• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN IPBA TERINTEGRASI YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK BERORIENTASI PENANAMAN KARAKTER DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN IPBA TERINTEGRASI YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK BERORIENTASI PENANAMAN KARAKTER DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP."

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN IPBA TERINTEGRASI

YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK BERORIENTASI

PENANAMAN KARAKTER DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk Memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan IPA

Oleh Winny Liliawati

0907895

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Pengembangan Program Perkuliahan IPBA Terintegrasi

yang Mengakomodasi Kecerdasan Majemuk

Berorientasi Penanaman Karakter Diri dan Penguasaan Konsep

Oleh Winny Liliawati

S.Pd UPI, 2001 M.Si ITB, 2006

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan IPA

© Winny Liliawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA DISERTASI

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. Hj. Nuryani Y. Rustaman, M.Pd NIP. 195012311979032029

Kopromotor Merangkap Sekretaris

Dr. Dhani Herdiwijaya, M.Sc NIP. 196302261990011001

Anggota

Dr. Dadi Rusdiana, M.Si NIP. 196810151994031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Alam SPs UPI

(4)

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN IPBA TERINTEGRASI YANG MENGAKOMODASI KECERDASAN MAJEMUK

BERORIENTASI PENANAMAN KARAKTER DIRI DAN PENGUASAAN KONSEP

Abstrak

Studi mengenai pembekalan materi IPBA dan penanaman karakter diri pada mahasiswa calon guru SMP dilakukan melalui pengembangan dan implementasi perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM). Hal ini dilatarbelakangi oleh cakupan Ilmu Bumi dan Antariksa yang sering dipersepsi menjadi dua materi kebumian dan keantariksaan yang diberikan secara terpisah sehingga pengetahuan siswa tidak utuh dan tidak bermakna. Pendekatan

(5)

THE DEVELOPMENT OF INTEGRATED EARTH AND SPACE SCIENCE WITH MULTIPLE INTELLEGENCE COURSE TO BUILD CHARACTER AND TO IMPROVE CONCEPT MASTERY OF JUNIOR

HIGH SCHOOL PROSPECTIVE TEACHERS

Abstract

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian 1

B.Identifikasi dan Rumusan Masalah 12

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian 15

D.Struktur Organisasi Disertasi 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 18

A.Perkuliahan IPBA Terintegrasi yang Mengakomodasi Kecerdasan

Majemuk 18

B.Kecerdasan Majemuk 29

C.Pendidikan Karakter 35

D.Hasil Penelitian Lain yang Relevan 38

E. Kerangka Pemikiran 43

BAB III METODE PENELITIAN 45

A.Desain Penelitian 45

B.Prosedur Penelitian 47

C.Instrumen Peneltian dan Teknik Pengumpulan Data 55

D.Subyek Penelitian 61

E. Teknik Analisis Data 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 65

A.Hasil Penelitian 65

1. Hasil Tahap Pendefinisian

2. Hasil Tahap Perancangan Program IT-KM

(7)

B.Pembahasan 109

1. Karakteristik Program Perkuliahan IT-KM 109

2. Efektifitas IT-KM Terhadap Penguasaan Konsep IPBA Terintegrasi 112 3. Pembelajaran IPBA Terintegrasi yang Mengakomodasi Kecerdasan

Majemuk 116

4. Profil Karakter Diri Mahasiswa 120

5. Kaitan antara Karakter Diri dengan Kecerdasan Majemuk 121

6. Kekuatan dan Kelemahan Perkuliahan IT-KM 123

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 128

A.Kesimpulan 128

B.Rekomendasi 130

DAFTAR PUSTAKA 132

LAMPIRAN 139

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Indonesia merupakan suatu negara yang rawan bencana alam. Letak geografis Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng besar dunia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Eurasia. Lempeng tersebut dapat mengalami pergeseran atau tumbukan antar lempeng yang mengakibatkan bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami dengan frekuensi dan kekuatan yang tinggi. Tsunami pada tahun 2004 merupakan tsunami terbesar sepanjang sejarah di dunia khususnya di Indonesia dengan menelan banyak korban jiwa sekitar 160.000 jiwa penduduk Asia termasuk Indonesia sekitar 136.500 jiwa (Tjasyono, 2006). Indonesia berada pada Pacific Ring of Fire yang merupakan jalur pegunungan aktif yang setiap saat dapat menimbulkan bencana seperti gunung meletus, gempa vulkanik, yang berdampak pada keselamatan manusia dan lingkungan. Bencana di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat dan telah menimbulkan korban dan kerugian yang besar (BNPB, 2011). Bencana hidrometeorologi seperti banjir, kekeringan, tanah longsor, puting beliung dan gelombang pasang merupakan jenis bencana yang dominan terjadi di Indonesia, rata-rata hampir 70% dari total bencana di Indonesia. Perubahan iklim global, perubahan penggunaan lahan dan meningkatnya jumlah penduduk makin memperbesar ancaman risiko bencana di Indonesia.

(9)

tersebut menguntungkan para astronom dan masyarakat Indonesia untuk mengamati citra langit yang kaya dan lebih lama menikmati objek langit.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengamatan tidak terlepas dari fenomena alam yang sering diamati dan dialami, misalnya pergantian siang dan malam, peristiwa gerhana Bulan atau Matahari, penampakan planet, komet, hujan meteor, penampakan rasi-rasi bintang, penampakan fase Bulan, penentuan hari keagamaan dengan melihat sabit bulan baru (hilal), penentuan tahun baru berdasarkan Matahari dan Bulan, perubahan iklim serta dampak yang ditimbulkan dari fenomena alam tersebut. Fenomena alam yang terjadi dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti dalam pelayaran dan pertanian, rasi bintang memegang peranan penting sebagai navigasi atau petunjuk arah dan penanda waktu bercocok tanam. Bagi pelaut, bintang Polaris dan bintang dalam rasi Crux merupakan petunjuk navigasi arah utara dan selatan. Bagi petani di Sukabumi, rasi Orion (Waluku) dan bintang tujuh (rasi Pleiades) digunakan sebagai penanda waktu bercocok tanam. Penampakan sabit bulan baru atau hilal sebagai penentu waktu puasa Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, ataupun hari besar keagamaan lainnya.

(10)

seperti banjir, kekeringan, badai, angin tornado, erupsi vulkanik, gempa bumi, dan membantu manusia untuk mengendalikan populasi dari kekuatan alam. Selain itu, melalui IPBA orang dapat mempelajari fenomena alam yang terjadi untuk dapat memahami kebesaran Tuhan Yang Maha Esa. Manusia dapat mengelola cara-cara pencegahan dan upaya mitigasi yang disebabkan oleh kedahsyatan bencana alam, apabila memiliki pemahaman yang baik mengenai mekanisme kejadian-kejadian alam.

Sekarang ini, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa sedang mengalami transformasi yang luar biasa. Dulu IPBA dianggap materi dengan porsi yang kecil dibanding dengan Fisika, Biologi, dan Kimia. IPBA muncul dari persepsi atau pandangan publik dan hasil penelitian di alam (bumi dan antariksa). Kehidupan dan masa depan manusia bergantung pada seberapa dalam memahami planet Bumi ini. Bumi merupakan suatu sistem yang kompleks dari komponen yang saling berhubungan dan menjadi sebuah paradigma utama dalam sains, yaitu cara pandang yang integratif dari banyak disiplin ilmu. Selanjutnya, era antariksa telah membuka pandangan baru yang revolusioner mengenai Bumi, serta memungkinkan untuk melihat, menjelajah dan meneliti dunia ini dengan cara yang belum pernah terpikirkan (Barstow & Geary, 2002). Penemuan planet di luar Tata Surya (exoplanet) yang lebih dari 930 obyek (per Maret 2013) dan tata surya di bintang lain juga mengubah paradigma bahwa planet dan tata surya merupakan hal yang biasa di alam semesta. Hal ini dikarenakan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat pesat. Dengan kata lain, planet dan tata surya tidaklah unik. Bidang-bidang multidisiplin (Geologi, Meteorologi, Biologi, Kimia, Fisika, Astronomi) akan terimbas dengan penemuan exoplanet ini. Oleh sebab itu, siswa harus memiliki pengetahuan yang utuh dan integratif dalam memahami fenomena alam, kehidupan, ilmu kebumian dan keantariksaan serta dapat menerapkannya dalam pola pikir kehidupan sehari-hari.

(11)

tidak hanya ilmu mengenai Bumi dan Astronomi, melainkan mengintegrasikan dan menghubungkan dengan ilmu sains dasar lainnya seperti Geologi, Biologi, Kimia, Oseanografi, Meteorologi, dan Astronomi.

