• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PERAN PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PERAN PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PERAN PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Penelitian Survei di Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Oleh

Suroto

1103861

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH PERAN PENDIDIKAN ORANG TUA DALAM KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA TERHADAP

PEMBENTUKAN KARAKTER SEBAGAI WARGA NEGARA YANG BAIK

(Penelitian Survei di Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah)

Oleh Suroto

S.Pd UNLAM Banjarmasin, 2007

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana Pendidikan

Kewarganegaraan

© Suroto 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

Suroto, 2013, Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Penelitian Survei di Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah). Tesis, Jurusan Pendidikan Kewarganegaran, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Pembimbing (I) Sapriya, Pembimbing (II) Endang Sumantri.

Persoalan karakter merupakan tanggung jawab orang tua, sekolah, dan masyarakat (lingkungan sosial). Perilaku dekadensi moral sangat mungkin terjadi walaupun peserta didik (anak) tinggal serumah dengan orang tua. Ketika anak tidak lagi tinggal serumah dengan orang tua karena alasan studi, maka kekhawatiran menjadi semakin kompleks. Karena itu, penelitian ini mengkaji tentang (1) Pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, (2) Pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, dan (3) Perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode survei. Alat pengumpul datanya menggunakan kuesioner penelitian. Sementara jumlah populasi sebanyak 163 dengan jumlah sampel sebanyak 118 responden diambil menggunakan teknik disproportionate stratified random sampling pada tingkat kebenaran 95%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Peran pendidikan orang tua dalam keluarga berpengaruh terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik, di mana nilai thitung = 4,116 > ttabel = 1,980, (2) Lingkungan sosial

mahasiswa berpengaruh terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, di mana nilai thitung = 2,782 > ttabel = 1,980, dan (3) Perbedaan pengaruh peran

pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos cukup signifikan.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah (1) Peran pendidikan orang tua dalam keluarga berpengaruh positif terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik, (2) Lingkungan sosial mahasiswa berpengaruh positif terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik, dan (3) Terdapat perbedaan yang signifikan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos.

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN HAK CIPTA ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian ... 14

1. Manfaat Teoritis ... 14

2. Manfaat Praktis ... 14

E. Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

A. Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga ... 16

B. Lingkungan Sosial Mahasiswa ... 26

C. Pembentukan Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang Baik ... 33

D. Hasil Kajian Penelitian Terdahulu ... 41

E. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 43

F. Hipotesis Penelitian ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, serta Cara Pemilihan Sampel ... 45

1. Lokasi Penelitian da Justifikasi ... 46

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian ... 46

3. Cara Pemilihan dan Penggunaan Sampel ... 46

B. Desain Penelitian ... 49

C. Metode Penelitian ... 50

D. Definisi Operasional ... 52

1. Peran Pendidikan Orang Tau dalam Keluarga (Variabel X1) ... 52

2. Lingkungan Sosial Mahasiswa (Variabel X2) ... 53

3. Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Variabel Y) ... 54

E. Instrumen Penelitian ... 60

(6)

1. Pengujian Validitas Instrumen ... 61

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 63

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya ... 65

H. Analisis Data ... 66

1. Pentabulasian Data Penelitian ... 66

2. Pengujian Normalitas Data Penelitian ... 67

3. Pengujian Linieritas Data Penelitian ... 67

4. Pengujian Homogenitas Data Penelitian ... 68

5. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Pemaparan Data Hasil Penelitian ... 71

1. Data Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (X1) ... 71

2. Data Lingkungan Sosial Mahasiswa (X2) ... 75

3. Data Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik ... 78

4. Data Hasil Pengujian Prasyarat Hipotesis Penelitian ... 81

a. Data Hasil Pengujian Normalitas Data Hasil Penelitian ... 82

b. Data Hasil Pengujian Linieritas Data Hasil Penelitian ... 83

c. Hasil Pengujian Homogenitas Data Hasil Penelitian ... 84

5. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 90

a. Terdapat Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang Baik ... 90

b. Terdapat Pengaruh Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik ... 91

c. Terdapat Perbedaan Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik antara Mereka yang Kos dan Tidak Kos ... 91

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92

1. Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga berpengaruh terhadap Pembentukan Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang Baik ... 92

2. Lingkungan Sosial Mahasiswa berpengaruh terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik ... 95

3. Perbedaan Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam

(7)

antara Mereka yang Kos dan Tidak Kos Memiliki

Perbedaan yang Cukup Signifikan ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jumlah Populasi Penelitian ... 46 3.2 Jumlah Sampel Penelitian ... 49 3.3 Operasionalisasi Variabel Penelitian ... 55 3.4 Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua

dalam Keluarga ... 64 3.5 Pengujian Reliabilitas Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa ... 64 3.6 Pengujian Reliabilitas Variabel Pembentukan Karakter Sebagai

Warga Negara yang Baik ... 64

4.1 Nilai Mean, Median, Modus, Range, Minimal, dan Maksimal

Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga ... 72

4.2 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel

Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga Berdasarkan Tempat

Tinggal ... 74

4.3 Nilai Mean, Median, Modus, Range, Minimal, dan Maksimal

Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa ... 76

4.4 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel

Lingkungan Sosial Mahasiswa Berdasarkan Tempat Tinggal ... 77

4.5 Nilai Mean, Median, Modus, Range, Minimal, dan Maksimal

Variabel Pembentukan KarakterSebagai Warga Negara yang Baik ... 79

4.6 Distribusi dan Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel

Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik Berdasarkan Tempat Tinggal ... 80 4.7 Hasil Pengujian Normalitas Data Penelitian ... 82 4.8 Hasil Pengujian Linieritas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua

dalam Keluarga terhadap Pembentukan Karakter Sebagai Warga

Negara yang Baik ... 83

4.9 Hasil Pengujian Linieritas Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa

terhadap Pembentukan Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik ... 84

4.10 Hasil Pengujian Homogenitas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua

dalam Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap

Pembentukan Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik ... 85 4.11 Nilai t ... 86 4.12 Nilai Adjusted R Square dan R Square Change ... 87

4.13 Nilai Adjusted R Square dan R Square Change Mahasiswa yang Kos . 88

4.14 Nilai Adjusted R Square dan R Square Change Mahasiswa

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 43 3.1 Desain Penelitian ... 50

4.1 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel Peran Pendidikan

Orang Tua dalam Keluarga Berdasarkan Tempat Tinggal ... 75

4.2 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel Lingkungan Sosial

Mahasiswa Berdasarkan Tempat Tinggal ... 78

4.3 Frekuensi Jawaban Responden terhadap Variabel Pembentukan

Karakter Sebagai Warga Negara yang Baik Berdasarkan Tempat

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. SK Pembimbing Penulisan Tesis ... 115

2. Kuesioner Penelitian yang sudah Valid ... 117

3. Data Hasil Pengujian Istrumen Penelitian terhadap Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (X1) ... 127

4. Data Hasil Pengujian Istrumen Penelitian terhadap Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa (X2) ... 130

5. Data Hasil Pengujian Istrumen Penelitian terhadap Variabel Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Y) ... 133

6. Data Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (X1) ... 138

7. Data Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa (X2) ... 140

8. Data Hasil Pengujian Validitas Instrumen Penelitian Variabel Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Y) ... 143

9. Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian ... 147

10. Daftar Responden Penelitian dari Unlam Banjarmasin ... 148

11. Daftar Responden Penelitian dari Unpar Palangkaraya ... 151

12. Data Hasil Penelitian ... 153

13. Hasil Pengujian Hipotesis Menggunakan Rumus Regresi Linier Berganda (Stepwise) ... 180

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan IPTEKS (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta Seni) dengan berbagai akibatnya, kemudian diiringi dengan arus globalisasi yang terasa begitu cepat tentunya akan sangat berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Pengaruh tersebut dapat memunculkan berbagai dinamika sosial yang layak untuk diperhitungkan dan mendapat perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Salah satu dampak dari perkembangan IPTEKS dan globalisasi adalah mulai terkikisnya karakter bangsa yang mengarah kepada penurunan karakter sebagai warga negara yang baik (good citizen). Karena itu, diperlukan sebuah usaha untuk tetap menyelamatkan dan melindungi generasi-generasi muda dari pengaruh yang sifatnya negatif. Secara umum Gaffar (2012: 2-5) menyatakan bahwa:

Gambaran tantangan utama masa kini dan mungkin masa mendatang berdasarkan fenomena perubahan sosial dan dampak arus globalisasi yang amat cepat yang melanda hampir setiap aspek kehidupan manusia terdiri dari:

1. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap

berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia bisnis dan industri.

