• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Single Subject Research Pada Siswa Kelas III SDLB di SLB Purnama Asih Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Single Subject Research Pada Siswa Kelas III SDLB di SLB Purnama Asih Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

NO. Daftar : 021/PKH-FIP-UPI-SKRIPSI/JUNI/2013

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

(Single Subject Research Pada Siswa Kelas III SDLB di SLB Purnama Asih Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan

Khusus

OLEH:

ISTI NURBANI

0901897

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM PEMBELAJARAN

KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Single Subject Research Pada Anak Siswa kelas III SDLB di SLB Purnama Asih

Bandung)

Oleh:

Isti Nurbani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Jurusan Pendidikan khusus Fakultas Ilmu Pendidikan

© Isti Nurbani 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)

NO. Daftar : 021/PKH-FIP-UPI-SKRIPSI/JUNI/2013

(4)
(5)

PENGGUNAAN METODE FONIK DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

ISTI NURBANI NIM:0901897

ABSTRAK

(6)
(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR BAGAN ... X BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Pertanyaan Penelitian ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 8

A. Membaca Permulaan Pada Anak Tunagrahita Ringan…….... 8

B. Konsep Dasar Metode Fonik... 14

1. Konsep Dasar Metode Fonik………... 14

2. Tujuan Metode Fonik... 16

3. Cara Penggunaan Metode Fonik ... 16

D. Penggunaan Metode Fonik Dalam Pembelajaran Membaca Permulaan Anak Tunagrahita Ringan ………. 17

E. Penelitian yang Relevan ... 18

F. Kerangka Berpikir... 19

(8)

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 22

B. Metode Penelitian ... 22

C. Desain Penelitian ... 23

D. Definisi Operasional Variabel ... 26

1. Metode Fonik Sebagai Variabel Bebas (Intervensi)... 26

2. Keterampilan Membaca Permulaan (Target Behavior).. 27

E. Instrumen Penelitian ... 27

1. Membuat Kisi-Kisi Instrumen ... 28

2. Membuat Butir Instrumen ... 29

3. Penyusunan Rencana Program Pembelajaran (RPP) ... 31

4. Uji Validitas Instrumen ... 32

F. Teknik Pengumpulan Data ... 32

G. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 38

A. Hasil Penelitian ... 38

1. Baseline-1 (A-1) ... 38

2. Intervensi (B) …... 39

3. Baseline-2 (A-2) ... 41

4. Hasil Analisis Data ... 43

a. Analisis dalam Kondisi... 43

b. Analisis Antar Kondisi... 53

B. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 62

A. Kesimpulan ... 62

B. Rekomendasi ... 63

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Proses pendidikan tidak hanya sekedar berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk individu yang memiliki kepribadian mandiri dan bertangung jawab. Untuk menjadi pribadi yang mandiri dibutuhkan keterampilan-keterampilan yang menunjang seperti keterampilan membaca. Hal ini dikarenakan dalam kehidupan sehari-hari individu banyak melakukan aktifitas yang

berhubungan dengan membaca. Selain itu membaca merupakan prasyarat dalam menguasai berbagai ilmu pengetahuan. Kegiatan membaca sebagai kegiatan berbahasa menerima informasi melalui bahasa tulis. Keterampilan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai informasi.

Membaca pada hakikatnya merupakan proses membangun makna dari pesan yang disampaikan melalui simbol-simbol tulisan. (Abdurrahman M, 2012:158) Dalam proses tersebut, mengaitkan antara informasi, pesan dalam tulisan dengan pengetahuan atau pengalaman yang telah dimiliki. Dalam proses membaca, seseorang mengunakan berbagai keterampilan meliputi keterampilan fisik dan mental.

Kegiatan membaca mencakup kegiatan menggunakan kesan sensori visual dan hasil interprestasi bersama-sama dengan latar belakang pengalaman untuk membangun makna. Membangun makna dari bacaan merupakan proses aktif dalam membaca. Pembaca tidak hanya menyerap makna dengan mengambil dari kata-kata yang dilihat dengan mata, tetapi mereka juga harus berinteraksi dengan teks melalui informasi yang ada dalam latar belakang pengetahuan yang dimiliki anak tersebut.

