• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nahdlatul U (NU) di Medan (Studi Tentang Sejarah dan Peran Sosial Keagamaan Dari 1950-2010)”. - Repository UIN Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nahdlatul U (NU) di Medan (Studi Tentang Sejarah dan Peran Sosial Keagamaan Dari 1950-2010)”. - Repository UIN Sumatera Utara"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

122

BAB V PEN U TU P

A. K esim pulan

NU masuk ke M edan pada tahun 1950. H. Baharuddin Thalib

Lubis adalah tokoh NU yang membawa dan memperkenalkan NU

kepada tokoh ulama di M edan. Dalam pertemuan H. Baharuddin

Thalib Lubis dengan para tokoh ulama di M edan dicapai kesepakatan

untuk mendirikan cabang NU di M edan.

Dalam perkembangannya, banyak ulama M edan yang ikut

bergabung ke dalam NU, diantaranya KH. Abdul M ajid, Tengku

Yafizham, SH., Syeikh Abdullah Afifuddin Langkat, Haji Salam, H aji

M uda Siregar, Haji Abdurrahman Jabbar, H. M Jamil Dahlan, Sai

Aman Nasution, H. Amiruddin, Bangun Nasution, H. Datok M arajo,

M . Rifa’i. Pada 1953, Tengku Yafizham dan Syaikh Afifuddin dan

beberapa ulama M elayu lainnya dimasukkan ke dalam kepengurusan

NU di M edan. Tahun 1953, sekretariat NU Wilayah Sumatera Utara

dipindahkan dari Padangsidempuan ke M edan. Dipilihnya kota

M edan, karena M edan merupakan ibukota Sumatera Utara. Dan

sebagai Rais Syuriah yang pertama terpilihlah Syaikh M ushtafa

Husein.

Struktur kepengurusan NU wilayah Sumatera Utara di M edan

pertama kali terdiri dari dewan syuriah, konsulat, penanganan di

bidang dakwah, mabarrot, ekonomi dan ma’arif. Dalam

perkembangannya, pada tahun 2011, sturuktur organisasi NU terdiri

dari Dewan Syuriah, Pengurus Tanfidziyah, Lembaga, Badan Otonom,

Lajnah dan anggota. Setelah terjadi beberapa perubahan dalam

struktur, khususnya dalam perangkat organisasi, lembaga NU di

M edan terdiri dari LDNU, LP M a’arif NU, LPNU, LKK NU dan

LAKPESDAM. Badan otonom NU di M edan terdiri dari M uslimat

121

(2)

123

Nahdlatul Ulama, Fatayat Nahdlatul Ulama, Gerakan Pemuda Ansor,

I PNU, I PPNU, Jam’iyyah Qurra’ wal Huffazh dan Pagar Nusa.

Sedangkan lajnah di lingkungan NU di M edan baru Lajnah Falakiyah.

Rais Syuriah Pengurus NU Wilayah Sumatera Utara di M edan

untuk priode 2007-2012 adalah Prof. Dr. Pagar Hasibuan, sedangkan

ketua Tanfidziyah adalah H. Ashari Tambunan. Sedangkan ketua

PCNU Medan adalah I r. Wahid.

Aktivitas NU di M edan di bidang keagamaan dan sosial pada

dasarnya bertujuan untuk menyebarkan ajaran I slam berfaham

Ahlussunnah wal Jama’ah dan menciptakan tatanan masyarakat yang

adil dan sejahtera. Untuk itu, NU merumuskan program-program

dalam berbagai bidang yakni dakwah, pendidikan, ekonomi, sosial dan

politik.

Dalam bidang keagamaan, kebijakan NU dilaksanakan oleh

LDNU, meskipun beberapa lembaga lain atau badan otonom juga

terlibat dalam aktivitas keagamaan NU di M edan. Bentuk aktivitas

keagamaan NU di M edan dapat dikelompokkan pada penyuluhan,

qurban dan peringatan hari besar I slam.

Kebijakan NU dalam bidang pendidikan dilaksanakan oleh LP

M a’arif NU. Perkembangan peran dan aktivitas NU dalam bidang

pendidikan tidak sedinamis bidang dakwah. Hingga tahun 2011, NU di

M edan hanya memiliki dua lembaga pendidikan yang mengasuh

jenjang pendidikan TK hingga tingkat menengah atas. M eskipun NU

memiliki rencana untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi,

hingga tahun 2011, rencana tersebut belum terealisasi.