(12)

terpisah-pisah dan tidak diberikan pada setiap tingkatan kelas serta dengan porsi IPBA yang kecil, menjadikan siswa kebingungan dan pemahaman siswa menjadi tidak utuh. Selain itu, di lapangan terjadi saling mengandalkan antara guru IPA Fisika dan IPS Geografi (Liliawati & Ramlan, 2010).

Berbeda dengan kurikulum IPBA di Korea Selatan untuk SMP, IPBA merupakan mata pelajaran tersendiri dan diberikan pada setiap tingkatan kelas secara berkesinambungan. Korea Selatan merupakan negara di Asia dengan perkembangan pendidikan yang sangat pesat. Materi IPBA diberikan di kelas VII mengenai kebumian meliputi materi dan perubahan lapisan kerak Bumi, pergerakan tektonik dan lempeng tektonik; kelas VIII mengenai keastronomian yang meliputi tata surya, bintang dan alam semesta; dan kelas IX meliputi karakteristik atmosfer, perubahan cuaca, komposisi dan pergerakan air laut. Materi IPBA di Korea Selatan lebih bervariasi dan dibahas secara rinci dibanding Indonesia. Materi perubahan cuaca, diajarkan mengenai cara penggunaan ramalan cuaca dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan bencana cuaca, dan sistem peringatan cuaca. Untuk materi keastronomian dimulai dengan bentuk Bumi dalam sejarah ilmiah, bukti-bukti bahwa Bumi bulat, cara mengukur diameter Bumi, Bulan, dan Matahari, pengaruh Matahari terhadap alat-alat komunikasi, mengukur jarak bintang menggunakan paralaks tahunan, menemukan bintang dari peta konstelasi, dan lain-lain. Semua materi tersebut tidak hanya pada tahap kognisi mengetahui saja, tetapi sudah sampai tahap aplikasi dan praktiknya (hands on dan minds on).

(13)

mengamati fenomena astronomi, serta gambaran alam semesta yang dibuat oleh berbagai kebudayaan dan kebangsaan. Bagian aplikasi, menekankan pada penerapan materi di bagian akademik dalam kehidupan sehari-hari.

Indonesia sangat tertinggal jauh dengan kedua negara tersebut berkaitan dengan cakupan materi IPBA baik dalam aspek knowledge, skills maupun

attitude. Hal ini berdampak pada perolehan hasil Prestasi Matematika dan Sains

Trend International Mathematics and Science Study (TIMSS) untuk materi Earth Science, Indonesia memperoleh rata-rata capaian sebesar 41, 42, dan 25 dari tiga kali partisipasi pada tahun 1999, 2003, dan 2007. Hasil ini lebih kecil dibandingkan rata-rata Internasional sebesar 53, 51, dan 29. Penguasaan materi

Earth Science menempati urutan kedua tersulit setelah kimia. Begitu juga untuk tingkat internasional, materi Earth Science dianggap sulit bagi siswa SMP di seluruh dunia (Liliawati & Effendi, 2010). Capaian tersebut menggambarkan bahwa pembelajaran Earth Science di Indonesia: (1) belum memberikan kesempatan pada siswa untuk memperoleh pengetahuan tentang alat, metode dan prosedur fisika; (2) belum melatih kemampuan menerapkan pengetahuan untuk melakukan penyelidikan ilmiah; dan (3) belum membekali siswa untuk menggunakan pengertian ilmiah sehingga siswa dapat memberikan penjelasan berdasarkan bukti (Rustaman, 2009). Rendahnya pemahaman siswa SMP pada materi Earth Science mengindikasikan kurang berhasilnya sistem pembelajaran, kurikulum, dan kemampuan guru dalam mengajarkan IPBA di SMP serta kurangnya pembekalan yang cukup bagi calon guru IPBA.

(14)

kuliah Perencanaan Pembelajaran Fisika (PPF) mahasiswa hanya berlatih menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah, tidak untuk materi IPBA. Begitu pula ketika Praktek Lapangan Profesi (PLP), pada umumnya mahasiswa melakukan praktek di kelas VII dan VIII SMP, hampir tidak pernah di kelas IX apalagi semester II, sehingga materi IPBA tidak pernah dipraktekkan oleh mahasiswa PLP.

Mata kuliah IPBA di Jurusan Pendidikan Fisika UPI memiliki peran yang sangat penting dalam membekalkan kompetensi calon guru IPBA di SMP. Namun terdapat permasalahan mengenai rendahnya perolehan penguasaan konsep IPBA mahasiswa calon guru SMP tersebut, dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian yang masih di bawah skor yang diharapkan (< 60), dapat dilihat pada Tabel 1.1. Kolom dua merupakan perolehan hasil rata-rata UTS setiap semester untuk materi kebumian, kolom tiga merupakan hasil rata-rata UAS setiap semester dengan materi keastronomian, dan kolom empat merupakan rata-rata dari nilai akhir setiap semester. Apabila dilihat dari nilai akhir, rata-rata perolehan pemahaman mahasiswa sangat rendah setiap semesternya yaitu di bawah 60. Kolom lima menyatakan jumlah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan IPBA setiap semesternya dengan proporsi semester genap selalu lebih banyak dari semester ganjil. Pada semester ganjil hanya diikuti oleh mahasiswa yang mengulang atau mahasiswa prodi Fisika yang mengambil IPBA sebagai mata kuliah pilihan. Kolom enam sampai sepuluh menyatakan jumlah mahasiswa yang mendapatkan nilai A, B, C, D dan E untuk setiap semesternya. Nilai C dominan diperoleh mahasiswa untuk setiap semesternya.

Tabel 1.1 Perolehan Nilai Rata-rata Ujian tiap Semester Tahun Akademik/

(15)

Selama ini pemberian materi kebumian dan astronomi diajarkan secara terpisah, dan seringkali diajarkan oleh dosen yang berbeda. Tengah semester pertama mengenai kebumian dan tengah semester terakhir mengenai materi keastronomian. Padahal dari definisi Earth and Space Sciences yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat keterkaitan antara materi kebumian dan keantariksaan secara terintegrasi dan dengan bidang ilmu lainnya. Oleh karena selama ini kurikulum pre-service ataupun kurikulum SMP, pemberian materi IPBA terpisah dan urutan pemberian materinya yang berbeda, maka IPBA Terintegrasi yang ditawarkan diharapkan dapat menjembatani pemisahan antara IPA dan IPS tersebut. Begitu juga di FPMIPA UPI, perkuliahan IPBA Terintegrasi dituntut untuk membekali kompetensi calon guru SMP/MTs.

IPBA Terintegrasi sesuai pula dengan tuntutan Standards for Science Teacher Preparation (NSTA, 2003) yang merekomendasikan agar guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah memiliki kemampuan interdisipliner. Sebagai usaha untuk memenuhi tuntutan tersebut, guru-guru IPA sekolah dasar dan menengah hendaknya disiapkan untuk memiliki kompetensi dalam Biologi, Kimia, Fisika, Bumi dan Antariksa. Selain itu, tuntutan kurikulum KTSP SD dan SMP (Depdiknas, 2006), yakni perlu ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, Lingkungan, Teknologi, dan Masyarakat) secara terpadu yang diarahkan pada pengalaman belajar. Berdasarkan kedua tuntutan tersebut, diperlukan pengintegrasian konsep dan proses (unifying concept and processes). Dalam segi materi, ada pendalaman atau penekanan materi disesuaikan dengan fenomena yang sering terjadi di Indonesia seperti gempa bumi, tsunami, penampakan bulan, matahari dan bintang, iklim, dan badai yang melanda, sehingga siswa Indonesia melek IPBA dimanapun mereka tinggal. Bentuk persiapan dituangkan dalam pengembangan program perkuliahan IPBA Terintegrasi.

(16)

suatu materi atau mata pelajaran. Pembelajaran perlu untuk bisa memahami kemampuan siswa secara personal, mengakui keberadaannya dengan segala kemampuan yang dimilikinya, menghargai bakat dan hasil karya siswa-siswanya (Jasmine, 2007). Oleh karena itu, perlu adanya inovasi pembelajaran yang membekali siswa terhadap materi IPBA yang mengakomodasi kecerdasan intelektual setiap siswanya. Kecerdasan intelektual tidak hanya mencakup bahasa dan logis matematis, tetapi juga harus dilihat dari aspek kinestetik, musikal, visual-spasial, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jenis-jenis kecerdasan intelektual tersebut dikenal dengan kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang diperkenalkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983.

(17)

menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya, contohnya siswa melakukan kerja kelompok dalam melakukan eksperimen. Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan dirinya sendiri, mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Contohnya siswa melakukan self assessment. Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan, mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang dijumpai di alam maupun lingkungan. Kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan alam, contohnya adalah siswa menerapkan konsep dalam kehidupan sehari-hari, yaitu ketika terjadi Gerhana Matahari Total, siswa tidak melihat langsung Matahari karena dampak yang fatal terhadap penglihatan, membedakan kenampakan fase bulan (Liliawati & Herdiwijaya, 2011).

