• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY

TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Matematika Konsentrasi Terapan

Oleh

ELTINE REGIENA PRAWITASARI

1006658

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(3)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COURSE

REVIEW HORAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV SDN 1 Suntenjaya Tahun Ajaran

2013/2014 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa pada materi Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan yang disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam mengkali bilangan serta kurangnya ketelitian dan kerjasama siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kondisi awal

pembelajaran, mendeskripsikan proses pembelajaran serta mengetahui

(4)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... . vi

DAFTAR TABEL ... ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Batasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Metode Penelitian ... 5

1.7 Sistematika Pembahasan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

2.1 Pemrograman Linier ... 8

2.2 Masalah Transshipment ... 9

2.3 Keseimbangan Model Transshipment... 10

2.4 Solusi Masalah Transshipment ... 11

2.4.1 Menentukan Solusi Fisibel Awal... 12

2.4.2 Teknik Mengecek Optimalitas ... 18

2.5 Bilangan Fuzzy ... 25

2.5.1 Himpunan Fuzzy ... 25

2.5.2 Fungsi Keanggotaan ... 25

2.5.3 Bilangan Fuzzy Trapesium ... 27

2.5.4 Operasi Aritmatika ... 28

2.6 Masalah Fuzzy Transshipment ... 28

(6)

BAB III SOLUSI OPTIMAL MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT 34

3.1 Metode Mehar ... 34

3.2 Studi Kasus Masalah Fuzzy Transshipment ... 39

3.2.1 Analisa Kasus ... 39

3.2.2 Penyelesaian ... 43

BAB IV PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT ... 71

4.1 Perancangan Program ... 71

4.4.1 Diagram Alur Program Aplikasi ... 71

4.4.2 Rancangan Desain Antarmuka ... 71

4.2 Implementasi Program ... 76

4.2.1 Perangkat Lunak Pendukung ... 76

4.2.2 Perangkat Keras Pendukung ... 76

4.2.3 Implementasi Antarmuka ... 76

4.3 Pengujian Program ... 79

4.3.1 Pengujian Jendela Input Data ... 79

4.3.2 Pengujian Jendela Model Fuzzy ... 81

4.3.3 Pengujian Jendela Model Crisp ... 84

4.3.4 Pengujian Jendela Solusi ... 87

BAB V PENUTUP... 90

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(7)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pada dunia bisnis, manajemen rantai suplai merupakan strategi klasik yang

banyak digunakan oleh industri atau perusahaan dalam mengembangkan

usahanya. Salah satu tingkat taktisnya adalah strategi transportasi, termasuk

frekuensi komoditi dan rute distribusinya. Komoditi yang terbatas membuat

industri perlu melakukan perencanaan yang matang dalam pendistribusiannya ke

daerah penerima, tergantung pada jumlah permintaan. Hal tersebut juga tak lepas

dari biaya distribusi pengiriman komoditi. Pengalokasian sumber daya yang

terbatas sehingga dapat memenuhi permintaan yang ada patut diperhitungkan

secara matang agar biaya distribusi yang dikeluarkan seminimal mungkin.

Para ahli menyelesaikan masalah pendistribusian ini dengan pendekatan

matematika. Solusi dari masalah alokasi sumber daya yang terbatas adalah dengan

pendekatan pemrograman linier. Pemrograman linier menerjemahkan

permasalahan yang ada ke dalam model matematika.

Mencari � , � , … , � yang memaksimumkan (atau meminimumkan) � =

� + � + ⋯ + � dengan memenuhi kendala sebagai berikut :

� + � + ⋯ + � , =, � + � + ⋯ + � , =,

� + � + ⋯ + � , =,

� 0, � 0, … , � 0

Formula di atas merupakan suatu permasalahan pemrograman linier. Program

linier atau linear programming berasal dari kata programa dan linier. Programa

adalah sinonim untuk perencanaan sedangkan linier berarti bahwa model yang

(8)

linier pertama kali dicetuskan L. V. Kantorovich dengan metode penyelesaian

yang masih terbatas. Kemudian George B. Dantzig mengembangkan dan

menemukan cara memecahkan pemrograman linier tersebut dengan menggunakan

“metode simpleks”. Menurut Dimyati dan Dimyati (1992 : 17), pemrograman linier mampu mengatasi berbagai permasalahan industri seperti persoalan

pengalokasian fasilitas produksi, persoalan pengalokasian sumber daya nasional

untuk kebutuhan domestik, penjadwalan produksi, solusi permainan, dan

pemilihan pola pendistribusian (shipping).

Hitchcock memodifikasi metode simpleks dengan memperhatikan pola

khusus dari nilai koefisien pada fungsi kendalanya untuk menyelesaikan persoalan

distribusi komoditas ini, biasa disebut masalah transportasi. Kemudian Charness

dan Cooper memperkenalkan metode stepping stone sebagai alternatif lain untuk

mengecek optimalitas dari solusi fisibel awal. Solusi fisibel awal bagi masalah

transportasi sendiri dapat diperoleh dengan menggunakan metode pojok kiri atas,

ongkos terendah atau pendekatan Vogel (Kumar, et al., 2011 : 164).

Masalah transportasi berkaitan dengan pendistribusian sembarang komoditi

dari sembarang kelompok pusat pemasok, yang disebut sumber, ke sembarang

kelompok pusat penerima, yang disebut tujuan, sedemikian rupa sehingga

meminimumkan biaya distribusi total. Sasarannya adalah mencari pola

pendistribusian dan banyaknya komoditas yang diangkut dari masing-masing

sumber ke masing-masing tujuan yang meminimalkan ongkos angkut secara

keseluruhan, dengan kendala-kendala yang ada. Masalah transportasi

mengasumsikan sumber hanya berfungsi sebagai daerah pemasok dan tujuan

hanya berfungsi sebagai daerah penerima. Hal Ini berarti total biaya distribusi

minimum pada permasalahan transportasi didapat dengan pendistribusian

langsung dari sumber ke tujuan yang ditunjuk. Namun faktanya, total biaya

distribusi minimum bisa saja diperoleh dari pendistribusian komoditi melewati

sumber atau tujuan yang lain sebelum akhirnya sampai di tujuan yang ditunjuk.

Jadi, pada kenyataannya sumber maupun tujuan dapat berfungsi sebagai daerah

(9)

Metode penyelesaian masalah transshipment yang ada selama ini

membutuhkan parameter yang bernilai pasti. Parameter tersebut antara lain biaya

distribusi per unit, jumlah komoditi yang tersedia di sumber dan jumlah

permintaan terhadap komoditi tersebut. Namun pada kenyataannya, parameter

tersebut mungkin tidak diketahui secara pasti karena faktor-faktor yang tak

terkendali sehingga nilainya menjadi samar. Umumnya nilai dari parameter

tersebut ditentukan secara subjektif karena ketidaktersediaan data lampau. Hal

tersebut akan mempengaruhi keakuratan optimasi terlebih untuk perencanaan

distribusi di masa yang akan datang. Kesamaran nilai tersebut dapat diwakili oleh

bilangan fuzzy yang diperkenalkan oleh Zadeh ( 1965 : 339 ). Sehingga yang

dibutuhkan adalah metode pengambilan keputusan bilangan samar (fuzzy).

Pemrograman linier fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh H. J. Zimmerman.