2. Konflik, tindak kekerasan, perang yang berkepanjangan yang menyebabkan terjadinya pelanggaran terhadap hak asasi.

3. Dominasi negara adidaya terhadap negara lain dalam berbagai bentuk.

4. Revolusi ICT banyak mengubah pola hidup, pola pikir dan pola tindak manusia yang semakin materialistik dan pragmatis, serta amat bergantung pada ICT hampir dalam setiap aspek kehidupan.

5. Perubahan value system masyarakat yang didominasi oleh

materialisme dan pragmatisme serta mengabaikan values budaya. 6. Dampak proses globalisasi yang menusuk setiap aspek kehidupan,

setiap saat dan terus menerus telah meluluhlantakkan kehidupan keseharian tanpa terkendali yang mengakibatkan kehidupan dijalani tanpa arah yang jelas dan tanpa kepercayaan terhadap sesama manusia.

7. Perkembangan populasi usia muda yang amat cepat dan

(12)

8. Persaingan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas amat keras dan hanya mereka yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi yang dapat menikmati kesempatan pendidikan yang berkualitas.

9. Khusus di Indonesia, krisis nasional yang berkepanjangan,

terutama yang berkaitan dengan meningkatnya tindak pidana korupsi di segala lapisan masyarakat dalam proses demokrasi.

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa persoalan hidup yang dihadapi oleh bangsa Indonesia terasa semakin beragam dan begitu kompleks. Setiap individu senantiasa dihadapkan dengan berbagai dilema kehidupan yang semakin hari terasa semakin menghimpit, sehingga menuntut adanya suatu pondasi dan benteng yang kokoh dalam rangka mencegah dan meminimalisir berbagai efek negatif yang di bawa oleh arus globalisasi dan dampak IPTEKS itu sendiri. Selain itu, konflik individu maupun kelompok yang senantiasa mengintai, dikhawatirkan juga akan menjadi acaman tersendiri terhadap keutuhan dan semangat kebangsaan. Burdjani (2008: 1) juga menyatakan bahwa:

Gambaran umum kehidupan masyarakat masa kini banyak kemajuan yang dirasakan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya tradisional hingga yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat, dirasakan dan didengar orang tua (langsung/tidak langsung) telah menyatakan keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya.

Dari kedua Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa begitu rumit permasalahan yang melanda dan menjadi tantangan bangsa Indonesia, baik sekarang maupun di masa mendatang. Karena itu, diperlukan sebuah

„jawaban‟ dalam rangka menyelamatkan generasi-generasi penerus bangsa ke

(13)

pendidikan yang unggul diharapkan akan terlahir generasi penerus bangsa yang cerdas, berkualitas, dan senantiasa mampu menyesuaikan diri dalam berbagai kehidupan, yakni kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 bahwa:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pernyataan di atas dapat dimaknai bahwa melalui pendidikan yang notabene adalah bentuk usaha dari masing-masing pribadi dan pemerintah akan terlahir generasi-generasi penerus bangsa yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pada kenyataannya permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia sekarang ini justru salah satunya adalah dalam dunia pendidikan. Akhir-akhir ini banyak sekali muncul berbagai kejadian dan peristiwa yang mencemarkan dunia pendidikan itu sendiri dan tentunya juga sangat mengejutkan berbagai kalangan, tidak saja pemerintah, akademisi, guru dan para stake holder tetapi juga masyarakat serta para orang tua yang sehari-hari senantiasa terlibat langsung di dalam keberlangsungan pendidikan anaknya. Beberapa kejadian

tersebut diantaranya adalah “tradisi” curang Ujian Nasional, aksi contek

(14)

Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi krisis yang nyata dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan milik kita yang paling berharga, yaitu anak-anak. Krisis itu antara lain berupa meningkatnya pergaulan seks bebas, maraknya angka kekerasan anak-anak remaja, kejahatan terhadap teman, pencurian remaja, kebiasaan menyontek, dan penyalahgunaan obat-obatan, pornografi, perkosaan, perampasan, dan perusakan milik orang lain sudah menjadi masalah sosial yang hingga saat ini belum dapat diatasi secara tuntas. Perilaku remaja kita juga diwarnai dengan gemar menyontek, kebiasaan bullying di sekolah, dan tawuran.

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa banyak sekali perilaku-perilaku tidak terpuji yang terjadi dan itu merupakan bentuk atau dampak dari semakin melemahnya karakter bangsa saat ini. Padahal saat ini pemerintah sedang giat-giatnya melaksanakan program sertifikasi bagi para pendidik, program tersebut sebenarnya merupakan bentuk kepedulian pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Indonesia tetapi pada kenyataannya masih menimbulkan beberapa konflik tersendiri. Program peningkatan mutu pendidik yang dilaksanakan melalui program sertifikasi belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Hal itu seperti yang dikemukakan oleh Gaffar (2012:14) bahwa:

Secara praktis, implementasi program itu tidak sesuai atau bertentangan dengan gagasan mutu itu sendiri seperti sertifikasi melalui portopolio, dan melalui PLPG. Kedua program ini tidak menyentuh problem pokok peningkatan mutu tapi lebih banyak kepada formalitas untuk memperoleh sertifikat pendidik semata.

(15)

Timur yang terkenal dengan budaya santun, jujur, arif dan bijaksana. Pendidikan yang berorientasi terhadap pembentukan karakter anak perlu ditingkatkan. Pendidikan tidak boleh lagi hanya dibebankan kepada pemerintah dan sekolah, Antisipasi harus dilakukan melalui hal-hal yang paling kecil dan sederhana, terutama melalui pendidikan yang berlangsung di dalam kelompok terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga. Keluarga merupakan tempat di mana seseorang atau individu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk memanajemen segala sesuatu, baik dalam hal emosi maupun perilakunya.

Salah satu dampak negatif yang dikhawatirkan apabila permasalahan ini tidak terselesaikan atau tidak dilakukan penelitian akan menyebabkan generasi muda bangsa ini menjadi “loyo” atau “mudah loyo”. Sehingga ada kecenderungan untuk lebih suka memilih jalan pintas “nrabas” (istilah Koendjaraningrat) dan instan dalam melakukan berbagai aktivitas. Selain itu, apabila hal ini tetap dibiarkan, maka lama kelamaan akan menimbulkan khawatiran terhadap menurunnya sikap kepedulian antar teman serta menurunnya aspek kualitas dalam hal keilmuan.

(16)

keduanya, karena sebagian besar waktu peserta didik adalah justru berada di dalam ruang lingkup yang sifatnya informal.

Salah satu sub sistem pendidikan yang juga sangat krusial perannya dalam pembentukan karakter warga negara adalah pendidikan informal (pendidikan di dalam lingkungan keluarga). Menurut Syarbini (2012: 63)

bahwa: “Keluarga merupakan lingkungan utama yang dapat membentuk

watak dan karakter anak”. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa orang tua yang notabene adalah pendidik utama dalam sebuah keluarga memiliki tanggung jawab penuh dalam mendidik anak-anaknya selama di rumah. Sejak lahir tanpa disadari sang anak telah menerima pendidikan dari orang tua tentang banyak hal termasuk di dalamnya adalah bagaimana menjadi anak yang baik termasuk perkataan maupun perilakunya.