Selain kecerdasan, karakter adalah hal penting dalam pendidikan dan tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan. Kecerdasan dan karakter merupakan tujuan utama dari pendidikan. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mendorong terwujudnya generasi penerus bangsa yang memiliki karakter religius, berakhlak mulia, cendekia, mandiri dan demokratis. Hal ini didukung pula oleh pendapat Luther King (Muslich, 2011):

“Intelligence plus character....that is the goal of true education” dan pernyataan

Mahatma Ghandi bahwa salah satu dari tujuh dosa fatal yaitu “education without

character”. Mulai tahun 2010, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mencanangkan pembangunan karakter bangsa dengan empat pilar pokok yaitu jujur, tangguh, cerdas dan peduli.

(18)

merupakan pengelompokkan kemampuan dalam diri individu sehingga berfungsi lebih optimal. Kecerdasan majemuk tersebut dapat mempengaruhi kepada penanaman karakter pada diri mahasiswa, karena mahasiswa dapat menangkap makna dari karakter yang ditanamkan tersebut. Sehingga untuk menanamkan karakter perlu memperhatikan dan menyesuaikan serta dengan pengakomodasian kecerdasan majemuk. Contohnya, kemampuan individu untuk peka terhadap perasaan diri sendiri dan orang lain (kecerdasan intrapersonal) dapat menanamkan rasa empati dan peduli terhadap orang lain, kemampuan untuk mengenali dan mengungkapkan terhadap apa yang dijumpai di alam (kecerdasan naturalis) dapat menanamkan kepekaan individu terhadap lingkungan alam.

(19)

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka permasalahan umum dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah program perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM) berorientasi penanaman karakter diri dan penguasaan konsep IPBA calon guru SMP? Dari rumusan masalah umum tersebut dapat diuraikan menjadi beberapa masalah khusus yang lebih rinci. Permasalahan khusus disusun menjadi beberapa pertanyaan penelitian untuk menentukan langkah-langkah penelitian agar lebih operasional sebagai berikut.

1 . Bagaimana karakteristik program perkuliahan IPBA Terintegrasi

yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM) bagi mahasiswa calon guru SMP?

2 . a. Bagaimana efektifitas penerapan program perkuliahan IT-KM

terhadap kemampuan mahasiwa dalam mengaitkan materi dengan bidang ilmu lainnya dalam bentuk jaring tema?

b. Bagaimana efektifitas penerapan program perkuliahan IT-KM terhadap penguasaan konsep IPBA mahasiswa calon guru SMP?

c. Apakah program perkuliahan IPBA Terintegrasi dapat mengakomodasi perbedaan kecerdasan majemuk mahasiswa calon guru SMP?

3 . Bagaimana profil nilai-nilai karakter diri mahasiswa yang muncul

selama penerapan program perkuliahan IT-KM?

4 . Bagaimana pola keterkaitan antara karakter diri dengan kecerdasan

majemuk mahasiswa?

5 . Bagaimanakah kekuatan dan kelemahan program perkuliahan

IT-KM yang dikembangkan?

(20)

menggunakan pendekatan tematik, dan model Threaded yang menekankan pada metakurikulum yaitu menekankan kecerdasan majemuk. Keterpaduan materi diberikan secara berurutan berdasarkan keterkaitan antar tiap topik selama perkuliahan sehingga mahasiswa mendapatkan pengetahuan secara utuh. Materi perkuliahan disusun dalam tiga tema besar, yaitu tema Gerak dan Posisi Benda Langit, Bumi dan Planet Lainnya, dan Dinamika Bintang. Setiap tema besar dibagi lagi menjadi beberapa sub tema. Untuk menerapkan perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk menggunakan Model Perkuliahan Kreatif dan Produktif (MPKP) yang memiliki sintaks orientasi, eksplorasi, konfirmasi, re-kreasi (Kemendikbud, 2011).

Kedua, jaring tema digunakan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa mengidentifikasi fenomena, mengaitkan dengan berbagai disiplin ilmu, menuliskan konsep yang berkaitan, memetakan urutan disiplin ilmu berdasarkan jumlah materi yang berkaitan dengan ketentuan tertentu, dan mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari setiap tema. Jaring tema berbentuk tes uraian yang diberikan sebelum dan setelah perkuliahan. Selain jaring tema, menggunakan pula hasil laporan atau makalah mahasiswa yang berisi kumpulan materi dan kaitannya dengan berbagai disiplin ilmu dari suatu tema.

(21)

digunakan, yaitu kecermatan, berpikir terbuka, kepekaan terhadap fenomena alam, kerja keras, disiplin, demokratis/toleransi, dan kejujuran.

Variabel yang berkaitan dalam penelitian ini yakni program perkuliahan IT-KM, penguasaan konsep IPBA Terintegrasi dan karakter diri. Untuk memperjelas penelitian ini maka diberikan definisi operasional sebagai berikut.

1. Program Perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya keterpaduan antara materi Astronomi dan Bumi yang lebih rinci yaitu dalam aspek: Fisika, Biologi, Kimia, Geologi, Geografi, Klimatologi, Oseanografi, Meteorologi, Astronomi, dan Lingkungan (environment)

dengan tema sebagai pemersatunya. Selain itu, adanya pengakomodasian perbedaan kecerdasan majemuk setiap individu. Oleh karena itu Program Perkuliahan IT-KM menggabungkan dua model sekaligus yaitu model

Webbed yang memadukan berbagai disiplin ilmu dan menggunakan pendekatan tematik, serta model Threaded yang menekankan pada metakurikulum yaitu kecerdasan majemuk. Keterpaduan materi, aktivitas kecerdasan majemuk dan penanaman karakter dapat dilihat di silabus dan skenario perkuliahan serta lembar keterlaksanaan (Lampiran 1.1).

(22)

ilmu. Tes jaring tema dengan bentuk tes uraian untuk mengukur kemampuan mahasiswa mengidentifikasi fenomena, mengaitkan dengan berbagai disiplin ilmu, menuliskan konsep yang berkaitan, memetakan urutan disiplin ilmu berdasarkan jumlah materi yang berkaitan dengan ketentuan terterntu, dan mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari setiap tema.

3. Profil karakter diri mahasiswa adalah gambaran penanaman nilai-nilai karakter diri mahasiswa selama penerapan IT-KM. Karakter yang diamati dalam penelitian ini yaitu kecermatan, berpikir terbuka, kepekaan terhadap fenomena alam, kerja keras, disiplin, demokratis/toleransi, kerjasama dan kejujuran. Indikator setiap karakter secara umum adalah mahasiswa menunjukkan atau mengamalkan nilai-nilai karakter yang telah ditargetkan. Contohnya karakter demokratis atau toleransi, indikatornya ada tiga yaitu menghargai pendapat orang lain, memberikan kesempatan temannya untuk berpendapat, dan berbagi tugas dalam menyelesaikan tugas kelompok. Penilaiannya dengan menggunakan lembar observasi dengan skala 1-4 oleh teman sekelompoknya (peer assessment) dan dosen. Skor satu jika dari semua indikator tidak ditunjukkan/dimunculkan oleh mahasiswa yang dinilai, skor 2 jika hanya salah satu indikator yang dimunculkan, skor 3 jika salah satu yang tidak dimunculkan, dan skor 4 jika seluruh indikator dimunculkan. Selain itu untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap penanaman karakter digunakan skala sikap.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(23)

mengaitkan materi dengan bidang ilmu lainnya, menganalisis profil karakter dan pola keterkaitan antara kecerdasan majemuk dan karakter diri, serta mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan program perkuliahan IT-KM yang dikembangkan.

Pengembangam program perkuliahan IT-KM diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teori, kebijakan, isu, dan praktek. Segi teori, kebijakan dan isu, penelitian yang berkaitan dengan pendidikan IPBA khususnya di Indonesia sangat kurang, mengenai program pembekalan calon guru IPBA di SMP. Penelitian ini menghasilkan program pembekalan calon guru IPBA di SMP yang dikenal dengan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM). Program tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif dan bahan masukan bagi LPTK untuk menyiapkan calon guru IPBA di SMP dalam menyongsong kurikulum 2013 yang menekankan keterpaduan materi Fisika, Biologi dan Kimia serta berkarakter. Permasalahan mengenai pemisahan materi IPBA di SMP antara mata pelajaran IPA-Fisika dan IPS pada setiap kurikulum yang berlaku hingga sekarang masih belum terselesaikan. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan untuk meninjau kembali kurikulum pada materi IPBA untuk SMP dan memberikan solusi dari permasalahan pendidikan IPBA.

