FORMULATION AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF LIQUID SOAP CORN SILK (Zea mays L.) ETHANOL EXTRACT AGAINST Staphylococcus aureus
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN CAIR EKSTRAK ETANOL RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) TERHADAP Staphylococcus aureus
Veren Naftalia Mamangkey1), Paulina V. Y. Yamlean1), Karlah L. R. Mansauda1)
1)Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi, Manado 95115
ABSTRACT
Corn Silk (Zea mays L.) contains flavonoid compounds that can inhibited the growth of bacteria. This study aimed to make a liquid soap formulation of corn silk ethanol extract which is physically good and to test the antibacterial activity against Staphylococcus aureus with variations in the concentration of the extract, that is 6%, 9%, 12%, 15%. This study used the maceration method with 96% ethanol solvent, then the antibacterial activity is tested by the well method. The results of physical testing for the liquid soap of corn silk ethanol extract filled the requirements set by Indonesian national standards. Antibacterial testing showed that the diameter of the inhibition zone at F1 was 4.8 mm (weak), F2 6.6 mm and F3 10.8 mm (moderate), and F4 12.2 mm (strong). From this research, it can be concluded that the ethanolic extract of corn silk can be formulated into liquid soap preparations that are physically good and have strong antibacterial activity in formula 4 with a concentration of 15%, which is 12.2 mm.
Keywords : Corn Silk (Zea mays L.), Liquid Soap, Antibacterial, Staphylococcus aureus
ABSTRAK
Rambut Jagung (Zea mays L.) mengandung senyawa flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sabun cair ekstrak etanol rambut Jagung yang baik secara fisik serta menguji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dengan variasi konsentrasi ekstrak yaitu 6%, 9%, 12%, 15%. Penelitian ini menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%, kemudian diuji aktivitas antibakteri dengan metode sumuran. Hasil pengujian fisik sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan oleh standar nasional Indonesia. Pengujian antibakteri menunjukkan diameter zona hambat pada F1 4,8 mm dikategorikan lemah, F2 6,6 mm dan F3 10,8 mm dikategorikan sedang, serta F4 12,2 mm dikategorikan kuat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rambut Jagung dapat diformulasikan menjadi sediaan sabun cair yang baik secara fisik serta memiliki aktivitas antibakteri yang kuat pada formula 4 dengan konsentrasi 15% yaitu 12,2 mm.
Kata kunci : Rambut Jagung (Zea mays L.), Sabun Cair, Antibakteri, Staphylococcus aureus
PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) merupakan pangan pokok di Indonesia selain beras atau padi. Jagung juga merupakan sumber bahan baku bagi sektor industri termasuk industri pangan (Wanto, 2019). Hal ini mengakibatkan banyaknya bagian rambut jagung yang menjadi limbah dari industri pangan (Djatiningsih, 2006). Namun, saat ini rambut jagung telah banyak dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, karena rambut jagung telah terbukti memiliki berbagai kandungan senyawa yang dapat menurunkan hiperglikemik, serta memiliki efek diuretik, antidepresi, dan antidiabetes (Ebrahimzadeh et al., 2008; Farsi et al., 2008; Feng Wang et al., 2011; Velazquez et al., 2005).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jannah et al (2017) juga menunjukkan bahwa ekstrak etanol rambut jagung memiliki nilai diameter zona hambat ekstrak etanol rambut jagung terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang didapatkan dalam penelitian ini ialah 13 mm (termasuk dalam kategori kuat).
Bakteri Staphylococcus aureus adalah bakteri yang dapat ditemukan pada permukaan kulit sebagai flora normal (Dowshen et al., 2002).
Namun, bakteri ini dapat menjadi suatu masalah ketika terdapat suatu fokus infeksi dan dapat menyebar dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak langsung atau melalui objek yang terkontaminasi (El Jannah et al., 2017).
