SKRIPSI
PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
OLEH
FRETTY SIAGIAN 070503084
PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Corporate
Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen
Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”,
adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
program regular S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah
dinyatakan dengan jelas, benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan
oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul :
“Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan
Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas
Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama
proses penyusunan skripsi ini yakni kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Program
Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dr. Rina Br. Bukit, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini dan sekaligus sebagai motivator kepada penulis selama proses
4. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku dosen pembanding I dan Ibu Risanty,
SE, M.Si., Ak selaku dosen pembanding II yang telah memberikan arahan,
kritikan bagi penulis untuk menyempurnakan dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Orangtua penulis, Ibunda Raini Panjaitan yang telah memberikan kasih sayang,
doa, didikan, dan menjadi motivator sehingga penulis tetap bersemangat
mengerjakan skripsi ini. Terimakasih buat doa dan dukungan baik moral dan
materi bagi penulis. Saudara penulis Andre, Daniel, Vincent, Adinda yang
selalu membantu dan memberikan dukungan, semangat maupun doa bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis sadar bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata, penulis
berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.
Medan, Agustus 2011
Penulis,
(Fretty Siagian)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance,
ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.
Corporate governance yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ukuran
dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Struktur kepemilikan yang
digunakan pada penelitian ini antara lain: kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan konsentrasi.
Data dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan yang telah diaudit
yang dipublikasikan melalui website
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Model
analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial komposisi dewan komisaris mempengaruhi
manajemen laba. Variabel ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan konsentrasi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata Kunci : corporate governance, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
ABSTRACT
This research aims to examine the effect of corporate governance, firm size
and ownership structure on earning management in the manufacturing companies
on Indonesia Stock Exchange in 2009. Corporate governance that used in this
research, such as: board of commissioner and board of commissioner
composition. Ownership structure that used in this research, such as: institutional
ownership, managerial ownership and ownership concentration.
Research data are taken from the audited financial statements of each
company that published on website www.idx.co.id. Sampling method that used in
this research is purposive sampling method. Analysis model that used is multiple
regression analysis. Results of this research show that board of commissioner
composition have significant influence to earning management partially. Board of
commissioner, size firm, institutional ownership, managerial ownership and
ownership concentration had not significant influence to earning management.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 7
C. Batasan Masalah... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
E. Manfaat Penelitian... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 10
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 28
1. Kerangka Konseptual ... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian ... 33
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
C. Jenis dan Sumber Data ... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38
F. Metode Analisis Data ... 43
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 49
B. Analisis Hasil Penelitian ... 50
C. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85
B. Keterbatasan Penelitian ... 86
C. Saran ... 86
DAFTAR PUSTAKA ... 88
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 27
Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 34
Tabel 3.2 Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukurannya ... 42
Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ... 45
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 50
Tabel 4.2 Nonparametric-test Kolmogorov-Smirnov ... 56
Tabel 4.3 Nonparametric-test Kolmogorov-Smirnov ... 59
Tabel 4.4 Koefisien ... 60
Tabel 4.5 Koefisien Korelasi ... 61
Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin-Watson ... 62
Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi ... 65
Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 68
Tabel 4.9 Analisis Koefisien Determinasi ... 70
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29
Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 54
Gambar 4.2 Grafik Normal Plot ... 55
Gambar 4.3 Grafik Histogram ... 57
Gambar 4.4 Grafik Normal Plot ... 58
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran I Data Perusahaan Manufaktur Tahun 2008-209 ... 91
Lampiran II Data Perusahaan Manufaktur ... 99
Lampiran III Data Manajemen Laba dan Variabel Independen ... 104
Lampiran IV Statistik Deskriptif Data ... 109
Lampiran IV.1 Hasil Uji Normalitas: Nonparametric-test Kolmogorov-Smirnov ... 110
Lampiran IV.2 Hasil Uji Normalitas Data: Analisis Grafik Histogram ... 111
Lampiran IV.3 Hasil Uji Normalitas Data: Analisis Grafik P-P Plots ... 112
Lampiran IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas Data ... 113
Lampiran IV.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 115
Lampiran IV.6 Hasil Uji Autokorelasi dan Model Regresi ... 116
Lampiran IV.7 Hasil Uji t ... 116
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance,
ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009.
Corporate governance yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ukuran
dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Struktur kepemilikan yang
digunakan pada penelitian ini antara lain: kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan kepemilikan konsentrasi.
