iii
Kata Pengantar
Puji dan syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kepada Allah SWT,
karena atas rahmat, taufiq, hidayah, berkah dan rizki-Nya, tulisan ini dapat selesai
pada waktunya.
Tesis ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
terhadap kurikulum vokasional dengan tugas perkembangan dan tuntutan
kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang di SLB C “X” Kota
Bandung.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan
kurikulum vokasional di SLB dikaitkan dengan tugas perkembangan, kemudian
dicocokkan dengan tuntutan kompetensi dunia kerja.
Secara keseluruhan tesis ini berisi lima bab. Bab pertama adalah
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat Hasil Penelitian, Konsep Kesesuian dari judul tesis
dan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian. Bab
dua berisi tentang landasan teoretis tentang definisi ATG dan kurikulum
vokasional dan tugas perkembangan dan tuntutan dunia kerja bagi anak
tunagrahita. Bab tiga berisi tentang metode penelitian. Bab empat berisi tentang
iv
Akhirnya penulis berharap, penelitian ini bisa bermanfaat terutama bagi
guru dalam membantu anak tunagrahita agar bisa hidup lebih mandiri.
Bandung, Juli 2011
v DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK i
ABSTRACT ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus Kajian Penelitian 4
C. Rumusan Masalah 4
D. Tujuan Penelitian 5
E. Manfaaat Hasil Penelitian 5
1. Manfaat Praktis 5
2 Manfaat Teoritis 6
F. Konsep Kesesuaian Kurikulum Pendidikan Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi di Dunia Kerja bagi ATG Sedang
6
BAB II PENDIDIKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL,
TUGAS PERKEMBANGAN DAN TUNTUTAN KOMPETENSI DUNIA KERJA PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG
10
A. Anak Tunagrahita (ATG) 10
vi
2. Pengertian Anak Tunagrahita 11
3. Klasifikasi Anak Tunagrahita 13
B. Program Pendidikan Keterampilan Vokasional bagi ATG Sedang
16
1. Program Prasekolah 18
2. Program Kelas Dasar dan Lanjuan 18
C. Tugas Perkembangan Yang Berkaitan dengan Program Pendidikan Keterampilan Vokasional pada ATG Sedang Usia 18 s.d. 20 Tahun
21
1. Pengertian Tugas-Tugas Perkembangan 21
2. Tujuan Tugas Perkembangan 22
3. Tugas Perkembangan yang Berkaitan dengan Program Pendidikan Keterampilan Kerja
22
4. Hambatan ATG 25
5. Kebutuhan ATG 31
D. Tuntutan Kompetensi Pendidikan Keterampilan Vokasional ATG
35
1. Program Pendidikan Keterampilan Vokasional Bagi ATG Sedang
35
2. Jenis Pekerjaan Bagi ATG 36
E. Kesesuaian Antara Program Pendidikan
Keterampilan Vokasional, Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja pada ATG Sedang
39
BAB III METODE PENELITIAN 44
A. Pendekatan Penelitian 44
B. Prosedur Penelitian 44
C. Lokasi Penelitian 49
D. Informan Penelitian 49
vii
1. Observasi 50
2. Wawancara 50
3. Dokumentasi 50
F. Instrumen Penelitian 51
G. Analisis Data 53
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 55
A. Temuan Penelitian 56
1. Kurikulum SMALB C1 DI SLB C “X” 56
2. Tugas Perkembangan 64
3. Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja di Industri Kecil Keset Kain Majun
92
4. Program Prevokasional 95
B. Pembahasan 96
1. Kurikulum 96
2. Tugas Perkembangan 103
3. Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja di Industri Kecil Keset Kain Majun
121
4. Program Prevokasional 125
C.
Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Sedang dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja
121
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 132
A. Kesimpulan 132
1. Kurikulum Keterampilan Vokasional di SLB C “X” bagi siswa tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA
131
2. Tugas Perkembangan Anak Tunagrahita Sedang di SLB C “X’
133
3. Tuntutan Kompetensi Keterampilan Vokasional Anak Tunagrahita di Dunia Kerja
viii
4. Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Dunia Kerja
134
B. Rekomendasi 134
1. Bagi Sekolah 134
2. Bagi Guru Kelas dan Guru Vokasional 134
3. Orang Tua 135
4. Masyarakat Usaha 135
ix DAFTAR TABEL
TABEL 2.1 Klasifikasi Tunagrahita 13
TABEL 2.2 Tugas-tugas Perkembangan Anak Usia 12 -18 untuk Tujuan Program Keterampilan Vokasional
21
TABEL 2.3 Empat Aspek Kemampuan Bahasa 23
TABEL 2.4 Profil Kesiapan Karir 33
TABEL 2.5 Daftar Pekerjaan yang Sesuai Untuk Individu Tunagrahita Sedang dan Ringan
36
TABEL 2.6
TABEL 3.1 Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian 42 TABEL 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Kesesuaian Kurikulum
Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Usia 18 – 20 & Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja
47
TABEL 4.1 Prosentase Mata Pelajaran Pendidikan Keterampilan Vokasional di Kelas 1 & 2 SMALB C “X”
60
TABEL 4.2 Kemampuan Kognitif Tunagrahita Sedang di SMALB C “X”
65
TABEL 4.3 TABEL 4.4: Kesesuaian Kurikulum Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja
x DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.1 Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup 16 GAMBAR 2.2 Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup
Dalam Pendidikan Tunagrahita
17
GAMBAR 2.3 Hubungan Kesesuaian Kurikulum Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Sedang dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja
40
GAMBAR 3.1 Bagan Prosedur Penelitian 44
xi DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Program Semester 1 Tahun 2010 – 2011: Kelas KPI C-C1 136 LAMPIRAN 2 Program Semester 1 Tahun 2010 – 2011: Kelas KPA C1 139 LAMPIRAN 3 Jawaban Instrumen Kurikulum Keterampilan Vokasional 140 LAMPIRAN 4 Jawaban Instrumen Tugas Perkembangan Tunagrahita
Sedang
145
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita
dititikberatkan pada kecakapan vokasional. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa mereka mengalami kelemahan pada hal-hal yang bersifat akademik
(Rochyadi & Alimin, 2005: 42). Tujuan dari sasaran pendidikan tersebut agar
mereka dapat hidup mandiri.
Kenyataan di lapangan membuktikan bahwa sebagian besar anak
tunagrahita yang menempuh pendidikan vokasional di SMLB tidak mendapatkan
kesempatan bekerja. Sebagaimana yang diungkapkan Alimin (2008) yang
menyatakan bahwa
Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa individu tunagrahita yang telah menyelesaikan pendidikan dari Sekolah Luar Biasa, pada umumnya belum menunjukkan perkembangan yang diharapkan. Sebagai contoh seorang individu tunagrahita yang telah selesai mengikuti program pendidikan selama 12 tahun, ternyata masih belum bisa mandiri, masih belum memiliki keterampilan untuk mengurus diri dan masih mengalami ketergantungan kepada orang tuanya atau saudaranya yang cukup tinggi. Maka dari itu ada kesan bahwa pendidikan yang telah diikuti sekian lama itu sepertinya tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap kehidupan individu tunagrahita.
Tetapi segelintir tunagrahita masih dapat melakukan pekerjaan. Salah satu
diantaranya adalah yang diteliti oleh Jungjunan. Jungjunan (2009: 75)
menyimpulkan tunagrahita “X” hampir jarang melakukan kesalahan kerja dan
kinerja “X” tidak berbeda dibandingkan dengan rekan-rekan kerja lainnya yang
2
Contoh lain yaitu menurut penelitian Charles (dalam Soendari dan Widari, 2009:
2) dikatakan bahwa sebagian besar dari tunagrahita yang memiliki IQ di bawah 70 (dari
151 orang tunagrahita) yang sudah berusia 42 tahun dapat hidup mandiri. 6% diantaranya
bekerja di instansi/lembaga. Sebagian pekerjaannya adalah sebagai buruh, dan sebagian
kecil diantara mereka menjadi pekerja-pekerja yang tingkatannya lebih tinggi. Sebagian
besar dari mereka menikah dan mempunyai anak, serta sebagian dari mereka dapat
membeli rumah sendiri. Hal ini membuktikan bahwa tunagrahita dapat melakukan
adaptive behavior (tingkah laku adaptif) khususnya dalam kemampuan kerja. Data ini
menepis anggapan bahwa tunagrahita akan selalu tergantung kepada orang lain sepanjang
hidupnya. Dengan kata lain, seorang tunagrahita jika mendapatkan pembelajaran
dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, potensi dan minatnya
masih sangat mungkin untuk dapat bekerja seperti orang pada umumnya.
Proses pembelajaran dan pelatihan merupakan implementasi dari
perencanaan program pembelajaran (kurikulum) yang dibuat oleh guru di sekolah.
Mumpuniarti (2007: 3) menyebutkan bahwa salah satu hal yang menjadi
penyebab tidak dapat bekerjanya sebagian besar anak tunagrahita setelah lulus
dari sekolah adalah karena kurikulum/program pendidikan vokasional yang sesuai
bagi tunagrahita belum diketemukan.
