30 BAB III
METODE PENELITIAN
A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.
Pendekatan ini disebut pendekatan kuantitatif karena data penelitian berupa angka- angka dan analisis menggunakan statistik. Penelitian kuantitif merupakan salah satu jenis kegiatan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian (Sugiyono, 2018). Sedangkan metode yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasy experiment), dengan melibatkan dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk melihat perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Penelitian ini dilakukan dengan harapan banyak memberikan manfaat terutama untuk menentukan model pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran.
Menurut Sugiyono (2018) tujuan quasy experimental design adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan tidak mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
Desain penelitian yang digunakan adalah nonequivalent control group design. Pada pelaksanaan penelitian, kelas eksperimen dan kelas kontrol diatur sehingga mempunyai karakteristik yang sama, yang membedakan dari kedua kelas ini adalah kelas eksperimen mendapat perlakuan tertentu dan kelas kontrol diberikan
perlakuan seperti biasanya. Di dalam penerapan nonequivalent control group design kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan pretest, kemudian diberikan
perlakuan dan terakhir diberikan posttest.
Menurut Sugiyono (2018) Secara umum model penelitian kuasi eksperimen ini disajikan sebagai berikut:
O X O
---
O O
Keterangan :
O : Pretest dan posttest
--- : Kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak dipilih secara random X : Pembelajaran menggunakan model CORE
B. VARIABEL PENELITIAN
Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah variabel yanng mempengaruhi atau yang menjadi sebab terjadinya perubahan pada variabel terikat. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Sugiyono, 2018).
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu model pembelajaran CORE.
2. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan koneksi matematis dan self-efficacy.
C. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan (Sugiyono, 2018). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Purwakarta. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas, kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII E sebagai kelas kontrol, dengan masing-masing kelas berjumlah 30 siswa. Kelas eksperimen adalah kelas yang mendapatkan perlakuan yaitu menggunakan model pembelajaran CORE sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang menggunakan pembelajaran ekpositori. Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu
(Sugiyono, 2018). Pertimbangan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan peneliti yaitu mempunyai karakteristik yang sama untuk dijadikan sampel, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
D. INSTRUMEN
Instrumen penelitian adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah (Sugiyono, 2018). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari instrumen tes dan non-
tes. Instrumen tes yaitu tes kemampuan koneksi matematis siswa dan instrumen non-tes yaitu angket self-efficacy.
1. Tes Kemampuan Koneksi Matematis
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes untuk mengukur kemampuan koneksi matematis siswa. Tes tersebut diberikan di awal dan di akhir (prestes posttest) berbentuk soal uraian untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis sebelum mendapatkan perlakuan dan mengetahui kemampuan koneksi matematis setelah mendapatkan perlakuan.
Tes adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan yang telah ditentukan (Arikunto, 2013). Dalam penelitian ini tes dilakukan dua kali yaitu pretest dan posttest.
Pretest diberikan sebelum berlangsungnya pembelajaran yang bertujan untuk
mengetahui kemampuan koneksi matematis awal siswa dari kelompok eksperimen dan kontrol. Sedangkan posttest diberikan setelah pembelajaran berlangsung yang bertujuan untuk melihat peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa disetiap kelas.
Adapun kriteria pemberian skor untuk tes kemampuan koneksi matematis dijabarkan sebagai berikut.
Tabel 3. 1 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Koneksi Matematis Acuan Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi Matematis Aspek yang
dinilai
Deskriptor Skor
Mengenali dan menggunakan koneksi antar
Tidak ada jawaban. 0
Menghubungkan informasi dalam soal dengan materi sebelumnya tetapi belum benar.
1
Acuan Pemberian Skor Tes Kemampuan Koneksi Matematis Aspek yang
dinilai
Deskriptor Skor
topik matematika
Menghunbungkan informasi dalam soal dalam materi sebelumnya dengan benar tetapi jawaban masih salah.
2
Menghubungkan informasi dalam soal dengan materi sebelumnya dengan benar dan jawaban benar.
3 Koneksi antar
disiplin ilmu lain
Tidak ada jawaban. 0
Menghubungkan materi yang dipelajari dengan materi yang ada pada mata pelajaran lain tapi belum benar.
1
Menghubungkan materi yang dipelajari dengan materi yang ada pada mata pelajaran lain tetapi penyelesaian soal belum benar.
2
Menghubungkan materi yang dipelajari dengan materi yang ada pada mata pelajaran lain dengan benar dan penyelesaian soal benar.
3
Mengenali dan menggunakan matematika dengan keterkaitan di luar matematika
Tidak ada jawaban. 0
Menghubungkan masalah kehidupan nyata pada soal ke dalam materi yang dipelajari tetapi belum benar.
