• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG MENGGUNAKAN MODEL MAKE-A MATCH SISWA KELAS IV SDN 14/1 SEI. BAUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG MENGGUNAKAN MODEL MAKE-A MATCH SISWA KELAS IV SDN 14/1 SEI. BAUNG."

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN OPERASI HITUNG MENGGUNAKAN MODEL MAKE-A MATCH SISWA KELAS IV SDN 14/1 SEI.

BAUNG Devi Haryani 1 ABSTRAK

Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran maka akan tercipta situasi belajar aktif yang sangat menentukan bagi keberhasilan mencapai tujuan pembelajaran. Akan tetapi pada kenyataannya, aktivitas belajar siswa sangat rendah yaitu dalam aktivitas belajar siswa. Hal ini dipengaruhi kurangnya sarana penunjang pembelajaran yang tidak menggunakan model dalam proses pembelajaran. Untuk mengatasi masalah tersebut maka digunakanlah model Make A-Match.

Skipsi ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang bertujuan untuk meingkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran operasi hitung menggunakan model Make A-Match siswa kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam beberapa siklus. Setiap siklus melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa, hasil belajar siswa dan lembar observasi guru.

Dari hasil observasi memperlihatkan bahwa pada setiap siklus aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan. Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal ketuntasannya dengan presentase 44% dan nilai rata-rata 59,6 dan hanya 12 orang siswa yang tuntas. Pada siklus II mengalami peningkatan presentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal 74% dan nilai rata-rata 64 dan hanya 20 siswa yang tuntas, dan pada siklus III ketutasan hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan yaitu dengan presentase 100% dengan nilai rata-rata 85,9, sertta semua siswa tuntas dalam KKM 60. Selain itu aktivitas siswa pada siklus I, II dan III juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan persentase 45% berada pada kategori kurang aktif, siklus II meningkat menjadi 67% dengan kategori cukup aktif dan pada siklus III meningkat juga menjadi 89,7% dengan kategori sangat aktif. Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa dengan model Make A-Match dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika di kelas IV SDN 14/1 Sei Baung. Adapun saran yang diajukan yaitu siswa harus mengikuti aturan yang disampaikan oleh guru dalam mencocockkan kartu soal dan jawaban, kepada guru diharapkan menjadikan model Make A-Match sebagai alternative yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Kata Kunci: Aktivitas, model Make A-Match, matematika PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia. perkembangan pesat dibidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika dibidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan dimasa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BSNP, 2006).

1

Devi Haryani adalah mahasiswa FKIP PGSD Universitas Jambi. Dosen pembimbing skripsi I

(2)

Keterampilan berpikir merupakan suatu kebutuhan, karena dengan keterampilan tersebut seseorang akan memiliki kunci-kunci dalam menyelesaikan masalah, menyaring informasi, pencapaian prestasi atau pembentukan kepribadian. Dimana salah satu dari keterampilan berpikir dapat terlihat pada hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika sangatlah penting bagi siswa kelas awal di sekolah dasar karena akan selalu digunakan mereka seumur hidupnya dan dalam kegiatan sehari-haripun berkaitan erat dengan matematika. Kegiatan berhitung merupakan bagian dari matematika awal akan mempengaruhi pengembangan kognitif siswa, kegiatan ini dapat dijumpai setiap hari dan dimana-mana. Begitu dekatnya kegiatan berhitung dengan kehidupan, membuat pengembangan berhitung untuk siswa sekolah dasar menjadi hal yang signifikan. Didalam perkembangan kemampuan matematika, siswa diharuskan menguasai konsep bilangan, yaitu angka-angka yang merupakan dasar ilmu pengetahuan. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari SD untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dann kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, menggelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Dalam mengaktifkan siswa pada proses belajar mengajar, guru harus dapat menggunakan strategi pembelajaran yang tepat dan efektif dengan menggunakan media pembelajaran yang konkrit, menarik dan bervariasi serta mampu memanejemenkan kelas. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru sebelum memulai proses pembelajaran. Diantaranya adalah guru harus menetapkan materi pelajaran dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai berdasarkan kurikulum yang dipakai, melaksanakan metode belajar yang disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta didik sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk dapat aktif dalam pembelajaran dan terlihat secara langsung, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Dari hasil wawancara peneliti dan guru kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung yang bernama Fitri Gishari.S.Pd, guru masih kesulitan untuk menyampaikan materi pelajaran, khususnya materi operasi hitung bilangan. Kesulitan guru ini terutama dalam penerapan dan penyampaian materi, aktivitas guru yang masih dominan dari pada siswa, membuat pembelajaran matematika dirasakan kurang menarik bagi siswa. Guru sudah menggunakan media dan alat peraga sebagai penunjang materi jika diperlukan, setelah itu guru memberikan pertanyaan kepada siswa tetapi hanya sebagian kecil siswa yang bisa menjawab pertanyaan yang diberikan guru. Selain itu siswa juga tidak mampu mengemukakan gagasan/ pendapatnya pada saat proses pembelajaran berlangsung karena disini siswa kurang aktif. Pada saat mengerjakan tugas/ latihan banyak siswa yang beraktivitas mencontoh pekerjaan temannya dibandingkan mengerjakan sendiri-sendiri.

