• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru : studi kasus pada guru-guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta."

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

vi

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta Cicilia Wulan Cahyaningsih

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

Penelitian dilaksanakan di sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI Yogyakarta pada bulan Agustus 2007. Populasi penelitian adalah guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Sampel penelitian adalah guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 237 guru. Teknik penariakan sample dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik nonparametrik, yaitu dengan uji chi kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (χ2tabel = 3,84 < χ2

hitung = 17,9498706); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian (χ2tabel = 5,99 <χ2hitung = 7,89236906); (3) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru (χ2tabel = 7,81 <χ2

(2)

vii

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARD EDUCATION UNIT LEVEL CURRICULUM PERCEIVED FROM EDUCATIONAL LEVEL, EMPLOYEE

STATUS, AND THE TIME TAKEN IN TEACHING PROFESSION

A Case Study on Techers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools of BOPKRI Institution Yogyakarta

Cicilia Wulan Cahyaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purpose of this research is to know wheter there is any different teacher’s perception toward Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Education Unit Level Curriculum) viewed from: (1) the educational level; (2) employee status; and (3) the time taken in teaching profession.

The research was carried out in schools by BOPKRI institution in Yogyakarta in August 2007. The population of this research were teachers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools of BOPKRI intitution. Samples inthis research were 237 teachers. Sample drawing technique was questionnaire. The technique of analysis was nonparametic statistic, that is square chi test.

(3)

i

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS

KEPEGAWAIAN, DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP, dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Oleh:

CICILIA WULAN CAHYANINGSIH

NIM: 021334098

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

MOT T O

‘kujalani hidup seperti

air yang mengalir’

(7)
(8)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

(9)

vi

ABSTRAK

PERSEPSI GURU TERHADAP

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DITINJAU DARI TINGKAT PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN DAN LAMA MENJALANI PROFESI GURU

Studi Kasus Pada Guru-Guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta Cicilia Wulan Cahyaningsih

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan; (2) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian; (3) perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

Penelitian dilaksanakan di sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI Yogyakarta pada bulan Agustus 2007. Populasi penelitian adalah guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Sampel penelitian adalah guru-guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Jumlah sample dalam penelitian ini sebanyak 237 guru. Teknik penariakan sample dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik nonparametrik, yaitu dengan uji chi kuadrat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan (χ2tabel = 3,84 < χ2

hitung = 17,9498706); (2) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari status kepegawaian (χ2tabel = 5,99 <χ2hitung = 7,89236906); (3) ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru (χ2tabel = 7,81 <χ2

(10)

vii

ABSTRACT

TEACHER’S PERCEPTION TOWARD EDUCATION UNIT LEVEL CURRICULUM PERCEIVED FROM EDUCATIONAL LEVEL, EMPLOYEE

STATUS, AND THE TIME TAKEN IN TEACHING PROFESSION

A Case Study on Techers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools of BOPKRI Institution Yogyakarta

Cicilia Wulan Cahyaningsih Sanata Dharma University

Yogyakarta 2007

The purpose of this research is to know wheter there is any different teacher’s perception toward Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Education Unit Level Curriculum) viewed from: (1) the educational level; (2) employee status; and (3) the time taken in teaching profession.

The research was carried out in schools by BOPKRI institution in Yogyakarta in August 2007. The population of this research were teachers of Elementary Schools, Junior High Schools and Senior High Schools of BOPKRI intitution. Samples inthis research were 237 teachers. Sample drawing technique was questionnaire. The technique of analysis was nonparametic statistic, that is square chi test.

(11)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, saran dan kritik dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D. selaku dekan fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M. Si. selaku Ketua Program studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. 4. Bapak L. Saptono, S.Pd., M. Si. Selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan , memberikan kritik dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Bambang Purnomo, S.E., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.

(12)

ix

7. Pimpinan Yayasan BOPKRI Yogyakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI.

8. Bapak/Ibu Kepala Sekolah dan Bapak/ibu Guru SD, SMP dan SMA Yayasan BOPKRI Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menjadi responden dal;am penelitian ini.

9. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Petrus Mukijo dan Ibu Francisca Walupi Partini yang selalu membimbing, mendidik dan tidak pernah berhenti mendoakan serta selalu memberikan berbagai fasilitas yang dibutuhkan. Bapak dan Ibu adalah anugerah terindah dari Tuhan untukku. I love you all.

10.Kedua kakakku tercinta Christina Mutiyas Lupi dan Andreas Mutiyas Toro yang selalu saying dan tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan senang maupun susah dan selalu memberikan bantuan dalam bentuk apapun yang terbaik untukku serta selalu memberika semangat dan dorongan untuk cepat lulus.

11.Simbah dan segenap keluarga besarku: Paklek, Bulek, saudara-saudara sepupu dan keponakan-keponakan yang selalu memberikan semangat, dorongan dan selalu mendoakanku.

(13)

x

13.Bapak Yohanes Haryanto Pranata dan Ibu M.M. Emmy Haryanti serta Mas Iwan, Mas Dhoni, Gitta dan Ditta yang telah banyak sekali membantu mendukung dan mendoakanku.

14.Teman-teman seperjuangan (kelompok skripsi): Markus Eko Apriyanto, S.Pd. (titet) dan Anton Nugroho (burket) yang dengan sabar dan ikhlas selalu membantu dan mengajariku dalam penyusunan skripsi. Akhirnya selesai juga perjuangan kita.

15.My best friends: Adjie, Silla, Moko, Felly, Adi pals, Ayu, Ebbi, Etha, Mbak Tia , Rita, Ana, Hanik, Dian ‘sastro’, Thomas ‘tomblok’, Uci, Dewi, Lia, Yuanditta, Boim, Bowo dan teman-teman Pendidikan Akuntansi 2002 (kelas A, B dan C). 16.Serta semua pihak yang tidak memungkinkan untuk disebutkan satu persatu, yang

telah banyak memberikan dukungan, kritik dan saran yang sungguh berarti bagi keberhasilan penulisan skripsi ini.

Semoga Tuhan senantisa menyetai kita dan memberikan segala yang terbaik untuk kita.

