• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 1 BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. Aspek Geografi dan Demografi

Sub bab Aspek Geografi dan Demografi membahas mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensial pengembangan wilayah, wilayah rawan bencana dan demografi.

2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Aceh Tamiang merupakan Kabupaten yang termasuk wilayah administrasi Provinsi Aceh dan berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2002 dengan luas wilayah 1.957, 02 Km2, dan terdiri dari 12 (dua belas) Kecamatan. Peta administrasi Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Gambar 2.1, dimana secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang meliputi:

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Gayo Lues dan Selat Malaka;

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues;

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Langsa dan Selat Malaka dan Kabupaten Aceh Timur; dan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara.

(2)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 2 Gambar 2.1

Peta Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang

2.1.1.2. Topografi

Kabupaten Aceh Tamiang memiliki klasifikasi kelerengan 0-2%, 2-8%, 8-15%, 15-25%, 25-40%, dan >40%. Berdasarkan kelompok kelerengan tersebut, dominan memiliki kelerengan 2-8% dengan luasan 81.850,65 Ha atau sebesar 37,17% dari total luas wilayah kabupaten. Kondisi ketinggian Kabupaten Aceh Tamiang secara keseluruhan berada kurang dari 2.000 diatas permukaan laut (dpl). Peta Kondisi Kelerengan dan Ketinggian Wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

(3)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 3 Gambar 2.2

Peta kondisi Kelerengan

Gambar 2.3 Peta Ketinggian Wilayah

2.1.1.3. Geologi

Kondisi fisik Kabupaten Aceh Tamiang sebagian besar merupakan daerah dataran rendah dan hanya sebagian kecil yang merupakan daerah berbukit. Dataran

(4)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 4 rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antara kecamatan cukup beragam berkisar antara 20-700 meter dpl dengan kemiringan antara 8-25%.

Jenis tanah umumnya terdiri dari tanah Ultisol atau Podsolik Merah Kuning (PMK) dari batuan yang tanah dasarnya mengandung Granit, Alfisol (Renzina) dari batuan kapur, Inceptisol atau tanah Latosol dari berbagai jenis bahan geologi yang beragam dengan tingkat pelapukan sedang. Tanah Aluvial atau Entisol dari bahan endapan resen atau baru, Tanah Regosol/Entisol dari bahan pasir yang relatif baru, serta tanah Organosol (tanah gambut) dan dan Gley humus (Hidromorfik Kelabu) atau Trapaquepts.

Secara geologi, stratigrafi daerah Aceh Tamiang merupakan bagian dari stratigrafi regional Lembar Langsa. Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah Formasi Bahorok (Pub) yang berumur Paleozoik. Secara takselaras tertindih oleh Formasi Batu gamping Kaloi (MPkl). Di atasnya takselaras terdapat Formasi Batu gamping Tampur (Totl) berumur Oligosen Awal yang ditindih takselaras oleh Formasi Bruksah (Tob).

Selanjutnya berturut-turut pada Miosen secara selaras di atasnya terdapat Formasi Bampo (Tmb) dengan anggotanya (Tmbb), Formasi Keutapang (Tuk), Formasi Seureula (Tps) dan Formasi Julu Rayeu (QTjr). Formasi Idi (Qpi) merupakan endapan Kuarter tua (Plistosen) menindih takselaras di bawahnya dan terus berkembang menjadi endapan Alluvial (Qa).

