REPRESENTAS! DAN IDEOLOGI KOTA YOGYAKARTA DALAM NOVEL YOGYAKARTA KARYA DAMIEN DEMATRA-)
S.E.
PeniAdji..)
Inti Sari
Catatan awal pengarang dalam novelYogyakartamengungkapkan tujuan dari proyek pembuatan novel. Tujuan itu berkaitan dengan representasi kota Yogyakarta yang dihadirkan melalui novel.
Tulisan
ini
menkaji representasi dan ideologi novel Yogyakarta karya Damien Dematra. Teori representasi (Barker) dan ideologi (Storey dan Barthes) yang dipakai dalam kajian ini diterapkan menggunakan metode analisis isi. Kajian ini menghasilkan kesimpulan bahwa novel Yogyakarta sangat kuat menghadirkan representasi Yogyakarta sebagai (1) kota yang pluralis dan nyamarL (2) kota yang maju dengan tetap mempertahankan nilai tradisional, dan (3) kota pendidikan.Representasi tersebut dilakukan dengan mengingkari beberapa makna denototatif dari yang direpresentasikan. Tujuan dari representasi
ini untuk
mengukuhkan identitas, yang ujungnya demi pengukuhan ideologi kapitalisme dan legimitasi kekuasaan. Menurut Barthes pembacaan yang lebih seksama terhadap sebuah ideologi tidak akan mengurangi atau menambah kekuatan dari ideologi tersebut. Oleh karenaitu,
ideologi mengenai kapitalisme dan legitimasi kekuasaan dalam novel Yogyakarta tetaplah kuat. Dari segi pengoptimalan potensi bahasa (sastra) untuk menciptakan komunikasi yang baik, novelini
dipandang sebagaibentuk
tuturan--
untuk menciptakan citra (representasi, konotasi) positif mengenai Yogyakarta-
dari pengarang (yang didukung penguasa) kepada masyarakat.Kata kunci: representasi, ideologi, identitas, makna denotatif, makna konotatif
First record of attthor in nooel Yogyakarta
,,::r::;;::,m
of the noael makins project. It dentt with the representation ofYogyakartn city. This paper reoiewed the representation and ideology of Yogyakarta, a nooel by Dnmien Dematrs. Representation theory (Barker) and ideology theory (Storey and Barthes) were used and be applied with content analysis method. This reaiew concluded that noael Yogyakarta really presented Yogyakarta as (1) plural and comfortable place, (2) adaanced city which preseraed traditional aalues and (3) education city. The representation zuas perforrued by ignoring some denotatiae nteanings. The gonl ofthe representation was to establish identity for establishing capitalism ideology for fitrther and legitiruate authority. According to Barthes, the sophisticated reading about ideology would ncoer reduce or add the strength of the ideology, Therefore, the ideology of capitalism and pouer legitimating in noacl Yogyakarta zoas still strong. To optimize language potency (literature) in order to create good commuflication, this noael uas oaentiezued as a narration to create positioe image (representation, connotation) about Yogynkartafront autlnr (in support by the ruler) to societ,1.
Key words: representation, ideology, identity, denotatiue meaningt connotatiae meaning
131
1. Latar Belakang
Novel
Yogyakartaditulis oleh Amien
Dematra,
seorangnovelis, penulis
skenario,sutradara, produser, fotografer, dan
jugapelukis.
Padatahun
2010 sejak Januari hinggaOktober sepuluh novelnya diterbitkan
olehGramedia Pustaka Utama. Novel
Yogyakartayang
diterbitkan
pada bulan Juli 2010, menarik minat penulis untukditeliti
karena pada catatan awal pengarang (halamanvii) tertulis "...
aku (penga.f-ng) telah duduk di kantor
Gubernur DIYdaribertatipan
langsung dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sebuah tekaddibulatkan
untuk membantu Yogyakarta menjadi
kotafilm
dan simbol pluralisme. Dengan dukunganyang
tanpahenti dari
PakDendi,
Pak Djoko, dkk. dari Dinas Kebudayaan, dan PakNur
dkk.dari Kadin, proyek'Yogyakarta'
digulirkan".
Catatan tersebut menarik perhatian penu-
lis
karena representasi dan makna yangnanti-
nyadihadirkan
dalam novel pasti akan sangatdipengaruhi oleh "tujuan dari proyek'Yogya- katta"'
tersebut.Sebagai pembaca sastra
yang tinggal di
Yogyakarta, penulis
tergelitik untuk
mengung- kapkan maknanya karena representasi kadang-kala memiliki kemampuan untuk
dianggapsebagai sesuatu yang direpresentasikan itu
sendiri, atau seolah-olah menjadi realitas yangbaru. Hal tersebut bisa 'berbahaya'
karenarepresentasi pada dasarnya adalah
buatansehingga campur tangan si pembuat
(bacaDamien Dematra atas dukungan
Gubernur,Dinas
Kebudayaan,dan Kadin) memiliki ku- asa atas
representasitersebut dan
berperan besar dalamproduksi
makna yang ada dalam representasi tersebut.Campur
tangansi
pem-buat
representasiini
sangatditentukan
olehideologi yang mendasari tindakan
pembuat- an representasi tersebut.Analisis
representasidan ideologi dalam novel
Yogyakarta padapenelitian ini, didasarkan pada alur
novel.Dengan demikian penelitian akan
diawali dari analisis unsur novel
Yogyakarta;dilanjutkan
dengan analisis representasi dan ideologi.2, Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang,
rumusan masalah dalam penelitianini
sebagai berikut.a.