Selanjutnya, pemrograman linier fuzzy tersebut dikembangkan untuk

menyelesaikan masalah transportasi. Kumar, et al. ( 2011 : 167 ) dalam jurnalnya

yang berjudul “Fuzzy Linear Programming Approach for Solving Fuzzy

Transportation Problems with Transshipment” memperkenalkan metode Mehar

untuk mencari solusi optimal dari masalah transshipment dengan pola pengiriman

sebagai berikut :

1. Dari sumber ke sumber lainnya

2. Dari tujuan ke tujuan lainnya

3. Dari tujuan ke sembarang sumber

Metode tersebut selalu menghasilkan solusi optimal yang nilainya no-negatif dan

sesuai dengan situasi nyata dimana jumlah komoditi yang tersedia, banyak

permintaan, dan biaya distribusi per unit komoditi tidak dapat diprediksi secara

pasti. Selain itu, metode tersebut dapat merubah masalah fuzzy transshipment

yang tak seimbang menjadi seimbang dengan lebih mudah, tanpa menggunakan

teknik �-cut.

Prinsip dasar dari metode Mehar adalah dengan mengkonversi fungsi tujuan

dan fungsi kendala fuzzy pada masalah pemrograman linier fuzzy ke bentuk

(10)

crisp menggunakan metode yang sudah ada. Nilai yang diperoleh selanjutnya

disubstitusikan ke variabel fuzzy, sehingga diperolehlah variabel keputusan fuzzy

yang diinginkan. Dengan prinsip yang sama, metode Mehar juga dapat diterapkan

untuk menyelesaikan persoalan pemrograman linier yang lain, tidak hanya untuk

masalah fuzzy transshipment. Kajian yang telah dilakukan sampai saat ini antara

lain untuk masalah analisa sensitivitas sistem manufaktur dan mencari solusi

optimal dari masalah transportasi fuzzy multi-objektif.

Perhitungan pemrograman linier fuzzy cenderung melelahkan bila dilakukan

secara manual karena memerlukan ketelitian yang cukup tinggi dan variabel yang

digunakan sangat banyak. Adanya aplikasi komputer (software) tentu akan sangat

membantu agar penyelesaiannya lebih efektif, akurat dan cepat. Aktivitas

perusahaan yang kini tak lepas dari komputer juga menjadi faktor pendukung

perlunya aplikasi praktis untuk menyelesaikan masalah fuzzy transshipment di

atas.

Lebih jauhnya mengenai penyelesaian masalah fuzzy transshipment tersebut

tersusun dalam skripsi penulis dengan judul, “Program Aplikasi Penyelesaian Masalah Fuzzy Transshipment Menggunakan Metode Mehar”. Penelitian dilakukan dengan mengkaji jurnal dari Kumar, et al. ( 2011 : 163 ). Kontribusi

penulis adalah menjabarkan metode optimasi pemrograman linier crisp dari

pemrograman linier fuzzy yang telah dikonversi sebelumnya dan membuat

program aplikasi penyelesaian masalah transshipment fuzzy dengan menggunakan

Delphi 7.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Atas dasar latar belakang di atas, maka diambillah perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mencari solusi optimal dari masalah fuzzy transshipment

dengan menggunakan metode Mehar ?

2. Bagaimana cara membuat aplikasi penyelesaian masalah fuzzy

(11)

3. Bagaimana hasil uji coba aplikasi penyelesaian masalah transshipment

fuzzy tersebut ?

1.3 BATASAN MASALAH

Untuk mempermudah penyusunan algoritma program maka variabel yang

digunakan untuk fungsi tujuan pada program aplikasi terbatas sebanyak 2 variabel

untuk supply dan 2 variabel untuk demand.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Mengetahui cara mencari solusi optimal masalah transshipment dengan

menggunakan metode Mehar.

2. Mengetahui cara membuat aplikasi penyelesaian masalah fuzzy

transshipment menggunakan Delphi 7.

3. Mengetahui hasil uji coba aplikasi penyelesaian masalah fuzzy

transshipment tersebut.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi penulis

Mengetahui cara menyelesaikan masalah transshipment fuzzy

menggunakan metode Mehar dan memanfaatkan teori yang telah didapat

selama menuntut ilmu di FPMIPA UPI serta mengembangkan diri dalam

membuat aplikasi komputer.

2. Bagi Jurusan Pendidikan Matematika

Menambah khasanah pengetahuan matematika pada topik kajian fuzzy

transshipment.

(12)

Metode penelitian dibutuhkan untuk mengetahui dengan cara apa penelitian

tersebut dilakukan agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Adapun metode

yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

1. Studi Literatur.

Melakukan pendekatan kepustakaan melalui buku-buku, jurnal, dan artikel

yang berkaitan dengan penelitian yang dibahas.

2. Perancangan aplikasi.

Perencanaan dan perancangan desain antarmuka dan algoritma yang

dibutuhkan untuk membuat program aplikasi.

3. Pembuatan aplikasi.

Pembuatan program aplikasi dengan menggunakan algoritma-algoritma yang

telah dirancang dalam bahasa pemrograman Delphi 7.

4. Pengujian aplikasi.

Pengujian hasil pembuatan program aplikasi yang telah dibuat untuk melihat

ada tidaknya kesalahan untuk kemudian dapat diperbaiki.

1.7 SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Penelitian ini disusun dalam sebuah skripsi yang terangkum dalam lima bab,

yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Mengemukakan latar belakang masalah, antara lain tentang pentingnya

perencanaan distribusi komoditi suatu industri, solusi untuk

menyelesaikan permasalahan distribusi komoditi terbatas, perbedaan

masalah transportasi dengan masalah transshipment, perkembangan

metode yang digunakan untuk optimasi yang diinginkan, dan

kesesuaian penggunaan bilangan fuzzy untuk menerjemahkan

permasalahan sebenarnya. Dijabarkan pula tujuan dari diadakannya

penelitian, manfaat yang diharapkan dari pengadaan penelitian, metode

(13)

BAB II LANDASAN TEORI

Menjabarkan dasar-dasar teori yang menunjang penelitian, seperti

definisi bilangan fuzzy beserta operasinya, metode penyelesaian

masalah transportasi, dan algoritma pemrograman dasar yang

digunakan untuk membuat program aplikasi.

BAB III SOLUSI OPTIMAL MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT

Penjabaran metode Mehar dan studi kasus untuk mengetahui bagaimana

cara mengaplikasikan metode Mehar pada masalah transshipment yang

ada.

BAB IV PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY

TRANSSHIPMENT

Merancang desain tampilan program aplikasi dan algoritma dasar untuk

pembuatan program, juga menampilkan hasil implementasi dari

program aplikasi yang telah dibuat beserta hasil uji coba program.

BAB V KESIMPULAN

Menyimpulkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan

(14)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

SOLUSI OPTIMAL MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT

3.1 METODE MEHAR

Pada tahun 2011, Kumar, et al. dalam jurnalnya yang berjudul “Fuzzy Linear

Programming Approach for Solving Fuzzy Transportation Problems with

Transshipment” memperkenalkan metode Mehar untuk menyelesaikan

permasalahan transshipment dengan pola pengiriman sebagai berikut :

a. Dari sumber ke sumber lainnya

b. Dari tujuan ke tujuan lainnya

c. Dari tujuan ke sembarang sumber

Pada metode Mehar, biaya distribusi, jumlah komoditi yang tersedia, dan jumlah

permintaan terhadap komoditi direpresentasikan oleh bilangan fuzzy trapesium.

Metode Mehar sangat mudah dipahami dan diterapkan untuk mencari solusi

optimal dari masalah fuzzy transshipment yang sesuai dengan kondisi sebenarnya

karena berdasarkan pada konsep metode transportasi klasik. Keunggulan dari

metode Mehar ini adalah selalu menghasilkan solusi optimal yang non negatif.

