• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal register aktivis PMI cabang kota surakarta ( sebuah kajian sosiolinguistik) PROPOSAL SUSANTI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proposal register aktivis PMI cabang kota surakarta ( sebuah kajian sosiolinguistik) PROPOSAL SUSANTI "

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

(Sebuah kajian sosiolinguistik)

Oleh :

SUSANTI

K1202533

PROGRAM BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2006

(2)

Proposal ini telah disetujui untuk diajukan sebagai proposal skripsi pada :

Hari : Jum’at

Tanggal : 7 Oktober 2005

Pembimbing I

Dra. Suyatmi, M.Hum NIP. 130 814 529

Pembimbing II

Drs. Edy Suryanto, M.Pd NIP. 131 569 197

Mengetahui

Ketua Program

Pendidikan Bahasa Satra Indonesia dan Daerah

Dra. Suyatmi, M.Hum NIP. 130 814 529

Ketua Jurusan PBS

(3)

DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah ... 3

C. Perumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian... 4

E. Manfaat Penelitian... 4

BAB II. LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR... 5

A. Landasan Teori... 5

1. Hakikat Sosiolinguistik... 5

a. Pengertian Sosiolinguistik... 5

b. Keadaan Sosiolinguistik di Indonesia... 7

2. Hakikat Variasi Bahasa... 8

a. Pengertian Variasi Bahasa... 8

b. Jenis Variasi Bahasa... 10

3. Register... 12

a. Pengertian Register... 12

b. Jenis-jenis Register... 14

B. Penelitian yang Relevan... 15

C. Kerangka Berpikir ... 16

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian... 18

B. Bentuk dan Strategi Penelitian... 18

C. Sumber Data... 19

D. Teknik Pengambilan Sampel... 19

E. Teknik Pengumpulan Data... 20

F. Uji Validitas Data... 20

G. Teknik Analisis Data ... 21

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pengkajian linguistik merupakan masalah kebahasaan yang dapat dipecahkan. Pada awalnya bahasa diteliti oleh manusia hanya terbatas pada strukturnya karena masalah yang muncul hanya pada masalah strukturnya saja. Seiring dengan kemajuan zaman yang cukup pesat mulailah bermunculan permasalahan bahasa yang semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan penelitian bahasa memerlukan disiplin-disiplin ilmu yang lain. Menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995: 2) disiplin ilmu itu antara lain antropologi, psikologi, dan sosiologi. Hubungan antara antropologi dan linguistik menimbulkan multidisiplin antropolinguistik, hubungan antara psikologi dengan linguistik menimbulkan multidisplin psikolinguistik, dan hubungan antara sosiologi dan linguistik menimbulkan multidisiplin sosiolinguitik.

Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa sosiolinguistik memandang bahasa sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi serta merupakan bagian dari masyarakat dan kebudayaan.

Bahasa tidak lepas dari masyarakat pemakainya karena bahasa dipandang sebagai gejala sosial. Sebagai gejala sosial, bahasa dan pemakainya tidak bisa ditentukan oleh faktor linguistik saja tetapi juga faktor nonlinguistik. Faktor-faktor nonlinguistik terdiri dari faktor sosial dan faktor situasional. Faktor sosial tersebut antara lain status sosial, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi, umur, jenis kelamin, dan sebagainya. Adapun faktor situasional tersebut adalah siapa yang berbicara, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa.

(5)

penerapan dari tidak adanya keseragaman dalam bahasa. Perbedaan variasi bahasa akan tampak jelas apabila berasal dari daerah yang berlainan, kelompok sosial berbeda, situasi bahasa yang berlainan, dan zaman yang berbeda. Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaan pemakaiannya dapat disebut dengan istilah register. Variasi ini biasanya berupa penggunaan gaya atau tingkat keformalan dan sarana penggunaan.

Variasi bahasa berdasarkan segi pemakaian atau register menyangkut bahasa yang digunakan untuk keperluan dalam bidang sastra, jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perekonomian, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan keilmuan. Seperti halnya dalam bidang jurnalistik mempunyai ciri tertentu yang bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas sedangkan dalam bidang militer dikenal dengan ciri yang ringkas dan bersifat tegas.

Aktivis PMI mempunyai anggota yang terdiri atas anggota remaja, anggota biasa dan anggota kehormatan. Anggota PMI remaja diklasifikasikan atas Palang Merah Remaja (PMR) mula, madya, dan wira. Sesuai dengan tingkatannya, PMR ada kalanya diperbantukan dalam tugas-tugas kepalangmerahan, seperti turut membantu memberikan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Namun, tugas kewajiban utama yang dibebankan kepada PMR adalah berbakti kepada masyarakat, mempertinggi keterampilan, memelihara keberhasilan dan kesehatan, mempererat persahabatan nasional dan internasional. Anggota biasa, yaitu Korps Sukarela (KSR) membantu memberikan pelatihan dalam bidang kemanusiaan kepada calon PMR di SMP dan SMA

Aktivis PMI Cabang Kota Surakarta atau KSR melakukan kegiatan kemanusiaan dan memberikan pelatihan di setiap SMP dan SMA. Anggota PMI ini sering menggunakan bahasa yang khas dalam bidang kesehatan. Bahasa yang khas terdiri dari kosakata atau istilah yang dipakai aktivis PMI dan hanya dapat dipahami bagi yang ikut berkecimpung dalam aktivis yang berhubungan dalam bidang kesehatan.

