ANALISIS FRAMING ROBERT N ENTMAN
ATAS PEMBERITAAN KASUS KEKERASAN TERHADAP AKTIVIS DAN JURNALIS PADA MAJALAH MATA MADURA
EDISI KE-7, TANGGAL 03-16 OKTOBER 2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Dalam
Bidang Komunikasi
Oleh:
Abrori
NIM. B06210087
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
ABSTRAK
Abrori, B06210087, Analisis Framing Robert N. Entman atas Pemberitaan Kasus Kekerasan Terhadap Aktivis dan Jurnalis Pada Majalah Mata Madura Edisi ke-7, tanggal 03-16 Oktober 2016.
Penelitian ini menerangkan bagaimana majalah mata Madura menyeleksi isu kekerasan terhadap para aktivis dan jurnalis yang terjadi di kabupatean bangkalan dan bagaimana penonjolan penegakan hukum dalam menangani kasus tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori komunikasi massa, media massa, bentuk media massa, jurnalisme politik, teori analisis framing dan konstruksi media.
Analisis framing merupakan salah satu alternatif model analisis yang dapat mengungkapkan perbedaan media dalam mengungkapkan fakta. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dan paradigma konstruktivis. Hasil penelitian ini menunjukan berita pada aspek hukum dan kontribusi tambahan, dimana kontribusi tambahan tersebut Berbagai aksi dan Tuntutan jurnalis dan aktivis LSM Bangkalan juga minta jawaban Kapolres Anis mengenai sejumlah kekerasan yang menimpa wartwan dan aktivis LSM Bangkalan yang tidak jelas hasil penangannanya hingga saat ini. Mereka menilai, Polres Bangkalan tidak serius menyeret para pelaku kekerasan di bumi Bangkalan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... viii
ABSTRAK ...x
DAFTAR ISI ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... … 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penelitian Terdahulu ……….9
F. Definisi Konsep ………....11
G. Kerangka Pikir ….………...………..19
H. Metode Penelitian ……… ... 24
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ……….24
2. Unit Analisis ………...27
3. Jenis dan Sumber Data ………...27
4. Tahapan Penelitian ……….28
5. Teknik Pengumpulan Data ……….31
6. Teknik Analisis Data ………..32
I. Sistematika Pembahasan ………..34
BAB II : KAJIAN TEORITIS A.Kajian Pustaka 1. Analisis Framing ... 36
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas . .47
B.Kajian Teori
1. Analisis Framing Konsep Robert N. Entman ... 53
BAB III : PENYAJIAN DATA A. Profil Data ………..55
1. Gambaran Umum Majalah Mata Madura ...56
a. Sejarah Singkat Mata Madura ………...56
b. Susunan Redaksi ………...56
B. Deskripsi Hasil Penelitian ………58
1. Ideologi Hukum ………58
2. Pola Penulis Teks yang Tidak Menggunakan Kekuasaan..60
3. Struktur Sintaksis Majalah Mata Madura ……….61
4. Struktur Retoris ……….62
5. Struktur Tematik ………...65
6. Analisis Framing Tentang Kasus Kekerasan Terhadap Aktivis dan Jurnalis………68
BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Data ……...………72
1. Tabel 4.1 Seleksi Isu dan Penekanan Aspek-aspek Tertentu Dari Realitas ……….………….84
2. Tabel 4.2 Kerangka Berfikir Robert N. Entman Terhadap Peristiwa Yang Diwacanakan Dalam Model Framing ………..90
B. Konfirmasi Dengan Teori 1. Konstruksi Realitas Media Massa ………...78
2. Isi Media Sebagai Alat Konstruksi Realitas ………82
3. Bahasa dan Konstruksi Realitas ………...85
BAB V : KESIMPULAN ... 93
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berita merupakan sarana penyampaian pesan tentang segala peristiwa
aktual yang menarik perhatian orang banyak. Peristiwa yang melibatkan fakta
dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadi pun aktual dalam arti
“baru saja” atau hangat dibicarakan orang banyak. Adapun cara melporkan
atau memberitakan sesuatu, supaya menarik perhatian orang banyak, dan
orang lazim melakukan dengan cara “to the point” atau “diplomatis”.
Demikian juga dalam hal membuat dan menyajikan berita sesuai kaidah
jurnalistik.1
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan
subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan
dinilai apa adanya. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami
betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan,
yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang
seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka
dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan
diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita.
Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri.
Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis, menulis berita
2
sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional.
Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan
ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang
seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka
dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan Oleh karena itu
wajar apabila, suatu peristiwa yang sama akan disajikan berbeda oleh media.
Sebagaimana difahami, sejak awal perkembangannya surat kabar telah
menjadi bagian dari sebuah konstalasi politik. Baik ditingkat lokal, nasional
bahkan International.
Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian.
