• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ikebana Pada Gaya Rikka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ikebana Pada Gaya Rikka"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

IKEBANA PADA GAYA RIKKA RIKKA NO IKEBANA

KERTAS KARYA Dikerjakan

O L E H

SRI WAHYUNI DAMANIK NIM : 112203033

PROGRAM STUDI DIII BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

IKEBANA PADA GAYA RIKKA RIKKA NO IKEBANA

KERTAS KARYA

Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III bidang Studi Bahasa Jepang.

Dikerjakan

PROGRAM STUDI D-III BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Diploma III dalam Bidang Studi Bahasa Jepang.

Pada,

Tanggal : Hari :

Program Diploma Sastra Budaya Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 195110131976031001 Dr. Syahron Lubis, M.A.

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. Zulnaidi, S.S., M. Hum ( ) 2. Drs. Eman Kudiyana,M.Hum

3.

( )

(4)

Disetujui oleh :

Program Diploma Sastra dan Budaya

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi Bahasa Jepang DIII Ketua Program Studi

NIP. 196708072004011001 Zulnaidi S.S., M. Hum

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin….

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimhkan rahmat

dan karunia-Nya sehigga penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang

berjudul

“IKEBANA PADA GAYA RIKKA”

ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan karena

kemampuan penulis yang masih terbatas. Tetapi, atasrahmat Allah SWT, serta

bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelasaikan kertas karya ini.

Maka dariitu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginyakepada :

1. Bapak Dr. SyahronLubis, M.A. SelakuDekanFakultasIlmuBudayaUniversitas

Sumatra Utara.

2. BapakZulnaidi, SS.M.Hum. Selaku Ketua Jurusan Bahasa Jepang Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Sumatra Utara.

3. Bapak Drs. EmanKusdiana, M.Hum. Selaku Dosen Pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan

(6)

4. Adariana Hasibuan, SS.M.Hum. Selaku Dosen Pembaca yang telah

memberikan pengarahan, kritik dan saran yang sangat bermanfaat bagi

penyelesaian kertas karya ini.

5. Dr.Hj.Siti Muharami M.M.Hum

6. Kepada seluruh Dosen dan Staf pengajar Jurusan Fakultas Ilmu

BudayaUniversitas Sumatra Utara.

Selaku Dosen Wali yang telah memberikan

perhatiannya selamapenulismenjadimahasiswi.

7. Kepada abang Mistam yang sudah banyak membantu dalam urusan

perkuliahan.

8. Untuk keluarga tersayang, yang teristimewa kedua orang tua Ayahanda Alm.

Murdin Damanik dan Ibunda tersayang Wahidah saragih yang telah

memberikan dukungan, semangat dan kepercayaan penuh sehingga penulis

menjadi seperti yang sekarang ini.

9. Untuk abang-abangku yang kusayangi Pendi Damanik, Joni Damanik,

Syahrial Damanik, S.P dan untuk kakakku tersayang MesrawatiDamanik, S.E.

Terima kasih atas segala dukungan, motivasi serta segala bantuan materi yang

yang telah diberikan.

10.Untuk keponakanku yang kusayangi wahyu, Annisa dan Kanaya makasih

udah jadi keponakan yang lucu-lucu.

11.Buat sepupu-sepupuku Dewik, Tatak dan Bambang terima kasih atas

bantuannya selama 3 tahun ini, semua itu tidak akan pernah dapat

(7)

12.Untuk sahabat-sahabatku tercita Attun, Edak, Embun makasih selama 3 tahun

kita ini kita telah bersama-sama berbagi kehangatan di dalam canda, tawa,

marah, tangis kenangan bersama kalian tak akan pernah terlupakan dan

Semoga kita semua menjadi orang yang sukses.

13.Buat HINODE 2011 terima kasih selama 3 tahun kita ini kitatelah

bersama-sama.

14.Dan untuk semuanya yang telah banyak membantu dan mendukung selama ini

yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penuls menyadari masih banyak kekurangan dalam kertas karya ini, sehingga

kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. Semoga kertas karya ini dapat berguna

bagi kita dikemudian hari.

Medan,

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………..i

DAFTAR ISI…………..………..………iv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul…………...……….………..……….…. 1

1.2 Tujuan Penulisan……….……….. 4

1.3 Batasan Masalah………….………..………….4

1.4 Metode Penulisan………..……….…….………..4

BAB II : GAMABARAN UMUM TENTANG IKEBANA 2.1 Sejarah Ikebana……….….………6

2.2 Makna Ikebana Bagi Masyarakat Jepang……….………...9

2.3 Gaya Rangkaian Ikebana……….………12

BAB III : TEKNIK IKEBANA PADA GAYA RIKKA 3.1 Teknik Dasar Ikebana ………..………...14

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan pada Gaya Rikka ………..……..…14

3.3 Teknik Ikebana pada Gaya Rikka….………..…….16

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan………..19

4.2 Saran……….………...20 DAFTAR PUSTAKA

(9)

IKEBANA PADA GAYA RIKKA

abstrak

Ikebana adalah sebuah seni merangkai bunga ala Jepang. Ikebana sangat

popular dikalangan masyarakat Jepang. Bagi orang jepang rangkaian bunga ikebana

sangat bermakna dan memiliki fungsi tersendiri. Dahulu orang Jepang menggunakan

rangkaian ikebana sebagai persembahan bagi dewa dalam ritual agama dan

menjadikan pohon matsu atau cemara sebagai tangga dan tempat persemayaman bagi

dewa yang akan turun ke bumi. Namun saat ini rangkaian ikebana tidak hanya

dipakai dalam acara keagamaan tetapi juga dipakai sebagai hiasan di dalam ruangan.