Pendidikan formal, non formal, dan informal ketiganya hanya dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Keberhasilan pendidikan dalam arti terwujudnya out put pendidikan berupa sumber daya manusia yang unggul dan cerdas sangat tergantung pada hubungan ketiga sub sistem tersebut dalam menunjang keberhasilan siswa. Karena itu, ketiga sub sistem tersebut harus saling melengkapi dan saling bersinergi dalam rangka membentuk generasi muda sebagai warga negara yang baik dan cerdas (smart and good citizen).

Orang tua merupakan guru pertama kali bagi anak untuk bertanya tentang hal-hal kecil hingga yang besar. Dari pengalaman tersebut, dapat didefinisikan bahwa pendidikan yang ditempuh siswa sebagai suatu bentuk bimbingan yang diberikan dan diarahkan oleh orang tua. Tanpa disadari orang tua di dalam kehidupan keluarga telah mengajarkan nilai-nilai kebaikan (civic values) kepada anak melalui pendidikan informal. Karena itu, pendidikan di

(17)

dapat dimaknai bahwa keluarga akan membekali pengetahuan bagi anak untuk mengenal berbagai nilai dan norma yang berlaku di lingkungan sosial sekitar.

Keluarga di lain sisi juga bisa dikatakan sebagai sumber utama atau lingkungan yang utama penyebab kenakalan anak. Hal ini disebabkan karena anak hidup dan berkembang permulaan sekali dari pergaulan keluarga, yaitu hubungan antara orang tua dengan anak, ayah dengan ibu, dan hubungan anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama-sama. Keadaan keluarga yang besar jumlah anggotanya berbeda dengan keluarga kecil. Bagi keluarga besar pengawasan agak sukar dilaksanakan dengan baik, demikian juga menanamkan nilai-nilai kedisiplinan terhadap masing-masing anak. Berlainan dengan keluarga kecil, pengawasan dan disiplin dapat dengan mudah dilaksanakan. Selain itu, perhatian orang tua terhadap masing-masing anak dalam sebuah keluarga kecil cenderung lebih mudah diberikan, baik mengenai akhlak, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan sebagainya. Dalam hal keadaan ekonomi, tentu bagi keluarga besar dengan penghasilan yang sedikit akan repot, karena membiayai kehidupan yang pokok-pokok saja agak sulit apalagi untuk membiayai sekolah dan berbagai kebutuhan lain. Karena itu, sering terjadi pertengkaran diantara istri dan suami karena masalah ekonomi keluarga yang menyebabkan kehidupan keluarga menjadi tidak harmonis lagi dan pada gilirannya mempengaruhi tingkah laku anak ke arah negatif. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Willis (2010: 99-107) bahwa:

Beberapa faktor penyebab kenakalan anak dan remaja yang berasal dari lingkungan keluarga adalah:

1. Anak kurang mendapat kasih sayang dan perhatian orang tua.

2. Lemahnya keadaan ekonomi orang tua di desa-desa, telah

menyebabkan tidak mampu mencukupi kebutuhan anak-anaknya. 3. Kehidupan keluarga tidak harmonis.

(18)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Prodi Pendidikan PPKn (Pend. PPKn) FKIP Unlam Banjarmasin diperoleh data bahwa mayoritas mahasiswa Prodi Pend. PPKn berasal dari luar kota Banjarmasin yang jauh dari tempat tinggal orang tuanya. Karena itu, mereka harus hidup mandiri jauh dari kedua orang tua dengan cara menyewa rumah atau kos. Dengan kondisi demikian praksis bahwa kedua orang tua tidak bisa menjalankan perannya secara maksimal dalam melakukan pendidikan terhadap karakter anaknya secara maksimal dan memantau kondisi lingkungan sosial anaknya secara langsung. Padahal kondisi anak yang berada jauh dengan orang tua akan menimbulkan celah dan memberikan kelonggaran tersendiri pada si anak dalam mengontrol pergaulan dan teman sepermainannya.

Kondisi ideal pada saat anak melakukan studi mengharuskan orang tua untuk selalu mendampingi, memantau dan memberikan perhatian secara maksimal kepada setiap anak, sehingga peran orang tua dalam memantau pendidikan anaknya bisa maksimal. Selain itu, orang tua juga bisa secara langsung melakukan pengawasan terhadap kondisi lingkungan sosial dalam artian senantiasa memantau teman bergaul anak, sehingga kemungkinan anak untuk terjebak dalam pergaulan yang bersifat negatif dapat dicegah dan diminimalisir. Melalui kondisi yang ideal pada saat belajar atau studi, anak diharapkan bisa maksimal dan berhasil sesuai dengan yang dinginkan oleh orang tua dan pribadi si anak.

(19)

untuk mencari sekolah yang dianggapnya baik walaupun mahal, lalu menyerahkan segalanya kepada pihak sekolah. Yang lebih ironis lagi ketika terjadi peristiwa di mana orang tua mengamuk kepada pihak sekolah pada saat anaknya tidak menjadi anak seperti anak yang diharapkannya. Padahal seharusnya orang tua sadar bahwa tugas dan tanggung jawab mendidik anak yang utama itu adalah orang tua bukan pihak sekolah dan kebiasaan mendidik yang dilakukan oleh orang tua di dalam keluarga akan berdampak terhadap pembentukan karakter anak sebagai warga negara muda.

Kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di dalam keluarga akan sangat berdampak terhadap perilaku seseorang (warga negara). Karena itu, orang tua dalam rangka melakukan pembentukan karakter anak harus mampu menghargai aspirasi dan hak-hak yang dimiliki anak. Selain itu, orang tua dalam kehidupan keluarga harus senantiasa berusaha untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dalam rangka pembentukan karakter anak, walaupun hanya melalui kebiasaan-kebiasaan yang sifatnya sederhana. Selain faktor kebiasaan dan tanggung jawab orang tua dalam mendidik anaknya di rumah, peran orang tua dalam pendidikan anak juga akan berdampak terhadap pembentukan karakter anak sebagai warga negara muda yang ideal, di samping faktor lingkungan (teman sepermainan) yang juga sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anak. Lingkungan sosial merupakan tempat di sekitar keluarga dan sekolah untuk bersosialisasi dan memperoleh hal-hal yang sifatnya baru serta tidak diperoleh selama anak berada di dalam lembaga pendidikan formal dan keluarga. Karena itu, lingkungan sosial akan sangat berpengaruh terhadap pola pikir dan perilaku setiap individu. Santrock (2008: 90) menyatakan bahwa:

(20)

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa sebagian anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan sosial yang berbeda. Hal tersebut akan berdampak terhadap karakter atau pembentukan karakter anak sebagai warga negara yang baik. Sementara itu, Yusuf (1991: 110) menyatakan bahwa:

Interrelasi yang terjadi antara manusia dengan lingkungan berawal dari

persepsi (psikis), rangsangan (fisik-organis), dan dampak

(lingkungan). Ketiga komponen ini menjadi masukan dan menyatu, baik pada manusia maupun pada berbagai sistem yang ada di lingkungan.

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa hubungan antara anak sebagai warga negara dengan lingkungan sosial terjadi karena (1) adanya keinginan berupa dorongan yang muncul dari persepsi si anak, (2) rangsangan dari lingkungan sosial tersebut, serta (3) dampak yang ditimbulkan oleh lingkungan sosial itu sendiri. Menurut paham atau teori Behavioristik (Makmun, 2005: 24) bahwa:

Pola-pola perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan (reinforcement) dengan mengkondisikan stimulus

(conditioning) dalam lingkungan (envirnmentalistik). Dengan

demikian, perubahan perilaku (behavior change) sangat mungkin terjadi.

