• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF DOKTER GIGI PADA PASIEN ANAK USIA SEKOLAH DASAR DALAM KEBERHASILAN KOMUNIKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF DOKTER GIGI PADA PASIEN ANAK USIA SEKOLAH DASAR DALAM KEBERHASILAN KOMUNIKASI."

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF DOKTER GIGI PADA PASIEN ANAK USIA SEKOLAH DASAR DALAM KEBERHASILAN

KOMUNIKASI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M.Hum)

Program Studi Linguistik

Oleh

Sarah Sahriani 1102525

PROGRAM STUDI LINGUISTIK SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. NIP.196001201987031001

Pembimbing II

Dadang Sudana, M.A., Ph.D NIP.196009191990031000

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. NIP.196001201987031001

Pembimbing II

Dadang Sudana, M.A., Ph.D NIP.196009191990031000

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

(4)

iv

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. Syihabuddin, M.Pd. NIP.196001201987031001

Pembimbing II

Dadang Sudana, M.A., Ph.D NIP.196009191990031000

Mengetahui,

Ketua Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia,

(5)

v

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF DOKTER GIGI PADA PASIEN ANAK USIA SEKOLAH DASAR DALAM KEBERHASILAN KOMUNIKASI” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan,

(6)
(7)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR PERAGA... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pembatasan Masalah Penelitian... 5

1.3 Rumusan Masalah Penelitian... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 7

1.5 Manfaat Penelitian ... 7

1.6 Definisi Operasional Penelitian ... 8

1.7 Sistematika Pelaporan Penelitian... 9

BAB II TELAAH IHWAL TINDAK TUTUR, TEKNIK TERAPEUTIK, RESPON PENERIMAAN DAN KECEMASAN ... 10

2.1 Tindak Tutur dalam Komunikasi Dokter Gigi dengan Pasien Anak ... 10

2.1.1 Jenis-Jenis Tindak Tutur Direktif ... 11

2.1.2 Lokusi, Ilokusi, dan Perlokusi ... 15

2.2 Teknik Terapeutik dalam Komunikasi Dokter dengan Pasien Anak .. 24

2.3 Respon Penerimaan terhadap Tindak Tutur Direktif... 29

(8)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.5 Penelitian Terkait dan Posisi Kajian Ini... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1 Deskripsi Umum Desain Penelitian... 38

3.2 Paradigma dan Klasifikasi Penelitian ... 39

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

3.4 Sampel Penelitian ... 41

3.5 Sumber Penelitian... 42

3.6 Pengumpulan Data... 45

3.7 Teknik Analisis Data ... 45

3.8 Langkah-Langkah Penelitian ... 47

3.9 Penyajian Hasil Analisis Data ... 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 49

4.1 Deskripsi Data dan Temuan ... 50

4.2 Analisis Data Penelitian ... 51

4.2.1 Realisasi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi terhadap Pasien Anak... 51

4.2.2 Teknik Terapeutik dalam Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi ... 65

4.2.3 Penerimaan Pasien terhadap Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi ... 75

4.2.4 Tingkat Kecemasan Pasien terhadap Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi ... 83

4.3 Pembahasan Hasil Analisis... 91

4.3.1 Realisasi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi terhadap Pasien Anak... 92

(9)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3.3 Penerimaan Pasien terhadap Tindak Tutur Direktif Dokter

Gigi ...102

4.3.4 Tingkat Kecemasan Pasien terhadap Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi ...107

4.4 Penutup ...116

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...117

5.1 Simpulan...117

5.2 Saran ...121

5.3 Penutup ...123

DAFTAR PUSTAKA ...124

RIWAYAT HIDUP ...129

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...130

Lampiran 1 Lembar Transkrip Percakapan dengan Pasien 1 ...130.

Lampiran 2 Lembar Analisis Pasien 1...136.

Lampiran 3 Lembar Kuisioner Pasien 1 ...143

Lampiran 4 Lembar Transkrip Percakapan dengan Pasien 2 ...144

Lampiran 5 Lembar Analisis Pasien 2...147

Lampiran 6 Lembar Kuisioner Pasien 2 ...154

Lampiran 7 Lembar Transkrip Percakapan dengan Pasien 3 ...155

Lampiran 8 Lembar Analisis Pasien 3...158

Lampiran 9 Lembar Kuisioner Pasien 3 ...163

(10)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.4 Indikator Tingkat Kecemasan ... 35

Tabel 3.7 Teknik Analisis Data ... 46

Tabel 4.1 Jumlah Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi ... 50

Tabel 4.2 Realisasi Tindak Tutur Direktif dari I#1 ... 51

Tabel 4.3 Realisasi Tindak Tutur Direktif dari I#2 ... 55

Tabel 4.4 Realisasi Tindak Tutur Direktif dari I#3 ... 59

Tabel 4.5 Total Realisasi Tindak Tutur Direktif ... 62

Tabel 4.6 Teknik Komunikasi Terapeutik pada I#1... 65

Tabel 4.7 Teknik Komunikasi Terapeutik pada I#2... 68

Tabel 4.8 Teknik Komunikasi Terapeutik pada I#3... 71

Tabel 4.9 Total Kategori Teknik Komunikasi Terapeutik ... 73

Tabel 4.10 Penerimaan Pasien Anak dari I#1 ... 76

Tabel 4.11 Penerimaan Pasien Anak dari I#2 ... 77

Tabel 4.12 Penerimaan Pasien Anak dari I#3 ... 79

Tabel 4.13 Total Kategori Penerimaan Pasien Anak... 81

Tabel 4.14 Tingkat Kecemasan pada I#1 ... 84

(11)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.16 Tingkat Kecemasan pada I#3 ... 87