Misalkan permasalahan transshipment seperti yang disajikan pada Tabel 2.14.

Berikut adalah algoritma dari metode Mehar untuk menyelesaikan permasalahan

fuzzy transshipment ( Kumar et al., 2011 : 168 ) :

1. Hitung total ketersediaan ∑= ̃ dan total permintaan ∑ = ++ ̃ . Misalkan ∑= ̃ = , , , dan ∑ = ++ ̃ = ′, ′, ′, ′ . = banyaknnya

sumber dan = banyaknya tujuan.

a. Jika ∑= ̃ = ∑ = ++ ̃, maka permasalahan transshipment tersebut

sudah seimbang, lanjut ke langkah 2.

b. Jika ∑= ̃ ≠ ∑ = ++ ̃ , maka permasalahan transshipment tersebut

(15)

seimbang menjadi permasalahan transshipment yang seimbang dengan

cara berikut :

i) Jika ′, − ′− ′, − ′− ′, dan − ′− ′,

maka tambahkan sebuah sumber semu � + dengan ketersediaan fuzzy ′− , ′− , ′− , ′− pada sumber semu � + dan tidak ada permintaan fuzzy (−) di tujuan semu � + . Tujuan semu � + secara otomatis muncul karena sumber semu � + telah

ditambahkan sebelumnya.

Asumsikan bahwa :

 Ongkos distribusi per unit produk dari sumber semu � + ke semua tujuan sebagai bilangan fuzzy trapesium nol.

 Ongkos distribusi per unit produk dari semua sumber ke tujuan semu � + (kecuali dari sumber semu � + ) sebagai bilangan fuzzy trapesium yang sangat besar, �, �, �, � .

ii) Jika ′, − ′− ′, − ′− ′, dan − ′− ′

maka tambahkan sebuah tujuan semu � + dengan permintaan fuzzy − ′, − ′, − ′, − ′ pada tujuan semu � + dan tidak ada permintaan fuzzy (−) di sumber semu � + . Sumber semu � + secara otomatis muncul karena tujuan semu � + telah ditambahkan sebelumnya.

Asumsikan bahwa :

 Ongkos distribusi per unit produk dari semua sumber ke tujuan semu � + sebagai bilangan fuzzy trapesium nol.

 Ongkos distribusi per unit produk dari sumber semu � + (kecuali dari sumber semu � + ) ke semua tujuan sebagai bilangan fuzzy trapesium yang sangat besar, �, �, �, � .

iii) Jika tidak memenuhi (i) atau (ii) maka tambahkan sumber semu � + dan tujuan semu � + dengan ketersediaan fuzzy (maksimum {0,

(16)

}, maksimum {0, ’ − } + maksimum { , ’ − ’ − − } +

maksimum { , ’ − ’ − − }, maksimum {0, ’ − } +

maksimum { , ’ − ’ − − } + maksimum { , ’ − ’ −

− } + maksimum { , ’ − ’ − − }) pada sumber semu

� + dan tidak ada permintaan (−) pada sumber semu � + .

Permintaan fuzzy sebesar (maksimum {0, − ′}, maksimum {0,

− ′} + maksimum {0, − − ′ − ′ }, maksimum {0,

− ′} + maksimum { , − − ′ − ′ } + maksimum

{ , − − ′ − ′ }, maksimum {0, − ′} + maksimum

{ , − − ′ − ′ } + maksimum { , − − ′ − ′ } +

maksimum { , − − ′ − ′ }) di tujuan semu � + dan tidak

ada permintaan di tujuan semu � + . Tujuan semu � + dan sumber semu � + secara otomatis muncul karena sumber semu � + dan tujuan semu � + telah ditambahkan sebelumnya.

Asumsikan bahwa :

 Ongkos distribusi per unit produk dari sumber semu � + ke semua tujuan dan dari semua sumber ke tujuan semu � + sebagai bilangan fuzzy trapesium nol.

 Ongkos distribusi per unit produk dari semua sumber ke tujuan semu � + (kecuali dari sumber semu � + ) dan dari sumber semu � + (kecuali dari sumber semu � + ) ke semua tujuan sebagai bilangan fuzzy trapesium yang sangat besar,

�, �, �, � .

2. Masalah transshipment yang seimbang memiliki + sumber dan +

tujuan, = atau + dan = atau + .

3. Tambahkan stok sementara �̃ = ∑= ̃ atau ∑ = ++ ̃ pada masing-

(17)

Tabel 3.1 Penambahan Stok pada Fuzzy Transshipment

� � … � � … � Ketersediaan

� 0 … ̃ ̃ + … ̃ + ̃ �̃

⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

� ̃ … 0 ̃ + … ̃ + ̃ �̃

� ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ �̃

⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮ ⋮

� ̃ + … ̃ + … … 0 �̃

Permintaan �̃ … �̃ ̃ + �̃ … ̃ + �̃ ∑ ̃

∑ ̃

4. Berdasarkan permasalahan transshipment pada Tabel 3.1, selesaikanlah

permasalahan pemograman linier berikut :

Minimumkan ℜ(∑=+ ∑ =+ ̃ �̃ )

dengan kendala : ∑ =+ �̃ = ̃ �̃ = , , …

∑ + �̃

= = �̃ = + , … +

∑ + �̃

= = �̃ = , , …

∑ + �̃

= = ̃ �̃ = + , … +

�̃ adalah bilangan fuzzy trapesium yang non negatif

Misalkan ∑=+ ∑ =+ ̃ �̃ = , , , , maka masalah

pemrograman linier fuzzy di atas dapat ditulis sebagai berikut :

Minimumkan ℜ , , ,

dengan kendala : ∑ +

= , ∑ =+ , ∑ =+ , ∑ =+ = , , , ,

= , , … ∑ +

= , ∑ =+ , ∑ =+ , ∑ =+ = , , , ,

(18)

∑ + = , ∑=+ , ∑ =+ , ∑ =+ = , , , , = , , … (∑ + = , ∑=+ , ∑=+ , ∑=+ ) = ′ , ′ , ′ , ′ , = + , … +

, , , adalah bilangan fuzzy trapesium yang non negatif.

5. Konversi pemrograman linier fuzzy di atas ke dalam pemograman linier crisp,

denga cara berikut :

Minimumkan , , ,

(19)

6. Carilah solusi optimal , , , dengan cara menyelesaikan

pemograman linier crisp di poin 5.

7. Temukan solusi optimal fuzzy �̃ dengan mensubstitusi nilai dari

, , , ke �̃ = , , , .

8. Temukan total ongkos fuzzy minimum dengan mensubstitusikan nilai dari �̃

ke ∑=+ ∑ =+ ̃ �̃ .

3.2 STUDI KASUS MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT

3.2.1 Analisa Kasus

Dari jurnal yang berjudul “Fuzzy Linear Programming Approach for Solving Fuzzy Transportation Problem with Transshipment“, Kumar et al.