Sebagaimana telah diketahui bahwa kurikulum yang dibuat harus
disesuaikan dengan tugas perkembangan siswa, terlebih lagi kurikulum/program
pendidikan vokasional bagi tunagrahita. Anak tunagrahita mengalami hambatan
dalam perkembangan intelegensia dan perilaku adaptif. Sehingga kurikulum yang
dibuat harus betul-betul memperhatikan hambatan, kebutuhan dan tugas
3 Di sisi lain sebuah kurikulum, terutama kurikulum keterampilan
vokasional, harus memenuhi tuntutan kebutuhan kompetensi di dunia kerja. Hal
ini diungkapkan oleh Mumpuniarti, Hermanto dan Sukinah (2007: 38) bahwa
proses pembelajaran yang tepat guna dengan proses dunia kerja belum dapat
dilakukan secara penuh oleh suatu SLB Negeri di Yogyakarta.
Idealnya suatu kurikulum program pendidikan vokasional yang dirancang
oleh guru perlu memperhatikan tugas perkembangan yang telah dan yang akan
dicapai siswa pada usia tertentu. Kompetensi yang dihasilkan dari pembelajaran
pun perlu mengacu pada kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja. Karena itu
adalah penting untuk diperhatikan bahwa keterampilan yang dipelajari dan
dilatihkan di kelas disesuaikan dengan kemampuan, kebutuhan, potensi, minat dan
perilaku siswa. Seiring dengan itu, materi yang disampaikan kepada siswa
diberikan dengan tujuan agar siswa dapat menguasai materi yang dipelajari dan
dilatihkan, sehingga mereka memiliki kompetensi sesuai dengan tuntutan
kompetensi di perusahaan-perusahaan.
Dengan melihat pentingnya kesesuaian antara ketiga unsur yaitu
kurikulum/program keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan anak
tunagrahita dan kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja di masa sekarang dan
di masa yang akan datang, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan
4 tingkat adaptasi tingkah laku dan kemampuan berpikir mereka yang lebih rendah
dari ATG ringan membuat hambatan yang mereka hadapi menjadi lebih banyak.
B. Fokus Kajian Penelitian
Masalah yang akan diteliti di dalam tesis ini adalah kurikulum/program
pendidikan keterampilan vokasional yang diberikan kepada para siswa tunagrahita
sedang di SLB C “X” tingkat SMLB dilihat dari sudut pandang kesesuaiannya
dengan tugas perkembangan tunagrahita sedang usia 18 s.d 20 tahun dan tuntutan
kompetensi di dunia kerja. Jenjang ini dipilih karena porsi jam pelajaran untuk
mata pelajaran keterampilan vokasional adalah yang terbanyak dibandingkan
dengan jenjang di bawahnya (SLTP dan SD) dan karena belum ada jenjang resmi
bagi siswa tunagrahita untuk melanjutkan ke tingkat pelatihan/rehabilitasi
keterampilan vokasional yang lebih tinggi.
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah kurikulum keterampilan
vokasional yang dilaksanakan di SLB C “X” sudah sesuai dengan tugas
perkembangan anak-anak tunagrahita sedang usia 18 s.d 20 dan tuntutan
kompetensi yang disyaratkan di dunia kerja?”
Pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kurikulum keterampilan vokasional di SLB C “X” bagi siswa
tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA?
2. Bagaimana tugas perkembangan anak tunagrahita sedang di SLB C “X”?
3. Bagaimana tuntutan kompetensi keterampilan vokasional anak tunagrahita di
5 4. Bagaimana kondisi kesesuaian antara kurikulum/program pendidikan
keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi
dunia kerja bagi ATG sedang di SLB C “X”?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui kurikulum keterampilan vokasional di SLB C “X” bagi siswa
tunagrahita satuan pendidikan SLTA (SMLB).
2. Mengetahui tugas perkembangan anak tunagrahita sedang di SLB C “X”.
3. Mengetahui tuntutan kompetensi keterampilan vokasional anak tunagrahita di
dunia kerja di masa sekarang dan masa yang akan datang.
4. Mengetahui kondisi kesesuaian antara kurikulum/program pendidikan
keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi
ATG sedang di SLB C “X”.
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam segi
praktis maupun teoritis.
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
sekolah, guru, orang tua dan masyarakat dalam mengembangkan program
pendidikan keterampilan vokasional bagi anak-anak tunagrahita, khususnya
tunagrahita sedang. Sehingga keterampilan vokasional yang diajarkan kepada
6 warga negara yang mendapatkan haknya dalam memperoleh pekerjaan di
masyarakat.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap terhadap bahasan
tentang pendidikan keterampilan vokasional yang diberikan kepada tunagrahita.
