• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Konsumen Terhadap Konsumen Akhir Sebagai Pengguna Hewan Potong Di Kabupaten Sumedang Di Tinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Jo Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No.29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Konsumen Terhadap Konsumen Akhir Sebagai Pengguna Hewan Potong Di Kabupaten Sumedang Di Tinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Jo Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No.29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriks"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

v

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKHIR SEBAGAI PENGGUNA HEWAN POTONG DI KABUPATEN SUMEDANG DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 08 TAHUN 1999 TENTANG

PERLINDUNGAN KONSUMEN JO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NO. 29 TAHUN 2003 TENTANG PELAYANAN PEMERIKSAAN KESEHATAN HEWAN, BAHAN ASAL

HEWAN DAN PENYEDIAAN PASAR HEWAN ABSTRAK

Kebutuhan akan pangan bagi masyarakat Indonesia merupakan hal utama dari Sembilan kebutuhan pokok, salah satunya kebutuhan panganhasil dari peternakan. Berkaitan dengan standar dari produk daging yang dikonsumsi oleh konsumen, pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, agar hak-hak dari konsumen terlindungi dan ada batasan usaha bagi pelaku usaha. Dalam kenyataanya, konsumen seringkali dirugikan oleh pelaku usaha dengan menjual produk yang belum memenuhi standar kualitas yg ditinjau oleh Peraturan Perundang-undangan. Di Kabupaten Sumedang contohnya, telah di buat Peraturan Daerah No. 29 Tahun 2003 tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, dan Penyediaan Pasar hewan dengan bertujuan untuk menimalisasi produk yang kurang baik dari hewan potong ini.

Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual dengan lebih mengacu pada bahan hukum primer, yaitu Undang-Undang Nomor 08 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 13/Permentan/OT.140/1/2010 Tentang Persayaratan Rumah Potong Hewan Rumanisia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting Plan), dan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar Hewan), bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. Selain itu, untuk melengkapi penelitian, penulis melakukan studi lapangan terhadap berbagai narasumber, yaitu: pelaku usaha, rumah potong hewan, pelaku usaha, masyarakat dan badan penyelesaian sengketa konsumen (BPSK). Data-data yang digunakan dianalisis dengan cara analisis kualitatif dan dengan pola pikir logika deduktif, yaitu menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum.

Peraturan Daerah Kab. Sumedang No. 29 Tahun 2003 tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar Hewan belum memenuhi kualifikasi dalam memberikan perlindungan hukum bagi konsumen akhir sehingga diperlukan adanya revisi atas peraturan daerah tersebut dan Pemerintah kab. Sumedang melakukan berbagai perlindungan, pengawasan dan penyuluhan terhadap pelaku usaha maupun konsumen agar Peraturan daerah tersebut berjalan dengan baik dalam melindungi hak-hak konsumen.

(2)

vi

LEGAL PROTECTION FOR FINAL CONSUMERS AS THE CONSUMERS OF CUTTING MEAT IN SUMEDANG REGENCY AS SEEN FROM LAW

NO. 08 YEAR 1999 RELATES TO PROTECTION OF CONSUMERS JOLOCAL REGULATION OF SUMEDANG REGENCY NO. 29 YEAR 2003

RELATES TO ANIMAL’S HEALTH INSPECTION SERVICE, ORIGIN MATERIAL OF MEAT AND PROVISION OF ANIMAL MARKET

ABSTRACT

Need of food for Indonesian people is one of the important needs of nine staples; one of them is the produce of livestock. Regarding to the standard of the meat products that being consumed, government published law No. 8 Year 1999 relates to the protection of consumers, in aim to protect the right of consumers and the limit for the people who run the business. However, some people who sell meat to the consumers frequently cause

harms to the consumers by selling meats that do not fulfill the criteria’s of the laws. In the

region of Sumedang is one of the example, there is a law for Sumedang region No. 29 Year 2003 relates to animal health inspection service, the basic material of the animal, and the provision of markets that sell animal in order to minimize products of certain animals.

This thesis is using normative juridical method which focused on reviewing the application of the rules or norms of the positive laws. This using the approach to laws and conceptual approach which is more focus on laws of primary laws, Law No.08 year 1999,Protection of Consumers, Regulation of the Minister of Agriculture of the Republic of Indonesia No. 13 / Permentan / OT.140 / 1/2010 About Requirements Rumanisia Slaughterhouse and Meat Handling Unit(Meat Cutting Plan), andSumedang District Regulation No. 29 Year 2003 relates to Animal Health Inspection Service, Origin Materials of Animals and Provision of Animal Market), secondary and tertiary laws materials. In additional, to complete the research, the researcher did field study to interviewees; business people, slaughterhouse, the inhabitants and Consumer Dispute Settlement Body (BPSK). The data used were analyzed by means of qualitative analysis and the mindset of deductive logic, which was to draw conclusions from individual cases into real general conclusions.

Sumedang District Regulation No. 29 Year 2003 relates to Animal Health Inspection Service, Materials Provision of Animal Origin and Animal Market is not yet fulfill the qualifications to give protection for the consumers, hence it is expected that the regulations in the region of Sumedang as well as the people in charge to do a revision on the Regulation and the administration of Sumedang implements protection, control and elucidation towards people who run the business as well as conumers in order to make the local regulation to run effectively in aim to protect the rights of consumers.

