PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN
PERUSAHAAN DAN AFILIASI GROUP BISNIS TERHADAP
MANAJEMEN LABA
(
Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2012)Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan afiliasi group bisnis terhadap manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Manajemen laba diukur menggunakan discretionary accruals. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 103 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode pengamatan tahun 2008-2012. Hasil penelitian ini menemukan bahwa tidak ada pengaruh antara kepemilikan institusional terhadap manajemen laba, tetapi menemukan bahwa kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan afiliasi group bisnis berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata Kunci: Manajemen Laba, Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, Afiliasi Group Bisnis.
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Salah satu informasi penting dalam laporan keuangan adalah informasi
mengenai laba. Menurut Generally Accepted Accounting Principles (GAAP),
Informasi laba merupakan informasi penting yang digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan, pemberian kompensasi kepada manajemen, dan juga digunakan untuk
membantu pemilik dan pihak lain yang berkepentingan terhadap perusahaan
melakukan penaksiran atasearning powerperusahaan di masa yang akan datang.
Laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan merupakan laba yang
dihasilkan dengan metode akrual (IAI, 2012). Dasar akrual dipilih karena lebih
rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil,
manajemen dalam memilih metode akuntansi yang akan digunakan selama tidak
menyimpang dari aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Keleluasaan
pemilihan metode akuntansi tersebut memungkinkan dilakukannya pengelolaan laba
(earning management) oleh manajemen perusahaan (Subramanyam, 1996). Selain
adanya motif, manajemen laba juga dapat terjadi karena adanya asimetri informasi
antara manajemen (agent) dengan pemegang saham (principal). Asimetri informasi
inilah yang menimbulkan konflik keagenan antara manajer dan pemegang saham.
Menurut Iturriaga dan Sanz (2001), struktur kepemilikan merupakan suatu
mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan pemegang
saham. Struktur kepemilikan dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi
ketidakseimbangan informasi antara insider dan outsider.
Selain struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan afiliasi group bisnis juga
merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kompleksitas bisnis dan reputasi perusahaan dapat memunculkan ukuran perusahaan
sebagai bagian dari peningkatan asimetri informasi sehingga berpengaruh terhadap
manajemen laba. Disamping itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia sebagian besar
memiliki kelompok afiliasi, hal ini memberikan peluang untuk terjadinya tindakan
manajemen laba. Pada perusahaan yang berafiliasi dalam group bisnis, konflik
keagenan tidak hanya muncul antara manajemen dan pemegang saham saja, tetapi
berkembang menjadi antara pemegang saham pengendali dan pemegang saham
minoritas. Konflik ini akan menjadi tajam ketika perusahaan berbentuk group bisnis,
hal ini karena pemegang saham pengendali mempunyai hak kontrol penuh dan
discretionary poweryang besar dalam melakukan ekspropriasi untuk memaksimalkan
kemakmurannya sendiri (Bae dan Jung, 2007). Manajer akan berusaha
menyembunyikan tindakan ekspropriasi tersebut dengan cara melakukan manajemen
laba (Yeh dan Woidtke, 2005).
Tindakan oportunis manajemen laba tentunya dapat merugikan pemegang
saham, dan informasi yang disajikan dapat menyebabkan keputusan investasi yang
salah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh struktur kepemilikan,
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka pertanyaan
penelitian ini adalah: Apakah struktur kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, ukuran perusahaan, dan afiliasi group bisnis berpengaruh terhadap
manajemen laba?
2. LANDASAN TEORITIS
2.1. Teori Keagenan
Menurut Jensen dan Meckling (1976), manajemen merupakan pihak yang
dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja memaksimalkan kepentingan
pemegang saham. Namun dalam pelaksanaannya, manajemen tidak selalu bertindak
untuk kepentingan para pemegang saham. Hal ini disebabkan adanya informasi
asimetri antara manajemen dan pemegang saham. Adanya konflik kepentingan
tersebut dapat mendorong manajemen untuk melakukan manipulasi pelaporan
keuangan dengan cara melakukan manajemen laba.
2.2. Manajemen laba
Scott (2009) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu kondisi dimana
terdapat campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan
eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan
diri sendiri atau perusahaannya sendiri.
2.3. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan saham di perusahaan mencerminkan distribusi
kekuasaan dan pengaruh diantara pemegang saham atas kegiatan operasi perusahaan.
Menurut Iturriaga dan Sanz (2001), struktur kepemilikan merupakan suatu
mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dan pemegang
saham. Tingkat kepemilikan perusahaan akan berpengaruh terhadap pengendalian dan
pengelolaan perusahaan sehingga akan mempengaruhi kinerja perusahaan di masa
datang. Struktur kepemilikan dalam penelitian ini diproksikan dengan kepemilikan
2.3.1. Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa konflik keagenan dapat
dikurangi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial dalam perusahaan.
Peningkatan kepemilikan manajerial dalam perusahaan mendorong manajer untuk
bekerja secara optimal dan hati-hati, karena mereka juga ikut menanggung
konsekuensi atas tindakannya. Dengan demikian, adanya kepemilikan saham oleh
manajerial di perusahaan akan menyelaraskan kepentingan antara manajemen dengan
pemegang saham. Namun, kepentingan manajer dan pemegang saham tidak
sepenuhnya selaras. Adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan memberikan
insentif bagi manajemen untuk melakukan pengelolaan laba. Penelitian Al- Fayoumi
et al. (2010), Wedari (2004) menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Semakin tinggi kepemilikan manajerial dalam
perusahaan maka manajemen laba yang dilakukan juga akan semakin meningkat.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
2.3.2. Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba
Kehadiran Investor institusional memiliki peran yang sangat besar untuk
melakukan monitoring terhadap manajemen dan kebijakan perusahaan. Tindakan
pengawasan tersebut dapat mendorong manajer untuk lebih memfokuskan
perhatiannya terhadap kinerja perusahaan, sehingga dapat mengurangi perilaku
oportunistik dari manajer. Kepemilikan institusional yang besar juga digambarkan
sebagai alat pengendalian internal yang baik dalam perusahaan. Beberapa penelitian
menguji mengenai pengaruh struktur kepemilikan institusional terhadap manajemen
laba. Hasil pengujian Alves (2012) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun hasil penelitian Cornet et al.
(2006), Siregar dan Utama (2006) menemukan bukti bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Menurut mereka kehadiran
kepemilikan institusional yang tinggi dalam perusahaan dapat membatasi manajer
untuk melakukan pengelolaan laba.
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.4. Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan. Cithouru et al. (2001) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki
hubungan negatif dengan manajemen laba. Menurut peneliti perusahaan-perusahaan
yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba
dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang lebih kecil. Hal ini karena
perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar.
Besarnya perhatian dari masyarakat dan pemerintah terhadap perusahaan membuat
perusahaan besar lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan. Hasil yang
sama juga diperoleh dari Lee dan Choi (2002), Siregar dan Utama (2006) bahwa
ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, yang
berarti semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil pengelolaan labanya.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
2.5. Afiliasi Group Bisnis dan Manajemen Laba
Afiliasi group bisnis memberikan dampak yang berbeda terhadap pelaporan
keuangan perusahaan. Disatu sisi, afiliasi dalam group bisnis banyak memberikan
nilai tambah bagi perusahaan. Namun disisi lain, afiliasi group bisnis dapat
menciptakan masalah keagenan antara pemegang saham pengendali dan pemegang
saham minoritas yang dapat merusak nilai perusahaan. Pemegang saham pengendali
mempunyai hak kontrol penuh dandiscretionary power yang besar dalam melakukan
ekspropriasi untuk memaksimalkan kemakmurannya sendiri daripada
memaksimalkan nilai perusahaan (Bae dan Jung, 2007). Manajer akan berusaha
menyembunyikan tindakan ekspropriasi tersebut dengan cara melakukan manajemen
laba (Yeh dan Woidtke, 2005).
Praktik ekspropriasi ini akan lebih mudah dilakukan pada perusahaan yang
mempunyai kelompok afiliasi dibanding dengan perusahaan yang tidak mempunyai
kelompok afiliasi. Tindakan manajemen laba yang dilakukan manajemen untuk
berelasi (Related Party Transaction-RPT), dalam hal ini hubungan antara induk dan
anak perusahaan (McKay, 2002 dalam Guing dan Farahmita, 2011). Transaksi pihak
berelasi ini dapat menyebabkan perpindahan laba dari perusahaan anak ke induk.
Beberapa penelitian menguji mengenai pengaruh afiliasi group bisnis terhadap
manajemen laba. Penelitian Douthett dan Jung (2001) menemukan bukti bahwa
besaran akrual diskresioner pada perusahaan keiretsu di Jepang lebih kecil dibanding
akrual diskresioner pada perusahaan non-keiretsu. Menurut mereka keterkaitan
keiretsu akan meningkatkan monitoring dan meningkatkan kualitas laba yang
dilaporkan. Sebaliknya, penelitian Kim dan Yi (2006) terhadap perusahaan di Korea
menemukan bukti bahwa afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap
manajemen laba. Menurut mereka besaran manajemen laba lebih tinggi untuk
perusahaan yang mempunyai kelompok afiliasi dibanding dengan perusahaan yang
tidak mempunyai kelompok afiliasi. Hal ini karena praktik ekspropriasi lebih mudah
dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dalam satu group bisnis
dibandingkan dengan perusahaan tunggal. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H4: Afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
3. METODE PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan penelitian
dilakukan dari tahun 2008-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
data sekunder yang diambil dari laporan keuangan auditan periode tahun 2008-2012
dan diperoleh dari Pusat Data Bisnis dan Ekonomi UGM, dan website Bursa Efek
3.2. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
3.2.1. Manajemen Laba
Scott (2009) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu kondisi dimana
terdapat campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan
eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan
diri sendiri atau perusahaannya sendiri.
Manajemen laba dalam penelitian ini diproksikan dengan discretionary
accrual. Nilaidiscretionary accrual dihitung dengan menggunakan model modifikasi
Jones (Dechow, 1995). Discretionary accrual dihitung dengan mengurangi Total
Accrual(TA) danNon Discretionary accrual(NDA).
3.2.2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh
manajemen dalam suatu perusahaan yang dikelola (Gideon,2005). Kepemilikan
manajerial dihitung dengan menggunakan dummy variable. Nilai 1 untuk terdapatnya
kepemilikan manajerial dan 0 untuk tidak terdapatnya kepemilikan manajerial.
3.2.3. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga, misalnya: asuransi, bank, dana pensiun,
perusahaan investasi dan kepemilikan institusi lain (Siregar & Utama, 2006).
Indikator yang digunakan untuk mengukur kepemilikan institusional dalam penelitian
ini adalah persentase jumlah saham yang dimiliki institusi dari seluruh modal saham
perusahaan yang beredar.
3.2.4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya suatu
perusahaan (Siregar & Utama, 2006). Dalam penelitian ini, variabel ukuran
perusahaan (log TA) diukur dari besarnya total asset yang dimiliki perusahaan pada
3.2.5. Afiliasi Group Bisnis
Afiliasi grup bisnis dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan dummy
variable, yang akan diberi nilai 1 jika perusahaan berafiliasi dalam grup bisnis dan 0
jika perusahaan tidak berafiliasi dalam grup bisnis (perusahaan tunggal).
3.3. Tekhnik Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linear
berganda. Data akan diolah dengan menggunakan analisa regresi linear berganda
dengan program SPSS versi 19.0 for windows untuk melihat seberapa besar
perubahan variabel dependen akibat perubahan satu unit variabel independen tertentu
(dalam hal ini diasumsikan variabel independen lainnya konstan). Analisis deskriptif
terhadap variabel-variabel dalam penelitian ini dilakukan terlebih dahulu sebelum
melakukan uji pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen.
Selanjutnya, dilakukan pengujian asumsi klasiknya seperti uji Multikolinearitas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas untuk menghindari kemungkinan terjadinya
penyimpangan dalam analisis. Model persamaan regresi yang digunakan dalam
pengujian hipotesis adalah: DA = 0+ 1MNJ + 2INST + 3SIZE + 4AGB + e
4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Perusahaan
yang terpilih menjadi sampel sebanyak 103 perusahaan dengan periode 5 tahun.
4.1. Statistik Deskriptif
Hasil statistik deskriptif pada tabel 4.3. memperlihatkan nilai minimum, nilai
maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi dari variabel kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, afiliasi group bisnis, dan manajemen
laba.
Tabel 4.3.Statistik Deskriptif
Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kepemilikan manajerial 515 0,00 1,00 0,3417 0,47476
Ukuran perusahaan (dalam jutaan rupiah)
515 901 182.274.000 4.478.517 13.848.337
Ukuran perusahaan (Lg TA) 515 20,62 32,84 27,6228 1,6815
Afiliasi group bisnis 515 0,00 1,00 0,6893 0,46322
Manajemen laba 515 -0,60 1,41 0,0000 0,16081
4.4. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis, dilakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu dengan
signifikansi sebesar 5% dan tingkat keyakinan 95%.
4.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mendeteksi apakah data telah terdistribusi secara
normal. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal. Uji
normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Kolmogorov Smirnov.
Distribusi data penelitian dinyatakan normal jika memiliki nilai probabilitas (sig) >
0,05.
Tabel 4.4 Uji Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Variabel Z kolmogorov Z tabel p Sign Keterangan
Unstadardized Residual 1,051 1,960 0,219 Normal
Sumber: Data Sekunder, 2013
Hasil uji normalitas untuk data regresi pada tabel di atas 4.4 menunjukkan
nilai signifikansi sebesar 0,219 pada Unstandardized Residual. Angka tersebut lebih
besar dari 0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa data yang digunakan untuk
regresi adalah normal, sehingga dapat dilanjutkan ke uji regresi.
4.4.2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan Durbin Watson (DW)
dengan ketentuan batas atas (upper bound/ du) dan batas bawah (lower bound/dl).
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai Durbin-Watson sebesar 1,942. Nilai
tersebut berada antara du (1,810) dan 4-du (2,190), berarti pada model tersebut tidak
4.4.3. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
terjadi korelasi antar variabel independen.
Tabel 4.5 Uji Multikolinieritas
Variabel Tolerance VIF Keterangan
Kepemilikan manajerial 0,984 1,016 Tidak terjadi multikolinieritas
Kepemilikan institusional 0,977 1,024 Tidak terjadi multikolinieritas
Ukuran perusahaan 0,897 1,115 Tidak terjadi multikolinieritas
Afiliasi group bisnis 0,891 1,122 Tidak terjadi multikolinieritas
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa diperoleh nilai VIF untuk
seluruh variabel bebas yang digunakan pada model regresi memiliki nilai tolerance
di atas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas pada variabel independen yang digunakan dalam model regresi
tersebut.
4.4.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas yang digunakan adalah Uji Glejser yaitu dengan
meregres nilai absolute dari residual (ui) terhadap variabel bebas.
Tabel 4.6 Uji Heterokedastisitas
Variabel p sign Keterangan
Kepemilikan manajerial 0,806 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Kepemilikan institusional 0,815 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Ukuran perusahaan 0,960 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Afiliasi group bisnis 0,734 Tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber: Data Sekunder yang diolah, 2013
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen tidak
berhubungan secara signifikan dengan absolute residual. Hal ini terlihat dari nilai
signifikansi > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
heteroskedastisitas pada variabel independen yang dalam model regresi pada
4.6. Pengujian Hipotesis
4.6.1. Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat kelayakan model regresi dalam penelitian ini.
Model regresi dikatakan layak digunakan ketika nilai signifikansi pada tabel Anova
bernilai < 0,05.
Tabel 4.8 Hasil Uji F ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1,855 4 ,464 20,680 ,000a
Residual 11,437 510 ,022
Total 13,293 514
a. Predictors: (Constant), Afiliasi group bisnis, Kepemilikan manajerial, Kepemilikan institusional, Ukuran perusahaan
b. Dependent Variable: Manajemen laba
Berdasarkan tabel 4.8 diatas, diketahui bahwa model regresi ini memiliki
tingkat signifikansi 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan model
dalam penelitian ini layak digunakan.
4.6.2. Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat apakah terdapat pengaruh masing-masing variabel
independen yang digunakan dalam model penelitian ini terhadap variabel dependen.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Variabel Dependen: Manajemen Laba
institusional 0,104 0,132 3,178 0,002 H2 : ditolak
Ukuran
perusahaan -0,025 -0,261 -6,008 0,000
H3 : diterima Afiliasi
group bisnis 0,087 0,251 5,763 0,000
H4 : diterima
H1: Kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen laba
Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel kepemilikan manajerial
diperoleh nilai t hitung adalah 5,225 dan signifikansi sebesar 0,000 < 0,05, nilai
koefisien regresi sebesar 0,073 menunjukkan arah pengaruh positif sehingga sesuai
dengan arah prediksi hipotesis, maka hipotesis pertama dalam penelitian iniditerima.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Al- Fayoumi et al. (2010), dan Wedari (2004). Adanya kepemilikan manajerial
dalam perusahaan memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan
pengelolaan laba, hal tersebut karena manajer juga ikut menanggung konsekuensi
sebagai pemegang saham. Brochet dan Gildao (2004) dalam Aji dan Mita (2010)
menyebutkan bahwa manajemen yang memiliki saham perusahaan memiliki
informasi lebih banyak tentang perusahaan dibanding pemegang saham lainnya,
dengan demikian memiliki kesempatan untuk melakukan pengelolaan laba untuk
meningkatkan kinerja saham perusahaan. Selain itu, laba yang sering digunakan
sebagai alat ukur dalam pemberian bonus atau kompensasi kepada karyawan semakin
mendorong manajer untuk melakukan pengelolaan laba. hal ini karena laba yang
tinggi akan berpengaruh terhadap besarnya jumlah bonus yang diterima manajer.
H2: Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel kepemilikan institusional
diperoleh nilai t hitung sebesar 3,178 dan nilai signifikansi sebesar 0,002 (p < 0,05),
besar nilai koefisien regresi 0,104 menunjukkan adanya arah pengaruh positif. Arah
ini tidak sesuai dengan hipotesis yang seharusnya negative, maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini,tidak didukung.
Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Cornet et al. (2006), dan Siregar dan Utama (2006). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Alves (2012). Porter (1992) dalam Midiastuti dan Mas ud (2003)
meyebutkan bahwa pemegang saham institusional adalah pemilik yang lebih
memfokuskan pada laba jangka pendek. Sehingga manajer terpaksa untuk melakukan
misalnya dengan melakukan manipulasi laba untuk memenuhi harapan dari
pemegang saham institusional.
H3: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba
Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel ukuran perusahaan
diperoleh nilai t hitung sebesar -6,008 dan nilai signifikansi sebesar 0,000 < 0,05.
Nilai koefisien regresi sebesar -0,025 menunjukkan adanya arah pengaruh negatif
sesuai dengan hipotesis, maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini,diterima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Cithouru et al.(2001), Lee
dan Choi (2002), Siregar dan Utama (2006). Perusahaan-perusahaan yang lebih besar
kurang memiliki dorongan untuk melakukan manajemen laba dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang lebih kecil, hal ini karena perusahaan besar dipandang
lebih kritis oleh pemegang saham dan pihak luar. Besarnya perhatian dari masyarakat
dan pemerintah terhadap perusahaan membuat perusahaan besar lebih berhati-hati
dalam melakukan pelaporan keuangan. Selain itu, perusahaan besar juga mendapat
tekanan yang lebih kuat untuk menyajikan pelaporan keuangan yang kredibel.
H4: Afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba
Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada variabel afiliasi group bisnis
diperoleh nilai t hitung adalah 5,763 dan signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05, koefisien regresi sebesar 0,087 menunjukkan arah pengaruh positif, arah ini
sesuai dengan hipotesis, maka hipotesis keempat yang menyatakan afiliasi group
bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen labaditerima.
Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Kim & Yi (2006), dan
Beuselink & Deloof (2006), yang menunjukkan bahwa besaran manajemen laba lebih
tinggi untuk perusahaan yang mempunyai kelompok afiliasi dibanding dengan
perusahaan yang tidak mempunyai kelompok afiliasi atau perusahaan tunggal. Hal ini
karena praktik ekspropriasi lebih mudah dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang
berafiliasi dalam satu group bisnis dibandingkan dengan perusahaan tunggal.
Pemegang saham pengendali pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi
memaksimalkan kemakmuran mereka sendiri. Manajer akan berusaha
menyembunyikan tindakan ekspropriasi tersebut dengan cara melakukan manajemen
laba (Yeh dan Woidtke, 2005).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Variabel kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Hal ini mengindikasikan bahwa adanya kepemilikan manajerial dalam
perusahaan memberikan insentif bagi manajemen untuk melakukan
pengelolaan laba.
2. Variabel kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba. Hal ini kemungkinan disebabkan pemegang saham
institusional pada perusahaan manufaktur di BEI merupakan pemilik
sementara yang biasanya lebih fokus pada laba jangka pendek.