Karena surat kabar tidak berdiri sendiri, dibalik itu ia dikelilingi dengan
berbagai kepentingan yang mewarnainya. Lebih dari itu, penyampaian sebuah
berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis.2 Oleh karena itu, diperlukan
sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar
belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan
dampak positif terhadap pembaca itu sendiri.
Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis, menulis
berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang
reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers
dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang
tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan
3
oleh media seolah-olah merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat dilihat
dari budaya korupsi yang telah menjadi hal yang biasa bagi semua kalangan,
mulai dari bawah hingga kaum elite. Namun bagaimana jika pelaku media
mendapat penghalangan ketika melakukan tuas peliputan. Hal inilah yang
terjadi di kabupaten Bangkalan. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita
ternyata menyimpan subjektivitas penulis.
Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa
adanya. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul
gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu
dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis atau latar belakang
seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka
dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu,
diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan
diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan
memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih
memahami mengapakah seorang penulis, menulis berita sehingga seminimal
mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan
fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya,
masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Disinilah realitas sosial dimaknai dan dikontruksi dengan makna
tertentu. yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar
belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide
mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh
4
oleh media. Sebagaimana difahami, sejak awal perkembangannya surat kabar
telah menjadi bagian dari sebuah konstalasi politik. Baik ditingkat lokal,
nasional bahkan International. Secara khusus, surat kabar pun memiliki
persepsi diri demikian. Karena surat kabar tidak berdiri sendiri, dibalik itu ia
dikelilingi dengan berbagai kepentingan yang mewarnainya. Lebih dari itu,
penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga
akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini
akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan
lebih memahami mengapakah seorang penulis, menulis berita sehingga
seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca
tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi.
Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers.
Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan
subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan
dinilai apa adanya. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami
betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan,
yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang
seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka
dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan.
Teror kekerasan terhadap aktivis LSM dan wartawan di Kabupaten
Bangkalan seperti episode. Rentetan kekerasan bersambung dari satu orang ke
orang lain, sejak tahun 2010 hingga 2016, belum tertangani serius. Mulai
5
penganiayaan hingga penembakan, menjadi saksi nyata bahwa kehidupan
demokrasi dan penegakan hukum di Bangkalan masih sebatas wacana alias
papan nama di kabupaten Bangkalan.
Para aktivis LSM yang berseberangan dengan penguasa Bangkalan
bisa dipastikan mendapat teror. Entah melalui SMS, senjata tajam maupun
bom molotov. Terakhir menggunakan senjata api. Dalam kurun waktu 2010
hingga 2016, ada sepuluh peristiwa kekerasan yang menimpa LSM dan
wartawan di Bangkalan. Kesemuanya belum ada yang tertangani hingga ke
meja hijau. Hanya kasus pengrusakan kantor pusat Radar Madura berhasil
disidangkan. Dan pelaku pembacokan Musleh, aktivis Madura Corruption
Watch (MCW) si pelaku menyerahkan diri. Anehnya lagi, semua rentetan
kasus kekerasan dan intimidasi tersebut sampai saat ini tidak tertangani oleh
pihak kepolisian. Semua kasus yang terjadi hanya sampai pada meja
penyelidikan Polres Bangkalan. Hal ini tentu memancing berbagai reakasi
negatif dari kalangan aktivis atau masyarakat awam. Indikasi permainan
kasus pun tercium oleh beberapa aktivis.
Terakhir Kekerasan terhadap Ghinan Salman (24), wartawan Radar
Madura Biro Bangkalan saat mengambil foto aktivitas pegawai DPU Bina
Marga, Bangkalan, saat jam dinas, pada hari Selasa (20/9/2016), pukul 09.00,
menjadi trending topik di medsos.
Oleh karena itu wajar jika pemberitaan kasus kekerasan terhadap
aktivis dan jurnalis menjadi hal yang menarik untuk diangkat oleh media lokal
setempat. Ketertatikan para awak media tidak terletak dari nilai berita semata,
6
pewarta berita. Maka tak heran jka kasus kekerasan terhadap aktivis
lebih-lebih terhadap jurnalis dapat memicu pemberitaan dalam skala global dan
menjadi trending topic disetiap media untuk diangkat dalam media harian
cetak atau online hingga media yang bersifat minguan dan investigative.
Berbagai aksi dan Tuntutan jurnalis dan aktivis LSM Bangkalan juga
minta jawaban Kapolres Anis mengenai sejumlah kekerasan yang menimpa
wartwan dan aktivis LSM Bangkalan yang tidak jelas hasil penangannanya
hingga saat ini. Mereka menilai, Polres Bangkalan tidak serius menyeret para
pelaku kekerasan di bumi Bangkalan. Maka dari itu penulis tertarik untuk
meneliti pemberitaan tentang kasus kekerasan terhadap jurnalis dan aktivis di
Majalah Mata Madura edisi 7, 3-16 Oktober 2016 dengan analisis framing
Robert N. Etman
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan
permasalahan yang harus diangkat adalah:
1. Bagaimana struktur sintaksis Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016?
2. Bagaimana struktur skrip Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
7
3. Bagaimana struktur tematik Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016?
4. Bagaimana struktur retoris majalah Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui stuktur sintaksis majalah Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada
edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016.