(2011 : 174) memberikan suatu permasalahan transshipment dengan dua buah

sumber dan dua buah tujuan. Ketersediaan fuzzy di sumber � dan �

masing-masing adalah ̃ = (10,20,30,40) dan ̃ = (0,4,8,10). Permintaan fuzzy di

tujuan � dan � masing-masing adalah ̃ = (6,8,10,20) dan ̃ =

(10,16,18,20). Ongkos distribusi fuzzy untuk masalah transshipment tersebut adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Ongkos Distibusi Fuzzy Tujuan

Sumber � � Ketersediaan

� (0,1,3,4) (2,3,5,6) (10,20,30,40)

� (1,3,5,7) (2,6,7,9) (0,4,8,12)

Permintaan (6,8,10,20) (10,16,18,20)

Adapun pola pengiriman yang terjadi adalah sebagai berikut :

a. Dari sumber ke sumber lainnya

b. Dari tujuan ke tujuan lainnya

c. Dari tujuan ke sembarang sumber

Berdasarkan pola pengiriman di atas, maka distribusi ke daerah tujuan

(20)

tujuan yang lain terlebih dahulu. Artinya, daerah sumber dapat melakukan

pengiriman ke daerah sumber lainnya dan daerah tujuan dapat melakukan

pengiriman ke daerah tujuan lainnya. Biaya distribusi ke daerah transit

disajikan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Ongkos Distribusi ke Daerah Transit

Sumber Tujuan Ongkos

� � (1,1,1,1)

� � (0,1,3,4)

Pendistribusian pun dapat terjadi dari tujuan ke sembarang sumber dan tidak

ada perbedaan ongkos ditribusi dari tujuan ke sumber, artinya ongkos

distribusi dari � ke � sama dengan ongkos distribusi dari � ke �.

Permasalahan transshipment di atas digambarkan oleh tablo transshipment

berikut :

Tabel 3.4 Model Transshipment Fuzzy Tujuan

Sumber � � � �

Ketersediaan ̃

� (0,0,0,0) (1,1,1,1) (0,1,3,4) (2,3,5,6) (10,20,30,40)

� (1,1,1,1) (0,0,0,0) (1,3,5,7) (2,6,7,9) (0,4,8,12)

� (0,1,3,4) (1,3,5,7) (0,0,0,0) (0,1,3,4) -

� (2,3,5,6) (2,6,7,9) (0,1,3,4) (0,0,0,0) -

Permintaan

̃ - - (6,8,10,20) (10,16,18,20)

Ketersediaan fuzzy di daerah sumber � = (10,20,30,40) merupakan

bilangan fuzzy trapesium dengan kurva sebagai berikut :

(21)

Kurva pada Gambar 3.1 merepresentasikan ketersediaan minimum di sumber

� adalah 10 unit dan maksimum 40 unit, sedangkan rata-rata jumlah komoditas yang selalu tersedia di � adalah antara 20-30 unit. Dengan

interpretasi yang sama, ketersediaan komoditas minimum di � adalah 0 unit,

artinya tidak ada komoditas yang tersedia di � , dan maksimum 12 unit,

sedangkan rata-rata jumlah komoditas yang selalu tersedia di � antara 2-8

unit.

Permintaan fuzzy di daerah tujuan � = (6,8,10,20) merupakan bilangan

fuzzy trapesium dengan kurva sebagai berikut :

Gambar 3.2 Kurva Permintaan Fuzzy

Kurva pada Gambar 3.2 merepresentasikan permintaan minimum di

tujuan � adalah 6 unit dan maksimum 20 unit, sedangkan rata-rata jumlah

komoditas yang dibutuhkan oleh daerah tujuan � adalah antara 8-10 unit.

Dengan interpretasi yang sama, ketersediaan komoditas minimum di �

adalah 10 unit dan maksimum 20 unit, sedangkan rata-rata jumlah komoditas

yang dibutuhkan oleh daerah tujuan � antara 16-18 unit.

Ongkos fuzzy untuk distribusi komoditas dari sumber � ke � =

(0,1,3,4) merupakan bilangan fuzzy trapesium dengan kurva seperti yang

(22)

Gambar 3.3 Kurva Permintaan Fuzzy

Kurva pada Gambar 3.3 merepresentasikan ongkos minimum untuk mengirim

per unit komoditas dari sumber � ke tujuan � adalah 0 satuan harga, artinya

tidak ada biaya pengiriman yang harus dikeluarkan, dan maksimum 4 satuan

harga, sedangkan rata-rata ongkos pengiriman yang harus dikeluarkan

adaalah antara 1-3 satuan harga. Dengan interpretasi yang sama, ongkos

minimum untuk mengirim per unit komoditas dari sumber � ke tujuan �

adalah 2 satuan harga dan maksimum 6 satuan harga, sedangkan rata-rata

ongkos pengiriman yang harus dikeluarkan adaalah antara 2-3 satuan harga.

Ongkos minimum untuk mengirim per unit komoditas dari sumber � ke

tujuan � adalah 1 satuan harga dan maksimum 7 satuan harga, sedangkan

rata-rata ongkos pengiriman yang harus dikeluarkan adaalah antara 3-5 satuan

harga. Ongkos minimum untuk mengirim per unit komoditas dari sumber �

ke tujuan � adalah 2 satuan harga dan maksimum 9 satuan harga, sedangkan

rata-rata ongkos pengiriman yang harus dikeluarkan adaalah antara 6-7 satuan

harga. Ongkos minimum untuk mengirim per unit komoditas dari sumber �

ke sumber � adalah 1 satuan harga. Ongkos minimum untuk mengirim per

unit komoditas dari sumber � ke tujuan � adalah 0 satuan harga, artinya

tidak ada biaya pengiriman yang harus dikeluarkan, dan maksimum 4 satuan

harga, sedangkan rata-rata ongkos pengiriman yang harus dikeluarkan

(23)

3.2.2 Penyelesaian

Permasalahan transshipment di atas akan diselesaikan menggunakan

metode Mehar melalui langkah-langkah berikut :

Langkah 1

Cek keseimbangan model.

∑= ̃ = , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

= ̃ = , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

∑ ̃ ≠ ∑ ̃, maka masalah transshipment tersebut tidak seimbang.

Misal ∑ ̃ = , , , dan ∑ ̃ = , , ,

− = − dan − = −

= =

Karena − = = − dan = = , maka harus

ditambahkan variabel semu � dan � .

̃ = [ { , − }, { , − } + { , − −

− }, { , − } + { , − − − } +

{ , − − − }, { , − } +

{ , − − − } + { , − −

− } + { , − − − }]

= [ , + , + + , + + + ]

= [ , , , ]

̃ = [ { , − }, { , − } + { , − −

− }, { , − } + { , − − − } +

{ , − − − }, { , − } +

{ , − − − } + { , − −

(24)

= [ , + , + + , + + + ]

= [ , , , ]

∑= ̃ = ∑= ̃ ̃

= , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , , ∑ = ̃ = ∑ = ̃ ̃

= , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

∑ ̃ = , , , = ∑ ̃ .

Sekarang, model sudah seimbang. (Lihat Tabel 3.5)

Langkah 2

Menambahkan stok sementara.

�̃ = ∑ ̃ ( ∑ ̃ ) = , , , ̃� = ̃ �̃ = , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

̃� = ̃ �̃ = , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

̃� = ̃ �̃ = , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , , ̃� = �̃ = , , ,

̃� = �̃ = , , ,

(25)

̃ = �̃ = , , , ̃ = �̃ = , , , ̃ = �̃ = , , ,

̃ = ̃ �̃= , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

̃ = ̃ �̃= , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

̃ = ̃ �̃= , , , , , ,

= + , + , + , +

= , , ,

Sehingga, model transshipment sekarang seperti terlihat pada Tabel 3.6.