Ada beberapa hal yang membedakan rangkaian Ikebana dengan

rangkaian-rangkaian lain yang ada didunia ini antara lain :

1. Merangkai gaya Ikebana tidak sekedar menancapkan materi floral kedalam

wadah, tetapi harus disertai kesadaran agar rangkaian itu dapat merefleksikan

keindahan alami materi floral itu,baik bunganya, daunnya juga ranting yang

dipakai.

2. Rangkaian Ikebana tidak sekedar berfungsi sebagai dekorasi saja, tapi antar si

perangkai dan mereka yang melihat rangkaian itu tercipta komunikasi atau lebih

tepat dikatakan rangkaian Ikebana seakan berbicara dengan orang yang

menatapnya.

3. Rangkaian Ikebana sangat menekankan pada ‘space’

Dalam rangkaian Ikebana, perubahan waktu juga sering direfleksikan dalam

(10)

yang akan datang, bunga yang sedang mekar sebagai gambaran masa kini dan

daun-daun yang agak menguning sebagai kejadian yang sudah lampau.

Selain itu orang Jepang menjadikan rangkaian ikebana sebagai simbol untuk

menunjukan kecintaan dan kepedulian mereka terhadap alam dan merupakan wujud

keharmonisan mereka terhadap alam. Setiap tangkai dalam rangkaian ikebana

memiliki arti masing-masing. Setiap rangkaian ikebana juga menggambarkan

karakter dari si perangkai. Rangkaian ikebana merupakan suatu bentuk ekspresi yang

kreatif dari si perangkai. Si perangkai menggunakan ranting-ranting , daun-daun,

bermacam-macam bunga dan rerumputan yang dirangkai sedemikian rupa dengan

tetap menjaga keaslian bentuk bunga sehingga menghasilkan suatu rangkain bunga

yang indah dan memiliki makna tersendiri.

Keindahan rangkaian ikebana tidak seperti rangkaian bunga lainnya, yang

keindahannya hanya dapat dilihat dari satu sisi saja tetapi, rangkaian ikebana dapat

dilihat dari berbagai sisi yaitu, kiri, kanan, depan atau pun dari sisi belakang.

Selain itu untuk menambah keindahannya bahan yang digunakan dalam

rangkaian ikebana tidak hanya tumbuhan yang berwarna segar saja, tetapi dapat

digunakan juga ranting-ranting dan daun-daun yang sudah layu. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak hanya sesuatu yang segar saja yang hidup di alam namun

yang layupun juga ada di alam. Hal inilah yang juga dapat menunjukkan suatu

keharmonisan alam.

Adapun teknik dasar ikebana dimulai dengan mengawetkan bunga agar tetap

(11)

merendam bagian batang dengan pengawet selama 30 menit. Kemudian

merangkainya sesegera mungkin.

Perkembangan rangkaian gaya ikebana terus bermunculan salah satunya

yaitu rangkaian ikebana gaya rikka. Rangkaian gaya rikka dapat dikatakan adalah

gaya rangkaian yang tertua karena pada umumnya gaya rangkaian ini digunakan

untuk acara keagamaan. Pada gaya ini bunga yang digunakan harus sesuai dengan

bentuk aslinya dan rangkaiannya lebih tradisional dan juga lebih sederhana. Gaya ini

juga lebih menampilkan keindahan pemandangan.

Dan alat yang digunakan pada gaya rikka umumnya sama dengan gaya-gaya

yang lainnya yaitu kawat dari berbagai ukuran, gunting (gunting khusus ikebana) ,

floral tape (warna hijau dan coklat), selotip, tang bunga, kezan (alas yang berduri

tajam), pipet besar, vas, dan batu-batuan kecil. Sedangkan bahan yang dapat

digunakan adalah bunga, dahan-dahan, ranting-ranting kecil, rerumputan, tanaman

merambat, dan tumbuhan air.

Dalam teknik ikebana pada gaya rikka terdapat sembilan batang utama yaitu

: shin, soe, uke, shoshin, mikoshi, hikae, nagashi, do dan meoki. Menurut prinsip ki

no en, kusa no en yang menyatakan bahwa dahan dari pohon diletakkan dibelakang

dan dahan dari bunga diletakkan didepan. Keseimbangan tinggi, lebar dan kedalaman

adalah salah satu faaktor paling penting untuk dipertimbangkan.