(3)

x

DAFTAR ISI

Halaman

Pernyataan Keaslian ... .. i

Pengesahan Revisi ... ii

Pengesahaan Pembimbing ... .. iii

Persetujuan Panitia Sidang ... .. iv

Abstrak ... .. v

Abstract ... .. vi

Kata Pengantar ... .. vi

Daftar isi ... .. ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... .. 1

B. Identifikasi Masalah ... .. 6

C. Tujuan Penulisan ... .. 7

D. Kegunaan Penelitian ... .. 7

E. Kerangka pemikiran ... ... .. 9

F. Metode penelitian ... ... .. 12

1. Sifat Penelitian ... 13

(4)

xi

3. Jenis Data ... .. 14

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ... 14

G. Sistematika Penulisan ... .... .. 18

BABII PENGERTIAN PERLINDUNGAN KONSUMEN, ASAS-ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN KEDUDUKAN HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA A. Sejarah Hukum Perlindungan Konsumen... ... .. 21

1. Sejarah Gerakan Perlindungan Konsumen ... 21

2. Sejarah Perlindungan Konsumen Di Indonesia ... 24

B. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen ... 30

C. Subjek Hukum Perlindungan Konsumen Serta Hak Dan Kewajibannya. 33 1. Pelaku Usaha ... 33

2. Konsumen ... 35

D. Aspek-Aspek Hukum Perlindungan Konsumen ... 38

1. Asas-Asas Hukum Perlindungan Konsumen ... 39

2. Tanggung Jawab Dalam Perlindungan Konsumen ... 40

BAB III PERANANPEMERINTAH DAN APARATUR PEMERINTAHAN

DALAM PERLINDUNGAN TERHADAP KONSUMEN DALAM

MENGGUNAKAN HASIL DARI HEWAN POTONG DI

(5)

xii

A. Tinjauan Yuridis Pengertian Hewan Potong dalam Peraturan

Perundang-undangan di Indonesia ... 43

1. Pengertian Hewan dan Hewan Potong Secara Umum ... 43

2. Pengaturan mengenai Pertanggungjawaban Produsendalam Penjualan Hewan Potong dalam Peraturan Perundang-undangan... 46

B. Proses Hewan Sebelum Dijual, Dipasarkan, atau Diedarkan ... 56

1. Tempat Budidaya ... 57

2. Tempat Produksi Pangan Asal Hewan ... 58

3. Rumah Potong Hewan ... 58

C. Pemasarandan Distribusi Hewan Potong di Indonesia ... 61

1. Penjualan Daging di Pasar ... 62

2. Penjualan Daging di Toko Daging dan Pasar Swalayan ... 63

3. Penjualan Secara Keliling ... 63

D. Hasil Penelitian terhadap Praktek Hewan Potong di Kabupaten Sumedang... 64

(6)

xiii

1. Penerapan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 29 tahun 2003 tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar Hewan Terhadap Pelaku Usaha Hewan Potong ... 69 2. Peraturan Daerah KabupatenSumedang No. 29 tahun 2003 tentang

Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar Hewan dalam upaya memfasilitasi Rumah Pemotongan Hewan dan Tempat Pemotongan Hewan ... 75 3. Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 29 tahun 2003 dalam

upaya memfasilitasi kebutuhan hewan potong ... 81 B. Hak-Hak Konsumen Berdasarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen Jo Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan Dan Penyediaan Pasar Hewan ... 86 1. Hak-hak konsumen atas pelayanan pemeriksaan kesehatan hewan .. 86 2. Hak-Hak Konsumen Atas Penyediaan Pasar Hewan ... 91 C. Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Akhir DalamMengkonsumsi

Hewan Potong Di Kabupaten Sumedang ... 97 1. Urgensi perlindungan hukum terhadap konsumen akhir dalam

mengkonsumsi hewan potong ... 97 2. Perlindungan hukum terhadap konsumen akhir berdasarkan Kitab

(7)

xiv

b. Ganti Rugi ... 102

c. Perbuatan Melawan Hukum ... 105

3. Bentuk-bentuk perlindungan hukum dalam mengkonsumsi hewan potong ... 107

4. Upaya Hukum yang dapat ditempuh oleh konsumen akhir yang diberikan untuk dapat memberikan perlindungan hukum ... 114

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... ... 121

B. Saran ... ... 124

1. Pemerintah ... 124

2. Pelakuusaha ... 125

3. Akademisi ... 125

4. Masyarakat... 125

DAFTAR PUSTAKA ... xv

LAMPIRAN... xiv

(8)

xv LAMPIRAN

Lampiran I : Wawancara terhadap Masyarakat, Pelaku Usaha, Rumah Potong, Pemerintah.

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh dengan stabil dan berkelanjutan, menciptakan keseimbangan di semua sektor perekonomian serta memberikan kesejahteraan yang adil dan menyeluruh kepada seluruh rakyat Indonesia maka kegiatan pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah harus memiliki jangkauan yang luas dan menyeluruh ke seluruh sektor riil dari perekonomian masyarakat Indonesia.Program pembangunan ekonomi harus dilaksanakan secara transparan dan akuntabel berpedoman kepada Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945.