Pendapat atau teori di atas dapat dimaknai bahwa perilaku seseorang/individu salah satunya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sosial sekitar di mana individu tersebut berada. Perilaku individu sangat mungkin berubah untuk menyesuaikan atau terpengaruh oleh lingkungan sosial. Karena itu, lingkungan sosial sangat berpotensi untuk memberi dampak tersendiri tidak terkecuali dampak negatif yang pada akhirnya akan membawa atau menjerumuskan individu tersebut ke dalam hal-hal yang bersifat merugikan dalam rangka pembentukan karakter sebagai warga negara.

(21)

mencegah, menyeleksi, dan memantau pergaulan anak dalam rangka keberhasilan studi dan pembentukan karakter. (4) Karakter anak dapat dibentuk sejak dini, yakni sejak berada di dalam lingkungan keluarga.

Kelemahan atau akibat negatif apabila permasalahan ini tetap dibiarkan (tidak dilakukan penelitian) dikhawatirkan akan menyebabkan: (1) Orang tua semakin terlena dengan aktivitas dan rutinitas sehari-hari tanpa sadar akan tanggung jawab mereka terhadap pembentukan karakter anak. (2) Anak akan semakin terlarut dan terpengaruh oleh lingkungan sosial yang dapat menyita perhatian, waktu dan keberhasilannya pada saat studi sehingga dekandensi moral anak dikhawatirkan semakin terjadi. (3) Anak akan mengalami ketidakcerdasan moral/karakter pada saat berada di rumah, tempat belajar (sekolah/kampus), dan masyarakat. Karena itu, permasalahan ini perlu untuk dilakukan sebuah penelitian.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

(22)

orang tua seolah-olah lepas kontrol (pengawasan) terhadap kehidupan atau kebiasaan anaknya dalam belajar dan bergaul. Dengan kondisi yang demikian tidak jarang terjadi banyak anak yang gagal dalam belajar atau studi, mereka terlarut dalam pergaulan negatif yang di timbulkan oleh lingkungan sosial sekitar. Ketika perilaku dan pergaulan tidak terkontrol lagi, maka pada awal itulah muncul berbagai perilaku dekadensi moral yang bertolak belakang dengan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Daradjat (1996: 71) yang menyatakan bahwa:

Terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam mendidik karakter anak. Ketiga lingkungan tersebut adalah keluarga (orang tua), sekolah (para guru), dan masyarakat. Ketiga lingkungan ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Tetapi dari ketiganya, lingkungan keluarga memiliki tanggung jawab utama dan pertama terhadap pendidikan karakter anak.

Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa persoalan karakter bukan saja menjadi tanggung jawab penuh pihak lembaga pendidikan formal, tetapi pihak keluarga juga memiliki tanggung jawab utama dalam membentuk karakter mahasiswa sehingga mampu menjadi warga negara yang baik, cerdas dan berkarakter. Makmun (2005: 135) juga menyatakan bahwa:

Lajunya proses perkembangan perilaku dan pribadi itu dipengaruhi oleh tiga faktor dominan, yakni faktor bawaan (heredity), kematangan (maturation), dan lingkungan (environment), termasuk belajar dan latihan (training and learning). Ketiga faktor dominan utama itu senantiasa bervariasi yang mungkin dapat menguntungkan atau menghambat atau membatasi lajunya proses perkembangan tersebut.

(23)

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah minimnya peran pendidikan orang tua dalam keluarga pada saat anak sudah dewasa, yakni ketika anak belajar atau studi. Padahal perhatian dan pengawasan orang tua secara kontinyu terhadap anak pada saat belajar atau studi sangat diperlukan demi tetap menjaga kematangan moral anak. Ketika hal demikian terjadi dikhawatirkan akan menimbulkan celah dan kemungkinan tersendiri terutama pengaruh lingkungan sosial yang mampu mengikis karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap

pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik?

2. Baaimana pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik?

3. Bagaimana perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam

keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap

pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik.

2. Pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik.

(24)

D. Manfaat/Signifikansi Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat terhadap pengembangan teori atau konsep pendidikan secara umum serta teori dan konsep pembentukan karakter pada khususnya.

2. Manfaat Praktis

a. Diketahuinya pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik.

b. Diketahuinya pengaruh lingkungan sosial mahasiswa terhadap

pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik.

c. Diketahuinya perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga dan lingkungan sosial mahasiswa terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik antara mereka yang kos dan tidak kos.

E. Struktur Organisasi Tesis

Struktur atau sistematika dalam penulisan tesis ini terdiri dari beberapa bagian atau BAB. Adapun bagian-bagian dari struktur organisasi dalam tesis ini terdiri dari: BAB I yang merupakan bagian PENDAHULUAN, di mana bagian ini terdiri dari Latar Belakang Penelitian, Identifikasi dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat/Signifikansi Penelitian, dan Struktur Organisasi Tesis. BAB II merupakan bagian KAJIAN PUSTAKA yang terdiri dari Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga, Lingkungan Sosial Mahasiswa, dan Pembentukan Mahasiswa Karakter Mahasiswa sebagai Warga Negara yang baik, Hasil Kajian Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Penelitian, dan Hipotesis Penelitian.

(25)
(26)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian, serta Cara Pemilihan

Sampel

1. Lokasi Penelitian dan Justifikasi

Penelitian tentang “Pengaruh Peran Pendidikan Orang Tua dalam

Keluarga dan Lingkungan Sosial Mahasiswa terhadap Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik” ini bertempat di Program Studi Pend. PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) dan Program Studi Pend. PPKn Universitas Palangkaraya (Unpar). Masing-masing tempat penelitian ini berada di dua ibu kota provinsi berbeda di Kalimantan, di mana Universitas Lambung Mangkurat beralamat di Jalan Brigjen H. Hasan Basry Banjarmasin provinsi Kalimantan Selatan dan Universitas Palangkaraya beralamat di jalan Yos Sudarso Kampus Unpar Tanjung Nyahoo Palangkaraya provinsi Kalimantan Tengah.

(27)

saat ini Program Studi tersebut merupakan satu-satunya Program Studi yang ada di masing-masing Propinsi di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

Berdasarkan letak geografis keberadaan dari kedua universitas ini kebetulan saling berdekatan diantara universitas-universitas lain yang ada di seluruh Kalimantan, yakni Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara dan Kalimantan Barat. Jarak antara Unlam dengan Unpar ± 225 Km dengan jarak tempuh ± 5 jam perjalanan. Karena itu, keberadaan dari kedua universitas ini cenderung lebih mudah untuk dijangkau, sehingga kelengkapan maupun keobjektifan data penelitian yang diperoleh diharapkan lebih kredibel untuk dipertanggungjawabkan selain untuk menghemat waktu, tenaga dan biaya penelitian.

2. Subjek Populasi/Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari seluruh mahasiswa semester 2 dan 4 Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam dan Unpar yang berjumlah 163 orang mahasiswa. Adapun jumlah populasi tersebut masing-masing terdiri dari 90 orang mahasiswa Unlam dan 73 orang mahasiswa Unpar. Jumlah populasi dalam penelitian ini secara lebih detail tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Jumlah Populasi Penelitian

UNIVERSITAS KOS TIDAK KOS JML

SMT 2 SMT 4 SMT 2 SMT 4

Unlam 29 23 21 17 90

Unpar 22 32 8 11 73

Jumlah 51 55 29 28 163

3. Cara Pemilihan dan Penggunaan Sampel

(28)

mahasiawa selama studi di perguruan tinggi. Untuk mengetahui karakteristik sampel tersebut, maka sebelum melakukan tabulasi terhadap data penelitian, terlebih dahulu dilakukan pemilahan dan pemisahan terhadap sampel yang memiliki karakteristik berbeda, yakni antara mahasiswa yang tinggal serumah dengan orang tua dan yang tidak tinggal serumah dengan orang tua selama studi (kuliah) permasing-masing semester (strata).