Terlepas dari Sembilan batang utama, batang tambahan atau yang biasa

(12)

biasanya 20-30cm dan harus membuka dibagian atas. Dalam gaya rikka juga terdapat

teknik mematahkan batang tetapi tidak sampai benar-benar patah, oleh sebab itu

kawat sebagai pendukung penting. Apabila batangnya lunak perangkai bisa

memasukan kawat dalam batangnya, apabila keras maka bisa memasangkan kawat di

dipatahkan, setelah itu baru dilapisi dengan floral tape. Patahan ini tidak patah

seluruhnya tapi masih bisa mengalirkan air sampai ke atas, sehingga batang tidak

cepat mati.

Selain itu dalam meletakkan kenzan untuk vas yang ada kakinya, kita

pergunakan batu kecil sampai hampir ke mulut/leher vas, baru kita taruh kenzan, lalu

diberi air sampai sedikit melewati duri-duri kenzan. Kenzan yang asli beratnya bisa

0,5 kg dan tahan karat.

Kesimpulanya adalah ciri khas dari gaya riika terletak pada susunanya yang

berpangkal pada satu batang dasar. Dari pangkal inilah kemudian di bentuk susunan

sesuai dengan cita rasa atau gejolak jiwa pada saat itu. Gejolak jiwa bisa

mempengaruhi pembuatan ikebana separti bisa menjadi lebih sabar, lebih artistik,

(13)
(14)
(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Alasan Pemilihan Judul

Jepang adalah sebuah Negara di bagian Asia Timur yang memiliki keunikan

diantara Negara-negara lainnya. Dalam perkembangan sejarahnya, Jepang mendapat

pengaruh kuat dari Negara Cina baik dari segi pengetahuan, pemerintahan,

kepercayaan dan juga kebudayaan.

Masyarakat Jepang sangat menghargai alam. Kehidupan mereka selalu

berkaitan dengan alam. Sikap menghargai alam ini merupakan karakteristik yang

khas dari keudayaan masyarakat Jepang. Sikap ini jika berada pada pemikiran orang

Jepang, ialah berupa penilaian dan pemahaman terhadap berbagai gejala alam yang

mengitari kehidupan mereka dan sebagai sebagian dari pengalaman hidup mereka.

Perasaan dekat dan cinta dengan alam kemudian diwujudkan dalam berbagai

bentuk perbuatan dan kegiatan, salah satu contohnya adalah dalam bentuk seni.

Sehubungan dengan seni dan rasa cinta terhadap alam, di Jepang berkembanglah

sebuah seni yaitu seni merangkai bunga yang kini dikenal dengan istilah Ikebana.

Secara harafiah arti ikebana adalah bunga hidup dan mamang bunga yang

dipergunakan dalam rangkain bunga ikebana adalah bunga hidup. Seni merangkai

bunga Ikebana memanfaatkan berbagai jenis bunga, rumput-rumputan dan tanaman

(16)

Berbeda dengan seni merangkai bunga dari Barat yang bersifat dekoratif,

Ikebana berusaha menciptakan harmoni dalam bentuk linier, ritme dan warna.

Ikebana tidak mementingkan keindahan bunga tapi pada aspek pengaturannya

menurut garis linier. Bentuk-bentuk dalam Ikebana didasarkan tiga titik yang

mewakili langit, bumi dan manusia.

Jadi dengan istilah lain, Ikebana adalah sebuah jalan keselarasan untuk

menciptakan harmoni dan kesempurnaan hidup melalui keindahan mata dan

kenikmatan batin melalui keselarasan bentuk rangkaian bunga.

Oleh karena itu seni ini sejak awal terbentuknya sampai sekarang terus

berkembang dengan subur di Jepang, dimana hal ini tidak lain karena pengaruh alam

dan cuaca di Jepang. Dengan empat musim yang dimilikinya dan bergantian secara

berkala setiap tahunnya, tumbuhan berbunga tumbuh dengan subur dan bermekaran

secara bergantian sesuai dengan musim dimana masing-masing tumbuhan itu dapat

hidup.

Dengan keadaan alam yang demikian, rasa cinta orang jepang terhadap

tumbuhan berbunga sudah ada lama jauh sebelum terbentuknya seni merangkai bunga

ikebana. Perkembangan seni merangkai bunga sebenarnya bermula dari kegiatan ritus

keagamaan orang Jepang pada masa lalu. Di dalam penyelenggaraan ritus atau

upacara keagamaan tersebut, persebahan yang berfungsi mendatangkan dewa ke bumi

diwujudkan dalam bentuk sao atau umbul-umbul yang bertuliskan nama-nama dewa

sebagai tanda penyambutan terhadap dewa-dewa di bumi. Orang Jepang percaya

(17)

tinggi dan tinggi menjulang. Pohon yang paling tepat adalah pohon yang senantiasa

hijau.

Ketika diadakan upacara-upacara untuk dewa, ranting-ranting dari tanaman

yang senantiasa hijau ini dipajang tegak lurus dan mereka percaya bahwa itulah

tangga bagi dewa yang akan mendengarkan permohonan , keselamatan atau

kebahagian bagi keluarga, kelompok atau keluarga pada tahun itu.