2. Untuk mengetahui stuktur skrip majalah Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada
edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016.
3. Untuk mengetahui stuktur tematik majalah Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada
edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016.
4. Untuk mengetahui stuktur retoris majalah Majalah Mata Madura dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada
edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil dari penelitian ini ditinjau dari segi teoritis dan praktis,
8
1. Secara teoritis
a. Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi ilmu
komunikasi, sehingga penelitian ini bisa bermanfaat untuk
penelitian selanjutnya
b. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui teori yang
berkaitan dengan ilmu komunikasi secara umum maupun
khusus serta untuk mengembangkan ilmu komunikasi
khususnya mengenai bagaimana analisis framing pemberitaan
Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus
kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal
3-16 Oktober 2016.
2. Secara praktis
a. Untuk peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengalaman,
pengetahuan dan pemahaman tentang analisis framing
pemberitaan Majalah Mata Madura dalam membingkai berita
kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7,
tanggal 3-16 Oktober 2016
b. Untuk UIN SunanAmpel Surabaya
Untuk Universitas khususnya program studi ilmu
komunikasi, penelitian ini mampu memberikan manfaat yang
mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan
disiplin ilmu.
9
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan
wawasan tentang konstruksi berita di media massa, terutama
dalam majalah Mata Madura.
E. Penelitian Terdahulu
No. Judul Penelitian Peneliti Metode
11
F. Definisi Konsep Penelitian
1. Berita
Menurut Adinegoro berita adalah pernyataan antar manusia
yang bertujuan untuk memberitahukan yang disiarkan melalui pers.
Menurut Mochtar Lubis seorang wartawan, berita adalah apa saja yang
ingin diketahui oleh pembaca, apa saja yang terjadi dan menarik
perhatian orang, apa saja yang menjadi buah percakapan orang,
semakin menjadi buah tutur orang banyak, semakin besar nilai
beritanya, asalkan tidak melanggar ketertiban perasaan dan undang –
undang penghinaan. Kemudian William Maulsby berita adalah
penuturan secara benar dan tidak memihak, dan fakta – fakta yang
mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian
masyarakat yang menyiarkan berita.
a) Jenis Berita
Ada sejumlah jenis berita yang dikenal di dunia
jurnalistik, yang paling popular dan menjadi menu utama
surat kabar adalah:
1) Berita Langsung
Berita langsung (straight news) adalah
laporan peristiwa yang ditulis secara singkat, padat,
lugas, dan apa adanya. Ditulis dengan gaya
memaparkan peristiwa dalam keadaan apa adanya,
tanpa ditambah dengan penjelasan, apalagi
12
jenis: berita keras atau hangat (hard news) dan
berita lembut atau ringan (soft news).
2) Berita Opini
Berita opini (opinion news) yaitu berita
mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan
seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan,
sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu peristiwa.
3) Berita Interpretatif
Berita interpretaif (interpretative news)
adalah berita yang dikembangkan dengan komentar
atau penilaian wartawan atau nara sumber yang
kompeten atas berita yang muncul sebelumnya
sehingga merupakan gabungan antara fakta dan
interpretasi. Berawal dari informasi yang dirasakan
kurang jelas atau tidak lengkap arti dan maksudnya.
4) Berita Mendalam
Berita mendalam (depth news) adalah berita
yang merupakan pengembangan dari berita yang
sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada
di bawah suatu permukaan. Bermula dari sebuah
berita yang masih belum selesai pengungkapannya
dan bisa dilanjutkan kembali (follow up system).
Pendalaman dilakukan dengan mencari informasi
13
5) Berita Penjelasan
Berita penjelasan (explanatory news) adalah
berita yang sifatnya menjelaskan dengan
menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap,
penuh data. Fakta diperoleh dijelaskan secara rinci
dengan beberapa argumentasi atau pendapat
penulisnya. Berita jenis ini biasanya panjang lebar
sehingga harus disajikan secara bersambung dan
berseri.
6) Berita Penyelidikan
Berita penyelidikan (investigative news)
dalah berita yang diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari
berbagai sumber. Disebut pula penggalian karena
wartawan menggali informasi dari berbagai pihak,
bahkan melakukan penyelidikan langsung ke
lapangan, bermula dari data mentah atau berita
singkat. Umumnya berita investigasi disajikan
dalam format tulisan feature. (Romly, 2003 : 40-46).
b) Objek Berita
Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh
seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah fakta. Dan
fakta dalam jurnalistik dikenal dalam berbagai kriteria,
14
1) Peristiwa, adalah suatu kejadian yang baru terjadi,
artinya kejadian itu hanya sekali terjadi.