(6)

penelitian. Penelitian ini difokuskan untuk mengetahui bentuk-bentuk register, ciri khas register dan faktor yang menyebabkan munculnya register aktivis PMI Cabang Kota Surakarta.

B.

Pembatasan Masalah

Aktivis PMI mempunyai anggota yang terdiri atas anggota remaja, anggota biasa dan anggota kehormatan. Anggota biasa, yaitu Korps Sukarela (KSR) membantu memberikan pelatihan PMR kepada calon PMR. Aktivis PMI dalam memberikan pelatihan PMR di SMP dan SMA menggunakan bahasa yang khas dan merupakan variasi bahasa berdasarkan pemakainya atau disebut dengan register. Penggunaan bahasa yang khas itu terdiri dari kosa kata atau istilah yang dipakai aktivis PMI dan hanya dapat dipahami bagi yang ikut berkecimpung dalam aktivis yang berhubungan dalam bidang kesehatan.

Dari ulasan tersebut peneliti mefokuskan bentuk-bentuk register, ciri khas register dan faktor yang menyebabkan munculnya register aktivis PMI Cabang Kota Surakarta.

C. Perumusan Masalah

Agar penelitian ini jelas dan lebih terarah permasalah dalam penelitian ini difokuskan pada register. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk register aktivis PMI Cabang Kota Surakarta ?

2. Bagaimana ciri khas register aktivis PMI Cabang Kota Surakarta ? 3. Faktor-faktor apa yang menyebabkan munculnya register aktivis

PMI Cabang Kota Surakarta ?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan deskripsi yang jelas mengenai: 1. Bentuk register aktivis PMI Cabang Kota Surakarta.

2. Ciri khas register aktivis PMI Cabang Kota Surakarta.

(7)

Cabang Kota Surakarta.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoritis

Memperluas wawasan pembaca mengenai variasi bahasa, khususnya mengenai register aktivis PMI Cabang Kota Surakarta sebagai salah satu komunitas sosial yang bergerak di bidang kesehatan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menambah khazanah penelitian, khususnya dalam bidang sosiolinguistik.

2. Manfaat Praktis

(8)

BAB II

LANDASAN TEORET1S DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Landasan Teoretis 1. Hakikat Sosiolinguistik a. Pengertian Sosiolinguistik

Sosiolinguistik merupakan kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan. Sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan memperhitungkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat, khususnya masyarkat penutur bahasa (Kunjana , 2001: 12).

Sosiolinguistik adalah ilmu yang bersifat multidisipliner atau gabungan dari dua disiplin ilmu, yaitu sosiologi dan linguistik. Sebagi ilmu yang bersifat multidisilpliner, sosiolinguistik berusaha menjelaskan kemampuan manusia di dalam menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi (Ohoiwutan, 1997: 9). Masih dalam pengertian yang sama Spolsky (1998: 3) menyatakan ”Sociolinguistik is the field that studies the relation between language and society, between the uses of language and the social structure, in wich the users of language live” (Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara bahasa dan masyarakat, antara pemakaian bahasa dan struktur sosial di dalam pemakaian bahasa sehari-hari).

(9)

Menurut Mansoer Pateda (1992:3) memberikan definisi sosiolinguistik sebagai cabang linguistik yang mempelajari bahasa dan pemakaian bahasa dalam konteks budaya. Orang berbahasa harus memperhatikan konteks budaya tempat ia bertutur. Diharapkan dengan memahami prinsip-prinsip sosiolinguistik setiap penutur akan menyadari betapa pentingnya peranan ketepatan pemilihan bahasa sesuai dengan konteks sosial budaya.

Nababan (1989: 187) menjelaskan sosiolinguistik merupakan pengkajian bahasa dalam masyarakat. Hal ini dapat dijelaskan bahwa suatu sistem komunikasi masyarakat yang terdiri atas lambang-lambang bunyi. Secara lebih lanjut Harimukti Kridalaksana (1984: 201) menjelaskan bahwa sosiolinguistik adalah cabang linguistk yang saling berpengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku sosial. Menurut Suwito (1996:8), sosiolinguistik dapat mengurangi kesalahan dalam masalah ketidaktepatan pemakaian bahasa dalam konteks sosial.

Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995: 3) menyatakan bahwa sosiolinguistik adalah bidang ilmu antardisiplin yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa itu di dalam masyarakat. Sebagai objek dalam sosiolinguistik, bahasa diperlukan manusia dalam kegiatan kemasyarakatan, yaitu mulai dari upacara pemberian nama pada bayi yang baru lahir sampai upacara pemakaman jenazah. Oleh karena itu, sosiolinguistik tidak akan terlepas dari persoalan hubungan bahasa dengan kegiatan atau aspek-aspek kemasyarakatan.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang bersifat multidisipliner yang mengkaji masalah pemakaian bahasa di masyarakat yang berkaitan dengan struktur sosial, situasional, dan budaya. Bahasa dalam studi sosiolinguistik tidak hanya dipandang sebagai struktur saja, tetapi juga dipandang sebagai sistem sosial, sistem komunikasi, dan bagian dari kebudayaan masyarakat tertentu.

(10)

Selain itu bentuk bahasanya juga dipengaruhi oleh faktor situasional, misalnya: siapa yang berbicara, bagaimana bentuk bahasanya, kepada siapa, di mana, kapan, dan mengenai masalah apa.

b. Keadaan Soiolinguistik di Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki beribu-ribu suku bangsa dan setiap suku bangsa pasti memiliki bahasa tersendiri. Dengan kata lain, bahasa yang terdapat di Indonesia jumlahnya ribuan. Bahasa yang digunakan di masyarakat Indonesia dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : bahasa ibu (bahasa daerah), bahasa Indonesia, dan bahasa asing. Adanya tiga bahasa tersebut, menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi bilingual, bahkan multilingual.

Abdul Chaer, (1994:65) menyatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur bahasa tersebut bisa dikatakan saling kontak. Kontak bahasa terjadi dalam diri penutur secara individual dalam masyarakat. Kontak bahasa antarindividu juga terjadi di masyarakat Indonesia. Jadi, kontak bahasa ini terjadi dalam konteks sosial.

Kontak bahasa itu terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi seorang belajar bahasa kedua di dalam masyarakatnya. Dalam situasi seperti itu dapat dibedakan antara: situasi belajar bahasa, proses pemerolehan bahasa, dan orang berlajar bahasa. Dalam situasi belajar bahasa terjadi kontak bahasa sehingga proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahasaan (bilingualisasi) dan orang yang belajar kedua dinamakan dwibahasawan.

Kontak bahasa meliputi segala peristiwa persentuhan antara beberapa bahasa yang berakibat adanya kemungkinan pergantian pemakaian bahasa oleh penutur. peristiwa semacam ini akan terlihat dalam wujud apa yang disebut bilingualisme. Adanya masyarakat yang bilingual dan multilingual dalam kegiatan interaksi sosial akan menyebabkan terjadinya variasi bahasa.

(11)

2. Hakikat Variasi Bahasa a. Pengertian Variasi Bahasa

Pemakaian bahasa selalu berhubungan dengan masyarakat. Oleh karena itu, bahasa selalu dipengaruhi masyarakat pemakainya. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh situasi dalam konteks sosialnya. Hal ini menyebabkan timbulnya keanekaragaman bentuk bahasa dalam masyarakat. Soepomo Poedjosoedarmo (dalam Suwito, 1983: 23) menyebutkan bahwa variasi bahasa adalah bentuk-bentuk bagian atau varian dalam bahasa yang masing-masing memiliki pola-pola yang menyerupai pola umum bahasa induknya.

Menurut Mansoer Pateda (1990: 52), variasi bahasa dilihat dari segi tempat, segi waktu, segi pemakai, segi pemakainya, segi situasi, dan dari status sosialnya. Dalam variasi bahasa terdapat pola bahasa yang sama, pola-pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskriptif, dan pola-pola-pola-pola yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk berkomunikasi.

Abdul Chaer dan Leonie Agustina (1995:79), menyatakan bahwa variasi bahasa ditentukan oleh faktor waktu, tempat, sosiokultural, situasi dan medium pengungkapan. Faktor waktu menimbulkan perbedaan bahasa dari masa ke masa. Faktor daerah membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan di tempat lain. Faktor sosiokultural membedakan bahasa yang dipakai di suatu tempat dengan di tempat lain. Faktor sosiokultural membedakan bahasa yang dipakai suatu kelompok sosial. Faktor situasional timbul karena pemakai bahasa memilih ciri-ciri bahasa tertentu dalam situasi tertentu. Faktor medium pengungkapan membedakan bahasa lisan dan bahasa tulisan.

Terjadinya variasi bahasa bukan hanya disebabkan oleh para penuturnya yang heterogen, tetapi karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 1995: 80). Menurut Nababan (1993: 13), penyebab timbulnya variasi bahasa ada empat faktor, yaitu : daerah yang berlainan, kelompok atau keadaan sosial yang berbeda, situasi berbahasa yang berlainan, dan tahun atau zaman yang berlainan.