Segi praktek, guru mengalami kesulitan dalam memvariasikan metode pembelajaran IPBA. Pembelajaran IT-KM dapat digunakan oleh guru SMP dan SMA dalam mengajarkan topik IPBA atau topik lainnya di sekolah. Sebagai salah satu alternatif model pembelajaran IPBA terintegrasi untuk menarik minat siswa dan mengakomodasi kecerdasan majemuk siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pada penelitian ini dikembangkan assesmen karakter dan kecerdasan majemuk mahasiswa pada konsep IPBA Terintegrasi, namun masih perlu pengembangan sehingga dapat dijadikan bahan/sumber untuk meneliti lebih lanjut.

D. Struktur Organisasi Disertasi

(24)

permasalahan pemisahan materi kebumian dan keantariksaan di sekolah menengah dan di LPTK yang tidak sesuai dengan definisi IPBA yang dikemukakan oleh Barslow, dan permasalahan pendidikan IPBA lainnya yang terjadi dan dihadapi sekarang ini serta dampak yang ditimbulkannya, menawarkan solusi yaitu melalui IPBA terintegrasi yang mengakomodasi kecedasan majemuk, perumusan masalah dan definisi operasional, tujuan penelitian meliputi tujuan umum dan khusus serta manfaat penelitian. Kedua, mengenai kajian pustaka yang membahas IPBA Terintegrasi, Kecerdasan Majemuk, karakter, dan kerangka pemikiran yang melandasi penelitian ini serta penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM). Ketiga, mengenai metode penelitian R&D model 4-D namun yang digunakan hanya tiga fase/tahap yaitu fase define, design, dan

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

(26)

Fase Alur Penelitian

Gambar 3.1 Disain penelitian Program Perkuliahan IT-KM

Studi Literatur

Analisis kurikulum IPBA SMP

dan LPTK

 Analisis materi disiplin ilmu lain Identifikasi tema

 Skala Sikap dan angket respon

(27)

B. Prosedur Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan program perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk, oleh karena itu digunakan model 4-D (Thiaragajan et al., 1974) dan disesuaikan dengan Borg dan Gall (1983) yang dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan dan uji coba bertahap. Tiap tahapan dijelaskan sebagai berikut.

Tahap I. Pendefinisian (Define)

Tahap ini merupakan tahap studi pendahuluan untuk menganalisis kebutuhan yang diperlukan untuk menyusun dan mengembangkan program perkuliahan IT-KM, melalui studi literatur dan studi lapangan. Berikut rincian dari setiap kegiatan tersebut.

1.Studi Literatur

Studi literatur merupakan cara mengumpulkan informasi berkaitan dengan studi dokumen, kurikulum, dan lainnya yang mendukung dalam penyusunan program IT-KM. Kegiatan yang dilakukan meliputi:

a. Analisis kurikulum materi IPBA pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SD pada mata pelajaran IPA, SMP/MTs pada mata pelajaran IPA-Fisika dan IPS, SMA/MA pada mata pelajaran Fisika dan Geografi, berkaitan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan kedalaman materi.

b. Analisis deskripsi, silabus mata kuliah IPBA dan urutan pemberian materinya serta mata kuliah lainnya yang mendukung pembekalan materi IPBA untuk calon guru di LPTK yaitu UPI dan UNY berkaitan dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran/perkuliahan dan kedalaman materi IPBA yang diberikan.

(28)

d. Analisis jurnal-jurnal hasil penelitian yang berkaitan dengan IPA atau IPBA terintegrasi/terpadu dan kecerdasan majemuk untuk mengetahui posisi penelitian dan apa saja yang telah dilakukan. Serta buku-buku yang melandasi penelitian ini, antara lain Science an Integrated Approach (Trefil & Hazen, 2010) berkaitan dengan tema atau ide besar sains dan pengintegrasian berbagai disiplin ilmu, dan How to Integrated The Curricula (Fogarty, 1991) berkaitan dengan model kurikulum terpadu sebagai bahan untuk merancang program perkuliahan IT-KM .

e. Mengkaji sepuluh standar dalam mempersiapkan guru sains (NSTA Standars for Science Teacher Preparation, 2003) yaitu standar isi, hakikat sains, inkuiri, isu-isu sains, keterampilan mengajar sains, kurikulum, sains dan masyarakat, penilaian (assessment), keselamatan dan kesejahteraan serta peningkatan profesional.

f. Mengkaji A Framework for Science Education mengenai core ideas sains (NRC New Science Education Standards, 2010) berkaitan dengan ide-ide utama IPBA di sekolah menengah, standar kompetensi, isu-isu IPBA, dan kedalaman materi untuk setiap jenjang pendidikan.

g. Identifikasi tema dan sub-sub tema untuk perkuliahan IT-KM, yang melandasi keterkaitan dengan disiplin ilmu lainnya berdasarkan hasil kajian literatur. Tema dijabarkan dalam sub-sub tema yang diintegrasikan dalam seluruh bidang sains, yaitu Astronomi, Fisika, Biologi, Kimia, Geografi, Geologi, Oseanografi, Meteorologi, teknologi, kesehatan dan keselamatan/keamanan.

h. Mengkaji teori kecerdasan majemuk berkaitan dengan penerapan teori kecerdasan majemuk dalam pembelajaran.

i. Mengkaji teori pendidikan karakter dalam pembelajaran IPBA berkaitan dengan identifikasi karakter utama yang dapat ditanamkan oleh IPBA dan penanaman karakter dalam pembelajaran.

(29)

2.Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan cara mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan faktor pendukung pembelajaran atau perkuliahan, melalui (1) identifikasi permasalahan pembelajaran IPBA di sekolah menengah khususnya di SMP, seperti kesulitan guru dalam mengajarkan materi IPBA, pendekatan, model atau metode pembelajaran yang digunakan, media yang tersedia melalui penyebaran angket dan wawancara pada guru-guru SMP dan SMA masing-masing lima sekolah; (2) identifikasi permasalahan perkuliahan IPBA di salah satu LPTK, seperti rendahnya perolehan nilai mahasiswa, pendapat dosen mengenai perkuliahan IPBA selama ini, fasilitas dan media yang digunakan; (3) identifikasi kecerdasan majemuk siswa dan guru SMP dan SMA masing-masing lima sekolah yang tersebar di kota Bandung serta mahasiswa calon guru IPBA melalui tes identifikasi kecerdasan majemuk yang dikembangkan oleh Thomas Armstrong (2009) untuk melihat pola sebarannya; (4) melakukan short course (magang) mengenai penerapan pendidikan karakter dalam perkuliahan di UNY untuk mengetahui bentuk SAP dan skenario perkuliahan yang telah diintegrasikan dengan pendidikan karakter, penilaian karakter, penerapan pendidikan karakter di kelas, menganalisis hasil penelitian tentang pendidikan karakter di perguruan tinggi. Hasil yang diperoleh digunakan untuk memberikan gambaran tentang permasalahan di lapangan sehingga program perkuliahan IT-KM yang dikembangkan sangat dibutuhkan dan didukung dengan kondisi yang ada selama ini.

Tahap II. Perancangan (Design)

(30)

pertemuan berjumlah 13 pertemuan. MPKP sebagai sarana untuk mengimplementasikan program IT-KM; (3) memilih format dan merancang lembar keterlaksanaan perkuliahan IT-KM untuk setiap sub tema berjumlah tujuh paket lembar keterlaksanaan (Lampiran 1.2); (4) memilih format dan merancang LKM IT-KM untuk setiap sub-sub tema berjumlah tujuh LKM (Lampiran 1.3); (5) merancang dan mempersiapkan media yang digunakan atau dibutuhkan, seperti software program dan animasi serta alat peraga; (6) merancang bahan ajar perkuliahan IT-KM; (7) merancang format dan lembar observasi penilaian karakter diri mahasiswa untuk setiap sub tema; (8) merancang pedoman penilaian karakter dan teknik penilaiannya (panduan peer assessment) untuk setiap sub tema (Lampiran 2.4); (9) merancang tes kemampuan IPBA Terintegrasi untuk setiap tema berjumlah tiga paket (Lampiran 2.1); (10) merancang pedoman penilaian tes IPBA Terintegrasi; (11) merancang tes untuk mengukur kemampuan mahasiswa dalam mengaitkan tema dengan disiplin ilmu lainnya (jaring tema), serta fenomena dan dampak yang ditimbulkannya untuk setiap tema berjumlah tiga paket (Lampiran 1.1); (12) merancang rubrik penilaian tes jaring tema (Lampiran 2.6); (13) merancang rubrik penilaian laporan ditinjau karakter dan kecerdasan majemuk yang dikembangkan untuk setiap tema (Lampiran 2.6); (14) menyusun angket self assessment mengenai kecerdasan majemuk yang dikembangkan untuk setiap tema (Lampiran 2.3); (15) merancang skala sikap dan angket respon tertutup serta terbuka untuk mahasiswa dan dosen (Lampiran 2.5); (16) merancang pedoman wawancara untuk mahasiswa (Lampiran 3.6).