Langkah 3

Bentuk pemrograman linier fuzzy dari model transshipment pada tabel 3.6

adalah sebagai berikut :

� ∶

, , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ �, �, �, � �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ �, �, �, � �̃

, , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ �, �, �, � �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ �, �, �, � �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ , , , �̃ �, �, �, � �̃ �, �, �, � �̃ �, �, �, � �̃ �, �, �, � �̃

(26)

� ∶

�̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ �̃ = , , , �̃ , ∀ ,

Konversikan ke bentuk pemrograman linier crisp menggunakan fungsi

ranking, sehingga permasalahan tersebut menjadi seperti berikut :

� ∶

+ + + + + + + + + +

+ � + � + � + � + + + + + +

+ + + + + + + � + � +

� + � + + + + + + + + +

+ + +� + � + � + � + + + +

+ + + + + + + + � +

� + � + � + � + � + � + � + � + � +

� + � + � + � + � + � + � + � + � +

� + � + � + � + � � ∶

+ + + + + =

(27)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + = − , − ,

+ + + + + = + + + + + = − , ∀ ,

+ + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + =

+ + + + + = + + + + + =

(28)
(29)

Tabel 3.5 Model Transshipment Sudah Seimbang

Tujuan

Sumber � � � � � �

Ketersediaan ̃

� (0,0,0,0) (1,1,1,1) (0,1,3,4) (2,3,5,6) (M,M,M,M) (0,0,0,0) (10,20,30,40)

� (1,1,1,1) (0,0,0,0) (1,3,5,7) (2,6,7,9) (M,M,M,M) (0,0,0,0) (0,4,8,12)

� (0,1,3,4) (1,3,5,7) (0,0,0,0) (0,1,3,4) (M,M,M,M) (0,0,0,0) -

� (2,3,5,6) (2,6,7,9) (0,1,3,4) (0,0,0,0) (M,M,M,M) (0,0,0,0) -

� (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (6,6,6,6)

� (M,M,M,M) (M,M,M,M) (M,M,M,M) (M,M,M,M) (M,M,M,M) (0,0,0,0) -

Permintaan

̃ - - (6,8,10,20) (10,16,18,20) - (0,6,16,18)

Tabel 3.6 Model Transshipment Ditambah Stok Sementara

Tujuan

Sumber � � � � � �

Ketersediaan ̃

� (0,0,0,0) (1,1,1,1) (0,1,3,4) (2,3,5,6) (M,M,M,M) (0,0,0,0) (26,50,74,98)

� (1,1,1,1) (0,0,0,0) (1,3,5,7) (2,6,7,9) (M,M,M,M) (0,0,0,0) (16,34,52,70)

� (0,1,3,4) (1,3,5,7) (0,0,0,0) (0,1,3,4) (M,M,M,M) (0,0,0,0) (16,30,44,58)

� (2,3,5,6) (2,6,7,9) (0,1,3,4) (0,0,0,0) (M,M,M,M) (0,0,0,0) (16,30,44,58)

� (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (0,0,0,0) (22,36,50,64)

� (M,M,M,M) (M,M,M,M) (M,M,M,M) (M,M,M,M) (M,M,M,M) (0,0,0,0) (16,30,44,58)

Permintaan

(30)

Langkah 4

Menyelesaikan pemrograman linier crisp.

a. � ∶

+ + � + + + + � + + � +

+ + � + � + � + � + � + �

� ∶

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

Permasalahan di atas digambarkan pada Tabel 3.7

Masalah transshipment tersebut akan diselesaikan dengan

menggunakan metode Least Cost. Pemilihan sel basis harus sangat

hati-hati karena cukup banyak ongkos distribusi yang bernilai 0. Oleh

karena itu, akan lebih baik bila mengutamakan sel diagonal (entri baris

dan kolom sama, i=j). Hal tersebut dilakukan agar bisa mengeliminasi

stok sementara yang ditambahkan sebelumnya. Misalkan yang pertama

dipilih adalah sel .

Alokasikan � = min ketersediaan , permintaan

(31)
[image:31.595.226.449.138.382.2]

Tabel 3.7 Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy

Keterse-diaan

26

16

0 0 0 � 0 16

16

0 0 0 0 0 0 22

� � � � � 16

Permin

-taan

16 16 22 26 16 16

Selanjutnya kurangi ketersediaan dan permintaan dengan � ,

akibatnya kolom 1 tidak terpilih lagi (Lihat Tabel 3.8). Lakukan hal yang

serupa untuk seluruh sel diagonal (i=j). Hasilnya seperti yang terlihat

pada Tabel 3.9.

Tabel 3.8 Penyelesaian Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy Menggunakan Metode Least Cost, Peraga 1

Ketersediaan

� � � � �

� 10

� � � � � �

� 16

� 0 � � 0 � 0 � � � 0 16

� � � � � � 16

� 0 � 0 � 0 � 0 � 0 � 0 22

� � 16

[image:31.595.124.531.483.751.2]
(32)

Pada Tabel 3.9 terlihat bahwa = = = adalah ongkos

terkecil, pilih salah satu diantara ketiga sel tersebut untuk dijadikan

variabel basis selanjutnya. Misal , maka � = min , = ,

[image:32.595.122.530.230.504.2]

ketersediaan = − = , permintaan = − = . Selanjutnya kolom 3 tidak dapat dipilih kembali.

Tabel 3.9 Penyelesaian Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy Menggunakan Metode Least Cost, Peraga 2

Ketersediaan

� � � � � 10

� � � � � 0

� 0 � 0 � 0 � � � 0 0

� � � � � 0

� 0 � 0 � 0 � 0 0 � 0 6

� � 16

Permintaan 0 0 6 10 0 16

Selanjutnya dari Tabel 3.10 diketahui bahwa = adalah ongkos

terkecil, maka sel tersebut merupakan variabel basis selanjutnya. � = min , = , ketersediaan = − = , permintaan =

(33)
[image:33.595.122.529.159.412.2]

Tabel 3.10 Penyelesaian Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy Menggunakan Metode Least Cost, Peraga 3

Ketersediaan

� � � � 4

� � � � �

� 0

� 0 � 0 � 0 � � � 0 0

� � � � � 0

� 0 � 0 � 0 � 0 0 � 0 6

� � 16

Permintaan 0 0 0 10 0 16

Tabel 3.11 Penyelesaian Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy Menggunakan Metode Least Cost, Peraga 4

Ketersediaan

� � �

26

� � � � � 16

16

� 0 � 0 � 0 � � � 0 22

� � � � � 26

16

� 0 � 0 � 0 0 0 � 0 16

� � 22

[image:33.595.133.543.425.740.2]
(34)

Selanjutnya adalah memeriksa apakah solusi fisibel awal yang

diperoleh pada Tabel 3.11 memang sudah optimal atau belum

mengunakan metode MODI. Langkah pertama, yaitu menentukan

multiplier dan dengan pedoman = untuk seluruh variabel

basis, sehingga = + . Variabel-variabel basisnya adalah

� , � , � � , � , � , � ,� dan � . Sisanya non basis.

Variabel basis terbanyak berada pada baris ke-1 dan kolom ke-4.

Pilih salah satu, misalkan baris ke-1, sehingga didefinisikan sebagai

0. Nilai multiplier yang lain sebagai berikut :

= + = + = = + = + = = + = + = = + = − + = = + = + = = + = + = − = + = + = −

Kemudian, nilai opportunity cost akan menentukan sel yang akan

menjadi variabel masuk. Nilai tersebut didapat melalui persamaan

= ( + ) − .