Data dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan yang telah diaudit
yang dipublikasikan melalui website
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Model
analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial komposisi dewan komisaris mempengaruhi
manajemen laba. Variabel ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan,
kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan konsentrasi tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata Kunci : corporate governance, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan,
ABSTRACT
This research aims to examine the effect of corporate governance, firm size
and ownership structure on earning management in the manufacturing companies
on Indonesia Stock Exchange in 2009. Corporate governance that used in this
research, such as: board of commissioner and board of commissioner
composition. Ownership structure that used in this research, such as: institutional
ownership, managerial ownership and ownership concentration.
Research data are taken from the audited financial statements of each
company that published on website www.idx.co.id. Sampling method that used in
this research is purposive sampling method. Analysis model that used is multiple
regression analysis. Results of this research show that board of commissioner
composition have significant influence to earning management partially. Board of
commissioner, size firm, institutional ownership, managerial ownership and
ownership concentration had not significant influence to earning management.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja
perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik
menyiapkan laporan keuangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan seperti
pemegang saham, investor, dan pemerintah. Laporan keuangan berfungsi sebagai
salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2004). Salah satu tujuan
pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat
menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share).
Informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam
menghasilkan laba adalah laporan laba rugi (Chariri dan Ghozali, 2007).
Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan selama periode tertentu (Kieso dan Weygandt, 2002). Laporan laba
rugi digunakan oleh para investor untuk melihat profitabilitas perusahaan dan
memprediksi prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu
proses penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang
dapat menentukan kualitas laporan keuangan. Manajemen perusahaan dapat
memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut untuk
Akuntansi Keuangan mengatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang
dilakukan manajer untuk tujuan spesifik itulah disebut dengan manajemen laba.
Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir
earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu,
manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat
membuat laporan keuangan menjadi baik. Tindakan manajer ini kadang
bertentangan dengan tujuan perusahaan. Tindakan yang menyimpang tersebut
salah satu bentuknya adalah manajemen laba.
Banyak kasus manipulasi keuangan yang muncul karena perusahaan
melakukan manajemen laba, misalnya kasus manipulasi laporan keuangan yang
dilakukan Enron, World Com, Merck dan mayoritas perusahaan lain di Amerika
Serikat (Cornett, 2006). Selain itu, di Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT.
Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan yang
berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).
Dari beberapa contoh kasus tersebut di atas, maka sangat relevan bila
ditarik suatu pertanyaan tentang bagaimana efektivitas penerapan corporate
governance. Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara
manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders
lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang
memfasilitasi penentuan sasaran - sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai
Pengertian corporate governance menurut Forum for Corporate
Governance in Indonesia
(
FCGI) yaitu seperangkat peraturan yang mengaturhubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Nasution dan Setyawan (2007) mendefinisikan corporate governance sebagai
konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau
monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap
stakeholder dengan berdasarkan pada kerangka peraturan.
Perusahaan memerlukan pengawasan yang efektif oleh pihak-pihak yang
berkaitan dalam pengelolaan perusahaan. Di dalam pengelolaan perusahaan
terdapat tiga pihak yang terlibat yaitu: board of directors, top management, dan
shareholders. Salah satu pihak tersebut yang merupakan bagian terpenting dari
terlaksananya konsep Good Corporate Governance (GCG) ini adalah dewan
komisaris yang terdiri dari komisaris independen. Dewan komisaris merupakan
pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Egon dalam FCGI, 2008) karena
dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, sedangkan
manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing
perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat mengawasi segala tindakan
manajemen dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen
Selain penerapan corporate governance, faktor lain yang mempengaruhi
praktik manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan mungkin
mempengaruhi praktik manajemen laba. Contohnya, penelitian Nuryaman (2008)
yang melakukan penelitian pada 101 perusahaan manufaktur pada tahun 2005
dimana pada hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin
meningkat manajemen laba. Ini mengindikasikan perusahaan besar yang banyak
di sorot oleh publik dan analis pasar modal akan banyak memberikan informasi
dibandingkan perusahaan kecil (Nuryaman, 2008).
Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu
pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri (Itturiaga dan Sanz,
2000) dalam Faisal (2004). Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan
merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara
manajer dengan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976),
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme
corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.
Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen
perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh
manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007), sedangkan kepemilikan institusional
merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi
berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada
Saat ini telah banyak penelitian mengenai efektifitas GCG dan
pengaruhnya terhadap manajemen laba, antara lain: Hastuti (2005), Ujiyantho dan
Pramuka (2007), Isnanta (2008). Hasil yang diungkapkan pun berbeda-beda,
antara lain: menurut Ujiyantho dan Pramuka (2007) mengungkapkan bahwa
keberadaan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba artinya
keberadaan komisaris independen pada dewan komisaris akan mengurangi
tindakan manajemen laba. Namun pendapat tersebut bertolak belakang dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2008) bahwa keberadaan komisaris
independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dikarenakan penerapan
corporate governance baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang,
setelah semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam
penyesuaian ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti
berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali faktor – faktor
yang berpengaruh terhadap manajemen laba karena adanya perbedaan hasil
penelitian pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, variabel
yang digunakan yaitu corporate governance (ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris), ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan (kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan konsentrasi).
Penelitian ini menguji perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur
adalah perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi
pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual dilakukan sendiri
oleh perusahaan tersebut.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs www.depdag.go.id,
peningkatan ekspor non migas periode Januari-September 2010, banyak didorong
oleh industri manufaktur. Ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan
yang signifikan sebesar 34,2% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi
sebesar 25,5%. Hal ini terkait dengan pulihnya perekonomian dunia dari krisis
global yg terlihat dari adanya peningkatan permintaan produk ekspor manufaktur
Indonesia. Meningkatnya ekspor manufaktur tersebut didorong oleh menguatnya
kinerja ekspor beberapa produk yang naik signifikan, yaitu produk karet, otomotif,
serta alas kaki. Kinerja industri manufaktur yang mengalami peningkatan ini
menunjukkan kebijakan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva dan
pendanaan perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan.
Pemilihan pada sektor industri manufaktur ini didasarkan pada alasan
bahwa industri manufaktur merupakan kelompok emiten yang terbesar
dibandingkan kelompok industri yang lain, sehingga dengan asumsi semakin
besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil penelitian terkhusus
pada tahun 2009. Sektor manufaktur dipilih juga karena sektor tersebut memiliki
tingkat kompetisi yang kuat serta adanya terdapat kasus manipulasi laporan
keuangan dalam perusahaan manufaktur. Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk menguji pengaruh corporate
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan skripsi yang telah diuraikan sebelumnya,
penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba?
2. Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba?
4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba?
5. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba?
6. Apakah kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh secara parsial terhadap
manajemen laba?
7. Apakah ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen,
ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan
kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh secara simultan terhadap
manajemen laba?
C. Batasan Masalah
dijadikan indikator corporate governance, yakni: ukuran dewan komisaris dan
komposisi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan serta struktur
kepemilikan yakni: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan
kepemilikan konsentrasi.
D. Tujuan penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
2. Memperoleh bukti empiris apakah komposisi dewan komisaris independen
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
3. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
4. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan institusional berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
5. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan manajerial berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
6. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh
7. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran dewan komisaris, komposisi
dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terkonsentrasi
berpengaruh terhadap manajemen laba.
E. Manfaat penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan dan penelitian ini
diharapkan mampu memberikan tambahan literatur mengenai pengaruh
struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan corporate governance
terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia.
2. Bagi perusahaan, peneliti berharap penelitian ini menjadi masukan bagi
perusahaan dan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh struktur
kepemilikan, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap
manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang go publik di Indonesia
sehingga dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi
yang tepat.
3. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi untuk melanjutkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995)
dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan
agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk
kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan
keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya
terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO
(Chief Executive Officer ) sebagai agent mereka.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan
untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen
dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah
kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal).
Hubugan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer
dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk
ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri
sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan
masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi
adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan
mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya
diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–
besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.
Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau
tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini
disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan
pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan
yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Keadaan tersebut
dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi antara manajemen
(agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada
manajer untuk melakukan manajemen laba (Richardson, 1998) dalam
Suryani (2010).
Eisenhardt (1989), dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan
bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1)
manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2)
manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang
(bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk
averse). Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa
konflik agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham
dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan
cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunictis dari manajer,
sebagai manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham
karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk
menjalankan perusahaan.
2. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan
Definisi laporan keuangan menurut Baridwan, 2004 yaitu ringkasan
dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang
bersangkutan. Manajemen membuat laporan keuangan dengan tujuan untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh
para pemilik perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1
(2009):
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
Menurut Leopold A Berstein (1998) dalam Suryani (2010) laporan
keuangan merupakan kinerja keuangan yang lampau dan posisi keuangan
saat ini. Laporan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi pada
empat aktivitas usaha utama yaitu kegiatan perencanaan, keuangan,
investasi, dan operasi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan
kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Menurut Zaki Baridwan laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari :
1) Neraca
yaitu laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu perusahan
pada tanggal tertentu.
