PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS IX SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH BANDUNG
SKRIPSI
DiajukanuntukmemenuhisebagiandarisyaratuntukmemperolehGelar SarjanaPendidikan
JurusanPendidikanKhusus
Oleh :
FERA FEBRIYANTI
0901559
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PERKEMBANGAN EMOSIONAL ANAK TUNAGRAHITA SEDANG KELAS IX SMPLB DI SLB PURNAMA ASIH BANDUNG
Oleh
Fera Febriyanti
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Fera Febriyanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Perkembangan emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung. Penelitian ini berisi tentang perkembangan emosional pada anak tunagrahita sedang. Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah satunya adalah aspek perkembangan emosi. Kebutuhan perkembangan emosi merupakan hal yang harus dipenuhi untuk mencapai kehidupan yang sehat, bergairah penuh semangat dan bebas dari rasa cemas. Oleh karena itu Anak membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu menyalurkan kebutuhan emosinya serta kebutuhan ini dapat dilakukan melalui bersosialisasi. Perkembangan emosi anak tidak terlepas dari bermacam-macam pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya serta aktifitas-aktifitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena masa anak-anak identik dengan berbagai macam pengetahuan dari lingkungannya. Emosi berkaitan dengan perasaan yang dialami oleh seseorang. Emosi muncul dalam diri seseorang yang sering diungkapkan dengan berbagai ekspresi seperti sedih, gembira, kecewa, bersemangat, marah, benci dan cinta. Emosi yang diberikan pada perasaan tertentu mempengaruhi pola pikir mengenai perasaan itu dan cara bertindak. Hal ini disebabkan karena emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang. Perkembangan emosi anak tunagrahita sedang memang lebih lambat apabila dibandingkan dengan perkembangan emosi anak pada umumnya. Faktor yang menyebabkan perkembangan diri pribadi anak tunagrahita sedang sulit melakukan penyesuaian sosial dalam lingkungan, kegiatan tertentu atau pekerjaan disebabkan oleh faktor sosial emosi. Selain dari itu faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak dapat berdampak ataupun berpengaruh pada proses perkembangan emosi pada anak, khususnya anak tunagrahita sedang. Alasan utama munculnya beberapa gangguan emosi disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi seperti pola asuh orangtua yang kurang baik, pengalaman trauma, temperamen, jenis kelamin, usia, perubahan jasmani, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar, perubahan interaksi sekolah. Fakor-faktor tersebut menjadi acuan bagaimana perkembangan emosi itu dapat mempengaruhi beberapa aspek pada anak misalnya pada perubahan ekspresi anak pada saat anak mengeluarkan luapan-luapan emosi yang berlebihan. Terkadang faktor-faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi bagaimana perkembangan ekspresi emosi yang dimunculkan oleh anak secara tidak wajar atau secara berlebihan.
v DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ……… i
KATA PENGANTAR ………. ii
UCAPAN TERIMAKASIH ………... iii
DAFTAR TABEL ………... viii
DAFTAR GAMBAR ………... ix
BAB I PENDAHULUAN ……… 1
A. Latar belakang Masalah ………. 1
B. Fokus masalah penelitian ………... 7
C. Tujuan dan kegunaan Penelitian ……… 8
BAB II Perkembangan emosional Tunagrahita sedang ……... 10
A. Tunagrahita secara umum ……….. 10
B. Tunagrahita sedang ……… 18
C. Faktor perkembangan ekspresi emosi ……… 20
a. Konsep perkembangan ……… 20
b. Pengertian ekspresi ………. 21
c. Pengertian emosi ………. 24
D. Perkembangan emosional selama pertumbuhan ……… 30
E. Perkembangan emosi ………. 32
F. Faktor perkembangan ekspresi emosi anak……….... 37
BAB III METODE PENELITIAN ……… 40
vi
B. Metode penelitian ……….. 43
C. Instrument penelitian dan teknik pengumpulan data ………… 45
D. Pengujian keabsahan data ………. 49
E. Teknik analisis data ……….. 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………. 55
A. Hasil penelitian ……… 55
Subjek I
a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang…… 55
b. Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang………….. 57
c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang………. 58
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi……….. 61
e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak…... 63
Subjek II
a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang……. 67
b. Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang…………... 69
c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang……….. 71
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi………... 73
e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak…… 76
Subjek III
a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang…….. 79
b. Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang……… 82
c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang………... 84
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi………… 87
e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak……. 92
B. Pembahasan ………. 95
a. Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang……... 95
vii
c. Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang ………... 102
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi ………… 103
e. Upaya Guru mewujudkan Perkembangan Emosi Anak…….. 107
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……… …... 111
A. Kesimpulan ………... 111
B. Rekomendasi ……… 113
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju
terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir
sampai dengan pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus dengan masa
kritis dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan
perkembangan anak selanjutnya, masa ini merupakan masa yang tepat untuk
meletakan dasar-dasar pengembangan fisik, bahasa, sosial, emosional, moral
dan nilai-nilai agama, kognitif dan seni.
Pertumbuhan dan perkembangan emosi, yang dapat dilihat dari tingkah
laku lainnya yang ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar.
Contohnya seperti seorang bayi yang baru lahir ia dapat menangis dan akan
mencapai proses kematangannya ketika ia akan tertawa nanti.