Berdasarkan keterangan dari siswa kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung, semuanya beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar untuk dipelajari. Di samping itu proses belajar mengajar selalu diawali dengan penjelasan materi didepan kelas beserta contoh soal dan latihan. Siswa selalu disuruh untuk mencatat apa yang ditulis oleh guru dan tidak melibatkan siswa dalam menyelesaikan masalah. Guru biasanya meminta siswa mengerjakan soal-soal dibuku latihan, kemudian dikumpul dan begitu seterusnya.

Keaktifan dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, berpikir kritis, dan dapat memecah permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Disamping itu guru dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktivan siswa dalam proses pembelajaran. Mc Keachie (dalam Dimyati, 2002:119) mengemukakan 7 aspek terjadinya keaktifan siswa, diantaranya (1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran (2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar (3) partisipasi siswa dalam

(3)

kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi antar siswa (4) kekompakan kelas sebagai kelompok belajar (5) kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran (6) pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik berhubungan maupun tidak berhubungan dengan belajar.

Berdasarkan keterangan diatas, timbullah berbagai macam masalah yang didapat, secara umum proses pembelajaran matematika masih memiliki kualitas rendah, dimana guru kurang menarik perhatian siswa yang ditandai dengan aktivitas belajar mengajar yang masih minim, pemilihan model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang menyebabkan siswa sulit dalam memahami konsep materi pelajaran. Siswa hanya pasif mendengarkan dan mencatat saja, bahkan siswa senang bermain dari pada memperhatikan guru menerangkan dan mengerjakan tugasnya. Rendahnya nilai hasil belajar siswa khususnya pada materi operasi bilangan yang selalu dibawah standar KKM (kriteria ketuntasan minimal) yaitu 60,00. Hanya 9 orang siswa dari 27 orang siswa keseluruhan yang mendapat nilai lebih dari 60,00. Presentase siswa yang menguasai konsep operasi bilangan hanya sebesar 38% .yang dinyatakan berhasil dari jumlah siswa kelas IV, nilai ini sangat jauh dari harapan. Oleh karena itu diperlukan tindakan kelas yang tepat agar nantinya pada akhir penelitian terjadi perubahan atau peningkatan hasil belajar khususnya pada materi operasi hitung.

Dari berbagai masalah yang timbul, akar dari masalah rendahnya kualitas proses pembalajaran matematika, karena guru tidak menggunakan model pembelajaran yang tepat dan kurang menarik perhatian siswa untuk mengikuti jalannya proses belajar mengajar, keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran yang masih rendah dan siswa masih sulit memahami konsep materi operasi hitung. Berbagai model pembelajaran dapat digunakan untuk mempermudah proses pembelajaran operasi hitung. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan lebih mengarahkan aktivitas belajar. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model Make-A Match. Dimana model pembelajaran ini dapat menyenangkan siswa, meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar siswa, model ini juga lebih menggunakan keterlibatan siswa yang diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal serta dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Operasi Hitung Menggunakan Model Make-A Match Siswa Kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung”.

