• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PENINGKATAN KINERJA GURU PROFESIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGEMBANGAN PENINGKATAN KINERJA GURU PROFESIONAL"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

147 PENGEMBANGAN PENINGKATAN KINERJA GURU PROFESIONAL

Matnor

Abstract:

The teacher is the spearhead in the teaching and learning process in the classroom. Therefore the expertise of the teacher is a sign of the success of the teaching and learning process. Besides that, the duties of teacher professionalism include duties towards oneself, towards the family, and most importantly tasks in the environment where the teacher lives.

These tasks cannot be separated from the life of a teacher, because after all the form of a teacher's life is the main form related to the environment in which the teacher lives, so the teacher must have multiple individuals who must be able to play where the teacher is located. The teacher's personal task defined here is a task related to individual responsibilities as an educator, himself and his personal concept. The teacher's duties related to responsibility as an educator are very closely related to the professionalism tasks that must be fulfilled by a teacher in relation to the implementation of the teaching and learning process. Currently it is often found that a teacher is more concerned with his personal duties than having to carry out his duties and obligations as an educator, so it is not impossible that there are teachers who cannot carry out their duties as educators properly, because they are more concerned with issues relating to their own personality. For example, a teacher does not teach because he has to teach elsewhere to supplement his personal income. This kind of thing often results in victims falling on one side, namely the students, this is due to the negligence of the teacher who tries to find additional income for himself personally.

Keywords:

Development, Teacher Performance and Professional.

Matnor adalah dosen STAI Rakha Amuntai, email:

matnorhaji9@gmail.com

(2)

148

A. Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan berkembangnya zaman, pendidikan menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Disisi lain, tingkat pendidikan juga menjadi salah satu tolak ukur kemajuan suatu masyarakat, daerah maupun negara. Sebagai suatu aspek,guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah, selain itu guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar.

Oleh sebab itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan memberikan sumbangan signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkualitas.

Semakin tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat pendidikannya, dan demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu indikator tersebut ditentukan oleh kinerja guru. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 menyatakan:

“Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.1

Dari definisi tersebut terlihat jelas bahwa pendidikan memiliki sebuah tujuan yang sangat penting yakni membentuk peserta didik untuk menjadi manusia yang begitu sempurna baik segi fisik maupun spritual sehingga diharapkan kualitas sumber daya manusia di Indonesia dapat meningkat.

Dalam hal ini seorang guru dituntut profesional dalam memberikan pembelajaran (materi) di sekolahnya, karena dengan cara tersebut materi dapat diamalkan dan dipratikkan oleh siswa dalam kehidupannya.

1Undang-Undang RI NO. 20 tahaun 2003, Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya, (Bandumg: Citra Umbara, 2013), hlm. 7.

(3)

149 Agar pelaksanaan pendidikan dapat terlaksana dengan baik, guru diharuskan memiliki kinerja yang baik.

Sebagai pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan upaya pendidikan. Kinerja guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, merupakan faktor utama dalam pencapaian tujuan pengajaran, keterampilan penguasaan proses pembelajaran ini sangat erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pengajar dan pendidik. Tugas tersebut identik dengan dakwah islamiyah yang bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik.

Dalam era pembangunan dan negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini,guru mempunyai peranan penting dalam mengabdi untuk meningkatkan kecerdasan bangsa termasuk bimbingan padagenerasi selanjutnya, maju mundurnya suatu bangsaditentukanoleh seorang pendidik. Oleh karena itu seorang guru mempunyai kewajiban secara langsung untuk mengawasi dan membantu proses belajar pada peserta didik dan anak didik.

Seorang guru sehubugan dengan tugasnya dalam memantau atau mengembangkan pembelajaran inilah, maka guru dapat disebut sebagai ujung tombak pembaharuan yang berhasil, menjadi pendukung nilai-nilai dalam masyarakat, menciptaan kondisi belajar yang baik serta menjamin keberhasilan penidian maja guru harus meningkatkan kompetensinya, yakni kompetensi pedagogik, kompetensi personal, kompetensi sosial, kompetensi profesional.