Kulit berfungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Lailiyah dan Rahayu, 2019). Salah satu cara untuk melindungi kulit ialah dengan membersihkan tubuh kita dengan mandi menggunakan sabun khususnya sabun yang mengandung antibakteri (Novianti, 2014). Saat ini sabun cair lebih banyak disukai oleh masyarakat dibandingkan sabun padat, karena lebih higienis dalam penyimpanan dan penggunaannya (Yulianti et al., 2015).
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengembangkan ekstrak etanol rambut jagung menjadi suatu sediaan farmasi berupa sediaan sabun cair. Setelah itu, dilakukan evaluasi mutu sediaan dan uji aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Peneliatian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2021 sampai Juni 2022 di Laboratorium Farmasi Lanjut Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado.
Alat
Peralatan yang akan digunakan yaitu oven, wadah toples, aluminium foil, kertas saring, blender, timbangan analitik (Ae Adam®), inkubator (MMM Goup®), autoklaf (GEA Medical®), hot plate (ACIS®), magnetic stirrer, colony counter (Stuart Scientific®), pH meter (ATC®), laminar air flow (LAF®), piknometer (IWAKI®), dan alat-alat gelas lainnya (Pyrex®).
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rambut Jagung (Zea mays L.), bakteri Staphylococcus aureus, Minyak Zaitun, Potassium Hydroxide (KOH), Carboxymethylcellulose Sodium (Na-CMC), Sodium Lauryl Sulfate (SLS), Asam Stearat, Butylated Hydroxyanisole (BHA), Fenolftalein, Etanol 96%, Nutrient Agar (NA), sabun antibakteri merk dettol, Pengaroma, NaCl (Sodium Chloride) 0,9 %, HCl (Hydrochloric Acid) 0,1 N, H2SO4 (Sulfuric Acid) dan BaCl2.2H2O (Barium Chloryde Dihydrate).
Prosedur Penelitian Pengambilan Sampel
Sampel ini diperoleh dari perkebunan di daerah kota Tomohon. Sampel kemudian dibawa ke laboratorium Farmasi Lanjut Program studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam, Universitas Sam Ratulangi.
Preparasi Sampel
Rambut jagung dibersihkan dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C sampai kering. Setelah kering, sampel dihaluskan menggunakan blender, kemudian diayak sampai membentuk simplisia yang halus.
Simplisia tersebut selanjutnya ditimbang sebanyak 500 g dan dimasukkan ke dalam wadah untuk diekstraksi menggunakan metode maserasi.
Ekstraksi Sampel
Simplisia rambut jagung diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%. Sampel yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam toples kaca dan direndam dengan pelarut etanol 96% sebanyak 5000 mL selama 3 hari sambil sesekali diaduk. Setelah itu, ekstrak disaring dengan menggunakan kertas saring dan diperoleh maserat 1 dan residu 1. Residu yang terbentuk kemudian diremaserasi dengan pelarut etanol 96%
sebanyak 2500mL selama 2 hari sambil sesekali diaduk.
Setelah 2 hari, dilakukan penyaringan sehingga menghasilkan maserat 2 dan residu 2. Maserat yang dihasilkan diuapkan menggunakan oven.
Tabel 1. Formulasi Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Rambut Jagung
Pembuatan Sabun Cair Ekstrak Rambut Jagung Penentuan Efektivitas Antioksidan Gel Semua bahan yang akan digunakan ditimbang terlebih dahulu sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan.
Dimasukkan minyak zaitun sebanyak 15 mL ke dalam gelas kimia, kemudian ditambahkan dengan kalium hidroksida 40% sebanyak 8 mL sedikit demi sedikit sambil terus dipanaskan pada suhu 50°C hingga mendapatkan sabun pasta. Sabun pasta ditambahkan dengan kurang lebih 10 mL aquades, lalu dimasukkan natrium karboksil metal selulosa yang telah dikembangkan dalam aquades panas, diaduk hingga homogen. Kemudian ditambahkan asam stearat, diaduk hingga homogen. Ditambahkan sodium lauril sulfat, diaduk hingga homogen. Ditambahkan butil hidroksi anisol, lalu diaduk hingga homogen.
