• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12 KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12

KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara1), Marsis2), Syofiani2)

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Bung Hatta Email: Renaanggara93@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan: (1) mendeskripsikan tindak tutur langsung (2) bentuk tindak tutur direktif, dan (3) konteks situasi tutur guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII SMP Negeri 12 Kerinci, Jambi. Teori yang digunakan adalah pendapat yang dikemukakan oleh R, Syahrul (2008) mengutip pendapat Leech tentang tindak tutur direktif, jenis tindak tutur direktif, serta Wijaya (2009) tentang konteks situasi tutur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan langkah merekam dan mentranskipsikan tuturan guru dalam proses pembelajaran ke dalam sebuah tulisan, menganalisis tuturan guru dalam proses pembelajaran dengan mengelompokkan jenis tindak tutur direktif guru dalam proses pembelajaran, kemudian mengklasifikasikan tuturan guru dalam proses pembelajaran ke dalam tabel pengumpulan data. Berdasarkan hasil penelitian terdapat 143 data yang terdiri dari tindak tutur meminta sebanyak 49 tuturan, tindak tutur pertanyaan sebanyak 58 tuturan, tindak tutur persyaratan sebanyak 30 tuturan, tindak tutur larangan sebanyak 2 tuturan, tindak tutur pengizinan 3 tuturan, dan tindak tutur menasihati sebanyak 1 tuturan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindak tutur yang paling dominan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran SMP Negeri 12 Kerinci, Jambi adalah tindak tutur direktif pertanyaan, dan konteks situasi tutur dominan berlatar di dalam kelas pada saat proses pembelajaran mulai dari awal pembelajaran sampai akhir.

(2)

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 12

KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI Rena Anggara1), Marsis2), Syofiani2)

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Fakultas Keguruan dan ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Email: Renaanggara93@yahoo.com

ABSTRACT

This study aims: (1) to describe the speech act directly (2) forms of speech acts directive, and (3) the context of the situation said Indonesian teacher in the learning process Indonesian seventh grade students of SMPN 12 Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. The theory used is the opinion expressed by Syahrul (2008) cites the opinion of the Leech directive speech act, type of directive speech act, according to Wijaya (2009) about the context of the situation said. This research is qualitative descriptive method. Data was collected by step recording and change speech teacher in the learning process into an article, analyzing the speech of teachers in the learning process by classifying the type of directive speech acts teachers in the learning process, then classifies speech teacher in the learning process into a table of data collection. Based on the results of research there are 143 data consists of speech acts requested as much as 49 speech, the speech act as many questions as 58 speech, the speech act requirements by 30 speech, the speech act ban as much as 2 speech, the speech act extent permitted 3 speech, and the speech act counseled as many as 1 utterances , Based on the results of this study concluded that the most dominant speech acts used by the teacher in the learning process of SMPN 12 Kerinci, Jambi is a directive speech acts question, and the context of the situation said the dominant background in the classroom during the learning process starting from early learning to the end. Keywords: Follow, Speech, Directives, Context Situation, Learning Process

.

PENDAHULUAN

Bahasa merupakan alat komunikasi atau sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Dengan sistematis bahasa itu tersusun menurut suatu

pola tertentu tidak tersusun secara acak atau sembarangan. Tanpa adanya bahasa orang akan sulit berkomunikasi dan menyampaikan tujuannya.

Ketika manusia berinteraksi atau mengungkapkan segala sesuatu dengan

(3)

bahasa, terjadilah sesuatu yang dinamakan peristiwa tutur. Peristiwa tutur pada dasarnya merupakan rangkaian dari sejumlah tindak tutur yang terorganisasikan untuk mencapai suatu tujuan, kalau peristiwa tutur merupakan gejala sosial, maka tindak tutur merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan berlangsungnya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam peristiwa tutur lebih dilihat makna atau arti tindakan dalam tuturan. Tindak tutur dan peristiwa tutur merupakan dua gejala yang terdapat pada proses komunikasi (Chaer dan Agustina, 2010:50).