Tabel 4.17 Total Tingkat Kecemasan pada Ketiga Interaksi ... 88

Tabel 4.18 Distribusi Temuan Kategori Tindak Tutur Direktif ... 94

Tabel 4.19 Realisasi Berdasarkan Performa Interaksi antara Dokter Gigi dan Pasien ... 98

Tabel 4.20 Realisasi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi dan Respon Penerimaan Pasien ...104

Tabel 4.21 Saat-saat Tingkat Kecemasan Berat Muncul...108

Tabel 4.22 Saat-saat Tingkat Kecemasan Sedang Muncul ...110

Tabel 4.23 Saat-saat Tingkat Kecemasan Ringan Muncul...111

Tabel 4.24 Kemungkinan Respon Penerimaan berdasarkan Tingkat Kecemasan ...115

(12)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PERAGA

(13)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

(14)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

STRATEGI TINDAK TUTUR DIREKTIF DOKTER GIGI PADA PASIEN ANAK USIA SEKOLAH DASAR DALAM KEBERHASILAN KOMUNIKASI

Sarah Sahriani

Universitas Pendidikan Indonesia

Abstrak

Pasien anak memerlukan pendekatan komunikasi khusus yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis. Secara otomatis hal ini akan berkaitan juga dengan respon penerimaan dan hubungannya dengan tingkat kecemasan. Oleh karena itu, Penelitian ini dilaksanakan untuk mengkaji strategi tindak tutur direktif dokter gigi kepada pasien anak serta hubungannya dengan teknik komunikasi terapeutik yang digunakan. Sumber data dalam penelitian ini adalah tindak tutur direktif yang digunakan oleh seorang informan dokter gigi dalam menghadapi tiga pasien anak yang mewakili kelompok usia yang berbeda. Data penelitian diperoleh dengan menggunakan teknik observasi langsung di lapangan dan transkripsi tuturan percakapan. Analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan empat instrumen, yakni: (1) kategori tindak tutur direktif (Bach dan Harniss, 1979); (2) teknik komunikasi terapeutik (Stuart dan Sundeen, 1998); (3) kategori penerimaan pasien anak (Bara, 2010); dan (4) tingkat kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa kategori tindak tutur direktif dokter gigi mencakup Questions (40%), Advisories (24%), Requirements (20.8%), Requestives (9.6%), serta Permissives dan Prohibitives (masing-masing 4.8%). Adapun teknik terapeutik terbanyak yang digunakan dokter gigi terhadap pasien anak ialah teknik memfokuskan (23.4%), mengklarifikasi (19.8%), refleksi (7.2%), asertif (5.4%) dan humor (7.2%). Selanjutnya, respon penerimaan pFasien anak terhadap tindak tutur direktif dokter gigi yang paling dominan adalah bentuk Dispreferred: Delay sebanyak 37.8%, disusul oleh bentuk Preferred: Acceptance sebanyak 36%, kemudian Dispreferred: Indication of a dispreferred action dan Preferred: Consensus masing-masing 12.6%. Terakhir bahwa kecemasan ringan ialah yang paling dominan (54%), diikuti kecemasan sedang (27%) dan kecemasan berat (18%). Dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menunjukkan pola tindak tutur direktif dokter gigi, teknik terapeutik yang digunakannya dan bentuk respon penerimaan pasien anak dalam komunikasi medis. Isu-isu ini diharapkan dapat dicermati secara kritis oleh para pihak yang berkecimpung dalam pelayanan medis, khususnya dokter gigi.

(15)

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, landasan teoretis, definisi operasional, dan sistematika penulisan. Latar belakang masalah penelitian berisi alasan dilaksanakannya penelitian sehingga memunculkan pertanyaan penelitian yang didukung oleh penjelasan tujuan penelitian, manfaat penelitian serta landasan teoretis yang melandasi penelitian ini. Kemudian, definisi operasional disajikan untuk menjelaskan batasan pokok-pokok permasalahan penelitian. Adapun sistematika penulisan bertujuan memberikan penjelasan umum terkait masing- masing bab dalam tesis ini.

1.1 Latar Belakang

(16)

2

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial. Salah satu bentuk optimalisasi kesehatan fisik yang tidak dapat diabaikan adalah kesehatan gigi dan mulut.

Kesehatan gigi dan mulut sangat krusial pada masa kanak-kanak. Pada rentang usia 6 sampai 12 tahun, seorang anak akan mengalami fase pergantian gigi-geligi, dari gigi susu ke gigi dewasa atau gigi tetap. Masa pergantian gigi ini ini sangat krusial karena pertumbuhan gigi yang tidak normal dapat terjadi. Pertumbuhan gigi yang tidak normal pada masa kanak-kanak dapat menimbulkan akibat luas setelah mereka dewasa. Pada masa pertumbuhan gigi inilah orang tua memegang peran yang besar dalam perawatan gigi anak-anak.

Dalam perawatan gigi di masa pertumbuhan, orang tua perlu melakukan pendekatan psikologis kepada anak, misalnya dengan memberikan contoh agar membiasakan menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur. Namun terkadang sebagian orang tua keliru dalam menerapkan pendekatan psikologis tersebut, misalnya dengan menakut-nakuti anak dan menjadikan dokter gigi sebagai ancaman jika mereka tidak mau menurut pada perintah orang tua. Alhasil, bukanlah kesehatan gigi yang tercapai melainkan rasa cemas yang berlebihan tatkala berobat ke dokter gigi.