1 Menghubungkan masalah kehiupan nyata pada soal
ke dalam materi yang dipelajari dengan benar tetapi penyelesaian belum benar.
2
Menghubungkan masalah kehisupan nyata pada soal ke dalam materi yang dipelajari dengan benar dan penyelesaian benar.
3
Sumber : Hannock (Harahap, 2012).
2. Angket Self-efficacy
Penelitian ini menggunakan sebuah angket atau kuesioner untuk mengukur tingkat keyakinan diri atau self-efficacy siswa. Angket adalah instrumen non-tes yang berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh subjek dalam penelitian (Sugiyono, 2018). Angket diberikan setelah perlakuan selesai kepada kelas eksperimen. Kuesioner yang digunakan dalam mengukur self-efficacy siswa mencakup indikator-indikator dari self-efficacy, kemudian dikembangkan ke dalam pernyataan-pernyataan dengan alternatif jawaban skala likert. Angket
skala likert adalah angket yang digunakan dalam kuisioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam survei.
E. PENGEMBANGAN INSTRUMEN
Dalam hal ini pengumpulan data dengan menggunakan instrumen, instrumen tersebut harus memadai, maka dilakukan uji coba instrumen agar instrumen penelitian dapat dipercaya serta layak digunakan. Beberapa pengujian antara lain: pengujian validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran.
berikut merupakan penjelasan mengenai proses pengujian dan pengembangan instrumen.
1. Validitas Tes
Menurut Sugiyono (2018) insrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Validitas suatu instrumen merupakan tingkat ketetapan suatu instrumen untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Validitas butir soal ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor setiap item dengan skor totalnya yang diperoleh siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan korelasi Product Moment sebagai berikut.
𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌 − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
√(𝑁 ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2)(𝑁 ∑ 𝑌2− (∑ 𝑌)2)
Keterangan :
𝑟𝑥𝑦 : Koefisien korelasi N : Banyaknya siswa
∑ 𝑋 : Jumlah skor item
∑ 𝑌 : Jumlah skor total
Adapun kriteria interprestasi koefisien validitas menurut (Suherman, 2003) adalah sebagai berikut.
Tabel 3. 2 Klasfikasi Interprestasi Koefisien Validitas Koefisien Validitas (𝒓𝒙𝒚) Interprestasi
0,90 ≤ 𝑟𝑥𝑦≤ 1,00 Validitas sangat tinggi 0,70 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,90 Validitas tinggi 0,40 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,70 Validitas sedang 0,20 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,40 Validitas rendah 0,00 ≤ 𝑟𝑥𝑦< 0,20 Validitas sangat rendah
Nilai hasil uji coba yang diperoleh kemudian dihitung nilai validitasnya dengan bantuan program Anates Uraian. 4.0.5. Hasil uji validitas kemampuan koneksi matematis disajikan sebagai berikut.
Tabel 3. 3 Hasil Validasi Tiap Butir Soal No
Soal
Validitas 𝑟𝑥𝑦 Kriteria
1. 0,70 Tinggi
2. 0,77 Tinggi
3. 0,72 Tinggi
4. 0,80 Tinggi
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen tersebut bila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang sama atau relatif sama (tidak berada signifikan).
Tinggi rendahnya derajat reliablilitas suatu instrumen ditentukan oleh nilai koefisien korelasi antara butir soal atau item pernyataan dalam instrumen tersebut yang dinotasikan dengan r.
Koefisien reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus Alpha (Suherman, 2003) sebagai berikut.
𝑟11= ( 𝑛
𝑛 − 1) (1 −∑ 𝑠𝑖2 𝑠𝑡2 ) Keterangan :
Untuk menginterprestasikan reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003).
Tabel 3. 4 Interprestasi Reliabilitas Koefisien Reliabilitas 𝒓𝟏𝟏 Interprestasi
𝑟11 < 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah 0,20 ≤ 𝑟11< 0,40 Derajat reliabilitas rendah 0,40 ≤ 𝑟11< 0,60 Derajat reliabilitas sedang 0,60 ≤ 𝑟11< 0,90 Derajat reliabilitas tinggi 0,90 ≤ 𝑟11≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi 𝑟11 : Koefisien reliabilitas
𝑛 : Banyak butir soal (Item)
∑ 𝑠𝑖2 : Jumlah varians skor tiap item 𝑠𝑡2 : Varians skor total
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas uji instrumen dengan bantuan program Anates Uraian 4.0.5, diperoleh nilai reliabilitas 0,81 yang berarti reliabilitas sangat tinggi.
3. Daya Pembeda
Daya pembeda dari sebuah butir soal menurut Suherman (2003) untuk membedakan siswa yang menjawab soal dengan benar dan siswa yang menjawab soal dengan salah, siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah.
