tindakan redcord.

Terapi selempang Tradisional yang sudah ada sebelumnya berfokus terutama

pada tehnik latihan dalam rantai kinetik terbuka (Open Kinetic Chain (OKC)) dan

latihan yang dilakukan tanpa efek gravitasi.

Namun sebaliknya pada prosedur Redcord, berfokus pada rantai kinetik tertutup

(Closed Kinetic Chain (CKC)) latihan secara sistematis memanfaatkan manfaat dari

fenomena biomekanik dan fisiologi fungsional yang tidak bergantung pada gravitasi

(28)

selama gerakan). Konfigurasi workstation redcord atau pelatih tunggal redcord

menggunakan sistem tahanan pada neuromuskuler-skeletal untuk meningkatkan

kondisi fisik aktif neuromuskular dan rehabilitasi. Sistem redcord menggunakan

paten dari neurac method untuk menstimulasi otot yang tidur atau tidak aktif dan mengembalikan fungsi normal mereka.

Manusia diprogram untuk bergerak yang dikendalikan dan dimodifikasi oleh

neuromuskular dan sensorimotor (visual, vestibular, dan mechanoreceptor atau

proprioceptor) sistem. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa penstabil

otot cenderung untuk beralih "off" ketika nyeri timbul (Moseley, 2005; Botti, 2004; Berhala, 2002; le, 2001, Moseley, 2006). Hal ini dapat menyebabkan

kualitas gerakan yang buruk, penurunan kekuatan otot dan kontrol

neuromuskular, kelelahan, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.

Bahkan jika nyeri yang sesungguhnya mereda , "program saraf" bisa tetap

dimatikan, hal ini dapat menyebabkan cedera kembali dan mengalami sakit

tambahan. kondisi Ini, tampaknya sering berulang dan tidak pernah berakhir dan

akan tetap kronis bila tidak ada intervensi pengobatan aktif. Ini adalah salah satu

alasan mengapa kesehatan Uni Eropa guidelines merekomendasikan pengobatan aktif untuk nyeri non-spesifik punggung bawah.

2.2.1. Latar belakang untuk pengobatan neurac (aktivasi neuromuskuler)

Neurac adalah metode pengobatan/penanganan yang bertujuan untuk

mencapai atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan

masalah musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada

(29)

Pendekatan pengobatan /tindakan aktif yang memiliki empat elemen utama :

a. Latihan menumpu berat badan menggunakan system sling redcord

b. Control vibrasi dipilih pada bagian-bagian tubuh tertentu

c. Peningkatan resisten/tahanan secara bertahap

d. Tidak ada nyeri atau tidak ada peningkatan nyeri

Selain itu, aparat getaran yang baru dikembangkan, Redcord stimulasi, bisa

digunakan untuk meningkatkan adaptasi saraf.

Neurac method selalu disertai dengan prosedur tes untuk mengevaluasi fungsi

rantai kinetic neuromuscular, dengan penekanan pada integrasi fungsi otot lokal

dan otot global. Neurac didirikan berdasarkan penelitian terbaru yang

mendukung penggunaan tubuh dalam menahan beban latihan ketika

menggunakan rantai biomekanik. Selain itu, neuroscience dan uji klinis

menyarankan penggunaan getaran untuk meningkatkan dorongan saraf dan untuk

mengurangi rasa sakit.

2.2.2. Latihan Kekuatan pada rantai kinetik tertutup

Fokusnya adalah pada pelatihan fungsi dimana beberapa otot direkrut dalam

rantai tertutup dan otot-otot bekerja bersama sebagai latihan yang sedang

dilakukan. Pelatihan dalam rantai kinetik tertutup didefinisikan sebagai berikut

dimana, segmen distal tetap dan menumpu semua berat atau sebagian dari berat

tubuh. Ini mencapai kompresi lebih pada sendi bersama dengan stabilisasi yang

(30)

Gambar 2.21. Latihan pada rantai kinetic tertutup Sumber :(Neurac 1, 2008)

a. Latihan stabilisasi

Studi terbaru menunjukkan bahwa otot-otot tertentu memiliki fungsi

stabilisasi yang sangat khusus. Otot Ini disebut otot-otot "lokal", yang

dekat dengan sendi dan dianggap penting untuk stabilitas sendi, sedangkan

otot "global" untuk melakukan gerakan. Cedera pada sistem

muskuloskeletal dapat mengubah mekanisme ini, menyebabkan

kerusakan abadi dalam berfungsi.