Setelah karakteristik calon sampel penelitian sudah jelas (homogen) untuk selanjutnya dilakukan pengambilan atau penetapan jumlah sampel dengan menggunakan teknik acak berstrata secara tidak proporsional (disproportionate stratified random sampling). Artinya bahwa setiap calon sampel tidak semua akan dijadikan sebagai sampel penelitian tetapi mereka mendapat kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai sampel penelitian. Hal tersebut dikarenakan keadaan sampel yang berstrata, yakni terdiri dari mahasiswa semester 2 dan 4. Selain itu, keadaan sampel penelitian juga berbeda strata berdasarkan keadaan tempat tinggal selama mereka studi (ada yang tinggal serumah dengan kedua orang tua dan ada yang tinggal tidak serumah dengan kedua orang tua/kos). Persebaran sampel dalam penelitian juga tidak merata, di mana ada sampel penelitian yang jumlah anggotanya terlalu sedikit atau tidak memenuhi jumlah minimal kriteria sampel, yakni di bawah 10 orang). Karena itu, semua anggotanya dijadikan sebagai sampel penelitian. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 123-124) yang menyatakan bahwa:

(29)

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa teknik penarikan sampel (sampling) dengan menggunakan disproportionate stratified random sampling merupakan teknik yang digunakan dalam penarikan sampel

penelitian apabila populasinya memiliki anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata tetapi tidak tersebar secara merata (tidak proporsional). Selain itu, Sudjana (1986: 165) juga menyatakan bahwa:

“Peluang tiap anggota untuk diambil menjadi anggota sampel tidaklah

sama karena bergantung pada banyak anggota pada tiap tingkatan sampling”. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa anggota populasi dalam sebuah penelitian tidak semua memiliki kesempatan yang sama dalam pengambilan sampel. Hal tersebut dikarenakan setelah calon sampel sudah terpetakan secara jelas dan terbagi ke dalam masing-masing strata, kemudian dilakukan pengundian untuk menentukan jumlah sampel dari masing-masing strata. Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan tabel Isaac dan Michael dengan taraf kesalahan 5%. Berdasarkan tabel Isaac dan Michael (Sugiyono, 2012: 131) menyatakan bahwa: “Apabila populasi dalam suatu penelitian berjumlah 163 orang, maka jumlah minimal populasi yang harus diambil untuk dijadikan sebagai sampel penelitian berjumlah 114 orang”. Selanjutnya Sugiyono (2012: 132) juga menyatakan bahwa: Untuk menghitung jumlah sampel masing-masing strata digunakan rumus:

= x S

Di mana:

s = jumlah sampel masing-masing strata n = jumlah populasi masing-masing strata N = jumlah populasi keseluruhan

S = jumlah sampel dari seluruh populasi n

(30)
[image:30.595.116.513.176.578.2]

Jumlah mahasiswa yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah 118 orang yang terdiri dari mahasiswa yang tinggal serumah dengan orang tua dan yang tidak tinggal serumah dengan orang tua. Hal tersebut dikarenakan ada sampel penelitian yang berasal dari jumlah populasi yang tidak tersebar secara proporsional (jumlahnya kurang dari 10), yakni mahasiswa Unpar semester dua yang tinggal serumah dengan orang tua hanya berjumlah delapan orang dan semester empat sebanyak 11 orang. Karena itu, jumlah sampel dari strata tersebut tidak dihitung dengan menggunakan rumus yang telah digunakan pada perhitungan jumlah sampel dari masing-masing strata, melainkan diambil semuanya (delapan orang) dan sesuai dengan batas minimal jumlah sampel, yakni 10 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini secara lebih detail tersaji dalam tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Penelitian

UNIVERSITAS KOS TIDAK KOS JML

SMT 2 SMT 4 SMT 2 SMT 4

Unlam 20 16 15 12 63

Unpar 15 22 8 10 55

Jumlah 35 38 23 22 118

B. Desain Penelitian

(31)

r1

r2

R r3

permasalahan dalam penelitian ini juga didukung oleh beberapa teori dan penelitian sebelumnya yang tertuang di dalam hipotesis penelitian ini. Hal tersebut sangat sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif itu sendiri, di mana pendekatan kuantitatif dapat digunakan ketika suatu permasalahan sudah jelas dan bermaksud untuk menguji teori yang telah ditemukan sebelumnya terhadap fakta yang terjadi di tempat penelitian.

[image:31.595.117.522.244.631.2]

Variabel yang dibahas dalam penelitian ini mengenai pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga (X1) terhadap pembentukan karakter mahasiswa sebagai warga negara yang baik (Y), pengaruh lingkungan sosial mahasiswa (X2) terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik (Y), dan perbedaan pengaruh peran pendidikan orang tua dalam keluarga (X1) dan lingkungan sosial mahasiswa (X2) terhadap pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik (Y) antara mereka yang kos dan tidak kos. Karena itu, desain penelitian dan hubungan antar variabel penelitiannya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Metode Penelitian

Jenis atau metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian atau metode survei. Hal tersebut dikarenakan populasi atau sampel dalam penelitian ini jumlahnya cukup banyak dan tersebar tidak hanya di satu tempat penelitian saja. Karena itu, tidak mungkin dilakukan wawancara secara mendalam dan bertatap muka secara langsung dengan responden

Peran Pendidikan

Orang Tua dalam Keluarga

Lingkungan Sosial Mahasiswa

(32)

penelitian layaknya penelitian kualitatif atau studi kasus. Apabila suatu penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, maka metode yang relevan digunakan adalah metode survei atau metode eksperimen. Karena itu, metode yang sesuai dengan karakteristik penelitian ini adalah metode survei. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012: 11) yang menyatakan bahwa: “Pendekatan penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi dua

metode, yakni metode eksperimen dan metode survei”. Digunakannya metode

survei dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap populasi melalui sampel penelitian yang telah ditetapkan jumlahnya. Selain itu, penelitian ini bermaksud untuk memperoleh data penelitian dari beberapa sampel yang tujuannya untuk menguji hipotesis penelitian yang telah diajukan tanpa melakukan perlakuan terhadap sampel penelitian. Penelitian ini juga bermaksud untuk mengetahui sikap sampel penelitian yang akan diukur melalui skala sikap yang telah disusun di dalam kuesioner penelitian. Hal tersebut sejalan dengan Singarimbun dan Effendi (2006: 3) yang menyatakan bahwa:

Dalam survei, informasinya dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Umumnya, pengertian survei dibatasi pada penelitian yang datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi. Hal ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.

Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa metode survei digunakan untuk mengumpulkan data penelitian dari sampel penelitian yang mewakili seluruh populasi. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Singarimbun dan Effendi (1995: 3) yang menyatakan bahwa:

(33)

Pendapat di atas dapat dimaknai bahwa metode survei digunakan oleh peneliti dalam sebuah penelitian dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya untuk kemudian dianalisis hasilnya dengan menggunakan statistik korelasional.