Dalam bidang sosial, NU memiliki beberapa lembaga yang

melaksanakan kebijakan yakni Lembaga Kesejahteraan Keluarga NU

(LKKNU) dan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya

M anusia (LAKPESDAM ). Bentuk aktivitas sosial NU di M edan terdiri

dari penyuluhan, bantuan korban bencana, hukum dan menggagas

(3)

124

Dalam bidang politik, NU hanya aktif dalam politik praktis dari

tahun 1952-1973. Dalam kurun waktu tersebut, NU di M edan menjadi

kekuatan politik yang besar mengingat penduduk kota M edan pada

umumnya terdiri dari etnis M elayu dan M andailing yang merupakan

warga NU. NU juga terlibat dalam konsolidasi menghalangi partai PKI

dan menumbangkan presiden Soekarno.

Setelah kembali menjadi organisasi sosial keagamaan hingga

tahun 2011, NU tidak terlibat secara aktif dalam panggung politik

praktis. Keputusan tersebut tetap mendapat tantangan dari berbagai

pihak yang menginginkan NU terlibat dalam politik. Akan tetapi

sebagai organisasi yang mempunyai basis massa yang sangat besar,

kekuatan politik non-praktis NU tetap besar. Dengan kekuatan

tersebut, NU berperan dalam pengontrolan dinamika politik di

M edan. Keteguhan NU untuk tidak terlibat dalam politik praktis

memuncak ketika beberapa oknum PWNU menjual nama NU kepada

tim sukses JK-WI N dalam pilpres.

B. Sar an-Sar an

Terdapat beberapa kesulitan yang penulis alami ketika

melakukan penelitian tentang sejarah NU di M edan berkenaan dengan

sulitnya mendapatkan informasi yang menyeluruh tentang sejarah

perkembangan NU dikarenakan sulitnya “kurangnya apresiasi”

pengurus NU terhadap penelitian tentang NU di M edan. Bahkan

beberapa dokumen penting yang seharusnya mudah didapatkan,

sangat sulit penulis dapatkan baik dari PWNU ataupun PCNU di kota

M edan. Selain itu, dikarenakan kebanyakan PWNU dan PCNU adalah

orang-orang yang aktif di organisasi lain maupun di lembaga lain,

sangat sulit untuk menemui tokoh elit NU kecuali tokoh tua yang telah

pensiun dari aktivitas NU.

Selain kekurangan NU yang disebut diatas, kekalahan NU pada

(4)

125

ditubuh NU. M inimnya arsip-arsip dalam tubuh organisasi ini juga

menjadi salah satu kekurangan yang lainnya. Tidak heran bila

informasi yang didapat tentang organisasi ini begitu sulit, ditambah

lagi apresiasi para pengurusnya yang sangat kurang.

Untuk itu, bagi peneliti yang tertarik dengan masalah NU,

penulis memberikan beberapa saran yakni:

1. Untuk menjadikan laporan penelitian ini sebagai informasi awal.

2. Untuk menyediakan waktu yang relatif lama untuk mengumpulkan

informasi dari tokoh-tokoh NU di M edan atau meminta

rekomendasi maupun pengantar “sakti” dari pejabat atau

tokoh-tokoh yang disegani oleh pengurus NU.

3. Untuk memperdalam kajian literatur sosial-agama-politik di kota

M edan, karena sangat sulit mendapatkan informasi, khususnya

dalam bidang politik kecuali peneliti terlibat langsung dalam politik

Referensi

Dokumen terkait

Donor darah merupakan sebagian kecil kegiatan sosial yang dilakukan oleh YPM untuk terus mengembangkan peranannya di bidang sosial. Dalam donor darah ini dilakukan di

BAB II : KONDISI SOSIAL, KEAGAMAAN, INTELEKTUAL DAN POLITIK DI ACEH MENJELANG BERDIRINYA JAMI’AH ALMUSLIM .... Kondisi Politik

Mesjid adalah suatu tempat yang digunakan umat Islam untuk melakukan sujud kepada Allah SwL Mesjid merupakan lembaga sentral keagamaan yang suci tempat berkumpul

Bagaimana komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok yang berlangsung di warung kopi, apa saja tema-tema sosial keagamaan yang dibicarakan para pengunjung warung

yang berjudul “Menakar Peran Media Sosial dan Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Paham Keagamaan Peserta Didik (Studi Kasus di SMK Ma’arif NU Grogol)”

Dari semua pemaparan tentang dampak konflik sosial keagamaan antara NU dan Muhammadiyah yang terjadi di Desa Nampu, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun,tersebut dapat

Penelitian tentang “Konsep Tawassut{ Menurut Nahdlatul Ulama (NU) dan Implikasinya Terhadap Keputusan-Keputusan Organisasi dalam Bidang Sosial, Politik dan Keagamaan”

Aktivitas Organisasi Fatayat NU Bidang Sosial, Seni, dan Budaya Dalam Meningkatkan Nilai Sosial Keagamaan Anggota Melalui Kegiatan Rutin Di Kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Temuan