• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Pengantar Pendidikan Tentang Peran Lingkungan Keluarga sebagai Pusat Pendidikan yang Pertama dan Utama

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Pengantar Pendidikan Tentang Peran Lingkungan Keluarga sebagai Pusat Pendidikan yang Pertama dan Utama"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Lingkungan Keluarga Sebagai Pusat Pendidikan Yang

Pertama dan Utama

Makalah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas akhir Pengantar Pendidikan

Disusun oleh : Reni Kusmayanti

NIM 13222033 Pendidikan B. Inggris I-A

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayah yang telah dianugerahkan kepada seluruh semesta alam, penyusunan makalah ini yang berjudul “Peranan Lingkungan Keluarga Sebagai Pusat Pendidikan Yang Pertama Dan Utama” dapat diselesaikan. Shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurah limpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta kepada seluruh umatnya.

Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah Pengantar Pendidikan. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini penulis dapat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dilihat dari segi isi, maupun tata cara penulisan, disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Saya berharap makalh ini bisa diterima oleh pembaca atau guru pembimbing pengantar pendidikan. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Demikian saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan bagi pembaca pada umumnya.

Garut, Januari 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...1 1.2 Rumusan Masalah...1 1.3 Tujuan Penulisan...2 BAB II PEMBAHASAN

2.1 Keluarga Sebagai Pusat Pendidikan...3 2.2 Peran Keluarga Dalam Pendidikan Sebagai Bagian Dari Pembangunan...5 BAB III PENUTUP

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efisien dan efektif itulah yang disebut pendidikan. Dan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan. Lingkunan yang mula-mula tapi terpenting adalah keluarga. Seperti diketahui, setiap bayi manusia dilahirkan dalam lingkungan keluarga tertentu, yang merupakan lingkungan terpenting sampai anak mulai masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Oleh karena itu, keluarga sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama. Makin bertambah usia manusia, peranan sekolah dan masyarakat makin penting, namun peranan keluarga tidak terputus. Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral. Di samping itu, kepada mereka ditanamkan keyakinan-keyakinan yang penting utamanya hal-hal yang bersifat religius. Hal-hal tersebut sangat tepat dilakukan pada masa kanak-kanak sebelum perkembangan rasio mendominasi perilakunya. Kebiasaan baik dan keyakinan-keyakinan penting yang mendarah daging merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pendidikan.

1.2 Rumusan Masalah

Agar pembahasan dalam makalah ini tidak terlalu luas dan untuk memudahkan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis akan membatasi makalah ini yang akan dituangkan dalam perumusan masalah di bawah ini :

1. Mengapa lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama ? 2. Mengapa lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama ?

3. Seberapa besar pengaruh lingkungan keluarga terhadap pendidikan yang merupakan bagian dari pembanguna?

1.3 Tujuan Penyusunan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

(5)
(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Keluarga Sebagai Pusat Pendidikan

Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalamkehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulaikehidupannya. Keluarga membentuk suatu hubungan yang sangat erat antaraayah, ibu, maupun anak. Hubungan tersebut terjadi dimana antar anggotakeluarga saling berinteraksi. Interaksi tersebut menjadikan suatu keakrabanyang terjalin di dalam keluarga, dalam keadaan yang normal maka lingkunganyang pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudarasaudaranyaserta mungkin kerabat dekatnya yang tinggal serumah. Melaluilingkungan itulah anak mulai mengenal dunia sekitarnya dan pola pergaulanhidup yang berlaku sehari-hari; melalui lingkungan itulah anak mengalamiproses sosialisasi awal (Soerjono, 2004: 70-71).

Di dalam keluarga internalisasi nilai-nilai dan norma-norma sosial jauh lebih efektif dilakukan daripada melalui institusi lainnya di luar lembaga keluarga. Peran aktif orang tua terhadap perkembangan anak sangat diperlukan terutama pada saat mereka masih berada dibawah usia lima tahun. Seorang bayi yang baru lahir sangat tergantung dengan lingkungan terdekatnya, yaitu keluarga khususnya orang tua ayah dan ibunya (Diana, 2010: 86). Peran aktif orang tua merupakan sebuah usaha yang secara langsung dalam memberikan sosialisasi terhadap anak dan juga menciptakan lingkungan rumah sebagai lingkungan sosial yang pertama dijumpai oleh anak. Anak menjadi hal terpenting yang harus diperhatikan oleh keluarga, dalam kehidupannya anak perlu mendapat perhatian khusus dari orang tua baik ayah maupun ibu, hal itu dikarenakan keluarga merupakan tempat pertama yang menerima anak lahir didunia. Tidak hanya hal itu keluarga juga menjadi tempat bagaimana anak belajar dalam berkehidupan yaitu dari awal cara makan sampai anak belajar hidup dalam masyarakat. Keluarga menjadi hal yang terpenting dalam membawa anak untuk menjadi seorang individu yang baik.