Dari penjelasan tersebut dapat kita ketahui bahwa membaca merupakan salah satu aspek kognitif. Menurut Suppes dalam Somantri,T (1974:110) menjelaskan bahwa kognisi merupakan bidang yang luas yang meliputi semua kemampuan akademik

(10)

proses dimana pengetahuan itu diperoleh, disimpan dan dimanfaatkan. Jika terjadi gangguan perkembangan intelektual akan tercermin pada proses kognitif.

Jika dilihat dari konsep inteligensi sebagai faktor bawaan potensial yang dinyatakan dalam bentuk hasil tes pada satuan ukuran yang disebut IQ, maka kemampuan kecerdasaran anak tunagrahita berada jauh di bawah rata-rata IQ anak pada umumnya. Tingkat kecerdasan yang rendah berdampak secara nyata pada perkembangan kognitif, sebagai proses pembentukan pengertian, dalam hal ini anak tunagrahita mengalami hambatan secara kuantitas maupun kualitas lebih rendah dibanding dengan anak pada umumnya. (Alimin Z, 2008)

Selain itu juga anak tunagrahita memiliki kesulitan dalam mengingat. Kemampuan mengingat sangat erat kaitannya dengan perhatian dan konsentrasi, dan anak tunagrahita memiliki masalah dalam perhatian dan konsentrasi. Mereka mengalami kesulitan untuk memfokuskan pada stimulus yang relevan disaat ia belajar. Oleh karena itu hambatan yang paling besar dialami anak tunagrahita dalam hal mengingat terletak pada kemampuannya dalam mengingat kembali ingatan jangka pendeknya.

Kemampuan membaca anak tergantung pada kemampuan dalam memahami hubungan antara wicara, bunyi dan simbol yang diminta Menurut Grainger dalam Abdurrahman, M, (2003:158). Kemampuan memetakan bunyi kedalam simbol juga akan menentukan kemampuan anak dalam menulis dan mengeja. Dengan memperhatikan kemampuan yang dibutuhkan anak dalam belajar membaca,

selanjutnya diperlukan kerjasama komponen-komponen lain dalam proses membaca. Komponen tersebut diantaranya adalah guru atau orangtua dapat membimbing anak

lebih baik, dan mempersiapkan materi serta metode yang tepat untuk memberi pengajaran membaca pada anak.

(11)

3

Anak tunagrahita pada umumnya memiliki keterlambatan dalam bidang kognitif yakni dalam pembelajaran, anak tunagrahita memerlukan waktu yang banyak dibandingkan dengan anak yang lainnya, serta anak tunagrahita memerlukan dorongan untuk dapat memahami isi materi sesuai dengan kemampuannya, dan anak tunagrahita juga memerlukan metode khusus untuk mempelajari keterampilan membaca tersebut.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan kemampuan subjek yang berinisial NZ, saat ini kemampuan keterampilan membaca permulaan anak tersebut

baru dapat membaca huruf vokal dan konsonan, serta anak tersebut dapat membaca kata akan tetapi masih terbata-bata. Hal ini kemampuan yang dimiliki anak, mengakibatkan kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan kelas III SDLB belum berkembang secara optimal.

Hambatan dalam kemampuan membaca permulaan diantaranya adalah, anak kesulitan dalam mengeja huruf serta menyambungkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat. Membaca permulaan yang menjadi acuan adalah anak harus menggunakan pendekatan visual, suara, dan linguistik untuk bisa belajar membaca dengan pasih. Adanya ketidaktepatan pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran membaca permulaan.

Berdasarkan pengamatan peneliti, guru mengajarkan membaca sampai saat ini masih kurang efektif diberikan kepada anak tunagrahita dikarenakan berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran membaca tersebut masih menggunakan metode pembelajaran yang klasikal dengan cara mengeja misalnya membaca “buku” di baca

bu-ku menjadi “buku”, dan masih menyamakan cara mengajarkan membaca seperti

mengajarkan membaca anak pada umumnya.