2) Kasus, adalah merupakan kejadian yang tidak
selesai setelah peristiwa terjadi. Maksudnya
kejadian tersebut meninggalkan kejadian
selanjutnya, peristiwa melahirkan peristiwa
berikutnya. Maka kejadian demi kejadian tersebut
disebut dengan kasus.
3) Fenomena, adalah merupakan suatu kasus yang
ternyata tidak terjadi hanya pada batas territorial
tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah,
terjadi dimana-mana.
c) Unsur Berita
Diketahui bahwa berita merupakan hasil rekonstruksi
dari fakta (peristiwa) oleh wartawan, maka diperlukan
perangkat untuk merekonstruksi peristiwa tersebut.
Berangkat dari pemikiran bahwa pada umumnya manusia
membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya dalam enam
hal. Maka dari itu materi digali melalui enam pokok unsur
tersebut : meliputi apa (what), siapa (who), dimana (where),
kapan (when), mengapa (why), bagaimana (how).
15
2. Koran dan majalah
Koran lebih bersifat Straight News atau yang sering disebut
berita langsung merupakan bentuk penulisan berita yang paling
sederhana, hanya dengan menyajikan unsur 4W (who, what, when,
where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun
bukan berarti straight news menafikkan unsur (why dan how). Karena
itu bentuk penyajian itupun juga diatur sedemikan rupa, sehingga
khalayak pembaca bisa mengetahui pesan pertama yang terkandung
dalam berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan
straight news sering dipakai media-media massa yang punya massa
edar harian. Selanjutnya untuk media-media massa yang terbit berkala
banyak memakai pola penulisan feature, depth news (indepht
-reporting, maupun investigative-reporting).
Permasalahannya sekarang fakta yang bagaimana yang
biasanya ditulis dengan bentuk straight news. Tidak semua fakta bisa
ditulis dengan bentuk straight news. Karena straight news sangat
terikat dengan unsur kebaruan (aktualitas). Maka suatu fakta itu ditulis
dengan bentuk straight news:
1) Informasi/berita tentang peristiwa dan buku fenomena
ataupun khasus. Akhirnya kejadian yang hanya sekali itu
saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara berlanjutan.
Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian
16
2) Informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui
khalayak.
3) Baru (aktual). Majalah tulisan ini lazim disebut laporan
mendalam, digunakan menuliskan permasalahan (yang
penting dan menarik secara lebih lengkap, bersifat
mendalam dan analisis, dimensinya lebih luas, yang
dijadikan berita biasanya suatu khasus, maupun fenomena.
Laporan ini ditulis berdasarkan terencana, dan
membutuhkan waktu panjang karena merupakan hasil
liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang matang,
sehingga dalam penulisan indepth-reporting ini
membutuhkan outline sebagai kerangka acuan dalam
penggalian data sampai analsia data. Dalam depth news
maka penulisan berita penekanannya pada unsur How
(bagaimana) dan why (mengapa). Mencari dan memaparkan
jawaban how dan why secara lebih rinci dan banyak
dimensi.
3. Tindakan Kekerasaran
Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang
berarti keganasan, kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya,
dan perkosaan. Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang
dapat merugikan orang lain. Misalnya, pembunuhan,
17
tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar. Pada dasarnya
kekerasan diartikan sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak
sengaja (verbal maupun nonverbal) yang ditujukan untuk mencederai
atau merusak orang lain, baik berupa serangan fisik, mental, sosial,
maupun ekonomi yang melanggar hak asasi manusia, bertentangan
dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat sehingga berdampak
trauma psikologis bagi korban3.
Sementara itu WHO mendefinisikan kekerasan sebagai
penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan
terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau
masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis,
kelainan perkembangan atau perampasan hak
4. Aktivis dan Jurnalis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata aktivis
berarti Orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh,
petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong
pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya atau
Seseorang yang menggerakkan (demonstrasi dsb).
Sementara Jurnalis berarti, individu yang mengabdi pada pers.
Pers sendiri berarti adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi
massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari,
18
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar,
serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan
menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran
yang tersedia.4
Sementara itu H. Rosihan Anwar selaku wartawan atau awak
media senior memiliki klasifikasi tersendiri bagi pelaku profesi
jurnalistik, yaitu The Common Garden Journalist atau wartawan
tukang kebun. Wartawan golongan ini mahir dalam menggunakan
keahlian teknik kerja atau pratisi. Wartawan golongan kedua
disebutThe Thingker Journalist atau wartawan pemikir. Wartawan
golongan ini merupakan wartawan yang berpikir bagaimana informasi
bisa dibuat secara efektif, sehingga sampai pada sasaran secara
komunikatif.