(17)

3

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tahun atau sebelum menginjak usia remaja memiliki tingkat kecemasan terhadap perawatan kesehatan gigi.

Fakta tentang kecemasan anak yang berkenaan dengan kondisi gigi tentunya menuntut adanya penyesuaian pola komunikasi dari orang tua kepada anak, serta dari kalangan dokter gigi dalam penanganan pasien anak. Strategi komunikasi yang tepat diperlukan agar proses pemeriksaan dan pengobatan dapat dilakukan secara optimal. Komunikasi medis, yang juga dikenal dengan istilah komunikasi terapeutik, bersifat interpersonal dan bertujuan untuk kesembuhan pasien.

Ditinjau dari aspek linguistik, komunikasi merupakan bentuk penggunaan bahasa yang tidak bisa dipisahkan dengan realisasinya, yakni tindak tutur. Dalam hal ini, tindak tutur menuntut adanya kerjasama antara penutur dan mitra tutur dalam konteks pertuturan tertentu agar masing-masing dapat mencapai tujuan komunikasi yang diinginkan melalui tuturannya (Grice, 1975). Dalam konteks hubungan komunikasi antara dokter gigi dengan pasien anak, tuntutan kerjasama ini tentunya perlu dipenuhi oleh kedua belah pihak yang terlibat dalam interaksi demi lancarnya perawatan yang hendak diberikan dokter gigi kepada pasien anak.

(18)

4

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dokter mau lihat tenggorokannya.” Tindak tutur semacam ini, dijelaskan oleh Searle sebagai tindak tutur direktif (directive speech act).

Dari uraian di atas, dapat dipastikan bahwa tindak tutur direktif dari dokter gigi kepada pasien anak memegang peran penting dalam kesuksesan perawatan gigi dan mulut. Tindak tutur direktif yang tepat akan memberikan sumbangsih positif bagi kesuksesan perawatan gigi dan mulut anak.

Penelitian yang terkait dengan tindak tutur direktif terhadap anak telah banyak dilakukan. Beberapa contohnya antara lain penelitian Yuniarti (2010) yang mengidentifikasi realisasi bentuk pemahaman anak prasekolah terhadap tindak tutur direktif dari gurunya; Mulyani (2011) yang menelisik bentuk-bentuk tindak tutur direktif guru Sekolah Menengah Atas (SMA) dalam kegiatan belajar mengajar di kelas terkait dengan prinsip kerjasama dan kesantunan; dan Vilayati dkk. (2012) menggambarkan bentuk tindak tutur direktif dalam konteks situasi tertentu antara orang tua dan anak dalam bahasa Minangkabau.

(19)

5

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.2 Pembatasan Masalah Penelitian

Penelitian ini dibatasi dalam lingkup praktik dokter gigi umum (General Practice) karena praktik dokter gigi umum lebih banyak dikunjungi pasien anak dan dewasa dengan kasus yang beragam daripada praktik dokter spesialis gigi anak. Untuk kepentingan tersebut, pengambilan data dilakukan di tempat praktik seorang dokter gigi swasta. Ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa praktik dokter gigi di Rumah Sakit/Puskesmas dilakukan di pagi hari, sehingga kecil kemungkinan banyak pasien anak usia sekolah dasar yang melakukan pemeriksaan dan perawatan gigi mengingat jadwal yang bersamaan dengan aktivitas belajar di sekolah.

Kemudian, masalah pada penelitian ini difokuskan pada tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak kelompok usia 6-7 tahun, 8-9 tahun, dan 10-12 tahun. Dalam hal ini, tindak tutur direktif dokter gigi dibatasi hanya pada kasus-kasus yang melibatkan tindakan medis, seperti restorasi gigi (penambalan), ekstraksi gigi (pencabutan), dan drainase abses (pengeluaran nanah). Ketiga tindakan tersebut diketahui akan memberikan efek cemas karena pasien datang dalam keadaan sakit secara fisik, dalam hal ini, pada giginya.

(20)

6

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Oleh karena itu, kemampuan kognitif dan afektif seorang dokter terhadap kebutuhan dan perasaan pasien dapat tercerminkan dari sikap dokter itu sendiri untuk menyampaikan empatinya melalui teknik komunikasi terapeutik yang digunakan. Dengan demikian, penelitian ini juga akan memaparkan teknik terapeutik yang digunakan dokter gigi dalam menangani pasien anak.

Selanjutnya, penelitian ini juga mencoba menguraikan pengaruh tindak tutur direktif dokter gigi terhadap tingkat kecemasan anak. Ini dilandaskan kepada kondisi mental psikologis anak-anak usia sekolah dasar yang rentan terhadap tekanan. Oleh karena itu, respon penerimaan pasien anak, baik verbal maupun nonverbal, ketika proses pengobatan dan perawatan gigi dilakukan juga akan dianalisis untuk mengetahui tingkat kecemasan yang dialami pasien anak

1.3 Rumusan Masalah Penelitian

Secara operasional pembatasan masalah tersebut dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak? 2. Teknik terapeutik apa yang digunakan dalam tindak tutur direktif dokter gigi? 3. Bagaimana respon penerimaan pasien anak terhadap tindak tutur direktif

dokter gigi tersebut?