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran Operasi Hitung Menggunakan Model Make-A Match Siswa Kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung ?”

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 14/1 Sei.Baung dengan jumlah siswa 27 orang siswa yang terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 14 orang siswa perempuan dengan umur siswa yang berkisar 9-12 tahun, yang dilakukan penelitian pada semester ganjil tahun ajaran 2012-2013. Dalam prosedur penelitian yang dilakukan penulis, meliputi 3 siklus yang masing-masing setiap 1 siklus terdiri dari 3 kali pertemuan yang didalamnya terdapat 4 tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi

Observasi dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan penelitian. observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran yaitu selama 70 menit (2x35 menit). Observasi dalam penelitian ini adalah proses pengamatan terhadap semua yang terjadi ketika proses pembelajaran berlangsung terhadap tindakan-tindakan yang guru kolaborasi lakukan. Kegiatan observasi merupakan kegiatan penilaian terhadap proses guru dalam mengajar dan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.

(4)

Indikator siswa yang di observasi yaitu semangat siswa dalam belajar keaktifan dan aktivitas siswa dalam mencari pasangan atau mencocokkan kartu dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas siswa dalam menjalankan atau memahami perintah yang diinstruksikan oleh guru dalam proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan serta dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru, dan kemampuan dalam membuat kesimpulan. Indikator guru yang di observasi yaitu kemampuan dalam melakukan apersepsi, penjelasan materi, penguasaan kelas, penjelasan atas model yang diterapkan, penggunaan media pembelajaran, kejelasan suara guru, pemberian pertanyaan dan tugas, menyimpulkan materi dan menutup pembelajaran.

Untuk mengetahui atau untuk menganalisis data keberhasilan proses pembelajaran dan hasil penyajian materi diambil data yang diolah adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data pengambilan tentang keaktivan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Pengambilan data tes siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung menggunakan lembar observasi (terlampir). Data ini diolah dengan rumus menurut Sudjana (2009:113) adalah:

Persentase aktivitas siswa pernidikator =

100%

Persentase aktivitas siswa perindikator =

100%

Sedangkan untuk menghitung persentase rata-rata skor aktivitas siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Persentase rata-rata skor aktivitas siswa perindikator = Persentase rata-rata skor aktivitas siswa persiswa =

Selanjutnya aktivitas siswa yang telah dihasilkan dari tes secara formatif tersebut diinterprestasikan dengan ketentuan yang dikemukakan oleh Arikunto (2010:35) sebagai berikut:

Tabel tafsiran presentase untuk aktivitas siswa

Interval Presentase Keterangan

0% - 40% 50% - 59% 60% - 69% 70% - 79% 80% - 100%

Sangat kurang (E) Kurang (D) Cukup (C) Baik (B) Sangat baik (A)

Sedangkan cara yang digunakan untuk menghitung persentase rata-rata aktivitas guru perindikator dan persentase rata-rata aktivitas guru, sebagai berikut:

(5)

Persentase aktivitas guru perindikator =

100%

Persentase rata-rata skor aktivitas guru =

Selanjutnya data keaktifan aktivitas guru yang telah dihasilkan dari tes secara formatif tersebut diinterprestasikan dengan ketentuan sebagai berikut:

3.4 tabel tafsiran persentase untuk aktivitas guru

Interval presentase Keterangan

0% - 40% 50% - 59% 60% - 69% 70% - 79% 80% - 100%

Sangat kurang (E) Kurang (D) Cukup (C) Baik (B) Sangat baik (A)