Bagaimanakahalur
dalam novel Yogyakartakarya Damien Dematra?
b.
Bagaimanakah representasidan
ideologi Yogyakartadalam Novel
Yogyakarta karya Damien Dematra?3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah,
fujuan penelitian sebagai berikut:a. mendeskripsikan alur novel
Yogyakarta karya Damien Dematra,b.
mendeskripsikan representasi dan ideologi Yogyakartadalam novel
Yogyakarta karya Damien Dematra.,4. Teori \
Representasi
pada
dasarnya merupakansesuatu yang hadir, namun
menunjukkansesuatu di luar dirinya.
Representasitidak menunjuk kepada dirinya sendiri,
namun kepada yang lain. Karena sifat dasar itulah, makarepresentasi sering dipermasalahkan ihwal
kemampuannya dalam menghadirkan sesuatudi luar dirinya
karenaseringkali
representasijustru beralih
menjadi sesuatu sendiri. Jurangyang terbentuk
antara representasidan
yang direpresentasikan,seringkali terlupakan
oleh manusia (Piliang 2003: 28).Representasi melibatkan "symbrtlic
sys- tems"dari
bahasacitra visual,
yang akhirnya menghasilkan maknayang terbentuk
dengan mengasosiasikan identitas tertentu dengan ba- hasa dan citravisual
tersebut (bandingkan de- ngan Woodward via Elisa 2006: 11).Representasi
sebagai tindakan
memba-ngun
realitasmenimbulkan
kebutuhanuntuk menyelidiki
representasi dengan caramelihat
bagaimana makna tersebutterbentuk dari
re- presentasi tersebut (Barker, 2000). Oleh karenaitu, perlu dilihat
bagaimananovel
Yogyakartamenampilkan representasi kota
Yogyakarta dengan membenfuk citra tertentuuntuk
mem- bangun makna mengenai kota tersebut.Representasi
memiliki
zoord aieuss. Dengandemikian, pembicaraan mengenai i.leologi menjadi tidak terhindarkan. Ideologi
sepertiyang dipahami Roland Barthes
bekerja sebagaimana mitos bekerja,yaitu
dengan cara menjadikan pandangan tertentutampil
sebagai sesuatuyang alamiah atau wajar
(1,972:127).t32
Widyapanua, Volume 39, Nomor 2, Desember 2011Barker (2000: 60) menjelaskan bahwa ideologi
beroperasi, salah satunya, melalui
budayapopular.
Common sense atauakal
sehat,lanjut Barker, adalah
dasarbagi
masyarakatuntuk mengatur kehidupan dan semua
pengala-man yang dimiliki oleh
masyarakat tersebut.Dengan demikian, akal
sehatmenjadi
ajangyang penting untuk memperjuangkan
ideo-logi, terutama
karenaakal
sehat adalahwila- yah yang dianggap
wajar, yangdijadikan
pe-doman untuk mengatur
segalatingkah laku
masyarakat sehari-hari. Ideologi seringmuncul
sebagai sesuatu yang dianggap masuk akaldi dalam
berbagaibentuk
representasi sehinggatidak mengherankan bila ideologi
terselipdalam budaya popular yang memiliki
aturantersendiri mengenai apa yang masuk
akaldan tidak
karena denganakal
sehat tersebut, masyarakat mengatur pengalaman danhidup
mereka.Perbincangan mengenai budaya
selalumelibatkan masalah ideologi, begitu jrga
sebaliknya. Storey
(2001:a) mengungkapkanbahwa mesyarakat lebih tepat
dikatakan sebagaiajang konflik kepentingan
daripada ajang konsesus atau persetujuan sehingga teks (misalnya dramatelevisi,lagu
pop, novel,film, dan
sebagainya) selalu mengetengahkan citra tertentu mengenai dunia kehidupaan sehingga teks dapat dikatakan selaluberpihak, baik sadar maupuntidak,
dalamkonflik
tersebut. Dengan katalain,
berbagai teks menawarkan berbagaipandangan ideologi yang berbeda,
bahkansaling bertentangan mengenai
bagaimanahendaknya
seseorangmemandang dunia ini atau bagaimana seharusnya segala
sesuatuberjalan. Oleh karena itu, budaya popular sebagai teks, adalah sebuah situs
tempatterbentuknya
collectiaesocial
understanding, tempat dimainkannya berbagai tanda yang ber- usahamempengaruhi
pembaca agarmemilih
cara pandang tertentu terhadap dunia.Barthes dalam esainya "Myth
Today"menjabarkan mengenai hubungan
antaratanda, makna denotatil makna
konotatif,mitos, dan ideologi. Pada tataran
konotasi (tataran mitoslmythical system), penanda yangdikaitkan dengan aspek budaya yang
lebihluas (seperti kepercayaan tertentu,
sikap tertentu,juga ideologi tertentu)
menghasilkankonotasi-konotasi yang apabila
dianggapsebagai sesuatu yang alami menjadi
mitos(Barthes,
1972:131).Konotasi menjadi
mitosketika
konotasitelah dibuat
sedemikian rupahingga
seolah-olahmerupakan
sesuatu yangalami atau wajar (normal, masuk akal,
logis,menurut
comrnon sense)dan menjadi
bersifat hegemonik, sehingga konotasi berperan seba-gai
pedomanuntuk
memahami berbagai hal dalam kehidupan (Barker, 2000:68).Cara kerja
mitos
sama dengan cara kerjaideologi, yaitu dengan membuat
pandanganhidup tertentu tampak meyakinkan,
benar atau tak terbantahkarl, karena memangterlahir
sedemikian, atau diciptakan Tuhan sedemikian.Penanda yang dibuat tampil seolah
wajar ataualami
akan menghasilkan efek ideologis.Budaya sebagai salah satu aparat
ideologimendapatkan perwujudannya dalam
bentuk budaya popular seperti halnya novel Yogyakartakarya Damien Dematra.