Opportunity cost pada seluruh variabel non basis adalah sebagai

(35)

= + − = (− + ) − = − = + − = (− + ) − = −

Opportunity cost sel 34 bernilai positif, artinya kemungkinan solusi

fisibel awal belum optimal sehingga perlu dilakukan realokasi dengan

menggunakan loop yang berawal dari sel 34. Diperoleh loop �+ → �− → �+ → �. Loop tersebut melibatkan sel 33 dengan tanda (-), itu

artinya jika realokasi dilakukan maka akan mengakibatkan stok di sel 33

kurang dari stok semu �̃ = yang ditambahkan sebelumnya. Selain itu, realokasi juga akan mengakibatkan pemindahan beban sebanyak

min(�−, �− = , = dari sel 33 ke sel 13. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena stok bersifat semu atausebenarnya tidak ada. Karena

tidak terdapat loop lain yang bisa dibuat dari sel 34 tanpa melibatkan sel

33, maka solusi fisibel yang diperoleh pada Tabel 3.11 sudah optimal.

b. � ∶

+ + + � + + + + � + +

+ + � + + + + � + � +

� + � + � + � � ∶

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

(36)
[image:36.595.204.479.158.388.2]

Permasalahan tersebut ditransformasikan pada Tabel 3.12.

Tabel 3.12 Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy

Ketesediaan

50

34

0 � 0 30

30

0 0 0 0 0 0 36

� � � � � 30

Permintaan

30 30 38 46 30 36

Masalah transshipment tersebut diselesaikan menggunakan metode Least

Cost dengan solusi fisibel awal seperti yang terlihat pada Tabel 3.13.

Tabel 3.13 Solusi Fisbel Awal Bilangan Fuzzy

Ketersediaan

� � � 50

� � � � 34

� � 0 � � � � 0 30

� � � � � 30

� 0 � 0 0 � 0 0 � 0 36

� � 30

[image:36.595.123.529.442.720.2]
(37)

Iterasi 1

Langkah pertama, yaitu menentukan multiplier dan . Dari Tabel

3.13 diperoleh 11 variabel basis, yaitu � , � , � , � , � , � , � ,

� , � ,� dan � . Sisanya non basis.

Karena variabel basis terbanyak berada pada baris ke-1 maka

dimisalkan sebagai 0. Adapun Nilai multiplier yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

= , = , = − , = − , = − , =

= , = , = , = , = , =

Opportunity cost pada seluruh variabel non basis adalah sebagai

berikut :

= − , = −�− , = , = , = −�− ,

= , =− , =− , = , =−�,

= − , = − , =− , = − , = −�+ ,

= − , =− , = − , = , =− ,

= −�, = −�+ , =−�− , =−�− , = −�−

Terdapat opportunity cost yang non negatif, yaitu sel 21, 23, 26, 34, dan

54. Opportunity cost terbesar ada pada sel 26, maka realokasi terjadi pada

loop yang berawal dari sel 34. Diperoleh loop �+ → �− → �+ → �− (Lihat Tabel 3.14).

Pada Tabel 3.14 Nilai � terkecil dari variabel bertanda (-) adalah

4 pada sel 26. Alokasikan sebanyak 4 unit pada loop tersebut. Sehingga,

� = + = � = + =

� = − = � = − =

Variabel basisnya kini adalah � = , � = , � = , � = ,

� = , � = , � = , � = , � = ,� = dan � =

(38)
[image:38.595.157.519.110.378.2]

Tabel 3.14 Loop Iterasi 1 Least Cost, Bilangan Fuzzy

� + 0

� � − +

� � 0 � � � � 0

� � � � �

� 0 � 0 0 � 0 0 � 0

� � 0

0 0

Iterasi 2

Variabel basis terbanyak dari hasil iterasi 1 berada pada baris ke-1, maka

dimisalkan sebagai 0. Dari sini bisa diperoleh nilai multiplier yang

lainnya (Lihat Tabel 3.15).

Tabel 3.15 Solusi Fisibel Iterasi 1 Least Cost, Bilangan Fuzzy

30 0 � � � 0

� 30 0 � � � � 4

� � 30 0 � � � � 0

� � � 30 0 � � �

� 0 � 0 0 � 0 30 0 � 0

� � 30 0 0

[image:38.595.137.544.479.748.2]
(39)

Nilai opportunity cost dari variabel non basisnya sebagai berikut :

= − , =−�− , = − , =− , = − ,

= −�− , = − , = − , = , = −�,

=− , = − , = −9, =− , =−�+ ,

=− , = − , =− , = , = − ,

=−�, = −�, = −�− , =−�− , =−�−

Opportunity cost yang paling positif ada pada sel 54. Loop yang dapat

dibuat adalah �+ → �− → �+ → �− . Realokasikan sebanyak

min �−, �= min , = . Sehingga,

� = + = � = + =

� = − = � = − =

Variabel basisnya kini adalah � = , � = , � = , � = ,

� = , � = , � = , � = , � = ,� = dan � =

.

Iterasi 3

Variabel basis terbanyak dari hasil iterasi 2 berada pada baris ke-1, maka

dimisalkan sebagai 0. Dari sini bisa diperoleh nilai multiplier yang

lainnya (Lihat Tabel 3.16).

Dengan menggunakan nilai multiplier yang ada pada Tabel 3.16

diperoleh nilai opportunity cost dari variabel non basis, yaitu sebagai

berikut :

= − , =−�− , = − , =− , = − ,

= −�− , = − , = − , = , =−�− ,

=− , = − , = −9, =− , = −�,

=− , = − , =− , = , = − ,

(40)
[image:40.595.136.544.116.387.2]

Tabel 3.16 Solusi Fisibel Iterasi 2 Least Cost, Bilangan Fuzzy

30 0 � � �

� 30 0 � � � � 4

� � 30 0 � � � � 0

� � � 30 0 � � �

� 0 � 0 � 0 0 0 � 0

� �

0 0

Opportunity cost yang non negatif ada pada sel 34. Loop yang dapat

dibuat adalah �+ → �− → �+ → �−. Loop tersebut melibatkan sel 33 dengan tanda (-), itu artinya jika realokasi dilakukan maka akan

mengakibatkan stok di sel 33 kurang dari stok semu �̃ = yang ditambahkan sebelumnya. Selain itu, realokasi juga akan mengakibatkan

pemindahan beban sebanyak min(�−, �− = , = dari sel 33 ke

sel 13. Hal ini tidak mungkin dilakukan karena stok yang dipindahkan

tersebut bersifat semu atau sebenarnya tidak ada. Oleh karena tidak

terdapat loop lain yang bisa dibuat dari sel 34 tanpa melibatkan sel 33,

maka solusi fisibel yang diperoleh pada Tabel 3.16 sudah optimal.

c. � ∶

+ + + � + + + + � + +

+ + � + + + + � + � + � +

� + � + � � ∶

+ + + + + =

(41)

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

[image:41.595.161.394.331.590.2]

Permasalahan di atas digambarkan pada Tabel 3.17.

Tabel 3.17 Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy

Keterse-diaan

74

52

0 � 0 44

44

0 0 0 0 0 0 50

� � � � � 44

Permin

-taan

44 44 54 62 44 60

Masalah transshipment tersebut diselesaikan menggunakan metode Least

Cost dengan solusi fisibel awal seperti yang terlihat pada Tabel 3.18.

