• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENALAN MODEL PEMBELAJARAN UP GRADING LEARNING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PENGENALAN MODEL PEMBELAJARAN UP GRADING LEARNING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENALAN MODEL PEMBELAJARAN UP GRADING LEARNING SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Oleh : Chairullah

(Dosen Fakultas Agama Islam Prodi PAI Universitas Serambi Mekkah)

ABSTRAK

Tujuan penulisan ini adalah menggambarkan kemampuan guru dalam pembelajaran melalui pengenalan model pembelajaran melalui pendekatan Up Grading Learning. Selama ini proses pembelajaran guru kelas yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu.

Kondisi seperti ini tidak akan menumbuhkembangkan aspek kemampuan dan aktivitas peserta didik seperti yang diharapkan. Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam pengajaran pendidikan guru kelas untuk mengaktifkan peserta didik belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan Up Grading Learning. Up Grading Learning mempunyai pengertian pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan pembelajaran yang memotivasi peserta didik agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Up Grading Learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran dengan situasi dunia dan memotivasi peserta didik Up Grading Learning menekankan pada menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi peserta didik agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Kata Kunci: Model, Pembelajaran, Up Grading Learning.

(2)

A. PENDAHULUAN

Kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai modal dasar pembangunan nasional, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang perlu sekali ditingkatkan dan dikembangkan. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang cukup besar dalam meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia tersebut. Sejalan dengan hal itu, pembentukan masyarakat Indonesia baru, visi pendidikan dirumuskan sebagai pendidikan yang mengutamakan kemandirian menuju keunggulan untuk meraih kemajuan dan kemakmuran

Melihat kenyataan tersebut pemerintah Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional sedang melakukan upaya untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem pendidikan yang dirasa belum mampu mengim bangi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dengan jalan mengadakan pembaharuan dalam kurikulum serta perbaikan dan pengem bangan sistem pengajarannya. Pengajaran pada dasarnya merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik melalui kegiatan terpadu dari dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan belajar peserta didik dan kegiatan mengajar pendidik guna mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat dilaksanakan di dalam pengajaran pendidikan Agama Islam untuk mengaktifkan peserta didik belajar adalah pembelajaran melalui pendekatan Up grading Learning. Pembelajaran Up grading Learning menekankan pada menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi peserta didik agar mampu menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dari kegiatan pembelajaran yang demikian ini, diharapkan dapat mendorong munculnya lima bentuk cara belajar peserta didik; (1) peserta didik dapat menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi yang diserap; (2) peserta didik dapat menemukan sendiri konsep-konsep baru; (3) peserta didik dapat menerapkan konsep dan informasi di depan; (4) peserta didik dapat mengkoordinasikan konsep dan

(3)

informasi yang diperoleh dengan pelajaran; dan (5) peserta didik dapat menstransfer konsep dan informasi yang dimiliki kepada pelajar lain (Nurhadi, 2002).

Prinsip demokratis yang dirumuskan dalam misi pendidikan tampak terealisasi pada bentuk pembelajaran yang tidak lagi menempatkan bahwa pendidik Agama Islam sebagai subyek dan pusat sumber belajar sebagaimana pada pembelajaran konvensional. Prinsip kreatif dan inovatif juga ditampakkan pada menyelidiki, terbuka, mencetuskan dan mempertahankan ide, berpikir keras sampai pada batas kemampuan untuk memecahkan masalah, menetapkan dan mengikuti standar sendiri, dan mencetuskan cara-cara baru dalam memandang persoalan (Nur, 2001).

Dari uraian di atas yang menjadi permasalahan, selama ini proses pembelajaran Agama Islam yang ditemui masih secara konvensional, seperti ekspositori, drill atau ceramah. Proses ini hanya menekankan pada pencapaian tuntutan kurikulum dan penyampaian tekstual semata daripada mengembangkan kemampuan belajar dan membangun individu. Kondisi seperti ini tidak akan menumbuh kembangkan aspek kemampuan dan aktivitas peserta didik seperti yang diharapkan.

Akibatnya nilai-nilai yang didapat tidak seperti yang diharapkan.