2) Laporan Rugi Laba
yaitu laporan yang menunjukan hasil usaha dan biaya-biaya selama
suatu periode akuntansi.
3) Laporan Perubahan Modal
yaitu laporan yang menunjukan sebab-sebab perubahan modal dari
jumlahpada awal periode menjadi jumlah modal pada akhir periode.
4) Laporan Perubahan Posisi Keuangan
yaitu laporan yang menunjukan arus dana (arus kas) dan perubahan
dalamposisi keuangan selama tahun buku.
Menurut Zaki Baridwan bahwa laporan keuangan akan bermanfaat
bila memenuhi ketujuh kualitas sebagai berikut :
1) Relevan.
Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud
penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para
pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya,
betapapun kualitas lainnya terpenuhi. Sehubungan dengan tujuan
pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu sejauh mungkin
para pemakai dalam pengambilan jenis-jenis keputusan yang
memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Dalam
mempertimbangkan relevansi dari pada informasi yang bertujuan
umum (general purpose information), perhatian difokuskan pada
kebutuhan umum pemakai dan bukan pada kebutuhan khusus
pihak-pihak tertentu; dengan demikian, suatu informasi mungkin mempunyai
tingkat relevansi yang tinggi untuk kegunaan khusus tertentu,
sementara kecil sekali relevansinya bagi kegunaan yang lain.
2) Dapat Dimengerti
Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan
dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas
pengertian para pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai juga
diharapkan adanya pengertian/pengetahuan mengenai aktivits-aktivitas
ekonomi perusahaan, proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah
teknis yang digunakan dalam laporan keuangan.
3) Daya Uji
Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari
pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Sehubungan dengan
keterlibatan manusia didalam proses pengukuran dan penyajian
informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita
informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang
independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama.
4) Netral
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.
5) Tepat Waktu
Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk digunakan sebagai
dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan
ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan
tersebut.
6) Daya Banding.
Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari
perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan
perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.
7) Lengkap.
Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi
keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitas
diatas; dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan
3. Konsep Laba
Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI,
1994) mengartikan income sebagai berikut:
“Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau
penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal”.
Fisher (1912) dan Bedford (1965) dalam Chariri dan Ghozali (2007)
menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep yang laba yang umum
dibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut adalah:
1. Psychic Income
Menunjukkan konsumsi barang / jasa yang dapat memenuhi kepuasan
dan keinginan indivdiu.
2. Real income
Menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan
oleh kenaikan cost of living
3. Money Income
Menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber–sumber ekonomi yang
digunakan untuk konsumsi sesuai dengan cost of living
Informasi tentang laba dapat dilihat dalam Laporan laba rugi perusahaan.
Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi
perusahaan selama periode tertentu (Kieso, 2002). Unsur–unsur utama
1. Pendapatan
Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu entitas (
atau kombinasi keduanya) selama satu periode, yang berasal dari
pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan
kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan secara
terus menerus.
2. Expense
Biaya adalah aliran keluar atau pemakaian aktiva suatu entitas, atau
penambahan hutang suatu entitas (atau kombinasi keduanya) selama
satu periode, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang,
penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan
kegiatan perusahaan secara terus-menerus.
3. Keuntungan (Gain)
Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva neto) dari transaksi
insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan
kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam suatu periode di luar
transaksi yang berasal ari pendapatan dan investasi oleh pemilik.
4. Kerugian (Losses)
Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva neto) dari transaksi
insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan
kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam satu periode di luar
4. Manajemen Laba
Manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan–
pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat
mencapai tingkat laba yang diinginkan (Belkaoui, 2004). Scott (2006)
mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi yang
dilakukan manajer untuk tujuan spesifik. Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa manajer mempunyaiperilaku opportunistic dalam
mengelola perusahaan. Manajer mempunyai kebebasan untuk memilih dan
menggunakan alternatif–alternatif yang tersedia utuk menyusun laporan
keuangan sehingga laba yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang
diinginkan walaupun laba yang dihasilkan tersebut tidak mencerminkan
keadaan perusahaan yang sebenarnya. Scott (2006) membagi pola
manajemen laba menjadi 4:
1. Taking a bath
Pola ini terjadi saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini
diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
2. Income minimization
Pola ini mirip dengan pola taking a bath namun lebih sedikit ekstrim.
Pola ini biasanya dilakukan saat perusahaan mendapatkan profitabilitas
yang tinggi sehingga jika profitabilitas pada periode yang akan datang
perusahaan dapat menggunakan laba sebelumnya untuk mengatasi hal
tersebut.