Pemerintah dalam melaksanakan kebijakan di bidang perekonomian merujuk Pasal 33 Undang – Undang Dasar Republik Indonesia yang berbunyi:

1. “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas azas kekeluargaan.

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepenting rakyat.

(10)

2

Undang-Undang menegaskan bahwa Pemerintah harus memberikan kepastian hukum kepada masyarakat sebagai pelaku kegiatan perekonomian dalam memenuhi pelaksanaan kegiatan perekonomian agar negara harus dapat mendukung tumbuhnya dunia usaha sehingga mampu menghasilkan beraneka ragam barang dan jasa yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan serta mendapatkan kepastian atas barang / jasa yang diperoleh dari perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian konsumen.

Seiring perkembangan global masa kini dengan terbukanya akses pasar global, pemerintah harus dapat memberikan perhatian ekstra kepada masyarakat Indonesia dalam menjaga stabilitas kegiatan usaha yakni menciptakan suasana persaingan yang mendukung masyarakat kecil dalam hal menjaga eksistensi kegiatan pasar tradisional yang saat ini semakin lesu disebabkan maraknya pasar modern dari para pelaku usaha asing yang sudah mewabah pada setiap daerah di Indonesia.

(11)

3

sehingga terjadi hubungan timbal balik yang baik antara produsen dan konsumen.

Sebagaimana termasuk di dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, bahwa pengertian konsumen yakni:

“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.

Jadi dalam hal ini, bahwa konsumen yang dimaksud adalah pemakai terakhir atas barang yang diperjual belikan oleh produsen. Masyarakat yang membeli produk/barang terkadang menghadapi produk sebagai bahan konsumsi untuk kebutuhan hidup, yang dapat membahayakan hidup mereka, khususnya berkaitan dengan hewan potong.Dalam peraturan Perundang-Undangandi Indonesia, sudah banyak peraturan yang mengatur mengenai produk hewan potong secara umum.

Hak konsumen adalah berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi:“Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.”

(12)

4

maka hewan ternak yang akan diperjualbelikan harus dilakukan pemeriksaan kesehatan.

Pemerintah bertanggung jawab dalam mengawasi, membina, menindaklanjutkan dan melakukan upaya hukum dalam memberikan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang melakukan suatu kecurangan dan bahaya terhadap masyarakat sebagai konsumen yang merujuk pada Pasal 60 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Maraknya peredaran daging hewan potong di bulan Ramadhan, terlebih saat lebaran, bukanlah hal baru, selalu terjadi setiap tahun.Hal ini karena setiap Ramadhan, pedagang memanfaatkan kesempatan dikala harga daging melonjak naik. Menurut “Badan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian, persediaan daging hewan potong defisit akibat permintaan daging yang melebihi kemampuan.”1 Di tengah tingginya harga daging potong baik itu telor, daging, susu dan sebagainya, beberapa kalangan menganggap keberadaan hewan potong yang dijual murah, sebagai solusi. Dari segi kesehatan, dapat dipastikan bila hewan potong yang tidak sehat itu akan mengganggu kesehatan dikarenakan hewan-hewan potong dapat dengan mudah membusuk.

Walaupan harga kebutuhan pokok naik ternyata tidak mengurangi minat masyarakat untuk membeli. Meningkatnya permintaan akan kebutuhan pokok terutama pangan terkadang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggungjawab untuk memperoleh keuntungan dalam jumlah besar secara

(13)

5

serentak. Salah satunya adalah menjual bahan pangan asal hewan yang tidak sehat dan tidak aman. Hal inilah yang merupakan suatu penyimpangan yang terjadi di masyarakat.

Walaupun banyaknya konsumen yang keracunan dan atau tertipu karena hewan potong tetapi masyarakat hanya menganggap itu semua sebagai hal-hal biasa saja karena ketidaktahuan mereka akan perlindungan konsumen. Seharusnya aparatur pemerintah yang memberikan tindakan tegas terhadap para penjual daging hewan potong tersebut, itulah yang menjadi kata kunci dalam menghentikan peredaran hewan potong tersebut. Seharusnya dengan posisi konsumen yang lemah maka ia harus dilindungi oleh hukum. Bahwa Menurut AZ. Nasution“Salah satu sifat, sekaligus tujuan hukum itu adalah memberikan perlindungan (Pengayoman) kepada masyarakat. “Sebenarnya hukum konsumen dan hukum perlindungan konsumen adalah dua bidang hukum yang sulit

dipisahkan dan ditarik batasnya”2 .

Selain undang-undang yang mengatur mengenai penjualan hewan potong yang tidak sehat yang merugikan konsumen akhir, diperlukan kesediaan semua pihak untuk mencegah agar tidak membanjirnya konsumen akhir yang dirugikan karena penggunaan hewan potong yang tidak sehat didalam masyarakat.Ironinya, justru hal inilah yang belum dilakukan oleh aparat Pemerintah. Selama ini Pemerintah belum bertindak tegas terhadap para pedagang yang menjual hewan potong di pasar tradisional.