Yogyakarta, Desember 2007 Penulis

(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ………... iii

MOTTO ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR TABEL ………. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ………. xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ………. 5

E. Manfaat Penelitian ………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Pengertian Persepsi ... 8

(15)

xii

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ... 15

D. Tingkat Pendidikan ... 24

E. Status Kepegawaian ... 28

F. Lama Menjalani Profesi Guru ... 29

G. Kerangka Berfikir ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subjek dan Objek Penelitian ... 36

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 37

E. Populasi dan Sampel……..………... 42

F. Teknik Pengumpulan Data ……….. 45

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ……… 44

H. Teknik Analisis Data……….... 47

1. Uji Prasyarat Analisis ……….... 47

a. Uji Normalitas ... 47

b. Uji Homogenitas ... 48

2. Pengujian Hipotesis ………... 50

BAB IV GAMBARAN UMUM YAYASAN……….. 68

A. Sejarah Berdirinya Yayasan BOPKRI…. ………….... 68

B. Visi dan Misi Yayasan BOPKRI ………... 69

(16)

xiii

A. Deskripsi Data ……… 71

1. Deskripsi Responden Penelitian ... 72

a. Tingkat pendidikan guru ... 72

b. Status kepegawaian ... 73

c. Lama menjalani profesi guru ... 73

2. Persepsi Guru Ditinjau Terhadap... 76

B. Analisis Data ……….. 78

1. Uji Prasyarat Analisis …….……….. 78

a. Uji Normalitas ... 78

b. Uji Homogenitas ... 80

2. Pengujian Hipotesis ……….. 85

C. Pembahasan ………. 93

BAB VI PENUTUP ……… 104

A. Kesimpulan ………. 104

B. Keterbatasan Penelitian ……….. 104

C. Saran ………... 105

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/ MI ……….……….. 22 Tabel 2.2 Struktur Kurikulum SMP/ MTs ……….. 22 Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X………...………….. 23 Tabel 2.4 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPA …….. 24 Tabel 2.5 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPS …….. 24 Tabel 2.6 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII Bahasa….. 25 Tabel 3.1 Operaionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP …….….. 40 Tabel 3.2 Skoring Berdasarkan Skala Likert ………...….….. 43 Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Validitas ………...………….. 47 Tabel 3.4 Uji Bartlett ………... 50 Tabel 3.5 Daftar Kontingensi B x K

Untuk Hasil Pengamatan Terdiri Atas Dua Faktor ……....….. 52 Tabel 3.6 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Tingkat Pendidikan (Frekuensi Sesungguhnya) ……….. 54 Tabel 3.7 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Tingkat Pendidikan ……….. 55 Tabel 3.8 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

(18)

xv

Tabel 3.9 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Status Kepegawaian (Frekuensi Sesungguhnya) …...….. 59 Tabel 3.10 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Status Kepegawaian ………...……….. 60 Tabel 3.11 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi ……… 62 Tabel 3.12 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Lama Menjalani Profesi Guru

(Frekuensi Sesungguhnya) ……….….. 63 Tabel 3.13 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Lama Menjalani Profesi Guru ……….. 65 Tabel 3.14 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap

Koefisien Korelasi ……… 67 Tabel 4.1 Daftar Sekolah-Sekolah Yayasan Pangudi Luhur Cabang

Yogyakarta ………... 71 Tabel 5.1 Sebaran Responden Penelitian ………. 73 Tabel 5.2 Deskripsi Responden Menurut Tingkat Pendidikan …………. 74 Tabel 5.3 Deskripsi Responden Menurut Status Kepegawaian …...……. 75 Tabel 5.4 Deskripsi Responden Menurut Lama Menjalani Profesi Guru . 76 Tabel 5.5 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 77 Tabel 5.6 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(19)

xvi

Tabel 5.7 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Status Kepegawaian ………. 78 Tabel 5.8 Persepsi Guru Terhdap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru ………. 79 Tabel 5.9 Hasil Pengujian Normalitas

(Variabel Tingkat Pendidikan) ………..………... 81

Tabel 5.10 Hasil Pengujian Normalitas

(Variabel Status Kepegawaian) ……….………... 81 Tabel 5.11 Hasil Pengujian Normalitas

(Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ………..……... 81 Tabel 5.12 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett

(Variabel Tingkat Pendidikan) ………...………... 83 Tabel 5.13 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett

(Variabel Status Kepegawaian) ……….………... 84 Tabel 5.14 Harga-Harga Yang Perlu Untuk Uji Bartlett

(Variabel Lama Menjalani Profesi Guru) ………….………... 86 Tabel 5.15Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP

Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan ………...……….. 88 Tabel 5.16 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

(20)

xvii

Ditinjau Dari Status Kepegawaian ………...….. 91 Tabel 5.18 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

Dari Status Kepegawaian ………...……….. 91 Tabel 5.19 Data Penelitian Tentang Persepsi Guru Terhadap KTSP

Ditinjau Dari Lama Menjalani Profesi Guru ……….….. 93 Tabel 5.20 Tabel Kontingensi Persepsi Guru Terhadap KTSP Ditinjau

(21)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kategori Kecenderungan Variabel ………... 110

Lampiran II Kuesioner Pene litian………. 114

Lampiran III Data Validitas dan Reliabilitas ………. 122

Lampiram IV Uji Validitas dan Reliabilitas ……… 129

Lampiran V Data Induk Penelitian ………... 132

Lampiran VI Distribusi Frekuensi (Mean, Median, Modus) …………. 153

Lampiran VII Uji Normalitas dan Homogenitas ………... 155

Lampiran VIII Tabel r dan χ2 ………... 183

(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu bidang pembangunan yang penting suatu bangsa. Melalui bidang pendidikan, sumber daya manusia disiapkan dapat mengikuti perkembangan berbagai bidang kehidupan yang pesat. Mengingat kebijakan-kebijakan pendidikan sering menimbulkan kontroversi seyogyanya pemerintah perlu mengkaji ulang kebijakan-kebijakan pendidikan yang berlaku saat ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah pembaharuan kurikulum. Hal ini penting oleh sebab kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami pembaharuan.

(23)

Kurikulum 2004. Setelah empat tahun KBK diujicobakan dan dirasakan kurang berhasil di berbagai sekolah, maka KBK diganti dengan kurikulum yang lebih baru yang lebih menekankan pada standar isi dan kompetensi (www.kompas.com, 27 Februari 2006). Kurikulum baru yang menggantikan KBK adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Dalam KTSP ini, pemerintah memberikan wewenang kepada guru dan sekolah untuk menyusun kurikulum sendiri dan melaksanakannya di sekolah masing- masing. Penyusunan KTSP itu sendiri terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan dan silabus (Sarkim, 2006:2). Namun demikian penyusunan kurikulum tersebut harus berdasarkan pada standar isi dan standar kompetensi yang dikukuhkan oleh peraturan menteri (Sarkim, 2006:1).

(24)

Hal ini disebabkan guru memiliki latar belakang yang berbeda diantaranya: tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan masa kerjanya.

Guru di sekolah memiliki pendidikan formal yang berbeda-beda. Perbedaan tingkat pendidikan formal tersebut menyebabkan guru memiliki wawasan yang berbeda yang menyebabkan mereka mempunyai persepsi yang berbeda-beda pula. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang guru, maka akan semakin luas pengetahuan, wawasan, serta tentunya memiliki keahlian dan kemampuan yang cukup di bidang penyusunan kurikulum. Karenanya pada guru yang memiliki tingkat pendidikan tinggi diduga akan lebih positif dibandingkan guru dengan tingkat pendidikan lebih rendah

(25)

berstatus PNS yang bekerja di sekolah diduga akan lebih sulit menerima pergantian kurikulum dan kurang antusias dalam menyikapi KTSP. Guru negeri diduga akan kurang optimal dalam menyusun dan melaksanakan KTSP mengingat status yang dimiliki sudah jelas sebagai pengajar yang dibiayai negara.