Terapi Master, diterapkan dalam konsep SET, menunjukkan hasil

yang baik dalam mempengaruhi dalam sistem stabilisasi

Gambar 2.22 Latihan stabilisasi Sumber :(Neurac 1, 2008)

(31)

Kontrol neuromuskular yang tepat sangat penting untuk

mempertahankan tingkat fungsi normal. Keluhan kronis mempengaruhi

fungsi sensorimotor. Efektivitas pelatihan Neuromuskuler yang terkontrol

pada ekstremitas bawah didokumentasikan dengan baik. Studi terbaru

menunjukkan bahwa jenis pelatihan ini juga penting untuk leher,

punggung dan bahu. Pelatihan sensorimotor ialah elemen penting dari

konsep S-E-T.

Ketidakstabilan dicapai pada kain TerapiMaster itu. Selain itu, bantalan

karet berisi udara, tikar karet tebal / matras dan menggunakan papan

miring.

Gambar 2.23 Latihan sensorimotor. Sumber : (Neurac 1, 2005)

2.2.3. Sling Exercise Terapi (SET)

Sebuah metode baru yang dikembangkan SET disebut Neurac, yang

merupakan singkatan dari aktivasi neuromuskuler. Pengalaman klinis

menunjukkan bahwa dalam banyak situasi telah memungkinkan untuk mencapai

(32)

dan juga fungsi otot. Hal ini didasarkan pada latihan yang dilakukan dalam rantai

kinetik tertutup, dengan beban seberat yang dapat dikelola oleh pasien, dengan

ketidakstabilan maksimum dan tanpa meningkatkan atau memprovokasi rasa

sakit. Untuk mendapatkan hasil yang baik hal terpenting adalah individu harus

mengatur pembagian beban latihan terhadap ketidakstabilan sling TerapiMaster.

Penelitian telah menunjukkan bahwa aliran sinyal ke otot meningkat jauh ketika

latihan dilakukan pada permukaan penyangga yang tidak stabil.

Inti dari teknik neurac melibatkan dua progresi pelatihan neuromuskuler yang

disesuaikan:

a. Terus menerus tergantung dengan berat tubuh individu selama latihan dan

terapi

b. Selempang dan tali yang Adjustable (dapat disesuaikan) untuk memberikan gerakan olahraga yang aman, semakin menantang untuk menjaga

keseimbangan dan kontrol postural.

Keberhasilan neurac tergantung pada integrasi dari tiga faktor berikut:

1) Merencanakan gerakan ekstremitas atas dan bawah dan atau dasar

(corset) yang melibatkan berat tubuh dalam lingkungan yang tidak stabil

dengan menggunakan sling Redcord, tali dan bantal keseimbangan.

2) Bebas rasa sakit, intensitas kontraksi otot dengan upaya yang tinggi

dilakukan dalam gerakan CKC.

3) Getaran variabel diterapkan pada tali dan sling.

Redcord telah mengembangkan sistem evaluasi disfungsi otot yang

(33)

aktif atau sleeping muscles dan secara simultan, kemampuan usaha atau

kerja otot individu yang dihasilkan dapat digunakan untuk menentukan

kelemahan otot serta keterbatasan gerak. Ketika kelemahan otot

teridentifikasi terapis mulai melaksanakan proses neurac treatment.

2.2.4. Prosedur penerapan latihan Neurac

a. Tehnik Aplikasi

1) Sebelum latihan terlebih dahulu melakukan pemanasan berupa

peregangan pada otot trunk dan anggota gerak bawah

2) Latihan neurac terdiri dari: push-up standing, prone bridging, supine pelvic lift, side lying bridging

3) Fisioterapis memberikan instruksi dalam penggunaan sling yaitu dengan

b. Dosis

1) Frekwensi : 3 X seminggu

2) Intensitas : 3 set latihan

3) Time : tiap posisi ditahan selama 6 detik

4) Repetisi : 6 kali

5) Rest : 30 detik/ pengulangan satu posisi

c. Tehnik latihan Neurac ( Neuromuskuler Activation) 1) Push-up standing

Posisi awal peserta berdiri tegak sambil memegang tali sling kemudian

tubuh bergerak miring ke depan sejauh 450 dari posisi awal, gerakan

(34)

kemudian kembali ke posisi awal dan istirahat selama 30 detik, 3 set,

frekuensi latihan 3x seminggu dengan waktu atau durasi latihan 20

sampai 30 menit.