(14)

6

Berdasarkan fakta yang dipaparkan hal itulah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan suatu penelitian hukum dan membuat dalam karya tulis yang berjudul: “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Akhir sebagai Pengguna Hewan Potong Di Kabupaten Sumedang Ditinjau Dari

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Jo

Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 9 Tahun 2003 Tentang

Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan Dan

Penyediaan Pasar Hewan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan di atas, maka penulis merumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Peraturan Daerah Kab. Sumedang No. 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, dan Penyediaan Pasar Hewan dalam memberikan perlindungan hukum ? 2. Bagaimana hak – hak konsumen berdasarkan Undang – Undang No. 8

Tahun 1999 Jo Peraturan Daerah Kab. Sumedang No. 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, dan Penyediaan Pasar Hewan ?

(15)

7 C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian sebagaimana yang telah dikemukan berdasarkan rumusan masalah di atas, adalah:

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana Peraturan Daerah Kab. Sumedang No. 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, dan Penyediaan Pasar Hewan dalam memberikan perlindungan hukum.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana hak – hak konsumen berdasarkan Undang – Undang No. 8 Tahun 1999 Jo Peraturan Daerah Kab. Sumedang No. 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, dan Penyediaan Pasar Hewan. 3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perlindungan hukum

terhadap konsumen akhir sebagai pengguna hewan potong di Kabupaten Sumedang.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan secara teoritis

(16)

8

b. Penelitian ini merupakan sebagai referensi untuk proses peranan Pemerintah beserta aparaturnya dalam menyelesaikan kasus penggunaan hewan potong oleh konsumen akhir.

c. Diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan dan mengembangkan hukum perlindungan konsumen, terkait penggunaan hewan potong oleh konsumen akhir.

2. Kegunaan secara praktis

a. Memberikan masukan bagi penulis secara pribadi sebab penulisan ini bermanfaat dalam menambah keterampilan guna melakukan penulisan hukum.

b. Memberikan sumbangan pemikiran dan acuan bagi praktisi hukum untuk menangani perkara terkait konsumen akhir sebagai pengguna hewan potong.

(17)

9 E. Kerangka Pemikiran

Bahwa berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea Ke-4 (empat) yang berbunyi);

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada : Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Bahwa melihat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 alinea Ke-4 (empat) tersebut di atas, Negara diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk melindungi segenap bangsa Indonesia, maka dalam hal ini berdasarkan hal itu sudah seharusnya Negara yang melalui alat-alatnya melakukan upaya perlindungan hukum terhadap Konsumen Akhir sebagai Konsumen/Pengguna Hewan Potong Di Kabupaten Sumedang dan berperan aktif dalam Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan Dan Penyediaan Pasar Hewan. Agar hal tersebut bertujuan untuk terciptanya kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia.

(18)

10

Sumedang dalam mengharuskan para pelaku usaha melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap hewan potong yang hendak dikonsumsi para konsumen akhir yang ada di Sumedang Khususnya.

Roscoe Pound berpendapat tentang fungsi hukum sebagai pembaharuan,

yaitu:“Law as a tool of social engineering dapat pula diartikan sebagai sarana yang ditujukan untuk mengubah perilaku warga masyarakat, sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.”3

Selain hal itu, menurut Mochtar Kusumaatmadja terkait pembaharuan hukum, bahwa hukum diharapkan berfungsi lebih daripada itu yakni sebagai “sarana pembaharuan masyarakat”/”law as a tool of social engineering” atau “sarana pembangunan” dengan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:4

“Mengatakan hukum merupakan “sarana pembaharuan masyarakat” didasarkan kepada anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha pembangunan dan pembaharuan itu merupakan suatu yang diinginkan atau dipandang (mutlak) perlu. Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi hukum sebagai sarana pembaharuan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum memang bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan dan pembaharuan”.

Mochtar Kusumaatmadja mengatakan, bahwa:

“Hukum merupakan suatu alat untuk memelihara ketertiban dalam masyarakat.Mengingat fungsinya sifat hukum, pada dasarnya adalah konservatif artinya, hukum bersifat memelihara dan mempertahankan yang telah tercapai.Fungsi demikian diperlukan dalam setiap masyarakat, termasuk masyarakat yang sedang membangun, karena di sini pun ada hasil-hasil yang harus dipelihara, dilindungi dan diamankan.Akan tetapi, masyarakat yang sedang membangun, yang dalam difinisi kita berarti masyarakat yang sedang berubah cepat,

3 Soekanto Soerjono. Pokok-Pokok Sosiologi Hukum. Jakarta:Rajawali Pers. 2009. hlm.135. 4

(19)

11

hukum tidak cukup memiliki memiliki fungsi demikian saja. Ia juga harus dapat membantu proses perubahan masyarakat itu. Pandangan yang kolot tentang hukum yang menitikberatkan fungsi pemeliharaan ketertiban dalam arti statis, dan menekankan sifat konservatif dari hukum, menganggap bahwa hukum tidak dapat memainkan suatu peranan yang berarti dalam proses pembaharuan.”5