Persepsi guru yang berbeda terhadap KTSP juga dapat dilihat dari lama lamanya seorang guru menjalani profesinya. Lamanya menjalani profesi guru menyebabkan guru- guru memiliki kualitas yang berbeda-beda dalam segala hal. Seorang guru yang sudah lama mengajar akan memiliki kualitas yang berbeda dengan guru yang baru. Misalnya saja guru yang telah 5 tahun mengajar tentu akan memiliki cara mengajar dan pengalaman yang berbeda dibandingkan dengan guru yang baru 2 tahun mengajar atau bahkan guru yang telah 30 tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi sebagai guru mungkin akan lebih sulit menerima pergantian kurikulum dibandingkan dengan guru yang tergolong masih baru dalam dunia pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PERSEPSI GURU TERHADAP KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI TINGKAT

PENDIDIKAN, STATUS KEPEGAWAIAN DAN LAMA MENJALANI

(26)

B. Batasan Masalah

Banyak variabel yang berhubungan dengan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Penelitian ini akan memfokuskan pada variabel tingkat pendidikan guru, status kepegawaian guru, dan lama guru tersebut menjalani profesi guru. Sedangkan faktor-faktor dalam KTSP mencakup 6 komponen yaitu visi dan misi, tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kalender pendidikan, silabus, serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru?

2. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian guru?

3. Apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru?

D. Tujuan Penelitian

(27)

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan guru.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian guru.

3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari lama menjalani profesi guru.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan bermanfaat, bagi pihak-pihak berikut: 1. Bagi Pemerintah

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan dan evaluasi mengenai kebijakan pemerintah akan kurikulum KTSP serta sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan langkah- langkah yang harus diambil dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan nasional. 2. Bagi Guru

(28)

3. Bagi Universitas

(29)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persepsi

Persepsi pada dasarnya adalah suatu proses penelaahan dan pemahaman seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan (Thoha, 2000:146). Dengan kata lain, persepsi dapat menambah dan mengurangi kejadian yang sesungguhnya diinderakan oleh seseorang.

Menurut Edgar F. Huse dan James L. Bowditch dalam Thoha (2000:145), cara kebiasaan yang dapat dipergunakan untuk mengenal penginderaan adalah:

1. Aspek penginderaan yang memiliki kesamaan antara satu orang dengan yang lain disebut kenyataan. Misalkan ada suatu kejadian yang disaksikan oleh orang banyak, maka itu disebut sebagai kenyataan dari kejadian itu. Akan tetapi setiap orang dimungkinkan akan memiliki persepsi yang berbeda akan penyebab kejadian itu.

2. Penginderaan tersusun dalam cara yang unik bagi kita. Setiap orang memiliki kekhasan masing- masing, entah dari segi biologis, masa lalu, pengalaman, nilai- nilai dan sebagainya.

(30)

benar terhadap suatu situasi. Persepsi memiliki subproses sebagai berikut (Thoha, 2000:146):

1. Stimulus

Pada tahap ini, individu memperoleh rangsangan dari suatu sumber. Rangsangan ini mungkin ditangkap oleh penginderaan individu tersebut. 2. Registrasi

Pada tahap ini, seseorang akan terpengaruh atas apa yang diinderakannya. Pada tahap registrasi, seseorang akan menerima informasi yang diinderakannya, kemudian mendata dan mendaftar semua informasi tersebut.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan penyebab utama dari perbedaan persepsi antar individu. Interpretasi dipengaruhi oleh cara pendalaman (learning), motivasi, dan kepribadian seseorang. Interpretasi merupakan subproses dari persepsi yang sangat penting.

4. Umpan balik (feedback)

Pembentukan persepsi seseorang yang diakibatkan dari adanya suatu ekspresi atau kejadian atas apa yang telah dilakukan individu tersebut.

Ada banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Menurut Pareek (1984) dalam Desy Arisandy (http://www.journal-psyche.com), ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi yaitu:

(31)

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita.

2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

3. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

Menurut Thoha (1983:147) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang adalah:

1. Psikologi

Keadaan psikologi setiap individu akan mempengaruhi persepsi individu tersebut.

2. Famili

(32)

3. Kebudayaan

Kebudayaan yang berlaku di tempat seorang individu tinggal akan membentuk dan mempengaruhi sikap, nilai, dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini.

B. Guru

1. Pengertian Guru

Ujung tombak dalam dunia pendidikan tidak lain adalah seorang guru. Guru menjadi inspirator, fasilitator, dan pendidik dalam proses belajar-mengajar. Peran guru menjadi teramat penting dan profesi guru menuntut profesionalitas serta penguasaan keahlian. Dengan berdasar teori McCleland, Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) menuliskan bahwa saat guru tampil di depan kelas, ia akan menjadi sosok yang menarik sehingga ia bisa menebarkan virus nAch (Needs for Achievement) atau motivasi berprestasi.

(33)

Menurut Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006), sejalan dengan pendapat Houle, ciri-ciri pekerjaan yang profesional, yaitu meliputi:

a. Harus memiliki landasan yang kuat

b. Harus berdasarkan atas kompetensi individual c. Memiliki sistem seleksi dan sertifikasi

d. Ada kerjasama dan kompetensi yang sehat antar sejawat e. Adanya kesadaran profesional yang tinggi

f. Memiliki prinsip-prinsip etik g. Memiliki sistem sanksi profesi h. Adanya militansi individual i. Memiliki organisasi profesi

Dengan merujuk pada hal diatas, guru yang profesional dalam melaksanakan pembelajaran di kelas akan melaksanakannya secara efektif. Sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) yang sejalan dengan pendapat Gary A. Davis dan Margareth A. Thomas, terdapat empat ciri guru yang efektif, yaitu:

a. Memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas

b. Memiliki kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran

(34)

d. Memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri

Karena guru merupakan seorang fasilitator dan ujung tombak dalam dunia pendidikan, maka profesionalitas dan efektifitas wajib dimiliki oleh setiap guru.

2. Hak dan Kewajiban Guru

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi, 1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai hak untuk memperoleh: a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan

memadai

b. penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja

c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas d. perlindunagn hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual

e. kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nawawi, 1994:68), guru sebagai pendidik mempunyai kewajiban untuk:

a. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis.

b. mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan.

(35)

3. Peranan Guru

Menurut Gagne (Muhibbin Syah, 2000:250), peranan guru adalah sebagai berikut:

a. Guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran)

Guru diminta untuk mampu dan siap merancang kegiatan belajar mengajar yang berhasilguna dan berdayaguna.

b. Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran)

Guru diminta untuk memiliki kemampuan dalam mengelola (menyelanggarakan dan menge ndalikan) seluruh tahapan proses belajar mengajar.

c. Guru sebagai evaluator of student learning (penilai prestasi belajar siswa)

Guru diminta untuk senantiasa mengikuti perkembangan taraf kemajuan prestasi belajar atau kinerja akademik siswa dalam setiap kurun waktu pembelajaran.