3. Income maximization
Manajer perusahaan melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan
mendapatkan bonus. Income maximization dilakukan saat perusahaan
mengalami penurunan laba.
4. Income smoothing
Income smoothing merupakan salah satu pola manajemen laba yang
dilakukan dengan cara meratakan perolehan laba yang perusahaan
sehingga laba yang diperoleh tidak terlalu berfluktuasi. Biedelman
(1973) dalam Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan 2 alasan yang
digunakan manajemen untuk melakukan income smoothing. Alasan
pertama didasarkan pada asumsi bahwa pola laba periodik yang stabil
dapat mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan pola
laba periodik yang berfluktuasi. Kedua, berkaitan dengan upaya
meratakan kemampuan untuk mengantisipasi pola fluktuasi laba
periodik.
5. Corporate Governance
Pengertian corporate governance menurut FCGI yaitu seperangkat
peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus
(pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan
untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak pemegang kepentingan
(Almilia dan Sifa, 2006). Menurut Linan (2000) dalam Hastuti (2005)
terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat
prinsip tersebut adalah :
1. Keadilan (fairness) yang meliputi :
a. Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham.
b. Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham.
2. Transparansi (transparancy) yang meliputi:
a. Pengungkapan informasi yang bersifat penting.
b. Informasi harus disiapkan, diaudit, diungkapkan dengan
pembukuan berkualitas.
c. Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien.
3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi
meliputi:
a. Dewan direksi bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan
pemegang saham.
b. Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen.
c. Akses terhadap informasi secara akurat, relevan dan tepat waktu
4. Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi:
a. Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang
b. Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan
untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran
hak-hak mereka.
c. Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi pihak yang
berkepentingan.
d. Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus
mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.
Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab
atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007). Pengawasan dilakukan agar
kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba berkurang agar
investor tetap memberikan kepercayaan untuk menanamkan investasinya
pada perusahaan. Vafeas (2000) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006)
mengatakan bahwa peranan dewan komisaris diharapkan dapat
meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba
melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Tugas dari dewan
komisaris yang dirumuskan oleh FCGI, antara lain:
1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar
rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan
rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan
dan kinerja perusahaan, serta memonitor penggunaan modal
2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan
penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses
pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil.
3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada
tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan
komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan
manipulasi transaksi perusahaan.
4) Memonitor pelaksanaan Governance, dan mengadakan perubahan
jika perlu.
5) Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam
perusahaan.
6. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap manajemen laba perusahaan. Perusahaan besar cenderung
bertindak hati – hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan
cenderung melakukan pengelolaan laba secara efisien. Perusahaan yang
besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih
berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak
perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nuryaman,
7. Struktur Kepemilikan
Struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan
yang memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan (Wahyudi dan
Pawestri, 2006) dalam Isnanta (2008). Struktur kepemilikan dapat berupa
investor individual, pemerintah, dan institusi swasta. Struktur kepemilikan
dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan
yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem
dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan
merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen
dan pemegang saham (Faisal, 2004). Jensen dan Meckling (1976) dalam
Faisal (2004) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional adalah mekanisme pengawasan kepemilikan yang dapat
mengendalikan masalah keagenan.
Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan dapat dikelompokkan
dalam beberapa kategori. Struktur kepemilikan dapat dikelompokkan
dalam kepemilikikan terkonsentrasi dan menyebar. Selain itu juga dapat
dikelompokkan secara lebih spesifik lagi dalam kategori struktur
kepemilikan yang meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi
asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu, 1997) dalam
Isnanta (2008). Namun, dalam penelitian ini hanya mencakup 3 kategori
yaitu :
Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk
mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif
sehingga dapat mengurangi manajemen laba (Ujiyantho dan Pramuka,
2007). Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh
pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar
negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et.al.
2006) dalam Isnanta (2008). Adanya kepemilikan oleh investor
institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal
terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu
sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau
sebaliknya terhadap kinerja manajemen.
2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh
manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang
dimiliki oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Menurut
Itturiaga dan Sanz (2000) dalam Isnanta (2008) struktur kepemilikan
manajerial dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu pendekatan
keagenan (agency approach) dan pendekatan ketidakseimbangan
(asymmetric information approach). Selain kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial juga dianggap bisa mengurangi perilaku
opportunistic manajer. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham
manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan
(Faisal, 2004). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajer yang
mempunyai kepemilikan saham di perusahaan akan cenderung bertindak
sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan
kepentingan antara keduanya.