Melihat permasalahan yang diuraikan di atas tentunya harus ada solusi untuk menangani hal tersebut. Salah satunya dengan mengunakan Metode Fonik untuk

(12)

melalui proses mendengarkan bunyi huruf. Dengan demikian metode fonik lebih sintesis dari pada analitis. Pada mulanya anak diajak mengenalkan bunyi-bunyi huruf, kemudian melihat kata-kata tersebut pada kartu kata yang sudah disediakan setelah itu anak mendengarkan apa yang diucapkan dan kemudian anak diminta untuk mengulangi ucapan itu. Pada dasarnya metode fonik lebih menunjukkan seluruh kalimat lebih dahulu baik di iringi dengan gambar. Untuk memperkenalkan bunyi berbagai huruf biasanya mengkaitkan huruf-huruf tersebut dengan huruf depan berbagai nama benda yang sudah dikenal anak. Dengan menggunakannya metode

tersebut akan berpengaruh terhadap keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

Atas dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan metode tersebut. Maka judul dalam penelitian ini adalah Penggunaan Metode Fonik dalam Pembelajaran Keterampilan Membaca Permulaan Pada Anak

Tunagrahita Ringan.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki anak karena melalui membaca anak dapat belajar banyak tentang berbagai hal. Oleh karena itu membaca merupakan keterampilan yang harus diajarkan sejak anak masuk SD termasuk pada anak tunagrahita.

(13)

5

Anak tunagrahita itu memiliki hambatan dalam kognitifnya, tetapi untuk visual dan auditori tidak memiliki hambatan. Oleh karena itu untuk mengembangkan keterampilan membaca dapat dimaksimalkan melalui melalui persepsi auditori dan visualnya.

Metode yang sesuai dengan karakteristik yang dimiliki anak tunagrahita adalah metode fonik. Metode fonik ini lebih menekankan anak pada apa yang didengarkan dan apa yang dilihatnya. Sehingga metode ini cocok dalam mengajarkan keterampilan membaca anak tunagrahita.

Tabel 1.1 Identifikasi Masalah

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: “Apakah Metode Fonik memiliki pengaruh terhadap peningkatan kemampuan keterampilan membaca permulaan pada siswa tunagrahita ringan kelas III SDLB di SLB Purnama Asih?” adapun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan sebelum mengunakan metode fonik?

Keterampilan Membaca meliputi:

1. ASPEK FISIK a. Persepsi Auditori b. Persepsi visual 2. Aspek Mental

a. kognitif

(14)

2. Bagaimana kemampuan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan setelah mengunakan metode fonik?

3. Apakah terdapat perbedaan nyata sebelum mengunakan dan sesudah mengunakan metode fonik?

D. TUJUAN PENELITIAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini ialah untuk mengetahui peningkatan Metode fonik terhadap peningkatan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

b. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus pada penelitian ini:

1) Mengetahui kemampuan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan sebelum menggunakan metode fonik

2) Mengetahui kemampuan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan setelah menggunakan metode fonik

3) Mengetahui pengaruh penggunaan metode fonik terhadap kemampuan keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita ringan.

2. Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, kegunaan yang diharapkan adalah: a. Kegunaan Teoritis: Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi

(15)

7

b. Kegunaan Praktis: Sebagai bahan referensi bagi guru untuk meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan metode fonik.

E. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi dalam penelitian ini terdapat V Bab yaitu meliputi Bab satu latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat pemelitian, struktur organisasi skripsi.

Bab kedua merupakan landasan teori yang mencakup konsep dasar

tunagrahita, perkembangan kognitif, konsep dasar membaca, kemampuan berbahasa anak tunagrahita dan membaca permulaan anak tunagrahita, metode pembelajaran membaca permulaan, penelitian relevan, kerangka berfikir.

Bab ke tiga merupakan metode penelitian yang mencakup lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, definisi operasional variable, instrument penelitian, serta analisis data.

Bab ke empat merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang mencakup pengolahan dan analisis umum.