1 2 11

Gambar . 2. 24: Push-Up

Sumber: A Practical Guide for Physical Therapy

2) Prone bridging

Posisi awal posisi tengkurap dengan kedua lutut menggantung pada

sling, lengan bawah menyangga pada matras, flexi 900 kemudian

tubuh dan panggul diangkat lurus setinggi bahu pertahankan selama 6

hitungan turunkan dan istirahat 30 detik ulangi 4x dalam 1 set latihan,

gerakan ini dapat dilakukan 4set latihan, kemudian pindahkan sling

dibawah pergelangan kaki dengan posisi awal sama kemudian angkat

panggul dan tubuh setinggi punggung lalu dipertahankan 6 detik,

turunkan dan istirahat 30 detik, ulangi kembali gerakkan sebanyak 6x

(35)

Gambar .2. 25: Prone Bridging

Sumber: Redcord medical active sport,2013

3) Supine pelvis lift

Posisi awal pasien terlentang dengan sling diletakkan di bawah lutut

kemudian pasien disuruh mengangkat pantat dan pertahankan posisi

selama 4-6 hitungan kemudian istirahat selama 30 detik dan ulang

kembali sebanyak 4x pengulangan untuk satu set pertama , set kedua

posisi sling di letakkan di bawah pergelangan kaki kemudian pasien

disuruh mengangkat pantat dan mempertahankan posisi 6 detik,

istirahat 30 detik dan diulang 6x gerakan. Latihan dilakukan selama

10-20 menit

Gambar gGgg

(36)

4) Side lying bridging

Posisi awal tidur miring dengan sling diletakkan pada lutut bagian

lateral kemudian angkat panggul dan pertahankan posisi tersebut

selama 6 hitungan dengan istirahat 30 detik dan pegulangan gerak 4x

setiap set latihan, setelah itu untuk meningkatkan beban latihan sling

digeser ke pergelangan kaki lateral kemudian angkat panggul dan

pertahankan posisi selama 6 detik dengan istirahat 30 detik dan

gerakan di ulang sebanyak 6x dalam tiap set. Latihan dilakkukan

selama 10-20 menit

Gambar. 2.26: Side lying Bridging

Sumber: Redcord medical active sport,2013

2.2.5. Mekanisme latihan Neurac terhadap ketepatan tendangan pada

olahraga sepak bola.

Neurac adalah metode latihan/penanganan yang bertujuan untuk mencapai

atau mendapatkan kembali fungsi pola gerak normal dari pasien dengan masalah

musculoskeletal dengan menggunakan stimulasi neuromuscular pada tingkat atau

(37)

bagian distal gerakan atau eksekusi gerak terjadi, aktivasi otot menghasilkan penyesuaian antisipasi postural/anticipatory postural adjustments (APAs),

yang memberikan posisi tubuh bertahan dari gangguan untuk membuat

keseimbangan baik berupa menendang, melangkah atau berlari. Otot-otot

core menghasilkan stabilisasi yang fungsi utamanya bekerja untuk

menghasilkan APAs. APAs menciptakan stabilisasi proksimal untuk

mobilisasi pada distal., sehingga saat eksekusi gerak menendang proses

menjadi tidak terganggu oleh faktor eksternal lain.

Menendang bola melibatkan banyak komponen. Pada tendangan

yang dilakukan dengan kaki kanan maka kaki kanan yang melakukan

tendangan akan menjadi bagian mobilitas, sementara kaki kiri menjadi

bagian stabilitas. Stabilitas tungkai kiri bisa terjaga jika didukung oleh

stabilitas postur yang adekuat karena faktor perubahan letak center ofgravity

(COG) saat menendang akan mempengaruhi stabilitas tungkai kiri. Hal ini

dapat diminimalisir dengan aktivasi dari core stability. Dengan kata lain

akurasi menendang dapat dicapai jika eksekusi gerak menendang tidak

dipengaruhi oleh instabilitas postur.

Adanya perpindahan saat menendang merupakan bagian dari aktivasi

otot-otot core yang saling bersinergis. Aktivasi otot-otot core digunakan

untuk menghasilkan rotasi spine. Aktivasi otot sebuah pola gerak dalam

tendangan akan saling cross-sectional dari bagian mobilitas. Hal ini

(38)

terjadi pelvic tilt dimana otot-otot core sisi kontra lateral berkontraksi

sebagai stabilisasi terhadap mobilitas distal.

Di sisi lain dibutuhkan banyak dan lebih kecil di dalam pheriperal

segment, pergerakan dari inersia dalam area distal tersebut berkurang, mengakibatkan penyajian dalam kecepatan tinggi. Pengaruh aktivasi

otot-otot postural akan membentuk suatu pola midline dimana adanya suatu

antisipasi postural akan mempengaruhi persiapan anggota gerak bagian

distal dalam membentuk midline sebagai perkembangan potensial dari linear

akselerasi dalam persiapan untuk bergerak.