Di dalam merangkai ikebana, dahan yang tertinggi untuk menggambarkan

langit. Sedangkan bunga yang dipersembahkan dianggap sebagai sarana untuk

menghidupkan kembali roh atau jiwa yang sudah meniggal.

Hal yang bisa dipelajari manusia dari rangkaian ikebana adalah tentang

hidup. Sedangkan rangkaian bunga ikebana pada dasarnya merupakan ekspresi dari

alam dan kreasi dari seniman perangkainya, yang menggambarkan suatu

keharmonisan dengan alam dan hubungan antara sesama manusia.

Perkembangan bentuk rangkaian bunga yang berbeda-beda terus

bermunculan. Salah satunya adalah rangkaian ikebana pada gaya rikka. Ikebana pada

gaya rikka lebih tradisional dan di pergunakan untuk perayaan keagamaan. Pada gaya

ini bunga yang digunakan harus sesuai dengan bentuk aslinya dan rangkaiannya lebih

sederhana. Gaya ini juga lebih menampilkan keindahan landscape atau pemandangan.

Dalam gaya ini ada tujuh keutamaan dalam gaya rikka, yaitu : shin, shin-kakushi,

soe, soe-uke, mikoshi, nagashi dan maeoki. Rangkaian ikebana pada gaya rikka dapat

(18)

yang membuat penulis tertarik terhadap rangkaian ikebana pada gaya rikka dan

sekaligus menjadikan ikebana pada gaya rikka sebagai judul kertas karya ini.

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis memilih judul teknik ikebana pada gaya rikka dalam

penulisan kertas karya ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana teknik merangkai bunga ikebana pada gaya

rikka

b. Alat dan bahan yang digunakan untuk merangkai bunga ikebana pada gaya

rikka

1.3 Batasan Masalah

Pada penulisan kertas karya ini, penulis membatasi pembahasan hanya

mengenai teknik ikebana pada gaya rikka. Untuk mendukung pembahasan ini penulis

akan mengemukakan tentang ikebana secara umum yang meliputi sejarah ikebana,

makna ikebana bagi masyarakat Jepang, dan gaya rangkaian ikebana.

1.4 Metode Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode Deskriptif dan

metode perpustakaan.

Menurut Nazir (2005:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam

(19)

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian

deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan

antarfenomena yang diselidiki.

Selain itu, dalam penulisan karya ini, penulis juga menggunakan metode

kepustakaan (Library Research) menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan

merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic

penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori

yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan

mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan.

Sumber-sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil

penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet,

koran dan lain-lain). Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti:

mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen

(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG IKEBANA

2.1 Sejarah Ikebana

Berbicara tentang Ikebana sama dengan membicarakan sejarah Ikenobo, karena

Ikebana lahir bersamaan dengan lahirnya Ikenobo lebih dari 500 tahun yg lampau.

Ikebana berawal dari Kuil Rokkakudo yang dibangun oleh seorang Pangeran yang

bernama Pangeran Shotoku didekat kolam tempat ia mandi. Kemudian dia

mempercayakan seorang pendeta untuk menjadi pimpinan kuil tersebut, sebagai

pimpinan kuil Rokkakudo, rangkaian bunga dipakai sebagai persembahan untuk

Buddha setiap pagi dan malam.

Untuk mengenang Pangeran Shotoku, maka ia mulai merangkai bunga

dipondok dekat kolam itu. Dia bernama Ono-no-Imoko yang menjadi pelopor

Ikenobo. Ono-no-Imoko lahir dari seorang bangsawan yang menjadi pendeta

Buddha, pada permulaan abad ke-7. Ono-no-Imoko mempelajari seni merangkai

bunga dari Cina sebagai pelengkap altar Buddha, selain dupa dan lilin. Ketiga elemen

itu disebut mitsugusoki. Wadah yang digunakan terbuat dari logam dan berbentuk

tinggi dengan bunga asli yang mempunyai lebar bervariasi. Itulah sebabnya karya

seni ikebana menggambarkan kehidupan spiritual dan sikap mental dari si

perangkainya. Ono-no-Imoko berhasil menurunkan Ikenobo dari generasi ke

generasi. Setelah berabad abad, pengikut Ikenobo makin dikenal sebagai ahli dalam

(21)

semuanya berasal dari Ikenobo itu sendiri. Oleh sebab itu Ikebana Ikenobo sering

disebut sebagai “the origin of Ikebana”.

Ada beberapa hal yang berbeda antara rangkaian Ikebana dengan

rangkaian-rangkaian lain yang ada didunia ini antara lain :

1. Merangkai gaya Ikebana tidak sekedar menancapkan materi floral kedalam

wadah, tetapi harus disertai kesadaran agar rangkaian itu dapat merefleksikan

keindahan alami materi floral itu,baik bunganya, daunnya juga ranting yang

dipakai.

2. Rangkaian Ikebana tidak sekedar berfungsi sebagai dekorasi saja, tapi antar si

perangkai dan mereka yang melihat rangkaian itu tercipta komunikasi atau lebih

tepat dikatakan rangkaian Ikebana seakan berbicara dengan orang yang

menatapnya.