4. Kode Etik Guru

Kode etik merupakan tatanan yang menjadi pedoman dalam menjalankan tugas dan aktivitas suatu profesi. Dalam menjalankan profesinya guru di Indonesia berpedoman pada kode etik guru yang berisi sebagai berikut ( Samana,1994:117):

a. Guru berbakti membimbing peserrta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

(36)

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

g. Guru memelihara hubungan profesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan sosial.

h. Guru secara bersama – sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

C. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(37)

mempunyai kedud ukan yang cukup sentral dalam keseluruhan kegiatan, pembelajaran, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan (Surjanto Budiwalujo, http://www.kompas.com, 13 Maret 2006).

Indonesia mengalami berkali-kali ganti kurikulum. Kurikulum pertama yang diterapkan dalam dunia pendidikan Indonesia adalah Kurikulum 1947 yang lebih dikenal dengan Rencana Pelajaran 1947. Kemudian disusul dengan berganti- ganti oleh kurikulum 1950, 1968, 1975, dan 1994. Kurikulum 1994 menjadi tolok ukur kemajuan pendidikan di Indonesia karena telah berprinsip pada keaktifan siswa dalam proses pembelajarannya. Kurikulum ini semakin disempurnakan dengan Suplemen GBPP 1999.

Namun pemerintah merasa bahwa kurikulum pendidikan di Indonesia masih jauh dari mutu kurikulum-kurikulum bangsa barat. Oleh karena itu, pemerintah kemudian mencanangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau KBK pada tahun 2004. Kurikulum ini menekankan pada kompetensi belajar siswa. Setelah berjalan selama kurang lebih tiga tahun, pemerintah melihat bahwa hasil yang diberikan oleh KBK tidak seperti yang diharapkan. Pada awal tahun 2006, pemerintah menyusun kurikulum baru yang lebih menekankan pada isi dan kompetensi. Produk terbaru tersebut kemudian diberi label Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pengembangan kurikulum itu adalah Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) hasil rumusan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

(38)

terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat pendidikan, kalender pendidikan dan silabus (Sarkim, 2006:1). Sesuai dengan namanya, KTSP memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada guru dan sekolah untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri. Suyanto (http://www.kompas.com, 8 Agustus 2006) memaparkan bahwa implementasi KTSP membutuhkan penciptaan iklim pendidikan yang memungkinkan tumbuhnya semangat intelektual dan ilmiah bagi setiap guru, mulai dari rumah, di sekolah, maupun di masyarakat. Ini berkaitan adanya pergeseran peran guru yang semula lebih sebagai instruktur kini menjadi fasilitator pembelajaran. KTSP merupakan sebuah bentuk demokratisasi dan desentralisasi sektor pendidikan dari pemerintah kepada setiap lembaga pendidikan. Dalam KTSP ini, Peraturan Pemerintah dijadikan sebagai rambu-rambu dalam penyusunan KTSP agar terdapat konsistensi dan persamaan dalam me muat suatu materi ke kurikulum.

Menurut Mulyasa (2006:176), terdapat enam komponen KTSP, yaitu: 1. Visi dan Misi Satuan Pendidikan

Visi dan misi satuan pendidkan dapat dikembangkan oleh lembaga masing dengan memperhatikan potensi dan kelemahan masing-masing. Sebaiknya visi dan misi satuan pendidikan bukan hanya rumusan yang hampa makna, tetapi merupakan acuan yang sarat dengan makna, sehingga mewarnai seluruh kegiatan di satuan pendidikan tersebut.

(39)

Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

b. Tujuan Pendidikan Menengah

Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

c. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan

Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lanjut sesuai kejuruannya.

3. Menyusun Kalender Pendidikan

(40)

Penyususnan kalender pendidikan selama satu tahun pelajaran mengacu pada efisiensi, efektifitas, dan hak-hak peserta didik. Dalam penyusunan kelender pendidikan, pengembang kurikulum harus mampu menghitung jam belajar efektif untuk pembentukan kompetensi peserta didik, dan menyesuaikannya dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh peserta didik setelah menyelesaikan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu.

4. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan memuat komponen mengenai mata pelajaran, kelas dan alokasi waktu sesuai dengan jenjang pendidikannya, yang dispesifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Struktur Kurikulum SD/ MI

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

I II III IV, V, dan VI A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 3

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2

3. Bahasa Indonesia 5

4. Matematika 5

5. Ilmu Pengetahuan Alam 4

6. Ilmu Pengetahuan Sosial 3

7. Seni Budaya dan Keterampilan 4

8. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

4

B. Muatan Lokal 2

C. Pengembangan Diri 2*)

Jumlah 26 27 28 32

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

• Pembelajaran pada Kelas I sampai dengan Kelas III dilaksanakan melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV sampai dengan Kelas VI dilaksanakan melalui pendekatan mata pelajaran.

(41)

Tabel 2. 2

Struktur Kurikulum SMP/ MTs

Kelas dan Alokasi Waktu Komponen

VII VIII IX A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4

4. Bahas Inggris 4 4 4

5. Matematika 4 4 4

6. Ilmu Pengetahuan Alam 4 4 4

7. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 4 4

8. Seni Budaya 2 2 2

9. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2 2

10.Keterampilan/ Teknologi Informasi danKomunikasi

2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*)

Jumlah 32 32 32

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

§ Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/ MTs merupakan “IPA Terpadu” dan “IPS Terpadu”.

§ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.3

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X

Alokasi Waktu Komponen

Semester I Semester II A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahas Inggris 4 4

5. Matematika 4 4

6. Fisika 2 2

7. Biologi 2 2

8. Kimia 2 2

9. Sejarah 1 1

10. Geografi 1 1

(42)

12. Sosiologi 2 2

13. Seni Budaya 2 2

14. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan

2 2

15. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2

16. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2

B. Muatan Lokal 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Jumlah 38 38

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

§ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.4

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPA

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahas Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Fisika 4 4 4 4

7. Kimia 4 4 4 4

8. Biologi 4 4 4 4

9. Sejarah 1 1 1 1

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

(43)

Tabel 2.5

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII IPS

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4 4 4

4. Bahas Inggris 4 4 4 4

5. Matematika 4 4 4 4

6. Sejarah 3 3 3 3

7. Geografi 3 3 3 3

8. Ekonomi 4 4 4 4

9. Sosiologi 3 3 3 3

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13. Keterampilan/ Bahasa Asing 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

§ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Tabel 2.6

Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas XI dan XII Bahasa

Alokasi Waktu Kelas XI Kelas XII Komponen

Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 A.Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2 2 2

3. Bahasa Indonesia 5 5 5 5

4. Bahas Inggris 5 5 5 5

5. Matematika 3 3 3 3

(44)

7. Bahasa Asing 4 4 4 4

8. Antropologi 2 2 2 2

9. Sejarah 2 2 2 2

10. Seni Budaya 2 2 2 2

11. Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan

2 2 2 2

12. Teknologi Informasi dan Komunikasi

2 2 2 2

13. Keterampilan 2 2 2 2

B. Muatan Lokal 2 2 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*) 2*) 2*)

Jumlah 39 39 39 39

2*) Ekuivalen 2 jam pembelajaran

§ 1 jam pelajaran adalah 45 menit

Dalam struktur dan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan terdapat lima kelompok pelajaran, yaitu:

a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia

b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi d. Kelompok mata pelajaran estetika

e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan 5. Silabus

(45)

ke dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan pencapaian kompetensi untuk penilaian (Sarkim, 2006:8).