Representasi yangdibangun oleh novel ini menampilkan
citra tertentu mengenai Yogyakarta yang merupakan sebuahper#ujudan
dari sebuah ideologi.5. Metode Penelitian
Metode penelitian meliputi metode
pe-ngumpulan
data dan metode analisis data.5.1 Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan
datayang dipakai dalam penelitian ini
adalah metode pustaka.Peneliti
membaca secaracermat pustaka
be-rupa novel
Yogyakarta,kemudian
mencatat data-databerupa
kata,kalimat, dan
paragrafyang
mengungkapkanalur,
representasi, dan ideologi dari novel.5.2 Metode Analisis Data
Untuk
menganalisis data,digunakan
me-tode
analisisisi atau
analisiskonten
(Ratn4 2004:48-49 dan
Endraswara, 2011.: 160--181).Dengan metode
ini
akan diungkapkan isi novel Yogyakarta sebagaibentuk komunikasi
antarapengarang dan pembaca. Sebagai bentuk komunikasi itulah, peneliti
sebagai pembacamenangkap pesan-pesan yang
terkandungdari
wacana novel. Dalam penelitianini
pesantersebut berupa representasi dan
ideologi Yogyakarta.Representasi dan ldeologi Kota Yogyakarta dalam Novel Yogyoko rto Karya Damien Dematra 133
6. Pembahasan
5.1Alur
Novel Yogyakarta karya Damien Dema- traNovel ini diawali
dengan sebuahprolog
yang berlatarkantahun
2009, dengan suasanakehidupan pagi hari di sebuah
kos-kosandi lingkungan keraton Yogyakarta. Pada
bagian ini diperkenalkan tokoh-tokoh
yangnantinya
berperandalam novel ini.
YudistiraMangkubumi anak ibu kos, Yahya
Tanadi seorangketurunan Tionghoa dari
Pontianak;Tarjo Adisukma, anak kyai dari
Madura;Karta Parinduri,
mahasiswadari Medan
yangmendapat beasiswa musik; Gerson Ceraldi
seorang Ambon keturunan Manado.Ananda Karmila,
ibu
kos yang memperta-hankan gaya berpakaian kain dan
kebaya;digambarkan memiliki
aura keraton, anggun,berwibawa, tidak pernah mengeluh, disiplin, serta membuat orang nyaman
berhadapan dengannya. Prologdiakhiri
dengan peryataanAnanda kepada
anak-anakbahwa dia
akanmenerima anak kos perempuan,
mahasiswa berasal dari Jakarta.Pada bagian
prolog
sudah tergainbar ada- nyakondisi
rumah kos,yaitu pemilik
kos yangpemilih
dan terbuka akan perbedaan, sekaligus"merengkuh";
sertapluralisme
agama dan bu- daya dari para penghuni kos.Bab-bab
berikutnya
digambarkan perma- salahan yang melatarbelakangi masing-masing tokoh. Gersonmemiliki
masakecilbahagiaber-
sama ayahnya, GivanoGeraldi orang Ambon
beragama Islam, dan ibunya,Maria
keturunan Manado-Potugis beragamaKatolik.
Dilatar-be-lakangi konflik
agama Islam-
Kristen,rumah
mereka
dibakar dan
ayah Gersonmati. Maria
bersama Gersonberhasil
selamatdan pindah
ke Jakarta.Tarjo menghabiskan masa kecil
di
Madura besamaibunya yang berwajah dur;.r.
Ibunyadimadu
ayahnya yang kaya.Karta
dibesarkanoleh ibunya, Nyonya Alfina berdarah
Batak.Ibunya sangat ambisius menjadikan
Karta seorang penyanyi terkenal. Pada awalnya halini
menyebabkanKarta
sangat tertekan. Namun, ketika mulai sedikit berhasil ia menjadi sombongkarena optimisnya. Ia mendapat
beasiswakuliah musik di Universitas Gadjah Mada.
Yahya dibesarkan oleh ibunya yang single parent
di
Pontianak.Ibunya,
Sanie, keturunanCina
beragamaBuddha yang membuka
tokokain.