Kompetensi personal adalah tugas terhadap diri sendiri sedangkan kompetensi sosial adalah berhubungan dengankehidupan bersaama manusia untuk dapat bergaul dengan sesama manusia dituntut adanya kemauan berinteraksi dan memenuhi berbagai persyaratan antara lain saling tolong menolong, saling menghargai, saling tenggang rasa, dan mau membela bersama. Kompetensi profesional guru adalah seseoarang yang bertugas untuk atau menyampaikan ilmu pengetahuan, kecakapan kepada peserta didik yang bertujan untuk mengembangkan seluruh aspek pribadi.

(4)

150

Keempat kompetensi tersebut sangat mempengaruhi proses belajar mengajar, namun yang paling mendasar dan harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi profesional, kompetensi profesional ini diperlukan suatu kemampuan dalam mewujudkan dan membina kerjasama dengan semua pihak yang ikut bertanggung jawab terhadap proses pendidikan anak, kerjasama tersebut diselenggarakan oleh orang tua murid, pimpinan sekolah, masyarakat sekitar selaku stakeholders pendidikan dan bahkan dengan murid yang dihadainya sehari-hari.2

Guru ialah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang sangat berperan dalam usaha pembangunan sumberdaya manusia yang potensial. Oleh sebab itu guru selaku salah satu faktor dibidang pembelajaran wajib berperan serta menempatkan peran selaku tenaga handal yang profesional, cocok dengan tuntutan lingkungan yang semakin tumbuh, dalam hal ini bisa dimaksud bahwa pada tiap guru terletak tanggung jawab untuk membawa para siswa menuju kedewasaan ataupun taraf kematangan tertentu, artinya gurutidak semata- semata selaku salah pengajar yang cuma menstransfer ilmu pengetahuan, namun juga selaku pendidik serta pembimbing yang membagikan pengarahan serta menuntun siswa dalam belajar.3

Tidak semua orang dewasa dapat dikategorikan sebagai pendidik atau guru, karena guru harus memiliki benerapa persaratan yang harus dipenuhi oleh setiap calon pendidik atau guru sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa untuk dapat diangkat sebagai tenaga pengajar, tenaga pendidik yang bersangkutan harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujutkan tujuan pendidikan nasional.4

2Hadarinawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan, (Jakarta: CV.Haji Masagung,1989), hlm.126-127.

3Ibid. hlm. 123.

4Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), hlm. 29.

(5)

151 Peranan guru dalam proses belajar mengajar tentunya sangatlah besar pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku anak didik. Untuk dapat mengubah tingkah laku anak didik sesuai dengan yang diharapkan maka diperlukan seseorang guru yang melaksanakan kinerjanya secara profesional yaitu seorang guru yang mampu menggunakan komponen- komponen pendidikan sehingga proses pendidikan dapat berjalan dengan baik. 5

Dengan demikian jelasnya bahwa mutu pendidikan dan profesionalisme guru memiliki kaitan yang sangat erat dan saling bersinergi dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Jika kinerja guru dilaksanakan dengan profesionalime yang tinggi maka secara otomatis mutu pendidikanakan tinggi pula. Sehingga hal ini akan berpengaruh pada masa depan anak didik sendiri maupun bangsa dan negara.

B. Pembahasan

1. Kajian Tentang Profesionalisme Kinerja Guru

Istilah profesionalisme guru terdiri dari dua suku kata yang masing-masing mempunyai pengertian tersendiri, yaitu kata Profesionalisme dan Guru. Ditinjau dari segi bahasa (etimologi), istilah profesionalisme berasal dari Bahasa Inggris profession yang berarti jabatan, pekerjaan, pencaharian, yang mempunyai keahlian6, sebagai mana disebutkan oleh S.Wojowasito. Selain itu, Drs. Petersalim dalam kamus bahasa kontemporer mengartikan kata profesi sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian tertentu.7

Dengan demikian kata profesi secara harfiah dapat diartikan dengan suatu pekerjaan yang memerlukan keahlian

5http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/view/3 637/2579.