Pembinaan dan pengarahan yang objektif terhadap peningkatan kualitas mengajar pendidik Agama Islam melalui konsepsi model pembelajaran Up Grading Learning.

B. PEMBAHASAN

1. Pembelajaran Up Grading a. Pengertian

Pembelajaran Up Grading rnempunyai pengertian pembelajaran yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia yang nyata dan pembelajaran yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Kasihani, 2001). Pembelajaran Up Grading Learning merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konsep mata pelajaran dengan situasi dunia dan

(4)

memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (Nur, 2001). Lebih lanjut Nur menyebutkan up grading learning merupakan suatu reaksi terhadap teori yang pada dasarnya behavioristik yang telah mendominasi pendidikan selama puluhan tahun. Pendekatan Up Grading Learning mengakui bahwa pembelajaran merupakan suatu proses kompleks dan banyak fase ber1angsung jauh melampaui drill-oriented dan metodelogi stimulus dan response yang dikembangkan oleh pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme. Berdasarkan teori tersebut, belajar hanya terjadi jika siswa memproses informasi atau pengetahuan baru sehingga dirasakan masuk akal sesuai dengan kerangka berpikir yang dimi1ikinya.

Dalam praktek, puluhan tahun proses pembelajaran berorientasi pada psikologi behaviorisme ini melahirkan proses pendidikan "gaya bank" (Freire, 2001).

Anak didik dianggap sebagai "bejana kosong" yang akan diisi sebagai sarana tabungan atau sarana modal ilmu pengetahuan yang hasilnya akan dipetik kelak. Guru adalah subyek aktif, dan anak adalah obyek pasif yang penurut. Lebih jauh, Freire (2001 : ixi) merinci ciri pembelajaran konven sional sebagai berikut : (a) guru mengajar dan murid belajar; (b) guru tahu segalanya, dan murid tidak tahu apa-apa; (c) guru berpikir, dan murid dipikirkan; (d) Guru aktif bicara, dan murid mendengarkan; (e) guru mengatur, dan murid diatur; (f) guru memilihkan, (dan memaksakan pilihannya) murid menuruti;

(g) guru bertindak dan murid membayangkan bagaimana bertindak sesuai dengan tindakan gurunya; (h) guru memilihkan apa yang diajarkan dan murid menyesuaikan diri dengan pilihan guru; (i) guru mengacaukan ilmu pengetahuan dan wewenang profesionalismenya dengan kebebasan murid-muridnya; dan (j) guru menjadi subyek dan pusat segalanya dan murid menjadi obyek yang ditentukan.

Secara lebih rinci, Nur (2001) menguraikan tujuh kata kunci dalam pembelajaran Up grading Learning :

1) Penemuan (inquiri)

(5)

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan induktif, diawali dengan pengamatan dalam rangka memahami suatu konsep. Dalam praktek, pembelajaran melewati siklus kegiatan mengamati, bertanya, mengana lisis, dan merumuskan teori, baik secara individual maupun secara bersama-sama dengan teman lainnya. Penemuan juga merupakan aktivitas untuk mengembangkan dan sekaligus menggunakan ketrampilan berpikir kritis siswa.

2) Pertanyaan (questioning)

Pertanyaan merupakan alat pembelajaran bagi guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pertanyaan juga digunakan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan yang berbasis penemuan.

Pertanyaan dalam proses pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga : (a) pertanyaan diskriptif yaitu pertanyaan dengan kata ganti apa; (b) pertanyaan eksplanatif yaitu pertanyaan yang mengarahkan pada permintaan kepada siswa untuk menjelaskan (misal : jelaskan dan bagaimana proses terjadinya); (c) pertanyaan kritis dan kreatif, yaitu pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mengungkap informasi yang tersurat dan tersirat pada fakta dan informasi (misalnya beberapa pertanyaan yang menggunakan kata ganti tanya mengapa).

3) Kontruktifisme (contructivisme)

Siswa membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman¬- pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal. Pengalaman awal selalu merupakan dasar / tumpuan yang digabung dengan pengalaman baru untuk mendapatkan pemahaman baru. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman yang bermakna.