2.3. Core Stability

Core stability secara definisi adalah kemampuan untuk mengontrol

posisi dan gerakan batang badan melalui panggul dan kaki untuk

memungkinkan produksi optimal, transfer dan control kekuatan dan gerakan

ke segmen terminal dalam aktifitas rantai kinetic terintegrasi (Kibler, 2006).

Core adalah daerah lumbo-pelvic-hip kompleks. Daerah core adalah letak atau tempat dari pusat perkenaan gaya gravitasi dan tempat dari awal

semua gerakan. Pada daerah ini terdapat 29 otot yang terkait atau terdapat

pada daerah lumbo-pelvic- hip kompleks. Efisiensi daripada core

dimaksudkan untuk memelihara hubungan pemanjangan normal dari fungsi

agonis dan antagonis, yang mana akan meningkatkan hubungan dari kedua

(39)

Core stability yang baik berfungsi untuk meningkatkan penampilan

gerak serta untuk mencegah terjadinya cedera, kekuatan daripada otot-otot

inti batang badan berasal dari regio batang badan dan sesungguhnya bertugas

untuk membantu mengontrol kondisi kekuatan, memperhalus gerakan, serta

koordinasi gerak yang efisien dan lebih baik pada anggota gerak. Selebihnya

kondisi core muscle yang baik juga membantu mengurangi resiko terjadinya

cedera akibat posisi postur yang buruk.

Otot utama dari Core Muscle adalah otot panggul, transversus abdominis,

multifidus, internal dan eksternal obliques, rektus abdominis, sacrospinalis

khususnya longissimus thoracis, dan diafragma. Minor core muscle termasuk

latisimus dorsi, gluteus maximus, dan trapezius.

Dilihat dari letak core muscle tersebut, maka tidak heran jika setiap gerakan

fungsional dari anggota gerak akan berkaitan erat dengan core muscle ini. Core

muscle merupakan "inti" atau bagian pusat untuk semua kekuatan yang

dibutuhkan untuk meningkatkan melaksanakan kegiatan fisik yang berbeda.

Fungsi umum dari core muscle untuk menstabilkan dada dan panggul selama

gerakan dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat

(muntah, kotoran, udara penuh karbon, dll). Berdasarkan pergerakan tubuh, fungsi

core musle dapat dibagi menjadi dua, yaitu; static core function dan dynamic

core function

(40)

Fungsi statis core adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan dan

menstabilisasi atau menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan kekuatan

dari luar.

Contoh fungsi statis adalah ketika atlet menembak menjaga tubuhnya tetap

diam melawan dorongan tolakan yang ditimbulkan dari tembakan peluru.

b. Dinamik core muscle

Sifat gerakan dinamis harus memperhitungkan struktur kerangka kita

(sebagai tuas) di samping kekuatan resistensi eksternal, dan akibatnya

menggabungkan sebuah kompleks yang sangat berbeda dari otot-otot dan

sendi melawan posisi statis. Karena itu desain fungsional, selama gerakan

dinamis ada ketergantungan lebih pada otot inti dari hanya kekakuan kerangka

seperti dalam situasi statis. Hal ini karena tujuan gerakan ini tidak melawan

tahanan, statis tidak berubah, tapi untuk melawan kekuatan yang

berhubungan dengan perubahan bidang gerak . Dengan menggabungkan

gerakan, tulang-tulang tubuh harus menyerap perlawanan dengan cara cairan,

dan dengan demikian tendon, ligamen, otot, dan persarafan mengambil

tanggung jawab yang berbeda. Tanggung jawab ini meliputi reaksi postural

dengan perubahan dalam kecepatan (kecepatan dari kontraksi), gerak (reaksi

waktu kontraksi) dan kekuatan (jumlah perlawanan menolak dalam periode

waktu).

Fungsi dinamis core muscle adalah menjaga keseimbangan tubuh saat

bergerak. Sebelum seseorang melakukan gerakan yang lebih dulu mesti

(41)

menggerakkan anggota tubuh lainya secara fungsional. Sebagai contoh dari

ini adalah berjalan di lereng. Tubuh harus melawan gravitasi sambil bergerak

dalam arah, serta menyeimbangkan dirinya sendiri di tanah yang tidak rata.