Batuan di Aceh Tamiang dapat dikelompokkan menjadi Aluvium, batuan Malihan, batuan Sedimen dan Karbonat. Peta Geologi Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(5)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 5 Gambar 2.4

Kondisi Geologi

Identifikasi sebaran bahan galian menurut jenis dan keterdapatannya di dalam formasi dapat ditelusuri dari jenis batuan yang mengandung bahan tambang atau mineral tertentu, sehingga bahan galian industri yang terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang dapat diidentifikasi menjadi 3 (tiga) golongan yaitu:

Bahan galian industri non logam (Batu gamping, Fosfat, Batu lempung dan Batu lanau, Pasir-Kerikil, dan Batu Kali)

Bahan galian industri logam(Bijih besi)

Bahan galian industri energi (Minyak dan Gas bumi, serta Batubara)

Selain bahan galian industri tersebut di atas, masih terdapat potensi sumber daya geologi lainnya yaitu:

Potensi sumber daya energi panas bumi

Potensi sumber daya tenaga air

Potensi sumber daya air tanah

(6)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 6 2.1.1.4. Hidrologi

Kondisi hidrologi di Kabupaten Aceh Tamiang mulai di bagian hulu terjadi gerakan air permukaan yang cukup deras, berkurang di bagian tengah dan makin pelan di bagian hilir. Kondisi demikian menyebabkan bagian hilir (Kecamatan Seruway, Bendahara, Banda Mulia, dan Manyak Payed) menjadi tempat pengendapan sedimen yang berasal dari bagian hulu (Kecamatan Tamiang Hulu, Bandar Pusaka, Tenggulun, dan Sekerak).

Sebelah Timur Laut Kabupaten Aceh Tamiang membentang pantai sepanjang 54,94 km, dan merupakan tempat bermuaranya Sungai Tamiang. Sungai Tamiang adalah sungai utama dari dua aliran Sungai Simpang Kiri dan Sungai Simpang Kanan serta beberapa aliran sungai lainnya. Dimana sungai-sungai di Kabupaten Aceh Tamiang sebagian besar berhulu di Gayo Lues.

Sungai yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang bila dikelola dengan baik dapat menjadi sumber utama kehidupan masyarakat untuk menggerakkan sektor ekonomi dan sosial budaya. Seperti halnya pengairan untuk persawahan dan perkebunan. Dimana aliran dari sungai-sungai yang ada dapat difungsikan sebagai irigasi semi teknis dan irigasi sederhana sehingga sebagian besar sawah di kabupaten ini akan dapat ditanami 3 (tiga) kali setahun.

Berdasarkan Keppres 12 tahun 2012, Wilayah Sungai Tamiang - Langsa dapat dilihat pada table 2.1, dan Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Gambar 2.5.

(7)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 7 Tabel 2.1

Wilayah Sungai Tamiang – Langsa

Kode WS Wilayah Sungai Daerah Aliran Sungai Kewenangan

Lintas Kabupaten/Kota

01.06.B Tamiang – Langsa DAS dalam wilayah Aceh Tamiang : Manyak Payed; Raja Muda; Putaurukut; Bunin; Simpang Kiri; Genting; Tamiang; Paya Udang; Kemiri; Matang Maku; Sailau; dan Masin.

Pemerintah Aceh

DAS di Wilayah Kabupaten Aceh Timur dan Kota Langsa : Raya; Bayeuen; Tengku Armiya; Birimpontong; Langsa;

Sumber : Keppres 12 tahun 2012

Gambar 2.5

(8)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 8 Selanjutnya untuk Cekungan Air Tanah (CAT) yang ada di wilayah Aceh Tamiang diidentifikasikan hanya ada 1 (satu) CAT, ini berdasarkan acuan kepada Atlas CAT Indonesia yang diterbitkan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2009, Yaitu seluas 66.589,18 Ha.

2.1.1.5. Klimatologi A. Curah Hujan

Kabupaten Aceh Tamiang termasuk ke dalam Iklim Tropis dan berdasarkan pada klasifikasi Iklim Schmidt – Ferguson termasuk tipe iklim sangat basah (A). Pencatatan curah hujan 10 tahun berturut-turut, curah hujan bulanan tertinggi sebesar 140,1 mm/bln dan curah hujan terendah 72,4 mm/bln dan curah hujan tahunan tertinggi sebesar 1681,1 mm/thn dan terendah 868,21 mm/thn (Tabel2.2).