Sedangkan data kuantitatif adalah data nilai hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pemberian tes yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran. Data ini berupa nilai dalam bentuk angka. Ketuntasan baik perorangan maupun klasikal telah tecapai dengan digunakan rumus:

Persentase ketuntasan belajar individu =

100%

Adapun kriteria ketuntasan individu yang harus dicapai oleh siswa secara minimal mencapai 70% dari kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh guru mata pelajaran matematika dan untuk mengetahui ketuntasan klasikalnya dapat menggunakan rumus menurut Anonim (2007:22) antara lain:

Persentase ketuntasan belajar klasikal =

100%

HASIL PENELITIAN Hasil penelitian siklus I

Penelitian siklus I dilaksanakan pada tanggal 02, 03 dan 04 oktober 2012 selama 6 jam pelajaran. Sebelum pelaksanaan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan persiapan-persiapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan yaitu membuat RPP, membuat lembar observasi, menyiapkan media pembelajaran, dan membuat soal tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantauan selama pelaksanaan siklus I, pengajaran dengan menggunakan model Make A-Match belum menunjukkan hasil. Pada siklus I ini siswa telah mau untuk ikut serta dalam kegiatan pembelajaran dan siswa menunjukkan partisipasinya untuk ikut dalam kegiatan pembelajaran yaitu mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban, namun masih juga terdapat kendala-kendala yang dihadapi, maka model ini masih tetap dipertahankan pada siklus berikutnya dimana hasil dan kendala yang ada pada siklus I dijadikan sebagai acuan untuk menyusun rencana kegiatan

(6)

pembelajaran pada siklus II. Temuan yang diperoleh selama proses pembelajaran pada siklus I adalah:

1. Dalam kegiatan pembelajaran masih ada siswa yang tidak memperhatikan penjelasan atau penyampaian materi yang diberikan oleh oleh guru

2. Kurangnya perhatian siswa saat guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran sehingga dalam kegiatan mencocokkan kartu soal dengan kartu jawaban ataupun sebaliknyabelum berjalan secara maksimal karena masih ada sebagian siswa yang belum memahami dan siswa ini hanya duduk diam saja dikursi

3. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung siswa lebih sibuk dengan kegiatannya sendiri seperti berjalan memamerkan kartu yang dipegangnya kepada teman lain tanpa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru yaitu agar tidak memperlihatkan kartu soal dan kartu jawabannya selain pasangannya sendiri.

4. Dalam membuat cara jalannya perhitungan operasi hitung ini, hanya sebagian siswa yang benar-benar membuatnya, sementara yang lain sibuk dengan kegiatannya sendiri.

Alternative tindakannya adalah sesuai dengan yang diungkapkan oleh B.F Skiner (1958), menurutnya belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan antara perangsang dan respon. Adapun langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan menurut Skinner adalah:

1. Mempelajari keadaan kelas berkaitan dengan perilaku siswa 2. Membuat daftar penguat positif

3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya, dan

4. Membuat program pembelajaran berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguat, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi.

Menurut Sagala (2011: 15) seorang anak yang belajar telah melakukan perbuatan, dari perbuatannya itu lalu mendapat hadiah, maka dia akan menjadi lebih giat belajar, yaitu responnya menjadi lebih intensif dan kuat.

Hasil penelitian siklus II

Penelitian siklus II dilaksanakan pada tanggal 09, 10, dan 11 Oktober 2012. Pelaksanaan tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang terdapat pada siklus I. Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti dan guru kolaborator melakukan persiapan-persiapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu membuat RPP, lembar observasi, dan soal tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa.

Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ini semua indikator aktivitas siswa telah mengalami peningkatan, baik pada skor maupuyn pada nilai presentasse skornya dibandingkan dengan siklus I. namun pada pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II ini guru masih mengalami kendala-kendala pada pelaksaan proses pembelajaran. Adapun kendala-kendala yang dihadapi antara lain:

A. Saat guru menyampaikan tujuan pembelajaran siswa kurang memperhatikan.

B. Pada kegiatan mencocokkan kartu soal dan jawaban suasana kelas menjadi gaduh karena siswa membacakan soal atau jawaban yang dipegangnya.