6. Rencana Pelaksnaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan komponen penting dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang pengembangannya harus dilakukan secara profesional.

Dengan melihat uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan “perpanjangan tangan” pemerintah untuk memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Melalui KTSP, pemerintah menggandeng tangan guru dan sekolah untuk bersama-sama menciptakan suatu pola pendidikan melalui desentralisai sistem pendidikan. KTSP memberikan kebebasan untuk menentukan laju pendidikan bagi tiap-tiap sekolah sesuai dengan kemampuan dan kompetensi mereka, tetapi dengan batas-batas yang tetap ditentukan pemerintah.

D. Tingkat Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

(46)

pengajaran dan pelatihan. Pendidikan adalah keseluruhan proses, metode belajar mengajar mengalihkan suatu pengetahuaan dari seorang kepada orang lain sesuai dengan standar yang telah ditentukan (Siagian, 1987:175). Unsur yang penting dalam pendidikan adalah proses pengembangan kemampuan, pengetahuan, sikap, tingkah laku, kompetensi sosial serta pribadi optimal.

Mengingat unsur- unsur demikian, Soejono Soekanto (1992:335) mengatakan bahwa pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia, terutama dalam membuka pikiran serta menerima hal- hal baru tentang bagaimana berpikir secara ilmiah.

2. Ruang Lingkup Pendidikan

Dilihat dari ruang lingkupnya pendidikan dapat dibagi menjadi (Siagian, 1987:181):

a. Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang itu lahir sampai mati di dalam keluarga, dalam pekerjaan, atau pengalaman sehari- hari.

b. Pendidikan Formal

(47)

dilaksanakan dalam situasi belajar antara pendidik dan anak didik serta dengan sarana dan fasilitas yang direncanakan dan diadakan secara khusus.

c. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal adalah pendidikan teratur dengan sadar dilakukan tetapi tidak selalu mengikuti peraturan yang sangat ketat dan tetap.

3. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan adalah taraf pendidikan yang diselenggarakan secara berkelanjutan yang berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik dan tingkat kerumitan pelajaran. Di Indonesia, jenjang pendidikan dibagi menjadi (Siagian, 1987:185):

a. Pendidikan Dasar

Pendidikan dasar adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan.

b. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi bagian dari organisasi masyarakat yang memiliki kemampuan untuk mengadakan hubungan timbal balik.

(48)

Pendidikan tinggi adalah kelanjutan dari pendidikan menega h yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional.

Untuk meningkatkan kemampuan tenaga kependidikan, khususnya guru, pemerintah telah mengusahakan berbagai lembaga yang menata usaha perbaikan mutu guru dengan menetapkan satu pola yaitu pola pengembangan dari IKIP atau FKIP/FIP yang disebut Lembaga Pengadaan Tenaga Kependidikan (LPTK).

LPTK mempunyai empat macam program pendidikan guru (Piet A. Sahertian, 1994:68), yaitu:

1. Program no n-gelar (program Diploma) dengan rincian sebagai berikut:

a. Program Diploma (D-1) dengan lama studi 1-2 tahun. b. Program Diploma 2 (D-2) dengan lama studi 2-3 tahun. c. Program Diploma 3 (D-3) dengan lama studi 3-5 tahun.

2. Program Gelar yang melalui jenjang Sarjana (S-1), dengan lama studi 4-7 tahun.

3. Program Pasca Sarjana (S2), dengan lama studi 6-9 tahun. 4. Program Doktor (S3), dengan lama studi 8-11 tahun.

Kemampuan mengajar pada berbagai tingkatan sekolah. Program Akta mengajar ini terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:71):

(49)

2. Akta II sebanyak 20 SKS dan dapat ditempuh bagi mereka yang sudah memperoleh 60 SKS dalam bidang non kependidikan.

3. Akta III sebanyak 20 SKS yang dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 90 SKS untuk bidang studi non kependidikan.

4. Akta IV dengan beban kredit 20 SKS dapat ditempuh selama dua semester setelah memiliki 120 SKS dalam bidang studi non kependidikan.

5. Akta V dengan beban kredit 20 SKS bagi mereka yang telah memiliki 160 SKS bidang studi di luar kependidikan.

E. Status Kepegawaian

Guru meliputi semua orang di sekolah-sekolah yang bertanggung jawab dalam pendidikan para murid. Status (kedudukan) yang dipergunakan dalam hubungannya dengan guru- guru berarti martabat atau penghargaan yang diberikan kepada mereka, sebagai tingkat pengakuan atas pentingnya fungsi mereka serta atas kemampuan mereka dalam melakukan tugas-tugasnya dan persyaratan kerja, penggajian serta keuntungan-keuntungan materi lainnya yang diberikan kepada mereka dibandingkan dengan golongan-golongan karya lainnya.

(50)

suatu sistem sosial. Di dalam pendidikan, status guru itu terdiri atas (Piet A. Sahertian, 1994:13):

1. Guru negeri adalah guru yang diangkat dan bekerja dalam suatu instansi milik pemerintah, guru yang diperkerjakan di suatu instansi swasta tetapi tetap digaji oleh negara.

2. Guru swasta adalah guru yang diangkat oleh suatu yayasan tertentu dan digaji oleh yayasan atau lembaga tersebut. Guru swasta masih dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok seperti :

a. Guru Honorer adalah guru yang bekerja karena diangkat oleh yayasan atau lembaga tertentu dan digaji oleh yayasan tersebut tetapi belum mengajar penuh atau dapat dikatakan sebagai guru bantu.

b. Guru Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan dan sudah berstatus sebagai guru tetap dari yayasan.

c. Guru Tidak Tetap Yayasan adalah guru yang diangkat dan digaji oleh yayasan tetapi statusnya belum tetap.

F. Lama Menjalani Profesi Guru

(51)

bernafas lega adalah guru yang merupakan pegawai negeri atau guru negeri serta guru yang telah diangkat menjadi guru tetap yayasan. Guru tidak tetap maupun guru honorer adalah guru yang masih harus memperjuangkan statusnya.

(52)

G. Kerangka Berpikir

1. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Tingkat Pendidikan.