Bahwa berdasarkan pendapat kedua ahli di atas adalah, bahwa hukum itu harus mengikuti perkembangan yang ada di masyarakat.Hukum haruslah dapat merekayasa masyarakat, yang awalnya ada oknum-oknum penjual daging hewan yang tidak sehat yang sebelum dipasarkan tidak dilakukan suatu pemeriksaan kesehatan demi kesehatan masyarakat banyak yang menjadi konsumen akhir, maka hukum harus bertindak dapat merubah hal-hal demikian.Memberikan efek jera kepada para pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab dan menindak tegas. Maka dengan demikian hukum yang di sarankan oleh kedua ahli tersebut barulah tercapai. Maka, keresahan masyarakat akan hilang, dan masyarakat akan terhindar dari penyakit yang ditimbulkan oleh daging hewan yang dipasarkan oleh pelaku usaha tersebut, dan pelaku usaha akan mengalami keuntungan dari hasil pembelian yang dilakukan oleh para konsumen yang kedua-duanya saling di untungkan khususnya di Kabupaten Sumedang. Kemudian kewajiban pemerintah dalam hal ini terbilang berhasil, dan fungsi hukum dapat dijalankan sebagaimana mestinya.

Lalu, Hans Kelsen dalam teorinya Stufenbau menyatakan bahwa:“Sistem hukum merupakan sistem anak tangga dimana norma hukum yang paling

(20)

12

rendah harus berpegang pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum yang tertinggi harus berpegang pada norma hukum yang paling mendasar.”6

Yang dimana menurut Hans Kelsen, norma hukum yang paling mendasar bentuknya tidak konkrit. Hukum telah direduksi pada sifatnya yang normatif. Dari persfektif ini, hukum harus dipandang sebagai suatu kaidah yang tersusun secara Hierakhikal, yang berdasarkan pada suatu Grundnorm.

Setiap manusia tidak pernah terlepas dari namanya kebutuhan pokok terutama pangan. Oleh karena itu perlindungan hukum terhadap pengguna terakhir dari hewan potong sangatlah penting dengan adanya peraturan-peraturan yang mengakomodasi kepastian konsumen.

F. Metode Penelitian

Dalam penelitian untuk menyusun karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode yuridis normatif yakni “penelitian untuk mengetahui

bagaimana hukum positifnya mengenai suatu hal, peristiwa atau masalah tertentu”7

.Berkaitan dengan metode tersebut, dilakukan pengkajian secara logis terhadap prinsip dan ketentuan hukum yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap konsumen akhir sebagai konsumen/pengguna hewan potong di Kab.Sumedang.Selain metode pendekatan yang bersifat yuridis normatif dalam penulisan ini juga menganut metode pendekatan yang bersifat sosiologi, dimana dalam penulisan ini dilakukan wawancara terhadap

(21)

13

pihak terkait yang mendukung penulisan ini, dikaji kemudian sebagai bahan kesimpulan yang disesuaikan dengan yuridis normatif sebagai pendukung menggunakan yuridis sosiologis.Penyusunan karya ilmiah ini menggunakan sifat, pendekatan, jenis data teknik pengumpulan data dan analisis data sebagai berikut:

1. Sifat Penelitian

Sifat penelitian yang digunakan dalam skripsi ini dilakukan secara deskriptif analitis yaitu “penelitian yang menggambarkan peristiwa yang

sedang diteliti dan kemudian menganalisanya berdasarkan fakta-fakta berupa data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier”.8Kemudian penelitian ini melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi yaitu “menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat

lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan”.9

Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah-daerah tertentu. Dalam penelitian ini, penulis akan mencoba menggambarkan situasi dan kondisi perlindungan hukum terhadap konsumen akhir sebagai konsumen/pengguna hewan potong di daerah kabupaten Sumedang ke dalam bentuk fakta yang seakurat mungkin untuk kemudian dianalisis menggunakan bahan hukum primer, sekunder dan tersier.

8Soerjono Soekanto.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:Grafindo. 2006.hlm.10.

(22)

14 2. Pendekatan penelitian

Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan dengan “menggunakan pendekatan perundang-undangan (statue approach)”10 dengan tujuan mendekatkan kepada gambaran masalah serta mempermudah dalam analisis penyelesaian masalah menjadi komprehensif dan akurat.Pendekatan perundang-undangan digunakan berkenaan dengan peraturan hukum yang mengatur penggunaan hewan potong oleh konsumen akhir.

3. Jenis Data

“Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

objeknya. Data primer diperoleh atau dikumpulkan dengan melakukan studi lapangan (field research) dengan cara wawancara”11. Sementara

menurut Cholid Nurbako “Wawancara adalah proses tanya jawab dalam

penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan”12.Jadi wawancara yang dimaksud di atas adalah bertujuan untuk mendapatkan informasi-informasi secara lisan yang dilakukan oleh penulis kepada pihak terkait yang mana informasi tersebut dicatat dan dikaji oleh penulis dan menyesuaikan dengan yuridis normatif terkait penulisan ini yang berhubungan dengan pemeriksaan kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, Dan Penyediaan Pasar Hewan.

10Johny Ibrahim.Pendekatan Ekonomi terhadap Hukum. Surabaya:Putra Media Nusantara dan ITS

Press. 2009. hlm. 302-303.