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. SUBJEK DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

Subjek yang diteliti merupakan subjek tunggal, sesuai dengan metode penelitian yang digunakan, yaitu penelitian subjek tunggal. Adapun identitas anak tersebut adalah sebagai berikut:

Nama :NZ

Tempat Tanggal Lahir:Bandung, 21 April 2002

Agama : Islam

Kebutuhan : Tunagrahita Ringan

Jenis Kelamin :Laki-laki

Kelas : III (Tiga) SDLB Purnama Asih Bandung

Alamat : Sarijadi – Bandung

Berdasarkan asesmen yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa kemampuan subjek yang berinisial NZ, saat ini kemampuan keterampilan

(17)

22

Hambatan dalam kemampuan membaca permulaan diantaranya adalah, anak kesulitan dalam mengeja huruf serta menyambungkan kata demi kata dan kalimat demi kalimat.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SLB C Purnama Jl. Terusan Sari Asih No. 1 Bandung Barat. Kegiatan penelitian ini dilakukan berlangsung pada saat diluar jam pelajaran dengan meminta izin terlebih dahulu kepada wali kelas. Kegiatan ini dilakukan di sebuah ruangan kelas yang sudah kosong. Hal ini dilakukan agar subjek lebih berkonsentrasi dalam mengerjakan test dan melakukan kegiatan penelitian sesuai dengan yang diinstruksikan penelitian.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Metode Fonik dalam pembelajaran keterampilan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen. Penggunaan metode eksperimen bertujuan untuk

mengetahui perlakuan sebab akibat antara variabel bebas dan variable terikat.

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Pada tahap ini metode yang akan digunakan adalah metode eksperimen dengan subjek tunggal (Single Subject Research), yaitu suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya

(18)

untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dan perubahan tingkah laku.

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah (A-B-A). Desain ini dimulai dengan sebuah baseline (A-1) untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kemudian memberikan treatment atau intervensi (B). Pada fase intervensi ini, peneliti menetapkan beberapa sub target behavior sesuai dengan prilaku yang diharapkan dan yang terakhir baseline (A-2) sebagai tahap evaluasi untuk mengetahui hasil setelah diberi perlakuan pada kemampuan yang telah diukur. Penggunaan desain (A-B-A) ini, peneliti akan mendapatkan data-data dari hasil tes dan diolah menjadi skor. Karena dalam penelitian menggunakan bentuk instrumen berupa tes membaca permulaan.

Tes memiliki arti serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 1993:123).

Secara visual desain A-B-A dapat digambarkan pada grafik di bawah ini:

(19)

24

1. Prosedur Penelitian

Adapun prosedur penelitiannya adalah sebagi berikut:

1) Baseline 1 (A-1)

Pada fase baseline, peneliti memberikan test dengan cara memberikan soal yang berisikan tentang materi membaca permulaan. Pengukuran pada baseline 1 dilakukan sebanyak empat sesi, dimana setiap sesi dilakukan satu hari dengan periode waktu selama 30 menit.Pada sesi ini terdapat langkah-langkah sebagai berikut:

1. Peneliti mengkondisikan anak untuk siap masuk kedalam pembelajaran 2. Peneliti memberikan gambar yang berhubungan dengan kata yang akan

dibaca oleh anak dan kata yang gambar yang sudah anak ketahui

3. Setiap tahap dan butir soal yang dilalui mendapat ceklis dan nilai pada lembar soal yang telah dipersiapkan.

2) Intervensi (B-1)

Intervensi ini adalah kondisi subjek selama intervensi secara

berulang-ulang. Intervensi dilakukan saat data pada baseline cenderung stabil dan sampai data menjadi stabil, dan intervensi pada penelitian ini yaitu penggunaan metode fonik dalam pembelajaran keterampilan membaca. Target behavior ini ditentukan dalam keterampilan membaca permulaan yang belum

dikuasai subjek adalah target yang sesuai dengan langkah-langkah membaca permulaan. Pada sesi ini terdapat langkah-langkahsebagai berikut:

1. Peneliti mengkondisikan subjek kedalam situasi belajar

(20)

3. Peneliti mengintruksikan subjek untuk mendengarkan membaca suku kata

dengan menggunakan metode fonikmisalnya membaca suku kata “pa-ku” dengan p a - k u dengan secara dileburkan dan tidak dieja.