Tahap III. Pengembangan (Develop)

(31)

instrumen lembar observasi untuk mengukur karakter dan pedoman penilaiannya, pedoman penilaian laporan, dan aktivitas kecerdasan majemuk. Nama-nama validator dapat dilihat di Lampiran 2.7. Hasil masukan dari para ahli terhadap program, kemudian direvisi untuk menjadi lebih tepat sehingga dihasilkan draft

program (revisi I) yang siap diujicoba.

Pada tahap pengujian pengembangan program IT-KM, pertama dilakukan

preliminary field testing atau uji coba terbatas pada mahasiswa calon guru IPBA pada Program S1 program studi Pendidikan Fisika yang mengikuti mata kuliah IPBA di UPI. Dari tiga tema, hanya satu tema (Gerak dan Posisi benda langit) yang diujicobakan. Tema tersebut terdiri dari tiga sub tema, dilakukan selama lima pertemuan. Komponen yang diujicobakan meliputi: tes IPBA Terintegrasi, tes jaring tema, LKM, lembar observasi karakter diri dan angket kecerdasan majemuk serta lembar keterlaksanaan pembelajaran. Uji coba terbatas ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan draft program IT-KM dalam meningkatkan kemampuan IPBA terintegrasi, mengakomodasi kecerdasan majemuk, dan menanamkan karakter diri mahasiswa. Pada tahap ini digunakan rancangan eksperimen One Group Pretest-Postest Design (Creswell, 2008).

Keterangan:

O1 : Tes Penguasaan Konsep IPBA O2 : Tes Jaring Tema

X : Perlakuan

Detail kegiatan yang dilakukan pada uji coba terbatas ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Dilakukan persiapan untuk pelaksanaan uji coba terbatas.

a. Menentukan satu kelompok (group) untuk uji terbatas. Jumlah mahasiswa yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 25 mahasiswa semester V yang mengontrak mata kuliah IPBA pada tahun akademik 2011/2012. Alasan jumlah mahasiswa tersebut berdasarkan

Pretest Treatment Posttest

O

1,

O

2

X O

1,

O

2

(32)

jumlah total mahasiswa yang mengontrak mata kuliah IPBA pada semester tersebut. Daftar peserta kelas ujicoba dan karakteristiknya dapat diihat di Lampiran 3.

b. Menyiapkan fasilitas pelaksanaan uji coba terbatas berkaitan dengan media yang digunakan dalam implementasi IT-KM seperti software

atau program, animasi, video, dan alat peraga yang digunakan serta penggandaan LKM, lembar penilaian karakter, angket kecerdasan majemuk yang terdiri dua paket: tes identifikasi kecerdasan majemuk dan angket aktivitas kecerdasan majemuk disesuaikan dengan perkuliahan.

2) Memperkenalkan program perkuliahan IT-KM kepada dosen dan mahasiswa agar mempunyai pemahaman yang sama mengenai IT-KM. 3) Mengidentifikasi kecerdasan majemuk mahasiswa kelas uji coba terbatas

untuk memetakan kelompok mahasiswa.

4) Melaksanakan tes awal. Tes yang digunakan pada tes awal ini adalah tes IPBA Terintegrasi dan tes jaring tema.

5) Dilaksanakan program perkuliahan IT-KM selama lima pertemuan untuk tiga sub tema.

6) Observasi terhadap proses pelaksanaan perkuliahan oleh tiga orang dosen, keterbacaan LKM, penggunaan lembar observasi karakter diri dan teknis pengumpulan datanya, dan angket kecerdasan majemuk serta hambatan yang dihadapi dalam mengimplementasikan program.

7) Dilaksanakan tes akhir setelah perkuliahan selesai. Tes yang digunakan pada tes akhir ini sama dengan tes yang digunakan pada tes awal.

8) Dilakukan wawancara terhadap mahasiswa mengenai tanggapannya terhadap pembelajaran yang diikuti.

(33)

dua kelas dengan kemampuan homogen masing-masing sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji coba lapangan dilakukan di salah satu LPTK di Bandung. menggunakan rancangan kuasi eksperimen, dengan Pretest-Posttest Control Group Design.

Keterangan:

O1 : Tes Penguasaan Konsep IPBA O2 : Tes Jaring Tema

X1 : Perlakuan dengan menerapkan program Perkuliahan IT-KM X2 : Perlakuan dengan menerapkan program perkuliahan reguler yang

mengakomodasi kecerdasan majemuk

Detail kegiatan yang dilakukan pada uji coba lapangan ini dapat diuraikan sebagai berikut.

1) Disiapkan pelaksanaan uji coba lapangan.

a. Menentukan satu kelas penelitian eksperimen dan satu kelas kontrol secara paralel. Mahasiswa kelas eksperimen dan kelas kontrol merupakan mahasiswa semester II pada tahun akademik 2011/2012 berjumlah masing-masing 26 mahasiswa program studi Pendidikan Fisika (Program S1) yang mengikuti mata kuliah IPBA. Hal ini sesuai dengan pendapat Roscoe (1975) dan Hill (1998) bahwa penelitian eksperimen sederhana yang menggunakan kelompok kontrol dapat menggunakan sampel kecil antara 10-20 orang. Pada penelitian ini, dikarenakan kelas eksperimen ada satu orang yang sering tidak masuk maka 25 mahasiswa yang digunakan untuk keperluan penelitian. b. Menyiapkan fasilitas pelaksanaan uji coba lapangan, seperti ruang

kelas, media pembelajaran, sumber belajar, dan instrumen yang mendukung penelitian. Ruang kelas yang digunakan yaitu

Pretest Treatment Posttest

(34)

Laboratorium Bumi dan Antariksa (LBA) UPI. Laboratorium tersebut memiliki sarana yang lengkap berupa alat-alat peraga dan posisi tempat duduk yang kondusif untuk proses kooperatif dan kolaboratif. Media pembelajaran yang diperlukan yaitu program, software, animasi, video dan sumber-sumber literatur yang dibutuhkan untuk proses perkuliahan, penggandaan LKM dan lembar observasi karakter diri dan angket kecerdasan majemuk

2) Dilakukan pembagian kelompok mahasiswa pada kelas IT-KM menjadi enam kelompok dengan jumlah mahasiswa tiap kelompoknya terdiri dari 4-5 mahasiswa. Jumlah kelompok berdasarkan jumlah mahasiswa dalam suatu kelas dan jumlah anggota kelompok tidak lebih dari lima mahasiswa, untuk mengoptimalkan terjadinya kolaboratif dalam kelompok. Pengelompokan mahasiswa berdasarkan hasil tes identifikasi kecerdasan majemuk yang diberikan sebelumnya, kemudian diidentifikasi kecerdasan majemuk yang dominan dan lemah untuk setiap individunya. Setiap kelompok terdiri dari berbagai kecerdasan majemuk yang dominan (heterogen) dan saling melengkapi satu sama lain.

3) Dilaksanakan tes awal pada kedua kelas, kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk setiap tema. Tes yang digunakan pada tes awal ini adalah tes penguasaan konsep IPBA terintegrasi dan tes kemampuan mengintegrasikan konsep IPBA (jaring tema).

4) Memperkenalkan program perkuliahan IT-KM kepada mahasiswa agar mempunyai pemahaman yang sama mengenai IPBA terintegrasi dan sistem perkuliahan yang dilaksanakan (program perkuliahan IT-KM).

5) Dilaksanakan pembelajaran dengan menerapkan program IT-KM pada kelas eksperimen, sedangkan di kelas kontrol diterapkan program pembelajaran semi eksperimen (pembelajaran reguler yang mengakomodasi kecerdasan majemuk), yang merupakan pembelajaran yang biasa dilakukan.

(35)

lainnya sesuai jumlah anggota kelompoknya. Selain oleh mahasiswa, penilaian karakter diri mahasiswa dilakukan pula oleh dosen. Nilai akhir merupakan akumulasi dari nilai teman sebaya dan dosen dengan ketentuan ditunjukkan pada Tabel 3.2. Hal ini menjadi alasan tidak diperlukan

observer luar pada ujicoba lapangan. Penilaian teman sebaya ini dilakukan setelah materi sub tema berakhir di setiap temanya.

7) Diedarkan angket self assessment mengenai karakter dan aktivitas kecerdasan majemuk untuk setiap temanya, diberikan di akhir materi setiap temanya. Angket ini diberikan pula pada kelas kontrol. Angket ini digunakan sebagai instrumen pelengkap bukan instrumen utama untuk penelitian, digunakan sebagai bahan umpan balik atau cross check pengamalan nilai-nilai karakter dan kecerdasan majemuk.

8) Dilaksanakan tes akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan pada tes akhir ini sama dengan tes yang digunakan pada tes awal. 9) Langkah tiga hingga delapan dilakukan berulang untuk tema berbeda. 10) Diedarkan angket tertutup dan terbuka serta dilakukan wawancara untuk

memperoleh tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran IT-KM.