3. Rangkaian Ikebana sangat menekankan pada ‘space’

Dalam rangkaian Ikebana, perubahan waktu juga sering direfleksikan dalam

rangkaian misalnya penggunaan materi floral yang kuncup menggambarkan waktu

yang akan datang, bunga yang sedang mekar sebagai gambaran masa kini dan

daun-daun yang agak menguning sebagai kejadian yang sudah lampau.

Sejak sekitar pertengahan abad ke-15, Ikebana berubah statusnya dari yang

sebelumnya sebagai symbol keagamaan menjadi bentuk seni yang bebas. Dan sejak

Di pertengahan zaman Edo hingga akhir zaman Edo, Ikebana yang dulunya hanya

bisa dinikmati kalangan bangsawan atau kaum samurai secara berangsur-angsur

(22)

Pada zaman itu, Ikebana gaya Shōka (seika) menjadi populer di kalangan

rakyat. Yang kemudian lambat laun sejalan dengan perjalanan waktu, tumbuh

sekolah-sekolah Ikebana, terjadi perubahan style dan menjadi lebih sederhana untuk

semua lapisan masyarakat Jepang.

Aliran Mishōryū, aliran Koryū, aliran Enshūryū dan aliran Senkeiryū

melahirkan banyak guru besar dan ahli Ikebana yang memiliki teknik tingkat tinggi

yang kemudian memisahkan diri membentuk banyak aliran yang lain.

Ikebana mulai diperkenalkan ke Eropa pada akhir zaman Edo hingga masa

awal era Meiji. Ketika itu minat orang Eropa terhadap kebudayaan Jepang mencapai

puncaknya. Ikebana dianggap mempengaruhi seni merangkai bunga Eropa yang

mencontoh Ikebana dalam line arrangement.

Sejak zaman Edo lahir banyak sekali aliran yang merupakan pecahan dari

aliran Ikenobō. Pada bulan Maret 2005 tercatat 392 aliran Ikebana yang masuk ke

dalam daftar Asosiasi Seni Ikebana Jepang. Namun yang paling terkenal saat ini

(23)

i

j

l

2.2 Makna Ikebana Bagi Masyarakat Jepang

a. Ikebana sebagai ungkapan keindahan

Sebagai negara yang modern, jepang jepang masih memiliki sesuatu yang

menjadi cirri khasnya. Kekhasan Jepang adalah, meskipun Jepang telah menjadi

Negara yang modern, tetapi Jepang masih mempertahankan unsur tradisi keindahan

yang sangat kuat. Rangkaian ikebana mengupayakan keselarasan antar bunga yang

dirangkai.

Bagi pandangan orang Jepang, bunga yang besar dan banyak tidak selalu lebih

baik dari bunga yang kecil dan berjumlah sedikit. Karena walaupun bunganya kecil

dan jumlahnya sedikit, apabila tersusun dengan keserasian warna dan bentuk, tentu

akan menghasilkan sesuatu yang indah. Dengan menentukan letak, fungsi, dan

ukuran dahan-dahan yang digunakan dalam rangkaian, dimana hal tersebut bermakna

bahwa setiap dahan itu akan saling mendukung untuk menghasilkan rangkaian yang

terbaik.

Rangkaian ikebana mengacu pada kesederhanaan, keindahan, materi, warna

(24)

utama yang menggambarkan langit, manusia, dan bumi. Dalam rangkaian ikebana

sekuntup bunga dapat memberikan suatu makna, apabila dikaitkan dengan

keberadaan manusia dan makhlik hidup lainnya mencerminkan suatu hal yang juga

akan dialami semua makhluk hidup yaitu kehidupan dan kematian atau dua sisi yang

saling bertentangan tetapi saling melengkapi.

Orang Jepang dalam memandang rangkaian bunga lebih melihat makna yang

terdapat di dalamnya. Orang Jepang menganggap bahwa bunga seolah dapat ikut

berbicara seperti manusia, oleh sebab itu bunga sering dibawa untuk mengungkapkan

tujuan dan maksud yang ingin diutarakannya.

Jadi bunga bagi orang Jepang merupakan lambang keindahan dan suatu sarana

untuk mengungkapakan kesan dan perasaannya. Selain itu dari bunga mereka dapat

melihat ketidakkekalan yang ada dalam hidup ini.

b. Ikebana Sebagai Simbol Keharmonisan Alam

Nilai estetika yang dianut oleh bangsa Jepang yaitu harmonisasi dengan alam,

alam menjadi inspirasi utama dalam menciptakan suatu kreasi. Jepang merupakan

suata bangsa dengan budaya yang mempunyai rasa seni antara kehidupan dan alam.

Dalam suatu karya seni orang Jepang menganggap bahwa memasukkan unsur

alam ke dalam karya seni adalah hal yang mutlak. Karena bagi orang Jepang alam

cenderung dianggap sebagai suatu bentuk eksistensi yang paling indah dan paling

tinggi, dimana disitulah manusia hidup.