Pada umumnya perbuatan kita sehari-hari disertai oleh
perasaan-perasaan tertentu, yaitu perasaan-perasaan senang atau perasaan-perasaan tidak senang. Perasaan
senang atau tidak senang yang selalu menyertai perbuatan-perbuatan kita
sehari-hari yang disebut Warna afektif. Warna afektif ini kadang-kadang kuat,
kadang-kadang lemah atau samar-samar.
Perbedaan antara emosi dan perasaan tidak dapat dinyatakan dengan
tegas, karena keduanya merupakan suatu hal yang bersifat kualitatif yang tidak
ada batasnya. Terkadang, warna afektif dapat dinyatakan sebagai perasaan atau
dapat dinyatakan sebagai emosi. Oleh karena itu, emosi bukan hanya
disebabkan karena perasaan saja, tetapi warna afektif yang meliputi keadaan
seseorang. Ada yang kuat, lemah atau mungkin samar-samar. Emosi memiliki
peranan penting dalam kehidupan anak. Emosi tidak dapat dipisahkan dari
aspek perkembangan lainnya seperti fisik, intelektual, bahasa dan kogntif.
Selain itu emosi anak, akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan serta
mempengaruhi cara penyesuaian diri mereka ketika mereka dewasa nanti
Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses
tumbuh kembang dengan pesat di berbagai aspek perkembangan. Salah
satunya adalah aspek perkembangan emosi. Kebutuhan perkembangan emosi
merupakan hal yang harus dipenuhi untuk mencapai kehidupan yang sehat,
bergairah penuh semangat dan bebas dari rasa cemas. Oleh karena itu Anak
membutuhkan kondisi-kondisi yang dapat membuat dirinya mampu
menyalurkan kebutuhan emosinya serta kebutuhan ini dapat dilakukan melalui
bersosialisasi.
Pada saat anak memasuki usia sekolah, anak mulai mempelajari serta
menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima
dimasyarakat. Oleh karena itu, anak mulai belajar untuk mengendalikan dan
mengontrol ekspresi emosinya. Untuk mengendalikan dan mengontrol emosi
tersebut maka mereka harus memiliki kecerdasan emosi yang baik.
Kecerdasan emosi sendiri menggambarkan kemampuan seseorang
untuk mampu mengelola dorongan-dorongan dalam dirinya terutama
dorongan emosinya. Seperti yang diungkapkan oleh Goleman (Efendi, 2005:
171) bahwa kecerdasan emosional adalah: “Kemampuan mengenali perasaan
diri kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri,
dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam
hubungannya dengan orang lain”.
Lebih lanjut Goleman (Efendi, 2005: 171) mendefinisikan bahwa
kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan kesenangan, mampu mengatur Suasana hati, berempati dan
berdoa.
Manusia adalah makhluk yang memiliki rasa dan emosi. Hidup
manusia diwarnai dengan emosi dan berbagai macam perasaan. Manusia sulit
menikmati hidup secara optimal tanpa memiliki emosi. Kita memiliki emosi
dan rasa, karena emosi dan rasa menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
kehidupan kita sebagai manusia. Manusia adalah makhluk yang secara alami
memiliki emosi. Emosi setiap orang adalah mencerminkan keadaan jiwanya,
ketika seseorang diliputi emosi marah, wajahnya memerah, napasnya menjadi
sesak, otot-otot tangannya akan menegang, dan energi tubuhnya memuncak.
Emosi berkaitan dengan perasaan yang dialami oleh seseorang. Emosi
muncul dalam diri seseorang yang sering diungkapkan dengan berbagai
ekspresi seperti sedih, gembira, kecewa, bersemangat, marah, benci dan cinta.
Emosi yang diberikan pada perasaan tertentu mempengaruhi pola pikir
mengenai perasaan itu dan cara bertindak. Hal ini disebabkan karena emosi
merupakan factor dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Perkembangan emosi anak tidak terlepas dari bermacam-macam
pengaruh, seperti pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, dan
teman-teman sebaya serta aktifitas-aktifitas yang dilakukannya dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini didasari karena masa anak-anak identik dengan
berbagai macam pengetahuan dari lingkungannya.
Salah satu emosi yang sulit diatasi adalah rasa marah. Seringkali rasa
marah yang dipendam menimbulkan tekanan psikis yang lebih berat. Rasa
marah yang terus bergejolak akan menimbulkan Suasana hati yang tidak
nyaman, sensitif,dan tidak mengenakan. Sering kali rasa marah dilampiaskan
dengan cara-cara yang negatif seperti membanting barang-barang,
berteriak-teriak, dan melakukan tindakan kekerasan. Rasa marah yang tidak mampu
dikelola secara efektif ini banyak juga yang menimbulkan tindakan balas
dendam.
Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori umum
jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannya. Kategori pertama adalah emosi
positif atau biasa disebut dengan efek positif. Emosi positif memberikan
dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini
seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Kategori kedua
adalah emosi negatif atau efek negatif. Ketika kita merasakan emosi negatif ini
maka dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak menyenangkan dan
menyusahkan. Macam dari emosi negatif diantaranya sedih, kecewa, putus
asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam. Biasanya kita
menghindari dan berusaha menghilangkan emosi negatif ini. Adakalanya kita
kita gagal mengendalikan atau menyeimbangkan emosi negatif ini maka
ketika itu keadaan susasana hati kita menjadi buruk.