Tabel 2.2

Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011

Bulan Tahun Rata-rata 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jan 113,2 137,5 30,2 142,4 118,5 140,8 40 75,9 188,6 81,7 106,88 Feb 23 60,1 37,9 21,1 43,3 56,4 5 6,7 50,0 26,5 33 Mar 64,5 165,7 89,2 137,4 98,8 35,6 122,7 86,5 108,9 252,1 `116,14 Apr 104 86,5 168,9 41,8 51 42,5 61 95,7 146,9 19,9 81,82 Mei 36,2 120,8 225,1 55,7 132 99,2 18,7 146,6 80,9 101,8 101,7 Jun 86 28,7 1,6 43,7 78,9 64,1 3,1 86,7 204,6 50,9 64,83 Jul 21,1 127,5 128,1 66,1 64,2 187,2 150,4 41,9 65,4 84,7 93,66 Ags 12,7 131 15,5 23,3 37,1 94,7 113,8 196,2 103,2 175,7 90,32 Sep 55,1 164,5 142,6 86,5 83,5 53,8 16 50,8 124,6 71 84,84 Okt 134,4 120,1 114,3 171,3 84,6 206,3 73,6 74,6 83,6 244,6 130,74 Nop 116,4 85 79 364 44,9 138,9 402,1 428,1 294,5 237,1 219 Des 101,6 160 166,1 412,8 231,2 285,6 222,1 110,7 229,9 283,3 220,33 JLH 868,2 1387,4 1198,5 1566,1 1068 1405,1 1228,5 1400,4 1681,1 1629,3 1343,26 Rata2 72,4 115,6 99,9 130,51 89 117,1 102,4 116,7 140,1 135,78 111,949

Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Malikul Saleh Lhokseumawe (diolah 2001).

B. Arah dan Kecepatan Angin

Hasil pencatatan Kantor Meteorologi dan Geogfisika Malikul Saleh bahwa di Kabupaten Aceh Tamiang kecepatan angin berkisar antara 3 knots sampai dengan 7,7 knots. Kecepatan terendah pada Tahun 2011 dan tertinggi terjadi pada Tahun

(9)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 9 2006. Arah angin didominasi berasal dari arah Timur Laut (TL), disusul dengan arah Utara (U), Timur (T) dan Barat Laut (BL) seperti pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3

Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) Tahun 2002-2011

Bulan Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 A K A K A K A K A K A K A K A K A K A K Jan T 5,0 T 5,2 TL 6,3 T 5,9 TL 4,6 TL 5,3 T 5,0 TL 6 TL 6 TL 5 Feb TL 3,9 U 5,2 TL 4,6 TL 4,7 TL 5,1 TL 5,0 TL 5,5 TL 5 TL 5 BD 4 Mar TL 3,7 U 4,7 TL 5 TL 4,9 TL 4,6 TL 5,3 TL 5,3 U 7 TL 5 BD 5 Apr U 3,3 U 3,9 TL 5 TL 4,3 BL 4,6 BL 4,9 U 4,9 U 6 U 7 BD 4 Mei TL 3,6 U 3,8 TL 4,6 TL 4,6 U 4,3 TL 5,2 TL 5,2 BL 5 TL 6 BD 5 Jun U 3,6 U 3,9 TL 4,6 TL 4,6 TL 7,7 TG 6,9 U 4,4 TL 6 TL 5 TL 4 Jul U 4,7 U 4,0 TL 4,1 TL 4,0 TL 7,3 TL 4,7 TL 5,2 TL 7 B 5 TL 3 Ags TL 4,5 TL 4,1 TL 4,5 TL 4,6 TL 5,0 N 4,3 TL 3,9 U 7 TL 4 BD 4 Sep TL 5,1 TL 3,6 TL 4,4 BL 4,2 BL 4,9 TL 4,6 TL 4,0 U 5 BD 5 BD 3 Okt U 4,3 TL 4,5 BL 5,3 U 4,1 U 4,4 BL 4,2 U 3,9 U 5 TG 4 TL 3 Nop TL 4,0 TL 4,1 TL 4,7 TL 4,2 TL 4,0 TL 4,2 BL 5,0 TL 6 BD 5 BD 3 Des TL 4,3 TL 5,3 TL 5,5 T 4,5 TL 5,4 T 5,0 TL 4,9 TL 7 TL 5 T 8

Sumber : Stasiun Meteorologi dan Geofisika Malikul Saleh Lhokseumawe (diolah 2011).