Di lingkungan sekolah seringkali kita temukan guru dan siswa melakukan tuturan yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia, khususnya pada proses belajar mengajar. Guru sebagai pengajar dituntut untuk bertutur atau menggunakan bahasa yang resmi. Pada kenyataannya, seringkali kita temukan guru menggunakan bahasa daerah untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Salah satunya guru juga menggunakan tindak tutur direktif.

Menurut Syahrul (2008:33) mengutip pendapat Leech tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dirancang untuk mendorong mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian,

tindak tutur tersebut bertujuan untuk menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang dilakukan oleh penutur.

Tindak tutur direktif juga digunakan di sekolah ketika dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, penulis memilih SMP Negeri 12 Kebupaten Kerinci Provinsi Jambi sebagai objek penelitian, karena berdasarkan pengamatan penulis setelah mengadakan observasi di SMP Negeri 12 Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi pada tanggal 3 November 2014, ditemukan bahwa tindak tutur yang digunakan guru Bahasa Indonesia, Bapak Zubir, S.Pd dalam proses pembelajaran seringkali menggunakan berbagai jenis tindak tutur dalam proses pembelajaran. Tuturan yang digunakan guru dapat mempengaruhi proses pembelajaran bagi siswa. Dengan adanya penggunaan strategi tuturan yang digunakan guru, siswa dapat memahami maksud dari tuturan tersebut, dan siswa mudah memahami materi yang disampaikan guru dalam proses pembelajaran. Berikut contoh tuturan direktif guru yang ditemukan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia:

Guru : “Cubo tulis sabuoah carito pendek dengan tema libur semester sahai toah!”

(4)

( Coba tulis sebuah cerita pendek dengan tema liburan semester kemarin!)

Guru: “Serah, yang pentiik carito pandak yang iko tempoh waktu libur petang”

(Terserah, yang penting cerita pendek yang kalian alami ketika liburan kemarin)

Contoh tersebut, dapat dilihat bahwa guru menggunakan tindak tutur direktif persyaratan yang mencakup memerintah, karena guru memerintahkan siswa untuk membuat cerita pendek. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis bermaksud untuk meneliti bagaimana penggunaan tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran siswa Kelas VII SMP Negeri 12 Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat tindak tutur guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif guru bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran siswa kelas VII SMP Negeri 12 Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

METODOLOGI PENELITIAN Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki tingkat kritisme yang lebih dalam dari semua proses penelitian (Bungin, 2007: 5). Selanjutnya, Moleong (2011: 6 ) menerangkan bahwa penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif.

Objek Penelitian

Objek dalam penelitian adalah satu orang guru bahasa Indonesia ketika melakukan interaksi tindak tutur dalam kelas saat proses pembelajaran siswa di kelas VII. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dilengkapi dengan alat bantu berupa alat perekam serta lembaran pengamatan. Alat perekam digunakan untuk merekam tindak tutur direktif guru dalam proses pembelajaran siswa kelas VII di SMP

(5)

Negeri 12 Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) peneliti mengadakan pengamatan terhadap tuturan guru bahasa Indonesia pada saat proses pembelajaran, (2) merekam tuturan guru bahasa Indonesia pada saat proses pembelajaran dengan teknik sadap rekam, (3) hasil rekaman ditranskripsikan ke dalam bentuk tulisan dan menggolongkan kepada tindak tutur direktif, (4) mengklasifikasikan data tersebut ke dalam tabel pengumpulan data.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah: (1) mentranskripsikan dan mengklasifikasikan secara keseluruhan bentuk tindak tutur guru Bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran, (2) menganalisis bentuk tindak tutur direktif guru dalam proses pembelajaran, (3) menginterpretasikan data yang telah ditemukan, dan (4) menyimpulkan.

