• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan asesmen pembelajaran sekolah dasar Jenny Indrastoeti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan asesmen pembelajaran sekolah dasar Jenny Indrastoeti"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user Sanksi Pelanggaran Pasal 72

Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(3)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user Jenny Indrastoeti

PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN

SEKOLAH DASAR

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Jenny Indrastoeti

Pengembangan Asesme Pembelajaran Sekolah Dasarn . Cetakan 1 . Surakarta . UPT UNS Press . 2012

viii + 149 hal; 24,5 cm

PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR

Hak Cipta© Jenny Indrastoeti 2012

Penulis

Jenny Indrastoeti, SP., M.Pd.

Editor

Dra. Sumarwati, M.Pd

Ilustrasi Sampul UPT UNS Press

Penerbit

UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press)

Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telp. 0271-646994 Psw. 341

Website : www.unspress.uns.ac.id Email : unspress@uns.ac.id

Cetakan 1, Juni 2012

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Right Reserved

(5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

KATA PENGANTAR

Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa selesailah sudah penyusunan Buku

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

Penulisan buku ini dapat terlaksana dengan baik, berkat partisipasi dari berbagai

pihak. Berkenaan dengan itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: keluarga yang

memberikan dukungan moril yang sungguh sangat memotivasi penulis untuk

menyelesaikan penulisan ini, rekan-rekan dosen yang bayak membantu memberikan

dukungan dalam menyiapkan materi berkenaan dengan penyiapan Buku yang terkait

dengan penyusunan materi Semua bantuan dari berbagai pihak yang belum disebutkan

dalam memberikan bantuan penulisan dan penyelesaian buku ini diucapkan terimakasih.

Semoga segala bantuan dan pengorbanan itu menjadi amal baik dan dilimpahi rahmat

Allah yang Maha Kuasa.

Penulis menyadari Buku ini masih banyak kekurangannya, untuk itu masukan dari

para pembaca sangat dinantikan guna penyempurnaan buku ini. Akhirnya, semoga Buku

ini memberikan manfaat pada kita, khususnya bagi calon guru, guru maupun dosen dalam

upaya meningkatkan kompetensi mereka dalam mencerdaskan sumber daya manusia.

Surakarta, April 2012

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

BAB I KONSEP DASAR PENGUKURAN ASESMEN DAN

EVALUASI

1. Pengertian Pengukuran ...

2. Asesmen (Penilaian)...

3. Evaluasi ...

4. Tes ...

5. Tujuan , Fungsi dan Prinsip Asesmen...

6. Langkah-Langkah Penilaian Berbasis Kelas...

BAB II. STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL

PENDIDIKAN

1. Lingkup dari Standar Nasional Pendidikan ...

2. Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian...

3. Standar Penilaian oleh Satuan Pendidikan ...

4. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik ...

5. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah ...

6. Teknik Penilaian Menurut BSNP ...

7. Ujian Nasional sebagai Standar Penilaian ...

BAB III. PENILAIAN BERBASIS KELAS

1. Konsep Penilaian Berbasis Kelas ...

2. Teknik Penilaian Berbasis Kelas ...

a. Penilaian Unjuk Kerja ...

(7)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

g. Penilaain Portofolio ...

BAB IV. ASESMEN OTENTIK

1. Pengertian Asesmen Otentik ...

2. Bentuk-bentuk Asesmen Otentik ...

3. Prosedur dan Prinsip Merancang Tugas Asesmen Otentik ... 4. Perbedaan Asesmen Otentik dengan Asesmen Tradisional ... 5. Contoh-contoh Asesmen Otentik ...

BAB V. ASESMEN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)

DAN ASESMEN PORTOFOLIO

1. Asesmen Kinerja ………...

2. Asesmen Portofolio ...

BAB VI. ASSESSMENT FOR LEARNING...

1.Pengertian...

2.Feedback dalam Assessment for Learning...

BAB VII. PENGEMBANGAN TES SEBAGAI INSTRUMEN

EVALUASI

1. Pengertian Tes ...

2. Jenis-jenis Tes ...

3. Langkah-langkah menyusun Tes Prestasi...

4. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar yang Baik ...

5. Kegunaan Tes, Pengukuran, dan Penilaian dalam

Pendidikan ...