2.1.1.6. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tamiang berupa hutan Mangrove, perkebunan, perkebunan rakyat, permukiman, pertanian lahan kering, sawah, semak/belukar, sungai, tambak, tanah terbuka/kosong. Berdasarkan penggunaannya lahan tersebut didominasi oleh hutan seluas 70.588,60 Ha atau 31,86% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang.

Distribusi penggunaan lahan wilayah Kabupaten Aceh Tamiang meliputi peruntukan ruang fungsi lindung dan peruntukan ruang fungsi budidaya, yang merupakan penjabaran rinci dari Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi serta dikembangkan dengan sepenuhnya memperhatikan daya dukung sumberdaya wilayah.

Pemanfaatan ruang wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang didasarkan pada pertimbangan hasil analisis dan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan serta aspek-aspek kepentingan yang yang ada.

(10)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 10 Tabel 2.4

Rencana Pola Ruang

Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012-2032

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

I KAWASAN LINDUNG 58.302,76 26,31

1. Hutan Lindung 46.620,11 21,04

2. KAWASAN Perlindungan Setempat 9.762,40 4,41

- RTH Permukiman Perkotaan 752,14 0,34

- Sempadan Pantai 505,04 0,23

- Sempadan Sungai 8.505,22 3,84

3. KAWASAN Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya 1.779,63 0,80

- Suaka Alam Perairan 981,70 0,44

- Taman Nasional Gunung Leuser 797,93 0,36

4. KAWASAN Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan

Bawahannya 140,62 0,06

- Kawasan Resapan Air 140,62 0,06

II KAWASAN BUDIDAYA 163.313,58 73,69

1. KAWASAN Peruntukan Hutan Produksi 38.484,78 17,37

- HPT 970,54 0,44

- Hutan Produksi 33.305,89 15,03

- Hutan Produksi Konversi 4208,35 1,90

2. KAWASAN Peruntukan Hutan Rakyat 424,93 0,19

3. KAWASAN Peruntukan Industri 596,77 0,26

- Industri Agro 187,46 0,08

- Industri Minapolitan 409.31 0,18

4. KAWASAN Peruntukan Lainnya 1.043,21 0,466

- Kawasan Hankam 28,64 0,01

- Kawasan Pendidikan 13,37 0,006

- Kawasan Perkantoran 86,72 0,04

- Kawasan Transmigrasi 914,48 0,41

5. KAWASAN Peruntukan Perikanan 1.821,90 0,82

6. KAWASAN Peruntukan Permukiman 9.785,85 4,41

- Permukiman Pedesaan 7.335,81 3,31

- Permukiman Perkotaan 2.450,04 1,10

7. KAWASAN Peruntukan Pertanian 111.156,10 50,156

- Holtikultura 116,17 0,05

(11)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 11

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

- Perkebunan 43.184,66 19,49

- Perkebunan Rakyat 10.441,33 4,71

- Pertanian Lahan Kering 50.618,50 22,84

- LPPB 886,71 0,40

- Sawah Irigasi 4.508,17 2,03

- Sawah Tadah Hujan 1.387,40 0,63

Jumlah 221.616,34 100,00

Sumber: Hasil Analisis dan Pola Ruang RTRW Kab. Aceh Tamiang Tahun 2012-2032

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012-2032 ditetapkan sistem pusat kegiatan yang tersusun atas pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah :

(1) Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan. Sebagimana disebutkan di atas penetapan PKL merupakan kewenangan Provinsi, sehingga berdasarkan RTRW Aceh ditetapkan PKL di Kabupaten Aceh Tamiang berupa PKL di Kota Kualasimpang-Kota Karang Baru. Fungsi utama dari PKL Kota Kualasimpang-Karang Baru adalah sebagai pusat perdagangan, jasa, pelayanan sosial, umum skala kabupaten dan pusat pemerintahan di Karang Baru.