Setelah dilakukan uji coba lapangan kemudian dilakukan operational product revision atau menyempurnakan produk hasil uji coba lapangan terhadap efektifitas program ditinjau dari ketercapaian tujuan, yaitu untuk membekali IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk. Diagram alur penelitian dapat diihat pada Gambar 3.1

C. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan data yang diperlukan. Tabel 3.1 meringkaskan hubungan antara data yang diperlukan, sumber data, dan instrumen penelitian yang digunakan. Rincian dari instrumen yang digunakan dijelaskan sebagai berikut.

1. Tes Kemampuan IPBA Terintegrasi

(36)

yang berkaitan dengan naskah pada berbagai disiplin ilmu seperti Fisika, Astronomi, Biologi, Kimia, Geografi, Geofisika, Meteorologi, Oseanografi dan dampak yang ditimbulkannya berkaitan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan. Tes kemampuan IPBA terintegrasi berbentuk pilihan ganda untuk setiap tema diberikan sebelum (tes awal) dan setelah pembelajaran (tes akhir). Tes pilihan ganda ini terdiri dari tiga paket yakni berdasarkan tema. Tes untuk tema gerak dan posisi benda langit serta pengaruhnya berjumlah 40 soal, tes untuk tema Bumi dan planet lainnya berjumlah 40 soal, dan tes untuk tema dinamika bintang berjumlah 35 soal. Tes tersebut kemudian dilakukan validasi oleh ahli untuk melihat kesesuaian antara kompetensi dengan soal, kesesuaian naskah dengan soal, dan disiplin ilmu yang berkaitan dengan naskah. Ujicoba dilakukan kepada 25 mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan IPBA untuk dianalisis tes menggunakan perangkat lunak Anates versi 4 melihat reliabilitas tes, validitas soal, tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh. Hasil analisis tes dapat

Dokumentasi Deskriptif Pemetaan kurikulum dan

analisis kedalaman materi

Deskriptif Masalah di lapangan jelas

3. Sumber literatur Buku, jurnal,

website

Dokumentasi Deskriptif Identifikasi tema dan

kecerdasan majemuk

3. Karakter Mahasiswa Lembar

(37)

dst

Tes jaring tema ini berbentuk uraian terdiri dari lima soal (Lampiran 2.1), yaitu mengukur kemampuan mengidentifikasi fenomena, mengaitkan dengan berbagai disiplin ilmu, menuliskan konsep yang berkaitan, memetakan urutan disiplin ilmu berdasarkan jumlah materi yang berkaitannya, dan mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan dari setiap tema yang dikaji. Kemampuan memetakan urutan disiplin ilmu berdasarkan jumlah materi yang berkaitan menggunakan pedoman disiplin ilmu yang memiliki jumlah materi yang banyak berada di angka 12 pada jam dan semakin berkurang sesuai arah jarum jam, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Pedoman penilaiannya menggunakan skala Likert dengan empat skala (1-4) dapat dilihat pada Lampiran 2.6. Tes diberikan diawal dan diakhir

(38)

pembelajaran. Tes ini terdiri dari tiga paket sama halnya dengan tes pilihan ganda. Sebelum tes ini digunakan, dilakukan uji coba terhadap tes untuk mengetahui keterbacaan, dan pemahaman mahasiswa terhadap petunjuk yang diinginkan. Tes jaring tema tidak dianalisis seperti halnya pilihan ganda, dikarenakan ingin mengungkap kemampuan mahasiswa terhadap pertanyaan yang diajukan, jadi tidak diperlukan informasi mengenai variabel-variabel daya pembeda, tingkat kesukaran, reliabilitas tes dan validitas soal. Namun dilakukan validitas isi oleh pakar.

3. Lembar Kerja Mahasiswa (LKM)

Lembar kerja mahasiswa disusun berdasarkan analisis materi IPBA dan integrasi dengan berbagai disiplin ilmu serta aktivitas kecerdasan majemuk yang dikembangkan untuk setiap sub tema, sehingga pemahaman mahasiswa menjadi komprehensif dan bermakna. LKM digunakan sebagai pedoman mahasiswa untuk menggali berbagai disiplin ilmu dari tema/sub tema yang dikaji. LKM berisi pertanyaan-pertanyaan arahan dan instruksi kegiatan berkaitan dengan integrasi berbagai disiplin ilmu untuk dilakukan atau dicari jawabannya dengan menggunakan sumber literatur, internet, dan penggunaan alat peraga atau program (Lampiran 1.3). Mahasiswa dituntut untuk belajar mandiri secara berkelompok dan berkolaborasi untuk memecahkan permasalahan dengan menggunakan sarana yang telah disediakan. LKM divalidasi ke para ahli berkaitan dengan konten dan kedalaman materi serta kaitan dengan berbagai disiplin ilmu, kemudian diujicobakan untuk mengetahui keterbacaan, konstruksi LKM, kesulitan dalam memahami petunjuk dan kejelasan terhadap apa yang dikerjakan. 4. Lembar Observasi Karakter Diri

(39)

menggambar benda langit mengakomodasi kecerdasan kinestetik, kerjasama mengakomodasi kecerdasan linguistik dan interpersonal.

Skala penilaian karakter menggunakan skala 1-4 berdasarkan indikator karakter yang dimunculkan oleh mahasiswa. Mahasiswa dilibatkan dalam penilaian karakter diri terhadap setiap anggota kelompoknya (peer assessment) di akhir perkuliahan untuk setiap sub temanya yang berjumlah 7 (tujuh) sub tema sehingga terdapat 7 (tujuh) kali penilaian karakter dari seorang mahasiswa pada target nilai karakter: kerja keras, disiplin, demokratis atau toleransi, kejujuran, dan kerjasama, sedangkan tiga aspek lainnya oleh dosen. Penilaian karakter terhadap satu orang mahasiswa dinilai oleh 4-5 orang mahasiswa sesuai jumlah teman sekelompoknya. Nilai rata-rata dari mahasiswa digabungkan dengan nilai dari dosen. Jika selisih nilai dosen dan teman sekelompoknya yaitu satu maka nilai akhirnnya adalah rata-rata nilai mahasiswa dan dosen, namun jika perbedaannya dua maka nilai akhir adalah 70% nilai dosen ditambah 30% nilai mahasiswa. Apabila perbedaannya tiga maka 100% nilai akhirnya dari dosen, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.

Table 3.2 Proporsi Penilaian Karakter oleh Mahasiswa dan Dosen

NO GAP NILAI AKHIR

1 0 < x < 25% (selisih 1) 50% nilai mahasiswa + 50% nilai dosen = rata-rata

2 26 < x < 50% (selisih 2) 30 % nilai mahasiswa + 70 % nilai dosen

3 x > 50% (selisih 3) 100 % nilai dosen, nilai pinalti 20% buat penilai mahasiswa

(40)

Skor maksimum dari penilaian ini adalah 4,00 yang berarti semua aspek atau target ditunjukkan atau diamalkan oleh mahasiswa, 3,00 berarti salah satu dari target tidak ditunjukkan oleh mahasiswa, 2,00 berarti hanya salah satu yang ditunjukkan oleh mahasiswa dan 1,00 bila seluruh target tidak ditunjukkan oleh mahasiswa. Selain itu, setiap mahasiswa melakukan penilaian diri (self assessment) terhadap aktivitas kecerdasan majemuk dan karakter untuk setiap temanya. Langkah triangulasi dilakukan untuk memperkecil bias dari penilaian karakter.

Hasil penilaian diri mahasiswa digunakan pula sebagai umpan balik dari perkuliahan IT-KM khususnya mengenai penguasaan materi, dan proses perkuliahan. Hal ini menjadi alasan mengapa observer luar tidak diperlukan pada penelitian ini. Penilaian karakter dan rubrik penilaian karakter dikonsultasikan kepada validator dan diujicobakan untuk melihat keterbacaan dan kejelasan dalam menilai karakter. Alur penilaian karakter disajikan pada Gambar 3.5

Keterangan: M: Mahasiswa yang di nilai karakternya M1, M2, M3, M4: Mahasiswa yang menilai M

Gambar 3.5 Alur Penilaian Karakter dari Seorang Mahasiswa M1

M M2

M4

M3

Peer Assessment

Penilaian dari Dosen

Nilai Akhir Karakter M

Self Assessment M

Umpan Balik Perkuliahan IT-KM

(41)

5. Angket Kecerdasan Majemuk

Angket kecerdasan majemuk (peer assessment) dalam penelitian ini ada dua, yaitu pertama, angket untuk menguji atau mengidentifikasi kecerdasan majemuk mahasiswa menggunakan angket yang dikembangkan oleh Armstrong (2009) yang merupakan instrumen primer; kedua, angket yang berkaitan dengan aktivitas kecerdasan majemuk yang dikembangkan dalam program IT-KM sebagai instrumen sekunder. Angket kecerdasan majemuk untuk setiap temanya berbeda, karena disesuaikan dengan karakteristik materi dan perkuliahannya (Lampiran 2.3).