6. Penulisan Butir Soal Uraian dan Pilihan Ganda ...

7. Perhitungan Validitas Butir ...

8. Pengujian Butir Tes...

BAB VIII. PENGOLAHAN HASIL BELAJAR...

1. Teknik Pemberian Skor Hasil Belajar...

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Assesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

1

BAB I

KONSEP DASAR

PENGUKURAN, ASESMEN DAN EVALUASI

A. Pengertian Pengukuran

Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Misalnya untuk mengukur tinggi atau berat badan seseorang dengan mudah kita memahami karena aturannya telah diketahui secara umum.Tetapi untuk mengukur pendengaran, penglihatan atau kepekaan seseorang terhadap sesuatu hal, jauh lebih kompleks dari itu, tidak semua orang dapat memahaminya. Dibutuhkan suatu kecakapan khusus karena dalam melakukannya harus didikuti dengan seperangkat aturan atau formulasi yang disepakati secara umum oleh para ahli. Kegiatan pengukuran itu akan lebih kompleks lagi bila akan mengukur karakteristik psikologik seseorang seperti kecerdasan, kematangan,atau kepribadian.

Dalam bidang pendidikan kita hanya mengukur atribut atau karakteristik peserta didik, bukan peserta didik itu sendiri. Dosen/guru dapat mengukur penguasaan peserta pendidikan dalam suatu mata kuliah maupun mata pelajaran tertentu yang telah dilatih, tetapi tidaklah mengukur peserta didik itu sendiri.

(9)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Assesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

2

skor mentah. Angka hasil pengukuran baru mempunyai makna bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu.

Berikut ini akan dikutip beberapa definisi pengukuran yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran pendidikan dan psikologi yang seringkali dijadikan acuan beberapa penulis:

1. Norman E. Gronlund (1977) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai” Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”.

2. Gilbert Sax (1980) menyatakan “Measurement: The assignment of numbers to attributes of characteristic of persons, events, or objects according to explicit formulations or rules”.

3. Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai “the assignment of one or a set of numbers to each of a set of persons or objects according to certain established rules”

4. Oriondo (1998) mendifinisikan pengukuran sebagai “ the process by which information about the attribute or characteristics of things are determined and differentiated“. Pengukuran juga dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel dan Frisbi 1986:14). Dengan demikian esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas terdapat dua karakteristik pengukuran yang utama, yaitu, (1) penggunaan angka atau skala tertentu, dan (2) menurut suatu aturan atau formula tertentu.

B. Asesmen (Penilaian)

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

27

BAB II

STANDAR PENILAIAN

BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

A. Lingkup dari Standar Nasional Pendidikan

Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa meliputi 8 standar yaitu:

1. Standar isi: adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan.

2. Standar proses: adalah standar berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendi-dikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenang-kan dan menantang. Untuk satuan pendidimenyenang-kan perlu melakumenyenang-kan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien.

3. Standar kompetensi lulusan: adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran.

(11)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

28

pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujud-kan tujuan pendidimewujud-kan nasional.

5. Standar sarana dan prasarana: adalah standar nasional pendi-dikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan tekno-logi informasi dan komunikasi.

6. Standar pengelolaan: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,

kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

7. Standar pembiayaan: adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. 8. Standar penilaian pendidikan: adalah standar nasional

pendi-dikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instru-men penilaian hasil belajar peserta didik.

Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa standar penilaian merupakan salah satu dari 8 aspek standar nasional pendidikan, selanjutnya sesuai dengan orientasi dari buku ajar ini maka pembahasan selanjutnya akan lebih terfokus pada standar penilaian pendidikan.

B. Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian

Ketentuan dan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, menurut BSNP harus memiliki landasan yag kuat baik secara landasan filosofis maupun landasan Yuridis. Sebagaimana yang tertuang dalam naskah akademik Panduan Penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, uraian tentang dua landasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Landasan Filosofis

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

39

BAB III

PENILAIAN BERBASIS KELAS

A. Konsep Penilaian Berbasis Kelas

Perubahan kurikulum membawa implikasi pada proses pem-belajaran, yang pada awalnya guru lebih menekankan pada selesainya pokok bahasan (isi), namun melupakan hasil., dengan kurikulum berbasis kompetensi, penekanan ditujukan pada tercapainya kompetensi. Perubahan kurikulum hendaknya diikuti dengan adanya pola-pola kegiatan pembelajaran dan pola penilaian agar pencapaian kompetensi yang ditetapkan dapat secara maksimal tercapai. Dengan kata lain, pembaharuan kurikulum kurang bermakna bila tidak diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran dan praktik penilaian di kelas

Pentingnya penilaian dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius, mengingat penilaian adalah bagian integral yang tidak terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dari serangkaian kegiatan belajar-mengajar yang dilaku-kan. Semua pihak bertanggung jawab dengan keberhasilan kegiatan pembelajaran, sehingga guru sebagai pengelola pembelajaran dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan prosedur yang benar agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai.