(2) Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kota kecamatan yang mempunyai potensi untuk berfungsi sebagai pusat jasa, pusat koleksi dan distribusi, dan simpul transportasi dengan skala pelayanan desa-desa dalam satu kecamatan yang merupakan kota kecil/ibukota kecamatan. PPK di Kabupaten Aceh Tamiang, meliputi :

(12)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 12 a. Sungai Liput di Kecamatan Kejuruan Muda;

b. Pulo Tiga di Kecamatan Tamiang Hulu; c. Tualang Cut Manyak Payed;

d. Tangsi Lama di Kecamatan Seruway; dan e. Alur Cucur di Kecamatan Rantau.

(3) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)

Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa/kampung. Kawasan yang memiliki kriteria sebagai PPL adalah pusat mukim yang berada di kawasan perdesaan. Atas dasar tersebut PPL Kabupaten Aceh Tamiang sebagai berikut :

a. PPL Sekerak Kanan di Kecamatan Sekerak; b. PPL Medang Ara di Kecamatan Karang Baru; c. PPL Sungai Iyu di Kecamatan Bendahara; d. PPL Telaga Meuku di Kecamatan Banda Mulia; e. PPL Simpang Kiri di Kecamatan Tenggulun; dan f. PPL Babo di Kecamatan Bandar Pusaka.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Berdasarkan catatan sejarah, Aceh tamiang pernah mengalami bencana Banjir yang sangat besar tahun 2005. Bencana Banjir mengakibatkan lumpuhnya perekonomian Selain bencana-bencana berskala besar pernah tercatat dalam sejarah, Aceh Tamiang juga tidak lepas dari bencana yang terjadi hampir setiap tahun dan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.

Berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012-2032 , kawasan rawan bencana yang terdapat di wilayah Kabupaten Aceh Tamiang yaitu :

(13)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 13 1. Kawasan rawan bencana banjir seluas 35.094 Ha meliputi : Kecamatan Banda Mulia seluas 2.163 Ha, Kecamatan Bendahara seluas 5.007 Ha, Kecamatan Karang Baru seluas 6.308 Ha, Kecamatan Tamiang Hulu seluas 1.483 Ha, Kecamatan Kejuruan Muda seluas 3.747 Ha, Kecamatan Kota Kualasimpang seluas 414 Ha, Kecamatan Tenggulun seluas 1.421 Ha, Kecamatan Manyak Payed seluas 3.134 Ha, Kecamatan Rantau seluas 1.835 Ha, Kecamatan Sekerak seluas 715 Ha, dan Kecamatan Seruway seluas 8.796 Ha.

2. Kawasan rawan bencana alam geologi berupa gerakan tanah seluas 220.840,89 Ha meliputi; kawasan rawan gerakan tanah tinggi terdapat di kecamatan Bandar Pusaka, Kecamatan Sekerak, Kecamatan Tamiang Hulu dan Kecamatan Tenggulun; kawasan rawan gerakan tanah sedang terdapat di Kecamatan Bandar Pusaka, Kecamatan Tamiang Hulu dan kecamatan Tenggulun; Kawasan rawan gerakan tanah rendah terdapat di Kecamatan Manyak Payed, Kecamatan Bendahara, Kecamatan Banda Mulia , Kecamatan Seruway, Kecamatan Rantau, Kecamatan Karang Baru, Kecamatan Sekerak, Kota Kualasimpang, Kecamatan Kejuruan Muda, Kecamatan Tamiang Hulu, Kecamatan Tenggulun, dan Kecamatan Bandar Pusaka.