(23)

15

Sumber data dari penelitian ini dikumpulkan dengan cara

mempergunakan data sekunder, yaitu “data yang dikumpulkan dari

tangan kedua atau dari sumber-sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan. Sumber sekunder meliputi komentar, interpretasi,

atau pembahasan tentang materi original”.13

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan cara sebagai berikut: 1) Studi kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat yang berkenaan dengan permasalahan yang diteliti. Berkenaan dengan metode normatif/yuridis yang digunakan dalam skripsi ini maka penulis melakukan penelitian dengan memakai studi kepustakaan yang merupakan data sekunder yang berasal dari literatur, dengan bahan-bahan hukum sebagai berikut:

a) Data sekunder bahan hukum primer, yaitu bahan yang sifatnya mengikat masalah-masalah yang akan diteliti, berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penggunaan hewan potong dan perlindungan konsumen terhadap penggunaan hewan potong, yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen,

13Ulber Silalahi.Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama. Bandung:Refika Aditama. 2009.hlm.

(24)

16

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, Dan Penyediaan Pasar Hewan.

(25)

17

c) Data sekunder bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi mengenai bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, misalnya kamus bahasa, kamus hukum, majalah serta media massa.

2) Studi lapangan

Studi lapangan ini dilakukan untuk memperjelas data sekunder, dengan cara wawancara dan diskusi. Dalam penelitian ini digunakan teknik komunikasi langsung dengan responden yaitu pelaku usaha hewan potong yang berjualan dipasar tradisional. b. Teknik Analisis Data

(26)

18

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, secara garisbesar metode penelitian dalam karya ilmiah ini menggunakan kombinasi di antara metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan konseptual. Teknik pengumpulan data adalah dengan studi kepustakaan, sedangkan studi lapangan hanya digunakan sebagai pendukung dan teknis analisis yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

G. Sistematika penulisan

Agar mengetahui keseluruhan tiap-tiap bab dari penulisan ini, maka akan dibuat suatu sistematika penulisan secara garis besar dalam penulisan ini yang terdiri dari 5 (lima) bab.

Adapun yang menjadi keseluruhan penelitian akan diuraikan sebagai berikut;

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II: PENGERTIAN PERLINDUNGAN KONSUMEN,

ASAS-ASAS PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN

KEDUDUKAN HUKUM PERLINDUNGAN

KONSUMEN DALAM SISTEM HUKUM DI

(27)

19

Dalam bab II ini akan dirumuskan tentang, Pertama Pengertian Perlindungan Konsumen, Kedua tentang Asas-Asas Perlindungan Konsumen, Serta ketiga yaitu tentang Kedudukan hukum perlindungan konsumen dalam sistem hukum di indonesia.

BAB III: PERANANPEMERINTAH DAN APARATUR

PEMERINTAHAN DALAM PERLINDUNGAN

TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN

HASIL DARI HEWAN POTONG DI KABUPATEN

SUMEDANG

Bab ini menjelaskan tentang pembahasan permasalahan penegakan hukum yang mencakup fungsi dibentuknya beberapa aparatur pemerintahan seperti Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di Indonesia dalam melindungi konsumen sebagai konsumen akhir dalam penggunaaan hewan potong di Kab.Sumedang.

BAB IV: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

AKHIR SEBAGAI KONSUMEN/PENGGUNA HEWAN

POTONG DI KABUPATEN SUMEDANG

(28)

20

Penyediaan Pasar Hewan telah memberikan perlindungan hukum, Kemudian yang kedua tentang hak-hak konsumen berdasarkan Undang-Undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen jo Perda Sumedang No. 29 Tahun 2003 tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar hewan dan yang ketiga perlindungan hukum terhadap konsumen akhir sebagai konsumen/pengguna hewan potong di kab. Sumedang.

BAB V: PENUTUP

(29)

121 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan penulis, jawaban atas identifikasi masalah pada Bab 1 Skripsi ini adalah:

(30)

122

seperti itu. Keadaan seperti itu hampir sama dengan keadaan tanpa hukum dalam penerapannya, karena kembali lagi daging merupakan salah satu kebutuhan utama akan gizi bagi masyarakat, apabila disalahgunakan atau lemah dalam pengawasan maka hal tersebut jelas akan merugikan masyarakat secara langsung.

(31)

123

kembali lagi hal-hal tersebut belum diakomodir dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 29 Tahun 2003 tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar Hewan, sehingga banyak kelemahan dan rawan penyimpangan. Oleh karena itu perlu dilakukan revisi dalam Peraturan Daerah Kab.Sumedang tersebut, agar apa yang sudah dituliskan oleh Undang-Undang yang lebih tinggi seperti Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dapat tercakup juga dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang, terutama untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat khsusnya masyarakat kabupaten Sumedang.

(32)

124

perlunya kesadaran hukum terutama dirasa sangat penting dalam menyelesaikan semua permasalahan hukum.

B. Saran

Saran penulis mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen akhir dalam mengkonsumsi hewan potong adalah:

1. Pemerintah:

Dalam menghadapi permasalahan hukum terutama dalam hal perlindungan bagi konsumen akhir maka diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat itu sendiri.Pemerintah dalam hal ini Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang perlu melakukan revisi terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 29 Tahun 2003 tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar Hewan, karena disitu terbukti terlalu lemah dalam hal pengaturan distribusi dan tidak terlalu jelas tanggung jawab dari instansi mana, dan juga terkait masalah penegakan perlu juga didukung oleh instansi dari pusat untuk melakukan penindakan bagi aparat pemerintah daerah yang hanyadiamsaja dalam hal ini, sehingga penegakan sekaligus peraturannya dapat berbanding lurus, dan tujuan demi masyarakat sehat dapat tercapai.