4) Masyarakat belajar (learning community)

Proses pembelajaran berlangsung dalam situasi sesama siswa saling berbicara dan menyimak, berbagai pengalaman di antara mereka. Bekerja sama dengan orang lain untuk menciptakan pembelajaran siswa aktif lebih baik jika dibandingkan dengan belajar sendiri. Hal ini berbeda dengan

(6)

pembelajaran tradisional yang secara tidak langsung mendidik siswanya untuk menjadi individu yang egoistis, tidak banyak peduli pada ling kungannya.

Kawan sekelas tidak dipandang sebagai mitra, namun dipandang sebagai pesaing. Lebih tragis lagi jika persaingan mereka tidak sehat.

5) Penilaian autentik (authentic assessment)

Penilaian autentik ini bersifat mengukur produk pembelajaran yang bervariasi, yaitu pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian ini juga mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau ketrampilan. Penilaian ini tidak hanya melihat produk akhir, tetapi juga prosesnya.

6) Refleksi (Reflection)

Salah satu pembeda pendekatan Up grading Learning dengan pendekatan tradisional yang berbentuk cara-cara berpikir tentang sesuatu yang telah dipelajari oleh siswa. Dalam proses berpikir itu, siswa dapat merevisi dan merespon kejadian, aktivitas, dan pengalaman mereka. Prosedur umumnya siswa mencatat butir-butir materi yang telah dipelajarinya, siswa dilatih untuk mengenali ide-ide baru yang muncul. Bentuk aktivitas refleksi dapat berupa jurnal, diskusi, maupun hasil karya/seni.

7) Permodelan (Modelling)

Aktivitas guru di kelas memiliki efek model bagi siswa jika guru mengajar dengan berbagai variasi metode dan teknik pembelajaran, secara tidak langsung siswapun akan meniru metode atau teknik yang dilakukan guru tersebut. Kondisi yang demikian ini banyak memberikan manfaat. Guru dapat me1akukan aktivitas mengucapkan hal-hal yang dipikirkan (think alloud).

Guru juga dapat memanfaatkan efek model ini dengan mendemontrasikan cara guru menginginkan siswa belajar. Guru juga dapat melakukan sesuatu yang diinginkan agar siswa melakukannya.

(7)

2. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Up Grading Learning

Menyampaikan pembelajaran sesuai dengan konsep teknologi pendidikan dan pembelajaran pada hakikatnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan kepada siswa oleh narasumber dengan menggunakan bahan, alat, teknik, dan dalam lingkungan tertentu. Agar penyampaian tersebut efektif, perlu diperhatikan beberapa prinsip desain pesan pembelajaran. Prinsip itu antara lain prinsip kesiapan dan motivasi, penggunaan alat pemusat perhatian, partisipasi aktif siswa, perulangan, dan umpan balik.

a. Kesiapan dan Motivasi

Prinsip kesiapan dan motivasi menyatakan bahwa jika dalam menyampaikan pesan pembelajaran siswa siap dan mempunyai motivasi tinggi, hasilnya akan lebih baik. Siap disini bermakna siap pengetahuan prasyarat, siap mental dan siap fisik. Untuk mengetahui kesiapan siswa perlu diadakan tes prasyarat.

Selanjutnya, motivasi merupakan dorongan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, termasuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan bisa berasal dari dalam maupun dari luar diri siswa. Motivasi juga dapat ditingkatkan dengan memberikan hadiah dan hukuman (reward and punishment).

b. Penggunaan Alat Pemusat Perhatian

Jika dalam penyampaian pesan digunakan alat pemusat perhatian, hasil belajar akan meningkat. Terpusatnya mental terhadap suatu objek memegang peranan penting bai keberhasilan proses belajar. Semakin memperhatikan akan semakin berhasil, semakin tidak memperhatikan akan gagal. Meskipun penting, perhatian mempunyai sifat sukar dikendalikan dalam waktu lama. Karena itu, perlu digunakan berbagai alat dan teknik untuk mengendalikan atau mengarahkan perhatian. Alat pengendali perhatian yang paling utama adalah media seperti gambar, ilustrasi, bagan warna warni, audio, video, penegas visual, atau penegas verbal. Teknik yang paling dapat