6S. Wojowasito, WJS. Poerwadarminto, Kamus Bahasa Inggris Indonesia-Indonesia Inggris (Bandung: Hasta,1982), hlm.162.

6Salim, Yeny Salim, Kamus Indonesia Kontemporer, Moderninglish, (Jakarta: Press, 1991), hlm. 9.

(6)

152

dan ketrampilan tertentu,dimana keahlian dan ketrampilan tersebut didapat dari suatu pendidikan atau pelatihan khusus.

Adapun pengertian profesi secara istilah, sesuai apa yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut:

a. Roestiyah yang mengutip pendapat Blackington mengartikan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang terorganisir yang tidak mengandung keraguaan tetapi murni diterapkan untuk jabatan atau pekerjaan fungsional 8.

b. Dr. Ahmad Tafsir yang mengutip pendapat Muchtar Lutfi mengatakan profesi harus mengandung keahlian. Artinya suatu program harus ditandai dengan suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu9.

c. Prof. Dr. M. Surya dkk, mengartikan bahwa professional mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.10

d. Syafrudin, mengutip dari Kamus Besar Bahasa Indanesia istilah professional adalah bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya dan mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya.11

Dari semua pendapat para ahli diatas, menunjukkan bahwa professional secara istilah dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang khusus

8Roestiyah.N. K, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), hlm. 176.

9Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam, (Bandung:

Rajawali Rusda Karya,1991), hlm. 10.

10M. Surya, dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD (Jakarta: Universetas Terbuka, 2003), hlm. 45.

11Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Pers, 2002), hlm. 15.

(7)

153 dipersiapkan atau di didik untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dan mereka mendapat imbalan atau hasilberupa upah atau uangkarenamelaksanakan pekerjaantersebut.

Sedangkan pengertian profesional itu sendiri berarti orang yang melakukan pekerjaanyang sudah dikuasai atau yang telah dibandingkan baik secara konsepsional, secara teknik atau latihan. 12

Guru merupakan tenaga pendidik yang pada saat ini telah diakui sebagai suatu pekerjaan yang profesional. Apabila dilihat dari suku katanya, profesional memiliki kata dasar yaitu profesi yang dapat diartikan sebagai pekerjaan yang memerlukan keahlian. Hal ini seperti yang dijelaskan Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo yang menyatakan bahwa:

Profesi merupakan pekerjaan yang menuntut keahlian berdasarkan disiplin ilmu yang secara khusus disiapkan untuk pekerjaan yang sesuai dengan disiplin ilmunya, baik diperoleh melalui pendidikan formal maupun diperoleh melalui latihan- latihan, bukan berdasarkan disiplin ilmu yang lain dan berbeda dengan lapangan pekerjaannya.13

Secara normatif pada Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20 dijelaskan bahwa:

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban:

1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasihasil pembelajaran, 2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, 3) bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik

11SadirmanA. M, Interaksi dan Motifasi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pres,1991), hlm. 131.

13Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 143.

(8)

154

tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran, 4) menjunjung tinggi peraturan perundang- undangan, hukum, dan kode etik guru,serta nilai-nilai agama dan etika, 5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.14

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat ditarik simpulan bahwa guru harus memenuhi beberapa kriteria diantaranya menguasai secara mendalam pelajaran yang diajarkan, memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan, mampu melaksanakan peran dan fungsinya terutama dalam pembelajaran dikelas, selalu mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang dimiliki, dan menjunjung tinggi moral dan nilai- nilai agama serta mematuhi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru.