Penjelasan pada latar belakang telah menguraikan bahwa perencanaan program
pendidikan vokasional bagi tunagrahita belum mencapai hasil yang diharapkan
karena sampai saat ini pembinaan kemampuan vokasional tunagrahita belum
dikelola dengan baik, sehingga usaha itu menjadi belum tepat guna dan belum
tepat sasaran. Bentuk managemen yang seharusnya diusahakan oleh sekolah
khusus tunagrahita itu adalah melalui cara bekerja sama dengan orang tua,
lembaga masyarakat penyedia layanan kerja, dan tenaga profesi lainnya sejak saat
perencaanaan jenis vokasional yang akan dibina, sumber daya yang dapat
digunakan, penahapan di dalam pembinaannya; pasaran kerja yang akan dituju
dengan jenis vokasional tersebut; pola pelaksanaan di dalam pembinaan; serta
evaluasi keberhasilannya.
F. Konsep Kesesuaian Kurikulum Pendidikan Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi di Dunia Kerja bagi ATG Sedang
Anak tunagrahita berhambatan dalam hal-hal akademik dan tingkah laku.
Pendidikan yang diberikan kepada mereka adalah yang sesuai dengan kemampuan
akademik dan melatih perilaku adaptif mereka. Muatan keterampilan vokasional
7 tunagrahita, yaitu sekitar 60%. Hal ini tertuang dalam struktur kurikulum SMALB
Tunagrahita Ringan, Sedang, Tunadaksa Sedang dan Tunaganda (Depdiknas,
2006:48). Dengan alasan ini maka peneliti memberi nama pada kurikulum
SMALB bagi Tunagrahita sebagai Kurikulum Keterampilan Vokasional.
Pendidikan akademik yang diberikan bertujuan fungsional. Artinya
pendidikan akademik tetap diperlukan justru untuk mendukung kebutuhan dan
kegiatan yang mereka jalani sehari-hari. Bagi anak yang sama sekali tidak dapat
membaca huruf, kemampuan membaca yang diajarkan kepada mereka lebih
ditujukan agar mereka dapat membaca simbol, seperti memahami tanda bahaya
(bahan/material yang mematikan [ ] atau material mengandung bahan berbahaya
[ ]), tanda larangan seperti dilarang merokok [ ], simbol untuk ruangan khusus
bagi perempuan [ ] atau khusus untuk laki-laki [ ] yang berlaku di WC, tempat
sholat, ruang ganti pakaian dsb atau lampu hijau pada rambu lalu lintas untuk
menyeberang jalan dan sebagainya. Demikian pula dalam hal berhitung,
kemampuan mereka yang terbatas masih dapat dimanfaatkan untuk mengurutkan
prosedur kerja yang sederhana, sehingga mereka bisa membedakan mana yang
awal, mana urutan kedua dan selanjutnya. Melalui latihan yang bertahap, perlahan,
dan konsisten, kemampuan akademik yang terbatas itupun berguna untuk
menanamkan perilaku adaptif kepada mereka. Memahami urutan usia, patuh
kepada orang yang lebih tua, saling menghargai kepada yang seusia, dan sayang
kepada orang yang lebih muda. Nilai-nilai ini harus ditanamkan kepada mereka
secara bertahap sejak mereka masih kecil atau baru masuk sekolah hingga
8 Dari hal di atas tampak bahwa keterampilan akademik tetap diperlukan
oleh tunagrahita untuk tujuan pendukung bagi keterampilan menolong diri dan
kemandirian peserta didik. Dan dasar inilah yang akan dijadikan bekal untuk
keterampilan vokasional. Dengan kata lain, bahwa keterampilan akademik yang
fungsional tetap diperlukan sebagai pendukung fokus kurikulum di SMALB bagi
tunagrahita, yaitu keterampilan vokasional.
Dengan kondisi anak tunagrahita sedang yang mengalami hambatan lebih
berat dibandingkan anak tunagrahita ringan, maka kurikulum yang dirancang bagi
mereka betul-betul mengacu pada tugas perkembangan. Dan kurikulum pun
dirancang untuk mencapai tugas perkembangan yang dapat dicapai oleh anak
tunagrahita sedang.
Di sisi lain, dengan diajarkannya keterampilan vokasional berarti bahwa
anak tunagrahita sedang itu sedang dipersiapkan untuk memperoleh pekerjaan di
masyarakat. Karena itu kompetensi yang diharapkan di masyarakat itu juga harus
diakomodasi oleh kurikulum keterampilan vokasional dan sesuai pula dengan
tugas perkembangan anak tunagrahita sedang.