Di Indonesia peranan wartawan diakui secara luas, baik di
kalangan masyarakat maupun kalangan pemerintahan. Setiap warga
negara berhak memilih profesi wartawan, namun untuk menjadi
wartawan profesional diperlukan persyaratan yang tidak mudah. Untuk
itu, di Indonesia banyak wartawan yang dibesarkan dalam praktek.
Namun yang akhirnya menjadi wartawan sejati yaitu mereka yang
benar-benar memiliki bakat dan mencintai profesi wartawan.
19
G. Kerangka Pikir
1. Kerangka Pemikiran
Konstruksi Realitas Media Massa Istilah konstruksi sosial atas
realitas sosial menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L.
Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul “The
Social Construction of Reality : A Treatise in the Sociological of
Knowledge ”(1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan
dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus
suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.
(Bungin 2008:13)
Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai
pencipta realitas sosial yang bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas
sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalamnya
maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna,
manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif
oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif.
Individu mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam
dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas
individu lain dalam institusi sosialnya.
Paradigma konstruktivis menjelaskan bahwa realitas
merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Akhirnya,
dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil
20
dunia sosial disekelilingnya. Bungin dalam bukunya “Konstruksi
Sosial Media Massa” yangmengutip dari Berger dan Luckman
menjelaskan bahwa : “Konstruksi sosial adalah sebuah proses
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi yang terjadi antara
individu di dalam masyarakat.
Ketiga proses tersebut terjadi secara simultan membentuk
dialektika, serta menghasilkan realitas sosial berupa pengetahuan
umum, konsep, kesadaran umum, dan wacana publik.
Konstruksi sosial dibangun oleh individu dan masyarakat secara
dialektika. Dan yang dimaksud konstruksi sosial itu adalah realitas
sosial yang berupa realitas obyektif, subyektif, maupun simbolis ”.
(2008:212). Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi
secara simultan melalui tiga proses sosial yaitu eksternalisasi,
objektivitas, dan internalisasi.
Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu
lainnya dalam masyarakat. Eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan
dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Objektivitas, yaitu
interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang
dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Dan
internalisasi yaitu proses dimana individu mengidentifikasi dirinya
dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu
menjadi anggotanya. (Bungin, 2008:15)
Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas
21
bahasa dalam kehidupan sehari- hari pada sebuah komunitas primer
dan semi sekunder.
Substansi “teori konstruksi sosial media massa” adalah pada
sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial
berlangsung dengan cepat dan sebenarnya merata. Realitas
terkonstruksi itu juga membentuk opini. (Bungin, 2008:193) Atas
dasar pemikiran semacam itulah kaum konstruksionis memiliki
pandangan tersendiri dalam melihat wartawan, media dan berita.
Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya,
di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas
yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. (Bungin,2008:13)
2.
Model Alur Kerangka PemikiranDalam penelitian ini penulis mengambarkan kerangka pemikiran
penelitian yang akan peneliti teliti dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini :
Gambar 1.1 Model Alur Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti,2013
Kontruksi realitas media massa
Kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
22
Dari gambar skema kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan
kerangka pemikiran penelitian yang akan peneliti lakukan dalam
penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai gambar diatas adalah
sebagai berikut :
1. Konstruksi realitas berita sebagai teori atau kerangka
pemikiran teoritis dasar pada analisis framing dalam penelitian
ini.
2. Peristiwa kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis.
Merupakan sebagai bahan informasi dalam sebuah
pemberitaan yang akan ditulis oleh para wartawan.
3. Wartawan/ Redaktur, yang berperan dalam pembuatan dan
penyeleksian semua kebijakan keputusan berita kasus
kekerasan tehadap aktvis dan jurnalis melalui proses Tehnik framming Robert Etman
Pendefnisian masalah (define
Penyebab masalah (diagnose cause)
Penilaian l h
Penyelesaian masalah
Beritakasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
23
konstruksi dari penonjolan berita, dimana pada proses ini
penelitian untuk mengetahui kebijakan media majalah mata
madura kekerasan terhadap berita aktivis dan jurnalis melalui
analisis teknik framing dari Robert Entman, dengan membagi
empat elemen identifikasi masalah sebagai berikut :
a. Pendefinisian masalah (define problem)
b. Penyebab masalah (diagnose causes)
c. Penilaian masalah (make moral judgement)
d. Penyelesaian masalah (teratment recommendation)
4. Berita sebagai hasil pekerjaaan yang telah dilakukan oleh
wartawan dan redaktur. Pada proses tahapan ini yang menjadi
pusat perhatian penting dalam penelitian, disini hasil berita
dari yang telah dibuat oleh wartawan.
5. Pembaca sebagai proses akhir dari penyampaian informasi
tentang kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis.