D. Definisi Operasional

Setiap terminologi sebuah konsep dari variabel penelitian pasti akan memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan lapangan studi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk memperjelas konsep dari variabel yang diteliti sehingga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda, maka perlu dirumuskan operasionalisasi variabelnya. Adapun definisi operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga (Variabel X1)

Peran pendidikan orang tua dalam keluarga merupakan peran yang seharusnya dilakukan oleh kedua orang tua dalam mendidik anak-anaknya ketika anak masih kecil maupun telah dewasa, baik pada saat di rumah maupun pada saat melakukan studi walaupun tidak tinggal serumah dengan orang tua. Bawazir (2007: 92-93) menyatakan bahwa: Peran pendidikan orang tua dalam mendidik karakter anak meliputi:

1. Peran pendidikan orang tua dalam keluarga, yang terdiri dari: a. Memelihara dan membina fitrah anak agar menjadi seperti

dasar diciptakannya, yaitu semata-mata berbakti kepada Allah SWT.

b. Membina moral anak sesuai dengan sifat asasi yang penting seperti berilmu, takwa, ikhlas, penyantun, bertanggung jawab, dan sabar.

c. Melatih kemandirian anak agar siap dan mampu melakukan peran sebagai pemimpin di masa yang akan datang.

d. Mendukung anak dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan

sosialnya.

2. Peran pendidikan orang tua di kampus yang terdiri dari:

a. Membimbing anak untuk terus melanjutkan apa yang sudah diberikan dosen di kampus.

b. Menemukan minat-minat anak yang kemudian hasilnya dapat dikomunikasikan dengan dosen di Program Studi.

c. Mengomunikasikan masalah-masalah pendidikan anak dengan

(34)

d. Memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa peran orang tua dalam mendidik karakter anak terdiri dari dua aspek, yakni pendidikan dalam keluarga dan pendidikan di sekolah. Peran pendidikan orang tua dalam keluarga meliputi memelihara dan membina fitrah anak, membina moral anak, melatih kemandirian anak, dan mendukung anak dalam mengaktualisasikan diri di lingkungan sosialnya. Kemudian peran pendidikan orang tua di kampus meliputi membimbing anak, menemukan minat atau bakat anak, mengkomunikasikan permasahan yang di hadapi anak, dan memperhatikan kendala anak dalam belajar.

2. Lingkungan Sosial Mahasiswa (Variabel X2)

Lingkungan sosial merupakan lingkungan atau tempat di mana anak melakukan interaksi dengan teman maupun orang lain pada saat di sekolah, di rumah atau di sekitar tempat tinggalnya. Lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi karakter pelajar dan mahasiswa sangatlah beragam dan kompleks. Beberapa lingkungan sosial yang sangat dekat dan sangat besar pengaruhnya terhadap karakter mahasiswa terdiri dari beberapa dimensi, yakni: lingkungan pendidikan (kampus), dan lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Syah (2003: 152-153) yang menyatakan bahwa: Lingkungan sisoal mahasiswa terdiri dari:

Lingkungan sosial akademik/kampus seperti para dosen, para staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa atau mahasiswa. Para dosen yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar mahasiswa. Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial mahasiswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan mahasiswa tersebut.

(35)

kampus yang terdiri dari para dosen, para staf administasi, dan teman-teman sekelas. Selain itu lingkungan sosial mahasiswa terdiri dari lingkungan mahasiswa yang terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal mahasiswa itu sendiri.

3. Pembentukan Karakter sebagai Warga Negara yang Baik (Variabel Y)

Karakter seorang mahasiswa sebagai warga negara yang baik akan sangat dipengaruhi oleh peran pendidikan orang tua dan lingkungan sosialnya. Pembentukan karakter pelajar dan mahasiswa dimaksudkan sebagai upaya membangun nilai kejujuran, kepedulian, maupun kebangsaan dengan mengacu pada karakter yang baik (good character). Karena itu, dalam upaya melakukan pembentukan karakter senantiasa diperlukan upaya sungguh-sungguh baik oleh orang tua, lembaga pendidikan maupun masyarakat. Lickona (2008: 96) menyatakan bahwa: Karakter seseorang dapat dilihat berdasarkan tiga unsur atau dimensi yakni; moral knowing (pengetahuan moral), moral feeling (perasaan moral), dan moral action (tindakan moral). Masing-masing dimensi atau sub variabel tersebut juga memiliki beberapa indikator, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan moral (moral knowing) meliputi: kesadaran moral

(moral awareness); wawasan nilai moral (knowing moral); kemampuan mengambil pandangan orang lain (perpective taking); penalaran moral (moral reasoning); mengambil keputusan (decision making); pemahaman diri sendiri (self knowledge).

b. Perasaan moral (moral feeling) meliputi: kata hati atau nurani (conscience); harapan diri sendiri (self esteem); merasakan diri orang lain (emphaty); mencintai kebaikan (loving the good); kontrol diri (self control); merasakan diri sendiri (humality).

c. Perilaku bermoral (moral action) meliputi: kompetensi

(competence); keinginan (will); kebiasaan (habit).

(36)

ketika menghadapi berbagai godaan dan ancaman yang dapat membawanya ke arah perbuatan yang tergolong perbuatan dekadensi moral, maka seseorang tersebut diharapkan cenderung dan mampu untuk melakukan pertimbangan moral yang sesuai dengan norma moral yang dianggap paling baik dan paling tepat dengan keadaan yang dihadapinya saat itu serta tidak bertentangan dengan karakter sebagai seorang mahasiswa dan warga negara yang baik. Hal tersebut hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang telah memiliki kematangan moral dalam berfikir.

Tabel: 3.3

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Sub

Variabel Indikator

Nomor Peryataan Sebelum Uji Instrumen Nomor Pertanyaan yang Valid Nomor Peryataan Setelah Uji Instrumen 1. Peran Pendi dikan Orang tua dalam Kelua rga (X1) a. Peran Pendidik an Orang Tua dalam Keluarg a 1) Memelihar a dan membina fitrah anak agar senantiasa beribadah. 2) Membina moral anak sesuai dengan sifat asasi yang penting seperti berilmu, takwa, ikhlas, penyantun, bertanggun g jawab dan sabar. 3) Melatih kemandiria n anak agar siap dan

1, 2, dan 3.

4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan 13.

14, 15, dan 16,

3.

7, 8, 9, 10, 12, dan 13.

14, 15, dan 16.

1

2, 3, 4, 5, 6, dan 7

(37)

mampu melakukan peran sebagai pemimpin di masa yang akan datang. 4) Mendukun g anak dalam mengaktual isasikan diri di lingkungan sosialnya.

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, dan 24.

19, 20, 21, dan 23.

11, 12, 13, dan 14 b. Peran Pendidik an Orang tua di kampus. 1) Membimbi ng anak untuk melanjutka n apa yang sudah diberikan dosen di kampus. 2) Menemuka n minat-minat anak yang kemudian hasilnya dapat dikomunik asikan dengan dosen di Program Studi. 3) Mengomun ikasikan masalah-masalah pendidikan anak dengan pihak

25, dan 26.

27, dan 28.

29, 30, dan 31.

25, dan 26.

27, dan 28.

29, dan 30.

15, dan, 16

17 dan 18

(38)

Program Studi. 4) Memperhat ikan faktor-faktor yang mempenga ruhi belajar.

32, 33, 34 dan 35.

32, 33, 34, dan 35

21, 22, 23 dan 24 2. Lingk ungan Sosial Maha siswa (X2) a. Lingkun gan sosial di kampus

1) Dosen, staf dan Teman-teman sekelas menunjukk an sikap dan perilaku yang simpatik. 2) Dosen, staf

dan Teman-teman sekelas memperlih atkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar

36, 37, 38, 39, 40, dan 41.

42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, dan 62.

37, 38, 40, dan 41.

43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, dan 62.

25, 26, 27, dan 28

(39)

mahasiswa. b. Lingkun gan sosial di sekitar rumah. 1) Masyarakat , tetangga dan teman sepermaina n menunjukk an sikap dan perilaku yang simpatik. 2) Masyarakat , tetangga dan teman sepermaina n memperlih atkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar mahasiswa.

63, 64, 65, dan 66.

67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, dan 80.

63, 64, 65, dan 66.

67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, dan 80.