Dari uraian di atas, maka peneliti memfokuskan penelitian untuk mencari
kesesuaian antara kurikulum keterampilan vokasional (yang terdiri dari
keterampilan vokasional dan keterampilan akademik) dengan tugas perkembangan
dan tuntutan kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang dari komponen
9 Artinya RPP yang dianalisis adalah RPP baik dari bidang keterampilan
44 BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang berusaha menggambarkan kondisi objektif, dan menjelaskan situasi yang nyata dari fakta-fakta yang berhasil dihimpun dari wawancara dan pengamatan di lapangan serta mengkaji secara mendalam berdasarkan teori-teori yang mendukung maupun pengalaman.
Adapun penulis menggunakan metode penelitian studi kasus agar penelitian dapat terlaksana lebih sistematis dan mendalam. Yaitu studi kasus tentang kelas tunagrahita sedang yang menjalankan kurikulum keterampilan vokasional satuan pendidikan SLTA. Fenomena dari studi kasus ini adalah kurikulum bagi anak tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA, tugas perkembangan dan tuntutan kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang. Dengan demikian penelitian ini mendapatkan gambaran menyeluruh dan mendalam mengenai kesesuaian program tersebut dengan tugas perkembangan anak tunagrahita usia 18 – 20 tahun dan tuntutan kompetensi kerja di industri pembuatan keset dari kain.
B. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan cara dan langkah-langkah yang dijalankan oleh peneliti. Cara dan langkah untuk masuk ke dalam latar penelitian ditempuh dengan menggunakan langkah formal dan informal. Pendekatan ini dilakukan untuk menjajaki obyek pengamatan, mencari dan memilih informan penelitian serta mencari dan memilih dokumen yang sesuai untuk keperluan penelitian.
45 Tabel 3.1 Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian
Tahap No Langhah Deshripsi
A Sebelum Proses Penelitian Lapangan
1 Survey Seholah
Mencari seholah yang memilihi sejumlah siswa Tunagrahita sedang yang duduh di jenjang SLTA dan sedang mendapathan prog-ram pendidihan heteprog-ram- heteram-pilan vohasional
2 Menetaphan Seholah Tempat Penelitian
Dari 3 seholah hasil survey, dipilih satu seholah yang memilihi 6 orang siswa tunagrahita sedang SMLB (SLB “X”) yang ditempathan pada helas hhusus untuh tunagrahita sedang
3 Membuat Perizinan Penelitian
Membuat pengajuan pembuatan surat izin penelitian di SLB “X”
4 Mengajuhan Surat Izin Penelitian Meminta Ijin Penelitian di SLB “X”
B Saat Proses Penelitian Lapangan
5a Pengamatan Awal di SLB “X”
Dilahuhan selama hurang lebih 2 minggu di helas 1, 2 dan 3 SMLB untuh melihat jalannya pembelajaran ma-ta pelajaran ahademih dan heterampilan vohasional di tiap anah dan muatan/isi/ honten pembelajaran yang diberihan oleh guru di helas.
5b Memperoleh dohumen RPP
46
Tahap No Langhah Deshripsi
yang ahan disesuaihan dengan tugas perhembangan
tunagrahita hasil wawancara dengan guru helas dan orang tua.
6 Membuat Instrumen Wawancara dan
Observasi/catatan lapangan
a1. Instrumen Wawancara
hurihulum heterampilan vohasional: untuh hepala seholah dan guru helas dan guru heterampilan vohasional
a2. Instrumen Wawancara
Tugas Perhembangan: untuh guru helas dan orang tua
a3. Instrumen wawancara
hurihulum prevohasional untuh guru helas Satuan Pendidihan SD
a4. Instrumen Wawancara
untuh pengusaha dan pegawai industri rumah
b1. Instrumen Observasi
/catatan lapangan hurihulum heterampilan vohasional: untuh hepala seholah dan guru
b2. Instrumen Observasi Tugas
Perhembangan: berupa catatan lapangan dari tugas perhembangan yang dapat diamati dari tinghah lahu siswa seperti yang ada pada instrumen wawancara
b3. Instrumen Observasi /catatan lapangan untuh perusahaan industri rumah
7 Validasi Instrumen
47
Tahap No Langhah Deshripsi
bisa dipergunahan untuh penelitian.
8 Wawancara, Observasi dan
Dohumentasi
Wawancara, observasi dan dohumentasi yang dilahuhan disesuaihan dengan wahtu yang disediahan oleh hepala seholah, guru, orang tua dan pengusaha dan pegawai industri rumah.
C Setelah Proses Penelitian Lapangan
9 Pengolahan Data
Setelah seluruh data terhumpul dari hasil wawancara, observasi dan dohumentasi, maha hetiga data tersebut dihelompoh-helompohhan berdasarhan aspeh yang ahan diteliti dan dianalisis.
10 Penyimpulan Data
Dari data yang telah diolah, maha peneliti menyimpul-hannya
11 Pelaporan Hasil Penelitian
Setelah hesimpulan diperoleh, penulis membuathan
laporannya
48
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penelitian
Diharapkan dengan tahapan-tahapan yang dibuat ini, maka pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara dan pengamatan menjadi sinkron dan mendukung, sehingga hasilnya akan memberikan data yang akurat tentang kesesuaian program keterampilan vokasional dengan tugas perkembangan anak tunagrahita sedang usia 18 – 20 tahun dan proyeksi kompetensi yang dituntut di lingkungan kerja.
49 C. Lokasi Penelitian
Berdasarkan survey lapangan, lokasi penelitian dilakukan di 3 jenis tempat, yaitu kelas, rumah dan perusahaan keset tali kain majun. Sekolah yang diteliti adalah SLB C “X” di Bandung, rumah adalah rumah orang tua dari siswa tunagrahita sedang dan industri rumah adalah industri yang memproduksi keset dari kain majun.
D. Informan Penelitian
Secara garis besar terdapat dua macam informan dalam penelitian ini, yaitu informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah sumber pemberi informasi utama yang dijadikan pertimbangan utama dalam pengambilan data penelitian ini. Informan utama dalam penelitian ini adalah 2 orang guru keterampilan vokasional, 2 orang guru kelas, 1 orang kepala sekolah, 6 orang siswa SMLB Tunagrahita sedang, 6 orang tua siswa, dan 2 orang guru kelas satuan pendidikan SD.
Informan pendukung adalah sumber informasi yang berasal dari selain informasi utama yang berguna untuk menguatkan informasi dari informan utama. Informan pendukung dalam penelitian ini adalah 5 orang pengusaha dan 2 orang pegawai industri keset tali kain.
50 E. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang terkait dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tiga metode pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Masing-masing metode akan dijelaskan secara singkat berikut ini.
1. Observasi
Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada situasi tertentu. Observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah observasi non-partisipatif yaitu observasi yang dilakukan dengan cara observer murni sebagai pengamat. Artinya, observer dalam melakukan pengamatan tidak aktif sebagai bagian dari kegiatan itu, akan tetapi ia berperan semata-mata hanya sebagai pengamat saja (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran, 2006: 43-44).
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang diwawancarai dan yang mewawancarai. Untuk mengetahui kurikulum yang dijalankan oleh guru di sekolah, peneliti menggunakan wawancara langsung dengan kepala sekolah, guru kelas dan guru vokasional. Sedangkan untuk menggali tentang tugas perkembangan siswa, peneliti menggunakan wawancara tidak langsung, yaitu melalui guru dan orang tua. Siswa diwawancara ketika itu memungkinkan. Wawancara yang dilaksanakan adalah wawancara yang semiterstruktur, agar menemukan permasalahan secara lebih terbuka (Sugiyono, 2005: 73).
3. Dokumentasi
51 Melalui penelaahan dokumen RPP, peneliti mencari informasi tentang isi dari kurikulum keterampilan vokasional yang dijalankan bagi ATG sedang di SLB C “X”. RPP yang dipergunakan adalah RPP dari mata pelajaran akademik dan mata pelajaran vokasional.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan dibuat untuk penelitian ini terdiri dari: (1) Instrumen observasi kurikulum keterampilan vokasional (2) Instumen wawancara kurikulum keterampilan vokasional (3) instrumen wawancara tugas perkembangan anak tunagrahita usia 18 – 20 tahun; (4) instrumen observasi tugas perkembangan anak tunagrahita usia 18 – 20 tahun; (5) instrumen wawancara tuntutan kompetensi dunia kerja (industri rumah keset tali kain majun); (6) instrumen observasi tuntutan kompetensi dunia kerja (industri rumah keset tali kain majun). Berikut kisi-kisi instrumen untuk masing-masing nomor.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian “Kesesuaian Kurikulum Pendidikan Vokasional dengan Tugas Perkembangan ATG Usia 18 – 20 dan Tuntutan
Kompetensi Dunia Kerja”
N o.
Komponen
Instrumen Aspek Teknik Instrumen
Infor Pendidikan SLTA di SLB C “X”.
52 N
o.