Teknik Pengujian Keabsahan Data

Teknik pengujian keabsahan data yang digunakan adalah teknik ketekunan atau pengamatan. Teknik pengamatan yaitu mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan

proses analisis yang konstan atau tentatif, (Moleong, 2011: 329). Jadi, teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitin ini dilakukan dengan penjelasan rinci tentang data tindak tutur direktif guru dalam proses pembelajaran, hingga menganalisis dan menyimpulkan secara mendalam.

HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian

Pada pertemuan pertama, guru ketika di dalam kelas dari awal pembelajaran di mulai sampai akhir pembelajaran yang terdapat banyak interaksi antara guru dan siswa pada proses pembelajaran berlangsung, pada pertama ini terdapat 59 tindak tutur direktif. Selanjutnya, pada pertemuan kedua, guru bertutur di dalam kelas pada saat proses pembelajaran yang dilibatkan antara guru dan siswa secara langsung yang menghasilkan 22 tindak tutur direktif. Pada pertemuan ketiga, guru bertutur di dalam kelas dari awal sampai akhir pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa, terdapat sebanyak 26 tindak tutur direktif yang dituturkan guru kepada siswa. Pada pertemuan keempat, guru bertutur di dalam kelas pada saat proses pembelajaran yang dilibatkan antara guru dan siswa secara langsung yang menghasilkan 14 tindak tutur direktif. Pada pertemuan kelima, guru

(6)

bertutur di dalam kelas pada saat proses pembelajaran yang dilibatkan antara guru dan siswa secara langsung yang menghasilkan 8 tindak tutur direktif. Pada pertemuan keenam, guru bertutur di dalam kelas pada saat proses pembelajaran yang terlibat antara guru dan siswa secara langsung yang menghasilkan 8 tindak tutur direktif.

Pembahasan Hasil Penelitian

Dari hasil analisis data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tindak tutur direktif yang paling dominan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran SMP Negeri 12 Kabupaten Kerinci Jambi adalah tindak tutur direktif pertanyaan. Penjabaran dari aspek-aspek yang dianalisis dari 143 tuturan dapat dilihat pada uraian berikut ini yaitu: (a) tindak tutur direktif meminta sebanyak 49 tuturan, (b) tindak tutur direktif pertanyaan sebanyak 58 tuturan, (c) tindak tutur direktif persyaratan sebanyak 30 tuturan, (d) tindak tutur direktif larangan sebanyak 2 tuturan, (e) tindak tutur direktif pengizinan sebanyak 3 tuturan, (f) tindak tutur direktif nasihat sebanyak 1 tuturan.

Penelitian yang berkaitan dengan tindak tutur telah dilakukan oleh sejumlah peneliti diantaranya adalah pertama, Astra (2007) Universitas Negeri Padang dengan

judul “Tindak Tutur Guru dalam Mengelola Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia di SMP Negeri 4 Padang Panjang”. Hasil penelitiannya adalah model interaksi belajar mengajar dikembangkan oleh guru pelajaran guru Bahasa Indonesia Kelas VIII di SMPN 4 Padang Panjang adalah interaksi dua arah. Kedua, Jovianto (2009), yang berjudul “Tindak Tutur Direktif Guru di Taman Kanak-kanak Ruhahama Piai Atas Kelurahan Cupak Tengah Kecamatan Pauh”. Hasil penelitiannya adalah tindak tutur direktif terdiri atas : (1) tindak tutur menyuruh, (2) tindak tutur memohon, (3) tindak tutur menyarankan, (4) tindak tutur menuntut, dan (5) tindak tutur menantang. Selain tindak tutur direktif ditemukan pola fungsi tindak tutur sebagai berikut: (1) fungsi tindak tutur kompetitif seperti menyuruh, memohon dan menuntut, (2) fungsi tindak tutur konvival seperti menyarankan, dan (3) fungsi tindak tutur kolaboratif seperti menantang. Berbeda dengan hasil penelitian yang penulis lakukan pada guru Bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran siswa kelas VII SMP Negeri 12 Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, tindak tutur yang paling dominan dilakukan guru adalah tindak tutur direktif pertanyaan di mana dari 143 tuturan terdapat 58 tindak tutur direktif pertanyaan. Dalam proses

(7)

pembelajaran guru banyak bertanya kepada siswa dalam konteks pembelajaran berlangsung. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan tingkat sekolah yang menjadi objek penelitian yang mana mengguanakan cara yang berbeda pula dalam bertutur.