(21)

7

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk mengetahui realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak usia sekolah dasar. Kedua, untuk mengetahui teknik terapeutik yang digunakan dokter gigi dalam tindak tutur direktifnya kepada pasien anak. Ketiga, untuk mengetahui respon penerimaan pasien anak terhadap tindak tutur direktif tersebut. Keempat, penelitian diarahkan untuk mengetahui tingkat kecemasan anak berdasarkan tindak tutur direktif yang digunakan oleh dokter gigi.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat-manfaat yang dapat diambil baik secara teoritis maupun secara praktis. Beberapa manfaat yang diharapkan timbul dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi dunia linguistik, khususnya dalam ranah studi pragmatik klinis, sebagai referensi atau acuan bagi penelitian-penelitian sejenis yang lain secara mendalam.

(22)

8

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6 Definisi Operasional Penelitian

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap judul dan variabel yang diambil dalam penelitian ini, perlu dijelaskan definisi operasional dari masing- masing variabel penelitian sebagai berikut:

1. Komunikasi profesional (Professional Communication) seorang dokter gigi akan lebih mudah dilakukan kepada orang dewasa yang pada umumnya sudah memiliki kestabilan emosi ketika proses pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan. Namun, ketika pasien yang dihadapi adalah pasien anak dengan usia sekolah dasar dengan kestabilan emosi rendah, maka dokter gigi tersebut memerlukan strategi tuturan tertentu ketika proses pemeriksaan gigi dan mulut dilakukan.

2. Anak usia sekolah dasar pada penelitian ini adalah anak usia 6-12 tahun dengan kelompok usia 6-7 tahun, 8-9 tahun, dan 10-12 tahun.

3. Strategi tindak tutur yang dianggap relevan dan mendukung keberhasilan proses interaksi antara dokter gigi dan anak usia sekolah dasar adalah bentuk tindak tutur direktif/arahan, di antaranya: memerintah, mengajak, menyuruh, memperingatkan, mengijinkan dan sebagainya.

(23)

9

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Pemahaman anak usia sekolah dasar terhadap tindak tutur direktif yaitu bentuk tanggapan dalam merespon, baik secara verbal maupun nonverbal, atas strategi tindak tutur direktif yang digunakan oleh dokter gigi.

6. Keberhasilan perawatan gigi dan mulut anak usia sekolah dasar, salah satunya mencerminkan teknik terapeutik pada tindak tutur yang digunakan oleh dokter gigi. Komunikasi terapeutik pada tuturan direktif dokter gigi akan berpengaruh pada proses perkembangan jiwa anak dan tingkat kecemasannya.

7. Komunikasi terapeutik adalah ujaran yang digunakan untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien.

1.7 Sistematika Pelaporan Penelitian

(24)

38

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang desain penelitian yang mencakup: deskripsi umum penelitian; paradigma dan klasifikasi penelitian; lokasi dan waktu penelitian; sampel penelitian; sumber penelitian; pengumpulan data; teknik analisis data; langkah- langkah penelitian; dan penyajian hasil analisis data.

3.1 Deskripsi Umum Desain Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan pada Bab I, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak usia sekolah dasar; mengetahui teknik terapeutik yang digunakan dokter gigi dalam tindak tutur direktifnya kepada pasien anak; untuk mengetahui respon penerimaan pasien anak terhadap tindak tutur direktif tersebut; dan mengetahui tingkat kecemasan anak berdasarkan tindak tutur direktif yang digunakan oleh dokter gigi.

(25)

39

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kategori Tindak Tutur Direktif dari Bach & Harniss (1979) 2. Teknik Komunikasi Terapeutik dari Stuart & Sundeen (1998) 3. Teori Penerimaan dari Bara (2010)

4. Tingkat Kecemasan dari Stuart & Sundeen (1998)

Secara operasional, keempat analisis tersebut kemudian akan diuraikan melalui metode dan sistematika pelaporan yang menunjang pencapaian tujuan penelitian ini.

3.2 Paradigma dan Klasifikasi Penelitian

Paradigma penelitian ini adalah constructive paradigm. Constructive paradigm memandang realitas kehidupan sosial bukan sebagai realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruksionis adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Uraian ini selaras dengan tujuan penelitian.

(26)

40

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

“makna yang diinterpretasikan oleh mitra tutur” di dalam pikiran mitra tutur

dalam mengolah dan membuat interpretasi yang diperoleh saat mendapatkan informasi ketika sedang berkomunikasi.

Metode penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, untuk menjelaskan atau memaparkan data dan menguraikannya sesuai dengan sifat alamiah data tersebut. Ancangan deskriptif digunakan di dalam penelitian ini untuk tujuan penelitian. Menurut Djajasudarma (2006), deskripsi merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai dengan sifat alamiah data tersebut. Melalui ancangan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan cara memaparkan, mengklasifikasikan, dan menganalisis data. Metode deskriptif ini selaras dengan tujuan yang hendak dicapai peneliti, salah satunya yakni menguraikan atau memberikan gambaran mengenai realisasi tindak tutur direktif dokter gigi pada pasien anak.

(27)

41

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) karena korpus data yang digunakan berupa teks lisan yaitu konversasi linguistik. Penelitian lapangan dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke „lapangan‟ untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu fenomena. Penelitian lapangan membutuhkan catatan lapangan secara intensif yang kemudian dibuat kode dan dianalisis dalam berbagai cara (Moleong (2000).

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tempat praktek dokter gigi swasta yang beralamat di Optik Palasari Jalan Prabu Geusan Ulun No.98 Sumedang. Waktu penelitian sesuai dengan jadwal praktek dokter gigi tersebut, yakni hari Selasa, Kamis dan Sabtu dari pukul 16.00-20.00 WIB.