Ia hanyatinggal
denganibunya di
lantai atas tokonya. Kakeknya orangcukup kaya di
Pontianak.Namun, ia pergi ke
sekolah selalu bersepeda. Sedari kecil ibunyayang cerewet dan pekerja keras,tidak mengizinkan ia
bertanyamengenai siapa ayahnya. Ia
menghabiskanwaktu untuk
belajar,ia ingin
menjadi seorangdokter. Digambarkan ia mencintai
Monalisa,adik kelasnya di SMA, anak pindahan dari
Jakarta.Olivia
mahasispviSosiologi
universitas negeridi
Jakarta menolakdijodohkan
dengan anakrekan
ayahnya. BernardWibowo, lelaki
yang serba sempurnaitu
tidak bisa memuncul- kan rasa cinta bagi Olivia. Dia meminta kepada orang tuanya agardiberi waktu untuk
menja- wab perjodohanitu.
Dia mengajukan proposalpenelitian
kepada dosennyauntuk
melalukanpenelitian di
Yogyakarta.Melalui internet
dia mengetahui,keberadaanan kos ibu Ananda.Yudistira kolumnis dua media
masaelektronik dalam dan luar negeri. Ia alumni Havard University. Digambarkan dia
seringtidur malam untuk
mengejar deadline tulisan.Jauh
sebelumkuliah di Amerika, dia
seringmengikuti ayahnya ke sana. Karena
selain bertugasdi keraton,
ayahnya bekerja sebagaiwartawan
senioryang memperhatikan
masa-lah-masalah kemanusiaan, ia juga
anggotaorganisasi LSM yang berinduk di
Amerika, Peaceand Love. Ketika berumur 15
tahun,Yudistira
diajak ayahnyamengikuti
konferensi LSMdi
New York. Saatitu,
iamengenal
gadispanti
asuhan,pemain flute
jalanan, bernamaAnatonia. Mereka saling mengenal
cinta pertama. Padahari terakhir Yudistira di New York, Antonia berjanji menyanyikan
sebuahlagu untuk Yudistira. Pada malam
yangdijanjikan, Antonia tidak datang.
Ternyata,Antonia meninggal dunia karena
mencari kertas aransemen lagu yang akandinyanyikan untuk
Yudistira. Pengalamanitu
menimbulkan trauma bagi Yudistira; menjadikania
pemuda yangdingin
terhadap wanita.Di
usianya yangberkepala tiga, ibunya belum melihat
tanda- tanda dia jatuh cinta.Konflik
padanovel mulai muncul
ketikaL34
Widyapanua, Volume 39, Nomor 2, Desember 2011Olivia masuk di tempat kos
tersebut. Keda-tangannya memunculkan persaingan di
an- tara Yahya, Gerson, Karta, Tarjo, dan Yudistira.Namun,
persainganitu tidak
menjaciiberarti
karena Ananda bisa menengahi mereka. Anan- da,melalui
suasana kos dan program kos yang diciptakannya,mampu
menyelesaikan perma- salahan anak-anak kos.Diawali dari
Ananda yang seringmelihat
sinar mata kepedihandi
mata Gerson. Kemu- dian, setelah sarapan pagi, Ananda mendengar Gerson berteriakdi
antaramimpi
dan kenyata-an. Ananda tampil
sepertikonseling
mende- ngarkan Gerson mengungkapkan trauma masalalunya. Gerson menyaksikan
gerombolanorang membakar rumahnya,
menginjak-injak ayahnya hingga meninggal.Ibunya gila.
Pada usia Gerson 15 tahun akhirnya ibunya mening-gal. Ia diperlihara oleh
pamannyadi
jakarta.Setelah Gerson berhasil mengungkapkan trau- manya pada Ananda
di
sela-sela tangisnya se-perti
anakkecil; akhirnya trauma itu
terkon-solidasi.
Karta frustasi karena tidak berhasil
ma-suk dapur
rekaman. Padahal,ia
sangatopti-
mis lolos audisi. Bahkan keoptimisanini
sudahdiwarnai
kesombongan.Di
hadapanOlivia,
ia menghina pengamen Malioboro, yang ternyata adik kelas danpengikut
audisi. Dengan keper- cayaandirinya
ia bermaksudmentraktrir
selu-ruh
anakkos
karena keikutsertaannya dalamaudisi itu. Ananda tahu
bahwa kesombonganKarta merupakan penyebab
kegagalannya.Oleh Ananda, ia
disuruh
mengamendi Malio- boro untuk
belajar rendahhati. Kemudian,
ia diperkenalkan dengan PakNurul pemilik
stu- dio rekaman Suara Record (hlm.178-179).Penyelesaian
permasalahan Tahya
danTarjo terjadi ketika warga kos
mengadakankamping di komplek Candi Boko.
Monalisa,pacar Yahya yang ditinggal di
Pontianak,menyusul
Yahya.Ini terjadi berkat
kegigihanMonalisa maupun izin dari Ananda.
Tarjomenemukan pencerahan di candi Boko.
Iadicerahkan bahwa hidupnya adalah untuk mencari Allah. Pada
saatkamping itu
juga,Olivia
dan Yudistira bisa mencairkan kebekuandi antara
mereka.Mereka
sama-sama salingmenyatakan cinta, justru pada saat Olivia
terjatuh di kegelapan.Inilah klimaks dari ceritanovel Yogyakarta.