Pada hakikatnya, setiap oang itu mempunyai emosi. Dari bangun tidur
pagi hari sampai waktu tidur malam hari, kita mengalami macam-macam
pengalaman yang menimbulkan berbagai emosi pula. Pada saat makan pagi
bersama keluarga misalnya kita merasa gembira atau dalam perjalanan menuju
sekolah, menuju kampus kita merasa jengkel karena jalanan macet, sehingga
setelah tiba ditempat tujuan, kita merasa malu karena datang terlambat dan
seterusnya. Semua itu merupakan emosi kita.
Pada dasarnya emosi memiliki banyak keunggulan diantaranya yaitu
emosi adalah bentuk komunikasi yang dapat mempengaruhi orang lain.
Guratan ekspresi yang terlihat pada raut muka seseorang adalah bagian dari
emosi. Sejak dahulu di dalam kehidupan masyarakat primitif, dan di dalam
dunia buas binatang, guratan ekspresi merupakan bentuk komunikasi seperti
kata-kata. Saat sekarang pada masyarakat modern, guratan ekspresi
merupakan bentuk komunikasi yang lebih cepat dari kata-kata. Saat kita
berkomunikasi dengan orang lain atau mengirimkan suatu pesan atau tanda,
tentunya secara disadari kita akan sangat sulit untuk mengubah emosi yang
kita alami. Contohnya saat kita marah pada orang yang akan ditemui, akan
sulit bagi kita mengubah ekspresi kita untuk tersenyum meskipun kita telah
berniat untuk tidak marah didepannya.
Anak-anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik yang
pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengimbangi
kelainan yang disandangnya. Oleh karena itu layanan pendidikan yang
diberikan diupayakan untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki anak
secara optimal.
Kehidupan emosi anak tunagrahita tidak jauh berbeda dengan anak
normal, akan tetapi tingkat emosi anak tunagrahita sedang tidak sekaya seperti
terdapat pada anak normal. Emosi sendiri merujuk pada suatu perasaan atau
pikiran. Pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis serta
dalam mengontrol keadaan emosinya mereka cenderung fluktuatif dalam
mengungkapkannya.
Bagi anak luar biasa terutama anak tunagrahita, mereka memiliki
kecenderungan gangguan ketidakstabilan emosi, hal ini dapat disebabkan oleh
banyak faktor salah satunya yakni akibat keadaan keluarga yang disharmonis,
keadaan lingkungan yang kurang baik atau faktor intelegensi, kualitas emosi
seseorang antara lain dikarenakan oleh faktor emosi. Hal yang tidak kalah
pentingnya adalah perkembangan individu dapat optimal apabila ada interaksi
antara faktor bawaan dari individu itu dengan lingkungannya. Dalam suasana
demikian anak berkebutuhan khusus dapat dirangsang untuk lebih berprestasi
sesuai dengan kemampuannya dengan menciptakan lingkungan yang kondusif.
Perkembangan emosi anak tunagrahita sedang memang lebih lambat
apabila dibandingkan dengan perkembangan emosi anak pada umumnya.
Faktor yang menyebabkan perkembangan diri pribadi anak tunagrahita sedang
sulit melakukan penyesuaian sosial dalam lingkungan, kegiatan tertentu atau
pekerjaan disebabkan oleh faktor sosial emosi. Selain dari itu faktor-faktor
lainnya yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi anak dapat
berdampak ataupun berpengaruh pada proses perkembangan emosi pada anak,
khususnya anak tunagrahita sedang.
Kenyataan yang terdapat dilapangan mengenai emosi pada anak begitu
variatif, terkadang anak belum bisa untuk dapat mengendalikan emosinya
yang sangat berlebihan terutama pada aspek ekspresi yang menunjang emosi
pada anak. Emosi ini sulit untuk dapat dikendalikan dengan baik, untuk itu
perlu pengawasan dan bimbingan dari lingkungan sekitar baik itu guru, teman,
orangtua, dan masyarakat lingkungannya.
Alasan utama munculnya beberapa gangguan emosi disebabkan oleh
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi seperti pola
asuh orangtua yang kurang baik, pengalaman trauma, temperamen, jenis
kelamin, usia, perubahan jasmani, perubahan interaksi dengan teman sebaya,
perubahan pandangan luar, perubahan interaksi sekolah. Fakor-faktor tersebut
menjadi acuan bagaimana perkembangan emosi itu dapat mempengaruhi
anak mengeluarkan luapan-luapan emosi yang berlebihan. Terkadang
faktor-faktor tersebutlah yang dapat mempengaruhi bagaimana perkembangan
ekspresi emosi yang dimunculkan oleh anak secara tidak wajar atau secara
berlebihan. Dari uraian diatas tersebut, sehingga peneliti tertarik melakukan
studi kasus terhadap Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita sedang
kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung.
B. Fokus Masalah
Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam aspek perkembangan
ekspresi emosi, tetapi tidak berarti bahwa anak tersebut tidak memiliki suatu
potensi yang dapat dikembangkan, terlebih pada anak tunagrahita sedang.
Dengan memberikan perlakuan yang sesuai, potensi kemampuan
perkembangan ekpresi emosional yang ada pada anak tunagrahita sedang
dapat dikembangkan secara optimal. Banyak anak tunagrahita yang dapat
bersosialisasi, berkomunikasi, dan beradaptasi dengan lingkungannya Hal
tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Maka
dari itu, pada penelitian ini di fokuskan pada “Bagaimanakah perkembangan emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung?”. Dengan sub fokus masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang?
2. Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang?
3. Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang?
4. Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi?
5. Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan
Perkembangan Emosi Anak?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian secara umum:
“Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Emosional anak tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung”. Dengan sub fokus masalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Emosional Anak
Tunagrahita Sedang.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita
Sedang.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita
Sedang.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi
ekspresi emosi.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk
mewujudkan Perkembangan Emosi Anak.
2. Kegunaan Penelitian
a. Peneliti
Bagi peneliti sendiri dapat memberi wawasan mengenai
perkembangan emosional pada anak tunagrahita sedang dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Selanjutnya memberikan pemahaman
mengenai kehidupan anak tunagrahita sedang dan bagaimana cara
menanganinya.
b. Guru
Untuk guru diharapkan penelitian ini dapat menjadi sebuah bahan
atau acuan dalam mengetahui perkembangan emosional anak
tunagrahita sedang di sekolah khususnya dan masyarakat umumnya.
c. Sekolah
Bagi sekolah diharapkan penelitian ini dapat memberikan sebuah
informasi mengenai perkembangan emosional anak tunagrahita
sedang. Serta jenis dan karakteristik perkembangan emosional Anak
Tunagrahita sedang.
Diharapkan dapat memberikan sebuah gambaran mengenai anak
tunagrahita, khususnya dalam aspek kemampuan emosinya, baik di
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Subjek Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di sekolah segregasi, yaitu sekolah luar
biasa atau SLB yang menerima anak berkebutuhan khusus. Adapun sekolah
yang menjadi lokasi penelitian adalah SLB Purnama Asih yang berada di
jalan terusan Sari Asih No1 Bandung.Alasan peneliti mengambil SLB
Purnama Asih sebagai tempat penelitian ini karena di sekolah ini terdapat
siswa-siswi yang bervariasi. Bervariasi yang dimaksud adalah terdapat
berbagai karakteristik kondisi anak yang bersekolah di SLB Purnama Asih
[image:16.595.95.531.186.625.2]ini. Berikut gambar denah lokasi penelitian ini :
Gambar 3.1 Denah Sekolah
Jumlah siswa berkebutuhan khusus (ABK) khususnya anak tunagrahita
ringan di sekolah ini tiap tahun mengalami peningkatan dalam segi jumlahnya.
Selain anak tunagrahita ringan, sekolah ini selalu menerima anak tunagrahita
sedang maupun berat walaupun jumlahnya tidak sebanyak anak tunagrahita
ringan. Karena jumlah ABK yang cukup banyak, sehingga sekolah S
SMP dan SMA
Kelas 1,2,3 & 4 kelas 5 dan 6,
Ruang Kepsek, ruang Komputer, Ruang Guru
Toilet & Tempat Wudhu
Kantin mba
mushola Ruang
kesenia n RC Resource
menyiapkan tenaga ahli, yaitu Guru Pembimbing Khusus (GPK) dalam
membantu ABK yang ada di sekolah tersebut. Sekolah juga menghadapi
kendala dengan jumlah peserta didik berkebutuhan khusus yang banyak
tersebut. Dari kendala tersebut banyak ABK yang tidak didampingi oleh guru
pembimbing khusus, padahal mereka sangat memerlukan bantuan yang
diberikan oleh GPK tersebut dalam membantu perkembangannya baik dalam
hal akademik maupun hal perilaku adaptifnya.
Jumlah peserta didik tiap kelasnya rata-rata menampung 5 peserta
didik, dengan jumlah tersebut maka dalam satu kelas keadaannya cukup
kondusif. Kelas yang dijadikan lokasi penelitian yaitu kelas XI SMPLB
[image:17.595.98.499.215.777.2]meliputi 3 siswa tunagrahita sedang, 2 siswa tunagrahita ringan.
Gambar 3.2 Formasi Kelas XI
Keteranga
G : Guru
PT : Papan
S : Siswa
P : Pintu
M:Mading
a. Subjek Penelitian
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah Guru dan siswa
Tunagrahita sedang 3 orang kelas IX tingkat SMPLB di SLB Purnama Asih
Bandung.