Selanjutnya adalah memeriksa apakah solusi fisibel awal yang

diperoleh pada Tabel 3.18 memang sudah optimal atau belum

(42)
[image:42.595.142.551.116.391.2]

Tabel 3.18 Solusi Fisbel Awal Bilangan Fuzzy

Ketersediaan

� � � 74

� � � � � 52

� � 0 � � � � 0 44

� � � � � 44

� 0 � 0 0 � 0 0 � 0 50

� � 44

Permintaan 44 44 54 62 44 60

Iterasi 1

Menentukan multiplier dan . Dari Tabel 3.18 diperoleh 11 variabel

basis, yaitu � , � , � , � , � , � , � , � , � ,� dan � .

Sisanya non basis.

Karena variabel basis terbanyak berada pada baris ke-1 maka

dimisalkan sebagai 0. Adapun Nilai multiplier yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

= , = , = − , = − , = − , =

= , = , = , = , = , =

Opportunity cost pada seluruh variabel non basis adalah sebagai

berikut :

= − , = −�− , = − , = − , =− ,

=−�− , =− , = − , = − , =−�,

= − , = − , = − , = − , = −�+ ,

(43)

= −�, = −�, =−�− , = −�− , = −�−

Terdapat opportunity cost yang non negatif, yaitu sel 54. Diperoleh loop

�+ → �→ �+ → �. Realokasikan sebanyak min �, �=

min , = . Sehingga,

� = + = � = + =

� = − = � = − =

Variabel basisnya kini adalah � = , � = , � = , � = ,

� = , � = , � = , � = , � = , � = dan � = .

Iterasi 2

Variabel basis terbanyak dari hasil iterasi 1 berada pada baris ke-1, maka

dimisalkan sebagai 0. Dari sini bisa diperoleh nilai multiplier yang

[image:43.595.130.536.416.679.2]

lainnya (Lihat Tabel 3.19).

Tabel 3.19 Solusi Fisibel Iterasi 1 Least Cost, Bilangan Fuzzy

� � � 0

� � � � �

� � 0 � � � � 0

� � � � �

� 0 � 0 � 0 0 0 � 0

� � 0

(44)

Nilai opportunity cost dari variabel non basisnya sebagai berikut :

= − , = −�− , = − , = − , =− ,

= −�− , =− , = − , = − , = −�− ,

=− , = − , = − , = − , =−�,

=− , =− , = − , = − , =− ,

= −�, =−�, =−�− , = −�− , = −�−

Semua nilai opportunity cost bernilai non negatif, artinya solusi fisibel

pada Tabel 3.19 sudah optimal.

d. � ∶

+ + + + � + + + + � +

+ + + � + + + + � +

� + � + � + � + � � ∶

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

+ + + + + =

Permasalahan di atas digambarkan pada Tabel 3.20.

Masalah transshipment tersebut diselesaikan menggunakan metode

(45)

3.21. Selanjutnya adalah memeriksa apakah solusi fisibel awal yang

diperoleh pada Tabel 3.21 memang sudah optimal atau belum

[image:45.595.216.448.189.428.2]

mengunakan metode MODI.

Tabel 3.20 Ongkos Distribusi Bilangan Fuzzy

Keterse-diaan

98

9 � 70

0 � 0 58

9 � 58

0 0 0 0 0 0 64

� � � � � 58

Permin

-taan

58 58 78 78 58 76

Tabel 3.21 Solusi Fisbel Awal Bilangan Fuzzy

Ketersediaan

� 20 � � 6 98

� � � 9 12 70

� � 0 � � � � 0 58

� � 9 58

� 0 � 0 0 � 0 0 � 0 64

� � 58

[image:45.595.129.537.437.717.2]
(46)

Iterasi 1

Menentukan multiplier dan . Dari Tabel 3.21 diperoleh 11 variabel

basis, yaitu � , � , � , � , � , � , � , � , � ,� dan � .

Sisanya non basis.

Karena variabel basis terbanyak berada pada baris ke-1 maka

dimisalkan sebagai 0. Adapun Nilai multiplier yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

= , = , = − , = − , = − , =

= , = , = , = , = , =

Opportunity cost pada seluruh variabel non basis adalah sebagai

berikut :

= − , = −�− , =− , = − , = − ,

=−�− , = − , = − , = − , = −�,

= − , = − , =− , = − , =−�+ ,

= − , = − , = − , = , = − ,

= −�, =−�, = −�− , =−�− , =−�− .

Terdapat opportunity cost yang non negatif, yaitu sel 54. Diperoleh

loop �+ → �− → �+ → �−. Realokasikan sebanyak min �− , �= min , = . Sehingga,

� = + = � = + =

� = − = � = − =

Variabel basisnya kini adalah � = , � = , � = , � = ,

� = , � = , � = , � = , � = , � = dan

� = .

Iterasi 2

Variabel basis terbanyak dari hasil iterasi 1 berada pada baris ke-1,

maka dimisalkan sebagai 0. Dari sini bisa diperoleh nilai

(47)
[image:47.595.137.545.118.411.2]

Tabel 3.22 Solusi Fisibel Iterasi 1 Least Cost, Bilangan Fuzzy

� 20 14 � � 6 0

� � � 9 12 0

� � 0 � � � � 0 −

� � 9

� 0 � 0 � 0 0 0 � 0 −

� � 0

0 0 1 1 0

Nilai opportunity cost dari variabel non basisnya sebagai berikut :

= − , = −�− , =− , = − , = − ,

=−�− , = − , =− , = − , =−�− ,

= − , = − , =− , = − , = −�,

=− , =− , =− , = − , = − ,

=−�, = −�, = −�− , =−�− , =−�− .

Semua nilai opportunity cost bernilai non negatif, artinya solusi fisibel

pada Tabel 3.22 sudah optimal.

Selanjutnya adalah mengecek apakah variabel keputusan dari

masing-masing bilangan fuzzy , , , dan sudah memenuhi syarat :

− , − , −

Dari hasil perhitungan sebelumnya, seluruh variabel keputusan yang telah

(48)
[image:48.595.136.511.130.422.2]

Tabel 3.23 Seluruh Variabel Keputusan Pemrograman Linier Crisp

Sel − − −

11 16 30 44 58 14 14 14

13 6 8 10 20 2 2 10

14 4 10 12 14 6 2 2

16 0 2 8 6 2 6 -2

22 16 30 44 58 14 14 14

26 0 4 8 12 4 4 4

33 16 30 44 58 14 14 14

44 16 30 44 58 14 14 14

54 6 6 6 6 0 0 0

55 16 30 44 58 14 14 14

66 16 30 44 58 14 14 14

Variabel lain bernilai 0

Pada Tabel 3.23 terlihat bahwa − = − , artinya sel 16 tidak

memenuhi syarat bahwa − haruslah bernilai non negatif. Oleh karena

itu perlu dilakukan pemindahan beban untuk menambah beban pada agar

dapat memenuhi − . Jadi, pada sekurang-kurangnya harus

diberi tambahan beban sebanyak 2 unit. Perlu dicari terlebih dahulu loop yang

bisa memberikan beban tambahan ke . Loop tersebut dapat dilihat pada

Tabel 3.24.