Alam bagi orang Jepang sangat berharga karena selain tempat manusia hidup

(25)

memiliki perasaan dekat dengann alam dan hal ini sudah berlangsung sejak lama.

Mereka akan dapat menangkap makna yang terdapat dalam fenomena yang ada di

alam.

Jepang memperlakukan alam seolah-olah seperti teman dekatnya dan rasa

ketertarikan terhadap kecintaan alam sama seperti ketertarikan mereka akan

kecantikan yang dimiliki manusia. Dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa menghargai

sesuatu yang alami telah menjadi satu kesatuan dalam kehidupan orang Jepang yang

memiliki konsep hidup yang sederhana.

c. Ikebana Sebagai Simbol terciptanya Keselarasan Dalam Interaksi Sosial Pada

Masyakat Jepang

Ada berbagai macam bentuk untuk menunjukkan hubungan dan keharmonisan

antara sesama manusia. Di Jepang, masyarakat mewujudkan hal ini dalam sebuah

rangkaian bunga. Dalam rangkaian bunga ikebana terdapat dahan jin yang

melambangkan manusia.

Tidak hanya dengan alam, masyarakat Jepang dalam hubunganya dengan

manusia juga mengutamakan chowa atau harmoni dengan lingkungan sekitarnya

yang berarti bahwa segala perbuatan dan tingkah laku mereka sebagai manusia

sedapat mungkin tidak bertentangan dengan alam. Masyarakat Jepang sangat

menyadari bahwa hubungan yang baik dengan sesama manusia harus dilakukan

karena bagaimanapun juga, manusia adalah bagian dari alam dan manusia tidak akan

(26)

Perasaan dekat dengan alam dapat dikatakan segabagai warisan dari

kepercayaan asli masyarakat Jepang yaitu Shinto yang sangat mengagungkan

pemujaan terhadap alam. Dan pemujaan terhadap alam merupakan suatu bentuk

penghargaan mereka terhadap alam.

2.3 Gaya Rangkaian Ikebana

Ada 3 gaya dalam Ikebana, yaitu :

a. ikebana gaya tradisional yang banyak

dipergunakan untuk perayaan keagamaan. Gaya ini menampilkan keindahan

landscape tanaman. Gaya ini berkembang sekitar awal abad 16. Ada 7

keutamaan dalam rangkaian gaya Rikka, yaitu : shin, shin-kakushi, soe,

soe-uke, mikoshi, nagashi dan maeoki.

b.

tradisional. Gaya ini difokuskan pada bentuk asli tumbuhan. Ada 3 unsur

utama dalam gaya Shoka yaitu : shin, soe, dan tai. Sesuai dengan

perkembangan zaman, sesuda

berkembang karena adanya pengaruh Eropa

“dimasukan” (rangkaian dengan vas tinggi dengan rangkaian hampir

bebas)dan rangkaian menggunakan wadah rendah dan mulut

lebar). Lalu pada tahun 1977 lahir gaya baru yaitu Shoka Shimputai, yang

lebih modern, terdiri dari 2 unsur utama yaitu shu dan yo, dan unsur

(27)

c.

berdasarkan kreativitas serta imaginasi. Gaya ini berkembang setelah perang

dunia ke-2. Dalam rangkaian ini kita dapat mempergunakan kawat,logam dan

(28)

BAB III

TEKNIK IKEBANA PADA GAYA RIKKA

3.1 Teknik Dasar Ikebana

Pada teknik dasar Ikebana, tanaman harus memiliki air yang cukup untuk

tetap segar selama mungkin. Sejumlah teknik digunakan untuk mengawetkan

kesegaran tanaman, ini termasuk menghancurkan, mendidih atau pembakaran

pangkal batang, dan penerapan berbagai bahan kimia. Namun, metode yang paling umum adalah dengan memotong dasar dari batang yang ada di bawah air (mizukiri)

dan menggunakannya sesegera mungkin. Untuk mempertahankan kesegaran bunga

dan daun, potong bagian batang yang berada di bawah air kemudian rendam bagian

batang dengan pengawet selama 30 menit.

3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan Pada Gaya Rikka

Adapun alat-alat yang digunakan dalam merangkai ikebana adalah:

1. Kawat dari berbagai ukuran (ketebalan kawat) : digunakan untuk penyanggah

batang bunga.

2. Gunting (guntung khusus ikebana) : digunakan untuk memotong daun-daun

yang tidak diperlukan.

3. Floral tape (warna hijau dan coklat) : digunakan untuk menutupi kawat yang

pada batang agar kawat tidak terlihat.

4. Selotip : digunakan untuk merekatkan bunga atau daun yang satu dengan yang

(29)

5. Tang bunga : digunakan untuk mematahkan batang yang keras.

6. Kezan (alas yang berduri tajam) : digunakan untuk menancapkan batang

bunga dan daun.

7. Pipet besar : digunakan untuk mengambil air yang lama di vas ketika kita

hendak mengganti airnya.

8. Vas : digunakan untuk meletakkan bunga

9. Batu-batuan : digunakan untuk menambah volume ketika menggunakan vas

atau wadah yang tinggi.