Suatu butir soal dikategorikan baik apabila salah satunya memiliki kemampuan membedakan siswa yang berkemampuan tinggi atau siswa yang dengan kemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda dapat digunakan rumus (Suherman, 2003) adalah sebagai berikut.
𝐷𝑃 =𝑋̅𝐴− 𝑋̅𝐵 𝑆𝑀𝐼 Keterangan :
𝐷𝑃 : Daya pembeda
𝑋̅𝐴 : Rata-rata skor siswa peringkat ataas 𝑋̅𝐵 : Rata-rata skor siswa peringkat bawah 𝑆𝑀𝐼 : Skor maksimum ideal
Klasifikasi interprestasi untuk daya pembeda menurut (Suherman &
Sukajaya 1995) sebagai berikut.
Tabel 3. 5 Kriteria Indeks Daya Pembeda Instrumen Daya Pembeda (DP) Interprestasi Daya Pembeda
𝐷𝑃 ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < 𝐷𝑃 ≤ 0,20 Jelek
0,20 < 𝐷𝑃 ≤ 0,40 Cukup
0,40 < 𝐷𝑃 ≤ 0,70 Baik
0,70 < 𝐷𝑃 ≤ 1,00 Sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program Anates Uraian 4.0.5, diperoleh daya pembeda butir soal disajikan sebagai berikut.
Tabel 3. 6 Daya Pembeda Instrumen Tiap Butir Soal No
Soal Daya Pembeda Kriteria
1. 0,58 Baik
2. 0,37 Cukup
3. 0,50 Baik
4. 0,41 Baik
4. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran adalah suatu bilangan yang menyatakan derajat kesukaran suatu butir soal. Mengacu pada asumsi Galton (Suherman, 2003), instrumen yang baik hendaknya memiliki keseimbangan tingkat kesukaran soal. Artinya perbandingan antara soal yang berkategori mudah, sedang dan sukar adalah proporsional. Untuk menganalisis tingkat kesukaran dari setiap butir soal ditentukan oleh perbandingan banyaknya siswa yang menjawab benar dan siswa yang menjawab salah, dengan cara perhitungan sebagai berikut.
𝐼𝐾 = 𝑋̅
𝑆𝑀𝐼
Keterangan :
𝐼𝐾 : Indeks kesukaran 𝑋̅ : Rata-rata skor
𝑆𝑀𝐼 : Skor maksimum ideal tiap butir soal
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering di klasifikasikan menurut Suherman (2003) seperti tabel di bawah ini.
Tabel 3. 7 Kriteria Indeks Kesukaran Instrumen IK Interprestasi IK IK = 0,00 Terlalu Sukar 0,00 < IK ≤ 0,30 Sukar 0,30 < IK ≤ 0,70 Sedang 0,70 < IK < 1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu Mudah
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program Anates Uraian 4.0.5, diperoleh indeks kesukaran tiap butir soal disajikan sebagai berikut.
Tabel 3. 8 Indeks Kesukaran Instrumen Tiap Butir Soal No.
Soal
Indeks Kesukaran Kriteria
1. 0,62 Sedang
2. 0,72 Mudah
3. 0,50 Sedang
4. 0,29 Sukar
Berdasarkan data yang telah diujicobakan, maka rekapitulasi hasil uji coba disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3. 9 Rekapitulasi Analisis Tiap Butir Soal No Validasi
Butir Soal Reliabilitas Daya Pembeda
Indeks Kesukaran
Ket.
1. 0,70 Tinggi
0,81 Sangat tinggi
0,58 Baik 0,62 Sedang Dipakai 2. 0,77 Tinggi 0,37 Cukup 0,72 Mudah Dipakai 3. 0,72 Tinggi 0,50 Baik 0,50 Sedang Dipakai
4. 0,80 Tinggi 0,41 Baik 0,29 Sukar Dipakai
Berdasarkan uraian pada Tabel 3.9, secara keseluruhan hasil uji coba soal- soal yang disajikan digunakan untuk dijadikan instrumen penelitian.
F. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN
Prosedur penelitian dilakukan dalam tiga bagian yaitu: tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Tahap Persiapan
a. Pengajuan judul penelitian b. Penyusunan rencana penelitian
c. Seminar proposal untuk menyampaikan isi rancangan d. Perbaikan proposal (revisi)
e. Mengurus perijinan
f. Menentukan populasi dan sampel
g. Merencanakan bahan ajar, RPP, LKPD, instrumen evaluasi dan angket h. Menyusun bahan ajar, RPP, LKPD, instrumen evaluasi dan angket i. Membuat instrumen penelitian
j. Melakukan ujicoba instrumen penelitian 2. Tahap Pelaksanaan
a. Pelaksanaan test awal (pretest)
b. Melaksanakan kegiatan pembelajaran, model pembelajaran CORE untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran ekpositori untuk kelas kontrol.
c. Pelaksanaan test akhir (posttest) d. Mengelola data hasil penelitian
3. Tahap Evaluasi
a. Mengklasifikaskan data berdasarkan data hasil prestest dan posttest b. Mengelola data untuk mengujji hipotesis
c. Membuat kesimpulan dan menulis hasil penelitian.