(7)

memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar mematuhi peraturan dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Pentingnya peranan orang tua dalam pendidikan anak telah disadari oleh banyak pihak.

Perkembangan kebutuhan dan aspirasi individu dan masyarakat menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya mengalami perubahan. Dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga pada umumnya tidak mampu memenuhinya. Oleh karena itu sebagian dari tujuan pendidikan akan diperoleh melalui jalur pendidikan sekolah atau pendidikan formal dan pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal. Hal ini tidak berarti bahwa keluarga dapat melepaskan diri dari tanggung jawabnya terhadap pendidikan anak, karena keluarga diharapkan dapat bekerjasama dan mendukung pusat kegiatan pendidikan lainnya yaitu sekolah dan masyarakat. Fungsi dan peranan keluarga tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga, akan tetapi lebih dari itu, yakni keluarga ikut serta bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Dalam Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional ditegaskan bahwa fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya. Dalam Undang-undang tersebut ditegaskan pula bahwa pendidikan keluarga merupakan salah satu upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengalaman seumur hidup. Pendidikan dalam keluarga meberikan keyakinan agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-aturan pergaulan serta pandangan, keterampilan dan sikap hidup yang mendukung kehidupan dalam bermasyarakat berbangsa, dan bernegara kepada anggota keluarga yang bersangkutan.

Tokoh dan pahlawan pendidikan kita (Ki Hajar Dewantoro) mengemukakan bahwa suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan baik individual maupun pendidikan sosial.

(8)

Lingkungan keluarga merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara atau metode untuk membantu orangtua agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Keluarga juga berperan dalam membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, menolong orang lain, hidup damai dan sebagainya. Di dalam keluargalah tempat menanamkan dasar pembentukan watak anak-anak.

2.2 Peran Keluarga Dalam Pendidikan Sebagai Bagian Dari Pembangunan

Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal ini pembangunan meliputi ikhtiar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani, dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja. Ikhtiar ini disebut pendidikan. Manusia sebagai sasaran pembangunan (baca:pendidikan), wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersifat “potensial” ke dalam “aktual”. Bayi yang memiliki “benih kemungkinan untuk menjadi” dibina sehingga berubah menjadi “kenyataan”. Oleh adanya perlindungan dan bimbingan orangtua dan pihak lain yang telah dewasa, bayi beranjak “status quo”nya dalam rentangan antara “naluri” dan “nurani”. Jika seandainya manusia dapat hidup hanya dengan bekal naluri maka tidak ada bedanya manusia itu dengan hewan. Justru adanya “nurani” menjadi kriterium pembeda yang principal antara manusia dengan hewan. Disini jelas urgennya peranan pendidikan itu yang memungkan berubahnya potensi manusia menjadi aksidensi dari naluri menjadi nurani, sehingga manusia menjadi sumber daya atau modal utama pembangunan yang manusiawi.

(9)

Lingkungan keluarga termasuk sumbangan pembangunan dalam segi lingkungan. Pendidikan keluarga merupakan bagian integral dari sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Oleh karena itu norma-norma hukum yang berlaku bagi pendidikan di Indonesia juga berlaku bagi pendidikan dalam keluarga. Dasar hukum pendidikan di Indonesia dibagi menjadi tiga dasar yaitu dasar hukum Ideal, dasar hukum Struktural dan dasar hukum Operasional. Dasar hukum ideal adalah Pancasila sebagai sumber dari segala sumber tertib hukum. Oleh karena itu landasan ideal pendidikan keluarga di Indonesia adalah Pancasila. Tiap-tiap orang tua mempunyai kewajiban untuk menanamkan nilai-nilai luhur Pancasila pada anak anaknya.