3.4 Sampel Penelitian

(28)

42

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil pengambilan sampel dengan tujuan tertentu dan peneliti menganggap sampel tersebut memiliki informasi yang cukup untuk pengumpulan data tindak tutur direktif (dilakukan secara purposive) diperoleh hasil sebagai berikut: pasien anak dengan kelompok usia 6-7 tahun; 8-9 tahun; dan 10-12 tahun. Adapun penentuan kriteria sampel penelitian akan dijelaskan lebih detail selanjutnya di dalam sumber penelitian.

3.5 Sumber Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah bentuk tuturan direktif dokter gigi ketika sedang melaksanakan pelayanan kesahatan gigi dan mulut terhadap pasien anak usia sekolah dasar. Dokter gigi dalam penelitian ini adalah dokter gigi berjenis kelamin laki-laki dengan usia 30 tahun. Bahasa pertama yang digunakannya adalah bahasa Sunda dan Indonesia. Selain kedua bahasa tersebut, dokter gigi ini memiliki kemampuan produktif berbahasa Gayo Aceh dan Jawa. Hal tersebut dikarenakan dokter tersebut pernah bertugas lama di daerah Aceh dan Surabaya. Kemampuan dokter gigi dalam berkomunikasi kepada pasien anak usia sekolah inilah yang melatarbelakangi ketertarikan peneliti untuk mengkaji strategi tindak tutur dalam komunikasi terapeutik.

(29)

43

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pemeriksaan gigi pada anak-anak di seluruh sekolah dasar di wilayah kerja tempat dokter gigi tersebut bertugas. Adapun beberapa daerah yang dokter gigi tersebut pernah bertugas adalah Kabupaten Blitar di Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Gayo Lues di Provinsi Aceh, Kota Medan di Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Tulang Bawang di Provinsi Lampung, Kabupaten Indramayu dan Sumedang di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dokter gigi tersebut selain dapat berkomunikasi dengan pasien anak juga dapat mengetahui strategi tindak tutur yang akan digunakannya ketika menghadapi pasien anak ataupun dewasa dengan berbagai karakter dan suku daerah.

(30)

44

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dokter gigi harus menggunakan berbagai pendekatan komunikasi agar proses perawatan dan pemeriksaan dapat segera dilakukan.

Pasien kedua berasal dari kelompok usia 11 tahun yang berjenis kelamin laki-laki. Diagnosa pasien sama dengan pasien pertama, namun kali ini pasien diantar oleh bapaknya. Dari penjelasan orangtua pasien anak tersebut pemeriksaan gigi ini memang berdasarkan keinginan sendiri, namun keraguan telah membuatnya menjadi khawatir. Hal ini disebabkan oleh teman-temannya yang sering menakut-nakutinya apabila hendak berobat ke dokter gigi. Pasien berdomisili di Limpas Indramayu yang notabenenya berwatak keras. Hal tersebut membuat dokter gigi juga harus menggunakan berbagai pendekatan komunikasi agar proses perawatan dan pemeriksaan dapat segera dilakukan.

(31)

45

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam menentukan sumber penelitian, peneliti sudah mengamati berbagai kunjungan pasien anak, namun pada umumnya sedikit sekali terjadi komunikasi antara dokter gigi dan pasien sehingga peneliti terbatas untuk menggambil data. Setelah melalui proses penyeleksian, maka terpilihlah tiga pasien anak yang sudah dijelaskan di atas sehingga tujuan penelitian dapat tercapai dalam menganalisis strategi tindak tutur direktif dokter gigi kepada pasien anak sekolah dasar yang memiliki perbedaan latar belakang.

3.6 Pengumpulan Data

(32)

46

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.7 Teknik Analisis Data

(33)

47

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

[image:33.842.108.765.110.477.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.7 Teknik Analisis Data

No Tuturan

(Lokusi)

Kategori

(Bach & Harniss, 1979)

Teknik Komunikasi Terape utik

(Stuart & Sundeen, 1998)

Penerimaan Tindak Tutur

(Bara, 2010)

Tingkat Kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998)

Tuturan direktif yang dibuat dokter gigi saat berhadapan dengan pasien anak

Enam kategori direktif utama yaitu:

1) Requestives (meminta, mengemis, memohon, menekan, mengundang, mendoa, mengajak, mendorong)

2) Questions (bertanya, menyelidik,

menginterogasi)

3) Requirements (memerintah,

menghendaki, menuntut, mendikte, mengarahkan, menginstrusikan, mengatur, mensyaratkan)

4) Prohibitives (melarang, membatasi)

5) Permissives (menyetujui, membolehkan, memberi wewenang, menganugerahi, mengabulkan, membiarkan, mengijinkan, melepaskan, memaafkan)

6) Advisories (menasehatkan,

memperingatkan, mengkonseling, mengusulkan,

Dua puluh teknik komunikasi terapeutik, yakni:

1) Mendengarkan dengan

penuh perhatian.

2) Menunjukan penerimaan.

3) Menanyakan pertanyaan

yang berkaitan untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oIeh klien.

4) Pertanyaan terbuka

(Open-Ended Question)

5) Mengulang ucapan klien

dengan menggunakan kata-kata sendiri.

6) Mengklarifikasi, bermakna menjelaskan dalam kata-kata, ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.

7) Memfokuskan.

8) Seterusnya terdapat di landasan teori…

Respon terhadap tindak tutur bisa berupa ungkapan preffered (suka) dan dispreffered (tidak suka).

Respon yang

menunjukkan preffered

adalah: 1) Acceptance (penerimaan) 2) Consensus (persetujuan) Ungkapan dispreffered adalah: 1) Refusals (penolakan) 2) Dissent (ketidaksetujuan)

1) Kecemasan ringan, Individu masih waspada serta lapang

persepsinya meluas, dapat

memotivasi individu untuk

belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif.