Komponen
Instrumen Aspek Teknik Instrumen
Infor
man No. Soal
bangan Persepsi,
Perhatian dan Konsentrasi, Daya ingat/Memori)
Dokumentasi pedoman
4. Memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, 5. Mengembangkan
keterampilan intelektual dan konsep yang penting untuk kompetensi
Pengalaman mengajar 69
Keadaan motorik dan perilaku siswa ATG
70, 71
Program prevokasional 72
4
Kebutuhan akan pegawai 79, 80, 81, 82,
83, 84
53 N
o.
Komponen
Instrumen Aspek Teknik Instrumen
Infor
man No. Soal
Kompetensi yang dibutuhkan
Kesediaan bekerja sama dengan SLB C dalam bentuk pelatihan di tempat kerja (on the job training)
GV = Guru Keterampilan Vohasional
GK = Guru Kelas/Wali Kelas
S = Siswa
O = Orang Tua
PA = Pengusaha Industri Rumah
PB = Pegawai Industri Rumah
G. Analisis Data
Sesuai pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif, maka analisis data dilakukan secara terus-menerus mulai dari awal pengumpulan data sampai akhir. Data yang diperoleh pada saat pengumpulan data selanjutnya diberikan makna dengan melakukan analisis. Teknis analisis dikembangkan dengan cara induktif, yaitu mengumpulkan bagian-bagian atau kategori dan selanjutnya dibuat kesimpulan.
Miles dan Huberman (1984, dalam Sugiyono, 2006: 91) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada
gambar 3.2 berikut.
54 Gambar 3.2 Model Interaktif dalam Analisis Data (Sugiyono, 2006: 92)
Reduksi data adalah proses merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Data yang telah direduksi dengan demikian akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Display data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan data atau bagian-bagian tertentu dari penelitian itu dengan membuat berbagai macam matriks, grafik, network dan charts. Peneliti diharapkan dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam data berdasarkan langkah tersebut.
Kesimpulan dan verifikasi data kualitatif merupakan upaya mencari makna terhadap data yang dikumpulkan dengan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya.
Data Collection
Conclusion: Drawing/ Verifying Data
Reduction
132 BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
1. Kurikulum Keterampilan Vokasional di SLB C “X” bagi siswa tunagrahita sedang satuan pendidikan SLTA
Baik menurut konten/isi maupun berdasarkan hasil wawancara, kurikulum
bagi ATG sedang belum difokuskan untuk mencapai kompetensi vokasional bagi
tunagrahita (sedang). Yang lebih mendapatkan porsi dalam pembelajaran
keseharian adalah aspek kognitif. Muatan materi dalam aspek kognitif itu belum
disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan dan potensi anak, sehingga belum
memberi pengaruh berarti terhadap pengembangan kemampuan, kemandirian dan
kecakapan hidup mereka. Juga tidak dikaitkan dengan tujuan kurikulum mereka
yaitu kurikulum vokasional. Contohnya mereka belum diperkenalkan pada hal-hal
apa saja yang harus mereka ketahui tentang aturan-aturan kerja sederhana yang
dapat mereka pahami jika mereka bekerja mereka kelak.
Pemilihan keterampilan vokasional yang diajarkan kepada siswa belum
dianalis berdasarkan minat, potensi, dan kebutuhan siswa. Hasilnya siswa belum
memperlihatkan ketekunan dalam mempelajari keterampilan tersebut. Dengan
demikian kurikulum kurang memberi makna bagi kehidupan anak dalam bidang
133
2. Tugas Perkembangan Anak Tunagrahita Sedang di SLB C “X”?
Setelah diuraikan isi dari data penelitian pada bab 4, maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan kognitif, motorik dan perilaku adaptif anak
tunagrahita sedang adalah bervariasi. Tugas perkembangan mereka belum
mencapai hasil maksimal, karena baik di rumah maupun di sekolah mereka belum
mendapatkan pendidikan, pembelajaran dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan dan potensi mereka. Terlebih minat dan bakat sebagian dari
mereka masih belum diketahui oleh orang tua maupun guru mereka. Apalagi
untuk persiapan mereka ke dalam dunia kerja.
Orang tua, pihak sekolah dan masyarakat masih menganggap bahwa
anak-anak tunagrahita (sedang) itu mustahil bekerja, sehingga tugas perkembangan
yang harus dicapai itu tidak serius dipersiapkan.