3. Kawasan rawan bencana abrasi tersebar pada bagian hilir kabupaten yang berada di kawasan pesisir.

2.1.4. Demografi

2.1.4.1 Jumlah Penduduk

Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang pada tahun 2012 adalah sebanyak 286.226 jiwa, walaupun pada tahun 2009 sampai 2010 mengalami penurunan. Selama priode tahun 2007-2012, rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang sebesar 2.32 %. Kecamatan Kota Kualasimpang merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk tertinggi mencapai 5.14 %, dan Kecamatan Tenggulun merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk terendah hanya sebesar 0.39 %, sedangkan pertumbuhan penduduk kecamatan lainnya seperti

(14)

BAB II Gambaran Umum Kondisi Daerah II - 14 Kecamatan Manyak Payed sebesar 1.83 %, Kecamatan Bendahara sebesar 1.94 %, Kecamatan Karang Baru sebesar 2.73 %, Kecamatan Seruway sebesar 1.87 %, Kecamatan Kejuruan Muda 2.43 %, Kecamatan Tamiang Hulu 2.35 %, Kecamatan Rantau sebesar 2.52 %, Kecamatan Banda Mulia sebesar 2.59 %, Kecamatan Bandar Pusaka sebesar 2.82 %, dan Kecamatan Sekerak 1.26 %.

Tabel 2.5

Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2008-2012

NO Kecamatan Jumlah Penduduk (Tahun)

2008 2009 2010 2011 2012 1 Manyak Payed 29.378 28.984 28.928 31.407 31.982 2 Bendahara 19.882 18.307 18.551 21.237 21.488 3 Banda Mulia 11.206 10.607 10.644 12.001 12.167 4 Seruway 24.225 23.553 23.627 26.517 26.963 5 Rantau 32.771 32.878 32.850 36.840 37.118 6 Karang Baru 35.878 35.978 36.226 39.808 40.599 7 Sekerak 6.287 5.769 6.029 6.506 6.608 8 Kota Kualasimpang 24.291 17.989 18.030 21.450 21.117 9 Kejuruan Muda 33.990 31.491 31.763 35.418 36.681 10 Tamiang Hulu 18.742 17.113 17.353 20.217 20.441 11 Tenggulun 16.885 16.184 16.315 18.480 17.780 12 Bandar Pusaka 12.453 11.476 11.598 13.195 13.282 JUMLAH 265.991 250.329 251.914 283.076 286.226

Sumber : BPS dan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Tamiang, September, 2012.

Gambar

Gambar 2.2  Peta kondisi Kelerengan
Gambar 2.4  Kondisi Geologi
Tabel 2.4  Rencana Pola Ruang

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi adalah studi mengenai hubungan antara variabel terikat (variabel dependent, Respon, Y) pada satu atau lebih variabel bebas (variabel independent, pediktor,

mengindikasikan bahwa segmen rantai pasok inovasi pada subsistem penyampaian ( delivery subsystem ) dan subsistem penerima ( receiving subsystem ) merupakan bottleneck yang

Ho : Pelatihan ,motivasi dan kompensasi tidak mempunyai pengaruh yang positif terhadap kinerja karyawan. Ha : Pelatihan ,motivasi dan kompensasi mempunyai pengaruh yang

Bagian Risalah dan Persidangan dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Sekretaris Dewan Perwakilan Rakyat Daerah serta

Gambar 8 menjelaskan ilustrasi penyisipan pesan. Warna kuning merupakan tempat yang digunakan untuk menyimpan file format media sebesar 56 bytes, warna biru digunakan

Buku cerita bergambar interaktif yang akan dirancang ini bertujuan untuk dapat mengajarkan mengenai bentuk etika berkomunikasi yang baik dan sopan kepada orang tua dan

Harian Umum Pikiran Rakyat melalui suatu suplemen yang diberi nama “GEULIS”, menyajikan isu-isu gender dalam bentuk artikel dan feature. Disajikan secara berkala setiap

Sumber penerimaan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan