• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Peranan Masjid Jogokariyan Dalam Memberdayakan Masyarakat Di Bidang Keagamaan, Pendidikan,Dan Ekonomi Tahun 2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Peranan Masjid Jogokariyan Dalam Memberdayakan Masyarakat Di Bidang Keagamaan, Pendidikan,Dan Ekonomi Tahun 2012."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang M asalah

M asjid yang berfungsi sebagai pusat kegiat an kaum M uslim, memiliki kedudukan dan art i sangat pent ing bagi kehidupan masyarakat beriman dari segala sekt or dan penjuru kehidupan. Polit ik, ekonomi, sosial, dan budaya, bahkan sam pai urusan pert ahanan dan keamananpun bermarkas di masjid. Demikianlah

keberadaan masjid yang dalam sejarah kegemilangan peradaban Islam senant iasa memiliki peran sent ral sebagai t empat memut uskan dan mengendalikan gerak kehidupan masyarakat luas. Selain fungsi pokoknya menjadi t empat unt uk beribadah kepada Allah, ada fungsi-fungsi lain dari m asjid; fungsi sosial kemasyarakat an, fungsi pendidikan, dan fungsi ekonomi. ( Sut armadi,2001:17 )

Bila m enilik keberadaan m asjid-m asjid bersejarah di Nusant ara pun, t idaklah bisa diabaikan akan peranannya dalam membina dan mengont rol set iap akt ivit as yang t erjadi di kalangan m asyarakat . M asjid-masjid selalu dibangun berdampingan dengan pusat-pusat kekuasaan sekaligus bersanding dengan pasar sebagai t empat kegiat an ekonomi umat . Tat a let ak t iap bangunan mencerminkan adanya sat u kesat uan yang diikat oleh cahaya iman. Di pusat-pusat pemerint ahan, posisi masjid jami’ senant iasa menghadap Alun-alun, yang konon kabarnya sebagai t em pat berkumpul khalayak dalam mobilisasi umum ( Ah mad M ansyur,1995:167 ). Jadi, di m asa-masa aw al sejarah Islam Indonesia, masjid masih memerankan fungsi pent ing

(2)

bagi kehidupan umat . Denyut kehidupan t erpompa dari pusat peribadat an, bait ullah.

Sebagai rum ah yang sangat suci, t erhormat ,dan sebagai simbol kebanggaan segenap kaum muslimin, masjid yang bagus dan baik adalah masjid yang indah bangunannya, ramai jama’ahnya dan bagus pengelolaannya. M asjid yang

(3)

persat uan kaum muslimin mudah dipat ahkan; mereka akan bercerai-berai. ( Huri Yasin,2011:1 )

Karena it u, Rasulullah menaruh perhat ian yang begit u besar t erhadap masjid. Di manapun beliau berada; Quba, M adinah, dan sebagainya; adalah masjid yang selalu menjadi pusat perhat iannya. Selain it u masjid juga mendapat perhat ian

dari para Khulafaur Rasyidin, pemimpin umat Islam sepanjang masa. Set iap kali baru saja membuka kaw asan baru, past ilah mereka membangun masjid sebelum membangun rumah, kot a, dan pasar. Pasalnya mereka benar-benar memahami masjid. Juga memahami peranannya yang begit u besar bagi kehidupan umat Islam. Sebab, masjid merupakan kut ub pergerakan masyarakat muslim sekaligus poros kegiat an mereka.( Huri Yasin,2011:2 )

Fungsi m asjid pada zam an Rasulullah bukan sekedar sebagai t em pat unt uk melaksanakan sholat semat a. M asjid pada masa it u juga dipergunakan sebagai madrasah bagi umat M uslim unt uk menerima pengajaran Islam. M asjid juga menjadi balai pert emuan unt uk mempersat ukan berbagai unsur kekabilahan. M asjid juga berfungsi sebagai t empat unt uk bermusyaw arah dan menjalankan rodapemerint ahan. Keberadaan masjid pada era Rasulullah lebih t epat dikat akan sebagai inst it usi yang membangun peradaban umat Islam yang modern.

Di m asa-masa sesudahnya, ket ika peradaban Islam masih mendominasi dunia, t ercat at bahw a para penjelajah muslim sepert i Ibnu Bat ut a, Ibnu Jubair, dan lainnya mengisahkan bagaimana dengan mudahnya mereka berint eraksi dengan

(4)

masjidnya, padahal mereka sama-sekali belum mengenal penduduknya sebelum it u. M ereka saling bert at ap muka di masjid; berjumpa dengan saudara-saudara seiman yang shalat berjama’ah; dijamu; disediakan segala sarana ist irahat ; dibukakan pint u rumah dan pint u hat i; permint aan merekapun dikabulkan. Tidak lama kemudian mereka langsung dipert emukan dengan pembesar daerah it u, set elah t ahu mereka

t ergolong ulama kaum muslimin.

Kedudukan dan peranan masjid di bidang kemanusiaan juga t ampak menonjol sew akt u kit a ket ahui bahw a beberapa masjid ikut andil mengobat i orang-orang yang sakit dan t erluka. Di sana t erdapat apot ek yang menyediakan berbagai jenis obat dan minuman un t uk memberikan pert olongan pert ama pada orang-orang yang shalat , t erut ama pada hari jum’at yang disesaki jama’ah. Cont ohnya M asjid Thulun M esir, di sana ada peraw at dan dokt er yang siap menangani para jamaah yang jat uh pingsan, khususnya hari Jum’at ; layaknya pet ugas medis unit reaksi cepat di rum ah-rumah sakit zaman sekarang.( Huri Yasin,2011:153 )

M asyarakat muslim adalah bagian yang t ak t erpisahkan dari masjid, hampir set iap hari kaum muslim senant iasa mengunjungi masjid sebagai bent uk realisasi dari keimanan mereka. M aka bisa dipast ikan, masjid akan senant iasa ada pengunjungnya, t erlebih lagi jika dat ang hari jum’at , semua kaum muslim dengan penuh kesadaran dan ant ausiasme yang t inggi hadir mengunjungi masjid unt uk menunaikan kew ajiban syar’i shalat jum’ at .

Kaum muslimin dan masjid adalah dua hal yang t idak mungkin berpisah.

(5)

berusaha unt uk mengelola dan memakmurkannya. Begit u juga bila di suat u daerah hanya baru ada sedikit orang muslim, past ilah mereka berusaha mendirikan t empat ibadah at au masjid meskipun dalam bent uk yang sangat sederhana. Demikianlah fenomena kehidupan kaum muslim sepanjang sejarahnya.

Sekalipun kaum muslim t idak bisa dipisahkan dari masjid, bukan berart i

mereka yang senant iasa akt if m enjalankan ibadah set iap w akt u di m asjid at aupun yang berdomisili di sekit arnya bisa mengambil manfaat dari masjid di lingkungannya. Banyak kasus lapangan yang memberikan bukt i nyat a bahw a set elah masjid berdiri dengan megah dan kokoh diiringi pendapat an kas masjidnya melimpah, namun masyarakat muslim di lingkungan masjid yang kehidupanmereka masih serba kesusahan dan kebingungan belum bisa dat ang ke masjid unt uk sekedar mencari solusi memecahkan persoalan yang dihadapi sekedar m eringankan beban yang m enghim pit hidupnya. M asjid belum bisa diharapkan dan belum mampu memberi jaw abandalam mengat asi problemat ika kehidupan umat disekelilingnya. Keadaan demikian bisa dikat a aneh bila mengingat kas`masjid yang melimpah t api masyarakat seput aran masjid yang didera kesusahan belum bisa mengambil manfaat dari keberadaan masjid. M engapa hal ini mest i t erjadi?

Ada dua hal yang bisa diajukan unt uk menjaw ab permasalahan demikian,

pert ama; masih banyaknya pengurus masjid yang belum mampu mengelola

masjidnya dengan baik dan t epat . Hal ini disebabkan karena minimnya SDM pengurus masjid yang memiliki bekal penget ahuan yang benar t ent ang masjid dan

(6)

yang asal jalan dan t idak memiliki visi, misi yang jelas t ent ang masjid dan masyarakat sekelilingnya. Program kerjapun belum t ersusun dengan rapi, sebagai akibat nya keberhasilan sat u periode Takmir M asjid belum bisa diukur dengan past i. M ayorit as t akmir masjid sement ara w akt u baru mampu menunjukkkan hasil kerjanya dalam membangun fisik masjid semat a. Namun belum mampu

membangun kesejaht eraan umat sekelilingnya, w alaupun bangunan fisik masjidnya sangat megah dit opang oleh dana yang melimpah. Kedua; masih banyaknya t akmir m asjid hari ini yang t idak memahami realit as masayarakat muslim di sekit ar masjidnya sendiri secara baik, sehingga empat i dan kepedulian t erhadap mereka sangat kurang. Rut init as kegiat an t akmir sement ara ini masih t erbat as pada dat ang dan pulang dari masjid semata. Jarang kit a jumpai pengurus masjid berusaha menyelami kondisi masyarakat muslim di lingkungan masjid yang diurusnya, sehingga peran sebagai pemimpin umat belum bisa benar-benar mew ujud dan dirasakan dalam realit a harian yang t idak hanya sebat as di dalam masjid saja.( Jumadi,2011:22-25 )

(7)

Paradigma t ent ang pengurus masjid perlu diperbaharui mengingat bet apa st rat egisnya masjid bila difungsikan sebagai pemant ik kebangkit an umat . Bukan hanya berhent i pada megahnya bangunan fisik belaka yang menjadi ukuran keberhasilan pengurus masjid dalam mengelola dan memajukan masjidnya. Perlu ada ide-ide baru dan segar sesuai kebut uhan yang diperlukan w arga lingkungan

masjid set empat , sehingga masjid bisa menjadi t empat kembali bila ada berbagai persoalan yang dihadapi jama’ahnya. Alasan ini dibut uhkan orang-orang yang berkapabilit as unt uk menjadi pengurus masjid. Bukan asal-asalan. M aka sudah saat nya unt uk disem arakkan pelat ihan-pelat ihan t akmir masjid sebagai bekal aw al membangkit kan kekuat an umat berbasis masjid.

Adapun kenyat aan bahw a masih banyaknya pengurus masjid yang kurang memahami realit as sosial di lingkungan masjidnya karena berbagai alasan akan kesibukan diri pengurus sehingga t idak sempat unt uk memperhat ikan gerak kehidupan masyarakat , maka perlu adanya pemikiran supaya siapapun yang menjadi t akmir masjid bukan dari kalangan yang t elah t erlalu padat jadw al kegiat an mereka sehingga t ugas pokok sebagai t akmir t erabaikan. Hal demikian dipilih karena rasa sayang dan kasihan bila t ugas yang sangat mulia ini t erabaikan dan t ersia-siakan, sement ara t elah menant i pert anggungjaw aban di hadapan Allah Azza w a Jalla. M enjadi t akmir masjid memang dit unt ut unt uk pro akt if demi t ercapainya fungsi masjid dalam membant u jama’ah menyelesaikan problem kehidupannya, sehingga diperlukan banyak w akt u unt uk bersosialisasi dengan masyarakat sekit ar

(8)

M enurut Hermaw an K. Dipojono ( Ket ua Umum Badan Pelaksana Yayasan Pembina M asjid Salman ITB, Dosen Pasca Sarjana Inst rumensi dan Kont rol Depart emen Teknik Fisika, Fakult as Teknologi Indust ri ITB ) dalam makalahnya M asjid Sebagai Pusat Informasi Unt uk M embent uk Komunit as Belajar Berbasis

M asjid, menyat akan bahw a ada sejum lah alasan m engapa M asjid dit unt ut unt uk

lebih pro akt if memberikan kont ribusi dalam penyelesaian masalah yang dihadapi m asyarakat, alasan-alasan t ersebut adalah:

a. M asjid mempunyai resources (pot ensi), baik yang t angible (t erukur) maupun

int engible (t idak t erukur) unt uk memberikan kont ribusi dalam

menyelesaikan masalah yang muncul di masyarakat .

b. Inst it usi M asjid t ersebar merat a hampir ke pelosok t anah air sehingga pot ensi pengem bangannya m enjadi suat u jaringan nasional yang efekt if merupakan sebuah keniscayaan.

c. M asjid yang m erupakan sebuah inst it usi norm at if m em punyai kekuat an daya him pun yang relat if lebih kuat dibanding inst it usi lainnya di t engah-t engah umaengah-t

d. M asjid mempunyai akt ifit as massal rut in, sehingga bisa menjadi basis kekuat an kaum M uslimin unt uk menyelesaikan semua permasalahan yang ada dalam segala aspek kehidupan.( DDII:31-32 )

Fungsi ideal masjid sepert i paparan di at as belumlah t erealisasi secara m aksim al dalam kehidupan nyat a kaum m uslim in saat ini. Pergeseran peran dan

(9)

menggejala dan t ampak t elah menjadi sebuah model ideal sebuah masjid. Padahal sesungguhnya ada sesuat u yang keliru dalam mempersepsikan peran dan fungsi m asjid sebagai sarana t ransform asi ilm u dan penget ahuan unt uk pijakan kaum muslim dalam menggapai kejayaan di dua alam.

Kurang berfungsinya masjid secara maksimal di ant aranya disebabkan oleh

rendahnya penget ahuan dan pemahaman masyarakat t ent ang masjid. Selain itu, perhat ian kit a masih t erfokus pada usaha pengadaan sarana fisik. Padahal, pemenuhan kebut uhan non-fisik unt uk memakmurkan masjid sepert i yang diperint ahkan Allah dalam Al Quran, hingga saal ini masih relat if t erabaikan.

Krisis peranan masjid perlu dicermat i sehingga masjid t idak menjadi saksi bisu dalam ingar-bingar perubahan sosial umat nya. M asjid perlu dilihat kembali sebagai agen t ransformasi umat dengan memperluas peranan dan fungsinya yang t idak lagi sebat as serambi shaf-shaf shalat yang kosong t anpa jemaah. Sudah saat nya masjid direkonst ruksi sebagai inst it usi agama yang modern yang dilengkapi dengan fasilit as-fasilit as yang dapat memberdayakan umat dan t idak lagi sekadar sebagai sarana penyelenggara shalat . Oleh sebab it u, pengelolaan masjid memerlukan manajemen yang profesional dan mempunyai kegiat an yang inovat if ( ht t p/ / silfiahananisyafei.blogspot .com.diunduh, 3 Februari 2012, jam 15.45 )

Takmir masjid haruslah menjadi orang-orang yang cerdas unt uk memakmurkan masjid dengan berbagai kegiat an yang melibat kan semua komponen masyarakat , sehingga akan menumbuhkan rasa t anggungjaw ab bersama t erhadap

(10)

mengenali dan menggali pot ensi-pot ensi yang ada di lingkungan masjidnya. M enurut Nasrullah Jumadi, dalam 5 Langkah M udah M embent uk dan

M engopt imalkan Bait ul M aal M asjid, menyebut kan 3 jenis pot ensi yang harus

diopt imalkan pemanfaat annya yait u: a). Pot ensi spirit dan mot ivasi umat t erhadap

masjidnya, b). Pot ensi dana umat , dan c). Pot ensi sumber daya manusia di sekit ar

masjid. ( Jumadi,2011:34-40 )

Sem ua pot ensi yang ada di sekit ar m asjid tersebut bi la mampu dimanfaat kan dengan opt imal maka diharapkan bisa memberikan peranan besar unt uk kesejaht eraan hidup masyarakat di lingkungan masjid. Sehingga masjid mampu memerankan dirinya sebagai t empat unt uk mengadu dan memberi solusi berbagai problemat ika kehidupan umat di lingkungannya. Lebih-lebih masjid dengan pot ensi sumber dananya bisa berfungsi sebagai lembaga penanggulangan bahaya ket erjerat an umat dari prakt ek rent ernir dan ribaw i. Namun kenyat aan bercerit a lain, kini mayorit as masjid belum berperan demikian hebat . Hal ini disebabkan karena masyarakat muslim belum menjadikan masjid sebagai pusat kegiat an dan akt ivit as, sehingga masjid baru berfungsi sebagai t empat ibadah mahdhah semat a. ( Jum adi,2011:44 ) M aka t idak heran bila berbagai persoalan umat belum mampu dicarikan solusinya lew at masjid.

Hal ini t ent u sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan masjid pada masa silam yang mampu berperan sedemikian luas, disebabkan ant ara lain oleh:

1. Keadaan masyarakat yang masih sangat berpegang t eguh kepada nilai,

(11)

2. Kemampuan pembina-pem bina m asjid menghubungkan kondisi sosial dan kebut uhan masyarakat dengan uraian dan kegiat an masjid.

3. M anifest asi pemerint ahan t erlaksana di dalam masjid, baik pada pribadi -pribadi pemimpin pemerint ahan yang menjadi imam/ khat ib maupun di dalam ruangan-ruangan m asjid yang dijadikan t empat- t empat kegiat an

pemerint ahan dan syura (musyaw arah).

Keadaan it u kini t elah berubah, sehingga t imbullah lembaga-lembaga baru yang m engam bil alih sebagian peranan m asjid di m asa lalu, yait u organisasi-organisasi keagam aan sw ast a dan lembaga-lembaga pemerint ah sebagai pengarah kehidupan duniaw i dan ukhraw i umat beragama. Lembaga-lembaga it u memiliki mampuan mat erial dan t eknis melebihi masjid.

Fungsi dan peranan masjid besar sepert i yang disebut kan pada masa keemasan Islam it u t ent unya sulit diw ujudkan pada masa kini. Namun, ini t idak berart i bahw a masjid t idak dapat berperan di dalam hal-hal t ersebut . Apabila masjid dit unt ut berfungsi membina umat , t ent u sarana yang dimilikinya harus t epat , menyenangkan dan menarik semua umat , baik dew asa, kanak-kanak, t ua, muda, pria, w anit a, yang t erpelajar maupun t idak, sehat at au sakit , sert a kaya dan miskin.

M ukt amar Risalat ul M asjid di M akkah pada t ahun 1975, t elah men diskusikan dan mensepakat i, bahw a suat u m asjid baru dapat dikat akan berperan secara baik apabila memiliki ruangan, dan peralat an yang memadai unt uk:

(12)

b. Ruang-ruang khusus w anit a yang memungkinkan mereka keluar masuk t anpa bercampur dengan pria baik digunakan unt uk shalat , maupun digunakan unt uk Pendidikan Kesejaht eraan Keluarga (PKK).

c. Ruang pert emuan dan perpust akaan.

d. Ruang poliklinik, dan ruang unt uk memandikan dan mengkafankan mayat .

e. Ruang bermain, berolahraga, dan berlat ih bagi remaja.

Semua hal di at as harus diw arnai oleh kesederhanaan fisik bangunan, namun harus t et ap menunjang peranan masjid ideal t ermakt ub. Karena menurut pengamat an sement ara pakar, sejarah kaum M uslim menunjukkan bahw a perhat ian yang berlebihan t erhadap nilai-nilai arsit ekt ur dan est et ika suat u masjid sering dit andai dengan kedangkalan, kekurangan, bahkan kelumpuhannya dalam pem enuhan fungsi-fungsinya. Seakan-akan nilai arsit ekt ur dan est et ika dijadikan

konpensasi unt uk menut up-nut upi kekurangan at au kelumpuhan t ersebut . ( Quraish,1999:462 )

Negeri kit a, yang konon jumlah masjid (t ermasuk langgar dan mushalla), dari t ahun ke t ahun t erus meningkat . Jika pada t ahun 1977 rumah ibadah umat Islam berjumlah 392.044, maka pada t ahun 2004 menjadi 643.834. ini berart i ada kenaikan sebesar 64 persen. Namun jumlah peningkat an ini menurut Kepala Bagian Kemasjidan Depart emen Agama, A. Juraidi M A, relat if kecil dibanding persent ase kenaikan t empat ibadah agama lain yang rat a-rat a di at as 100 persen [Dalam kurun yang sama, rumah ibadah Krist en bert ambah dari 18.977 menjadi 43.909, at au naik

(13)

meningkat 153 persen, dan rumah ibadah Budha meningkat dari 1.523 menjadi 7.129, at au naik 368 persen].

Berapapun peningkat an jumlah masjid it u, yang past i jumlah masjid di Tanah Air semakin banyak. Tapi sayang, eksist ensinya t idak didukung oleh manajemen kepengurusan yang baik. Salah sat u kendalanya adalah rendahnya kualit as

sumberdaya manusia ( SDM ) pengurus masjid. “ Saat ini banyak masjid yang diurus oleh orang-orang yang t idak lulus perguruan t inggi,” ujar Juraidi. Padahal kualit as SDM pengurus masjid sangat menent ukan akt ivit as masjid. Hingga t ak bisa dipungkiri masih banyak masjid yang belum berfungsi sebagaimana mest inya: m asjid sebagai t empat pembinaan dan pencerahan umat . Kebanyakan masjid saat ini hanya berfungsi sebagai t empat shalat jamaah saja. Tak lebih dari it u. Seharusnya masjid menjadi t empat kegiat an yang mencerahkan umat dan membant u merangsang peningkat an ekonomi umat , misalnya dengan adanya koperasi , lembaga pendidikan, bahkan klinik di masjid. Karena it u pengurus masjid harus memiliki w aw asan luas, profesional, dan mau t erjun langsung melakukan kegiat an di masjid.

M enurut Ket ua Ikat an Da’i Indonesia ( Ikadi ) Prof. Dr. Satori Ismail, unt uk memakmurkan masjid harus ada upaya meningkat kan kualit as umat . Sebab orang-orang yang bisa memakmurkan masjid adalah mereka yang memiliki krit eria sepert i yang disebut kan dalam al-Qur’an surt at-Taubah ayat 18. “ M ereka yang dapat memakmurkan masjid adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari

(14)

kepada siapapun selain Allah,” paparnya. Para pengurus masjid harus memiliki program pendekat an kepada umat agar me reka mau dat ang ke masjid. Ada dat a siapa saja dari masyarakat sekit ar masjid yang rut in dat ang ke masjid. Sement ara yang belum akt if bisa diajak melalui orang-orang t erdekat yang sudah akt if di m asjid.

Hal senada dikat akan H. Suhada Bahri. M enurut Ket ua Dew an Dakw ah Islamiyah Indonesia ( DDII ) it u, sebaiknya para pengurus masjid melakukan pembenahan int ernal. Sebab, selama ini mereka cenderung hanya memikirkan soal-soal fisik ( pembangunan ) masjid. Soal pembinaan dan pencerdasan umat belum t erlaksana, padahal masjid adalah t empat pencerdasan umat .

Pengurus masjid, kat a Dr. Suhairi Ilyas Lc.M A. dari Dew an Kemakmuran M asjid Pengurus Pusat muhammadiyah, rat a- rat a t idak dibekali dengan pelat ihan-pelat ihan at au kursus-kursus unt uk meningkat kan kualit asnya. Tambahan lagi Ket ua Lembaga Takmir M asjid Indonesia Nahdhat ul Ulama ( LTM I-NU ), Syarifuddin M uhammad, mengat akan fungsi masjid sangat t ergant ung kepada pengurusnya. Kecerdasan pengurus dalam melihat dan memanfaat kan peluang-peluang bagi kemakmuran masjid sesuai dengan kondisi masing-masing sangat dibut uhkan. Pendirian lembaga keuangan syari’ah/ BM T ( Bait ul M aal w a Tamw il ), membangun koperasi, at au mengadakan pelat ihan kew irausahaan, mendirikan lembaga pendidikan, mengadakan kursus bahasa, pelat ihan ket rampi lan, poliklinik, dll ( Fat khurrozi,2007:12-13 ). Semua it u sangat menghajat kan pada kemampuan

(15)

Fakta-fakt a t ent ang kegelisahan dan keprihat inan yang dikemukakan para t okoh t ent ang kondisi m asjid-masjid di Tanah Air yang belum bi sa berfungsi secara maksimal diat as, memang ada kekecualinya bagi beberapa masjid di Tanah Air ini. Walaupun harus diakui jumlahnya masih sangat sedikit . M ajalah Gont or edisi Sya’ban 1428 H memuat cont oh beberapa masjid yang selalu ramai pengunjung

unt uk beribadah ( bukan w isat a ), diant aranya: M asjid Ist iqlal, M asjid Kebon Jeruk, M asjid Falet ehan, dan M asjid Raya Pondok Indah. Semuanya di Jakart a. Pada um um nya m asjid-masjid it u mamiliki manajemen pengelolaan yang baik.

Yogyakart a, kot a bersejarah di republ ik ini, dit empat i sat u m asjid yang kegiat annya sangat lah dinamis. It ulah M asjid Jogokariyan yang t erlet ak di kampung Jogokariyan kelurahan M ant rijeron kecamat an M ant rijeron Kot a Yogyakart a. Pengurus masjid Jogokariyan ini, berupaya semaksimal mungkin unt uk memakmurkan masjid dengan berbagai macam kegiat an unt uk kemaslahat an jamaahnya, t ermasuk dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang berbasis m asjid. Kegiat an didikut i oleh segala lapisan m asyarakat dari yang m asih anak-anak sampai usia t ua selama masih mampu berakt ifit as di masjid. Rut init as jamaah shalat lima w akt u selalu dihadiri banyak pesert a dari kampung ini. Bahkan t erlihat pula tamu-t amu dari luar yang sering mengikut i jamaah di Jogokariyan. Kegiat an-kegiat an layanan kemasyarakat an, mulai dari kajian agama, layanan kesehat an, sampai juga konsult asi berbagai persoalan kehidupan dilakukan disela-sela pelaksanaan shalat jam aah. ( Observasi dan w aw ancara penulis dengan bagian

(16)

Kondisi masjid Jogokariyan yang boleh dikat a t elah mampu memberikan banyak kont ribusi posit if bagi masyarakat sekit ar bila dit ilik dari indikasi -indikasi yang mendukungnya baik dari berbagai macam acara yang selalu mew arnai kedinamisan masjid ini at aupun pernyat aan-pernyat aan t am u yang silih bergant i berombongan unt uk menimba berbagai ilmu dan pengalaman dalam mengelola

masjid, menjadikan masjid ini banyak dilirik unt uk dijadikan percont ohan. Bahkan ada beberapa t amu dari luar negeri yang diant arkan ke masjid ini unt uk st udi banding. Dan konon juga kini seorang mahasisw a Jepang dalam merampungkan desert asi S3 nya mengadakan penelit ian di kampung Jogokariyan yang berbasis di m asjid ini. ( Waw ancara denga Ust ad M uhammad Jazir pada t anggal 25 desember 2012 )

Namun sejauh penelusuran yang penulis lakukan, penelit ian t ent ang pemberdayaan masyarakat berbasis masjid di Jogokariyan yang fokus dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan ekonomi ini belumlah ada, oleh karena it u penelit ian ini dimaksudkan unt uk mendeskripsikan apa saja peranan yang t elah dilakukan masjid Jogokariyan dalam memberdayakan masyarakat dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan ekonomi dilingkungannya.

B. Rumusan M asalah

Dari pemaparan lat ar belakang penelit ian di at as, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

Bagaimana peranan masjid Jogokariyan dalam me mberdayakan masyarakat

(17)

C. Tujuan dan M anfaat Penelitian a. Tujuan Penelit ian

Penelit ian ini dilakukan dengan t ujuan

M engungkapkan peran M asjid Jogokariyan dalam memberdayakan masyarakat di bidang keagamaan, pendidikan, dan ekonomi.

b. M anfaat Penelit ian

1. Secara t eorit is, penelit ian ini bermanfaat unt uk mengungkap kembali fungsi dan peran masjid yang ideal sebagai pusat kegiat an masyarakat muslim, sepert i t elah diperankan oleh masjid pada masa kejayaan Islam. Harapan ke depannya masjid-masjid di zaman modern bisa mencont oh peranan yang dit ampilkan sepert i dahulu.

2. Adapaun pada dat aran prakt isnya, penelit ian ini bisa digunakan oleh : a. Takmir masjid; diharapkan penelit ian ini bisa digunakan sebagai

salah sat u bahan rujukan dalam mengelola masjid unt uk menjadikannya berperan maksimal sesuai dengan kondisi yang ada.

b. Organisasi Islam; sebagai suat u badan yang banyak mengelola t empat ibadah ( masjid ), penelit i an ini diharapkan t urut menyumbangkan ide, pemikiran, dan w aw asan dalam memakmurkan t empat ibadah t anpa harus menonjolkan at ribut organisasinya. Sepert i masjid Jogokariyan yang banyak dikunjungi

(18)

c. Pem erint ah; sebagai lem baga yang m em punyai kekuat an m engikat juga pengambil kebijakan dan yang bert anggungjaw ab t erhadap moral rakyat , sangat perlu mengint ruksikan kepada masyarakat unt uk memakmurkan masjid sebagai bent eng moral t erkuat , sepert i t elah dilakukan pengurus masjid Jogokariyan sehingga

ket ent eraman hidup bernegara lebih mudah t erealisasi. D. Studi Pustaka

St udi pust aka merupakan sumber sekunder dalam penelit ian ini, yait u yang berkenaan dengan pemberdayaan masyarakat dan fungsi masjid.

a. Karya-karya yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat

Tema pemberdayaan t elah menjadi suat u yang umum dan banyak dilakukan t erut ama di negara-negara berkembang saat ini. Karena it u banyak karya t ulis baik berupa art ikel at aupun penelit ian, dan juga buku t elah dit erbit kan. Di ant aranya adalah:

1. Pemberdayaan M asyarakat : mengant ar manusia mandiri, demokrat is

dan berbudaya. Buku ini dit ulis oleh Haryono Suyono, M alik Ruslan, dan

(19)

dengan perkembangan kemampuan masyarakat dalam mengelola kehidupannya.

2. Pembangunan dan Pemberdayaan M asyarakat , dit ulis oleh Sunyot o

Usman. Buku ini bercerit a t ent ang perkembangan pembangunan yang dit opang kebijakan pemerint ah unt uk menyongsong era modern dengan

t anpa melupakan sisi-sisi pemberdayaan masyarakat unt uk bisa bangkit dari ket erpurukan hidup dengan menit ik berat kan pada penyunt ikan mot ifasi unt uk giat berkarya meskipun masih t et ap harus diperhat ikan sunt ikan modal demi keberlangsungan pemberdayaan sampai t it ik mampu berdaya sesungguhnya.

3. Upaya Perhimpunan Solidarit as Buruh dalam Pemberdayaan M asyarakat

Buruh, adalah t esis yang dit ulis oleh mahasisw a Pasca Sarjana UIN Sunan

Kalijaga Yogyakart a, t ahun 2010, Andi Set iaw an, yang dalam kesimpulannya unt uk meningkat kan kesejaht eraan kaum buruh mut lak diperlukan upaya-upaya pemberdayaan yang direncanakan dengan seksama dan t elit i sert a berw aw asan ke depan dengan menjalankan program-program kekaryaan mandiri guna menopang dan meningkat kan t araf hidup masyarakat buruh.

4. Pem berdayaan Ekonomi dan Pendidikan melalui Kegiat an Pameran Buku

Islam di Yogyakart a oleh Syakaa Event Organizer, t esis yang dit ulis oleh

Fuji Aw aludin Ahsan, mahasisw a UIN Sunan Kalijaga ( 2010 ),

(20)

pendidikan yang sering dilakukan di kot a pelajar Yogyakart a. Hal demikian memang dirasa sangat kondusif bagi lingkungan kot a-kot a yang banyak majlis pendidikan t ingginya.

Persamaan yang dilakukan Jogokariyan adalah dalam membaca peluang pemberdayaan ekonomi adapaun perbedaannya t erlet ak pada jenis

obyek yang menjadi peluang.

b. Karya-karya yang berkait an dengan masjid

Cukup banyak t ulisan yang membahas t ent ang masjid ini, baik yang berbent uk art ikel, penelit ian, maupun buku yang t elah dit erbit kan. Di ant aranya:

1. M anajemen M asjid; Gerakan M eraih Kembali Kekuat an dan Pot ensi

M asjid, buku ini dit ulis oleh Budiman M ust ofa, Lc. Terbit t ahun 2008 di

Solo ( Ziyaad books ). Pokok isinya adalah bagaim ana m engem balikan kekuat an masjid dalam menjaw ab berbagai-bagai t ant angan baik dari dalam kaum M uslim at aupun dari luar ( t ant angan Krist enisasi yang makin marak ) dengan peningkat an manajemen sert a pola pembinaan yang baik. Di dalamnya dicant umkan pula kiat-kiat memakmurkan masjid dengan mengembalikan fungsi dan peran masjid unt uk melayani masyarakat .

(21)

Buku yang dit erbit kan Pust aka Al -Kaut sar ini, berisi sejarah m asjid dari aw al pert amanya pada jaman Nabi SAW. Kemudian berlanjut pada m asjid-masjid t erkemuka di dunia Islam besert a peranannya masing-masing. M engupas pula hukum- hukum yang berkait an dengan masjid, et ika di masjid, dan pemeliharaan masjid.

3. Panduan Pengelolaan M asjid & Islamic Cent re, diterbitkan Bidang

Pemberdayaan Daerah & Kerjasam a Dalam Negeri Dew an Dakw ah Islam iyah Indonesia, buku ini mengungkap pengert ian, fungsi dan peranan masjid, fiqhul masajid, idarah masjid, juga berbicara t ent ang masjid kampus sert a Islamic Cent re.