Penguluran
justru dibuat
pada saat men-jelang
selesaian.Jatuhnya Olivia
menyebab-kan dia
harusdirawat di rumah
sakit. KetikaYudistira
akan menjemputnyapulang, Olivia sudah tidak ada. Olivia meninggalkan
surat yang isinya ia pulang ke Jakarta karena dijem-put
oleh orang-orang bapaknya.Ia
mencerita-kan
perasaan cintanya padaYudistira
kepada bapaknya, diajuga
menyatakan menolak per- jodohannya dengan BernardWibowo.
Setelahmelalui rapat keluarga, akhirnya
perjodohanitu dibatalkan
secarabaik oleh dua
keluarga besar.Dua minggu kemudian, ia kembali
ke Yogyakartamenemtli Yudistira, yang
tengah sangat cemas menantinya.6.2 Representasi dan ldeologi Yogyakarta dalam Novel Yogyakarta karya Damein Dematra 6.2.1Kota yang
Pluralis
dan NyamanKota
Yogyakarta direpresentasikan seba-gai kota yang terbuka akan pluralisme. Hal ini terlihat dari
tokoh-tokohnya yang berbeda agama dan budaya, tetapi dapat hidup bersama dengan damai. Yahya Tanadiketurunan
Cina Pontianak beragama Buddha. Gerson Geraldiketurunan Ambon-Menado
beragama Islam.Karta Parinduri dari Batak
beragama Islam.Tarjo Adikusuma dari Madura
beragama Islam.Olivia
Purnakasih dari Jakarta beragamaKatolik; serta Yudhistira Mangkubumi
anakibu kos
(Jawa) beragamaIslam,
semua dapathidup dengan damai.
Perbedaanpara
tokohterakomidasi di sini. Konflik yang muncul
di
antara merekalebih
disebabkanoleh
latar belakang mereka masing-masing.Konflik
nyatadi
antara pada mereka adalahkonflik
merebut perhatian Olivia.Pluralisme budaya yang ada pada
anakkos
dapatditerima
dengan nyamanoleh
kota Yogyakarta (dalam halini
disimbolkanmelalui sikap Ananda). Sebagai ibu kos,
Anandamembuat kebiasaan makan pagi
bersama dengan seluruh anak kos. Kebiasaanini,
selainmenciptakan suasana kekeluargaan, jrgu menjadikan Ananda dapat masuk ke
dalam permasalahan anak-anak kosnya,bahkan
diadapat membantu
memecahkan permasalahan mereka yang sangat pelik.Representasi dan ldeologi Kota Yogyakarta dalam Novel Yogyokarta Karya Damien Dematra 135
Representasi
ini jauh dari makna
deno-tatif
mengenai aneka kasuskehidupan kos di
Yogyakarta.Banyak bangunan kos di
Yogyayang dirancang seperti
asrama dengantidak berinduk
semang.Anak
kos bebas membawamasuk orang ke kamarnya.
Permasalahan pembayaran kos dapatdilakukan
dengan me-lalui
seorang pembantu yang bertugas menjaga kosdan
membersihkan fasilitas bersama. Per- gaulan anak kos menjadi tanggung jawab me- reka masing-masing.Kenyamanan kota Yogyakarta juga digam-
barkan melalui
betapa senangnya C)livia me-nikmati kuliner dan belanja
pernak-pernik.Terlihat dalam kutipan
berikut ini.
"Mereka (Olivia danTarjo) memasuki sebuah restoran kecil. Meja-meja pendek dari bambu ditebar secararapi. Olivia melepas sepatunya, kemudian duduk bersila mempelajari menu.
"Kamu harus pesen kreceknya. Enak banget.
Itu khas Jogyai' kata Tarjo." (hlm. 103)
"Mereka (Olivia dan Karta) melangkah di antara penjual yang menawarkan bermacam
blangkory aneka kerajinan tangan
dari perak-gelang, cincin, kalung, bandul yang dapatdigrafir
sesuai kehendak pelanggan, aneka ragam bentuk dan potong tas batik, gelang-gelangdari
rajutan,dari
anyamanbambu tipis, dari berbagai tali-talian, aneka batik, dan oleh-oleh .. ..
Olivia
memperhatikan semua kegiatan itu dengan rasatertarik. Ia
bahkan sempatmampir untuk membeli
sebuah gelang cantik yang terbuat dari kayu yang dibatik.Eksotik....
Dari
tempatnyaduduk, di
seberang jalanmasuk ke warung yang tidak ditutup kain,
ia
mendengarkanderap kaki kuda
dan suarakusir
yang berusaha mengarahkan kuda. Olivia pernah melihat foto Yogyakarta zaman dulu dan menurutnya, hanya kereta kuda yangmirip
dengan foto jalanan Jogja masa lampau." (hlm.124--125)Kutipan di
atas memperlihatkan represen- tasi/makna konotasi kota Yogyakarta yang nya- manuntuk
berbelanjakuliner
dengan makan-an yang
sangat khas, sekaligus menampilkanrepresentasi
kota yang nyaman untuk
berbe- lanja barang-barang seni yang sangat khas de- ngan anekamotif batik.