3. Variabel ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Hal ini mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan semakin
kecil tingkat pengelolaan labanya.
4. Variabel afiliasi group bisnis berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang berafiliasi dalam group
bisnis cenderung melakukan tindakan manajemen laba dibandingkan
perusahaan yang tidak berafiliasi dalam group bisnis.
5.2. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan yang ditemukan dalam penelitian ini adalah:
1. Rendahnya koefisien determinasi yang hanya sebesar 13,3% dan hanya
menggunakan 4 variabel independen dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
masih banyak variabel-variabel lain yang belum dianalisis dalam penelitian ini
yang kemungkinan mempengaruhi tindakan manajemen laba yang dilakukan
2. Penelitian ini hanya menggunakan sampel perusahaan manufaktur saja,
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi.
5.3. Saran Penelitian
Berdasarkan hasil analisis yang telah diperoleh dalam penelitian ini, beberapa saran
yang dapat diberikan adalah:
1. Bagi pihak perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian ini ditemukan bahwa adanya kepemilikan saham
oleh manajer dalam perusahaan dapat meningkatkan kecenderungan perilaku
manajer dalam melakukan manajemen laba. Oleh karena itu, hal ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam merumuskan kebijakan
mengenai adanya kepemilikan saham oleh manajemen dalam perusahaan.
2. Bagi penelitian selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini dengan
menambahkan variabel-variabel lain yang diduga berpengaruh terhadap
tindakan manajemen laba dan menambah jumlah sampel yang digunakan baik
dengan periode yang berbeda ataupun dengan menambahkan jenis industri
lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alves, Sandra. 2012. Ownership Structure and Earning Management: Evidence From Portugal.Australian Accounting Business and Finance Journal, Vol. 6
Al-Fayoumi, N, Abuzayed, B & Alexander, D. 2010. Ownership Structure and Earning Management in Emerging Markets: The Case of Jordan.International Research Journal of Finance and Economic, Vol. 38.
Bae, K.H., & Jeung, S.W. 2007. The Value relevance of Earning and Book Value, Ownership Structure, and Business Group Affiliation: Evidence From Korean Business Group.Journal of Business Finance & Accounting,34, 740-766.
Cornett M.M., A.J. Marcuss., A. Saunders dan H. Tehranian. 2006. Earning Management, Corporate Governance, and True Financial Performance.
Dechow, P., Sloan, R., Sweeney, A., 1995. Detecting Earning Management. The Accounting Review,70, 193-225.
Douthett, Edward B. Jr. dan K. Jung. 2001. Japanese Corporate Grouping (Keiretsu) and The Informativeness of Earning. Journal of International Financial Management and Accounting12; 133-156.
Gideon, SB Buediono. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur.Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.
Imam, Ghozali. (2006).Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit UNDIP.
Aaron, Guing., dan Aria, Farahmita. 2011. Manajemen laba dan Tunneling Melalui Transaksi Pihak Istimewa Di Sekitar Penawaran Saham Perdana. Simposium Nasional Akuntansi XIV.
Jogiyanto, Hartono. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. BPFE. Yogyakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia.Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat, 2012.
Iturriaga dan Sanz. 2001. Ownership Structure, Corporate Value and Firm Investment: A Simultaneous Equations Analysis of Spanish Companies.
Journal of Management and Governance Vol.5 No.2 pp.179-204.
Jensen, MC dan Meckling, 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavioral, Agency Costs and Ownership Structure.Journal of Financial Economics.Vol. 3, 305-360.
Kim, N. B., dan Yi, C.H. 2006. Ownership Structure, Business Group Affiliation, Listing Status, and Earnings Management: Evidence from Korea.
Contemporary Accounting Research, 23 (2): 427-464.
Lee, B. B., dan Choi, B. 2002. Company size, auditor type, and earning management.
Journal of Forensic accounting, III, 27-50.
Scott, William R. 2000.Financial Accounting Theory.USA : Prentice-Hall.
Subramanyam, K.R. 1996. The Pricing of Discretionary Accrual. Journal of Accounting and Economic22, hal.249-281.
Linda, Kusumaning Wedari. 2004. Analisis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan Keberadaan Komite Audit Terhadap Manajemen Laba . Simposium Nasional Akuntansi VII. IAI.