Selain dari hal yang telah dijelaskan, untuk menjadi seorang guru juga memerlukan beberapa persyaratan lain yang harus dipenuhi. Dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 8 dinyatakan bahwa : “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.15

Pada penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang dipersyaratkan serta mengikuti sertifikasi. Selain itu guru juga diharuskan untuk memiliki jasmani dan rohani yang sehat agar mampu menjalankan pekerjaannya dengan baik. Lebih lanjut dalam Permendiknas nomor 16 tahun 2007 dijelaskan kualifikasi akademik dan kompetensi guru sebagai berikut:

a) Kualifikasi Akademik Guru PAUD/TK/RA yakni minimum

14Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Remaja Karya, Bandung: 2014), hlm. 12.

15Mahmud Yunus, Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta.

Hidakarya Agung: 2013), hlm. 5.

(9)

155 diploma empat (D-IV) atau sarjana(S1) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

b) Kualifikasi Akademik Guru SD/MI yakni minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

c) Kualifikasi Akademik Guru SMP/MTs,SMA/MA,SMK/MAK yakni minimum diploma empat (D-IV)atausarjana (S1) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

d) Kualifikasi Akademik Guru SDLB/SMPLB/SMALB yakni minimum diploma empat(D-IV) atau sarjana (S1) program pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan/diampu, dan diperoleh dari program studi yang terakreditasi.

e) Sedangkan kompetensi yang harus dimiliki guru antara lain kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.16

Persyaratan mengenai kualifikasi akademik dan kompetensi guru merupakan salah satu langkah yang diambil pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru dalam bekerja. Dengan persyaratan tersebut, guru diharapkan dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan lebih baik lagi.

Kinerja dapat diartikan sebagai suatu pelaksanaan tugas maupun hasil dari pekerjaan yang telah dilakukan seseorang.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara menjelaskan bahwa

“kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya

16Zainal Abidin Ahmad, Memperkembangkan dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Bulan Bintang, 2013). hlm. 29.

(10)

156

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.

Pendapat lain Menurut Supardi, kinerja guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggung jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

Dari beberapa pengertian guru sebagaimana yang dikemukakan, diatas maka secara umum dapat diartikan bahwa guru adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotor.

Dari pengertian atau definisi “profesionalisme” dan “guru”

diatas dapat ditarik suatu pengertian bahwa profesionalisme guru mempunyai pengertian suatu sifat yang harus ada pada seorang guru dalam menjalankan pekerjaanya sehingga guru tersebut dapat menjalankan pekerjannya dengan penuh tanggung jawab serta mampu untuk mengembangkan keahliannya tanpa mengganggu tugas pokok guru tersebut.

Sedangkan menurut Piet A. Sahertian dan Ida Aleida, mengemukakan bahwa tugasguru dikategorikan dalam tiga hal, yaitu: tugas profesional, tugas personal dan tugas sosial17. Untuk mempertegas dan memperjelas tugas guru tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Tugas profesional guru

Tugas profesional guru yang meliputi mendidik, mengajar, dan melatih mempunyai arti yang berbeda. Tugas mendidik mempunyai arti bahwa guru harus meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, sedangkan tugas mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ketrampilan- ketrampilan kepada anak didik. Sehingga dengan demikian

17Pied A Sahertian dan Ida Aleida, Superfisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Educatio (Surabaya:UsahaNasional,1990), hlm. 38.

(11)

157 sebelum terjun dalam profesinya, guru sudah harus memiliki kemampuan baik yang bersifat edukatif maupun non edukatif.