(12)

keanekaragaman aktualisasinya. Perwujudan bahasa itu bagitu sangat luasnya sehingga variasi-variasi itu seakan tanpa batas (Alwasilah dalam Muh. Asrori, 2001: 95)

Bahasa dengan variasi tutur kata, umumnya hanya dikuasai oleh kelompok dengan latar belakang tertentu yang sejenis saja, meskipun orang luar biasa mendalaminya dengan belajar. Akan tetapi dapat dipahami bahwa variasi bahasa terdapat persamaan dalam perkembangan, yaitu cara bertutur menurut tujuan dan kepentingannya masing-masing. Persamaan dan keunikan-keunikan seperti itu sebenarnya banyak dijumpai, jika penutur mendalami ruh masing-masing bahasa, dan tentu sangat menarik sebagai sebuah ide untuk memecahkan kebekuan komunikasi antarbudaya (http: www.io.Ppi-jepang org? id:44).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa adalah wujud pemakaian bahasa yang berbeda oleh penutur karena faktor-faktor tertentu dan terjadinya variasi bahasa bukan hanya disebabkan oleh para penutur yang hetrogen tetapi karena kegiatan interaksi sosial.

Masyarakat dalam berinteraksi selalu menggunakan bahasa sehingga bahasa tidak terlepas dari pengaruh pemakainya. Pengaruh tersebut dapat berupa pengaruh situasi dalam konteks sosialnya. Hal inilah yang menyebabkan keanekaragaman bentuk bahasa (variasi bahasa ) dalam masyarakat. Variasi bahasa merupakan istilah yang diasosiasikan dengan perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan-perbedaan dalam suatu bahasa yang timbul karena perbedaan kelas sosial, ekonomi, latar belakang, pendidikan, profesi, ideologi, agama, dan sebagainya (Markamah 2001: 220).

Spolsky (1998: 6) memberi definisi variasi sebagai istilah yang digunakan untuk menunjukkan identitas bermacam-macam bahasa (”Variety is a term used to denote any identifiable kind of language”). Hudson (1996:22) juga berpendapat tentang variasi, menurutnya variety of language as a set of linguistics items with similar social distribution (variasi bahasa sebagai kumpulan dari butir-butir linguistik yang distribusi sosialnya sama).

(13)

perbedaan-perbedaan bahasa yang timbul karena aspek dasar bahasa, yaitu bentuk dan maknanya yang menunjukkan perbedaan kecil atau besar antara penggungkapan yang satu dengan yang lain. Greenbaum (dalam Muh. Asrori, 2001:96) mengatakan bahwa variasi bahasa dapat dikaitkan dengan daerah, kelas sosial, kelompok etnis, tingkat pendidikan, jenis kelamin, umur, dan situasi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa timbul karena faktor linguistik dan nonlinguistik, pemakai bahasa yang tidak homogen, dan pemakaian bahasa dalam kepentingan berkomunikasi. Oleh karena itu register yang digunakan Aktivis PMI Cabang Kota Surakarta merupakan salah satu variasi bahasa.

b. Jenis Variasi Bahasa

Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 82) menyatakan bahwa Jenis variasi bahasa dibagi menjadi empat, yaitu: (1) Segi penutur, (2) Segi pemakaian, (3) Segi keformalan, dan (4) Segi Sarana. Dilihat dari segi penutur, variasi bahasa meliputi idiolek, dialek, kronolek, dan sosiolek. Sosiolek ini terdiri dari akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argon, dan ken. Menurut Martin Joos ( dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 92) membagi variasi bahasa menjadi lima macam, yaitu ragam beku, ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab.

(14)

Mengenai variasi bahasa, Soepomo Poedjosoedharmo (1983: 175-176) juga mengungkapkan tiga kelas varian bahasa. Varian-varian tersebut mencakup : (1) Dialek yang berupa idiolek dan dialek (geografi, sosial, usia, jenis, aliran, suku, dan lain-lain); (2) Undha-usuk (hormat, non hormat), dan (3) Ragam (santai, resmi, dan indah).

Hartman dan Strok (dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina, 1995:82) membedakan variasi berdasarkan kriteria: (a) latar belakang geografis dan sosial penutur, (b) medium yang digunakan, (c) pokok pembicaraan. Menurut Mc David (dalam Abdul Chaer dan Leoni Agustina, 1995: 81-82) membagi variasi bahasa berdasarkan (a) diemensi regional, (b) dimensi sosial, dan (c) dimensi temporal

Faktor-faktor sosial dan faktor-faktor situasional dalam pemakaian bahasa menimbulkan variasi bahasa. Variasi bahasa adalah ragam bahasa yang masing-masing mempunyai bentuknya sendiri, tetapi secara keseluruhan mirip atau pola dasar bahasa mula atau bahasa induknya (Sibarani, 1992:58). Faktor sosial dan faktor situasional memungkinkan penuturnya menggunakan variasi bahasa karena yang baik atau yang komunikatif haruslah sesuai dengan sosiosituasionalnya.

Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 82) menambahkan bahwa variasi bahasa dapat dibedakan berdasarkan penutur dan penggunaannya. Berdasarkan penutur berarti siapa yang menggunakan bahasa itu, di mana tempat tinggalnya, bagaimana kedudukan sosialnya di dalam masyarakat, apa jenis kelaminnya, dan kapan bahasa itu digunakan. Berdasarkan penggunaannya berarti bahasa itu diguanakan untuk apa, dalam bidang apa, apa jalur dan alatnya, dan bagaimana situasi keformalannya.