Dalarm memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan
masyarakat, peran media sangat penting untuk menyajikan informasi
apapun. Maka penting tidak pentingnya suatu informasi berita,
tergantung pada penekanan media massa dalam memberitakan
peristiwa informasi yang akan disampaikanya. Institusi media massa
akan berlaku selektivitas dalam menyajikan sebuah berita, dengan
24
khalayak, dan setiap media mempunyai pandangan yang berbeda pada
dalam setiap menyajikan realitas berita.
Berdasarkan bahan penelitian yang dilakukan peneliti, maka
berdasarkan pendekatan atau paradigma Peter L. Berger bahwa realitas
itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan
oleh Tuhan, akan tetapi sebaliknya ia di bentuk dan dikons truksikan.
Dengan pemahaman ini realitas tidak semata-mata hanya terjadi begitu
saja melainkan ada tujuan dan maksud lain dari penyampaian sebuah
realitas yang terjadi. Setiap orang mempunyai konstruksi yang
berbeda-beda pada suatu realitas, berdasarkan pengetahuan,
pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial akan
menafsirkan realitas konstruksi yang di bangunnya.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis framing. Analisis framing menaruh perhatian pada
pembingkaian serta pembongkaran ideologi dari sebuah informasi
sebagai objek kajian. Analisis framing adalah suatu cara yang
digunakan untuk mengetahui tentang cara-cara atau ideologi media
dalam pengonstruksian suatu fakta serta mencermati strategi seleksi,
peninjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna,
25
intepretasi khalayak sesuai perspektifnya. Analisa framing merupakan
alternative dari analisis kualitatif yang dipakai.Anaisis wacana ini
lebih menekankan dan melihat ”bagaimana”(How) dari pesan atau teks
media tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Pendekatan yang
diambil peneliti dalam mengkaji obyek (majalah Mata Madura) adalah
pendekatn krits. Pendekatan kritis pada umumnya selalu melihat dalam
konteks yang luas, tidak hanya pada sebuah level saja namun juga
mengeksplorasi level lain yang ikut berperan dalam sebuah peristiwa.
Dalam kajian media misalnya, pendekatan ini tidak hanya melihat
bagaimana proses kerja wartawan ke lapangan dan membuat berita
untuk diterbitkan. Namun juga melihat bagaimana konteks atau
suasana sosial, politik, budaya hingga ekonomi saat berita itu dibuat.5
Untuk dapat mengetahui dan memahami makna yang tersembunyi
dalam suatu teks media yang diteliti penulis,maka peneliti framing
tidak hanya dikhususkan, penulis juga memperhatikan konsep framing
dan kognisi sosialnya. Peneliti menggunakan analisis framing ini.
Terutama dalam menganalisis teks media. Menurut Gamson dan
Modigliani, frame sendiri adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide
yang teroganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna
peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.6
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah penelitian dimana peneliti tidak menggunakan angka
5
Rahmat, Jalaludin.2001.Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosda Karya). Hal.
56-60
26
atau rumus statistik dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan
penafsiran terhadap hasilnya.
Konsep dasar penelitian kualitatif sebagai berikut :
“Seorang peneliti mengadakan penelitian kualitatif biasanya
berorientasi pada orientasi teoritis. Pada pengertian kualitatif, teori ini
dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan
dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data diuji kembali
secara empiris “. Bogdan dan Taylor (1975),mendefinisikan “metode
kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.7
Lebih lanjut ,Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan bahwa
penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan
sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada
manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya.8
Sejalan dengan definisi tersebut, Jane Richie mendefinisikan
penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan
perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan
persoalan tentang manusia yang diteliti.9
Penelitian ini didasarkan pada berita pada Majalah Mata Madura
pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. Penggunaan analisis
7Dr. Lexy J. Moleong. 2004.Metode Penelitian Kualitatif.(Bandung:Remaja Rosdakarya). Hal. 3-6
27
framing ini adalah berusaha bagaimana membongkar susunan sintaksis
dan tematik di balik penulisan kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis.
Dalam penelitian kualitatif, data utama diperoleh dari peneliti
sendiri yang secara langsung turun di lapangan untuk memperoleh data
dari objek penelitian. Penelitian ini dilakukan secara intensif tiap
minggu dengan menganalisis Majalah Mata Madura pada edisi ke-7,
tanggal 3-16 Oktober 2016.
2. Unit Analisis
Analisis dalam penelitian ini menggunkan analisis framing
Robert N. Entman. Framing menurut Entman dapat dilihat dalam dua
dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek
tertentu dari realitas atau isu.10
Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang
kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan.
Aspek tertentu yang ditonjolkan dalam model framing ini seperti
penempatan-penempatan yang mencolok (di headline depan atau
belakang), pengulangan, pemakaian grafis, pemakaian label tertentu
untuk menggambarkan orang atau peristiwa, asosiasi terhadap symbol
budaya, generalisasi, simplikasi, dan sebagainya.