Bagi orang yang lamatinggal
Yogyakarta, paparandi
atas mengacu pada makna denotasi kawasan Malioboro yangpenuh dengan pedagang kaki lima
penjual makanan lesehandan
cenderamata, sekaligusbanyak
pencopet. Pencopettidak dihadirkan dalam paparan di
atas, karenahal itu
dapat merusak representasi kenyamanan Yogyakarta yangingin
dicitrakan oleh pengarangnya.6.2.2Kota yang
Maju
dengan TetapMemper-
tahankanNilai' Tradisional
Yogyakarta dala'h novel direpresentasikan sebagai
kota yang maju. Hal ini ditunjukkan melalui
penggambarantokoh
generasi perta-ma,
Puntadewa,ayah Yudhistira yang
padamasanya telah menjadi anggota
organisasiLSM yang berinduk di Amerika, yaitu
Peaceand Love. Sering
Puntadewabertandang
keNew York untuk
sebuahkonferensi tingkat dunia.
Pada kesempatantersebut dia
sering mengajak Yudistira yang saatitu
masih remaja.Tugas Puntadewa
itu, dilakukan
dengan tetap menjadi petugas keraton. Padatokoh
generasi kedua, anak Puntadewa danAnanda, terlihat
pada kehidupan Amelia (anak pertama mereka)dan Yudhistira. Setelah menikah, Amelia memilih tinggal di Singapura untuk
urusan bisnis suaminya. Setelahkuliah di
Yogyakarta,Yudhistira melanjutkan kuliah di
Cambride,Massachusetts dan mengambil master di Havard Universtity.
Berbedadengan Amelia yang memilih tinggal di Australia,
Yudhistiramemilih
tinggal di Yogyakarta dengan menjadikolumnis untuk
media massa elektronik dalam dan luar negeri.Dari gambaran tokoh tersebuf terlihat bahwa generasi pertama dan kedua
(yang adalahorang'asli'
Yogyakarta) sudah terbiasadengan kehidupan antarnegara.
Gambarantersebut dikontraskan dengan tetapnya
me-reka mengikatkan diri pada
Yogyakarta.Puntadewa tetap menjadi petugas
keraton.Yudhistira tinggal di Yogyakarta. Amelia (tokoh
perempuan)"dibebaskan" keluar
dari135 Widyapanul,
Volume 39, Nomor 2, Desember 2011ikatan
ini.1 Gayahidup Yudhistira
yang majudikontraskan dengan
pengetahuannya yangdalam
mengenai Yogyakarta.Hal itu terlihat ketika ia menemani Olivia berjalan-jalan di
keraton, sebagai berikut."Mereka (Yudistira dn Olivia)
berjalankaki
ke arah dalam. "Kratonini
dari kata karntorr, karatuan. Tempat tinggalnya ratu dan raja. Pertamakali
dibangun 1775 oleh pangeran Mangkubumi. Pangeran kemudianmendapat gelar Sri Sultan
Hamengku Buwono 1."... danini Siti
Hinggil. Ada Siti Hinggil Ler dan Kidul. Balairung Utara dan Selatan. Sultan hanya datang ke tempatini kalau
ada acara besar atau perayaankhusus."... "Ini baru
pengenalan sambillalu.
Keratonini
panjangnya5
kilometerke selatary ke Krapyak, dan2 kilometer ke utara. Berakhir di Tugu..." (hlm. 132-133).
Hal ini
menggambarkan bahwa meskipun orang Yogyakarta sangat maju dan berwawasan luas,ia
tetap tahu tentang Yogyakarta dengan budayanya.Kemajuan kota Yogyakarta juga digambar-
kan melalui
paratokohnya yang tidak
gagap teknologi dengan internet. Gaya kerja Yudhisti- ra sangat mengandalkan teknologiini.
BahkanAnanda pury mempublikasikan kos-nya
de- ngan internet.Representasi gaya
hidup modern "majn"
dari Yogyakarta juga digambarkan melalui kutipan berikut.
"Klub itu ramai dan
terletakdi
tengahkota.
Klub ini
khusus bagi orang dewasa karena minuman keras diedarkan di sana. Ia (Olivia) melihat Gerson berkenalan dengan beberapa anak kafe yang ada dan beberapa perempuan. Beberapalaki-laki
menilekati Olivia. "Kamu keren banget deh. Jadi cewekgue, ya?" .. ..
Terdengar sebuah
lagu
diskoyang
asyik dengan dentarn beat teratur."Kamu
mauturun?" matanya menatap
panggungdisko yang
masih agak lenggang. Olivia mengangguk, menghabiskan Bloody Mary- koktail campuran vodka dengan jus tomatpedas.
Ia
sempat memperhatikan Gersonminum
sebotolbir kecil. Masih
aman.Lagipula kelihatannya
laki-laki ini
cukup kuat minum." (hlm. 188-189)Representasi
gaya hidup modern
yangrelatif
bebasini dikontraskan
dengankondisi kos yang disiplin dan
sangatterikat
dengan budaya'ketimuran'.