G. TEKNIK ANALISIS DATA
Setelah semua data terkumpul maka untuk mendeskripsikan data penelitian dilakukan perhitungan sebagai berikut.
1. Analisis Data Pretest dan Posttest
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dengan menggunakan uji Shapiro wilk dengan taraf signifikansi 𝛼 = 0,05. Pada uji normalitas tes, hipotesis yang diujikan adalah sebagai berikut :
H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal
Dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai berkut : Jika signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima.
Jika signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
Apabila hasil pengujian menunjukkan bahwa sebaran data berdistribusi normal maka pengujian dilanjutkan dengan uji homogenitas. Jika hasil pengujian menunjukkan bahwa sebaran dari salah satu atau semua data tidak berdistribusi
normal, maka untuk menguji kesamaan dua rerata digunakan uji statistik non- parametrik, yaitu dengan menggunakan uji Mann-Whitney.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji Levene’s dengan taraf signifikansi 0,05.
Pada uji homogenitas tes, hipotesis yang diajukan adalah sebgai berikut : H0 : Varians kedua kelas homogen
H1 : Varians kedua kelas tidak homogen
Dengan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Jika signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima, Jika signifikansi ≤ 0,05 maka H0 ditolak.
c. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan kemampuan awal dan kemampuan akhir kedua kelas. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa, digunakan uji hipotesis untuk data N-gain.
Adapun ketentuan dalam melakukan uji hipotesis adalah sebagai berkut:
a) Jika kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka dilakukan uji-t.
b) Jika kedua data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka uji hipotesis dilakukan dengan uji-t’.
c) Jika salah satu atau kedua data tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas, uji hipotesis dilakukan dengan uji statistik non- parametrik (Mann-Whitney).
Adapun hipotesis yang diujikan adalah sebagai berkut:
1) Hipotesis untuk data pretest
H0: Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
H1: Terdapat perbedaan kemampuan awal siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
2) Hipotesis untuk data posttest
H0: Kemampuan akhir siswa kelas eksperimen tidak lebih baik atau sama dengan kelas kontrol.
H1: Kemampuan akhir siswa kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.
3) Hipotesis untuk data N-gain
H0: Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CORE tidak lebih baik atau sama dengan menggunakan model pembelajaran ekpositori).
H1: Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa dengan menggunakan model pembelajaran CORE lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran ekpositori.
Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
Jika nilai signifikansi ≥ 0,05 maka H0 diterima. Jika nilai signifikansi <
0,05 maka H0 ditolak.
d. Analisis Data N-gain
Analisis data gain dimulai dengan menentukan selisih skor pretest dengan posttest. Gain yang dinormalisasi adalah proporsi gain aktual (pretest-posttest) dengan gain maksimal yang telah dicapai.
N-Gain (g) = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑜𝑠𝑡𝑡𝑒𝑠𝑡−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙−𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
Adapun interprestasi nilai dari N-gain menggunakan kriteria menurut Hake (1990) adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 10 Kriteria Uji N-Gain
N-Gain Kriteria
G > 0,70 Tinggi
0,30 < G ≤ 0,70 Sedang
G ≤ 0,30 Rendah
2. Analisis Data Angket
Setelah selesai menganalisis data secara statsistik terhadap data pretest dan posttest dilanjutkan analisis data kualitatif terhadap data angket self-efficacy.
Pengelolaan data kualitatif pada penelitian ini menggunakan skala likert. Untuk menghitung rerata skor skala sikap siswa menurut Yudhanegara dan Lestari (2017) menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑃 =𝑓
𝑛× 100%
Keterangan :
𝑃 : Persentase
𝑓 : Frekuensi dari setiap nilai yang teramati n : Banyaknya responden
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan persentase berdasarkan kriteria menurut Warsito (1995) sebagai berikut:
Tabel 3. 11 Kriteria Penafsiran Persentase Jawaban Angket
Kriteria Penafsiran
𝑃 = 0% Tidak seorangpun
0% < 𝑃 < 25% Sebagian kecil 25% ≤ 𝑃 < 50% Hampir setengahnya
P = 50% Setengahnya
50% < 𝑃 < 75% Sebagian besar 75% ≤ 𝑃 < 100% Hampir seluruhnya
P = 100% Seluruhnya
Langkah selanjutnya hasil perhitungan persentase tersebut dapat digolongkan berdasarkan indikator self-efficacy siswa terhadap matematika dengan menghitung rerata persentase dari masing-masing indikator untuk kemudian diinterprestasikan.