48, 49, 50 dan 51

52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64, dan 65

3. Pemb entuk an Karak a. Pengeta huan moral (moral 1) Kesadaran moral (moral awareness) 2) Wawasan nilai moral (knowing

81, 82, 83, dan 84.

85, 86, 87, dan 88.

81, 82, 83, dan 84.

85, 86, dan 88.

66, 67, 68, dan 69.

(40)

ter sebag ai Warg a Negar a yang Baik (Y) knowing ) moral values) 3) Kemampua n mengambil pandangan orang lain (perpective taking) 4) Penalaran moral (moral reasoning) 5) Mengambil keputusan (decision making) 6) Pemahama n diri sendiri (self knowledge)

89, 90, 91, dan 92.

93, 94, 95, dan 96.

97, 98, 99, dan 100.

101, 102, 103, dan 104.

91, dan 92.

93, 94, 95, dan 96.

97, 99, dan 100.

102, 103, dan 104.

73, dan 74

75, 76, 77, dan 78

79, 80, dan 81

82, dan 84

b. Kesadar

an moral (moral feeling)

1) Kata hati atau nurani (conscienc e) 2) Harapan diri sendiri (self esteem) 3) Merasakan diri orang lain (emphaty) 4) Mencintai kebaikan (loving the good) 5) Control diri (self control) 6) Merasakan diri sendiri (humility) 105, 106, 107, dan 108. 109, 110, 111, dan 112. 113, 114, 115, dan 116. 117, 118, 119, dan 120. 121, 122, 123, dan 124. 125, 126, 127, dan 128. 105, 106, 107, dan 108. 109, 110, 111, dan 112. 113, 114, 115, dan 116. 117, 119, dan 120. 121, 122, dan 124. 125, 127, dan 128.

85, 86, 87, dan 88.

89, 90, 91, dan 92

93, 94, 95, dan 96

97, 98, dan 99

100, 101, dan 102 103, 104, dan 105

c. Perilaku 1) Kompetens

i

129, 130, 131, 132,

129, 130, 131, 132 dan

(41)

bermora l (moral action)

(competenc e)

2) Keinginan

(will)

3) Kebiasaan

(habit)

dan 133.

134, 135, 136, 137, dan 138. 139, 140, 141, 142, dan 143.

133.

134, 137, dan 138.

139, 140, 141, dan 142.

dan 110

111, 112, dan 113

114, 115, 116, dan 117

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner penelitian. Digunakannnya kuesioner sebagai instrumen dalam penelitian ini dikarenakan jumlah sampel yang lumayan banyak, sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan wawancara satu persatu secara mendalam. Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur jawaban sampel penelitian dalam penelitian ini adalah skala likert. Skala tersebut digunakan kerena untuk mendapatkan data penelitian yang berupa data ordinal. Sugiyono (2012: 7) menyatakan bahwa: “Data ordinal merupakan data kuantitatif yang berbentuk

peringkat/ranking”. Skala likert yang digunakan dalam penelitian ini adalah

skala likert dengan bentuk pilihan ganda yang terdiri dari: a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Jarang

e. Tidak pernah

(42)

F. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum melakukan penelitian berupa penyebaran kuesioner, terlebih dahulu dilakukan proses pengujian terhadap instrumen yang akan digunakan. Pengujian instrumen dilakukan dengan cara menyebarkannya terhadap 32 mahasiswa Program Studi Pend. PPKn FKIP Unlam Banjarmasin. Setelah instrumen tersebut terkumpul untuk selanjutnya dilakukan tabulasi dan proses perihitungan nilai validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang diujicobakan terdiri dari tiga variabel penelitian yang tersusun ke dalam 143 pertanyaan atau pernyataan. Pengujian instrumen pada ketiga variabel penelitian ini dimaksudkan untuk menguji keabsahan dan kehandalan butir-butir instrumen yang digunakan pada saat penelitian. Kuesioner penelitian yang digunakan untuk melakukan pengujian instrumen terdapat di dalam lampiran 1.

1. Pengujian Validitas Instrumen

Pengujian Validitas berkenaan dengan ketepatan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai. Pengujian validitas instrumen dalam penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, diantaranya adalah melalui pendapat ahli (judgment experts) dan pengujian validitas.

a. Pendapat Ahli (Judgment Experts)

Pengujian validitas instrumen melalui pendapat ahli (judgment

experts) dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada dosen pembimbing satu dan dosen pembimbing dua. Adapun hasil pengujian judgment experts diperoleh hasil bahwa (1) Variabel Peran Pendidikan

Orang Tua dalam keluarga diukur melalui dua sub variabel yang masing-masing sub variabel terdiri dari empat faktor atau indikator. Kemudian dari delapan indikator tersebut dikembangkan menjadi 35 pertanyaan/pernyataan. (2) Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa diukur melalui lima sub variabel yang masing-masing sub variabel terdiri dari dua sampai sepuluh faktor atau indikator. Kemudian dari

(43)

pertanyaan/pernyataan. (3) Variabel Karakter sebagai Warga Negara yang Baik diukur melalui tiga sub variabel yang masing-masing sub variabel terdiri dari tiga sampai enam faktor atau indikator. Kemudian dari 15 indikator tersebut dikembangkan menjadi 63 pernyataan. b. Pengujian Validitas

Setelah pengujian konstruk dengan para ahli selesai, maka langkah selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen penelitian tersebut terhadap 32 orang mahasiswa, kemudian dilanjutkan dengan proses tabulasi data ke dalam software IMB SPSS Statistics 20. Melalui proses tabulasi tersebut ditemukan beberapa butir pernyataan yang terlewatkan atau tidak terisi oleh mahasiswa. Karena itu, sebelum dilakukan proses analisa data hasil pengujian instrumen terlebih dahulu dilakukan penghitungan untuk mengetahui nilai mean sebagai alternatif dalam pengisian beberapa pernyataan yang masih kosong tidak terisi. Setelah nilai meannya ditemukan untuk selanjutnya dilakukan pengisian terhadap pernyataan responden yang masih kosong.

Setelah semua data hasil pengujian instrumen terisi (tidak ada jawaban kosong) untuk selanjutnya dilakukan proses penghitungan nilai validitas instrumen dengan cara menggunakan analisis korelasi

Pearson. Analisis korelasi Pearson dilakukan dengan cara

mengkorelasikan setiap pertanyaan/pernyataan yang ada dalam kuesioner dengan nilai total pertanyaan/pernyataan-pernyatan tersebut. Setelah proses penghitungan selesai untuk selanjutnya dilakukan seleksi atas nilai signifikansi dari masing-masing korelasi. Apabila pernyataan memiliki nilai signifikansi di bawah nilai alfa 0.05, maka instrumen atau pernyataan tersebut dinyatakan valid dan layak untuk dijadikan sebagai alat ukur atau instrumen penelitian.

(44)

pernyataan tersebut sudah mampu terwakili oleh pernyataan-pernyataan lain pada setiap indikator dan sub variabel penelitian. Instrumen yang telah valid dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini berjumlah 117 pertanyaan/pernyataan. Instrumen penelitian tersebut terdapat di dalam lampiran 2.

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Setelah melakukan pengujian validitas, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian reliabilitas. Hal tersebut dikarenakan bahwa di dalam penelitian survei instrumen yang digunakan harus reliabel (andal). Suatu instrumen dikatakan andal atau memiliki kehandalan jika instrumen tersebut menghasilkan ukuran yang konsisten apabila digunakan untuk mengukur data secara berulang kali. Instrumen penelitian dinyatakan andal apabila memiliki nilai Alpha Cronbach sama dengan atau lebih dari 0,6. Hal tersebut sejalan dengan Sugiyono (2012: 184) yang menyatakan bahwa “Suatu instrumen dinyatakan reliabel apabila memiliki koefisien reliabilitas minimal 0,6”. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel atau andal apabila instrumen tersebut memiliki nilai koefisien reliabilitas ≥ 0,6. Apabila suatu instrumen penelitian memiliki nilai Alpha Cronbach kurang dari 0,6, maka instrumen tersebut adalah dinyatakan tidak reliabel atau tidak andal.