4. Kemudian mintalah anak mengulangi membaca suku kata dengan apa yang telah didengarkannya dengan menggunakan metode fonik.

5. Setelah itu peneliti membaca kata kembali sesuai dengan gambar yang sudah ditentukan dengan menggunakan metode fonik dengan dileburkan tanpa dieja misalnya “paku”dibaca menjadi “p a k u”.

6. Setelah itu mintalah anak untuk mengikuti kata tersebut dengan apa yang telah dibacakan peneliti.

7. Mintalah anak membaca secara berulang sehingga anak mampu membaca tanpa bantuan peneliti.

8. Peneliti memberikan lembar intervensi yang telah ditentukan sebelumnya dengan butir soal membaca kalimat sederhana.

9. Selanjutnya peneliti membacakan kalimat misalnya “buku baru” dan

dibaca menjadi “buku baru” dilebur dan tidak dengan dieja.

10.Mintalah anak membaca secara berulang sehingga anak mampu membaca tanpa bantuan peneliti.

3) Baseline 2 (A-2)

Pada tahap pengukuran ini kemampuan membaca permulaan dilakukan secara berulang.Dimana pada setiap masing-masing sesi membaca permulaan pada hari yang berbeda tanpa penggunaan metode fonik dalam periode waktu selama 30 menit. Dengan penjabaran sebagai berikut:

(21)

26

2. Melakukan pengukuran ulang kemampuan anak dalam membaca permulaan, dengan menggunakan butir soal yang sama pada saat dilakukan tes sebelumnya.

3. Dalam mengukur kemampuan anak dalam membaca permulaan dilakukan dengan menghitung persentase kata yang diucapkan anak.

Pada fase ini pengukuran dilakukan dengan memberikan tes lisan yang dilakukan dengan cara, peneliti memberikan intervensi membaca permulaan,

kemudian subjek membaca sesuai dengan yang diberikan oleh peneliti (Sebagai dilakukan pada tahap A-1).

C. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian merupakan suatu ciri, sifatatau ukuran tentang suatukonsep pengertian tertentu sebgai titik perhatian dari suatu penelitian.

Dengan demikian variabel dapat berbentuk benda atau kejadian yang dapat diamati atau diukur.pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu:

1. Metode Fonik Sebagai Variabel Bebas

“Variabel bebas yaitu variable yang mempengerahui atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat.Dalam penelitian ini yang

(22)

baik diiringi dengan gambar. Untuk memperkenalkan bunyi berbagai huruf biasanya mengkaitkan huruf-huruf tersebut dengan huruf depan berbagai nama benda yang sudah dikenal anak.

2. Keterampilan Membaca Permulaan Sebagai Variabel Bebas

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel terikat” (Sunanto, 2006:12). Variabel terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan nama perilaku sasaran atau target behavior. Dalam penelitian ini,

yang menjadi variabel terikat yaitu keterampilan membaca permulaan, Kriteria kemampuan dalam penelitian ini dapat diukur dari ketepatan anak dalam membaca permulaan yang dirinci kedalam sub target behavior. Sub target behavior ini ditentukan dalam sub keterampilan membaca permulaan yang belum dikuasai subjek.

D. INTRUMEN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

1. Intrument Penelitian

Pada prinsifnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.

(23)

28

dihitung sebagai satu sesi. Baseline A-1, Intervensi B, dan baseline A-2, yang kemudian data baseline A-1 dengan baseline A-2 dibandingkan, jika terjadi selisih dimana nilai data baseline A-2 lebih besar dari baseline A-1, hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh dari intervensi yang telah diberikan.