(7)

Berdasarkan temuan siklus II maka dilakukan perbaikan untuk pelaksanaan siklus III, yaitu dikemukakan oleh Martinis Yamin (2010) dalam Gagne dan Brigs menjelaskan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam kelas yang diantaranya yaitu:

A. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran

B. Mengingatkan kompetensi prasyarat. jadi pada saat guru menyampaikan tujuan pembelajran hendaknya guru juga melibatkan siswa, sehingga siswa akan merasa takut apabila tidak memperhatikan, serta

C. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya. Pada saat menyampaikan tujuan pembelajaran hendaknya guru juga melibatkan siswa sehingga siswa akan merasa takut apabila dia tidak memperhatikan. Hentikan kegiatan mencari pasangan kartu jika siswa bekerja dengan bersuara, beri siswa sebuah ancaman siapa yang bersuara berteriak-teriak kartu yang ada ditangannya akan diambil dan tidak boleh mengikuti kegiatan pembelajaran.

Hasil Penelitian Siklus III

Penelitian siklus III dilaksanakan pada tanggal 16, 17 dan 18 oktober 2012. Pelaksanaan tindakan siklus III dilaksanakan untuk mengatasi masalah yang terdapat pada siklus II. Sebelum pelaksanaan tindakan peneliti dan guru kolaborator melakukan persiapan-persiapan yang akan digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu membuat RPP, menyiapkan lembar observasi, dan soal tes untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa.

Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus III tampak adanya perubahan setelah menggunakan model Make A-Match pada operasi hitung campuran sudah memberikan hasil yang optimal dan ternyata memberikan perubahan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.

Hasil refleksi menunjukkan bahwa penerapan model Make A-Match ini menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru, juga melatih keberanian siswa dalam menjawab saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Selain itu juga model ini dapat menumbuhkan rasa disiplin diri dan melatih ketelitian siswa dalam pengerjaan soal. Begitu pula untuk hasil tes yang diperoleh pada siklus III ini ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sudah mencapai 100% siswa tuntas dan dengan nilai rata-rata 85,9 berarti tindakan yang diberikan sudah baik dan berhasil.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian 3 siklus yaitu pada siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan, siklus II dilakukan dalm 3 kali pertemuan dan pada siklus tiga dilakukan dalam 2 kali pertemuan. Pada setiap siklus yang dilakukan terlihat adanya perubahan aktivitas siswa dan perolehan hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran dalam pelaksanaan penelitian ini. Pada setiap siklus yang dilakukan menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu Make

A-Match tetapi tindakan yang dilakukan mengalami perubahan yang disebabkan karena

adanya perubahan dari diri siswa.

Adapun rekapitulasi observasi pada siklus I, II, III yaitu observasi siswa, guru dan hasil tes belajar siswa yang telah dilakukan pada setiap siklus dalam kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 rekapitulasi hasil aktivitas siswa siklus I sampai siklus III. No Indikator yang diamati

Rata-rata hasil siklus I Rata-rata hasil siklus II Rata-rata hasil siklus III

(8)

1 Mencocokkan kartu soal dan jawaban 69 89 103 2 Menjalankan atau memahami perintah

yang diinstruksikan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran

76 105 107

3 Menggunakan alat hitung dalam operasi hitung

76 105 108

4 Membuat cara jalannya perhitungan operasi hitung

75 76 101

5 Menjawab pertanyaan 50 76 101

6 Menjelaskan soal yang diberikan oleh guru

43 88 98

7 Berdiskusi atau mengemukakan pendapat

58 85 95

Jumlah (%) 447 624 713

Rata-rata (%) 59,13 82,54 94,31

Tingkat aktivitas Kurang aktif Sangat aktif Sangat aktif Tabel 4.11 Rekap hasil observasi aktivitas guru siklus I, II, dan III