6. Angket Respon dan Skala Sikap Mahasiswa

Angket digunakan untuk mengetahui respon mahasiswa terhadap program perkuliahan IT-KM, kesulitan yang dialami dan kesan selama mengikuti program IT-KM dan skala sikap mengenai penanaman karakter diri. Angket terdiri dari dua, yaitu angket tertutup berjumlah 16 pernyataan dan angket terbuka berjumlah delapan pertanyaan dan skala sikap berjumlah 15 pernyataan. Ketiga angket tersebut saling melengkapi satu sama lain (Lampiran 2.5).

D. Subjek Penelitian

(42)

E. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada penelitian dan pengembangan ini terdiri atas data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa: 1) karakteristik program perkuliahan IT-KM, 2) keunggulan dan kendala implementasi program, 3) data profil karakter diri positif, 4) profil identifikasi kecerdasan majemuk, 5) data respon dan skala sikap mahasiswa dan dosen. Data kuantitatif mencakup penguasaan konsep IPBA terintegrasi dan kemampuan mengaitkan dengan disiplin ilmu lainnya (jaring tema).

Data kuantitatif berupa tes IPBA terintegrasi dengan bentuk pilihan ganda dan tes uraian (jaring tema). Tes IPBA terintegrasi diujicobakan dahulu terhadap 25 mahasiswa yang telah mengikuti perkuliahan IPBA. Kemudian dilakukan analisis tes menggunakan Anates versi 4 untuk melihat reliabilitas tes, validitas soal, tingkat kesukaran, daya pembeda dan daya pengecoh. Hasil analisis tes dapat dilihat di Lampiran 2.2.

Data mengenai profil karakter diri melalui lembar observasi dilakukan dengan merata-ratakan hasil penilaian mahasiswa (peer assessment) kemudian membandingkan dengan nilai yang diberikan oleh dosen. Nilai total merupakan rata-rata dari nilai dosen dan mahasiswa, kecuali ada perbedaan (gap) yang mencolok antara nilai dari mahasiswa dan dosen dengan ketentuan pada Tabel 3.2. Melalui penilaian peer assessment, mendorong mahasiswa untuk bisa menilai temannya sendiri dengan objektif. Apabila dalam penilaian sebaya terdapat perbedaan yang berbeda jauh (selisih dua) maka akan dilakukan wawancara kepada penilai.

(43)

mengenai hasil angket respon tertutup dan skala sikap mahasiswa dengan menghitung persentase kemunculan anggapan atau jawaban, sedangkan angket terbuka dengan merekapitulasi jawaban mahasiswa dari setiap pertanyaan.

Berdasarkan data karakter diri dan data identifikasi kecerdasan majemuk, dapat dilihat keterkaitan antara karakter diri dengan kecerdasan majemuk. Mengklasifikasikan nilai karakter diri untuk setiap aspeknya berdasarkan kecerdasan majemuk dominan tertentu. Pola keterkaitannya dapat dilihat dari hasil perbandingan dan analisis antara kelas ujicoba terbatas dengan kelas ujicoba luas pada tema Gerak dan Posisi Benda Langit.

Peningkatan penguasaan konsep IPBA Terintegrasi dan kemampuan mengaitkan dengan disiplin ilmu lainnya (jaring tema), diperoleh dari hasil perhitungan gain yang dinormalisasi data tes awal dan tes akhir untuk tes penguasaan konsep dan jaring tema. Persentase nilai rata-rata gain yang dinormalisasi setiap mahasiswa pada masing-masing kelompok dihitung dengan rumus nilai rata-rata N-gain atau <g> (Hake, 1998) dengan kriteria yang ditunjukkan pada Tabel 3.3:

(1) Keterangan: % <g> : nilai rata-rata gain yang dinormalisasi

Spost : rata-rata skor tes akhir Spre : rata-rata skor tes awal Smax : skor maksimum

Tabel 3.3. Kriteria Penguasaan Konsep IPBA Terintegrasi dan Kemampuan Pengintegrasian Konsep

No Persentase rata-rata N-gain <% g> Kategori

1. N-gain≤ 30 Rendah

2. 30 <N-gain≤70 Sedang

3. N-gain > 70 Tinggi

(44)

dan nilai rata-rata gain yang dirnormalisasi untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan SPSS versi 16. Tes One-Sampel Kolmogorov-Smirnov merupakan uji non-parametric untuk satu sampel. Nilai Kolmogorov-SmirnovAsymtotic (Sig) < 0,05 maka data berdistribusi normal, sedangkan Sig. > 0,05 data berdistribusi tidak normal. Uji homogenitas varian data menggunakan data tes awal, tes akhir, dan gain yang dinormalisasi kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan Levene Test menggunakan SPSS versi 16. Hasil Fhitung yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan F dari tabel distribusi frekuensi dengan derajat kebebasan sebesar (dk) = n – 1. Dikatakan kedua sampel homogen apabila F hitungFtabel atau bila Sig < 0,05 maka data tidak homogen, sedangkan Sig. > 0,05 data homogen.

(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai program perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM) dapat menanamkan karakter diri dan meningkatkan penguasaan konsep IPBA. Hasil yang diperoleh bahwa IT-KM dapat meningkatkan penguasaan konsep IPBA terpadu secara signifikan dengan taraf kepercayaan 95%, dan karakter diri yang tertanam yaitu toleransi atau demokratif, kerjasama, kepekaan terhadap fenomena alam, berpikir terbuka, kecermatan, kerja keras, disiplin, dan kejujuran. Kecerdasan majemuk dan karakter diri mahasiswa terdapat keterkaitan. Tujuh dari delapan kecerdasan majemuk, memegang peranan penting dan memberikan kontribusi terhadap penanaman karakter diri yaitu kecerdasan linguistik, naturalis, visual spasial, musikal, kinestetik, interpersonal dan intrapersonal. Secara rinci dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Karakteristik perkuliahan IPBA Terintegrasi yang mengakomodasi Kecerdasan Majemuk (IT-KM) yaitu menekankan pengintegrasian materi dari berbagai disiplin ilmu melalui tema; mengintegrasikan materi dan proses dengan mengakomodasi kecerdasan majemuk; struktur materi dimulai dari identifikasi fenomena alam, mengkaji dari berbagai bidang ilmu, analisis dampak yang ditimbulkannya; pembagian kelompok yang saling melengkapi antara kekurangan dan kelebihan kecerdasan majemuk setiap anggotanya; mahasiswa terlibat dalam proses penilaian; menanamkan karakter diri mahasiswa.

(46)

fenomena alam, kepedulian terhadap lingkungan dan tanggap terhadap isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan dan sosial. IT-KM dapat digunakan oleh semua mahasiswa tanpa membedakan kecerdasan majemuk mahasiwa.

3. Setiap aspek nilai-nilai karakter diri mahasiswa mengalami peningkatan untuk setiap temanya. Aspek karakter diri yang tertanam yaitu kecermatan dalam menggambarkan fenomena alam, berpikir terbuka, kepekaan terhadap fenomena alam, kerja keras, kedisiplinan, toleransi, kejujuran dan kerjasama.

4. Kecerdasan majemuk menunjukkan keterkaitan dengan karakter diri mahasiswa. Karakter kerja keras didukung atau dibentuk oleh kecerdasan naturalis. Kedisiplinan dibentuk oleh kecerdasan linguistik dan kinestetik. Toleransi dibentuk oleh kecerdasan kinestetik dan visual spasial. Berpikir terbuka oleh kecerdasan linguistik dan intrapersonal. Kecermatan oleh linguistik dan visual. Kepekaan terhadap fenomena alam oleh kecerdasan intrapersonal dan naturalis. Kejujuran oleh kecerdasan interperosonal dan intrapersonal. Kerjasama oleh kecerdasan musikal dan intrapersonal. Berdasarkan delapan kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Gardner, hanya tujuh yang memegang peranan penting yang memberikan kontribusi terhadap penanaman karakter yang dikembangkan yaitu kecerdasan linguistik/verbal, naturalis, visual spasial, musikal, kinestetik, interpersonal dan intrapersonal.

(47)

berkaitan dengan tema, penilaian terhadap nilai-nilai karakter yang muncul pada pembelajaran masih menjadi bahan perdebatan sekarang ini. Kesulitan dalam mengukur mengakibatkan hasil yang diperoleh menjadi subjektif, memerlukan alokasi waktu yang lama, memerlukan waktu lama untuk menginput hasil penilaian diri mahasiswa dan penilaian tutor sebaya, umpan balik terhadap penilaian diri dan penilaian tutor sebaya belum dilakukan kepada mahasiswa secara optimal.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kekuatan dan kelemahan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat direkomendasikan antara lain:

1. Pembelajaran IT-KM dapat dikembangkan dan dijadikan acuan sebagai salah satu alternatif untuk membekalkan calon guru IPBA di sekolah dasar dan menengah terhadap penguasaan konsep dan menanamkan karakter, serta menyongsong kurikulum 2013.