Adapun skoring yang dilakukan dimana setiap membaca permulaan yang anak jawab benar dan dijawab salah akan diberi nilai sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan pada setiap tes tersebut. Data yang telah diperoleh

dicatat kemudian masing-masing komponen dijumlahkan dan untuk menghitung persentase peningkatan kemampuan membaca permulaan dapat dihitung sebagai berikut:

Persentase = � ℎ �

� ℎ � � ℎ 100 %

Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan selama menyusun intrumen penelitian :

a. Membuat kisi-kisi

Kisi-kisi dalam penelitian ini sebagai dasar pengembangan intrumen dan sesuai dengan dengan kemampuan awal anak yang sebelumnya sudah dilakukan asesmen terlebih dahulu kepada anak.

KISI-KISI INSTRUMEN

KEMAMPUAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN Mata Pelajaran : Membaca

Kelas : III (Tiga) / II (Dua

NO ASPEK KOMPONEN INDIKATOR

1 MEMBACA

(24)

huruf kecil

b. Penyusunan Butir Soal Keterampilan Membaca

Sebelum membuat intrumen, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi intrumen, kemudian kisi-kisi tersebut dikembangkan pada pembuatan soal yang berisi materi membaca permulaan. Adapun kisi-kisi intrumen dan format instrument yang digunakan sebagai berikut:

(25)

30

Bacalah simbol bahasa (huruf) konsonan cetak kecil di bawah ini!

(26)

da

Ditulis Dibaca Ditulis Dibaca

topi mata

kalimat Ditulis Dibaca

topi saya

c. Penyusunan Program Pembelajaran membaca permulaan

Penyusunan program pembelajaran membaca permulaan ini bertujuan untuk pedoman dalam pembelajaran membaca permulaan sebagai bentuk intervensi pada siswa tunagrahita ringan. Untuk menyusun program

(27)

32

d. Uji Validitas

Sebelum intrumen penelitian ini digunakan,untuk mengetahui uji kelayakan atau tidaknya intrumen yang dijadikan untuk alat tes. Intrumen penelitian dikatakan layak digunakan sebagai alat tes apabila memenuhi kriteria yakni intrumen valid melalui judgement kelayakan alat pengumpul data dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Setelah tahap Judgement dilaksanakan, intrumen tes diberikan subjek yang lain dan dilakukan sebelum eksperimen sesunguhnya dimulai. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menambah keyakinan peneliti dalam penggunaan intrumen yang digunakan. Melalui tahap Judgement, maka intrumen yang digunakan selanjutnya memiliki validitas dengan kemampuan

kemampuan anak.

Adapun tiga Ahli yang melakukan penilaian validitas adalah:

Penilai I : Dr. Endang Rochyadi,M.Pd

Penilai II : Neni Sariningsing, S.Pd

Penilai III : Syarifah Sar’an, S.Pd

(28)
(29)

34

Membaca Kata 16 Cocok Cocok Cocok Valid

17 Cocok Cocok Cocok Valid

18 Cocok Cocok Cocok Valid

19 Cocok Cocok Cocok Valid

20 Cocok Cocok Cocok Valid

21 Cocok Cocok Cocok Valid

22 Cocok Cocok Cocok Valid

23 Cocok Cocok Cocok Valid

Membaca Kalimat

25 Cocok Cocok Cocok Valid

26 Cocok Cocok Cocok Valid

27 Cocok Cocok Cocok Valid

28 Cocok Cocok Cocok Valid

29 Cocok Cocok Cocok Valid

30 Cocok Cocok Cocok Valid

e. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Data dalam penelitian diperoleh dari hasil sebelum dan sesudah kemampuan membaca permulaan anak tunagrahita ringan serta untuk mengetahui pengaruh satu perlakuan terhadap target behavior yang sudah ditentukan, selanjutnya data dianalisis dengan membandingkan hasil

(30)

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan pengukuran persentase yang merupakan suatu pengukuran variabel terikat yang biasa digunakan oleh peneliti dan guru untuk mengukur perilaku dalam bidang akademik. Persentase ini dihitung dengan carajumlah soal yang benar dibagijumlah soal keseluruhan kemudian dikalikan seratus.