No Indikator Persentase

Siklus I Siklus II Siklus III

1 Apersepsi 4 4 4

2 Pemberian motivasi atau menarik perhatian siswa

3 4 4

3 Menjelaskan tujuan instruksional pembelajaran

3 3 4

4 Pemberian pengetahuan berdasarkan kompetensi

3 4 4

5 Pengelolaan kelas 2 3 3

6 Pemberian media pembelajaran 3 4 4

7 Pemberian potongan kartu 3 4 4

8 Bimbingan kepada siswa 4 4 4

9 Memberikan penghargaan individu 3 4 4

10 refleksi 3 3 4

11 Pemberian asesmen (proses) dan evaluasi 3 3 3

12 Memberikan umpan balik 4 4 4

Jumlah (%) 38 44 46

Rata-rata (%) 79 91,6 95,8

Tingkat aktivitas Baik Sangat

baik

Sangat baik

Dari tabel penelitian yang dilakukan pada kegiatan guru pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I jumlah persen yang didapat 38% dengan jumlah rata-rata persennya 79% dengan kategori tingkat aktivitasnya baik. Pada siklus II hasil yang didapat jumlah persennya 44% dengan rata-rata 91,6% kategori sangat baik dan pada siklus III kegiatan aktivitas yang dilakukan guru meningkat menjadi 46% sedangkan rata-rata persen meningkat menjadi 95,8% dengan kategori tingkat aktivitasnya sangat baik.

(9)

Table 4.12 Rekap hasil belajar siswa pada akhir pertemuan siklus I, II, dan III.

No Nama siswa Siklus

I II III

1 ANDRI 40 40 70

2 ANDRI ZULFI 50 50 70

3 ANDIKA DARUL FIKRI 50 60 80

4 ANISA ALIYA 50 50 70 5 ANDI PADLI 60 70 80 6 AHMAD SYAFI’I 70 80 100 7 A.HALIM PERDANA. K 90 80 100 8 AHMAD SYAI’IN 40 60 70 9 ARDILA ANGGRAINI 50 60 80 10 AHMAD RAFIQI 50 50 80 11 HUSNUR RIFKI 40 60 80 12 LUTPIATUN NISA 50 60 80 13 M.MILADI NAKWA 40 60 100 14 M.ELMITA SUBRI 80 90 100 15 MUTMAINAH 70 80 80 16 PUTRI IHROTUN 50 60 90 17 PUTRI NABILA 40 50 80 18 PUJA MAWADDAH 80 90 100 19 ASWARNI 40 50 80

20 ANA KHOTRUN NADA 90 100 100

21 ROIHANATUL INNAJAH 80 90 90 22 SUMARNI 50 60 80 23 SUNDIKA WARDANI 80 90 100 24 UMIL ATIKA 100 100 100 25 WASILA TURRAHMAN 70 80 100 26 WAHYU FEBRIAN 60 70 90

27 WAPA ADE SAPUTRA 40 50 70

Jumlah nilai 1610 1840 2320

Rata-rata kelas 59,6 64 85,9

Siswa tidak tuntas 15 7 0

Siswa yang tuntas 12 20 27

Ketuntasan klasikal % 44% 74% 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa ketuntasan hasil belajar siswa secara individu maupun klasikal menggunakan model Make A-Match ini mengalami peningkatan pada setiap siklusnya yaitu pada siklus I ketuntasan dengan persentase 44% dan nilai rata-ratanya 59,6. siklus II dengan ketuntasan secara klasikalnya 74% dan nilai rata-rata-ratanya 64, siklus III persentase ketuntasan secara klasikalnya adalah 100% dan nilai rata-ratanya 85,9 dan aktifitas siswa pada siklus I, II dan III juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan persentase 59,13% berada pada kategori kurang aktif, siklus II dengan kategori sangat aktif dengan persentase 82,54%, sedangkan pada siklus III meningkat menjadi 94,31% dengan kategori sangat aktif. Pada siklus I ini ada 15 siswa yang belum mengalami perubahan dan hasil belajar belum meningkat. Untuk itu perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya dan peningkatan hasil belajar siswa terutama kepada siswa yang belum tuntas dan siswa yang mengalami masalah pada aktivitas belajarnya yang akan dilanjutkan perbaikannya pada siklus II.