Warga kos harus bertemudi meja makan untuk sarapan pada pukul
06.15. Warga kos juga terikat dengan aturan jam malam.
Meskipun
akrab dantercipta
suasana kedekatan,kos tetap bersih dari
kehidupan seks bebas.Setelah
terjadi ilsiden
penyerangan olehpemuda mabuk kepada Gerson dan Olivia setelah mereka pulang dari kafe
yang menyebabkanYudistira
tergoresluka di
dada karena pisau pemabuk;di
rumah sakit Gersonberkata
kepagaYudistira "Orang-orang
yang menyerangkita
sudah diprosesdi
kepolisian",kata
Gerson.Yudistira berkata
dengan tegas."Di
Jogyandak boleh ada kayak
begituan!"(hlm. 201). Hal
ini
menyiratkan ideologi bahwa Yogya harus aman dan nyamanbagi warganya;apabila terjadi kerusuhan, hal
itu
dengan cepat dibereskan aparat."6.2.3 Kota
Pendidikan
Anak-anak kos bertandang ke Yogi'akarta
dalam rangka
menempuhpendidikan.
Yahyakuliah di Fakultas Kedokteran UGM;
Tarjodi Juruan Akutansi UGM.
Gersonkuliah di
UGM,tidak
dijelaskan dia mengambil fakultas apa. Karta mengambil jurusanMusik di UGM
danOlivia
ke Yogya dalam rangka melakukan penelitian.Yogyakarta sebagai kota
pendidikan
dire- presentasikan melalui nama Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan menisbikan universitas- universitaslain
di Yogyakarta. Makna konotasi dalam representasi itu, mengingkari makna de- notasi dari UGM. Halini
disebabkan secara de- notasitidak
ada JurusanMusik di
UGM;jurus-
anMusik
adadi Institut
Senin Indonesia (ISI) Yogyakarta.Hal ini
sekaligus menghadirkan citra bahwa UGM sebuah universitas yang nye-1 Hal ini bisa dimaknai tersendiri dari sudut pandang feminis, bahwa dalarn keputusan hidup, istri tetap memilih ikut suami, sehingga dibebaskan dari tanggung jawab ikatan budaya.
Representasi dan ldeologi Kota Yogyakarta dalam Novel Yogyoka rta Karya Damien Dematra 137
ni (:6u.u
romantis).UGM tidak
hanyaterdiri
dari Fakultas yang eksak, yaitu kedokteran dan juga fakultas sosial, yaitu akuntansi; tetapi juga adafakultas
seninya, senimusik.
Keromantis-an ini juga digambarkan melalui
kebiasaanTarjo berangkat kuliah
denganberjalan kaki
(h1m.102).Untuk
settingwaktu tahun
2000-an apakahmungkin
orang berjalankaki
dariling-
kuan keraton ke kampus UGM?Menurut Pilliang
representasi seringkaliberalih menjadi
sesuatusendiri.
Jurang yangterbentuk
antara representasidan yang
dire- presentasikanitu seringkali terlupakan
oleh manusia (2003:28). Bagi orang yang awam me- ngenaidunia
universitasdi
Yogyakarta, akanmenerima citra yang dibentuk melalui
peng- gambarantersebut
bahwaUGM
adalah kam-pus
eksak, sosial,nyeni,
serta romantis; seka-ligus
merekaakan
menganggap sama antaraUGM dan
ISI, atau akan menganggap ISI ba-gian dari UGM.
Dengandemikian jurang
an-tara
representasidan yang
direpresentasikan menjadi terlupakan.6.2.4
Ideologi novel
Yogyakarta
Tiga representasi Yogyakarta dalam novel
di
atas,yaitu:
kota yangpluralis
dan nyaman,kota yang maju
dengantetap
mempertahan- kannilai
tradisional, dan kotapendidikan-me- nyiratkan
suatu ideologi. Representasi tersebut mengukuhkan identitasuntuk tujuan
ideologi kapitalisme dan legimitasi kekuasaan.Dengan dikukuhkan identitas
tersebut, orangdari
berbagai suku bangsa dengan latarbelakang yang
beranekaragam budaya
dan agama--akan senangberkunjung atau tinggaldi
Yogyakarta. Mereka dapat berwisata misalnya
ke
keratoryMalioboro, dan Candi
Boko; atautinggal lama untuk menempuh
pendidikan.Dengan banyaknya orang yangberkunjung dan
tinggal
sementaradi
Yogyakarta, perputaranuang di Yogyakarta akan meningkat. Hal
ini akan meningkatkan pendapatan
daerahmaupun
pendapatan masyarakat Yogyakarta.Banyak usaha bisnis yang
dikembangkanoleh masyarakat Yogyakarta dalam
rangka"menangkap" orang-orang luar
Yogya.Kemajuan usaha bisnis akan
meningkatkan kesejahteraanhidup
masyarakat.Dengan demikian sangatlah wajar, jika
"proyek
Yogyakarta" yungditulis
oleh penga- rang dalam pengantar novelini didukung
olehorang-orang Dinas
Kebudayaandan
Kadin.2 Para perancangtufuran
novelini
sangat berke- pentingan dengan uang.Representasi tersebut mengukuhkan iden-
titas
keraton Yogyakarta yang nyaman, aman, dan terbuka bagi semua orang. Seluk-beluk ker- aton sangat diketahui oleh orang dalam kraton (Yudhistira) yang dengan sangat terbuka mau menjelaskan segala gesuatu mengenai keratin kepada para pendatang. Tradisiketimuran
sa-ngat
dipertahankanoleh orang dalam
kraton(Ananda) dan diterapkan
secara akomodatif kepada para pendatang. Identitasini
bergunauntuk mengukuhkan
eksistensikeraton
yangujungnya
sebagai sebuahideologi
legitimasikekuasaan (raja, gubernur, kraton);
bahwaGubernur berhasil menata dan
menjalankan pemerintahan.7, Penutup
Semua
teks, termasuk teks popular
ber- genre sastra memuat representasi dan ideologi;begitu halnya teks novel
Yogyakartai. Yogya- karta yangdihadirkan
dalam novel adalah kota yangpluralis
dan nyaman, kota yang maju de- ngan tetap mempertahankannilai
tradisional,dan kota pendidikan.