Hal ini akan memaksa tubuh untuk menyesuaikan tulang dengan cara yang

menyeimbangkan tubuh, sementara pada saat yang sama mencapai

momentum melalui mendorong terhadap tanah yang berlawanan arah gerakan

dengan yang dikehendaki. Pada awalnya, mungkin tampak bahwa kaki adalah

penggerak utama dari tindakan ini, tetapi tanpa keseimbangan, kaki hanya

akan menyebabkan orang jatuh. Oleh karena itu, penggerak utama berjalan

adalah inti mencapai stabilitas, dan kemudian kaki melangkah hal

menjelaskan tentang inti yang stabil dengan menggunakan otot kaki.

Dalam kasus lereng licin, seseorang mungkin harus bereaksi dan menangkap

diri

mereka sendiri untuk menjaga keseimbangan. Ini adalah fungsi dari seberapa

cepat otot-otot seseorang dapat bereaksi terhadap situasi, ukuran kecepatan

dan kecepatan (seberapa cepat mereka bereaksi dan seberapa cepat mereka

dapat merekrut otot-otot yang diperlukan). Seseorang yang dapat bereaksi

dengan cepat tetapi tidak merekrut cukup cepat otot-otot mereka akan tahu

bahwa mereka sedang jatuh, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Seseorang yang

tidak dapat bereaksi cukup cepat (atau tepat) tetapi dapat merekrut otot-otot

mereka dengan kecepatan, akan bereaksi berlebihan dengan mudah. Akhirnya,

dengan asumsi subjek memiliki reaksi dalam waktu dan dengan kecepatan,

(42)

tergelincir mengurangi beban pada otot-otot mereka, namun singkat.

Kemampuan otot untuk memiliki kekuatan, akan memastikan bahwa beban

langsung dapat diambil oleh otot dan mereka akan mampu mengembalikan

keseimbangan dan, akhirnya, mencapai tujuan mereka.

2.3.1.1. Manfaat melatih core muslce

a. Memperkuat core muscles akan memperbaiki postur tubuh dan

mencegah sakit pinggang (low back).

b. Membantu menjaga kesehatan otot, sehingga mencegah cidera

pinggang lebih lanjut.

c. Meningkatkan kinerja tubuh

d. Latihan memperkuat core muscle tidak menyebabkan sakit nyeri

otot.

e. Memperpanjang otot dan mencegah ketidak seimbangan pijakan saat

anda menjadi tua.

2.3.1.2. Fisiologi Core Stability

Otot Inti digunakan untuk menstabilkan dada dan panggul selama gerakan

dinamis dan juga memberikan tekanan internal untuk mengusir zat (muntah,

kotoran, karbon-saratudara, dll).

a. Valsava manuver

Otot inti sangat penting dalam manuver Valsava, yang adalah ketika

thorax seseorang mengencangkan sementara menahan napas mereka.

(43)

tangan seseorang di depan dada sambil berdiri, dan kemudian menarik

terhadap tangan tanpa melepaskan.

Manuver Valsava membantu dalam mengangkat, ekskresi, mendorong,

dan melahirkan.

b. Tarak (kemampuan menahan buang air)

Kontinensia adalah kemampuan untuk menahan buang air besar, dan

inkontinensia stres kemih (kurangnya kontrol kandung kemih karena dasar

panggul dapat menyebabkan disfungsi otot inti lemah).

c. Kehamilan

Wanita menggunakan otot inti mereka, khususnya transversus

abdominis , selama persalinan dan melahirkan. Sebuah contoh dari fungsi

inti statis adalah menembak senapan dalam posisi tengkurap. Untuk

menjaga akurasi, penembak harus mampu mentransfer berat tubuh mereka

sendiri dan berat senapan ke tanah.

Gambar 2.5. Contoh fungsi inti statis.

Dari Tentara dalam posisi tiarap akan menembak

Pada daerah lumbar spine, otot local dan global bekerja dalam harmony

untuk memberikan keseimbangan biomekanik . Dengan mempertimbangkan

lumbar spine sebagai contoh; distribusi kekuatan pada sistem local

(44)

postural, selama system global menghasilkan gerakan dan membantu dalam

stabilisasi seperti yang seharusnya atau dibutuhkan. Local muscles (segmental stabilization) dan Otot global mengontrol range of movement dan alignment.