(8)

digunakan untuk mengendalikan perhatian misalnya gerakan, perubahan, sesuatu yang aneh, mengagetkan, rnenegangkan, lucu, atau humor.

c. Perulangan

Jika penyampaian pesan pembelajaran diulang-ulang, hasil belajar akan lebih baik. Perulangan dilakukan dengan cara dan media yang sama maupun dengan cara dan media yang berbeda. Perulangan dapat pula dilakukan dengan memberikan tinjauan selintas awal pada saat memulai pelajaran dan ringkasan atau kesimpulan pada akhir pelajaran. Perulangan dapat pula dilakukan dengan jalan menggunakan kata - kata isyarat tertentu seperti "sekali lagi saya ulang", dan "dengan kata lain", singkat kata", dan sebagainya.

d. Umpan Balik

Jika dalam penyampaian pesan siswa diberi umpan balik, hasil belajar akan meningkat. Jika salah diberikan pembetulan (corrective feedback) dan jika betul diberi konfirmasi atau penguatan (confirmative feedback). Siswa akan menadi mantap jika betul kemudian dibetulkan. Sebaliknya, siswa akan tahu letak kesalahannya jika diberi tahu kesalahannya dan dibetulkan. Secara teknis, umpan balik diberikan dalam bentuk kunci jawaban yang benar.

3. Strategi Pelaksanaan Pembelajaran Up Grading Learning

Agar pelaksanaan pembelajaran Up grading Learning dapat lebih efektif, guru harus berperan dengan baik dalam hal merencanakan, mengimplemen tasikan, merefleksikan dan menyempurnakan pembelajaran. Untuk itu strategi pengajaran yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran Up grading Learning adalah sebagai berikut:

a. Menekankan pada pemecahan masalah/problem. Pengajaran diawali dengan menyajikan masalah nyata yang relevan dengan keluarga siswa, pengalaman sekolah, tempat kerja, dan masyarakat yang menpunyai arti penting bagi siswa. Siswa didorong untuk berpikir kritis dan sistematis

(9)

untuk menemukan masalah dan menggunakan isi materi pembelajaran untuk menyelesaikan masalah.

b. Mengakui bahwa kebutuhan belajar siswa terjadi berbagai konteks, seperti dirumah, masyarakat, tempat kerja. Pengetahuan yang diperoleh siswa yang tidak lepas dari mana dan bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan, dan pengetahuannya semakin bertambah jika mereka mempelajari dari lingkungan yang bervariasi.

c. Mengontrol dan mengarahkan siswa menjadi pebelajar yang mandiri (self regulated-learneds) dengan cara memperkenankan siswa selalu melakukan uji coba (trial and error), sehingga pada akhirnya siswa dengan bimbingan yang sedikit dapat memproses informasi, memecahkan masalah dan memanfaatkannya.

d. Memahami keragaman konteks hidup siswa dan dapat memanfaatkannya sebagai daya pendorong sekaligus menambah kompleksitas pembelajaran itu sendiri, melalui kerja sama dan aktivitas kelompok belajar yang terdiri dari keragaman siswa sehingga dapat membangun ketrampilan interpersonal, yaitu berpikir melalui komunikasi dengan orang lain.

e. Guru bertindak sebagai fasilitator, pe1atih, dan pembimbing akademis dalam mendorong siswa untuk melakukan kerjasama dalam belajar.

Komunitas pembelajaran terbentuk di dalam tempat kerja dan sekolah kaitannya dengan suatu usaha untuk bersama-sama menggunakan pengetahuan, memusatkan tujuan pembelajaran dan memperkenankan semua orang untuk belajar dari sesamanya.

f. Menggunakan penilaian autentik (Authentic Assessment). Penilaian autentik tidak hanya mengukur seberapa banyak pengetahuan yang telah dikumpulkan oleh siswa, tetapi juga dapatkan siswa menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah kehidupan nyata meskipun tarafnya sederhana.