3. Jenis dan Sumber Data
Populasi dalam penelitian ini adalah berita di Majalah mata madura
dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan
28
jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. Untuk menjaga
kurangnya data, maka penentuan sampel dilakukan dengan
menggunakan total sampling. Hal ini dimaksudkan untuk mentabulasi
tulisan features secara keseluruhan agar tidak ada tulisan fetures yang
lepas.
Penentuan media ditetapkan peneliti karena media mata madura ini
merupakan media yang tergolong besar dan menguasai pasar madura,
juga karena merupakan salah satu majalah yang terbit dalam kurun
waktu satu bulan dua kali dan satu satunya majalah di Madura.
4. Tahapan Penelitian
1) Menentukan tema
Penentuan tema penelitian dengan pengkajian dan
pematangan tema yang sudah terukur.
2) Membuat batasan dan tujuan
Mempersempit penelitian dengan membuat batasan –
batasan serta tujuan dalam proses penelitian agar menghasilkan
penelitian yang spesifik dan akurat
3) Menentukan model analisis
Penentuan model analisis yang digunakan dalam
melakukan penelitian agar memiliki kesesuaian dengan tujuan
penelitian, sehingga menghasilkan penelitian yang akurat
29
Pengumpulan data yang akan diteliti, dengan berbagai
macam jenis cara, dokumentasi, pengamatan, dan study literacy.
5) Mengklasifikasikan data
Agar data yang sudah ada lebih spesifik dan semakin
mudah untuk diteliti, maka perlu adanya sebuah pengklasifikasian
data,
6) Menganalisa data
Data yang sudah terkumpul di analisis dengan
menggunakan teori dan model analisis yang sudah ditentukan.
7) Konfirmasi hasil dengan teori
Menyelaraskan berbagai macam temuan dengan berbagai
macam jenis teori.
8) Membuat kesimpulan. Menarik sebuah kesimpulan dari hasil
penelitian
Kegiatan penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang sangat
menjunjung tinggi validitas, realibilitas dan objektivitas serta konsistensi yang
tinggi bagi peneliti. Demikian juga dalam hal teknik pengumpulan data, harus
disesuaikan dengan persoalan, paradigma, teori dan metodologi.
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan
langkah-langkah yang bertahap yakni: editing, analisa dan interpretasi.
a. Mencari tema
Mencari Tema Dalam tahap ini, penulis mulai mengamati
berita-berita yang dimuat pada berbagai media cetak. Disini
30
diberikan oleh media dapat dianalisa dengan menggunakan salah
satu pendekatan analisa teks media. Karena realitas yang diberikan
adalah hasil konstriki media melalui proses yang sangat kompleks,
yaitu dengan menyortir, memilah, menentukan peristiwa dan
menentukan tema-tema tertentu dalam kategori tertentu. Meskipun
demikian, peneliti hanya mengambil salah satu dari sekian banyak
realitas yang diberikan oleh media, dalam hal ini kasus kekerasan
terhadap jurnalis dan aktivis di kabupaten Bangkalan,
b. Menentukan Tema
Dalam tahap ini peneliti sudah menemukan tema, yaitu
tentang “Analisis Framing Kasus kekerasan terhadap aktivis dan
jurnalis ” pada majalah Mata Madura edisi ke-7, tanggal 3-16
Oktober 2016. Hal ini dikarenakan peneliti melihat bahwa masalah
Kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis merupakan masalah
yang patut diteliti. Bagaimana bisa orang-orang yang jelas-jelas
bersalah mendapatkan hukuman yang tidak sepadan dengan apa
yang dibuat. Dan dari penanganan kasus tersebut oleh pihak
kepolisian
c. Pengumpulan Tema
Setelah menemukan Tema maka peneliti mulai mencari dan
mengumpulkan data. Adapun data ynag perlu dimiliki adalah data
primer, yaitu majalah mata Madura. Sedangkan data skunder yang
31
yang terkait dengan pokok permasalahan yang dibahas untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data.
d. Klasifikasi data Setelah data ditemukan,
Peneliti melakukan klasifikasi data yang berkaitan dengan
penelitian e. Pengelolahan dan penyajian data Tahap ini dilakukan
dengan cara pengelolahan data dengan mengklasifikasikan dalam
bentuk uraian. Dan dianalisis berdasarkan analisa perangkat
framing model Robert Entman. Klasifikasi tersebut melihat bahwa
pemberitaan majalah maa Madura di klasifikasikan dengan
menetukan mana tulisan yang bersifat kasuistik
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini
tentunya berpatokan pada kebutuhan analisa. Adapun metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1) Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk
menelusuri data historis. Dengan demikian, pada penelitian ini
maka dokumentasi memegang peranan yang sangat penting,
peneliti melakukan pengambilan data dari tulisan membingkai
berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi
ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016.