Representasi tersebut mengukuhkan identitasuntuk tujuan
ideologi kapitalisme dan legimitasi kekuasaan.Menurut
Barthes (7972:130) karena pem- bacaanyang lebih
seksamaterhadap
mitos (ideologi) tersebuttidak
akan mengurangi atau menambah kekuatan dari mitos tersebut-makaideologi
mengenaikapitalisme dan
legitimasi kekuasaan tetaplah kuat.Dalam
hal ini,
legitimasi kekuasaan tidak selalu bersifat negatif, dalam banyakhal
harusdipandang
secarapositif. Usaha
pemerintahuntuk
menjalankanprogram
denganbaik
danlancar haruslah dipandang
sebagai legitimasipositif. Diperlukan berbagai bentuk
tuturan2 Novel Yogyakarta dibuat untuk kemudian difilm-kan. Dengan demikian, novel ini merupakan awal dari proyek pengarang yang adalah juga penulis skenario dan sutradara yang didukung oleh Dinas Kebudayaan, Kadin, dan Gubernur.
138
Widyapanua, Volume 39, Nomor 2, Desember 2011(yang dalam kasus ini adalah novel) untuk
penciptaancitra
(representasi, konotasi) positif terhadap Yogyakarta sebagai objek/subjek yangakan
dikembangkan.Hanya
saja, diharapkan pencitraan tersebuttidak mengingkari
makna denotatifdari
yang dicitrakan; danjika
bentuk tuturan yang dipakai adalah karya sastra, tuturanitu tetap memenuhi kaidah
estetika sastrawi (misalnya, mengangkatkonflik yang
menarik dan kaya akan nilai).Di sisi lain, novel
Yogyakarta dapat dipan-dang
sebagai sarana mengoptimalkan potensi bahasa (sastra) dalam menciptakan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan masyarakat (Yogyakarta maupunumum). Novel ini
palingtidak dapat dipakai dalam dunia
pendidikanuntuk
pembentukjatidiri
bangsa karena sarat akan informasi budaya. Selainitu,
karena karyaini
diciptakan oleh pengarang (generasi)muda-
yang diharapkan dapat ditiru oleh generasi muda yang lain-karya-karya sepertiini
dapat dipakaiuntuk mengkonter
membanjirnyakarya
fiksi terjemahandari
asing.Dibutuhkan
pengarangyang mampu
mengangkattopik
local wisdomdalam konteks kekinian (popular) yang mudah diterima oleh khalayak. Adapun
tuntutar
estetika sastrawidapat dipenuhi
de-ngan berjalannya pengalaman.Daftar
PustakaBarker, Chris. 2000. Cultural Studies. Theory and Practice. London: Sage Publication.
Barthes, Roland. 197 2.
W
tholo gies. Diterjemah-kan
oleh Anete Laver.New
York:Hill
and Wang.Barthes, Roland. 1974. SlZ. Diterjemahkan oleh Farrar, Straus
and Giroux, Inc. New
York:Hill
and Wang.Dematra, Damien. 2070. Yogyakarta: Sebuah No- ael. J akarta: Gramedia Pustaka Utama.
Endraswara,
Suwardii rOtr.
Metodologi Petrcli- tian Sastra. Yogayakrta: Caps.Piliang, Yasraf
Amir.
2003. Hipersemiotika: Tafsir Cultural Studies atas Matinya Makna. Yogya- karta: Jalasutra.Ratna, Nyoman
Kutha.
2004. Teori, Metode, dan Teknik P en eliti an S as tr a. Yo gyakarta : Pu staka Pelajar.Storey, John. 2001. Cultural Theory and Popular
Culture, And
Introduction.Third
edition.Essex
Wardani, Elisa
Dwi.
2006."Konstruksi Identi-
tas Kota Yogya dalam Kaos Oblong Dagadu
Djokdja".
Tesis. Program StudiIlmu
Susas- tra FakultasIlmu
Pengetahuan BudayaUni-
versitas Indonesia.Catatan:
') Naskahmasuktanggal 15Juli2011.Editor:Drs.HerryMardianto.EditI:7-15September2011.EditIl:22-30September2011.
.-r S.E. Peni Aji; Magister Humaniora ; dosen pada Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma
Representasi dan ldeologi Kota Yogyakarta dalam Novel Yogyokorto Karya Damien Dematra 139