(15)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jenis variasi bahasa berkenaan dengan penutur dan penggunaanya secara kongkret. Jenis variasi bahasa berurusan dengan suatu bahasa, baik yang memiliki repertoir suatu masyarakat tutur maupun yang dimiliki oleh sejumlah masyarakat tutur.

3. Register a. Pengertian Register

Register merupakan salah satu jenis dari beberapa macam jenis variasi bahasa dilihat berdasarkan kebutuhan pemakaian bahasa. Menurut Suwito (1983: 30), register adalah bentuk variasi bahasa yang disebabkan oleh sifat khas kebutuhan pemakaian bahasa. Contohnya ialah berbagai jenis tulisan yang dapat ditemukan di dalam surat kabar. Ada berita dengan bermacam bentuk judulnya, ulasan suatu majalah atau artikel tentang salah satu cabang ilmu, tajuk rencana yang merupakan tanggapan atau ulasan redaksi terhadap situasi kritik dan redaksi terhadap sesuatu yang dianggap kurang baik, iklan tempat dunia usaha yang menawarkan produknya dan sebagainya. Tulisan-tulisan tersebut menggunakan pengungkapan bahasa yang berbeda-beda dengan sifat-sifat khas kebutuhan pemakaian bahasa. Mansoer Pateda (1990: 64) mengemukakan register sebagai pemakaian bahasa yang dihubungkan dengan pekerjaan seseorang. Selanjutnya, Halliday dan Hasan (1994: 56) mengemukakan register adalah bahasa berdasarkan pemakainya. Register mencerminkan aspek lain dari tingkat sosial, yaitu proses yang merupakan macam-macam kegiatan sosial yang biasanya melibatkan orang.

(16)

Register menyatakan hal yang berbeda, yaitu cenderung berbeda dalam hal semantik, artinya bahasa dan kosa katanya berbeda karena terdapat unsur yang mengukapkan makna tetapi itu akibat dari perbedaan potensi semantik. Oleh sebab itu, register memerlukan kualitas suara yang berbeda.

Ferguson (dalam Dwi Purnanto, 2001b: 3) menyatakan “A communication situation that recurs regulary in a society (in term of participants, setting, communicative functions, and so forth) will tend overtime to develop identifying markers of language structure and language use, different from the language of other communication situations.” (Situasi komunikasi yang terjadi berulang secara teratur dalam suatu masyarakat yang berkenaan dengan partisipan, tempat, fungsi-fungsi komunikatif, dan seterusnya. Sepanjang waktu cenderung akan berkembang menandai struktur bahasa dan pemakaian bahasa, yang berbeda dari pemakaian bahasa pada situasi-situasi komunikasi yang lainnya).

Ferguson (dalam Dwi Purnanto, 2001a: 18) menyatakan bahwa orang yang terlibat dalam situasi komunikasi secara langsug cenderung mengembangkan kosa kata, ciri-ciri intonasi yang sama dan potongan-potongan ciri kalimat dan fonologi yang mereka gunakan dalam situasi itu. Lebih lanjut dikatakannya bahwa ciri-ciri register yang demikian itu akan memudahkan komunikasi yang cepat, sementara ciri lain dapat membina perasaan yang erat.

Sementara itu menurut Riyadi Santoso (dalam Dwi Indah Royani, 2004:27), secara sederhana register dapat dikatakan sebagai variasi bahasa berdasarkan penggunaannya “usenya”. Dalam pengertian ini register tidak terbatas pada variasi pilihan kata saja (seperti pengertian register dalam teori tradisional), tetapi juga termasuk pada pilihan penggunaan struktur teks dan teksturnya: kohesi dan leksikogramatikal serta pilihan fonologi atau grafologinya.

(17)

pembicaraan. Lebih lanjut secara lebih sempit, yakni hanya mengacu pada pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan kelompok pekerjaan yang berbeda.

Abdul Chaer dan Leoni Agustina (1995: 90) menjelaskan bahwa variasi bahasa akan berkaitan dengan fungsi pemakainya, dalam arti setiap bahasa yang akan digunakan untuk keperluan teretentu disebut dengan fungsiolek, ragam, atau register.

Register sebagai pemakaian kosakata khusus yang berkaitan dengan jenis pekerjaan maupun kelompok social tertentu. Misalnya pemakaian bahasa para pilot, manajer bank, para penjual, para penggemar musik jazz, perantara (pialang), dan sebagainya (Wardaugh dalam Dwi Purnanto, 2001a: 16)

b. Jenis-jenis Register

Register terdiri dari beberapa macam dipandang dari berbagai sudut pandang. Mansoer Pateda (1990: 65) membagi register menjadi lima, yaitu : (1) Oratorial atau frozen, yang digunakan oleh pembicara yang profesional sehingga seseorang tertarik dengan pembicarannya; (2) Deliberative atau formal yang ditujukan kepada pendengar untuk memperluas pembicaraan yang disengaja; (3) Consultative, terdapat dalam transaksi perdagangan di tempat terjadinya dialog karena seseorang membutuhkan persetujuan; (4) Casual,

untuk menghilangkan rintangan-rintangan antara dua orang yang berkomunikasi; (5) Intime, digunakan dalam suasana kekeluargaan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Halliday yang menjelaskan variasi dalam berbagai macam register. Dalam hal ini Halliday dan Hasan (1994: 53-54) membagi register menjadi dua macam, yaitu register selingkung terbatas, misalnya pemakaian bahasa dalam telegram dan register yang lebih luas terbuka, misalnya register dalam buku petunjuk teknis.