(33)

125 2. Pelaku usaha

Bagi pelaku usaha juga perlu diberlakukan sistem untuk menjaga agar daging yang dijualnya terjaga kualitasnya, dan juga perlu dilakukan tindakan yang keras bagi pelaku usaha tersebut, mulai larangan berjualan, hingga ke tuntutan pidana, karena diharapkan dapat menimbulkan efek jera, dan juga memberikan contoh bagi para pelaku usaha lain untuk tidak melakukan tindakan serupa yang melanggar Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang No. 29 Tahun 2003 tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan dan Penyediaan Pasar Hewan.

3. Akademisi

Akademisi yang merupakan calon-calon praktisi dimana akan terjun langsung ke dalam dunia hukum ataupun sebagai akademisi yang kelak akan memberikan sumbangsihnya berupa pemikiran-pemikiran baru mengenai konsep Perlindungan Konsumen, mengingat saat ini masih banyak yang harus diperbaiki mengenai Hukum Perlindungan Konsumen. 4. Masyarakat

(34)

xxi

RIWAYAT HIDUP

 Nama : Nasib Hatorangan Sihombing

 Alamat : Link. Saluyu Rt. 03/07 Kel. Situ Sumedang

 Handphone : 082218889232

 Tempat Tanggal Lahir : Sumedang, 05 Maret 1993

 Umur : 22 Tahun

 Jenis Kelamin : Laki-Laki

 Agama : Kristen Protestan

 Status : Belum Menikah

 Anak ke : 1 dari 2 bersaudara

Komputer :

DATA DIRI

KUALIFIKASI

1.Internet

2.Microsoft Office (Microsoft Words, Microsoft Excel, Microsoft Power Point)

Bahasa :

1.Indonesia 2.Inggris

Pengalaman bekerja :

(35)

xxii

2009 – 2015 Fakultas Hukum Bisnis dan Investasi Universitas Kristen Maranatha Bandung

2006 – 2009 SMA Negeri 1, Sumedang 2003 – 2006 SMP Negeri 2, Sumedang 1997 – 2003 SD Negeri Darandan, Sumedang

Bandung, 15 Juli 2015 Saya yang bersangkutan,

(36)

xvi

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku :

Adrian Sutedi, Tanggung Jawab Produk dalam Hukum Perlindungan

Konsumen, cet. ke-1 (Bogor: Ghalia), 2008.

Ahmadi Miru, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Di

Indonesia, (cetakan pertama, Rajagrafindo Persada, 2011).

Ahmad Miru & Sutarman Yoho. Hukum Perlindungan Konsumen. Jakarta: Raja Grafindo, 2011.

AZ Nasution. Hukum Perlindungan Konsumen (suatu pengantar). Edisi Revisi. Jakarta: Diadit Media, 2011.

AZ. Nasution. Tujuan dan Hukum: Tinjauan sosial, Ekonomi dan Hukum

pada Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakata:Pustaka Sinar

Harapan, 1995.

AZ Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen: Suatu Pengantar, cet. ke-2 (Yogyakarta: Diadit Media, 2001.)

Bartono PH, 2000, Pengantar Pengolahan Makanan, Jakarta: PT Perja. Celina Tri Siwi Kristiyanti. Hukum Perlindungan Konsumen. Malang: Sinar

Grafika, 2008.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi.Metodologi Penelitian.Bumi Aksara. Jakarta. 2001.

Gunawan Widjaja & Ahmad Yani. Seri Hukum Bisnis: Perseroan

(37)

xvii

Happy Susanto. Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan. Jakarta: Transmedia Pustaka, 2008.

Irawan Soehartono.Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang

Kesejahteraan Sosial lainnya. Bandung:Remaja Rosda Karya. 1999.

J. Supranto.Metode Penelitian Hukum dan Statistik. Jakarta:PT Rineka Cipta. 2003.

Johny Ibrahim.Pendekatan Ekonomi terhadap Hukum. Surabaya:Putra Media Nusantara dan ITS Press. 2009.

Mochtar Kusumaatmadja, Hukum, Masyarakat, dan Pembinaan Hukum

Nasional, Penerbit Binacipta. Bandung. 1995.

Sari Elsi. Hukum Dalam Ekonomi. Jakarta: Grasindo. 2007.

Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2006.

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:UI Press. 1986. Soerjono Soekanto.Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta:Grafindo. 2006. Soekanto Soerjono,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta. 2009. Rajawali

Pers.

Ulber Silalahi.Metode Penelitian Sosial. Refika Aditama. Bandung:Refika Aditama. 2009.

Yesmil Anwar & Adang.Pengantar Sosiologi Hukum.Jakarta:Pustaka Sinar Harapan.

Yusuf Shofie. Perlindungan Konsumen Instrumen-Instrumen Hukumnya. Bandung:PT. Citra Aditya Bakti, 2003.