Landasan Struktural pendidikan di Indonesia adalah UUD 1945. Dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa setiap warga berhak mendapatkan pengajaran dan pemeritah mengusahakan sistem pengajaran nasional yang diatur dalam suatu perundang-undangan. Berdasarkan pasal 31 UUD 1945 itu maka ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendldikan NasionaL Berdasarkan Bab IV, pasal 9 ayat 1 disebutkan bahwa satuan pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus dan satuan pendidikan yang sejenis. Dari kutipan ini dapat disimpulkan bahwa orang tua itu mempunyai wajib hukum untuk mendidik anak-anaknya. Kegagalan pendidikan yang merupakan kegagalan dalam pendidikan. Keberbasilan anak dalam pendidikan yang merupakan keberhasilan pendidikan dalam keluarga.

Berdasarkan Tap MPR No. II/MPR/1988 seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan itu berdasarkan atas Pancasila dasar dan fa]safah negara. Di samping itu dijelaskan bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Oleh karena itu secara operasional pendidikan anak yang berlangsung dalam keluarga, masyarakat dan sekolah merupakan tanggung jawab orang tua juga. Pendidikan dalam keluarga berlangsung karena hukum kodrat. Secara kodrati orang tua wajib mendidik anak. Oleh karena itu orang tua disebut pendidikan alami atau pendidikan kodrat.

(10)

Majalah Basis, 1980, p.96). Bhineka tunggal karena dalam kesatuan hidup terlibat saling hubungan antara ayah-ibu-anak. Oleh karena itu dalam keluarga terjadi strukturalisasi. Dalam sirukturalisasi akan terjadi deferensiasi kerja. Pembagian tugas dan peran dalam keluarga mernbawa konsekuensi dan tanggung jawab pada masing-masing peran itu dalam keluarga. Ayah sebagai pemimpin dalam keluarga disebut juga kepala keluarga atau kepala rumah tangga. Oleh karena itu ayah memegang kekuasaan di dalam keluarga. Ayah berperan sebagai pengendali jalannya rumah tangga dalam keluaga. Seorang ayah sebagai warga negara Indonesia harus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai luhur Pancacila, serta menanamkan kepada anak anaknya agar anak menjadi warga negara yang pancasilais. Peran ayah sebagai pendidik merupakan peran yang penting. Sebab peran ini menyangkut perkembangan peran dan pertumbuhan pribadi anak. Ayah sebagai pendidik terutama menyangkut pendidikan yang bersifat rasional. Pendidikan mulai diperlukan sejak anak umur tiga tahun ke atas, yaitu saat anak mulai mengembangkan ego dan super egonya. Kekuatan ego (aku) ini sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan realitas hidup yang terdiri dari segala jenis persoalan yang harus dipecahkan. Sedangkan peranan ibu sebagai pendidik anak bertanggung jawab agar anak-anak dibekali kekuatan rohani maupun jasmani dalam menghadapi segala tantangan zaman dan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Pendidikan dalam keluarga memang telah memberikan segala jenis pendidikan, akan tetapi untuk ini pendidikan yang diberikan hanyalah dasar-dasarnya saja.

(11)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan, karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Anak-anak yang biasa turut serta mengerjakan segala pekerjaan di dalam keluarganya, dengan sendirinya mengalami dan mempraktekkan bermacam-macam kegiatan yang amat berfaedah bagi pendidikan watak dan budi pekerti seperti kejujuran, keberanian, ketenangan, dan sebagainya. Keluarga juga membina dan mengembangkan perasaan sosial anak seperti hidup hemat, menghargai kebenaran, tenggang rasa, menolong orang lain, hidup damai, dan sebagainya. Jelaslah bahwa lingkungan keluarga bukannya pusat penanam dasar pendidikan watak pribadi saja, tetapi pendidikan sosial. Di dalam keluargalah tempat menanam dasar pembentukan watak anak-anak. Decroly pernah mengatakan bahwa 70% dari anak-anak yang jatuh ke jurang kejahatan berasal dari keluarga yang rusak kehidupannya. Oleh karena itu untuk memperbaiki keadaan masyarakat dalam rangka pembangunan maka perlu adanya perbaikan dalam pendidikan keluarga (Wayan Adhana, 1986: Modul 4/10-11).

3.2 Saran

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Tirtarahardja, Umar., S. L. La Sulo.2005.Pengantar Pendidikan.Jakarta.PT. Rineka Cipta Anonim.2010.Keluarga Sebagai Lembaga Pendidikan.

http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_161.html (13 Januari 2014)

Referensi

Dokumen terkait