3. Tuntutan Kompetensi Keterampilan Vokasional Anak Tunagrahita di Dunia Kerja
Masih terdapat banyak kekosongan dari kompetensi yang semestinya
dapat anak-anak tunagrahita lakukan dalam hal untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi dunia kerja bagi anak tunagrahita sedang baik dalam bidang kognitif,
134 4. Kesesuaian Kurikulum Keterampilan Vokasional dengan Tugas Perkembangan dan Tuntutan Kompetensi Dunia Kerja
Dari 3 hal di atas, dapat diketahui bahwa kurikulum di SMALB di sekolah
SLB C “X” belum mengakomodasi tugas perkembangan secara penuh. Ini artinya
kurikulum ini belum mengacu pada kebutuhan kompetensi yang dibutuhkan di
dunia kerja baik dalam bidang kognitif, motorik dan perilaku adaptif. Artinya
kurikulum yang dijalankan untuk tunagrahita sedang belum sesuai dengan tugas
perkembangan mereka dan juga belum sesuai dengan tuntutan kebutuhan kerja.
B. Rekomendasi
1. Bagi Sekolah
Persiapan untuk menuju kurikulum vokasional diawali dengan program
prevokasional dalam bidang pembinaan/pemfungsian motorik dan tingkah laku.
2. Bagi Guru Kelas dan Guru Vokasional
Kurikulum keterampilan vokasional yang dirancang ke dalam RPP
hendaknya didukung dengan kemampuan akademik yang berguna bagi siswa.
Terutama yang menunjang kompetensi perilaku adaptif yang terdiri dari ADL dan
kebiasaan kerja.
Keterampilan vokasional yang diberikan kepada mereka sebaiknya
disesuaikan dengan keadaan kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan
135 3. Orang Tua
Hendaknya orang tua memberikan kepercayaan kepada anak untuk
melakukan beberapa tugas rumah secara rutin dan kerjasama di antara anggota
rumah tangga, dengan demikian kemampuan motorik dan sosial anak akan
berkembang, demikian pula kepercayaan diri anak pun dapat tumbuh bahwa
dirinya mampu melakukan sesuatu bagi dirinya sendiri juga untuk orang lain. dan
hal inipun meningkatkan rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan
mereka.
4. Masyarakat Usaha
Hendaknya kepada masyarakat usaha yang sudah bersedia menerima anak
tunagrahita menjadi tempat berlatih kerja, sekolah dapat bekerja sama untuk
memberi jadwal berkunjung secara berkala kepada anak-anak tunagrahita.
Misalnya dua bulan sekali. Hal ini dapat memotivasi anak untuk mengenal lebih
xii DAFTAR PUSTAKA
Amin, Moh (1995), Ortopedagogik Anak Tunagrahita, Bandung: Depdikbud- Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Ali, Mohammad & Asrori, Mohammad (2011), Psikologi Remaja Perkembangan
Peserta Didik, Jakarta: Bumi Aksara
Alimin, Z (2008), Orientasi Ulang Pendidikan Bagi Peserta Didik Tunagrahita
dari Pendekatan Formal ke Pendekatan Fungsional. [Online].
Tersedia di http://z-alimin.blogspot.com/2008/05/orientasi-ulang-pendidikan-bagi-peserta.html [11 Februari 2011]
Badan Standar Nasional Pendidikan, (2006), Standar Isi, Standar Kompetensi
Lulusan, dan Panduan Penyusunan KTSP, Jakarta: Depdiknas
Finch, C.R. & Crunkilton, J.R. (1999), Curriculum Development in Vocational
and Technical Education – Planning, Content, and Implementation.
USA: Allyn & Bacon
Golbert, Benjamin (1963), The Ability of The Mentally Retarded to Be Vocational
successful. Mental Retardation. Ontario – Canada: The Bulletin of The
Canadian Association For Retarded Children:
Horton, J.K (1986), Community – Based Rehabilitation of the Rural Blind – A
Training Guide for Field Workers. New York: The Division of
Education and Rehabilitation – Helen Keller International
Jungjunan, Agus (2009), Kinerja Karyawan Tunagrahita – Studi Kasus Terhadap
Karyawan Tunagrahita di Bengkel Leo Knalpot jaya Jl. Raya Ujung
xiii
McLoughlin, James A & Lewis, Rena B. (1986) Second Edition, Assessing
Special Students, Ohio: Merrill Publishing Company
Mumpuniarti, Hermanto, Sukinah (2007), Evaluasi Program Pembelajaran
Keterampilan Bagi Siswa Tunagrahita Ringan di Tingkat SMP Khusus
dan SMA Khusus SLB Negeri 2 Yogyakarta. Laporan Hasil Penelitian.
Yogyakarta: FIP - UNY
Mumpuniarti & Sukinah (2007), Pendekatan Pembelajaran Bagi Anak Hambatan
Mental. Yogyakarta: Kanwa Publisher
Rochyadi, E - Alimin, Z (2005), Pengembangan Program Pembelajaran
Individual Bagi Anak Tunagrahita. Bandung: Dikti Depdiknas
Sugiono (2005), Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran (2006), Kurikulum dan