Adapun bahan yang dapat digunakan dalam merangkai ikebana adalah:

1. Bunga

2. Dahan-dahan

3. Ranting-ranting kecil 4. Rerumputan

5. Tanaman merambat 6. Tumbuhan air

Tidak hanya tumbuhan yang berwarna segar yang dapat digunakan, tetapi

ranting-ranting dan daun-daun yang sudah layu juga dapat digunakan.

Namun pada dasarnya semua jenis bunga dan tanaman dapat digunakan

dalam rangkaian ikebana. Salah satu contohnya adalah dahan-dahan dari tanaman

seperti matsu (cemara) dan bunga fujikake (Wisteria). Ranting-ranting kecil (bambu),

(30)

3.3 Teknik Ikebana pada Gaya Rikka

Gaya Rikka menggunakan Sembilan tangkai fungsional yaitu:

1. Shin (tangkai utama) : diletakkan di tengah rangkaian dengan tinggi tiga atau

empat kali lebih tnggi dari vas dengan bentuk lurus (sugushin) atau melengkung

(nokishin). Semua tangkai disesuaikan dengan tangkai utama ini.

2. Soe (tangkai pembantu) : biasanya menggunakan bahan berbeda yang

dirancang untuk mempertegas shin.

3. Uke (tangkai penerima) : ditempatkan di bawah, berlawan dengan shin dan

menggunakan bahan yang sama.

4. Shoshin (tangkai lurus) : tangkai ini melambangkan kebanaran, diletakkan di

tengah rangkaian. Jika bahan berasal dari rerumputan maka diletakkan di depan

shin, tetapi apabila berasal dari pepohonan diletakkan di belakang shin.

5. Mikoshi (tangkai menjalar) : jika bahan yang digunakan berasal dari pepohonan

diletakkan di belakang shin, tetapi apabila berasal dari rerumputan di letakkan

antara shoshin dengan shin.

6. Hikae (tangkai pengganti) : diletakkan berlawanan dengan uke dan

menggunakan bahan yang sama, hal ini memberikan kesan rangkaian dalam

dan luas.

7. Nagashi (tangkai menggantung) : hal ini dilakukan dengan cara ujung tangkai

(31)

8. Do (tangkai batang) : diletakkan di depan shin, ini memberikan kesan ruang

bagi bunga dan daun menjadi besar.

9. Meoki (tangkai interior) : ditempatkan terakhir di bagian depan rangkaian,

rangkaian ini memberikan kesan yang dalam dan luas.

Hal ini sesuai dengan prinsip ki no en, kusa no en yang menyatakan bahwa

dahan dari pohon diletakkan dibelakang dan dahan dari bunga diletakkan di depan.

Ini juga dikenal sebagai Yakueda. Setiap Yakueda memiliki fungsi tertentu dan titik

keberangkatan dari garis vertical imajiner berjalan dari pusat pengaturan. Titik

keberangkatan disebut de.

Setiap yakueda juga memiliki posisi penyisipan khusus pada kezan

(pemegang pin). Ketinggian, panjang, dan posisi pada masing-masing yakueda

menanggapi atau mendukung yang lain. Harmoni tinggi, lebar dan kedalaman adalah

salah satu factor paling penting untuk dipertimbangkan.

Terlepas dari Sembilan batang utama, batang tambahan, yang disebut ashirai

juga dibutuhkan untuk penyelesaian. Tinggi vas dalam gaya rikka biasanya 20-30cm

dan harus membuka keluar dibagian atas. Batang akan muncul sebagai garis,bersih

tunggal, vertical naik dari pusat kenzan tersebut. Ini disebut secara harfiah

diterjemahkan sebagai tepi air.

Elemen-elemen yang digunakan dalam Rikka berupa elemen-elemen yang

menghadirkan keseimbangan antara sisi baik atau positif dengan sisi buruk atau

negatif. Untuk menghilangkan kesan yang monoton gunakanlah dahan-dahan dari

(32)

Jadi pada dasarnya teknik yang digunakan pada gaya Rikka sama seperti

teknik dasar ikebana pada umumnya hanya saja dalam gaya Rikka batang bawah

selalu berpusat pada satu titik atau rapat dan harus lurus terlebih dulu, kira-kira 3-4

jari dari air. Hal ini melambangkan batang, mengibaratkannya seperti pohon, vas

sebagai akarnya, tangkai yang lurus sebagai batangnya, dan ranting-ranting yang

bercabang sebagai bunganya.

Dalam gaya Rikka ada juga teknik mematahkan tapi tidak sampai patah, oleh

sebab itu disini kawat sebagai pedukung penting. Apabila batangnya lunak perangkai

bisa memasukan kawat dalam batangnya, apabila keras maka bisa memasangkan

kawat di kedua sisinya seperti patah tulang dan melilitkan kawat disekitar tempat

yang akan dipatahkan, setelah itu baru dilapisi dengan floral tape. Patahan ini tidak

patah seluruhnya tapi masih bisa mengalirkan air sampai ke atas, sehingga batang

tidak cepat mati.