Dalam menyikapi pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pandangan guru akan diduga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikannya. Pandangan guru diduga akan berbeda pada latar belakang pendidikan formal guru yang berbeda. Secara umum, pendidikan formal dibagi dalam berbagai jenjang yaitu SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi. Untuk dapat menjalani profesi sebagai seorang pengajar, maka pendidikan formal minimal yang harus dimiliki adalah D2. Untuk guru SMP tidak menutup kemungkinan masih adanya guru dengan latar pendidikan SPG walaupun sekarang memang oleh pemerintah guru-guru dengan latar pendidikan SPG diberikan kesempatan untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Semakin tinggi tingkat pendidikan guru maka semakin tinggi pula keinginan untuk mengembangkan profesi guru, misalnya melakukan penelitian membuat karya tulis, menulis buku dan sebagainya.

(53)

berubah menjadi guru otonom. Guru otonom adalah pemikir dan perancang bahan pelajaran yang kritis dan analitis, serta memiliki daya kreativitas tinggi dan berperilaku inovatif. Tingkat pendidikan bagi guru agar bisa menjadi guru yang otonom adalah minimal berpendidikan S1 untuk guru SD dan SMP, serta S2 untuk guru SMU. Seorang guru dengan latar pendidikan S1 akan memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih jika dibandingkan dengan guru yang berlatar pendidikan D-2. Dalam memandang KTSP, guru dengan latar belakang S1 akan memiliki kemampuan beradaptasi yang lebih baik mengingat pengetahuan yang dimilikinya lebih daripada guru dengan latar belakang pendidikan yang lebih rendah. Tingkat pendidikan guru diduga kuat mempengaruhi cara pandang dan sikap guru terhadap suatu konsep atau ide baru.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha1 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan.

2. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Status Kepegawaian.

(54)

kepegawaian bagi seorang guru merupakan suatu keadaan yang melabeli mereka untuk profesionalitas kerja para guru tersebut.

(55)

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

Ha2 : Ada perbedaan persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditinjau dari status kepegawaian.

3. Persepsi Guru Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau dari Lama Menjalani Profesi Guru.

Profesionalitas seorang pekerja dipengaruhi pula oleh lama pekerja tersebut menjalani profesinya. Semakin lama seseorang menggeluti pekerjaannya maka semakin terasah pula kemampuannya. Seorang guru yang telah puluhan tahun mengajar akan memiliki kualitas mengajar yang berbeda dengan seorang guru yang baru satu tahun mengajar. Guru yang telah lama menjalani profesi guru akan memiliki pengalaman mengajar, kemampuan mengelola kelas, maupun mengevaluasi kelas dengan lebih baik dibanding dengan guru baru. Akan tetapi, mungkin guru yang baru tersebut memiliki kemampuan lain yang tidak dimiliki oleh guru yang telah puluhan tahun mengajar, misalnya saja kemampuan mengoperasikan komputer, pemanfaatan internet, metode penga jaran baru dan sebagainya.

(56)

(2002:42) menguraikan bahwa lama seorang guru menjalani profesinya akan mempengaruhi cara pandang. Hal ini didukung oleh pernyataan Anton Sardjono (www.blogspot.com) bahwa masa kerja seorang guru membentuk interpretasi yang berbeda-beda antar para guru akan suatu hal. Interpretasi yang berbeda-beda tersebut akan mengakibatkan cara pandang Seorang guru yang sudah dua puluh lima tahun mengajar akan memandang KTSP sebagai sebuah kurikulum yang merepotkan mengingat beratnya tugas seorang guru dalam peran sertanya menyusun kurikulum, berbeda dengan kurikulum yang biasanya digunakannya. Seorang guru yang baru satu tahun mengajar dan merupakan produk baru dari dunia kependidikan akan memandang KTSP sebagai sebuah kurikulum yang tepat diaplikasikan mengingat dengan KTSP seorang guru dapat menyusun kurikulum yang sesuai dengan konstruksi pengetahuan yang akan diberikan kepada peserta didik. Akan tetapi dengan terbatasnya pengalaman yang dimiliki,guru baru diduga akan berpersepsi kurang positif mengingat perubahan kurikulum yang terjadi kurang dapat

diadaptasi dengan cepat.

Berdasarkan uraian di atas, diturunkan hipotesis penelitian sebagai berikut :

(57)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus pada guru-guru di sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis. Kesimpulan penelitian hanya berlaku pada guru-guru di sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI Yogyakarta sebagai subyek penelitian ini.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah guru-guru sekolah-sekolah milik Yayasan BOPKRI di Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

(58)

Waktu untuk penelitian ini yaitu pada bulan Agustus 2007. 2. Tempat Penelitian

Tempat untuk penelitian ini adalah sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan BOPKRI di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Persepsi Guru Terhadap KTSP

Persepsi guru terhadap KTSP adalah suatu proses penelaahan dan pemahaman seseorang akan suatu informasi tentang lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Jadi, persepsi merupakan langkah berikutnya dari suatu proses penginderaan terhadap kurikulum yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.

(59)

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Persepsi Terhadap KTSP

Pernyataan

Dimensi Indikator

Positif Negatif

Visi dan Misi

1. Berorientasi ke depan 2. Dikembangkan bersama oleh

seluruh warga sekolah

3. Merupakan perpaduan antara langkah strategis dan sesuatu yang dicita-citakan

4. Dinyatakan dalam kalimat yang padat bermakna 5. Dapat dijabarkan ke dalam

tujuan dan indikator keberhasilanya 6. Berbasis nilai

7. Membumi (Kontekstual)

2 3 4 5 6 1 7 Tujuan pendidikan

8. Kematangan diri anak didik sesuai tiap fase perkembangan 9. Kecerdasan, pengetahuan 10.Ketrampilan hidup mandiri 11.Mengikuti pendidikan lanjut

9 11 8 10 Kalender pendidikan

12.Rencana sekolah 13.Alokasi Waktu 14.Penetapan Kalender

Pendidikan 12 13 14 Struktur dan muatan KTSP

15.Mata pelajaran 16.Muatan lokal

17.Kegiatan Pengembangan diri 18.Pengaturan Beban Belajar 19.Kenaikan Kelas, Penjurusan,

dan Kelulusan

20.Pendidikan Kecakapan Hidup

(60)

21.Pendidikan Berbasis

Keunggulan Lokal dan Global 26 Silabus 22.Ilmiah

23.Relevan 24.Fleksibel 25.Kontinuitas 26.Konsisten 27.Memadai

28.Aktual dan kontekstual 29.Efektif

30.Efisien

27 28 29 30 32 33 34 35

31

Rencana Pelaksanaa n

Pembelajar an

31.Kompetensi yang dirumuskan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus jelas; makin konkrit kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.

32.Rencana pelaksanaan

pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran, dan

pembentukan kompetensi peserta didik.

33.Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran harus menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan. 34.Rencana pelaksanaan

pembelajaran yang

dikembangkan harus utuh dan

36

37

38

(61)

menyeluruh, serta jelas pencapaiannya.

35.Harus ada koordinasi antar komponen pelaksanaan program sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.