Penutup Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan selama satu bulan, data yang dikumpul sebanyak 143 tuturan yang terdiri dari tindak tutur meminta sebanyak 49 tuturan, tindak tutur pertanyaan sebanyak 58 tuturan, tindak tutur persyaratan sebanyak 30 tuturan, tindak tutur larangan sebanyak 2 tuturan, tindak tutur pengizinan 3 tuturan, dan tindak tutur menasihati sebanyak 1 tuturan.

Dari analisis data tersebut terlihat bahwa (1) tindak tutur yang paling dominan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran SMP Negeri 12 Kerinci, Jambi adalah tindak tutur direktif pertanyaan, (2) konteks situasi tutur dominan berlatar di dalam kelas pada saat proses pembelajaran mulai dari awal pembelajaran sampai akhir, guru bertutur dengan tujuan untuk mendidik dan mengajari siswa sesuai dengan materi pembelajaran hari itu.

Saran

Dari kesimpulan tersebut, disarankan beberapa hal sebagai berikut: (1) Bagi guru agar dapat memilih tuturan yang santun digunakan sesuai dengan konteks situasi tutur dan dapat ditiru oleh siswanya sebagai tauladan yang baik, karena guru merupakan pengajar sekaligus pendidik bagi siswa yang dapat membentuk karakter siswa, (2) Bagi peneliti lain supaya menambah wawasan pengetahuan dalam melakukan penelitian mengenai tindak tutur.

Ucapan Terima Kasih

Di dalam penyelesaian penulisan artikel ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, petunjuk dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Marsis, M.Pd. dan Ibu Dra. Hj. Syofiani, M.Pd. selaku pembimbing I dan pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk penulis, serta saran, nasihat, dan motivasi untuk membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari awal pembuatan proposal hingga akhir pembuatan artikel ini.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Chaer, Abdul dan Leoni A. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip

Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Moleong, J. Lexy. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Subana dan Sunarti. 2011. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. R, Syahrul. 2008. Pragmatik Kesantunan

Berbahasa. Padang: UNP Press Padang.

Tarigan, Hendry, Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wijaya, I Dewa Putu. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil tabel diatas dapat dilihat bahwa secara keseluruhan pengelolaan sumber daya manusia pada sektor formal lebih baik dibandingkan dengan sektor informal, selain

Dari permasalah yang didapat, maka penulis mencoba untuk membangun suatu aplikasi yang dapat meningkatkan daya beli dan kualitas usaha serta memudahkan pelanggan,

Studi lain melaporkan peningkat- an kadar TPO pada kasus sepsis neonatorum dengan median TPO 159 pg/mL dibandingkan dengan median TPO kontrol 57 pg/mL dengan peningkatan yang

• Keraguan penerapan strategi SUFA bagi Rumah Sakit yang sudah kolaborasi TB-HIV • Belum ada program pemberdayaan dengan pelibatan pasien TB-HIV. • Masih adanya Lapas/Rutan

Adapun hasil yang diperoleh yakni, kedudukan antara Kepala Desa dengan Badan Permusyawaratan Desa dalam Pemerintahan Desa adalah sejajar, selain dalam pembentukan

Sehingga begitu banyak upaya yang dapat dilakukan yaitu mengiventariasi Ruang terbuka hijau privat dan publik untuk dapat diketahui seberapa besar daya serap karbon dalam

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi masyarakat terhadap keberadaan peternakan ayam ras petelur di Dusun Passau Timur Desa Bukit Samang Kecamatan Sendana, Kabupaten

melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh geometri pahat ( radial rake angle dan nose radius) dan kondisi pemotongan (kecepatan potong dan kecepatan makan) terhadap