(10)

4. Evaluasi Pembelajaran Up Grading Learning

Untuk menentukan apakah pembelajaran Up grading Learning dapat mening katkan hasil belajar siswa, diperlukan strategi penilaian yang beragam. Hal yang berkaitan dengan hasil belajar meliputi penilaian pembelajaran Up grading Learning yang dapat membangun dan memperluas pengalaman siswa dibandingkan sebelumnya, apakah pembelajaran Up grading Learning dapat mem bantu siswa dalam menyelesaikan/memecahkan persoalan dunia nyata, atau siswa mengalami peningkatan dalam mengekspresikan apa yang mereka ketahui termasuk bagaimana menggunakan pengetahuannya di dalam dan di luar sekolah.

Strategi penilaian dan alat ukurnya dikatakan baik jika ada kesesuaian dengan tujuan dan dampak nyata (aut come) yang diharapkan dari materi pelajaran tertentu.

Dari tujuan dan out come materi pelajaran, muncul ragam strategi penilaian yang dapat mengukur prestasi siswa dan pengetahuan proses di dalam aktivitas pembelajaran (konteks autentik) salah satu prinsip penilaian pada pembelajaran Up grading Learning adalah tidak hanya menilai apa yang diketahui oleh siswa, tetapi juga menilai apa yang dapat dilakukan oleh siswa. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukanlah penilaian autentik (authentic assessment). Strategi penilaian yang dapat dikategorikan pada penilaian autentik adalah penilaian kinerja (performance assessment), observasi sistematik, dan portofo1io (Depdikbud, 2002 : 25).

Penilaian kinerja digunakan untuk mengetahui kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan pada suatu konteks tertentu. Observasi sistematik digunakan untuk mengetahui dampak aktivitas pembelajaran terhadap sikap siswa. Up Grading Learning merupakan kumpulan dari berbagai ketrampilan, ide, minat, dan keberhasilan siswa selama jangka waktu tertentu yang wujudnya dapat berupa catatan, gambar, atau semua hasil pekerjaan siswa yang berwujud fisik. Jika dibandingkan dengan teknik evaluasi tradisional, strategi evaluasi autentik yang telah disebutkan di atas merupakan revolusi. Perubahan besar dilakukan terhadap sasaran evaluasi dan teknik mengevaluasinya. Sasaran berubah dari mengukur seberapa banyak pengetahuan siswa ke arah mengukur bagaimana siswa dapat menggunakan

(11)

pengetahuannya untuk memecahkan persoalan kehidupan nyata. Karena sasaran yang berubah ini, tekniknya pun berubah dari teknik pencil and paper test ke arah tes perbuatan dengan teknik utama observasi tindakan.

Pada tahap transisi, sebelum sosialisasi model penilaian autentik dilakulcan secara terus menerus oleh Departernen Pendidikan Nasional, guru akan sulit menyesuaikan dengan paradigma baru ini. Itulah alasannya mengapa pada buku panduan Pembelajaran Up Grading Learning (Depdikbud, 2002) masih disebutkan bahwa evaluasi kinerja dapat dilakukan dalam bentuk pilihan ganda. Masih diperbolehkannya model pilihan ganda tersebut juga merupakan jalan tengah untuk menyikapi kondisi-kondisi kelas-kelas di sekolah yang umumnya masih kelas besar, dengan jumlah murid di atas 40 orang dalam pengawasan satu guru.

Menurut peneliti, pengadaptasian model tes kinerja ke dalam bentuk tes obyektif pilihan ganda dapat dilakukan dengan syarat (1) setiap butir tes berisi problem kehidupan yang direkayasa dan (2) penilaian dengan tes obyektif bukan satu-satunya cara mengukur perkembagan siswa, perlu dipadukan dengan evaluasi pengamatan misalnya melalui Lembar Kegiatan Siswa. Jika dua pesyaratan tersebut terpenuhi tes obyektif tersebut dapat digunakan, meskipun baru bertaraf semi autentik (quasi authentic problem base evaluation) dan belum dapat dikategorikan penilaian autentik yang sesungguhnya.