Adapun grafik perkembangan yang digunakan untuk mengolah databerupa grafik desain ABA Menurut Sunanto (2006:30) komponen-komponen yang penting dalam membuat grafik diantaranya:

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan/ waktu (misalnya, sesi, hari, dan tanggal).

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variable terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi, durasi).

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, dan 75%)

5. Label kondisi yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya base line atau intervensi.

6. Garis perubahan kondisi yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi lainnya, biasanya dalam bentukgaris putus-putus. 7. Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera

diketahui hubungan antara variable bebas dan terikat

2. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisis dengan perhitungan yang

(31)

36

menganalisis data setiap kondisi dan antar kondisi. Analisis dalam kondisi memiliki komponen sebagai berikut:

1. Panjang Kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyakanya sesi dalam kondisi tersebut.

2. Kecenderungan Arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di

bawah garis yang sama banyak. 3. Tingkat Stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat dihitung dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

4. Tingkat Perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukan besarnya perubahan data antara dua data.Tingkat perubahan merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.

5. Jejak data

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data yang lainnya ke dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, atau mendatar.

6. Rentang

Rentang adalah jarak antara data pertama dengan data terakhir sama halnya pada tingkat perubahan level (level change).

Adapun analisis antarkondisi meliputi komponen sebagai berikut: 1. Variabel yang diubah

(32)

Merupakan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dengan intervensi

3. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan kestabilan perubahan dari sederetan data. 4. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data diubah 5. Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan

data yang sama pada kedua kondisi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data-data tersebut yaitu:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 1 (A-1) b. Menskor hasil penilaian pada kondisi intervensi (B) c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline 2 (A-2)

d. Membuat tabel penelitian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline 1, kondisi intervensi dan baseline 2.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline 1, skor intervensi dan baseline 2.

f. Membuat analisis data bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.

(33)

62

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data dan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan metode fonik dalam penelitian ini berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan.

Peningkatan kemampuan keterampilan membaca permulaan ini diperoleh di lapangan melalui skor persentase dalam menjawab soal membaca permulaan anak tunagrahita ringan. Hasil penelitian pada kemampuan membaca permulaan, memperlihatkan bahwa sebelum diberikan intervensi dengan menggunakan metode fonik. Tetapi setelah menggunakan metode fonik dalam pembelajaran keterampilan membaca permulaan anak tunagrahita meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata yang anak peroleh pada setiap sesi penelitiannya, pada baseline 1 (A-1) anak memperoleh hasil rata-rata 23,32%, sesi Intervensi (B) anak mendapatkan hasil rata-rata 46,66%, dan pada sesi terakhir pada Baseline 2 (A-2) anak memperoleh nilai rata-rata 63,33%. Data tersebut dapat menunjukan perubahan yang stabil pada setiap sesinya, pada setiap fasenya anak menunjukan kestabilan dari hasil skor yang diperoleh. Namun dengan demikian dari data tersebut terlihat nilai dari setiap sesi ke sesi lainnya ada peningkatan yang signifikan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan kembali bahwa membaca permulaan dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran keterampilan membaca permulaan pada anak tunagrahita ringan yang berada di kelas III SDLB. Jadi keberhasilan suatu metode tidak akan berlangsung dengan baik apabila tidak didukung oleh berbagai komponen. Guru dapat mengadopsi komponen-komponen

(34)

2. Rekomendasi

Penggunaan metode pembelajaran untuk anak Tunagrahita memang harus lebih diperhatikan. Dalam penelitian ini keterampilan membaca permulaan merupakan alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran keterampilan membaca permulaan untuk anak Tunagrahita Ringan. Berdasarkan penelitian di lapangan saran yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:

A. Bagi Guru

Metode yang tepat dan media yang sesuai akan membantu anak dalam

pembelajaran keterampilan membaca permulaan salah satunya adalah dengan menggunakan metode fonik. Untuk itu disarankan guru menggunakan metode fonik terhadap anak tunagrahita ringan..