2) Kecemasan sedang adalah keadaan di mana individu terfokus hanya pada pikiran yang menjadi perhatiannya, terjadi penyempitan lapangan persepsi, masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain.

3) Kecemasan berat merupakan keadaan di mana persepsi individu sangat sempit. Pusat perhatiannya pada detail yang kecil dan tidak dapat berfikir tentang hal-hal lain.

Perlu banyak perintah/arahan

untuk terfokus pada area lain. 4) Panik ialah situasi di mana

Individu kehilangan kendali diri dan detail perhatian hilang. Tidak

mampu melakukan apapun

meskipun dengan perintah.

Penyimpangan persepsi. dan

(34)

48

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

(35)

49

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3.8 Langkah-Langkah Penelitian

Sebagai wujud operasional dari teknik analisis data, alur penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Mengamati, mencatat, dan merekam tindak tutur direktif dokter gigi ketika sedang berinteraksi dengan pasien anak usia sekolah dasar.

2. Mentranskripkan tuturan direktif dokter gigi dan mengklasifikasikannya ke dalam kategori dan fungsi tuturan.

3. Menganalisa hasil pengklasifikasian dengan memberikan kode-kode teknik terapeutik yang muncul dari tuturan direktif dokter gigi disertai dengan penjelasan deskriptif.

4. Mengamati respon pasien, baik itu bentuk verbal ataupun nonverbal, terhadap tindak tutur direktif yang digunakan oleh dokter gigi pada saat proses perawatan dan pemeriksaan.

5. Mengkategorikan respon penerimaan pasien terhadap tindak tutur direktif dokter gigi ke dalam gejala kecemasan yang muncul berdasarkan proses pengamatan.

(36)

50

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langsung dapat dikategorikan ke dalam beberapa jawaban alternatif yang sudah disediakan oleh peneliti.

7. Melakukan wawancara kepada orang tua pasien mengenai latar belakang kecemasan yang dialami oleh anak berdasarkan cara pendekatan yang biasa mereka lakukan mengenai kesehatan kebersihan gigi dan mulut. 8. Menganalisa kembali kategori tindak tutur direktif dokter gigi dengan

mempertimbangan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan dan kecemasan pasien.

9. Merumuskan hasil analisa dengan mendeskripsikan secara tulisan tentang penggunaan strategi tindak tutur dokter gigi terhadap pasien anak dalam keberhasilan komunikasi.

3.9 Penyajian Hasil Analisis Data

Tahapan selanjutnya setelah data dianalisis adalah menyajikan hasil analisis data. Dalam pelaksanaannya, hasil analisis data dapat disajikan secara informal dan formal. Penyajian hasil analisis data secara formal adalah penyajian data dengan menggunakan kaidah kebahasaan. Kaidah itu dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, tabel, dan gambar. Selanjutnya untuk memudahkan, penyajian kaidah itu didahului dan/atau diikuti oleh penyajian yang bersifat informal.

(37)

51

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(38)

52

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

(39)

50

(40)

117

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Penelitian ini membahas tindak tutur direktif dokter gigi dan kaitannya dengan teknik komunikasi terapeutik, respon penerimaan, dan tingkat kecemasan pasien anak. Bab sebelumnya telah mengemukakan temuan, analisis, dan pembahasan penelitian yang merupakan dasar dalam menyusun simpulan pada bab ini. Gambaran temuan dari tindak tutur dokter gigi, teknik terapeutik, bentuk respon penerimaan, serta tingkat kecemasan pasien anak terkait tindak tutur tersebut merupakan poin-poin utama yang dihadirkan pada bab ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.

5.1 Simpulan

(41)

118

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menemukan benang merah yang mengarahkan data kepada jawaban atas pertanyaan penelitian.

Pertama, menjawab pertanyaan penelitian tentang realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien yang paling sering digunakan oleh dokter gigi, ditemukan bahwa kategori tindak tutur direktif dokter gigi mencakup Questions sebanyak 40% dengan sub kategori bertanya sebanyak 32%. Kategori terbanyak berikutnya ialah Advisories sebanyak 24%. Selanjutnya kategori Requirements sebanyak 20.8% dan Requestives sebanyak 9.6%. Adapun kategori Permissives dan Prohibitives masing-masing sebanyak 4.8%.

Secara operasional, realisasi tersebut digunakan oleh dokter gigi dengan pertimbangan tertentu mengacu kepada kondisi pasien serta perawatan yang dibutuhkan oleh pasien. Realisasi ini terkait dengan berbagai aspek yang melingkupi pola komunikasi antara dokter gigi dan pasien anak. Dokter gigi tentunya menempuh strategi komunikasi yang dilandaskan kepada pertimbangan yang berkenaan dengan kebutuhan perawatan anak.

(42)

119

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tingginya frekuensi teknik terapeutik dengan kategori memfokuskan dapat dijelaskan dari sisi peran dokter gigi dalam membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang diperlukan. Temuan ini sejalan dengan gagasan Damaiyanti (2010) bahwa tujuan komunikasi terapeutik ini juga memengaruhi orang lain, lingkungan fisik, dan dirinya sendiri. Teknik terapeutik berikutnya yang banyak digunakan dokter gigi ialah mengklarifikasi. Ini dapat dijelaskan dari perspektif Wilson dan Kneist (1992) bahwa komunikasi terapeutik terjadi antara dokter atau perawat dengan pasien dengan tujuan kebutuhan medis pasien. Tenaga medis secara aktif mendengarkan dan memberi respon dengan cara menunjukkan sikap mau menerima dan memahami sehingga dapat mendorong pasien untuk berbicara secara terbuka tentang keadaan dirinya.