Alwasilah (1993: 54) mengklasifikasikan register menjadi tiga, yaitu : (1)

(18)

catatan, surat tertulis, dan sebagainya; (3) Manners of cours (tingkah pembicaraan), yaitu relation or who (hubungan pihak yang berperan serta) misalnya formal, biasa, intim, dan sebagainya.

Menurut Halliday (dalam Dwi Purnanto, 2001b: 3) menyatakan bahwa register dipahami sebagai konsep semantik, yaitu sebagai susunan makna yang dikaitkan secara khusus dengan situasi tertentu. Menurutnya konsep situasi ini dibagi menjadi tiga hal, yaitu :

(1) medan( field), mengacu pada hal yang sedang terjadi atau pada saat tindakan social berlangsugn; apa sesungguhnya yang sedang disibukkan oleh para pelibat; (2) pelibat (tenor), menunjuk pada orang-orang yang turut mengambil bagian, sifat para pelibat, kedudukan, dan peranan mereka; dan (3) sarana (

mode), menunjuk pada peranan yang diambil bahasa dalam situasi tertentu, seperti bersifat membujuk, menjelaskan, mendidik, dan sebagainya.

Secara popular register dibagi menjadi dua, yaitu register yang timbul karena kesibukan bersama yang tidak berkaitan dengan profesi dan register yang timbul karena orang-orang menjadi bagian dari profesi sosial bersama (Depdikbud, 1995:166).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah Pertama, Dwi Purnanto. Tahun 2001 dengan judul “Register Pialang Kendaraan Bermotor” (Studi Pemakaian Bahasa Kelompok Profesi di Surakarta). Penelitian tersebut ada kaitannya dengan peneliti, yaitu mendeskripsikan karakteristik pemakaian bahasa para pialang meliputi penyingkatan kata, bentuk pemendekan atau kontraksi sebagai salah satu pembentukan kata dalam bahasa, mendeskripsikan maksud tutur didalam register pialang ditandai oleh munculnya berbagai tipe wacana yang dipakai, dan mendeskripsikan sejumlah kosakata khusus atau acuan makna yang dikonvensikan sebagai penanda register pialang.

(19)

wujud kosakata khusus sebagai penentu register bahasa lisan yang digunakan dokter dalam memeriksa pasien, yaitu kosakata bahasa medis, dan faktor-faktor yang mempengaruhi dokter dalam menggunakan register bahasa lisan dalam memeriksa pasien.

C. Kerangka Berpikir

Bahasa mempunyai sistem dan subsistem yang dipahami sama oleh semua penutur. Namun, karena penutur bahasa yang berada dalam masyarakat tutur tidak merupakan kumpulan manusia yang homogen. Oleh karena itu, bahasa yang digunakan setiap kegiatan menyebabkan terjadinya variasi dan keragaman bahasa.

Variasi bahasa merupakan kajian hubungan antara bahasa berdasarkan pemakaiannya, sehingga hal tersebut diidentifikasikan dialek, register, dan idiolek. Dialek adalah variasi bahasa berdasarkan pemakaiannya yang tergantung siapa pemakainya baik yang berasal secara geografis dalam dialek regional ataupun secara sosial dalam kaitannya dengan dialek sosial. Register adalah variasi bahasa yang mencerminkan perubahan berdasarkan faktor-faktor situasi (seperti: tempat, waktu, topik pembicaraan, dan sebagainya). Selanjutnya idiolek adalah bagian dari sebuah bahasa yang memiliki ciri-ciri khas karena penuturnya, hal itu berpangkal dari ciri-ciri khas jasmaniah penutur.

(20)

Variasi Bahasa

Variasi Bahasa berdasarkan pemakainya

Dialek Register Idiolek

Register

Aktivis PMI di Jebres Surakarta

Bentuk-Bentuk Register

Ciri Khas Register Faktor-faktor Penyebab Munculnya register

Simpulan

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan SMP dan SMA, yaitu dalam ekstrakulikuler PMR dibimbing dan dilatih oleh aktivis PMI (KSR) Cabang Kota Surakarta. Waktu penelitian direncanakan antara bulan Agustus – Desember 2005.

Adapun rincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 : Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian Waktu secara nyata dan faktul tentang fakta yang diteliti.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tunggal terpancang (embedded research), yaitu penelitian kualitatif yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitiannya sebelum peneliti ke lapangan (Yin dalam Sutopo, 2002: 42).