(13)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

40

Terdapat sejumlah keunggulan penilaian berbasis kelas antara lain:

1. Pengumpulan informasi baik formal maupun informal dilaksana-kan secara terpadu, dalam suasana menyenangdilaksana-kan, serta memungkingkan ada kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, dipahami dan mampu dikerjakannya.

2. Pencapaian hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan pres-tasi kelompok (norm reference assessment), tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya, kriteria pencapaian kompe-tensi dalam rangka membantu siswa mencapai apa yang ingin dan harus dicapai dan bukan untuk menghakimi.

3. Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara agar kemajuan belajar dapat terditeksi secara lengkap.

4. Siswa dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan semua potensi menanggapi mengatasi masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri, bukan sekedar melatih siswa untuk memilih jawaban yang tersedia.

5. Hasil belajar dapat menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan (Depdiknas, 2002).

Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu mem-perhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi antara lain:

1. Valid (Penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya).

2. Mendidik (penilaian harus memberikan sumbangan yang positip terhadap pencapaian hasil belajar siswa).

3. Berorientasi pada kompetensi (mampu menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum).

4. Adil dan objektif (penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa.

5. Terbuka (kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan).

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

63

BAB IV

ASESMEN OTENTIK

A. Pengertian Asesmen Otentik

Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dalam pasal 64 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan. Pasal 19 ayat 3 dinyatakan bahwa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penilaian meng-gunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, praktek dan penugasan.

Penilaian dalam KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) menganut penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif untuk mendukung siswa dapat mandiri belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri. Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai perkembangan pengalaman belajar siswa. Pendekatan penilaian itu disebut dengan penilaian yang sebenarnya atau penilaian otentik. Salah satu prinsip penilaian otentik adalah mengukur kompetensi siswa dilakukan dengan beragam cara dan melalui berbagai sumber.

(15)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

64

Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum Semua kegiatan pendidikan yang dilakukan selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 3).

Asesmen otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, asesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.

"...Engaging and worthy problems or questions of importance, in which students must use knowledge to fashion performances effectively and creatively. The tasks are either replicas of or analogous to the kinds of problems faced by adult citizens and consumers or professionals in the field" ( Wiggins, 1993: 229).

Menurut (Hart, 1994), asesmen otentik yaitu suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Berbagai tipe asesmen otentik menurut Hibbard

(2000) adalah: 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, dan 5) portofolio dan

jurnal.

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

81

BAB V

ASESMEN KINERJA

(PERFORMANCE ASSESSMENT)

DAN ASESMEN PORTOFOLIO

A. Asesmen Kinerja (Performance Assessment)

1. Pengertian

Asesmen kinerja merupakan Asesmen yang dilakukan guru di dalam kelas, yang diperuntukkan memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dengan kata lain asesmen kinerja merupakan asesmen yang menitik beratkan pada proses. Asesmen kinerja adalah asesmen yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban atau kemungkinan jawaban yang disediakan. Asesmen kinerja adalah penilaian didasarkan pada hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang ditampilkan. Asesmen kinerja merupakan pemahaman yang paling baik yang berisikan respon siswa dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks (Elliot, 1995). Dengan asesmen kinerja siswa dituntut untuk aktif karena yang dinilai bukan hanya sekedar produk tetapi yang terpenting adalah keterampilan yang yang mereka miliki.

(17)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

82

hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau mendeskriminasi peserta didik dari golongan minoritas.

Asesmen alternatif (asesmen kinerja) dianggap sebagai upaya untuk mengitegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran secara keseluruhan. Dengan asesmen alternatif, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang ”menakutkan” dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas kita sadari bahwa asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengem-bangkan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Menurut Asmawi Zainul (1994) kalau guru mengubah cara mengases siswa, maka guru juga akan mengubah bagaimana dia mengajar dan bagaimana siswa belajar. Perubahan ini tidak hanya penting untuk peningkatan pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru, dan orang tua.