Subjek I :
Nama : Mulyani
Tempat/Tanggal lahir : Bandung 26 April 1991
Nomor Induk Siswa : 123
Kelas : SMPLB
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Kelainan : Tunagrahita sedang C1
Agama : Islam
P PT
G
S S
S
M
Anak ke : 1
Status dalam keluarga : Anak Kandung
Alamat : Sarijadi, Blok 3/83 Kota Bandung
Nama Orang tua : Oman
Pekerjaan : Buruh
Subjek II
Nama : Sony Zania Aprilya
Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 08 Januari 1987
Nomor Induk Siswa : 112
Kelas : SMPLB
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Jenis Kelainan : Tunagrahita sedang C1
Agama : Islam
Anak ke : 1
Status dalam keluarga : Anak Kandung
Alamat : Jalan Bukit Jarian No 15 Bandung
Nama Orang tua : Zainudin
Pekerjaan : Wiraswasta
Subjek III
Nama : Agi Munandar
Tempat/Tanggal lahir : Bandung, 23 Agustus 1994
Nomor Induk Siswa : 149
Kelas : SMPLB
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Jenis Kelainan : Tunagrahita sedang C1
Agama : Islam
Anak ke : 1
Status dalam keluarga : Anak Kandung
Alamat : Kp Cianting No 92 Bandung
Nama Orang tua : Agus Suhendar
B. Metode Penelitian
Dalam suatu penelitian, metode sangat diperlukan karena bertujuan
untuk memperoleh pemecahan masalah dari suatu masalah yang sedang diteliti
agar mencapai tujuan yang diharapkan. Metode penelitian adalah suatu cara
yang digunakan oleh peneliti untuk memperoleh pengetahuan dan pemecahan
suatu masalah yang dihadapi dan dilakukan secara ilmiah, sistematis dan logis
dalam suatu kegiatan penelitian. Pada hakekatnya setiap penelitian memiliki
metode penelitian tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian itu
sendiri.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang
bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian,
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistic
dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah (Moleong, 2011: 6). Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang dimana peneliti
berusaha memotret peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatiannya
untuk kemudian dijabarkan sebagaimana adanya. Studi kasus sebagai suatu
penjelasan kompherensif yang berkaitan dengan berbagai aspek seseorang,
suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu situasi
kemasyarakatan (Sastradipoera, 2005: 245) yang mana masalah atau kasus
yang diteliti merupakan situasi khusus, dan diupayakan ditelaah sebanyak dan
sedalam mungkin.
Menurut Arikunto (2010: 234) menyatakan juga bahwa “Penelitian
deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut
apa adanya pada saat penelitian dilakukan”.
Selain dari definisi-definisi tersebut, dikemukakan pula beberapa
definisi lainnya. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2010: 4) mengemukakan juga
bahwa : “Metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada
Williams (Moleong, 2010: 5) menulis bahwa “Penelitian kualitatif
adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan
metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara
alamiah”. Definisi ini memberikan gambaran bahwa penelitian kualitatif
mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang
mempunyai perhatian alamiah.
C. Instrument Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif.
Instrument penelitian dalam penelitian kualitatif ini adalah peneliti itu sendiri.
Maka dari itu peneliti sebagai human instrument, berfungsi menetapkan focus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
kesimpulan atas semuanya (Sugiyono, 2008: 222). Dari pengertian diatas
tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini peneliti itu sendiri
sebagai instrument kunci dalam proses penelitian ini.
Setelah focus penelitian ini jelas, maka kemungkinan akan
dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat
melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Permasalahan penelitian yang dijabarkan dalam pemecahan masalah
penelitian ini harus ditemukan jawabannya, oleh karena itu untuk memperoleh
jawaban tersebut diperlukan sejumlah data kualitatif yang berasal dari sumber
data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi), sebagai data utama dan
wawancara sebagai data pembanding dan dokumentasi sebagai data
pendukung.
Oleh karena itu, peneliti akan terjun ke lapangan untuk mengumpulkan
data, menganalisis data hingga membuat kesimpulan dari penelitian yang telah
dilaksanakan.
Teknik pengumpulan data lebih menitik beratkan kepada perekaman
situasi yang terjadi dalam konteks masalah yang dibahas. Dalam penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data berupa wawancara, studi
dokumentasi, observasi serta catatan lapangan.
Wawancara merupakan bentuk komunikasi verbal untuk mendapatkan
keterangan atau informasi mengenai data yang dibutuhkan dalam penelitian.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya
atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan
alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).( 2005: 193 ) Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang mendalam
(interview in-dept) sehingga peneliti dapat memahami suatu
fenomena-fenomena yang sedang terjadi secara lebih mendalam langsung dari informan.
Wawancara akan dibantu dengan pedoman wawancara yang digunakan adalah
pedoman wawancara semistruktur, dimana peneliti menanyakan serentetan
pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per-satu diperdalam dalam
proses memperoleh keterangan lebih lanjut (Arikunto, 2006).
Adapun menurut Moleong (1998: 135) mengemukakan bahwa
wawancara adalah “Percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak yaitu wawancara yang memberikan pertanyaan dan
yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan”.
Wawancara dilakukan kepada guru dalam beberapa sesi
pertemuan/wawancara sampai data dikatakan cukup jelas. Data yang diperoleh
melalui wawancara akan direkam dengan menggunakan alat perekam/ tape recorder dan video recorder lalu hasil dari wawancara tersebut dicatat ke dalam transkrip wawancara. Pada saat wawancara berlangsung penelitipun
membuat beberapa catatan lapangan yang diharapkan mampu membantu
dalam melakukan analisis data.
Dengan melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrument
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Pertanyaan pertanyaan
tersebut disusun sedemikian rupa sehingga mencangkup aspek-aspek yang
berkaitan dengan kebutuhan data. Dengan wawancara ini setiap responden
diberi pertanyaan yang sama, dan peneliti ini adalah guru kelas dan siswa yang
menjadi subjek penelitian. Adapun aspek-aspek yang ingin diungkap antara
lain:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Emosional Anak
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita
Sedang.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang.
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi
emosi.
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk
mewujudkan Perkembangan Emosi Anak.
2. Observasi
Menurut Nasution (2002: 220) observasi atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan secara langsung. Observasi dilakukan untuk
melihat keadaan atau situasi dari masalah yang diamati tentang peran guru
dalam membantu perkembangan social dan emosi pada anak tunagrahita
ringan. Cara ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang akurat, faktual
sesuai dengan konteksnya. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk
melihat secara langsung kemudian memilih apa yang diamati dan terlibat
secara aktif di dalamnya. Maksudnya observasi ini adalah observasi
partisipasif yang artinya peneliti ikut langsung berinteraksi dengan anak.
Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti, dengan menggunakan lembar observasi
yang telah disusun.
Hal-hal yang diobservasi dalam penelitian ini yaitu mengenai perkembangan
emosional anak tunagrahita sedang, diantaranya yaitu :
a. Untuk Mengamati Bagaimana Perkembangan Emosional Anak
Tunagrahita Sedang.
b. Untuk Mengamati Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita
Sedang.
c. Untuk Mengamati Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita
Sedang.
d. Untuk Mengamati Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi
e. Untuk Mengamati Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk
mewujudkan Perkembangan Emosi Anak.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi ini berhubungan dengan objek foto, sekarang ini
foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk keperluan penelitian
kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto
menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan
untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara
induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian
kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh
peneliti sendiri (Bogdan dan Biken, 1982: 102 dalam Moleong 2011: 160).
Dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung dan mempertegas hasil
observasi dan wawancara. Dokumen yang akan dikumpulkan dalam
penelitian ini diantaranya foto-foto tentang ekspresi anak pada saat marah,
foto-foto tentang ekspresi anak pada saat sedih, foto-foto tentang ekpsresi
anak pada saat senang bagi anak tunagrahita sedang tingkat SMPLB di SLB
Purnama Asih Bandung.
D. Pengujian Keabsahan Data 1. Perpanjangan Waktu
Perpanjangan waktu penelitian merupakan salah satu teknik untuk
memperoleh keabsahan data, dengan perpanjangan waktu, diharapkan
peneliti dapat memperoleh berbagai informasi secara leluasa sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Berapa lama perpanjangan penelitian ini dilakukan,
akan sangat tergantung pada kedalaman peneliti menggali data, keluasan
informasi yang diperoleh dan kepastian data yang telah diperoleh.
2. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan merupakan salah satu aspek keabsahan data.
Dengan ketekunan pengamatan yang dilakukan terhadap perkembangan
informasi yang lebih sesuai. Dengan meningkatkan ketekunan
pengamatan, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah
data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Untuk meningkatkan
ketekunan, peneliti membaca berbagai referensi buku maupun hasil
penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan
yang diteliti.
3. Triangulasi
Penelitian kualitatif menghendaki hasil dalam bentuk deskripsi
kata-kata tertulis atau lisan tentang kondisi objektif dan latar penelitian yang
dimaksud. Oleh karena itu faktor utama yang menentukan keabsahan data
dalam penelitian kualitatif adalah ketelitian dan kepandaian peneliti sendiri
dalam mengungkap data yang diperlukan dari subyek peneliti, hal ini
sesuai dengan pernyataan Moleong (1994: 112) bahwa “sumber data
utama penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan orang-orang
yang diamati atau diobservasi”.
Pengujian keabsahan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk pembanding
terhadap data yang didapat dari teknik observasi.
Teknik triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi dengan sumber artinya peneliti membandingkan data dari hasil
observasi dengan data hasil wawancara yang ditunjang oleh data studi
dokumentasi. Untuk menilai apakah data-data yang diperoleh itu sahih
atau valid maka peneliti perlu melakukan pemeriksaan secara seksama dan
teliti, sebab hanya data yang sahihlah yang dapat diteliti, baik dilihat dari
substansi, sumber data, maupun pengambilan datanya.
Triangulasi yang dilakukan dalam penelitian ini bermaksud untuk
mengecek data yang diperoleh melalui observasi pada latar penelitian.
Dimana menurut Moleong (1993: 178) mengatakan bahwa „‟Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui bahan dan alat
yang berbeda. Hal ini menurut Moleong (1993: 179) dapat dicapai dengan
jalan :
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa
yang dikatakan orang secara pribadi.
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
d. Membandingkan keadaan prespektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang.
e. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Data yang diperoleh melalui observasi dikumpulkan, dipelajari dan
diambil kesimpulan sementara kemudian dibandingkan dan dilakukan cek
silang dengan hasil wawancara yang diperoleh dari para responden. Data
yang diperoleh melalui observasi juga dibandingkan dan dicek silang
dengan hasil dokumentasi yang diperoleh dari sekolah atau guru.
Demikian pula hasil wawancara dengan para responden dibandingkan dan
dicek silang dengan hasil dokumentasi sehingga dapat diambil kesimpulan
secara keseluruhan dengan teliti dan seksama sehingga validitas penelitian
dapat dipertanggung jawabkan.
Sugiyono (2006: 372) mengemukakan bahwa “Triangulasi diartikan
sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu”.
Dengan demikian derajat kepercayaan informasi yang didapat dalam
penelitian ini terjamin, secara singkat teknik triangulasi ini dapat dilihat
pada gambar berikut:
E. Teknik Analisis Data
Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat merupakan
jantungnya penelitian, sedangkan analisis data akan memberi kehidupan dalam
penelitian. Analisis merupakan usaha untuk memilah dan memilih,
membuang, menggolongkan serta menyusun ke dalam kategorisasi,
mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok (Arikunto, 2002:
132). Data yang diambil merupakan data kualitatif yakni data yang berupa
informasi yang berbentuk kalimat. Analisis data dilakukan segera setelah data
diperoleh. Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.