(10)

Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus II terjadi peningkatan yang sangat signifikan dengan tingkat keaktifan siswa yang dapat dilihat pada lembar observasi yaitu rata-rata sebesar 67% dengan tingkat aktivitas cukup aktif. Untuk itu aktifitas belajar ini sangat perlu dipertahankan sehingga permasalahan yang muncul pada siklus II ini atau yang dihadapi siswa dalam belajar matematika dapat teratasi dengan menggunakan model Make

A-Match ini yang pelaksanaan tindakannya juga harus lebih ditingkatkan. Siswa yang tergolong

belum tuntas dalam hasil belajaranya ada 7 siswa yang mengalami masalah terutama malas mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Untuk menuntaskan hasil belajar 7 siswa ini perlu dilakukan perbaikan dan direkomendasi pada pelaksanaan siklus III.

Berdasarkan hasil siklus I dan siklus II diatas maka dapat diambil tindakan pada siklus III dengan jumlah siswa yang belum tuntas 7 orang siswa dan pada siklus III ini dilaksanakan 2 kali pertemuan. Nilai tes hasil pada siklus III semua siswa drastis tuntas dalam belajarnya atau mengalami peningkatan yang sangat baik dengan rata-rata nilai siswa yaitu 70 dan ketuntasan klasikalnya 100%. Hal ini disebabkan siswa dalam proses pembelajaran lebih mmperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru dan juga siswa telah mempelajari materi pelajaran dengan baik, siswa merasa nyaman dalam belajar dan siswa lebih diajak belajar sambil bermain dengan menggunakan model Make A-Match.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran metematika dengan menggunakan model Make A-Match dapat dipertahankan karena dapat meningkatkan keaktivitas dan hasil belajar siswa. Model Make A-Match ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat, membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar dan lebih memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal ini juga dikemukakan oleh Rosmaniar (2010) terhadap siswa kelas III SDN 186/IX Muaro Jambi pada pembelajaran matematika materi operasi hitung pada bilangan bulat positif dengan menggunakan model Make-A Match diperoleh adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajar siswa pada materi tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat disimpulkan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model Make A-Match perlu persiapan yang matang yaitu guru harus mempersiapkan kartu soal dan jawaban yang matang dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Untuk mewujudkan itu guru perlu memberi motivasi dan bimbingan kepada siswa. Motivasi tersebut bisa berupa poin dan rangsangan berupa pemberian hadiah-hadiah berupa permen, pensil dan kado bagi siswa yang mampu menjawab pertanyaan guru. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus III tampak adanya perubahan setelah menggunakan model Make A-Match pada operasi hitung campuran sudah memberikan hasil yang optimal dan ternyata memberikan perubahan pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil refleksi menunjukkan bahwa penerapan model Make A-Match ini menimbulkan rasa percaya diri pada siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru, juga melatih keberanian siswa dalam menjawab saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Begitu pula untuk hasil tes yang diperoleh pada siklus III ini ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal sudah mencapai 100% siswa tuntas dan dengan nilai rata-rata 85,9 berarti tindakan yang diberikan sudah baik dan berhasil. Pada siklus III ketuntasan hasil belajar juga mengalami peningkatan persentase 100% dengan nilai rata-rata 85,9 serta semua siswa tuntas dalam KKM 60. Selain itu aktivitas siswa pada siklus I, II dan III juga mengalami peningkatan yaitu pada siklus I dengan persentase 45% pada ketegori kurang aktif, siklus II meningkat menjadi 67% dengan kategori cukup aktif dan pada siklus III meningkat juga menjadi 89,7% dengan kategori sangat aktif. Sehingga dapat ditegaskan penggunaan model Make A-Match yang diterapkan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

(11)

Telah terbuktinya model Make A-Match dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam mata pelajaran matematika, maka disarankan kepada:

1. Siswa: diharapkan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu mencocokkan kartu atau mencari pasangan kartu pertanyaan dan kartu jawaban dengan mengikuti aturan yang diberikan oleh guru.