3. Kepemilikan Terkonsentrasi
Kepemilikan terkonsentrasi merupakan kepemilikan yang memiliki
dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling interest (kepemilikan
saham pengendalian) dan minorit interest (kepemilikan saham minoritas)
(shareholders). Anderson (2002) dalam Isnanta (2008) mengatakan bahwa
perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang
menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan
kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih
melindungi kepentingan kreditur. Anderson (2002) dalam Isnanta (2008)
menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari
adanya kepemilikan keluarga. Arifin (2003) dalam Isnanta (2008)
menunjukkan bahwa perusahaan publik di Indonesia yang dikendalikan
keluarga atau negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik
jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa
pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan
keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik
antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka
pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan
dalam kepemilikan keluarga tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di
perusahaan konglomerasi – seperti yang banyak terdapat di Indonesia
(Isnanta,2008).
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilaksanakan sekarang ini, merujuk pada penelitian yang
dilakukan sebelumnya antara lain Faisal (2004) menguji hubungan antara
struktur kepemilikan, corporate governance, dan biaya agency. Sampel dalam
penelitian ini adalah 33 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 1999 – 2001.
Variabel yang digunakan dalan penelitian ini adalah kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran perusahaan, leverage,
dividen, dan risk. Hasil penelitian menunjukkan variabel kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan risiko
berpengaruh negatif terhadap biaya keagenan, ukuran dewan direksi dan
dividen berpengaruh positif terhadap biaya keagenan. Leverage tidak
berpengaruh terhadap biaya keagenan. Nasution dan Setiawan (2007) pada
industri perbankan selama tahun pengamatan 2000-2004 menunjukkan bahwa
proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite
audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan Pramuka (2007)
dalam penelitiannya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
selama tahun 2001-2004 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan
ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba,
terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008) meneliti
pengaruh konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme
corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi
kepemilikan, ukuran perusahaan, komposisi dewan komisaris, spesialisasi
KAP, manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi
kepemilkan, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen
laba, komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.
Tabel 2.1 ukuran dewan direksi dan dividen berpengaruh positif terhadap biaya keagenan. Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya keagenan 2 Nasution manajemen laba, dan ukuran perusahaan tidak
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan
untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipótesis (Jurusan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Ukuran dewan komisaris berarti jumlah dewan komisaris yang ada
dalam suatu perusahaan. Jumlah dewan komisaris yang terlalu besar akan
mengurangi efektivitas pengawasan terhadap kinerja manajemen. Komite
Nasional Kebijakan Governance (2004) dalam Isnanta (2008)
Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.
Komposisi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan
indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar
perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan.
Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan akan mengurangi
tindakan manajemen laba.
Ukuran perusahaan dapat menentukan banyak sedikitnya praktik
manajemen laba perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar
akan dilihat kinerjanya oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan
melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati – hati, lebih
menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung di dalamnya, dan
lebih transparan. Oleh karena itu, perusahaan lebih sedikit dalam melakukan
praktik manajemen laba. Sedangkan perusahaan yang mempunyai ukuran
yang lebih kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen
laba dengan melaporkan laba yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja
perusahaan yang memuaskan.
Institusional selaku pemilik perusahaan memiliki insentif untuk
membatasi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer atas investasi
yang telah dilakukannya, sehingga kepemilikan institusional yang lebih besar
dilakukan oleh manajer perusahaan (Nikmah dan Suranta, 2005). Masulis
(1980) dalam Isnanta (2008) melakukan penelitian dalam kaitannya dengan
relevansi keputusan pendanaan, menemukan bahwa sehari sebelum dan
sesudah pengumuman peningkatan proporsi hutang terdapat kenaikan
abnormal return, sebaliknya pada saat perusahaan mengumumkan penurunan
proporsi hutang berpengaruh kepada penurunan abnormal return. Pengaruh
dari struktur kepemilikan perusahaan secara lebih lanjut dapat dijelaskan dari
hasil penelitian berikut ini: (1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara kepemilikan terkonsentrasi dan produktifitas sebagai salah satu proksi
dari kinerja perusahaan. (2) Pengaruh kepemilikan terkonsentrasi lebih kuat
untuk perusahaan yang didominasi oleh legal person shareholders daripada
perusahaan yang didominasi oleh perusahaan. (3) Profitabilitas perusahaan
berhubungan positif dengan proksi pemilikan saham oleh legal person tetapi
berhubungan negatif dengan proksi pemilikan saham oleh perusahaan (4)
Produktifitas tenaga kerja cenderung menurun saat proporsi kepemilikan
saham oleh perusahaan meningkat. Kepemilikan saham oleh legal person
shareholders dapat memonitor manjemen secara efektif melalui pengendalian
oleh board of directors, pemilihan karyawan perusahaan dan pemberian
kompensasi terhadap chief corporate officer.
2. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap
H2 : Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba.
H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
H5 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
H6 : Kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba.
H7 : Ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris
independen, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terkonsentrasi
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang merupakan
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau
lebih (Sugiyono, 2007) dalam Suryani (2010).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Periode penelitian mencakup data pada tahun 2009 agar lebih
mencerminkan manajemen laba dalam satu tahun dan kondisi saat ini. Sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur.
Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan manufaktur memiliki kontribusi
relatif besar terhadap perekonomian dan memiliki tingkat kompetisi yang kuat.
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling agar diperoleh
sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria
yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2009
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 31
Desember 2009.
perusahaan maupun data yang diperlukan untuk mendeteksi
manajemen laba.
Tabel 3.1
Daftar perusahaan Manufaktur yang menjadi sampel
NO KODE POPULASI KRITERIA SAM
12 PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk √ √ √ 10
149 MRAT Mustika Ratu Tbk √ √ √ 97
170 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk √ √ √ 110
171 ALFA Alfa Retailindo Tbk √ √ √ 111 178 SDPC Millenium Pharmacon Internasional Tbk √ √ √ 117
179 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk √ √ √ 118
C. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan
tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada
tahun 2009. Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory
(ICMD), situs Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yaitu cara yang dipergunakan untuk memperoleh
data yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam
mengumpulkan data pada penelitian adalah data sekunder. Teknik yang digunakan
peneliti adalah studi dokumentasi yaitu, dengan mengumpulkan data sekunder
yang berkaitan dengan penelitian ini, data berupa catatan, laporan keuangan
maupun informasi lainnya. Data penelitian ini diperoleh melalui media internet
dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur
yang diperlukan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia dan dari Indonesian
Capital Market Directory (ICMD).
E. Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di
ukur sehingga peneliti dapat mengetahui baik atau buruk pengukuran tersebut.
Definisi operasional dari variabel terikat dan variabel bebas yang dijadikan
1. Manajemen laba
Manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan –
pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat
mencapai tingkat laba yang diinginkan (Belkaoui, 2004). Menurut
McNichols (2000) dalam Isnanta (2008), menurutnya ada tiga
pendekatan yang dapat digunakan untuk proksi manajemen laba: (1)
pendekatan yang mendasarkan pada model agregat akrual, model Jones
dan modified Jones, (2) pendekatan yang mendasarkan pada model
spesifik akrual, misal McNichols (1998), dan (3) pendekatan berdasarkan
distribusi frekuensi, fokusnya adalah perilaku laba yang dikaitkan dengan
spesifik benchmark dimana praktik manajemen laba dapat dilihat dari
banyaknya frekuensi perusahan yang melaporkan laba di atas atau di
bawah benchmark, misal Burgstahler dan Dichev (1997) serta Myers dan
Skinner (1999). Hasil kajian McNichols (2000) juga menyarankan bahwa
agar riset mengenai manajemen laba untuk menggunakan model spesifik
akrual dan distribusi frekuensi. Manajemen laba dalam penelitian ini
diukur dengan dasar rasio akrual kerja dengan pendapatan (penjualan)
berdasarkan penelitian McNichols (2000) dan Girsang (2010), yang
Keterangan :
∆AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t
∆HL = Perubahan hutang lancar pada periode t
∆Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t
Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas
aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data
tersebut tanpa melakukan perhitungan yang rumit.
2. Ukuran dewan komisaris
Variabel ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota
dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari
eksternal perusahaan sampel.
UDK = Jumlah total anggota dewan komisaris
3. Komposisi dewan komisaris
Komposisi dewan komisaris diukur dengan persentase jumlah dewan
komisaris independen yang ada dalam perusahaan terhadap jumlah total
komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel.
Beasley (1996) dalam Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa
masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan
meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen
untuk mencegah kecurangan laporan keuangan.
4. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan variabel yang diukur dari jumlah total
asset perusahaan sampel yang ditransformasi dalam bentuk logaritma
natural.