C. PENUTUP

Pembelajaran yang berhasil menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif karena mereka merupakan pusat kegiatan pembelajaran. Peserta didik harus didorong untuk menafsirkan informasi. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dapat berhasil dan dapat mengantarkan peserta didik mencapai tujuannya.

Pembelajaran yang berhasil perlu ditunjang suasana dan lingkungan belajar yang memadai. Namun faktor yang paling berpengaruh dalam keberhasilan suatu pembelajaran adalah kualitas pendidiknya. oleh karena itu guru harus mampu

(12)

mengelola tempat belajar dengan baik, mengelola peserta didik, kegiatan pembelajaran dan isi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. (2008). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional, (2002). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah : Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Up Grading Learning . Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas. (2006). Bunga Rampai Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran (SMA, SMK, dan SLB). Jakarta: Depdiknas

Hamalik, Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahim, Muslimin, dkk. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya

Kasihani dan Astini, Up Grading Learning dalam Pembelajaran Agama Islam Makalah pada Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran Agama Islam dari Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.

Majid, Abdul. (2004). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung:

Rosdakarya.

Muhaimin. (2002). Paradigma Pendidikan Agama Islam Bandung: Rosdakarya.

Muhaimin. (2005). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Nata, Abuddin. (2003). Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media.

Nurdin, Muhammad. (2004). Kiat Menjadi Guru Profesional , Jogjakarta Primashopie.

Nurhadi, (2002). Pendekatam Up Grading Learning . Jakarta : Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.

Nur, Muhammad, (2001). Pengajaran dan pernbelajaran Up Grading Learning . Makalah pada Pelalihan TOT Guru Mata Pelajaran SLTP dan MTs Enam Propinsi. Di Surabaya tanggal 20 Juni s/d 6 Juli 2001.

P3M STAIN Tulungagung. (2003). Meniti Jalan Pendidikan Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Rohani, Ahmad. (2004). Pengelolaan Pengajaran Jakarta: Rineka Cipta

(13)

Shofan, Moh. (2004). Pendidikan Berparadigma Profetik Jakarta: IRCiSoD

Sudjana, Nana. (2010), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. (Cet. XV).

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Wahidmurni, Alfin Mustikawan, dan Ali Ridho. (2010). Evaluasi Pembelajaran:

Kompetensi dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Letera.

Zainal Aqib, (2002). Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran, SIC Surabaya.

Zainal Aqib, (2007). Membangun Profesionalisme Guru dan Pengawas Sekolah, Yrama Widya. Bandung

Zainal Aqib, (2004), Karya Tulis Ilmiah Bagi Pengembangan Profesi Guru, Yrama Widya, Bandung.

(14)

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Karena proses penyiangan gulma memerlukan waktu serta biaya yang tidak murah, serta ketersediaan angkatan tenaga kerja yang semakin langka, maka perancngan, pembuatan dan

Jadi selama proses pembelajaran berlangsung kebanyakan aktifitas terjadi luar kelas atau di luar sekolah, pembelajaran yang seperti ini akan memberikan pengalaman

Beberapa hal diantaranya sikap terhadap masalah yang dihadapi setelah menjadi janda, harapan terhadap kelangsungan hidup, keyakinan terhadap kuasa Allah SWT

 Siswa melatih pemahamannya tentang kosakata yang berkaitan dengan Heat Effect in Life dalam buku siswa, kemudian siswa mencari hal penting dalam teks dialog

Dengan mengetahui secara tepat tingkat kemampuan suatu jalan dalam menerima suatu beban lalu lintas, maka tebal lapisan perkerasan jalan dapat ditentukan dan umur rencana

Menerapkan definisi dan kriteria dari infeksi yang didapat di rumah sakit (HAI), dan kriteria yang disetujui oleh Infection Control Committee untuk secara sistematis mengumpulkan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jam kerja pemboran jalur kawat, jam kerja pemboran lubang baji, jam kerja penggergajian, efisiensi perobohan, waktu edar alat,

Penelitian ini bertujuan meningkatkan penguasaan mahasiswa akan sintaks-sintaks bahasa pemrograman yang dikemas dalam bentuk perangkat lunak games yang menarik,