Secara operasional, berbagai teknik terapeutik digunakan oleh dokter gigi. Pola realisasi tindak tutur direktif dokter gigi terhadap pasien anak memiliki pola yang saling berkait. Ini terkait dengan performa bahasa yang memengaruhi kualitas komunikasi dokter dan pasien anak.

(43)

120

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

makna tersendiri dalam komunikasi. Bara (2010) menjelaskan bahwa respon dibangun oleh dua proses. Proses pertama berupa ekspresi ranah mental yang berhubungan dengan tujuan-tujuan komunikatif; proses kedua berupa ekspresi ranah mental yang diaktualisasikan melalui kode bahasa. Kombinasi dari kedua proses tersebut telah melahirkan empat empat jenis penerimaan pasien anak terkait tindak tutur direktif dari dokter gigi.

Keempat, yang terakhir, menjawab pertanyaan penelitian tentang tingkat kecemasan anak, ditemukan bahwa kecemasan ringan ialah yang paling dominan sebesar 54%; diikuti kecemasan sedang sebanyak 27% dan kecemasan berat sebesar 18%. Sebagaimana dikemukakan Stuart dan Sundeen (1998), tanda dan gejala kecemasan yang ditunjukkan atau dikemukakan oleh seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh individu tersebut.

Pada tingkat kecemasan tertentu, kisaran tindak tutur yang memicu respon kecemasan tampak variatif dan tidak terpola pada kategori tindak tutur direktif. Ini sejalan dengan perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme tertentu sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998).

(44)

121

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tuturan tersebut akan selalu mengandung maksud demi keberhasilan perawatan dan pengobatan pasien, inilah makna dari komunikasi terapeutik. Terakhir, tindak tutur direktif dokter kepada pasien anak cenderung akan selalu menimbulkan kecemasan, walaupun hanya ada pada tingkat kecemasan ringan.

5.2 Saran

Penelitian ini menunjukkan pola tindak tutur direktif dokter gigi dan respon pasien anak dalam komunikasi terapeutik di antara keduanya. Isu-isu ini diharapkan dapat dicermati secara kritis oleh para pihak yang berkecimpung dalam pelayanan medis, khususnya dokter gigi. Dokter gigi dalam hal ini perlu mencermati pola penerimaan dan tingkat kecemasan pasien anak saat membuat tuturan dengan kategori tindak tutur direktif tertentu, demi kelancaran proses penanganan medis terhadap pasien anak.

(45)

122

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kecemasan pasien anak, tetapi juga praktek-praktek bahasa tenaga medis dan respon atasnya dari perspektif psikologis yang lebih mendalam.

Karena penelitian ini hanya menggunakan kerangka analisis tertentu dengan jumlah interaksi yang terbatas pada satu dokter gigi, ada baiknya jika penelitian-penelitian serupa di masa mendatang dapat menggunakan kerangka analisis lain dengan jumlah interaksi yang lebih banyak dan jumlah dokter gigi yang juga lebih banyak. Penelitian mendatang juga dapat menggunakan beberapa kerangka sekaligus untuk membandingkan hasilnya agar upaya pengungkapan pola komunikasi dokter gigi dan pasien anak dapat lebih eksplisit dan obyektif.

(46)

123

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perhatian yang lebih tinggi terhadap linguistik klinis, misalnya melalui media, tidak hanya melalui buku-buku teks yang membosankan.

Terakhir, masyarakat perlu diberikan penyadaran agar mampu memahami pola-pola interaksi dalam dunia medis. Dengan demikian, disiplin linguistik dapat bersinergi dengan disiplin lainnya untuk memberikan sumbangsih yang besar kepada masyarakat dan kepentingan-kepentingan kesehatannya.

5.3 Penutup

(47)

124

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Adeputri, Mouna I. (2011). Rasa Takut terhadap Perawatan Gigi dan Status Kesehatan Gigi Anak pada SD Islam Namira dan SDN 060919. Skripsi Kedokteran Gigi pada Universitas Sumatera Utara Medan: tidak diterbitkan.

Amarien, Novi. (1997). “Interlanguage Pragmatics: A Study of the Refusal Strategies of Indonesian Speakers Speaking English”. Teflin Journal, 8, (1). Tersedia: http://journal.teflin.org/index.php/teflin/article/view/178/66/ (Akses tanggal 21 Juni 2013)

Amrullah, Astrid A. (2012). Tingkat Kecemasan Anak Sekolah Dasar Usia 6, 9, dan 12 Tahun terhadap Perawatan Gigi. Skripsi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Makassar: tidak diterbitkan.

Appleton, Peter. (2008). Children's Anxiety, A Contextual Approach. East Sussex: Routledge.

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C. and Hilgrad, E.R. (1993). Introduction to Psychology. New York: Harcourt Brace Jovanovich.

Bara, Bruno G. (2010). Cognitive Pragmatics: The Mental Processes of Communication. Cambridge: MIT Press book.

(48)

125

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Developing Communicative Competence in A Second Language, 55-73. New York: Newbury

Csóti, Márianna. (2003). School Phobia, Panic Attacks and Anxiety in Children. London and New York: Jessica Kingsley Publishers.

Damaiyanti, Mukhripah. (2010). Komunikasi Terapeutik dalam Praktik Keperawatan. Bandung: PT Refika Aditama.