Kemudian ditambahkan pengaroma dan diaduk hingga homogen. Dimasukkan ekstrak rambut jagung, diaduk hingga homogen. Sabun cair ditambahkan dengan aquades hingga volumenya 50 m. Pembuatan sabun cair ekstrak rambut jagung disesuaikan dengan masing-masing konsentrasi.
Setelah itu dilakukan evaluasi mutu sediaan sabun cair dan uji aktivitas antibakteri.
HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi Rambut Jagung
Ekstraksi yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode ekstraksi dengan cara dingin, yaitu maserasi. Maserasi dipilih karena merupakan metode ekstraksi yang sederhana, mudah serta tanpa melalui proses pemanasan, sehingga dapat mengurangi terjadinya kerusakan senyawa kimia yang dikandung oleh sampel (Najihah et al., 2018).
Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi
dalam penelitian ini yaitu Etanol 96%. Etanol mempunyai dua gugus yang berbeda tingkat kepolarannya, yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang bersifat non-polar. Kedua gugus pada etanol tersebut dapat menarik metabolit- metabolit sekunder dengan tingkat kepolaran yang berbeda seperti flavonoid dan tanin yang bersifat polar serta alkaloid dan saponin yang bersifat nonpolar (Harbone, 1987).
Evaluasi Sediaan Sabun Cair Uji Organoleptik
Pengujian organoleptis terhadap sabun cair ekstrak etanol rambut Jagung (Zea mays L.) dilakukan bertujuan untuk melihat tampilan fisik dari suatu sediaan yang meliputi bentuk, aroma dan warna.
Hasil pengamatan organoleptik dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil Uji Organoleptik
Bahan Fungsi Formula (% b/v)
F1 F2 F3 F4
Ekstrak Etanol
Rambut Jagung Zat Aktif 6 9 12 15
Minyak Zaitun Asam Lemak 15 15 15 15
KOH Basa atau Alkali 8 8 8 8
Na-CMC Pengisi atau
Pengental 0,5 0,5 0,5 0,5
SLS Surfaktan 0,5 0,5 0,5 0,5
Asam Stearat Penstabil 0,25 0,25 0,25 0,25
BHA Antioksidan 0,5 0,5 0,5 0,5
Pengaroma Memberi
Keharuman 0,25 0,25 0,25 0,25
Aquades Pelarut ad 100 ad 100 ad 100 ad 100
Sediaan Bentuk Aroma Warna
F1 Cair Khas Kuning
Kecoklatan
F2 Cair Khas Kuning
Kecoklatan
F3 Cair Khas Coklat
Kehitaman
F4 Cair Khas Coklat
Kehitaman
Hasil yang diperoleh pada uji organoleptis ini sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh SNI 06- 4085-1996, dimana suatu sediaan sabun cair harus berbentuk cair, serta memiliki aroma dan warna yang khas
Uji pH
Uji pH (Power of Hydrogen) dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat keasaman dari suatu sediaan serta untuk melihat keamanan sediaan sabun cair agar tidak mengiritasi kulit ketika diaplikasikan.
Hasil pengujian pH dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Hasil Pengujian pH
Hasil Pengukuran pH Sediaan Perlakuan Rata-
rata Keterangan P1 P2 P3
F1 10,5 10,6 10,6 10,6 Memenuhi Syarat F2 10,7 10,6 10,8 10,7 Memenuhi
Syarat F3 10,5 10,6 10,8 10,6 Memenuhi
Syarat F4 10,8 10,8 10,9 10,8 Memenuhi
Syarat Menurut SNI 06-4085-1996, nilai pH sabun cair yang memenuhi standar ialah antara 8-11.
Berdasarkan pegujian yang telah dilakukan, semua formulasi sabun cair ekstrak rambut jagung memiliki pH 10,6-10,8. Nilai tersebut menunjukkan bahwa sabun cair ekstrak rambut jagung telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4085-1996.