(45)

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Peran Pendidikan Orang Tua dalam Keluarga

[image:45.595.117.513.153.661.2]

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai Alpha Cronbach untuk variabel peran pendidikan orang tua dalam keluarga (X1) yang tersusun ke dalam 24 pernyataan memiliki sebesar 0,884. Sementara hasil pengujian reliabilitas untuk variabel lingkungan sosial mahasiswa (X2) terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5

Hasil Pengujian Reliabilitas Variabel Lingkungan Sosial Mahasiswa

Berdasarkan tabel di atas diperoleh hasil bahwa nilai Alpha Cronbach untuk variabel lingkungan sosial mahasiswa (X2) yang tersusun ke dalam 41 pernyataan sebesar 0,958. Kemudian hasil pengujian reliabilitas untuk variabel pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik (Y) terdapat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6

(46)

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh hasil bahwa nilai Alpha Cronbach untuk variabel pembentukan karakter sebagai warga negara yang baik yang tersusun ke dalam 52 pernyataan (Y) sebesar 0.955. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel. Hal tersebut dikarenakan nilai Alpha Cronbach dari masing-masing variabel memiliki nilai > 0,6.

G. Teknik Pengumpulan Data dan Alasan Rasionalnya

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan yang sesuai dengan variabel, sub variabel dan indikator sebagaimana yang telah dirumuskan dan disusun dalam bentuk instrumen penelitian. Hal tersebut dilakukan karena jumlah sampel dalam penelitian ini lumayan banyak sehingga tidak mungkin pengumpulan datanya dilakukan dengan cara wawancara satu persatu secara mendalam. Singarimbun dan Effendi (2006: 3) menyatakan bahwa: “Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok”. Pendapat tersebut dapat dimaknai bahwa di dalam penelitian survei teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan angket atau kuesioner penelitian. Karena itu, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Sudjana (1986: 7) juga menyatakan bahwa: “Angket

(47)

sebuah penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dapat dilakukan oleh peneliti dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat dari responden yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

H. Analisis Data

Kegiatan yang cukup penting dari keseluruhan proses penelitian yang telah dilakukan adalah proses analisis data. Melalui proses analisis data diharapkan hasil penelitian berupa data penelitian bisa terinput secara menyeluruh dan terdeteksi serta teranalisis dengan tepat. Teknik analisis data dalam penelitian ini di awali dengan proses pentabulasian data dan diakhiri dengan interpretasi data (pembahasan hasil pengujian hipotesis atau hasil penelitian). Adapun tahapan-tahapannya secara detail adalah sebagai berikut: 1. Pentabulasian Data Penelitian

Melalui tahapan ini peneliti harus menginput seluruh data penelitian yang telah diperoleh dari responden melalui kuesioner yang telah diedarkan. Supaya proses analisis data menjadi mudah, maka ketika proses pentabulasian harus dilakukan secara selektif dan penuh dengan kehati-hatian sehingga data penelitian bisa terpilah dan terinput dengan baik. Proses pentabulasian data dalam penelitian ini menggunakan proses komputerisasi, yakni dengan cara langsung menginput data penelitian ke dalam software program IBM SPSS versi 20 melalui lembar kerja di dalam layar monitor komputer/laptop. Adapun langkah-langkah atau prosedur pentabulasian data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pengumpulan dan verifikasi data, dengan cara pengecekan

kelengkapan kuesioner dan jawaban responden.

b. Pengkodean atau pemberian kode berupa penomoran pada setiap

angket penelitian (kode responden/sampel penelitian) berdasarkan universitas, semester, dan tempat tinggal.

c. Penyiapan lembar kerja SPSS versi 20.

d. Pengisian keterangan dan pengkategorian data (pemberian kode) pada

(48)

e. Proses pentabulasian data (dilakukan sampai dengan semua data yang terdapat di dalam kuesioner selesai di tabulasi).

Setelah proses pentabulasian data penelitian selesai dilakukan, maka untuk selanjutnya dilakukan proses penghitungan skor total dari masing-masing jawaban responden berdasarkan variabel penelitian (skor total jawaban reponden pada setiap masing-masing variabel penelitian). Setelah semua variabel penelitian memiliki skor total pada setiap masing-masing jawaban responden maka proses pentabulasian data dianggap selesai. Hal tersebut dikarenakan bahwa data penelitian sudah tidak lagi dalam bentuk data mentah (data siap pakai), sehingga proses berikutnya bisa dilanjutkan. Hasil pentabulasian data berupa data hasil penelitian terdapat di dalam lampiran 14.

2. Pengujian Normalitas Data Hasil Penelitian

Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus regresi linier berganda terlebih dahulu harus dilakukan pengujian normalitas data. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data hasil penelitian berbentuk distribusi normal atau tidak. Apabila data hasil penelitian berdistribusi normal, maka analisis data menggunakan statistik parametris dengan rumus regresi linier berganda dapat dilanjutkan. Data penelitian dikatakan berbentuk distribusi normal apabila hasil pengujian normalitas data memperoleh hasil (nilai Asymp. Sig. Hitung) lebih besar dari nilai alpa (0,05). Adapun pengujian normalitas data dalam penelitian ini menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test pada taraf signifikansi a = 0,05 dengan bantuan software program IBM SPSS versi 20.

3. Pengujian Linieritas Data Hasil Penelitian

(49)

yang satu dengan yang lainnya. Apabila hasil pengujian antar variabel menunjukkan adanya hubungan, maka analisis data dengan menggunakan rumus regresi linier berganda dalam rangka mencari hubungan atau pengaruh antar variabel penelitian dapat dilanjutkan. Untuk mengetahui apakah antara variabel independen dengan dependen masing-masing mimiliki hubungan atau tidak dapat diukur dan diketahui melalui nilai signifikannya. Apabila nilai signifikannya lebih kecil dari nilai 0.05 (Sig < 0,05), maka hubungan antar variabel penelitian tersebut adalah linier (berhubungan). Adapun Pengujian linieritas data dalam penelitian ini menggunakan rumus Linearity pada taraf signifikansi a = 0,05 dengan bantuan software program IBM SPSS versi 20.

4. Pengujian Homogenitas Data Penelitian

Pengujian homogenitas terhadap data penelitian juga sangat diperlukan sebelum melakukan analisis data dengan menggunakan rumus regresi linenier berganda. Sebab, apabila data dalam penelitian i

Gambar

Tabel 3.1Jumlah Populasi Penelitian  ...................................................................
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran Penelitian  ............................................................
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Penelitian
Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien JKN terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas Andalas dan Klinik Simpang

Penambahan nutrisi tepung jagung dan tepung sorgum masing-masing sebanyak 5% pada komposisi 90% serbuk kayu sengon menunjukkan panjang miselium, kecepatan tumbuh

Jika pemberi materi dengan pembuat soal adalah dosen yang sama, maka pola baca mahasiswa memiliki keterkaitan signifikan dengan prestasi akademik, atau dapat

Hasil analisis KE kemudian dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan sistem diskusi dan belajar bagi mahasiswa yang mengadopsi media sosial.. Hasil dari penelitian

1. Dien Noviyani R., S.E, M.M, Akt, CA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasakti Tegal. Yuni Utami, SE, M.M, selaku Ketua Progdi Fakultas Ekonomi dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel-variabel yang diteliti yaitu; lokasi, harga, produk, kualitas pelayanan, berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium untuk menentukan besarnya daya hambat perasan buah belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L) terhadap

Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Fungi Endofit Bawang Bombay ( Allium Cepa L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus ATCC 6538.. dengan maksud untuk memenuhi