SIZE = Log Total Aset
5. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang
dimiliki oleh institusi (Beiner et al, 2003 dalam Ujiyanto & Pramuka,
2007). Moh’d et al. (1998) dalam Pratana dan Mas’ud (2003)
menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat
memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi
manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Kepemilikan
institusional dalam penelitian ini menggunakan indikator jumlah saham
yang dimiliki institusi (perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan
sebagainya) dari seluruh modal saham yang beredar.
KI = Jumlah saham yang dimiliki oleh Institusi Jumlah total saham biasa
6. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen
perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki
oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Menurut Faisal (2004)
eksekutif dan direksi. Indikator yang digunakan adalah jumlah saham
yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham perusahaan.
KM = Jumlah saham yang dimiliki Direksi & Komisaris Jumlah total saham biasa
7. Kepemilikan Konsentrasi
Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok pemegang
saham, yaitu controlling interest (kepemilikan saham pengendalian) dan
minorit interest (kepemilikan saham minoritas) (shareholders).
Konsentrasi kepemilikan diproksikan dengan jumlah kepemilkan terbesar
oleh individu (Nuryaman, 2008). Variabel kepemilikan konsentrasi
diukur dengan mengurutkan pemegang saham terbesar dari perusahaan.
KK = Jumlah saham yang dimiliki Pemegang saham terbesar Jumlah total saham biasa
Tabel 3.2
Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukurannya No. Jenis
1 Dependen Manajemen
Laba
3. Independen Komposisi Dewan Komisaris
Persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan
4. Independen Ukuran Perusahaan
Jumlah total asset perusahaan sampel
Nominal
5 Independen Kepemilikan Institusional
Persentase kepemilikan saham perusahaan oleh institusi bisnis tertentu
Rasio
6 Independen Kepemilikan Manajerial
Persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham perusahaan
Rasio
7 Independen Kepemilikan Konsentrasi
Persentase jumlah saham yang dimiliki pemegang saham terbesar dari seluruh modal saham perusahaan
Rasio
F. Metode Analisis Data
1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, residual memiliki distribusi normal. Cara untuk mendeteksi
apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan
menggunakan analisis grafik dan uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) . Pada uji normalitas dengan
menggunakan analisis grafik, normalitas dapat dideteksi dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan
keputusannya:
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi
normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonalnya dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak
menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.
Cara pengambilan keputusan pada uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) :
1. Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) < 0,05 artinya data residual
tidak berdistribusi normal.
2. Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05 artinya data residual
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidakya
multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pengganggu pada periode t – 1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu sama lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson
(DW-Test).
Tabel 3.1
Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ( DW-Test)
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl
Tidak ada autokorelasi poitif No decision dl < d < du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No Decision 4 - du < d < 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif
atau negatif
Tidak ditolak du < d < 4 – du
d. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi heterokedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan
1. Jika ada pola tertentu , seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian
menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik–titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heterokedastisitas.
2. Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah metode regresi berganda. Metode regresi
berganda yaitu metode statistik untuk menguji hubungan antara
beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Model yang
digunakan dalam regresi berganda untuk melihat pengaruh corporate
governance, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap
manajemen laba dalam penelitian ini adalah :
Keterangan :
Y = Manajemen Laba
A = Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien Regresi
X2 = Komposisi Dewan Komisaris
X3 = Ukuran Perusahaan
X4 = Kepemilikan Institusional
X5 = Kepemilikan Manajerial
X6 = Kepemilikan Konsentrasi
= Faktor pengganggu
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Pengaruh Simultan (F Test)
Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau
bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama–sama terhadap variabel independen. Pengujian ini dilakukan
dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi f <
0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi f > 0,05
artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap
variabel dependen.
b. Uji Koefisien Determinasi ( R2 )
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel
dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel
independn memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen.
c. Uji Parsial (T test)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh variabel independen
secara individual menerangkan variasi. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi t < 0,05
artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi t > 0,05
artinya tidak terdapat pengaruh antara satu variabel independen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis
statistik dengan menggunakan analisis persamaan regresi berganda, yakni studi
mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih
variabel independen (bebas), yang bertujuan untuk mengestimasi dan/atau
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan
nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003). Populasi pada
penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009. Sedangkan
sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Berdasarkan data yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD),
terdapat 193 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.Analisis data dimulai
dengan mengolah data mentah yang diperoleh dari
menggunakan Microsoft Excel. Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik
dan uji hipotesis dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik
dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan sotware SPSS versi 17.
Prosedur pengujian dimulai dengan memasukkan data yang akan diuji ke dalam
program SPSS, yang kemudian akan menghasilkan output-output sesuai dengan
metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun jumlah perusahaan
manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini 128 perusahaan, yang