Uji Tinggi Busa
Uji tinggi busa dilakukan dengan melihat daya busa yang dihasilkan oleh sabun cair yang dibuat apakah sudah sesuai atau tidak dengan standar tinggi busa yang telah ditetapkan oleh SNI 06-4085-1996 yaitu berkisar pada 13-220 mm. Hasil pengujian tinggi busa dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hasil Pengujian Tinggi Busa Hasil Pengukuran Tinggi Busa (mm) Sediaan Perlakuan Rata-
rata Keterangan P1 P2 P3
F1 79 78 79 78,6 Memenuhi Syarat F2 74 71 72 72,3 Memenuhi
Syarat
F3 68 69 75 70 Memenuhi
Syarat
F4 67 70 72 69,7 Memenuhi Syarat Hasil uji tinggi busa yang didapatkan pada penelitian ini yaitu berada pada nilai 69,7-78,6 mm yang berarti sabun cair ekstrak rambut jagung yang dibuat sudah memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4085-1996. Fungsi busa dari suatu dalam sabun ialah untuk mencegah agar partikel kotoran yang sudah terlarut air oleh sabun tidak terjatuh lagi sehingga kotoran dapat dibuang bersama dengan air (Sahambangung et al., 2019).
Uji Kadar Air
Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui presentase kandungan air yang terdapat dalam suatu sediaan sabun cair, karena persentase kadar air yang tidak sesuai dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan sehingga dapat berbahaya pada kulit. Hasil pengujian kadar air dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengujian Kadar Air Hasil Pengukuran Kadar Air (%) Sediaan Perlakuan Rata-
rata Keterangan P1 P2 P3
F1 52,97 52,29 50,02 52,29 Memenuhi Syarat F2 55,55 50,40 50,78 52,24 Memenuhi
Syarat F3 49,45 46,92 48,41 48,26 Memenuhi
Syarat F4 50,78 45,06 45,34 47,06 Memenuhi
Syarat Menurut SNI 06-4085-1996, kadar air maksimum untuk suatu sediaan sabun cair harus <60%.
Berdasarkan hasil yang didapatkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa semua sediaan sabun cair ekstrak rambut jagung yang dibuat telah memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SNI 06-4085-1996 yaitu berada pada kisaran 47,06%-52,29%. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin kecil presentase kadar air yang didapatkan (Dimpudus et al., 2017)
Uji Kadar Alkali Bebas
Uji kadar alkali bebas penting untuk dilakukan karena alkali memiliki sifat yang keras sehingga kadar alkali bebas yang tidak sesuai pada sediaan sabun cair dapat menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit (Rizky, 2013). Kadar alkali bebas pada suatu sediaan sabun cair yaitu maksimal 0,1% sesuai yang telah ditetapkan oleh SNI 06-4085-1996. Hasil pengujian kadar alkali bebas dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengujian Kadar Alkali Bebas Hasil Pengukuran Kadar Alkali Bebas (%) Sediaan Perlakuan Rata-
rata Keterangan P1 P2 P3
F1 0,056 0,056 0,067 0,059 Memenuhi Syarat F2 0,056 0,067 0,056 0,059 Memenuhi
Syarat F3 0,067 0,078 0,078 0,074 Memenuhi
Syarat F4 0,066 0,088 0,077 0,077 Memenuhi
Syarat Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sabun cair ekstrak etanol rambut jagung telah sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh SNI 06-4085-1996 yaitu memiliki kadar alkali bebas yang berkisar pada 0,059%-0,077%. Ini dikarenakan KOH yang merupakan salah satu pembentuk basis sabun yang bersifat basa sudah bereaksi dengan asam lemak yaitu minyak zaitun dan telah terjadi pembentukan sabun (Korompis et al., 2020).
Uji Bobot Jenis
Uji bobot jenis dilakukan bertujuan untuk mengetahui kekentalan dari suatu sediaan sabun cair.