Semua nilai pemindahan beban dari loop pada Tabel 3.24 berharga

positif. Itu artinya realokasi akan mengakibatkan kenaikan pada total ongkos

distribusi. Oleh karena itu loop yang harus dipilih adalah loop dengan nilai

pemindahan beban paling kecil agar kenaikan total ongkos distribusi

seminimum mungkin. Jadi, loop yang terpilih adalah loop dengan variabel

masuk � . Alokasikan sebanyak 2 unit ke dalam loop tersebut sehingga,

� = + = � = + =

(49)
[image:49.595.154.503.133.415.2]

Tabel 3.24 Loop yang Memberikan Penambahan Beban pada

Variabel

Masuk Loop

Nilai Pemindahan Beban

+ → �→ �+ → �→ �+ − + − =

+7 → �→ �+ → �→ �+7 − + − =

+9 → �→ �+ → �→ �+7 9− + − =

� �

+�

→ �− → �+ → �→ �+

→ �− → �+�

− + − + − =�−

+� → �→ �+ → �→ �+� �− + − =

+�

→ �− → �+ → �→ �+� �− + − =�−

+� → �→ �+ → �→ �+� �− + − =�−

Tabel 3.25 Variabel Keputusan Hasil Pengecekan

Sel − − −

11 16 30 44 56 14 14 12

13 6 8 10 20 2 2 10

14 4 10 12 14 6 2 2

16 0 2 8 8 2 6 0

21 0 0 0 2 0 0 2

22 16 30 44 58 14 14 14

26 0 4 8 10 4 4 2

33 16 30 44 58 14 14 14

44 16 30 44 58 14 14 14

54 6 6 6 6 0 0 0

55 16 30 44 58 14 14 14

66 16 30 44 58 14 14 14

[image:49.595.148.522.443.749.2]
(50)

Langkah 5

Substitusikan variabel keputusan crisp yang diperoleh ke variabel fuzzy

�̃ = , , ,

�̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , , �̃ = , , , .

Langkah 6

Menentukan total ongkos fuzzy minimum dengan mensubstitusikan nilai dari

�̃ ke ∑=+ ∑ =+ ̃ �̃ .

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

̃ �̃ = , , , , , , = , , ,

, , , Dari hasil yang diperoleh, maka pengiriman yang terjadi antara lain :

a. Dari � ke � dikirim sebanyak �̃ = , , ,

b. Dari � ke � dikirim sebanyak �̃ = , , ,

(51)

Dengan total ongkos pengiriman fuzzy sebesar , , , . Dengan kata

lain, total ongkos pengiriman minimum sebesar 8, maksimum 166, rata-rata

(52)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dari hasil penelitian di Bab IV dan penyelesaian studi kasus di Bab III dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Cara mencari solusi optimal masalah fuzzy transshipment menggunakan

metode Mehar antara lain dengan mengkonversi model fuzzy dari masalah

tersebut ke model crisp dengan memanfaatkan fungsi rangking, kemudian

menyelesaikan model crisp yang diperoleh dengan menggunakan metode

penyelesaian masalah transportasi yang sudah ada, dalam penelitian ini

diselesaikan mengunakan metode Least Cost dan MODI. Metode Mehar

sendiri merupakan metode baru yang diperkenalkan oleh Amit Kumar dkk

untuk menyelesaikan masalah Fuzzy Transshipment, fungsi tujuan dan

syaratnya bervariabel fuzzy, melalui pendekatan pemrograman linier tanpa

menggunakan teknik � − � (Chanas, 1996). Metode ini mudah dipahami

karena pengerjaannya memanfaatkan metode pemecahan masalah

transshipment yang sudah ada dan variabel keputusan yang diperoleh pun

selalu bernilai positif sehingga mudah untuk diinterpretasikan.

2. Pembuatan program aplikasi penyelesaian masalah transshipment dilakukan

dengan menerjemahkan langkah-langkah pada metode Mehar ke dalam bahasa

pemrograman Delphi7. Sebelumnya dirancang terlebih dahulu tampilan dari

program aplikasi yang akan dibuat sehingga dapat ditentukkan prosedur apa

saja yang diperlukan.

3. Membandingkan hasil penyelesaian masalah fuzzy transshipment yang

dikerjakan secara manual dan dikerjakan menggunakan program aplikasi, dapat

disimpulkan bahwa program aplikasi yang dibuat dapat berjalan dengan baik

dan apa yang diharapkan dari pembuatan program tersebut, yaitu kecepatan

(53)

5.2 SARAN

Untuk lebih mengoptimalkan hasil dari penelitian ini, beberapa hal yang

dapat dikembangkan antara lain :

1. Cara pengoperasian program dipermudah lagi agar pengguna dapat

mengoperasikannya dengan lebih mudah.

2. Algoritma program untuk mencari solusi dan model crisp yang telah dibentuk

akan lebih baik bila menggunakan metode simpleks yang telah direvisi. Penulis

menilai hal ini akan lebih memudahkan pengguna untuk mengoperasikan

program.

3. Dapat dilakukan pengembangan program untuk masalah Fuzzy Transshipment

dengan lebih dari 2 sumber dan 2 tujuan.

4. Dapat dilakukan penerapan Metode Mehar pada masalah Fuzzy Transshipment

yang terjadi di kehidupan sehari-hari, menggunakan data lapangan dari studi

(54)

Prawitasari, Elyine R. 2014

PROGRAM APLIKASI PENYELESAIAN MASALAH FUZZY TRANSSHIPMENT MENGGUNAKAN METODE MEHAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati T.T. dan Dimyati A. 1992. Operation Research : Model-model Pengambilan Keputusan, CV. Sinar Baru Bandung : Bandung.

Kumar, A, Kaur, A. dan Gupta, A. 2011. Fuzzy Linear Programming Approach for Solving Fuzzy Transportation Problems with Transshipment. J. Math. Model Algor. 10, 163-180.

Kusumadewi S. dan Hari P. 2010 Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung Keputusan. Graha Ilmu : Yogyakarta.

Kadir, A. 2001. Dasar Pemrograman Delphi 5.0 Jilid 1. ANDI : Yogyakarta.

Munir, R. 2011. Algoritma dan Pemrograman dalam Bahasa Pascal dan C Edisi Revisi. Informatika : Bandung.

Siswanto. 2007. Operation Research Jilid 1. Erlangga : Jakarta.

Suarga. 2006. Algoritma dan Pemrograman. Penerbit ANDI : Yogyakarta.

Taha, H.A. 1996. Riset Operasi Jilid 1. Binarupa Aksara : Jakarta.

Gambar

Tabel 3.1 Penambahan Stok pada Fuzzy Transshipment
Tabel 3.2 Ongkos Distibusi Fuzzy
Tabel 3.4 Model Transshipment Fuzzy
Gambar 3.2 Kurva Permintaan Fuzzy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Deskripsi hasil penelitian tindakan kelas yang berjudul “Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Matematika dengan menggunakan Metode Pemecahan Masalah di Kelas IV Sekolah

Untuk mendekati penyelesaian persamaan masalah nilai batas tersebut dengan metode tembakan adalah dengan mereduksi persamaan. masalah nilai batas ke dalam dua masalah nilai

Penerapan pembelajaran berbasis masalah pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan terdiri dari 2 siklus. Tahap awal meliputi : 1) Peneliti membuka pelajaran dan

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, kondisi pembelajaran dalam kelas IV SD Negri Mangunsari 01 dalam mata pelajaran Matematika terlihat

Dilihat dari data awal pada pelajaran matematika tentang penggunaan pecahan dalam pemecahan masalah nilai rata-rata kelas 55,83 ketuntasan belajar siswa hanya

Penelitian ini bertujuan(1) mendeskripsikan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika materi penjumlahan dan pengurangan pecahan melalui model RME berbantuan

Deskripsi kondisi awal memaparkan hasil identifikasi kesulitan belajar matematika dalam materi pengurangan dan penjumlahan dua bilangan pada siswa kelas 1 semester 2 di