Davison, Gerald C. (2008). Abnormal Psychology. Toronto: Veronica Visentin. Djajasudarma, Fatimah T. (2006). Metode Linguistik-Ancangan Metode

Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama

Djauzi, Samsuridjal, dan Supartondo. (2004). Komunikasi dan Empati dalam Hubungan Dokter-Pasien. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Grice, H.P. (1975). Logic and Conversation. In P. Cole and J.L. Morgan (Eds). Syntax and Semantics 3: Speech Acts. New York: Academic Press. Gunarso, D. S. (1995). Psikologi perawatan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Hamdan-Mansour, Ayman M. et al. (2014). “Patient’s Satisfaction about Nurse’s

Competency in Practicing Communication Skills”. Life Science Journal.

11, (3), 339-345.

(49)

126

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta: tidak diterbitkan.

Hardjodisastro, Daldiyono. (2006). Menuju Seni Ilmu Kedokteran: Bagaimana Dokter Berpikir, Bekerja, dan Menampilkan Diri. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Hartono, Andry. (1995). Petunjuk Praktis Sistem Merawat Gigi Anak di Klinik, Diagnosis dan Rencana Perawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Hertanto, Mario. (2008). Perbedaan Tingkat Kecemasan Dental Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin terhadap Lingkungan Perawatan Dental pada

Anak Usia 6 dan 9 Tahun. Skripsi pada Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Jakarta: tidak diterbitkan.

Ibrahim, Abdul S. (1993). Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Leech, Geoffrey. (1993). Prinsip-prinsip Pragmatik (Diterjemahkan oleh M.D.D. Oka dan Setyadi Setyapranata). Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Moleong, J.L. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

(50)

127

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kabupaten Ponorogo). Desertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta Solo: tidak diterbitkan.

Nadar, FX. (2009). Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A. dan Greene, Beverly. (2005). Psychology in

A Changing World puts A Human Face on The Study of Abnormal

Psychology. Pearson/Prentice Hall

Pratiwi. (2012). Pengaruh teknik relaksasi autogenik terhadap penurunan tingkat kecemasan pada ibu dengan anak retardasi mental tingkat sedang di

SDLB YAKUT Purwokerto. Skripsi pada Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto: tidak diterbitkan.

Pravitasari, A. dan Edi, W. B. (2012). “Perbedaan Tingkat Kecemasan Pasien Anak Usia Prasekolah Sebelum dan Sesudah Program Mewarnai”. Nursing Studies. 1, (1), 16-21.

Sadeghi, Mohammad R. (2013). “A Cross-Linguistic Investigation of Language Apology Speech Act: A Case of Persian and Kurdish Children”. Journal of Languages and Culture. 4 (3), 30-38.

Sbisà, M., Ӧstman, J. dan Verschueren J. (Eds) (2011). Philosophical

(51)

128

Sarah Sahriani, 2014

Strategi Tindak Tutur Direktif Dokter Gigi Pada Pasien Anak Usia Sekolah Dasar Dalam Keberhasilan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Soelarso, Hanindio dkk. (2005). “Peran Komunikasi Interpersonal dalam Pelayanan Kesehatan Gigi”. Majelis Kedokteran Gigi (Dent. J.). 38, (3), 124-129.

Stuart, Gail Wiscart & Sundeen, Sandra J. (1998). Keperawatan Jiwa ed.3. alih bahasa Achir Yani S Hamid. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sumarsono dan Partana, P. (2002). Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Townsend, C. M. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan

Psikiatri. (Nursing diagnosis in psychiatric nursing) terjemahan oleh Novi Helena C. Jakarta: EGC

Vilayati, Ingvi A., Agustina, dan Tressyalina. (2012). “Kesantunan Berbahasa Minangkabau dalam Tindak Tutur Direktif antara Anak dan Orang Tua di Ikur Koto Kecamatan Koto Tangah Padang”. Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. 1, (1), 546-556.

Yuniarti. (2010). Kompetensi Tindak Tutur Direktif Anak Usia Prasekolah (Kajian pada Kelompok Bermain Anak Cerdas P2PNFI Regional II

Gambar

Tabel 3.7 Teknik Analisis Data

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) bentuk-bentuk realisasi tindak tutur direktif dalam tuturan penjual jamu di pasar klewer dalam 6 modus yaitu modus menyuruh, modus

BAB III BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM KOMIK SHIN TENISU NO OUJISAMA KARYA TAKESHI KONOMI 3.1 Tindak Tutur Langsung

Hasil penelitian ini menunjukkan (1) bentuk-bentuk realisasi tindak tutur direktif (directives) meminta pada percakapan nonformal anak SD N Bendosari 1 kecamatan Sawit kabupaten

Penelitian berjudul Tindak Tutur Ilokusi Direktif Pada Tuturan Raffi dan Gigi dalam Tayangan Reality Show “Janji Suci Raffi Dan Gigi” Periode Februari 2017 bertujuan

Teori yang digunakan adalah pendapat yang dikemukakan oleh R, Syahrul (2008) mengutip pendapat Leech tentang tindak tutur direktif, jenis tindak tutur direktif,

Searle (dalam Gunarwan, 1994:85), mengemukakan tindak tutur direktif terbagi atas lima macam yaitu (a) tindak tutur direktif menyuruh adalah tindak tutur yang

Analisis data penelitian ini dilakukan untuk memperoleh fakta pemerolehan makna pragmatis dalam tindak tutur direktif pada anak usia 5 tahun dengan menggunakan pendekatan

3.2.1 Fungsi Melarang Tindak tutur direktif dengan fungsi melarang adalah tindak tutur yang mempunyai fungsi untuk melarang mi- tra tutur agar tidak melakukan hal yang terdapat dalam