Nilai bobot jenis dipengaruhi oleh suatu bahan penyusunnya dan sifat fisiknya. Menurut SNI 06- 4085-1996, standar bobot jenis pada suatu sediaan sabun cair yaitu 1,01–1,1 g/mL
Tabel 7. Hasil Pengujian Bobot Jenis
Hasil Pengukuran Bobot Jenis (g/mL)
Sediaan
Perlakuan Rata-
rata Keterangan P1 P2 P3
F1 1,094 1,048 1,048 1,063 Memenuhi Syarat F2 1,082 1,033 1,035 1,050 Memenuhi
Syarat F3 1,044 1,040 1,037 1,040 Memenuhi
Syarat F4 1,020 1,013 1,029 1,021 Memenuhi
Syarat Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat dilihat bahwa bobot jenis sediaan sabun cair ekstrak etanol pada semua konsentrasi telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh SNI 06-4085-1996 yaitu memiliki bobot jenis yang berkisar pada 1,021-1,063 g/mL.
Pengujian Antibakteri Sediaan Sabun Cair Ekstrak Rambut Jagung
Uji aktivitas antibakteri sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung terhadap Staphyloccocus aureus dilakukan untuk mengetahui kemampuan sediaan dalam menghambat pertumbuhan bakteri.
Pengujian antibakteri pada penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap formula sediaan sabun cair esktrak etanol rambut jagung. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan hasil antibakteri yang lebih akurat.
Hasil yang diperoleh dari pengujian antibakteri pada sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung yaitu pada konsentrasi 6% menunjukkan zona hambat sebesar 4,8 mm (lemah), sedangkan pada konsentrasi 9% bernilai 6,6 mm (sedang), dan pada konsentrasi 12% bernilai 10,8 mm (sedang), serta pada konsentrasi 15% bernilai 12,2 mm (kuat). Ini dikelompokkan berdasarkan kriteria kekuatan antibakteri menurut Davis dan Stout (1971) yaitu apabila diameter zona hambat yang terbentuk kurang dari 5 mm maka dikategorikan lemah, 5-10 mm dikategorikan sedang, 10-20 mm dikategorikan kuat dan lebih dari 20 mm dikategorikan sangat kuat.
Dalam penelitian ini, basis sabun yang digunakan sebagai kontrol negatif juga menunjukkan adanya aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan rata-rata diameter zona hambatnya yang berada pada kategori lemah yaitu hanya sebesar 3 mm. Adanya aktivitas antibakteri dari basis sabun ini disebabkan oleh minyak zaitun yang berfungsi sebagai asam lemak dalam proses pembentukan sabun yang mengandung senyawa oleuropein yang ternyata efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Senyawa oleuropein ini dapat merusak membran dan peptidoglikan sel bakteri sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Pratama dan Andi, 2017). Sedangakan kontrol positif yang digunakan merupakan sabun antibakteri yang sudah beredar dipasaran yaitu sabun dettol. Berdasarkan hasil yang diperoleh, daya hambat pada kontrol positif yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebesar 19,5 mm yang berada pada kategori kuat.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat dibuktikan bahwa sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung memiliki daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus mulai dari lemah, sedang, sampai kuat. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak pada sediaan sabun cair maka akan semakin besar pula aktivitas antibakteri yang dihasilkan. Aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang dihasilkan dari sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung berasal dari senyawa aktif yang terkandung pada rambut jagung yaitu senyawa
Volume 12 Nomor 1, Februari 2023 flavonoid yang dapat menghambat
pertumuhuhan bakteri (Manik et al., 2014) Tabel 8. Hasil Pengujian Antibakteri
Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat (mm) Sediaan
Perlakuan
Rata-rata±SD Kategori P1 P2 P3
K (+) 17,
5 20 21 19,5±1,80 Kuat
K (-) 2,7
5 2,75 3,5 3±0,43 Lemah
F1 7,2
5 7,75 8,5 4,8±0,63 Lemah
F2 12 8 8,75 6,6±2,13 Sedang
F3 14,
5
11,7 5
15,2
5 10,8±1,84 Sedang
F4 15,
5
14,2 5
15,7
5 12,2±0,80 Kuat
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Ekstrak etanol rambut jagung (Zea mays L.) dapat diformulasikan menjadi sediaan sabun cair antibakteri dengan konsentrasi 6%, 9%, 12%, dan 15% dan telah memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia terhadap pH, tinggi busa, kadar air, kadar alkali bebas, dan bobot jenis sabun cair.
Sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung dapat menghambat bakteri Staphylococcus aureus dengan daya hambat yang paling besar terdapat pada sediaan sabun cair dengan konsentrasi ekstrak 15% yaitu sebesar 12,2 mm.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung, disarankan untuk melakukan penelitian untuk uji fisik lain yang belum dilakukan dalam penelitian ini serta perlu dilakukan uji aktivitas antibakteri dari sediaan sabun cair ekstrak etanol rambut jagung pada bakteri Gram negatif.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. 1996. Standar Sabun Mandi Cair, SNI 06-4085-1996.
Jakarta: Dewan Standarisasi Nasional.
Abdullah, S.S., Djide, N., Natsir, S. (2021).
KLT Bioautografi Hasil Partisi Ekstrak
Etanol Herba Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Terhadap Shigella dysentriae. Chem. Prog. 14(1).15-17 Davis, W.W., & Stout, T. R. 1971. Disc Plate
Methods of Microbiological Antibiotic Assay. Microbiology. 22(4):659-665.
Dimpudus, S., P. Yamlean., A. Yudistira.
2017. Formulasi Sediaan Sabun Cair Antiseptik Ekstrak Etanol Bunga Pacar Air (Impantiens Balsamina L.) dan Uji Efektivitasnya Terhadap Bakteri
Dowshen, D., & Parish. 2002.
Staphylococcus aureus. Jurnal Applied Microbiologi. 86: 985-990.
Ebrahimzadeh, M. A., Pourmorad, F., &
Hafezi, S. 2008. Antioxidant activities of Iranian corn silk. Turkish Journal of Biology. 32(1): 43–49.
El Jannah, M., Rahayu, C., Zuraida, Prasetio, R., Sugiarto, I. 2017.: Identification of Microorganism In The Waiting Room On Public Transportation Facilities, Jakarta.
Jurnal Kesehatan. 8(1): 9-15.
Farsi, D. A., Harris, C. S., Reid, L., Bennett, S. A., Haddad, P. S., Martineau, L. C., &
Arnason, J. T. 2008. Inhibition of non- enzymatic glycation by silk extracts from a Mexican land race and modern inbred lines of maize (Zea mays). Phytotherapy Research. 22(1): 108–112.
Feng, X., Wang, L., Tao, M. L., & Zhou, Q.
2011. Studies on antimicrobial activity of
Volume 12 Nomor 1, Februari 2023 aqueous extract of maize silk. Applied
Mechanics and Materials. 140(2)
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia, Edisi ke dua. Bandung: ITB.
Jannah, A., Rachmawaty, D. U., & Maunatin, A. 2017. Uji Aktivitas Antibakteri Rambut Jagung Manis (Zea mays ssaccarata Strurt) terhadap Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Journal of Chemistry. 5(4): 132-137.
Karamoy, NYF., Yamlean, P. V. Y., Abdullah, S. S. (2022), Formulation And Test Of Antioxidant Activity Lotion Ethyl Acetate Fraction Of Corn Silk (Zea Mays L.), Pharmacon, 11(4), 1058–1065.
Korompis, F., Yamlean, P., W. Lolo. 2020.
Formulasi dan Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia Calabura L.) Terhadap Bakteri Staphlococcous epidermidis.
Jurnal Pharmacon. 9(1): 30-37.
Lailiyah, M., & Rahayu, D. 2019. Formulasi dan Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Cair Dari Ekstrak Daun Kersen (Muntingia Calabura L) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus. Jurnal Ilmiah: J- HESTECH. 2(1) : 15-24.