2. Perlu dilakukan penelitian untuk aspek-aspek karakter lainnya, salah satunya yaitu penilaian moral yang melibatkan knowledge, feeling, dan

action dengan menggunakan instrumen tes dilema moral. Tes dilema moral yaitu tes studi kasus yang dapat mengukur/memetakan moral feeling, moral knowing, dan moral behavior mahasiswa, berupa teks yang berisi suatu permasalahan (dilema) dan pertanyaan.

3. Perlu dikembangkan software atau program komputer berbasis online

untuk mempermudah penilaian diri dan penilaian tutor sebaya baik bagi dosen dan mahasiswa sehingga dosen dan mahasiswa dapat langsung memperoleh umpan balik dari hasil penilaian tersebut.

(48)

praktikum IPBA dibekalkan pula. Materi praktikum disesuaikan dengan tema di IT-KM.

5. Program perkuliahan IT-KM menekankan pengintegrasian materi dari berbagai disiplin ilmu sehingga IT-KM dapat diimplementasikan oleh guru sains lainnya, tidak hanya berlatar-belakang pendidikan Fisika saja. Hal ini menjadi solusi dari permasalahan pembelajaran IPBA di SMA yang selalu saling mengandalkan antara guru Geografi dan Fisika. Begitu pula di SMP, IPBA dapat diajarkan oleh guru Biologi dan Kimia.

6. Hasil penguasaan konsep IPBA untuk tes pilihan ganda kurang memuaskan (kategori sedang namun angkanya rendah). Oleh karena itu program IT-KM perlu diujicoba lebih luas dengan perbaikan dalam instrumen.

7. Penilaian atau pengukuran nilai-nilai karakter diri pada pembelajaran bersifat subjektif. Oleh karena itu perlu instrumen atau cara untuk mengukur karakter diri yang lebih objektif, dengan indikator mudah diukur.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, T. (2009). Multiple Intelligence in The Classroom (Third Ed.). Alexandria: ASCD

Arends, R.I. (2008). Learning to Teach (Fifth Ed.). Singapore: McGrow Hill-Book Co.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). (2011, Maret). 5 Bencana Besar di Indonesia Tahun 2010. Gema BNPB: Ketangguhan Bangsa Dalam Menghadapi Bencana [Online], 2 (1), 4-6. Tersedia: www.BNPB.go.id [5 Februari 2013]

Barstow, D. & Geary, Ed. (2002). Revolution in Earth and Space Science Education [Online]. Tersedia: //www.EarthScienceEdRevolution.org [9 April 2010]

Berlin, D.F, & White, A.L. (2012). “A longitudinal look at attitudes & perceptions related to the integration of Mathematics, science, & Technology Education”. School Science & Mathematics

Benninga, J.S., Berkowitz, M.W., Kuehn, P. & Smith, K. (2003). “The Relationship of Character Education Implementation and Academic Achievement in Elementary Schools”. Journal of Research in Character Education, 1, (1), 19–32

Benninga, J.S., Berkowitz, M.W., Kuehn, P. & Smith, K. (2006). “Character and Academics: What Good Schools Do”. Phi Delta Kappan, 87. 448-452 Borg, W.R & Gall, M.D. (1983). Educational Research An Introduction Fourth

Edition. New York: Longman, inc

Buffler, A., Pillay, S., Lubben, F., & Fearick, R. (2008). “A Model-based View of Physics for Computation Activities in The Introductory Physics Course”.

American Journal of Physics, 76, (4), 431-437

Burke, K.A., Greenbowe, T.J., & Windschitl, M.A. (1998). “Developing and Using Conceptual Computer Animation for Chemistry Instruction”. Journal of Chemical Education, 75, (12), 1658-1664.

(50)

Canon, M.J&Abaquin. (2009). “Multiple Intelligence Make a Difference” dalam

Multiple Intelligence around The Wolrd. San Fransisco: Jhon Wiley&Sons, Inc.

Carin, A.A.& Sund, R.B. (1989). Teaching Science throught Discovery. Ohio: Charles E. Merril Publishing.

Creswell, J.W., (2008). Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches (Third Ed). California: Sage Publication.

Cutshall, L.C. (2003). The Effect of Student Multiple Intelligence Preference in investigation of Earth Science concepts and knowledge within a middle Grades Science Classroom. Tesis: The Departement of Teacher Education of Jhonson Bible College Tunisia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP/MTs Mata Pelajaran IPS. Jakarta: Pusat Kurikulum

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA Fisika. Jakarta: Pusat Kurikulum

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMA/MA Mata Pelajaran IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum

Fogarty, R.J. (1991). How to Integrate the Curricula. Illinois: Skylight Publishing.

Gardner, H. (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York: Basic Books. The second edition was published in Britain by Fontana Press. 466 + xxix pages

Gray, T. (2009). "Character Education in Schools," ESSAI: Vol. 7, Article 21. Gutierrez, D. (2006). “Exploring The Multiple Intelligences of Community

College Students Enrolled In Online Courses”. Journal of College Teaching & Learning, 3, (11), 85-90.

Hake, R.R. (1998). “Interactive-engagement vs traditional methods: A six-thousand-student survey of mechanics test data for introductory physics courses”. American Journal of Physics. 66, (1), 64-74

(51)

Hewitt, P.G., Lyons, S., Suchocki, J.A., & Yeh, J. (2007). Conceptual Integrated Science. San Francisco: Pearson Education Inc

Hill, R. (1998). What Sample Size is “Enough” in Internet Survey Research?.

Interpersonal Computing and Technology Journal. 6, (3-4), 1-10

Hofstein, A. & Lunetta, V.N. (2004). “The Laboratory in Science Education: Foundation for The 21st Centaury”. Science Education. 88, 25-54

Hodge, E.E. (2005). A Best-Evidence Synthesis of The Relation-ship of Multiple Intelligence Instructional Approach and Student Achievement indicators in Secondary School. Thesis Cedarville University

Hungeford, H.R., Volk, T.L., & Ramsey, J.M. (1990). Science Technology Society: Investigating and Evaluating STS Issues and Solution. Illinois: STIPES Publishing Co.

James, W.B., & Blank, W.E. (1993). “Review and Critique of Available Learning-Style Instrument for Adult”. In D. Flannery (Ed), Applying Cognitive Learning Style, 1993, (59), 47-57

Jasmine, J (Eds). (2007). Mengajar dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Bandung: Penerbit Nuansa

Johnson, C. (1994). Howard Gardner: Re-defining Intelligence. Cardinal Principles, 6, (1), 67-69

Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Pembinaan SMP. (2010). Panduan Pendidikan Karakter di SMP. Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2011). Peningkatan Kualitas Pembelajaran. Jakarta: Kemendikbud.

Krathwohl, D.R., Bloom, B.S., & Masia, B.B. (1964). Taxonomy of Educational Objectives. Book 2 Affective Domain. New York & London: Longman.

Lang, K.R. (2004). An education curriculum for space science in developing countries. Amsterdam: Elsevier

Lelliott, A. & Rollnick, M. (2008). “Big Ideas: A Review of Astronomy Education Research 1974-2008”. International Journal of Science Education. 32, (13), 1771-1799.

Gambar

Gambar 3.1 Disain penelitian Program Perkuliahan IT-KM
Gambar 3.3 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Tabel 3.1. Instrumen Penelitian
Gambar 3.4 Pedoman Penilaian Pemetaan Disiplin Ilmu
+3

Referensi

Dokumen terkait

Jadwal Kuliah Kelas Matrikulasi 29B3 (Sabtu)

dimiliki.Terutama dalam era persaingan bebas ini, untuk memenangkan pasar, sebuah perusahaan harus mempunyai strategi dan sistem pemasaran yang efektif dan efisien.Sebuah

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan Dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Luas masing-masing tanah obyek Landreform yang telah dan yang belum diredistribusikan dimasing-masing Kecamatan (tanah kelebihan absentee, Swapraja, tanah Negara

Hasil Implementasi Desain Pembelajaran Pupuh Sekar Ageung Raehan Berbasis Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Kepekaan Laras di SMA N 8

Predictors: (Constant), Komite Audit, Kep. Dependent

Prinsip Jeung Maksim Omongan Dina Paguneman Kumpulan Carpon Panggung Wayang Karya Aam Amilia. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Besarnya kemampuan mobilisasi dana disertai dengan manajemen portofolio investasi (pembiayaan) yang dihasilkan dengan kontrak kerja sama profit and loss sharing dapat