2. Guru: diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar guru menjadikan model Make

A-Match sebagai suatu alternatif dalam mata pelajaran matematika untuk meningkatkan

aktivitas belajar siswa. Karena kegiatan ini sangat bermanfaat khususnya bagi guru dan siswa, maka diharapkan kegiatan ini dapat dilakukan secara berkesinambungan dalam pembelajaran matematika maupun pelajaran lain.

3. Kepada pihak sekolah dapat menggunakan model Make A-Match untuk memperbaiki proses pembelajaran matematika di SD dan menyediakan sarana pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Achjar, Chalil. 2010. Pengertian Definisi Pembelajaran Menurut Para Ahli, (online)

(http://carapedia.com/pengertian_definisi_pembelajaran_menurut_para_ahli_info

507.html. diakses 12 juni 2012)

Djamarah & Zain Aswan. 2010.Startegi Belajar Mengajar Jakarta: Rineka Cipta Dwiwandono, Wuryani, Esti, Sri. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo. Ekawarna. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.

Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hardini, Isriani & Puspita Sari, Dewi. 2012. Strategi Pembelajaran terpadu. Yogyakarta: Familia.

Lorna, Curran. 1994. Pembelajaran Kooperatif Make A-Match, (online),

(http://tarmizi.wordress.com/2008/12/03/pembelajaran-kooperatif-Make A-Match/.

diakses 12 juni 2012).

Mustakim, Burhan & Astuty, Ary. 2008. Ayo Belajar Matematika. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Pelajar.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Rosmaniar. 2010. “ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran

Matematika Materi Operasi Hitung Pada Bilangan Bulat Positif dengan Menggunakan Model Make A-Match di Kelas III SDN 186/IX Muaro Jambi

(Skripsi tidak diterbitkan). Jambi: Unja.

Sagala, Saiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Saiful4min. 2011.Metode- Make- A –Match-Persiapan, (online) (http//saiful4min.blogspot.com/2011/02/metode-make-a-match-tujuan-persiapan-dan.html/ diakses 12 juni 2012)

Sams, Hartini, Rosma. 2010. Model PTK. Yogyakarta: Teras.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Wahab, Aziz, Abdul. 2009. Metode dan Model Mengajar. Bandung: Alfabeta Yamin Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. jakarta: Gaung Persada Press

Gambar

Table 4.12 Rekap hasil belajar siswa pada akhir pertemuan siklus I, II, dan III.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memulai sebuah sesi Simulink, anda perlu membuka Matlab terlebih dahulu, setelah Matlab Command dalam kondisi aktif, anda ketikkan >>Simulink Sebagai alternative

 Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi oleh guru mengenai cara menggunakan rumus untuk menghitung luas permukaan kubus, balok, prisma

Dengan penelitian deskriptif ini diharapkankesesuaian komponen lembar kerja siswa (LKS) pola 5M bermuatan nilai kreatif dalam pembuatan alat penjernih air dapat digambarkan

Agar sistem proteksi dapat bekerja dalam tiga konfigurasi yang berbeda, yaitu saat hanya terhubung Microgrid saja ( Islanding ), saat terhubung grid saja dan

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NONELEKTROLIT MENGGUNAKAN PETA KONSEP.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh profil pemecahan masalah matematika siswa SMP kelas VIII ditinjau dari Spiritual Quotient (SQ) tinggi yang

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan: pemberian kecap kedelai dengan konsentrasi 100%, rata-rata pertumbuhan koloni dari lima merek kecap kedelai dengan waktu kontak

Peran nyata Indonesia pada masa Orde Baru dalam menciptakan perdamaian di kawasan Asia Tenggara yang sesuai dengan tujuan didirikannya