Adapun tugas pokok seorang guru dalam kedudukannya sebagai pendidik professional atau tenaga pendidik seperti disebutkan dalam UU RI No.20 tahun 2003 pasal 39 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan:

1) Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

2) Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada mayarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

3) Pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada satuan pendidikan tinggi disebut dosen.

b. Tugas personal guru

Guru merupakan ujung tombak dalam proses belajar mengajar didalam kelas. Oleh karena itu kemampuan guru marupakan indikator pada keberhasilan proses belajar mengajar. Disamping itu tugas profesionalisme guru juga mencakup tugas terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, dan terutama tugas dalam lingkungan masyarakat dimana guru tersebut tinggal. Tugas-tugas tersebut tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang guru, karena bagaimanapun juga sosok kehidupan seorang guru adalah merupakan sosok utama yang berkaitan dengan lingkungan dimana guru tinggal, sehingga guru harus mempunyai pribadi yang rangkap yang harus dapat diperankan dimana guru itu berada. Tugas personal guru yang dimaksud disini adalah tugas yang

(12)

158

berhubungan dengan tanggung jawab pribadi sebagai pendidik, dirinya sendiri dan konsep pribadinya.

Tugas guru yang berhubungan dengan tanggung jawab sebagai seorang pendidik, sangat erat hubungannya dengan tugas profesionalisme yang harus dipenuhi oleh seorang guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan proses belajar mengajar.

Dewasa ini sering dijumpai bahwa seorang guru lebih mementingkan tugas pribadinya daripada harus melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik, sehingga tidak mustahil adanya guru yang tidak bisa melaksanakan tugasnya sebagai pendidik dengan baik, karena lebih mementingkan persoalan yang berkenaan dengan pribadinya sendiri. Misalnya seorang guru tidak mengajar karena harus mengajar ditempat lain untuk menambah pendapatan pribadinya. Hal semacam ini seringkali mengakibatkan jatuhnya korban pada salah satu pihak, yaitu anak didiknya, hal ini dikarenakan keteledoran guru yang berusaha mencari tambahan penghasilan untuk dirinya pribadi.

Kenyataan diatas, menunjukkan bahwa seringkali guru tidak dapat memisahkan antara tanggung jawab sebagai seorang pendidik dan kepentingan pribadinya, karena itu seorang guru harus mengetahui peran dan tanggung jawab pekerjaan yang diembannya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dr. Zakiah Darajat, bahwa setiap guru hendaknya mengetahui dan menyadari betul bahwa kepribadiannya yang tercermin dalam berbagai penampilan itu ikut menentukan tercapai tidaknya tujuan pendidikan pada umumnya, dan tujuan lembaga pendidikan tempat ia mengajar khususnya18.

Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa seorang guru dituntut untuk memiliki kepribadian yang

18Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,1992), hlm. 19.

(13)

159 mantap dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik pada umumnya, ataupun citra dirinya yang menyandang predikat sebagai seorangguru.

c. Tugas sosial guru

Tugas sosial bagi seorang guru ini berkaitan dengan komitmen dan konsep guru dalam masyarakat tentang peranannya sebagai anggota masyarakat dan sebagai pembaharu pendidikan dalam masyarakat. Secara langsung maupun tidak langsung tugas tersebut harus dipikul dipundak guru dalam meningkatkan pembangunan pendidikan masyarakat.

Argumentasi sosial yang masih timbul dalam masyarakat adalah menempatkan kedudukan guru dalam posisi yang terhormat, yang bukan saja ditinjau dari profesi atau jabatannya, namun lebih dari itu merupakan sosok yang sangat kompeten terhadap perkembangan kepribadian anak didik untuk menjadi manusia-manusia sebagai kader pembangunan. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Ali Saifulloh H.A. dalam bukunya “AntaraFilsafat dan Pendidikan“ yang mengemukakan bahwa argumentasi sosial ini melihat guru bukan hanya sebagai pengajar, tetapi adalah sebagai pendidik masyarakat sosial lingkungannya disamping masyarakat sosial profesi kerjanya sendiri. 19

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa tugas sosial guru tidak hanya sebagai pendidik masyarakat keluarganya, tetapi juga masyarakat sosial lingkungannya serta masyarakat sosial dari profesi yang disandangnya. Dengan perkataan lain, potret dan wajah bangsa dimasa depan tercermin dari potret-potret diri para guru dewasa ini.

19Ali Saifullah, Antara Filsafat dan Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1989), hlm. 12-13.