(22)

C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini ada tiga, yaitu: 1. Tempat dan peristiwa

Tempat/lokasi yang berkaitan dengan sasaran penelitian, yaitu di PMI Cabang Kota Surakarta. Peristiwa berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan aktivis PMI, yaitu KSR dalam melakukan tindak tutur dalam pemberian materi PMR kepada siswa SMP dan SMA.

2. Dokumen

Dokumen yang dimaksud disini adalah hasil rekaman dalam bentuk kaset berupa percakapan antara aktivis PMI dengan siswa SMP dan SMA.

3. Informan

Dalam hal ini informannya, yaitu aktivis PMI di Cabang Kota Surakarta

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik cuplikan atau sampling dalam penelitian kualitatif biasanya dapat dinyatakan juga sebagai internal sampling karena sama sekali bukan dimaksudkan mengusahakan generalisasi, tetapi untuk memperoleh kedalaman studi di dalam suatu konteks tertentu (Sutopo 2002: 37). Dalam penelitian ini, teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling.

Menurut Moleong (2000:165), sampling digunakan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya (construction). Dengan demikian tujuannya bukanlah memusatkan diri pada adanya perbedaan-perbedaan yang nantinya dikembangkan ke dalam generalisasi. Tujuannya adalah merinci kekhususan yang ada ke dalam rumusan konteks yang unik menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang muncul.

Peneliti dalam melaksanakan penelitian dengan menggunakan teknik

(23)

E. Teknik Pengumpulan Data

Ada 3 teknik pengumpulan data yang diterapkan scbagai alat untuk menjaring data secara lengkap dan akurat sehubungan dengan masalah yang diteliti, yaitu : (1) teknik pengamatan langsung, (2) teknik analisis dokumen, dan (3) teknik wawancara mendalam (in-dept interview).

Teknik pengamatan langsung diterapkan untuk memperoleh deskripsi mengenai proses kegiatan tindak tutur beserta pemahaman konteks dan komponen yang mempengaruhi kegiatan tindak tutur tersebut, antara lain: siapa penutur, dimana kegiatan berlangsung, kapan kegiatan berlangsung, dan apa tujuan dari tindak tuntur tersebut. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa kegiatan mengamati yang terjadi seringkali jauh lebih baik dan lengkap dibandingkan jika hanya diperoleh melalui kegiatan merekam. Sasaran yang diamati dalam penelitian ini adalah peristiwa tindak tutur antara aktivis PMI Cabang Kota Surakarta dengan siswa SMP dan SMA.

Teknik analisis dokumen dilakukan dengan transkip dan menganalisis data yang berupa kaset yang diambil ketika proses percakapan aktivis PMI, yaitu KSR dalam pemberian materi PMR kepada siswa SMP dan SMA.

Teknik wawancara ditujukkan kepada aktivis PMI, yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku, urutan pertanyaan, kata-katanya dan penyajiannya pun sama untuk setiap responden. Wawancara diadakan dengan maksud untuk mengetahui alasan-alasan aktivis PMI Cabang Kota Surakarta menggunakan register.

F. Uji Validitas Data

Validitas data yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif ada beberapa cara diantaranya adalah triangulasi (Sutopo, 2002:78). Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi. Menurut Sutopo (2002: 79-83), triangulasi dibagi menjadi empat, yaitu :

(24)

2. Triangulasi metode, yaitu penelitian yang dilakukan dengan menggunakan data yang sejenis tetapi menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda; 3. Triangulasi peneliti, yaitu hasil dari penelitian baik data

ataupun kesimpulan mengenai bagian tertentu atau keseluruhan diuji validitasnya dari beberapa peneliti; dan 4. Triangulasi teori, yaitu penelitian tentang topik yang sama tetapi menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.

Dari keempat teknik tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi data dan metode. Teknik triangulasi data dilakukan dengan mengumpulkan data sejenis tentang register.

Teknik triangulasi metode dilakukan dengan cara menggumpulkan data sejenis dengan menggunakan metode rekam, simak libat cakap, catat dan wawancara.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model interaktif. Mekanisme analisis interaktif pada dasarnya melibatkan empat komponen utama analisis yaitu, Adapun proses analisis dengan model interaktif digambarkan sebagai berikut :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui teknik pencatatan dan perekaman yang berisi kegiatan pemberian materi PMR yang dilakukan aktivis PMI, yaitu KSR dengan Siswa SMP dan SMA.

2. Reduksi data

(25)

3. Penyajian data

Sajian data harus mengacu pada rumusan masalah yang telah ditentukan sebagai pertanyaan penelitian sehingga apa yang disajikan merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab permasalahan yang ada.

4. Penarikan simpulan/verifikasi

Pada tahap ini, dapat disimpulkan setelah melalui reduksi dan sajian data. Simpulan perlu diversifikasi agar cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan. Tahap- tahap yang telah dilalui sebagai sesuatu yang jalin-menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data. Dalam penelitian ini pengumpulan data merupakan proses siklus dan interaktif. Artinya, peneliti harus siap bergerak di antara empat sumbu kumparan selama pengumpulan data selanjutnya bergerak bolak-balik di antara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan simpulan/verifikasi selama sisa waktu penelitiannya.