B. Bagi Sekolah

Hendaknya pihak sekolah mendorong dan memotivasi guru lagi untuk membuat metode yang dapat mendukung dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran yang sesuai dengan kemampuan guru, sehingga dapat membantu meningkatkan hasil belajar anak didiknya.

C. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan hasil penelitian, metode fonik diketahui bisa mempengaruhi pembelajaran keterampilan membaca permulaan untuk anak tunagrahita ringan. Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan penelitian lain, karena penelitian ini hanya berlaku bagi subjek pada saat penelitian ini. Sehingga ada baiknya dilakukan pada subjek yang lain dengan karakteristik anak tunagrahita ringan. Peneliti berikutnya dapat menggunakan instrumen yang sama maupun berbeda tetapi dengan metode yang berbeda, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih baik dan dapat menemukan

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M (2012) Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta

Alimin, Z. (2008). Hambatan Belajar dan Hambatan Perkembangan pada Anak Tunagrahita. [Online]. Tersedia: http://www.z-alimin.blogspot.com [10

Januari 2012

Alimin, Z. dan Rochyadi, E. (2003) Pengembangan Program Pembelajaran Individual Anak Tunagrahita. Jakarta: Depdiknas Dirjen dikti

Amin, M. (1995). Ortopedagogik Tunagrahita. Jakarta: Depdikbud

Arikunto, S. (2002) Prosedur Penelitian.Jakarta:PT Rineka Cipta

Arikunto,S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:Rineka Cipta

Darjowidjojo, S. (2012). Psikolinguistik. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia

Hurlock, B.Elizabeth (1978) Perkembangan Anak. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ormrod, Jeanne Ellis. (2008) Psikologi Pendidikan Jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga

Ormrod, Jeanne Ellis. (2008) Psikologi Pendidikan Jilid 1I. Jakarta: Penerbit Erlangga

Popovich, D. (1981). A Manual For Teacher and Aides. London: PT. Paulh Brooks

Publishing Co.

Rahim. F (2008) Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara

Soemantri, T.S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama Soendari. T (2008) Modul Pengajaran Asesmen Anak Berkebutuhan Khusus.

(36)

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta

Sukmadinata, Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sunanto, J. et.al. (2005) Pengantar Penelitian Dengan Single Subject Tunggal. Tsukuba:CRICED University of Tsukuba

Sunanto, J.et.al. (2006). Penelitian dengan Subyek Tunggal. Bandung: UPI Press

Sutjihati, T.S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Tarigan. H (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa Bandung

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Disertasi. Bandung: Departemen Pendidikan Nasional UPI

Gambar

     Tabel 1.1     Identifikasi Masalah
Grafik 3.1 Desain A-B-A
Tabel 3.1
     Tabel 3.2     Butir Soal Membaca Permulaan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Anak tunagrahita pada dasarnya mempunyai hambatan perkembangan fungsi intelektual, sehingga mengalami hambatan yang berarti dalam proses belajar termasuk dalam proses

Untuk itu di Sekolah Luar Biasa tingkat sekolah menengah atas (SMALB) kegiatan pembelajaran vokasional khususnya otomotif ini salah satu pelajaran yang diajarkan

Hal ini ditandai dengan anak yang belum mengenal huruf, serta lambang huruf, belum bisa membaca suku kata, cara anak meletakkan buku yang masih terbalik dan

Kemampuan membaca anak usia dini kelompok B di TK Cendekia Mulia Surabaya dalam hal membaca huruf vokal dan konsonan, membaca huruf yang dirangkai menjadi suku

Metode analisis glass adalah suatu metode pengajaran membaca melalui pemecahan sandi huruf dalam kata (Janet, W Learner).Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada

Atas izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemerolehan Bahasa Indonesia pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB Melalui Kegiatan Membaca Buku

Metode analisis glass adalah suatu metode pengajaran membaca melalui pemecahan sandi huruf dalam kata (Janet, W Learner).Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada

Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi kata yang menunjukkan bahwa anak dapat membaca vokal au, ai, dan huruf ng dengan benar, namun hanya pada dua suku kata saja, berbeda dengan