Menurut Bogdan (Sugiyono, 2006: 334) menyatakan bahwa “Analisis
data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lainnya,
sehingga dapat mudah difahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain”.
Setelah data terkumpul dari hasil wawancara, observasi, dan
dokumentasi kemudian peneliti langsung mengolahnya dengan melakukan
penafsiran dan menganalisis secara kritis terhadap perkembangan emosional
anak tunagrahita sedang tingkat SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung.
Dalam penelitian ini yang akan diteliti meliputi Untuk Mengetahui
Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang,
Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang, Jenis-jenis Ekspresi Emosi
Anak Tunagrahita Sedang, Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi,
Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi Anak.
Kemudian ditarik kesimpulan secara bertahap dan dilakukan pembahasan
hingga mencapai tujuan yang diharapkan.
Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu pada
proses data yang disampaikan oleh Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008:
244) tahap-tahap analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu
peneliti melakukan kegiatan pencatatan yang terjadi dilapangan secara
obyektif, kemudian hasil pencatatan tersebut dikelompokkan atau
dikategorikan secara rinci sesuai dengan kata kunci yang muncul. Setelah itu,
peneliti akan merangkum hasil dari pencatatan materi tersebut untuk dipilih
dan kemudian difokuskan pada hal-hal yang penting. Selanjutnya, pada setiap
kategorinya diberi pernyataan yang menunjukkan hubungan antar kategori,
sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Dalam menganalisa data yang diperoleh dalam penelitian ini menempuh 3
langkah yaitu :
1. Reduksi data
Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis dan diketik dalam bentuk
uraian atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus
bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak
mulanya. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum dipilih hal-hal
yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau
polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan
direduksi, disusun lebih sistematis ditonjolkan pokok-pokok yang penting,
diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.
Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data
yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam
memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.
2. Paparan data
Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana
dalam bentuk naratif. Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya
adalah mendisplay data. Dengan mendisplay data maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Kesimpulan adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang
telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang
singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas. Langkah ketiga
dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (Sugiyono,
2006: 345) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dalam
penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang
dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak, karena masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
1
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Bagaimana Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang
Perkembangan emosional anak tunagrahita sedang beraneka ragam macam bentuk
dan ekspresi yang dimunculkan, ada yang berbentuk positif ada pula yang berbentuk
negatif. Perkembangan emosional yang terjadi di SLB Purnama Asih Bandung
dengan melibatkan 3 subjek di kelas IX SMPLB ini sangat bermacam-macam bentuk
potensi yang mereka miliki, ada yang memang cenderung memiliki perkembangan
emosional yang kurang baik ada pula yang memiliki perkembangan emosional yang
cukup baik.
Emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri
individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang
nampak. Emosi juga dapat dikatakan sebagai warna afektif yang kuat dan ditandai
oleh perubahan-perubahan fisik. Jadi perkembangan emosi yang dimunculkan oleh
tiap anak berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang mereka alami.
2. Bagaimana Karakteristik Emosi Anak Tunagrahita Sedang
Karakteristik yang dimunculkan oleh tiap anak tergantung kepada bagaimana
perkembangan emosional yang dimiliki oleh tiap individu, ada yang bisa
mengontrolnya dengan baik adapun yang tidak bisa mengontrol emosinya dengan
baik. Karakteristik tersebut bisa dipengaruhi juga oleh keadaan lingkungan disekitar
tempat individu berada, baik dilingkungan sekolah maupun dilingkungan rumah
tempat tinggalnya.
3. Bagaimana Ekspresi Emosi Anak Tunagrahita Sedang
Ekspresi yang dimunculkan anak berbeda-beda, ada yang muncul dengan
berlebihan adapun yang biasa saja. Tergantung keadaan yang dialami oleh individu
pada saat itu. Ekspresi emosi yang dimunculkan oleh tiap individu bisa berubah-ubah
sesuai dengan perasaan ataupun keadaan yang dialami atau dirasakan oleh tiap
2
4. Bagaimana Faktor-faktor yang mempengaruhi ekspresi emosi
Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi bergantung pada faktor
kematangan dan faktor belajar. Disamping itu juga suatu reaksi muncul dengan
diiringi berfungsinya endoktrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain
dalam mempengaruhi perkembangan emosi. Begitupun yang terjadi pada subjek ini,
faktor yang lebih cenderung dirasakan dalam hal ini yaitu faktor pola asuh orang tua,
biasanya tiap anak memiliki pola asuh orang tua yang berbeda-beda, ada yang
berlebihan tetapi ada juga yang biasa-biasa saja tetapi masih tetap dalam jalur
pengawasan.
5. Bagaimana Upaya yang dilakukan Guru untuk mewujudkan Perkembangan Emosi
Anak
Pentingnya peran guru pembimbing dalam memahami ialah dengan ingin selalu
mengetahui seberapa besar emosi seorang anak yang dapat mempengaruhi
perkembangan fisik maupun dalam proses belajar dikelas. Dan berintraksi dengan
lingkungannya baik di sekolah maupun di masyarakat. Didalam hal ini peran guru
sangatlah penting dalam perkembangan emosional peserta didik, untuk ini
pengawasan yang dilakukan disekolah harus diseimbangkan dengan pengawasan
orang tua dirumah, agar perkembangan emosional dapat tumbuh dan berkembang
dengan banyaknya emosi-emosi positif yang dikeluarkan dari pada emosi-emosi
negatif yang dimunculkan.