(Comerford MJ, Mottram SL, 2001)

d. Proses pembentukan stabilisasi pada core muscle

Postural External Loads

Gambar 2.6. Model of core stability (Core Stability Training: Application To Sport Condition Programs) (Jeffrey, 2007)

Berdasarkan gambar diagram tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

mekanisme terbentuknya stabilisasi oleh otot inti (core muscle) terjadi karena

stimulasi dari gerak ekstremitas ( aktifitas proprioceptor) melalui pembebanan(external load) serta kondisi postural adjustments yang kemudian di

interpretasikan oleh sistem saraf pusat sebagai keputusan akan adanya kebutuhan

(45)

(stabilisator) serta mengaktivasi otot tersebut yang kemudian akan menghasilkan

stabilisasi serta kontrol saraf.

Hal tersebut di atas juga dikenal sebagai mekanisme feed forward mechanism

(FFM) yang memiliki hubungan erat dengan otot-otot inti pada tubuh manusia

2.3.2. Stabilisasi Lumbo Pelvic

Pada tahun 1970-an, para peneliti mulai menggambarkan konsep stabilitas

Spinal. Bahwa stabilitas adalah sebuah proses dinamis yang meliputi dua hal :

posisi statis dan gerakan yang terkontrol, mereka berteori bahwa cedera punggung

dan nyeri dapat disebabkan oleh degenerasi sendi dan secara bertahap jaringan

lunak dari waktu ke waktu mengalami microtrauma berulang, yang disebabkan

oleh kontrol yang kurang dari struktur tulang belakang. (Barr, 2005)

Berdasarkan penelitian biomekanik Punjab dan kawan-kawan, maka

diperkenalkan konsep stabilitas lumbopelvic fungsional. Stabilitas sebagai suatu

tindakan yang dilakukan oleh kerja antara tiga subsistem; pasif, aktif dan

persarafan. subsistem pasif terdiri dari struktur osseus atau vertebrae dan diskus

atau artikular, ligamen dan tulang belakang, serta pembatasan gerakan segmental

mereka. Adapun tugas daripada subsistem pasif adalah memonitor gerak dan

posisi spine. Struktur aktif mengacu pada otot dan tendo sendiri, yang

menstabilkan segmen tulang belakang saat bergerak. Otot-otot harus memiliki

ketahanan dan kekuatan yang memadai untuk melakukan fungsi ini agar

memuaskan (karakteristik fungsional otot). Subsistem kontrol mengacu pada

(46)

kontrol menyediakan aksi bersama antara input aferen (proprioception) dan output

eferen dari sistem saraf (koordinasi), dan memungkinkan otot untuk berkontraksi

dengan kekuatan yang diperlukan dan pada waktu yang tepat. Dengan kata lain

bahwa stabilitas tulang belakang dan juga daerah lumbo-pelvic adalah hasil kerja

yang sinergis dari 3 elemen utama menurut Punjab, 1992:

Dukungan dari struktur pasif osseoligamentous. (Osteo-ligamentous subsystem

(passive)), dukungan aktif dari sistem otot. (muscle subsystem (active)),

pengendalian sistem otot oleh SSP (Central Nervous Subsystem)

Stabilitas lumbo pelvic atau panggul mengacu pada kemampuan otot-otot

punggung dan panggul untuk menjaga tulang belakang dan panggul dalam posisi

yang optimal selama aktivitas gerak dan olahraga. Jika struktur ini dipertahankan

atau dijaga dalam keselarasan yang optimal maka otot-otot dan sendi pada tungkai

bawah dapat berfungsi secara efisien. Jika struktur ini tidak dijaga dalam

keselarasan yang optimal, maka sendi kurang berhasil dan fungsi otot dapat

menyebabkan cedera dan nyeri di tulang belakang serta tungkai bawah.

Ketika lumbo-pelvis kompleks stabil, otot-otot perifer memerlukan kontraksi

yang sedikit untuk menghasilkan jumlah gerak yang dibutuhkan.

Stabilitas panggul yang memadai memungkinkan untuk transfer efisien daya dari

ekstremitas bawah ke ekstremitas atas. Misalnya, tindakan melempar

membutuhkan kaki dan dasar untuk memulai gerakan dan untuk mentransfer

kekuatan sampai lengan untuk melempar bola.

Postur tubuh yang kurang baik di saat istirahat atau bergerak, misalnya, saat

(47)

tahanan pada glutealis dapat menunjukkan rendahnya kontraksi aktif otot

gluteal. Hal ini menjadi lebih nyata saat menjalankan aktivitas dengan level yang

tinggi. kontrol postural, adalah kapasitas untuk menjaga proyeksi pusat gravitasi

tubuh terhadap base of support. Spasme otot dan contoh di atas, yaitu keterbatasan fleksor pinggul dapat berarti kontrol otot yang buruk pada otot

panggul dan ketidakseimbangan antara pinggul dan otot-otot panggul. Hal lain

yang harus dicari adalah kelemahan otot. Melakukan beberapa tes sederhana

dapat mengidentifikasi masalah, namun melakukan tes fungsional yang lebih,

seperti; satu langkah kaki turun atau kegiatan melompat akan mengidentifikasi

masalah yang lebih halus yang perlu dikoreksi. Stabilisasi tulang belakang

lumbo-pelvic melibatkan co-kontraksi otot lumbar multifidus dan transversus

abdominis. Secara mekanis, stabilitas tergantung pada posisi, gerak, dan beban.