Dalam meletakkan kenzan untuk vas yang ada kakinya, kita pergunakan batu

kecil sampai hampir ke mulut/leher vas, baru kita taruh kenzan, lalu diberi air sampai

sedikit melewati duri-duri kenzan. Kenzan yang asli beratnya bisa 0,5 kg dan tahan

karat.

Cirri khas dari gaya riika adalah susunanya berpangkal pada satu batang

dasar. Dari pangkal inilah kemudian di bentuk susunan sesuai dengan cita rasa atau

gejolak jiwa pada saat itu. Gejolak jiwa bisa mempengaruhi pembuatan ikebana

separti bisa menjadi lebih sabar, lebih artistic, lebih kreatif dan lebih mencintai alam

(33)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah memaparkan mengenai ikebana, maka penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa:

1. Untuk merangkai ikebana pada gaya rikka kita harus memiliki Sembilan tangkai

utama di dalamnya, yang masing-masing tangkai memiliki arti dan fungsinya

masig-masing.

2. batang dasar. Dari pangkal inilah kemudian dibentuk tangkai-tangkai yang Ciri

khas pada gaya rikka adalah terletak pada susunannya yang berpangkal pada satu

lainnya.

3. Pada umumnya rangkaian ikebana pada gaya rikka digunakan pada saat

upacara-upacara atau ritual-ritual keagamaan sehingga kita sering jumpai rangkaian

ikebana dengan gaya rikka ini di kuil-kuil di Jepang.

4. Untuk menambah keindahannya bahan yang digunakan pada gaya rikka bukan

hanya tumbuhan yang berwarna segar saja, namun ranting-ranting dan daun-daun

yang sudah layupun dapat juga digunakan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

hanya sesuatu yang segar saja yang ada di alam namun yang layu pun juga ada dan

hal inilah yang juga dapat menunjukkan keharmonisan alam.

5. Alat dan bahan yang digunakan pada gaya rikka pada umumnya sama dengan

(34)

kawat sebagai penyangga batang dan floral tape digunakan untuk menutupi kawat

pada batang.

6. Pada dasarnya teknik ikebana pada gaya rikka hampir sama dengan teknik ikebana

pada gaya lainya, hanya saja pada gaya rikka terdapat teknik mematahkan batang

tetapi tidak sampai benar-benar patah dan letak setiap bunga berbeda-beda hal ini

dapat dilihat berdasarkan pada jenisnya.

4.2 Saran

Mempelajari kebudayaan atau kesenian dari suatu Negara akan memperluas

wawasan kita. Dan alangkah baiknya jika kita mengetahui bagaimana kebudayaan

atau kesenian itu sebenarnya. Kita akan menemukan banyak hal-hal yang baru yang

tidak kita ketahui sebelumnya. Jadi, kita tidak hanya mengetahui suatu budaya atau

seni secara umum, namun kita juga bisa dapatkan hal-hal apa saja yang terkandung

dalam suatu kebudayaan atau kesenian tersebut.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ikenobo,Sen’ei.1997. IKENOBO IKEBANA: Shinputai Style; Published by

Shufunotomo Co., Ltd.

http://book.google.co.id/Djufriah+Shindo-Muchin%22=id&output=html_text

http://id.wikipedia.org/wiki/Ikebana

(36)

LAMPIRAN

Alat dan Bahan yang Digunakan

A. Kawat

(37)

C. Gunting

(38)

E. Floral tape

(39)

G. Pipet besar

(40)

H. Vas

(41)
(42)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan khusus Penelitian tahun 2014 (Tahun III) untuk mendapatkan calon varietas unggul padi beras merah Gogo (INPAGO) dan AMPIBI yang berdaya hasil dan kandungan

Pengamatan GNSS dilakukan agar mendapatkan nilai koordinat dari titik kontrol pemetaan dalam sistem koordinat global sehingga data koordinat yang dihasilkan dapat digunakan

1) Dalam prosedur penerapan penghitungan pajak Penghasilan Pasal 21 terhadap penghasilan karyawan tetap tidak sesuai antara jumlah penghitungan PPh Pasal 21 terutang

1) Selisih penilaian kembali aktiva tetap yaitu nilai yang dibentuk sebagai akibat selisih penilaian kembali aktiva tetap milik bank yang telah mendapat persetujuan Direktorat

Tugas akhir ini membuat Website Informasi dan Pemesanan Jasa Ekspedisi, dengan tujuan untuk memberikan kemudahan dalam bertransaksi secara online (pick up order),

Setelah diketahui hasil terbaik yaitu supernatan/biosurfaktan yang berasal dari media vegetable Oil maka langsung dilakukan uji terhadap susu yang terkena mastitis,dan

Karakteristik organoleptik pada mocatilla chips mengalami perubahan pada warna, rasa, aroma dan tekstur setelah penambahan tepung mocaf dibandingkan dengan kontol, dan

Bank Kustodian akan menerbitkan Surat Konfirmasi Transaksi Unit Penyertaan yang menyatakan antara lain jumlah investasi yang dialihkan dan dimiliki serta Nilai Aktiva Bersih