Menurut Asmawi Zainul, dan Agus Mulyana (2003) asesmen kinerja adalah asesmen yang mengharuskan peserta didik memper-tunjukkan kinerja bukan menjawab atau memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Lebih lanjut Asmawi mengemukakan bahwa secara prinsip asesmen kinerja terdiri dari dua bagian, yaitu tugas (taks) dan criteria. Hal senada juga dinyatakan oleh Anthony J. Nitko dan Susan M. Brookhart, 2007: 244) dalam bukunya Educational Assessment of Students, “ A performance assessment (a) presents a task requiring students to do activity that requires applying their knowledge and skill from several learning targets and (b) uses clearly criteria to evaluate how well the students has achieve this application”.

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

99

BAB VI

ASSESSMENT FOR LEARNING

A. Pengertian

Kecenderungan evaluasi di sekolah yang lebih memfokuskan pada satu jenis sistim evaluasi, yaitu tes objektif secara berlebihan menimbul-kan kerisauan yang sangat serius di kalangan ahli maupun praktisi pendidikan karena hanya mampu menghasilkan pengembangan kognitif semata. Forgarty (1996:6) menyatakan bahwa bentuk tes objektif digunakan terutama untuk ujian penentuan (judgmental testing) dalam rangka menyeleksi dan mengevaluasi siswa. Tes seperti ini sangat sedikit sekali kontribusinya terhadap pembelajaran, sehingga tidak tepat di-gunakan untuk semua penilaian yang dilakukan di sekolah.

Asesmen lebih sering diartikan kegiatan pemberian tes dan berian nilai kepada siswa. Asesmen tersebut lebih bertujuan pada pem-beritahuan kepada siswa tentang seberapa baik penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru. Guru membuat keputusan atas informasi itu sehingga dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan pembelajaran baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Asesmen yang seharusnya bukanlah hanya sekedar mengetahui tingkat keber-hasilan dan kegagalan siswa saja akan tetapi lebih dari itu yaitu bagai-mana guru dan siswa bersama-sama untuk memperbaiki kegagalan ter-sebut sehingga terjadi peningkatan kualitas pada pembelajaran selanjut-nya. Asesmen yang demikian dinamakan dengan “Assessment for Learning” (AFL).

(19)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

100

belajarnya. Assessment for learning akan bermakna apabila guru dapat menggunakannya untuk membuat keputusan tentang belajar siswa dengan mempersiapkan feedback (umpan balik) dan dapat mendesain untuk meningkatkan kemajuan belajar berikutnya.

Berdasarkan suatu survey dari 83 guru untuk mengeksplorasi konsep dari “assessment of learning”, diperoleh temuan bahwa asesmen meliputi pengukuran dan pemeriksaan. Selebihnya konsep asesmen hendaknya lebih diperluas yang mencerminkan suatu kegiatan yang dapat menilai kualitas pembelajaran siswa dan hasil yang diperoleh siswa, sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya.

”Assessment of Learning” (AFL) merupakan suatu proses penilaian kelas dan hasilnya dirancang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa sehingga bukan hanya terkesan memantau saja. Bukti-bukti penelitian dikumpulkan dari ratusan studi yang dilakukan secara harafiah di seluruh bagian dunia selama decade terakhir yang menunjuk bahwa aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip AFL yang dapat meningkatkan sesuatu hal yang belum pernah terjadi dalam prestasi siswa, terutama bagi siswa dengan prestasi rendah. Pernyataan tersebut didukung oleh makalah Toni Glasson (2008) dan Michelle T. Chamberlin, dkk (2008), yang menyatakan bahwa,

“…that the use of formative assessment in the classroom could be proven to lead to improved student performance. They compared the use of formative assessment with other educational innovations and concluded, from their research, that it achieved an effect size of 0.4 – 0.7%.”

Asesmen Reform Group (2002), mendefinisikan AFL sebagai,

Assesment for learning is the process of seeking and interpreting evidence for use by learners and their techers to decide where the learners are in their learning, where they need to go and how best to get there.