(14)

160

Dengan gerak maju dinamika kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat.20

Hal tersebut membuktikan bahwa sampai saat ini masyarakat masih menempatkan guru pada tempat yang terhormat dilingkunganya dan juga dalam kiprahnya untuk mensukseskan pembangunan manusia seutuhnya. Karena dari guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan hal ini mempunyai arti bahwa guru mempunyai kewajiban mencerdaskan kehidupan bangsa menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila. Bahkan pada hakikatnya guru juga merupakan komponen strategis yang memiliki peran penting dalam menentukan gerak majunya kehidupan suatu bangsa.

Melihat dari beberapa uraian diatas, maka dapat digarisbawahi dalam masyarakat tidak ada pejabat lain yang memikul tanggung jawab moral begitu besar selain guru dengan segala konteks dari lingkupnya. Hal ini sesuai dengan apa yang telah disinyalir oleh Tim Pembina Mata kuliah Didaktik Metodik atau Kurikulum yang menyatakan bahwa, naik turunnya martabat suatu bangsa terletak pula sebagaian besar dipundak para guru atau pendidik formal yang bertugas sebagai pembina generasi masyarakat yang akan datang.

Guru dan pendidikan non formal lainnya adalah pemegang kunci dari pembangunan bangsa atau“Nation and character building”. Karena itulah dalam hati sanubari setiap guru harus selalu berkobar semangat”.21

Ungkapan tersebut menunjukkan bahwa tugas dalam lingkungan sosial kemasyarakatan, seorang guru bukan saja harus menjadi panutan dan contoh bagi anak didiknya namun

20Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja RosdaKarya, 1994), hlm. 15.

21Tim Pembina Matakuliah Didakdik Metodik, Kurikulum PBM, (Surabaya: IKIP Surabaya, 1981), hlm. 9.

(15)

161 juga menjadi cermin masyarakat, terutama dalam upayanya mempersiapkan generasi muda penerus bangsa. Hal ini sangat penting karena dari gurulah diharapkan nilai-nilai pengetahuan ynag bersifat edukatif maupun normatif dapat diwariskan kepada generasi penerus bangsa. Hal ini juga sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Nabi MuhammadSAW, dalam suatu hadist yang artinya “Didiklah anak-anakmu, mereka itu dijadikan buat menghadapi masa yang lain dari masakamu nanti.22

2. Kompetensi Profesional Guru

Kemampuan, keahlian atau sering disebut dengan kompetensi profesional guru sebagaimana dikemukakan oleh Piet A. Sahartian dan Ida Aleida adalah sebagai berikut: ”Kompetensi profesional guru yaitu kemampuan penguasaan akademik (mata pelajaran yang diajarkan) dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa akademis”.23

Kompetensi profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru untuk menguasai masalah akademik yang sangat berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga kompetensi ini mutlak dimiliki guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidikdan pengajar. Para pakar dan ahli pendidikan mengemukakan bahwa kompetensi guru merupakan salah satu syarat yang pokok dalam pelaksanaan tugas guru dalam jenjang apapun.

Adapun kompetensi profesional yang dikembangkan oleh proyek pembina pendidikan guru adalah sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Nana Sujdana sebagai berikut:

22M.AthiyahAl-Abrosyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, (Jakarta:

Bulan Bintang,1979), hlm. 35.

23PietA.Sahertian, SuperVisi Pendidikan Dalam Rangka Program Inservice Eduacatio (Surabaya: Usaha Nasional,1990), hlm. 32.

(16)

162

a. Menguasai bahan.

b. Mengelola program belajar mengajar.

c. Mengelola kelas.

d. Mengunakan media atau sumber belajar.

e. Menguasai landasan pendidikan.

f. Mengelola interaksi belajar-mengajar.

g. Menilai prestasi belajar-mengajar.

h. Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan.

i. Mengenal dan menyelenggarakan admistrasi sekolah.

Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran24 Dari kompetensi tersebut jika ditelaah secara mendalam maka hanya mencakup dua bidang kompetensi yang pokok bagi guru, yaitu kompetensi kognitif dan kompetensi perilaku.

Untuk analisis guru sebagai pengajar maka kemampuan guru atau kompetensi guru yang banyak hubunganya dengan usaha meningkatkan proses dan hasil belajar dapat digolongkan kedalam empat kemampuan, yaitu:

a. Merencanakan program belajar-mengajar.

b. Melaksanakan dan memimpin atau mengelola proses belajar- mengajar.

c. Menilai kemajuan proses belajar-mengajar.

d. Menguasai bahan pelajaran yaitu bidang studi atau mata pelajaran yang dipegangnya25.

Kemampuan-kemampuan yang disebutkan dalam empat hal tersbut adalah merupakan kemampuan yang sepenuhnya harus dikuasai guru yang bertaraf profesional. Untuk

24Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 20.

25Ibid. hlm. 20.

(17)

163 mempertegas dan memperjelas kemampuan tersebut, akan dibahas sebagai berikut:

a. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar.

Sebelum merencanakan belajar mengajar guru perlu terlebih dahulu mengetahui arti dan tujuan perencanaan tersebut dan secara teoritis dan praktis unsur-unsur yang terkandung didalamnya, adapun makna dari perencanaan program belajar mengajar adalah sauatu proyeksi atau perkiraan guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa selama pengajaran itu berlangsung dan tujuannya adalah sebagai pedoman guru dalam melaksanakan praktek atau tindakan mengajar guru dalam merencanakan program belajar mengajar meliputi:

1) Merumuskan tujuan instruksional

2) Mengenal dan mengunakan metode mengajar

3) Memilih dan menyusun prosedur intruksional yang tepat.

4) Melaksanakan program belajar mengajar.

5) Mengenal kemampuan (entrebehaviour) anak didik merencanakan dan melaksanakan penelitian26.

b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar ini kegiatan yang harus dilaksanakan adalah menumbuhkan dan menciptakan kegiatan siswa sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Adapun yang termasuk dalam pengelolaan proses belajar mengajar meliputi prinsip-prinsip mengajar, keterampilan menilai hasil belajar siswa, penggunaan alat bantu, ketrampilan memilih, dan mengunakan strategi atau pendekatan mengajar. Dan kemampuan ini dapat diperoleh melalui pengalaman langsung.27

26Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Rosda Karya,1989), hlm. 35.

27 NanaSudjana. Op.cit. hlm. 21.

(18)

164

c. Menilai kemampuan proses belajar mengajar.

Dalam menilai kemampuan dan kemajuan proses belajar mengajar guru harus dapat menilai kemajuan yang dicapai oleh siswa yang meliputi bidang afektif dan kognitif serta psikomotorik. Kemampuan penilaian ini dapat dikatakan dalam dua bentuk yang dilakukan melalui pengamatan terus menerus tentang perubahan kemajuan yang dicapai siswa.

Sedangkan penilaian dengan cara pemberian skor angka atau nilai yang bisa dilakukan dalamrangka penilaian hasil belajar siswa.

d. Menguasai bahan pelajaran.

Secara jelas konsep yang harus dikuasai oleh guru dalam penguasaan bahan pelajaranini telah tertuang dalam kurikulum khususnya Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) yang disajikan dalam bentuk Pokok Bahasan dan Sub-Pokok Bahasan. Dan uraiannya secara mendalam dituangkan dalam bentuk buku paket dari bidang studi yang bersangkutan.

Dari beberapa uraian diatas menunjukkan betapa pentingnya penguasaan kompetensi bagi seorang guru yang profesional, karena hal tersebut sangat berpengaruh dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan itu sendiri.