4. Tempat di Bumi yang Paling Dicint ai Allah adalah M asjid, ( Kajian

M a’anil Hadis t erhadap Hadi s-hadis M asjid ). Tesis ini dit ulis oleh Im am

Sudiana dari UIN Yogyakart a ( 2010 ). Penelit ian yang menyimpulkan bahw a t em pat yang paling dicint ai Allah SWT. berdasar pada hadis-hadis Nabi SAW. ( bila dibanding t empat-tempat lain ) adalah bait ullah (M asjid)

G. M etode Penelitian. a. Jenis Penelit ian

Berdasar pada fokus penelit ian t ent ang kiprah M asjid Jogokariyan dalam upaya pemberdayaan masyarakat , maka penelit ian ini berjenis st udi kasus ( case

St udying ),sebagai suat u pendekat an dengan memusat kan perhatian pada suat u

(22)

b. Subyek Penelit ian

Subyek penelit ian berupa benda, hal at au orang t empat dat a berada. Adapun yang t ermasuk subyek penelit ian ini adalah t akmir masjid Jogokariyan, t okoh masyarakat dan jama’ah masjid Jogokariyan.

c. M et ode Pengumpulan Dat a

M et ode pengumpulan dat a dalam penelit ian ini adalah met ode w aw ancara, observasi, dan st udi dokumen. M et ode w aw ancara at au int erview adalah pengumpulan dat a dengan jalan t anya jaw ab sepihak yang dikerj akan secara sist emat is berdasarkan t ujuan penelit ian. ( Kont jaraningrat ,1982;123 ) Adapun jenis int erview yang digunakan adalah dept int erview , yait u w aw ancara yang dilakukan secara mendalam. Dengan menggunakan int erview jenis ini diharapkan dat a yang terkait dengan kont ribusi masjid Jogokariyan dalam pemberdayaan masyarakat dapat t erungkap secara t erperinci. Pengambilan dat a ini juga dilengkapi dengan st udi dokum en dari arsip-arsip, laporan kegiat an, at aupun cat at an-cat at an lain yang mendukung. Dilanjut kan dengan pelaksanaan observasi yang dimaksudkan sebagai upaya pengumpulan dat a dengan jalan pengamat an dan pencat at an t erhadap fenomena yang akan dit elit i. ( Suharsimi,1989:117 )

d. Teknik Analisa Dat a

Set elah dat a t erkumpul, langkah selanjut nya adalah menganalisa dengan m enggunakan t eknis analisis penelit ian kualit at aif yang m enggunakan t ahapan-t ahapan berikuahapan-t : ( a ) reduksi daahapan-t a, ( b ) display daahapan-t a, ( c ) pengambilan

(23)

memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelit ian unt uk dicari t emanya kemudian disajikan dalam bent uk mat rik dan grafik ( display dat a ) kemudian diakhiri dengan t ahapan pengambilan keput usan dan verifikasi yait u mencari makna dari dat a yang diperolehnya dengan cara mencari pola, model, t ema, hubungan, persam aan, dan lain-lain ( Husaini Usman,2006:87 ).

H.Sistematika Pembahasan

Unt uk memberikan gambaran umum dan alur pembahasan penelit ian ini, maka penulis mendeskripsikan sist emat ika pembahasan sebagai berikut :

Bab pert ama merupakan pendahuluan yang meliput i sejumlah sub bahasan:

lat ar belakang masalah, rumusan masalah, penegasan ist ilah, t ujuan dan manfaat penelit ian, kekhususan penelit ian, st udi pust aka, met ode penelit ian, dan sist emat ika pembahasan.

Bab kedua berisi gambaran umum masjid dan pembahasan pemberdayaan

masyarakat . Gambaran umum masjid meliput i: pengert ian masjid, sejarah masjid, pemanfaat an masjid, dan manajemen masjid. Adapun pembahasan pemberdayaan masyarakat t erdiri dari: pengert ian pemberdayaan, prinsip dan dasar pemberdayaan masyarakat , t ahapan pemberdayaan masyarakat , dan pendekat an pemberdayaan masyarakat .

Bab ket iga merupakan deskripsi hasil penelit ian yang meliput i profil masjid

Jogokariyan dan kont ribusinya dalam pemberdayaan masyarakat . Profil masjid t erdiri dari: sejarah berdirinya masjid, profil bangunan masjid, radius pet a dakw ah

(24)

masjid, sert a kiat menghimpun dana unt uk kegiat an masjid. Adapun kont ribusi masjid dalam pemberdayaan masyarakat meliput i : aspek peningkat an pemahaman keagamaan, aspek peningkat an kualit as pendidikan, dan aspek pemberdayaan ekonomi.

Bab keempat, dalam bab ini dim aksudkan unt uk m enganalisa seberapa jauh

program pemberdayaan dalam bidang keagamaan, pendidikan, dan ekonomi t elah t erlaksana di masjid Jogokariyan.

Bab kelima, berisi kesimpulan dan saran dari hasil penelit ian yang

Referensi

Dokumen terkait