Sehubungan dengan definisi di atas, assessment for learning

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

107

BAB VII

MENGEMBANGKAN TES

SEBAGAI INSTRUMEN EVALUASI

A. Pengertian

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanya-an ypertanya-ang harus dijawab, pernyatapertanya-an-pernyatapertanya-an ypertanya-ang harus dipilih/ ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu.

(21)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

108

yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau me-ngerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku, sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur.

B. Jenis-jenis Tes

Jenis-jenis tes dapat di bagi berdasarkan: tujuan penyelenggaraan, waktu penyelenggaraan, cara penyusunan, dan bentuk jawaban.

Jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan antara lain:

1. Tes Seleksi (Selection Test)

Tes seleksi diselenggarakan untuk memilih peserta guna diikutserta-kan dalam kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu. Penentu-an jenis kemampuPenentu-an dPenentu-an tingkat penguasaPenentu-an pada tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan.

2. Tes penempatan

Dilakukan sebelum siswa memulai pendidikan pada tingkat tertentu. Tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa untuk kemudian menempatkannya pada tingkat kemampuan yang sesuai.

3. Tes hasil belajar

Sebagai tes yang memfokuskan pada hasil yang telah dapat dicapai oleh suatu bentuk pengajaran, tes hasil belajar memiliki kaitan yang erat dengan yang telah diajarkan (kurikulum). Kaitan itu terutama dalam hal isi tes. Isi tes harus secara jelas mencerminkan isi peng-ajaran yang secara nyata telah diselenggarakan.

4. Tes diagnostik

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

133

BAB VIII

PENGOLAHAN HASIL BELAJAR

A. Teknik Pemberian Skor Hasil Belajar

Setelah diperoleh skor-skor yang merupakan hasil penyekoran tes hasil belajar, kini Anda diperkenalkan kepada teknik pemberian skor. Selain itu, akan dibahas juga cara-cara menggunakan hasil-hasil pengo-lahan tersebut dengan menggunakan pendekatan PAP dan PAN, serta penafsirannya dalam kaitannya dengan mutu hasil belajar.

1. Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda

Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot.

a. Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya sebagai berikut.

Skor =

N B

x 100 ( skala 0-100)

B = banyaknya butir yang dijawab benar

N = adalah banyaknya butir soal

(23)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

134

B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal

c. Penskoran dengan butir beda bobot yaitu pemberian skor dengan memberikan bobot berbeda pada sekelompok butir soal. Biasanya bobot butir soal menyesuaikan dengan tingkatan kog-nitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) yang telah dikontrak guru. Anda juga dapat mem-bedakan bobot butir soal dengan cara lain, misalnya ada seke-lompok butir soal yang dikembangkan dari buku pegangan guru dan sekelompok yang lain dari luar buku pegangan diberi bobot berbeda, yang pertama satu, yang lain dua. Adapun rumusnya

Bi = banyaknya butir soal yang dijawab benar peserta tes bi = bobot setiap butir soal

St = skor teoritis (skor bila menjawab benar semua butir soal) Contoh:

Referensi

Dokumen terkait

Elemen arsitektural rumah bangsal terdiri dari lantai, dinding gejug , dinding batu bata, pintu, jendela, kolom batu, kolom kayu dan atap. Faktor budaya Madura, Jawa,

Kenyataan ini menimbulkan pertanyaan apakah tidak mungkin keberlainan tingkah laku ekonomi antara pemeluk-pemeluk agama Protestan dari berbagai suku tersebut

untuk meningkatkan semangat mahasiswa dalam memajukan Indonesia dalam bidang Teknologi Informasi.. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini, mahasiswa dapat

Ujian susulan adalah ujian tengah atau akhir semester yang diselenggarakan setelah jadwal yang telah ditetapkan. Ujian susulan dapat dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut. 1)

Penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana 2016-2021 Renstra ini disusun dengan tujuan agar dapat menjawab dan memfokuskan upaya

Isi pesannya: “Walikota dan Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Selatan, di Pasar Pondok Labu Jl Margasatwa hingga ke Jalan Pondok Labu Raya saat hujan menyebabkan banjir

Kepala inspeksi tambang dapat memerintahkan untuk menyelidiki secara berkala macam dari gas-gas yang tersebut dalam ayat 1 pasal ini, waktunya, cara-caranya, dan tempat- tempat

Pelabelan Otomatis ( distant supervision ) adalah proses pemberian label kelas yang bersifat otomatis dan noisy pada dataset yang belum memiliki label kelas agar