C. Kesimpulan

Upaya pengembangan peningkatan kinerja guru professional sejatinya dilakukan oleh kepala sekolah sebagai supervisor dan guru yang bersangkutan itu sendiri. Upaya yang bisa dilakukan antara lain dengan mengadakan rapat rutin, pembekalan guru, dan meningkatkan penegakan disiplin pada tiap guru dan tenaga kependidikan. Tentunya teladan yang baik dengan kinerja professional harus ditunjukkan terlebih dahulu oleh seorang kepala sekolah.

(19)

165 Upaya yang dilakukan oleh guru untuk pengembangan peningkatan kinerja profesionalismenya ditempuh dengan jalan membaca buku, meningkatkan jenjang pendidikan,mengadakan pertemuan rutin sesama guru bidang studi dan mengadakan penilaian terhadap diri sendiri atau evaluasi diri.

Upaya yang dilakukan untuk mempengaruhi pengembangan profesionalisme guru antara lain jenjang pendidikan guru, kesesuaian jurusan pendidikan guru dengan materi yang diajarkan,serta lamaatau pengalaman guru.

(20)

166

Daftar Pustaka

Ahmad, Zainal Abidin, Memperkembangkan dan Mempertahankan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang, 2013 Al-Abrosyi, M. Athiyah, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta:

Bulan Bintang,1979

Darajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara,1992 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara,

2014

M. Surya, dkk, Kapita Selekta Kependidikan SD. Jakarta: Universitas Terbuka, 2003

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja RosdaKarya, 1994

Nana Sudjana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru,1991

Nawawi, Hadari. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan, Jakarta: CV.Haji Mas agung,1989

Nurdin, Syafrudin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.

Ciputat: Pers, 2002

Pied A Sahertian dan Ida Aleida, Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Surabaya: Usaha Nasional,1990 Purwanto, Ngalim. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Remaja Karya,

Bandung: 2014

Roestiyah.N. K. Masalah- Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara, 1986

S. Wojowasito, WJS. Poerwadarminto. Kamus Bahasa Inggris Indonesia- Indonesia Inggris, Bandung: Hasta,1982

Sadirman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali

(21)

167 Pres,1991

Saifullah, Ali, Antara Filsafat dan Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional,1989

Salim, Yeny Salim, Kamus Indonesia Kontemporer, Modern English.

Jakarta: Press,1991

Tafsir, Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung:

Rajawali Rosda Karya,1991

Tim Pembina Mata kuliah Didakdik Metodik, Kurikulum PBM. Surabaya:

IKIP Surabaya, 1981

Undang-Undang RI NO. 20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya, Bandung: Citra Umbara, 2013

Yunus, Mahmud. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran. Jakarta.

Hidakarya Agung: 2013

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberhasilan program P-LDPM dan faktor-faktor yang berhubungan dengan keberhasilan program di Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun

Hasil analisis kualitas soal menggunakan program BILOG menunjukan bahwa dari 30 butir yang dianalisis dengan teori respon butir model dua parameter logistik terdapat 13

Resusitasi pada bayi prematur sering membutuhkan konsentrasi oksigen yang lebih tinggi daripada resusitasi pada bayi cukup bulan untuk mencapai target saturasi yang

Retno Wahyu Wulandari (K5413055) EVALUASI KELAYAKAN LOKASI TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DI DESA TROKETON KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2017 (Implementasi

lokal perlu diteliti disertai dengan data analisa kandungan nutrisi dari diatome yang akan diberikan sebagai pakan Artemia sp..

Dengan adanya situasi tersebut maka permasalahan ini layak untuk diteliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas jasa pelayanan Galeri IndosatM2 terhadap

Satu set soal selidik digunakan sebagai instrumen untuk mengumpulkan data yang mengandungi 40 item soalan berdasarkan empat aspek persoalan kajian iaitu tahap pengetahuan,

Pengepul barang bekas, Eri tipikal orang yang yakin dengan sesuatu yang dikerjakannnya, ia juga tipikal orang yang tidak mudah memberikan kepercayaan kepada orang lain