Gambar 2: Model Analisi

(Miles dan Huberman, 1992: 20)

H. Prosedur Penelitan

Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahap demi tahap kegiatan penelitian yang dapat digambarkan sebagai berikut:

Persiapan (1)

Pelaksanaan (2)

Penyusunan laporan (3)

Pengumpulan Data

Sajian Data

Reduksi Data

(26)

Keterangan:

1. Persiapan, meliputi pembuatan proposal penelitian. 2. Pelaksanaan, meliputi pengambilan data dan analisis.

3. Penyusunan laporan, meliputi penyusunan laporan penelitian, konsultasi dengan pembimbing.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

(27)

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa. Depdikbud. 1995. Teori dan Metode Sosiolinguistik II. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Dwi, Purnanto. 2001a. “Register Pialang Kendaraan Bermotor” dalam tesis.

Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta.

. 2001b. “Karakteristik Pemakaian Bahasa Pialang Kendaraan Bermotor di Surakarta” dalam Jurnal Linguistik Bahasa. Volume I, Nomor 2. Program Studi Linguistik (S2) Pasca Sarjana UNS, Surakarta.

Dwi Indah Royani. 2004. Skripsi: Register Bahasa Lisan yang Digunakan Dokter di Rumah Sakit Islam Klaten : FKIP UNS, Surakarta.

Halliday, MAK dan Hasan, Ruqaiya. 1994. Bahasa Konteks dan Teks : Aspek bahasa dalam pandangan semantik sosial (Terjemahan. Asrudin Barori TOU). Yogyakarta : UGM Press.

Harimukti Kridalaksana.1984. Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: PT Gramedia.

Hudson, R.A. 1996. Sociolinguistics. Cambridge: Cambridge University Press. Http: www.io.ppi.-Jepang . Org/article.Php?id=44. diakses 11 November 2005.

Kunjana, R. Rahardi. 2001. Sosiolinguistik Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Mansoer Pateda. 1990. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

_____________. 1992. Sosiolingustik. Bandung : Angkasa.

Markamah. 2001. “Penelitian Sosiolinguistik: Aspek Nonkebahasaan dan Bidang yang Dikaji“ dalam Jurnal Kajian Linguistik dan Sastra.

Volume XIII, Nomor 25, PBS FKIP UMS, Surakarta.

Maryono, Dwiraharjo. 1996. Fungsi dan bentuk Wacana dalam Masyarakat Tutur Jawa : Studi Kasus di Kotamadya Surakarta (desertasi), UGM, Yogyakarta.

(28)

Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muh. Asrori. 2001. “Variasi Bahasa: Sebuah Kajian atas Pemakaian Sosiolek Bahasa Jawa“ dalam Jurnal Linguistik Bahasa. Volume 1 Nomor 2, Program Studi Linguistik (S2) Pasca Sarjana UNS, Surakarta.

Nababan. 1989. “Sosiolinguistik dan Pengajaran Bahasa“ dalam PELLBA 2.

Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.

_______.1993. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ohoiwutan, Paul. 1997. Sosiolinguistik. Jakarta: Kesaint Blant.

Sibarani, Robert. 1992. Hakikat Bahasa. Bandung: PT. Aditya Bhakti.

Soepomo Poedjosoedharmo. 1983. Pengantar Sosiolinguisiik. Yogyakarta.: Universitas Gajah Mada.

Spolsky, Bernand. 1998. Sociolinguistics. Oxford: Oxford University Press. Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar Teori dan

terapannya dalam penelitian. Surakarta : UNS Press.

Suwito. 1983. Pengantar Awal Sosiolinguistik Teori dan Problema.

Surakarta UNS Press.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1 : Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Gambar 2: Model AnalisiReduksi Data

Referensi

Dokumen terkait

37 Maka dari itu, beberapa karakteristik yang dapat ditemukan pada ciri bahasa bagian timur melayu-polinesia barat; khususnya pada bahasa Bali, Sasak, dan Sumbawa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bentuk lingual, variasi bahasa, maksud dan tujuan petuturan, dan faktor pendorong seseorang memasang stiker pada

Bab empat, pada bab ini berisi tentang gambaran umum mengenai bahasa khas pemetik teh di desa Kemuning, kecamatan Ngargoyoso, kabupaten Karanganyar, penyajian data-data yang

Kedua, tujuan dari penggunaan register anak jalanan Kota Surakarta adalah sebagai bentuk perahasiaan bahasa dari luar komunitas untuk mengakrabkan

Data-data dalam poenelitian ini bertujuan memecahkan beberapa rumusan masalah yang perlu dicari jawabannya yakni bentuk register dan faktor- faktor penyebab munculnya

Variasi bahasa berdasarkan penggunaan dalam interaksi pembelajaran guru dan siswa memiliki variasi bentuk bahasa, yaitu ragam beku, resmi, usaha, santai dan akrab. Bentuk variasi