Pola gerakan yang berubah oleh karena kekuatan dan fleksibilitas yang salah,

kelelahan oleh karena kurangnya daya tahan, atau kontrol saraf yang abnormal

pada akhirnya akan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan jaringan akan

mengakibatkan penurunan stabilitas struktur tulang belakang, meningkatkan

tahanan atau beban ke otot-otot yang sudah tidak efisien, dan mengakibatkan

kelangsungan dari proses degenerasi. Keseimbangan agonis dan antagonis

diperlukan untuk membantu ligamen dalam memberikan stabilitas sendi dan

untuk menyeimbangkan distribusi tekanan pada permukaan artikular (Barrata,

1988)

Stabilitas sendi merupakan akibat dari mekanisme kerja baik statis maupun

(48)

Stabilitas statis berasal dari struktur pasif seperti kesesuaian tulang, ligamen, dan

kapsul sendi. Stabilitas dinamis diciptakan oleh kontraksi otot dan sendi yang

disebut sebagai stabilisasi fungsional.

Postural stabilitas (biasanya disebut sebagai keseimbangan) didefinisikan sebagai

kemampuan tubuh untuk mempertahankan pusat gravitasi (COG) dalam bidang

tumpu (BOS) pada batas-batas stabilitas (line of stability) (LOS)) pengaturan ini

disebut sebagai kerucut terbalik

Stabilitas postural adalah hasil dari input, proses, dan output informasi dari PNS

dan SSP. khususnya, informasi yang terlibat dalam stabilitas postural meliputi

visual, vestibular dan informasi somatosensori.(neurac 1, 2008)

2.3.3. Anatomi Lumbo-pelvic

a. Tulang :

Secara anatomi, struktur kolumna vertebralis terdiri atas 33 ruas, dibagi

menjadi 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang thorakalis, 5 ruas lumbalis, 5

ruas tulang sakrum dan 4 ruas tulang koksigeus. Secara fungsional kolumna

vertebralis merupakan satu kesatuan, baik dalam fungsi dinamik maupun

fungsi statis. Secara keseluruhan tulang belakang harus menggerakan dan

meneruskan berat badan dan melindungi medula spinalis. Pada posisi berdiri

tegak segmen lumbal akan lordosis dan kolumna vertebralis bekerja seperti

derek, otot paravertebral merupakan kabel-kabel yang mengimbangi setiap

beban yang dibawa ke depan.

(49)

Pada kolumna vertebra ada dua jenis persendian, yaitu persendian

antara dua korpus vertebra dan antara 2 arkus vertebra, yang mana

dihubungkan oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamentum interoseus.

Gambar.2.7 Kurva Spine di lihat dari anterior, posterior dan lateral Sumber http://www.spineuniverse.com

(Jason M. Highsmith, MD)

Gambar. 2.8 Struktur tulang Vertebra Lumbal Sumber http://www.spineuniverse.com

(Jason M. Highsmith, MD)

c. Diskus Intervertebralis

Tiap diskus intervertebralis terdiri dari lapisan luar annulus fibrosus dan

(50)

berada dalam tegangan. Diskus intervertebralis terletak antara tiap-tiap korpus

vertebra. Pada potongan sagital tampak seperti kerucut.

Gambar 2.9 Discus Intervertebralis Sumber.http://www.alphaklinik.de

d. Foramen Intervertebralis

Foramen intervertebralis terletak disebelah dorsal kolumna vertebralis

antara vertebra atas dan bawahnya. Pada bagian superior dibatasi oleh

pediculus vertebra bawahnya dan pada bagian anterior oleh sisi dorso lateral

discusserata sebagian korpus dan pada bagian dorsal oleh prosesus artikularis

dan sendi facetnya dan tepi lateral ligamentum flavum.

e. Radiks

Radiks merupakan sepertiga sampai setengah isi foramen yang terdiri atas

saraf sensorik dan motorik, diselubungi oleh jaringan ikat fibrosus dan

(51)