B. Undang-Undang :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

(38)

xviii

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 29 Tahun 2003 Tentang Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan Hewan, Bahan Asal Hewan, Dan Penyediaan Pasar Hewan.

Peraturan Pemerintah Nomor 95 Tahun 2012 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner.

Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2014 tentang Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Hewan.

Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 13/Permentan/OT.140/1/2010 tentang Persyaratan Rumah Potong Hewan Ruminansia dan Unit Penanganan Daging (Meat Cutting

Plan).

Peraturan PemerintahNomor 95 Tahun 2011 tentang Veteriner.

Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerahtentang Perubahan Undang-Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.

C. Jurnal :

Mochtar Kusumaatmadja.Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan

(Kumpulan Karya Tulis) Penerbit Alumni. Bandung. 2002.

Henry Campbell Black, Black’s Law Dictionary, 6thed (St. Paul: West Publishing Company, 1983.

Jerry J. Phillips, Product Liability in a Nutshell (St. Paul: West Publishing Company, 1993).

(39)

xix

Korban dan Saksi Dalam Pelanggaran Hak Asasi Manusia Yang Berat.

D. Internet :

Wandy Liong.Perlindungan Konsumen. 2011. (Wenjack-perlindungankonsumen.blogspot.com). 17 Maret 2011. Pukul

08:17:26 wib.

Wikipedia. Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. (Www.Ylki.com). 10 Oktober 2011, Pukul 04.35.

Nita Nurrachmawati Atmasari, Pengertian Perlindungan Konsumen. (nitanur rach mawati atmasari.blogspot.com) diakses 2 Februari 2011 Andi Asrianti. Cacat Tersembunyi. 2013. (Andi-Asrianti.blogspot.com)

diakses pada tanggal januari 2013 Pukul 20:15

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, http://kbbi.web.id/hewan, sebagaimana diakses pada hari Senin 16 Maret 2015 pukul 08.37 WIB.

http://kbbi.web.id/binatang, sebagaimana diakses pada hari Senin 16 Maret 2015 pukul 08.43 WIB.

http://kbbi.web.id/satwa, sebagaimana diakses pada hari Senin 16 Maret 2015 pukul 08.44 WIB.

http://kamusbesar.com/.sebagaimana diakses pada hari Senin 16 Maret 2015 pukul 09:00. WIB.

http://worldpeternakan.blogspot.com. Sebagaimana diakses pada hari Senin 16 Maret 2015 pukul 09:10 WIB.

http://diary-veteriner.blogspot.com. Diakses pada hari Senin 16 Maret 2015 pukul 09:15 WIB.

http://www.tempo.co/read/news/2010/11/01/178288673/Polisi-Selidiki-Keracunan-Makanan-di-IPDN, diakses pada 17 Mei 2015, Pukul

(40)

xx

http://kbbi.web.id/hak, sebagaimana diakses pada hari Jumat 15 Mei 2015

pukul 09.00 WIB.

http://kbbi.web.id/kewajiban, sebagaimana diakses pada hari Jumat 15 Mei

2015 pukul 08.37 WIB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, http://kbbi.web.id/lindung, sebagaimana diakses pada hari Jumat 15 Mei 2015 pukul 08.37 WIB.

repository.usu.ac.id

www.hukumonline.com

E. Wawancara:

Dini, Wawancara, Pada Tanggal 05 April 2015, Pukul 13.00 WIB.

Drh. Diah Siswati, Wawancara, dilakukan pada tanggal 05 April 2015, Pukul 14:25 WIB.

Putra Barokah, Wawancara, pada tanggal 05 April 2015, Pukul 13:30 Wib.

Wahyudi. Wawancara pada 05 April 2015, Pukul 15:00 Wib.

Referensi

Dokumen terkait

Peluang yang cukup besar untuk mengembangkan hasil-hasil penelitian dengan memanfaatkan pestisida nabati sudah menunjukkan efektivitasnya sebagai insektisida dari

Mikrostruktur kamaboko tanpa penambahan karaginan komersil (K(-)) (Gambar 6) terlihat matriks gel protein yang terbentuk seperti serabut yang kasar, hal ini disebabkan

A vizsgált mutatók alapján a telepeket rangsoroltuk az SRD (Sum of Ranking Difference) módszerrel.. Az SRD módszert Héberger (2010) fejlesztette ki, és a módszer

Berdasarkan lokasi Pulau Pannikiang, lokasi penelitian berada tidak jauh dari adanya pemukiman masyarakat dimana sesuai dengan pernyataan dari Efriyeldi (2012)

Dari hasil penelitian mengenai hubungan terpaan pesan persuasif Nusatrip di media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, dan Pinterest) dan persepsi kualitas website

2016 tentang Paten berawal dari ratifikasi Ketentuan TRIPs Agreement yang mengatur mengani ketentuan dasar dari Hak Kekayaan Intelektual, sehingga dapat memberikan

Kegiatan PkM dilakukan dengan penyampaian materi dan diskusi tentang model pembelajaran inovatif berupa pembelajaran dengan menerapkan flipped classroom , pendidikan

Putri Musi Rawas mampu mengalahkan Pansa FC dengan skor yang besar. Hasil dari data yang diperoleh peneliti dari pada tim Putri Musi Rawas melawan Pansa FC yaitu