B. Rekomendasi
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi bagi setiap pihak-pihak
yang berkaitan untuk dapat lebih maksimal dan optimal dalam membantu peserta didik,
khususnya yang memiliki keterbatasan. Berikut saran dan rekomendasi yang dapat
diberikan penulis dari hasil penelitian ini, antara lain :
1. Guru
Guru merupakan peranan yang sangat penting dalam pendidikan peserta didik di
3
emosional peserta didik, diharapkan guru lebih cermat atau lebih teliti dalam
menyikapi permasalahan-permasalahan dalam hal emosi, baik itu yang ditimbulkan
oleh peserta didik berupa emosi negatif atau pun emosi positif. Penyesuaian dilakukan
dengan kondisi yang dialami oleh peserta didik, selain itu diharapkan pula kerja sama
antara pihak guru dengan pihak orang tua untuk dapat melakukan pembinaan tentang
perkembangan emosional pada peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus dan
sangat memerlukan bimbingan yang sangat optimal. Koordinasi dengan cara sharing
dan diskusi membahas hambatan dan kebutuhan yang dihadapi anak adalah salah satu
jalannya.
2. Orang tua
Koordinasi orang tua dengan guru sangatlah penting, terutama apabila anak sudah
berada dirumah biasanya peran yang sangat penting dalam perkembangan emosional
ada ditangan orang tua, sebaiknya pola asuh orang tua disesuaikan dengan kebutuhan
yang diperlukan oleh anak tanpa harus melebih-lebihkan nya, karena sesuatu yang
dilebih-lebihkan tidak lah baik bagi perkembangan emosional anak dimasa mendatang.
Selain dari adanya kerjasama dengan guru, pihak orang tua sebaiknya lebih
mengetahui kondisi apa yang sangat dibutuhkan oleh anak, agar senantiasa orang tua
dapat memberikan masukan kepada guru tentang apa yang dibutuhkan oleh anak pada
saat ini dan mempengaruhi di masa yang akan datang.
Biasanya perlakuan orang tua yang berlebihan bisa berakibat buruk terhadap
pekembangan anak baik itu disekolah maupun di lingkungan masyarakat. Jadi
sebaiknya orang tua harus bisa menyesuiakannya dengan kebutuhan peserta didik
dengan sebaik-baiknya.
3. Peneliti selanjutnya
Dari hasil penelitian ini, semoga dapat menjadi sebuah acuan dan dapat
memberikan gambaran secara umum mengenai perkembangan emosional anak
tunagrahita sedang kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung. Penelitian ini
dilakukan untuk melihat sejauh mana proses perkembangan emosional pada anak
tunagrahita sedang dan bagaimana pula faktor dan upaya guru dalam mempengaruhi
4
memberikan sebuah gambaran terhadap perkembangan emosional anak tunagrahita
sedang.
Ketika peneliti selanjutnya membaca hasil penelitian ini, semoga penelitian yang
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh. (1994). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Guru.
Alexsobur. (2003). Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia
Arikunto, S. (2006). ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktek. Jakarta:Bineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Manajemen Penelitian.Jakarta:Rineka Cipta Atkinso, Ret a L, et al. (2000). Pengantar Psikologi Edisi Sebelas Jilid Satu.
Batam.
Baihaqi, Mif. (2005). Psikiatri. Bandung: Refika Aditama
Darwishude. (2006). Emosi. Jakarta:Erlangga
Departemen Sosial RI. (2007). Pedoman umum pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Anak Cacat Mental ( Tuna Grahita ). Jakarta : Departemen Sosial RI Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial 2007 (tidak diterbitkan)
Goleman, Daniel. (1997). Emotional Intelegence.Jakarta.Gramedia Pustaka
Hurlock, E. (1997). Perkembangan Anak Jilid1. Alih bahasa Meitasari Tjandarasa. Jakarta:Erlangga
Johnsen Berit H, dan Skjorten, Miriam D (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. Bandung : unipub forlag
Moleong, Lexy J. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya
Nasution, S. (2002). MetodePenelitianNaturalistikKualitatif. Bandung: Tarsito
Rochyadi & Alimin. (2005). Pengembangan Program Pembelajaran Individual Bagi Anak Tunagrahita. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Safari, triantoro. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta:Bumi Aksara
Soendari, T. Nani, M.E. (2010). Asesmen dalam pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung : CV. Catur Karya Mandiri
Somantri, Sutjihati. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung : PT.Refika Aditama.
Sudjana, N. (2005). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah. Bandung :Sinar Baru
Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta
Suherman, Uman. (2009). Manajemen Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rizqi Press
Syah, Muhibbin. (2006). Psikologi Belajar.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Ulfatusholihat, Ria (2009). Peran orang tua dalam penyesuaian diri anak
Tunagrahita [online]. Tersedia :
http://www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/psychology/2009
/artikel.10504152.pdf [4 juli 2010]
Yohana. Chyntia. (2012). Dampak perkembangan emosi anak tunagrahita. [online]. Tersedia :
http://blog.elearning.unesa.ac.id/yohana-cintya-asmara/dampak-perkembangan-emosi-anak-tunagrahita diakses Selasa
20 Maret 2012