Gambar 2.10. Persyarafan pd regio Lumbal Sumber. www.back. Com

f. Saraf Sinuvertebra

Saraf sinuvertebra merupakan cabang rami vertebralis yang melewati

foramen ke kanalis vertebra kemudian bercabang dan mensarapi satu segmen

di atasnya, segmen yang bersangkutan dan dua segmen di bawahnya.

g. Pembuluh darah

Pada bagian bawah foramen terdapat lebih dari dua vena yang cukup

besar. Selain itu terdapat pula cabang kecil dari arteri segmental. Arteri ini

terbagi menjadi tiga cabang, yaitu satu cabang mensuplai corpus vertebra, satu

cabang lagi mensuplai bagian posterior. Kemudian juga terdapat arteri

vertebralis pada sisi kiri dan kanan medulla spinalis dan batang otak. Kedua

arteri ke atas bersama-sama setelah memasuki foramen magnum bergabung

membentuk arteri basilaris.

h. Facet

Merupakan bagian yang sensitif pada spine dan memiliki banyak jaringan

pengikat untuk membentuk sendi yang normal. Facet terdiri dari kartilago,

kapsule, cairan sendi dan ligamen. Facet joint merupakan sendi yang terdapat

pada tubuh yang dapat bergerak dan termasuk jenis sendi datar dengan gerak

(52)

mengandung cairan sinovium. Ketika mengalami iritasi, kompresi, trauma

atau injuri dapat mengakibatkan nyeri yang hebat dan bengkak.

Facet dibentuk oleh facies artikularis inferior pada vertebra atas dan facies

artikularis superior dari vertebra bawahnya. Tidak semua facet berada dalam

bidang yang sama, pada segmen tertentu lebih convex atau concave.

i. Ligamen

1) Ligamentum interspinosus, ligamentum ini berperan dalam mencegah

terpisahnya dua vertebra.

2) Ligamentum supraspinosus,

3) Ligamentum intertransversus,

4) Ligamentum iliolumbal, merupakan ligamentum penting yang mengikat

prosesus transversus L3 ke ilium. Ligamentum ini menahan meluncurnya

ke depan menekuk ke lateral dan rotasi aksial vertebra L5 terhadap

sakrum.

5) Ligamentum flapum, Berperan sedikit dalam menahan fleksi lumbal

tetapi tidak membatasi gerakan. Peran utamanya memelihara keutuhan dan

permukaan yang mulus sepanjang atap kanalis vertebralis.

6) Ligamentum longitudinale anterior,

7) Ligamentum longitudinal posterior, ligamen ini berfungsi untuk

membatasi

gerakan utama pada gerakan fleksi ektensi dan melindungi diskus

Gambar

Gambar 2.2. Menendang dengan Kaki Bagian Luar Sumber: Sucipto dkk, (2000: 19)
Gambar 2.3. Menendang dengan Punggung Kaki Sumber: Sucipto dkk, (2000: 20)
Gambar 2.21. Latihan pada rantai kinetic tertutup  Sumber :(Neurac 1, 2008)
Gambar . 2. 24: Push-Up
+7

Referensi

Dokumen terkait

belajar terhadap penguasaan materi listrik, (3) pengaruh penggunaan media pembelajaran berbasis mobile learning pada smartphone dengan platform android

Untuk mengetahui sejauh mana siswa kelas XII-MM 3 SMK Mahardhika dalam penguasaan bahasa Inggris khususnya Reading Comprehension , maka pengabdi member tes kemampuan

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Pengasih, karena atas anugerah, penyertaan, dan berkat-Nya membuat penulis mampu menyelesaikan laporan skripsi dengan

Menurut Watkins (2001), jenis minyak yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan metil ester sulfonat (MES) adalah kelompok minyak nabati seperti minyak kelapa,

Tabulasi silang jenis kelamin dengan efektivitas downward communication indikator metode lisan yang digunakan di PT. Tabulasi silang usia dengan efektivitas downward

Ciri-ciri pria yang ada dalam iklan tersebut yaitu seorang pria yang memiliki hobi petualang dan suka dengan tantangan, lalu seorang pria yang juga memiliki hobi dengan

Kawasan rawan bencana alam geologi berupa gerakan tanah seluas 220.840,89 Ha meliputi; kawasan rawan gerakan tanah tinggi terdapat di kecamatan Bandar Pusaka,

Dari hasil wawancara dan observasi bahwa pelaksanan pembelajaran di Kelas VII A MTs Darul Ishlah selama ini masih terlihat belum optimal, dari beberapa mata