Legi, A.P., Edy, H.J., Abdullah, S. S., (2021), Formulasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Sabun Cair Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata Linn) Terhadap Bakteri Staphylococcus, Pharmacon, 10(3), 1058–1065.
Mopangga, E., Yamlean, P. V. Y., &
Abdullah, S. S. (2021). Formulasi Sediaan Sabun Mandi Padat Ekstrak Etanol Daun Gedi (Abelmoschus manihot L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus epidermidis.
Pharmacon, 10(3), 1017–1024.
Mandias, I.I., Yamlean, P. V. Y., Abdullah, S.
S. (2022), Formulation and Antibacterial Activity Test of Peel-Off Gel Mask Ethyl Acetate Fraction of Cocoa Pods (Theobroma cacao L.) Against Staphylococcus aureus as Anti-Acne, Pharmacon, 11(4), 1258–1265.
Manik, D. F., Hertiani, T., & Anshory, H.
(2014). Analisis Korelasi antara Kadar Flavonoid dengan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol dan Fraksi-Fraksi Daun Kersen (Muntingia calabura L.) terhadap Staphylococcus aureus. Khazanah.
Mansauda, K, L, R., Imam, J., Ryan, I, T.
2021. Evaluasi Stabilitas Fisik Krim M/A Ekstrak Biji Alpukat (Persea Americana
Mill.) Dengan Variasi Asam Stearate Dan Tea Sebagai Emulgator. Jurnal MIPA.
11(1): 17-21.
Najihah V. H., dan E. Mugiyanto, dan Y. W.
Permadi. 2018. Aktivitas Antioksidan, Total Fenol dan Total Flavonoid Tanaman Kedondong (Spodias dulcis Soland eks Park). Farmasains. 5(2): 61-67.
Novianti. 2014. Formulasi Sediaan Sabun Cair Cuci Tangan Antiseptik Dari Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum Americanum L.). Jurnal Ilmiah Farmako Bahari Jurusan Farmasi Fakultas Mipa Universitas Garut. 5(1).
Pratama N dan Andi Ilham. Pengaruh Kadar Minyak Zaitun dalam Krim Ekstrak Daun Camelia Sinensis L Terhadap Karakteristik Fisik dan Aktivitas Antibakteri S.aureus. Skripsi Prog Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.
2017.
Rizky, D. N. 2013. Penetapan Kadar Alkali Bebas Pada Sabun Mandi Sediaan Padat Secara Titrimetri. [skripsi]. Medan:
Universitas Sumatra Utara.
Sahambangung, M. A., O.S. Datu., G.A.R.
Tiwow., N.O. Potolangi. 2019. Formulasi Sediaan Sabun Antiseptik Ekstrak Daun Pepaya Carica papaya. Jurnal Biofarmasetikal Tropis. 2(1): 43-51.
Sahuleka, A.S.G., Edy, H.J., Abdullah, S. S., (2021), Formulasi Sediaan Krim Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Eceng Gondok (Eichhornia crassipes) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus, Pharmacon, 10(4), 1162–1168.
Velazquez, D. V., Xavier, H. S., Batista, J. E.,
& de Castro-Chaves, C. 2005. Zea mays L.
extracts modify glomerular function and potassium urinary excretion in conscious rats. Phytomedicine. 12(5): 363–369.
Yamlean, P,, V., Y. 2016. Aktivitas Antibakteri Salep Ekstrak Dan Kembang Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L.) Terhadap Luka Yang Terinfeksi Bakteri Staphylococcus aureus Pada Kelinci (Oryctolagus Cuniculus). Jurnal Pharmacon. 5(4).
Yamlean, P., & Bodhi, W. 2017. Formulasi dan Uji Antibakteri Sediaan Sabun Cair Ekstrak Daun Kemangi (Ocymum basilicum L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus. Jurnal Ilmiah Farmasi. 6(1): 76-86.