40

Pengukuran variabel persepsi guru terhadap KTSP didasarkan pada indikator-indikatornya. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert. Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item

instrumen tersaji dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.2

Skoring Berdasarkan Skala Likert

Skor Kriteria Jawaban

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju ( SS ) 4 1

Setuju ( S ) 3 2

Tidak Setuju ( TS ) 2 3

(62)

2. Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan adalah taraf pendidikan formal terakhir yang diselesaikan guru. Jenjang pendidikan formal guru diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Program Diploma 1 (D-1) Skor: 1 b. Program Diploma 2 (D-2) Skor: 2 c. Program Diploma 3 (D-3) Skor: 3 d. Program Strata 1 (S1) Skor: 4 e. Program Pasca sarjana (S2) Skor: 5

f. Program Doktor (S3) Skor: 6 3. Variabel Status Kepegawaian

Menurut Piet A. Sahertian (1994:10) yang dimaksud dengan status kepegawaian guru adalah kedudukan guru dilihat dari prototype-nya dalam suatu sistem sosial. Pemberian skor untuk variabel status kepegawaian adalah sebagai berikut:

a. Guru Tetap Yayasan Skor 4

b. Guru Negeri Skor 3

c. Guru Tidak Tetap Yayasan Skor 2

(63)

4. Variabel Lama Menjalani Profesi Guru

Lama menjalani profesi guru adalah lamanya seorang guru dalam menjalani profesi keguruan. Pemberian skor untuk variabel lama menjalani profesi guru adalah sebagai berikut:

a. < 1 tahun Skor 0

b. 1-5 tahun Skor 1

c. 6-10 tahun Skor 2 d. 11-15 tahun Skor 3 e. >15 tahun Skor 4

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Penelitian ini adalah seluruh guru SD, SMP, dan SMA di bawah naungan Yayasan BOPKRI di Yogyakarta.Menurut sumber dari Yayasan BOPKRI Yogyakarta jumlah guru SD, SMP dan SMA di Yayasan BOPKRI Yogyakarta adalah 558 dari 45 sekolah.

2. Sampel

(64)

Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/ batas kesalahan (e) 5% dari populasi (N).

Pengambilan sampel menggunakan rumus:

n =

Ne N +

1

Keterangan:

n = Ukuran sample N = Ukuran populasi

E = Nilai kritis/ batas kesalahan yang diinginkan (persen kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel populasi)

Sehingga sampel yang diambil adalah:

n = 2

) 05 , 0 ( 589 1

558

+

3. Teknik Penarikan Sampel

(65)

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Metode ini merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan maupun pernyataan yang disusun secara tertulis berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dalam penelitian kuesioner ini melibatkan responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan responden yang sebenarnya. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai persepsi guru terhadap KTSP, tingkat pendidikan, status kepegawaian, dan lama menjalani profesi guru.

G. Pengujian Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas

Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Pengujian validitas dilakukan dengan berdasarkan uji korelasi product moment dari Karl Pearson dengan rumus (Suharsimi Arikunto,1998:225):

∑ ∑

− =

} ) ( }{

) ( {

) )( ( ) (

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N rxy

Keterangan :

N = Total responden

Y = Total item

X = Total dari setiap item

(66)

Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi rendahnya tingkat validitas instrumen yang diukur. Selanjutnya hasil koefisien korelasi ini dibandingkan dengan nilai r korelasi Product Moment pada tabel. Jika hasil rhitung lebih besar dari pada rtabel maka butir soal tersebut dapat dikatakan valid, dan begitu pula sebaliknya.

Uji validitas ini dilakukan pada 50 guru di Yayasan Pangudu Luhur Yogyakarta. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan komputer program SPSS di mana db = n-2. Derajat kebebasan ini sebesar (50-2) = 48, sehingga rtabel dari 0,05 ; 48 = 0,284. Berikut ini disajikan tabel hasil pengujjian validitas:

Tabel 3.3

Hasil Penujian Validitas

No. Item rhitung rtabel

taraf signifikan 5%

Hasil

1 0,440 0,284 valid

2 0,382 0,284 valid

3 0,412 0,284 valid

4 0,401 0,284 valid

5 0,329 0,284 valid

6 0,471 0,284 valid

7 0,464 0,284 valid

8 0,346 0,284 valid

9 0,391 0,284 valid

10 0,683 0,284 valid

11 0,695 0,284 valid

12 0,540 0,284 valid

13 0,657 0,284 valid

14 0,630 0,284 valid

15 0,372 0,284 valid

16 0,313 0,284 valid

17 0,576 0,284 valid

(67)

19 0,434 0,284 valid

20 0,445 0,284 valid

21 0,365 0,284 valid

22 0,448 0,284 valid

23 0,409 0,284 valid

24 0,380 0,284 valid

25 0,415 0,284 valid

26 0,554 0,284 valid

27 0,336 0,284 valid

28 0,587 0,284 valid

29 0,460 0,284 valid

30 0,612 0,284 valid

31 0,294 0,284 valid

32 0,466 0,284 valid

33 0,504 0,284 valid

34 0,497 0,284 valid

35 0,351 0,284 valid

36 0,494 0,284 valid

37 0,331 0,284 valid

38 0,540 0,284 valid

39 0,546 0,284 valid

40 0,294 0,284 valid

b. Pengujian Reliabilitas Kuesioner

Reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Alat ukur dikatakan reliabel jika alat ukur tersebut mampu memberikan hasil yang tetap meskipun digunakan kapanpun. Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen, maka digunakan rumus Alpha (Suharsimi Arikunto,1998:236).

Rumus :

(

)

 −  

 

 

=

2

2

11 1

1 t

b

k k r

σ σ

Dimana :

(68)

k = banyaknya butir pertanyaan

2

b

σ = jumlah varian butir 2

t

σ =varian total

Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan teknik Alpha Cronbach. Jika nilai koefisien alpha > 0,60 maka instrumen penelitian tersebut reliabel (dapat dipercaya). Sebaliknya nilai koefisien alpha < 0,60 maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel (Nunnaly, 1967 dal;am Imam Gozhali, 2001:42).

Hasil pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan komputer program

SPSS. Dari hasil pengujian reliabilitas diperoleh nilai koefisien alpha untuk persepsi guru terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yaitu 0,919. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian tersebut adalah reliabel (dapat dipercaya).

H. Teknik Analisis Data

1. Pengujian Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas

(69)

distribusi kumulatif dan memfokuskan pada selisih terbesar antara kedua distribusi tersebut dengan rumus (Wahid Sulaiman,2003:37) :

)} ( ) (

{Sn1 x Sn2 X Max

D= −

Keterangan :

Sn1 (x) : fungsi jenjang kumulatif observasi salah satu sampel

Sn1 (x) : k/n1 , k adalah banyaknya skor sama atau kurang dari X

Pengambilan keputusan :

Jika Asymp. Sig < taraf nyata (0,05) maka Ho ditolak Jika Asymp. Sig > taraf nyata (0,05) maka Ho diterima b. Uji Homogenitas

Pengujian ini digunakan untuk menguji kesamaan varians populasi yang berdistribusi normal, berdasarkan sampel yang telah diambil dari setiap populasi. Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini. Pengujian yang dipakai adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus :

Ada beberapa metode yang telah ditemukan untuk melakukan pengujian ini seperti uji Bartlett (Arikunto, 2000:415). Beberapa satuan yang diperlukan untuk mengerjakan pengujian tes adalah:

1) Disusun daftar seperti yang disajikan dalam tabel berikut:

χ

2
(70)

Tabel 3.4 Uji Bartlett Sampel ke- Derajat kebebasan

1/dk Si2 Log Si2 (dk) Log Si2

1 2 K

n1 – 1

n2 – 1

nk - 1

1/(n1 – 1)

1/(n2 – 1)

1/(nk– 1) S12

S22

Sk2

Log S 12

Log S22

Log Sk2

(n1-1)Log S12

(n1-1)Log S22

(n1-1)Log Sk2

Jumlah

(

1

)

1

n

 11

1

n

- -

(

)

2

1 i

i LogS

n

2) Mencari variansi gabungan dari semua sampel dengan rumus :

(

)

(

)

− −

= n 1 /Si2 ni 1

S

3) Mencari satuan B dengan rumus:

(

)

(

)

= logS2 ni 1

B

4) Menghitung harga Chi-kuadrat ( X ) dengan rumus

(

)

{

}

= 2

2 1 10 1 log

i i S n B n x

(71)

(

)

{

}

= 2

2

log 1 3026

,

2 B ni Si

x

a) Jika x2 < taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis diterima atau tidak ada perbedaan variansi antara sampel-sampel yang diambil.

b) Jika x2 > taraf signifikansi 0,05 maka hipotesis ditolak atau terdapat perbedaan variansi antara sampel-sampel yang diambil.

2. Pengujian Hipotesis

Setelah dilakukan pengujian normalitas dengan menggunakan SPSS ternyata didapatkan hasil bahwa variabel yang diteliti berdistribusi normal. Sedangkan hasil pengujian homogenitas menunjukkan bahwa varians populasi untuk variabel tingkat pendidikan dan status kepegawaian adalah homogen, serta varians untuk variabel lama menjalani profesi guru adalah tidak homogen. Mengingat prasyarat pengujian hipotesis demikian, maka pengujian hipotesis pertama, kedua, dan ketiga yang semula akan dilakukan dengan menggunakan One Way Anova tidak dapat dilanjutkan dan diganti dengan menggunakan statistik nonparametrik, yaitu dengan uji Chi Kuadrat. Chi Kuadrat yang digunakan adalah uji independen antara dua variabel (Sudjana, 1996: 278). Langkah pertama adalah membuat tabel kontingensi B x K, yang dalam daftar tersebut, faktor I terbagi atas B taraf dan faktor II terbagi atas K taraf. Banyak pengamatan yang terjadi karena taraf ke-i faktor ke-I (i= 1,2. …, B) dan taraf ke-j faktor ke-II (j=1,2,3, …, K) akan dinyatakan dengan Oij. Hasilnya diringkas dalam

(72)

Tabel 3.5

Daftar Kontingensi B x K

Untuk Hasil Pengamatan Terdiri Atas Dua Faktor

FAKTOR II (K TARAF)

1 2 K Jumlah

1 O11

E11

O12

E12

….

O1K

E1K

n10

2 O12

E21

O22

E22

….

O2K

E2K

n20

.

.

.

.

.

.

.

. FAKTOR II

(B TARAF)

B OB1

EB1

OB2

EB2

….

OBK

EBK

nBO

Jumlah n01 n02 …. nOK n

Untuk menghitung frekuensi yang diharapkan (Eij) atau frekuensi teoritik setiap

sel dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Eij

(73)

Keterangan:

Eij = frekuensi teoritik yang diharapkan

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = jumlah semua frekuensi pengamatan

Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesisnya adalah sebagai berikut:

2

χ =

∑∑

= =

− B

j i

K

1

j ij 2 ij ij

E ) E O (

Keterangan : 2

χ = Chi Kuadrat

Oij = frekuensi yang terjadi Eij = frekuensi yang diharapkan

Kriteria pengambilan keputusan adalah jika χ2hitung ≤ χ2tabel pada taraf

signifikansi 5% dan dk untuk distribusi chi kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1, Ha2, dan

Ha3 ditolak. Sedangkan jika χ2hitung > χ2tabel pada taraf signifikansi 5% dan dk untuk

distribusi Chi Kuadrat = (B-1)(K-1) maka Ha1, Ha2, dan Ha3 diterima.

Pengujian terhadap hipotesis pertama, kedua, dan ketiga dilakukan dengan menggunakan tabel kontingensi dan dengan menggunakan uji Chi Kuadrat sebagai berikut:

1. Hipotesis I

a. Perumusan hipotesis

Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

(74)

Ha1: Ada perbedaan persepsi guru terhadap kurikulum tingkat satuan

pendidikan ditinjau dari tingkat pendidikan b. Pengujian Hipotesis

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1). Membuat tabel kontingensi dengan frekuensi yang sesungguhnya

Faktor I : Persepsi Guru Terhadap KTSP, kategori : sangat positif, positif, cukup positif, negatif, sangat negatif

Faktor II : Tingkat Pendidikan, kategori : D1, D2, D3, S1, S2, S3

Tabel 3.6

Tabel Kontingensi Persepsi Guru

Terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Ditinjau Dari Tingkat Pendidikan

(Frekuensi Sesungguhnya)

Tingkat Pendidikan Persepsi Guru

Terhadap KTSP D1 D2 D3 S1 S2 S3

Total

Sangat Positif a b c d e f ae

Positif g h i j k l af

Cukup Positif m n o p q r ag

Negatif s t u v w x ah

Sangat Negatif y z aa ab ac ad a

Gambar

Tabel 2.1 Struktur Kurikulum SD/ MI
Tabel 2.3 Struktur Kurikulum SMA/ MA Kelas X
Tabel 2.4 Struktur Kurikulum SMA/ MA
Tabel 2.5 Struktur Kurikulum SMA/ MA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, berkat, dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi yang

Inflasi terjadi karena adanya peningkatan harga yang cukup signifikan pada beberapa subkelompok pengeluaran yang disertai oleh sedikit penurunan indeks kelompok

 Pada menu daftar artikel terdapat List artikel yang nantinya bisa dipilih per kategori atau dicari,  List artikel hanya menampilkan Judul artikel, jumlah view, jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai apakah pemberian kesaksian anak tanpa disumpah sesuai dengan KUHAP karena di dalam KUHAP terdapat aturan bahwa saksi di

Di tengah tantangan yang cukup berat sepanjang 2009, walaupun perlambatan ekonomi turut menahan inflasi, upaya Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar tidak

Pada Modul perkuliahan ini digunakan untuk mengelola segala data yang berhubungan dengan proses KRS dan proses perkuliahan yaitu mulai entry mata kuliah, substansi

[r]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) peran kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kompetensi profesi guru di SMP Swasta se- Kecamatan Gondokusuman adalah