32
Dengan melakukan pengamatan secara langsung dari
berbagai tulisan di majalah mata Madura setiap terbitanya
3) Studi Kepustakaan
Mengumpulkan informasi atau data mengenai berbagai
macam berita di mata Madura melalui sember yang berada
diperpustakaan maupun di dunia maya seperti, buku-buku,
artikel dan bahan kepustakaan lainnya sebagai literature dalam
pembahasan.
6. Teknik Analisis Data
Robert N. Entmant menyebutkan dalam framing, cara pandang
terbentuk dalam kemasan (package) yang mengandung konstruksi
makna atas peristiwa yang akan diberitakan.11 Kemasan itu semacam
skema dan struktur pemahaman yang digunakan individu untuk
mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk
menafsirkan makna pesan yang ia terima, cara pandang atau gugusan
ide-ide yang terorganisir sedimikian rupa, dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu
wacana.12
Dalam dunia jurnalistik, keberadaan wartawan sebagai si peliput
dan sekaligus penulis berita tidak dapat dinomorduakan. Media cetak,
khususnya surat kabar atau koran, menjadi salah satu ruang tempat
dituliskannya hasil liputan mereka terhadap peristiwa-peristiwa yang
11Alex Sobur. 2001.Analisis Teks Media.PT Remaja (Rosdakarya.Bandung)
33
terjadi di negara ini. Eriyanto (2006:36) memaparkan dua pandangan
mengenai media itu sendiri. Pertama, media dapat dilihat sebagai
saluran yang bebas dan netral, tempat semua pihak dan kepentingan
dapat menyampaikan posisi dan pandangannya secara bebas. Kedua,
media dapat dilihat sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas,
lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya.
Idealnya, seorang wartawan selayaknya lebih mengedepankan
fakta dan menghindari penilaian subjektif dalam menyajikan berita
yang diliputnya. Namun, hal ini sukar dilakukan karena wartawan pun
merupakan bagian dari kelompok atau kelas tertentu dalam
masyarakat.
Dengan demikian, pada dasarnya setiap wartawan memiliki
nilai-nilai tertentu yang menjadi prinsip dalam proses peliputan dan
penulisan berita yang dilakukannya. Walaupun wartawan terikat
dengan kode etik dan aturan yang telah ditetapkan oleh media
tempatnya bekerja, setiap wartawan tetap memiliki gaya penulisan
(style) yang khas, yang mana media itu sendiri tidak bebas nilai sarat
dengan ideology yang dianut serta kepentingan-kepentingan yang
disampaikan oleh pemilik modal.
Ideologi sendiri diusung oleh sebuah media massa sebagai bukti
eksistensinya. Pengaruh ideologi ini sangat jelas dalam pemberitaan,
karena peristiwa atau kejadian yang ada dipotret atau ditulis
berdasarkan ideologi yang dianut oleh media massa itu. Adanya
34
dipilih dengan yang lebih dekat dengan ideologi tersebut. Muncul
adanya saringan ideologi yang menjadikan berita yang muncul di
koran, majalah atau tampil di TV dan radio telah dipotong. Ini
makanya, ketika berita itu sampai kepada masyarakat, akan mewujud
dalam bentuk yang berbeda-beda. Inilah yang penulis sebut sebagai
rekonstruksi realitas. Maka permasalahan yang terjadi, dimana pada
satu tempat akan terjadi sudut pandang yang berbeda dalam proses
penerbitan berita walaupun dari sumber berita, fakta dan data didapat
dari sumber yang sama.
I. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam enam
bab, yang terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian,
penyajian data, analisis data, penutup. Yang selanjutnya akan peneliti
uraikan sebagai berikut.
BAB I : Pendahuluan. Pada bab ini peneliti menulis beberapa hal
yang berkaitan dengan perencanaan yang akan dilakukan
sebelum dilakukan nya penelitian, yaitu dengan membuat
proposal penelitian. Dan pada bab ini, meliputi penjelasan
tentang a) latar belakang b) rumusan masalah c) tujuan
penelitian d) manfaat hasil penelitian e) definisi konsep dan
35
BAB II : Kajian teoritis. Pada kajian teoritis ini peneliti menyajikan
2 item yang menyangkut pembahasan. Item yang pertama
ada kajian pustakadan item kedua yaitu kajian teoristik.
BAB III : Penyajian data, yang membagi pembahasan menjadi 2
item, yaitu: pertama deskripsi subyek, obyek dan wilayah
penelitian. Dan kedua, mendeskripsikan data penelitian
BAB IV : Analisis data, yang meliputi temuan penelitian dan
konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V : Penutup. Pada bab ini merupakan bab akhir dari penelitian
yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang dapat
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Pustaka
1. Analisis Framing
a. Pengertian Framing
Konsep framing telah digunakan secara luas dalam literature
ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penseleksian dan
penyorotan aspek-aspek khusus sebuah berita oleh media. Dalam
ranah studi komunikasi, analisis framing mewakili tradisi yang
mengedepankan pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk
menganalisis fenomena atau aktivitas komunikasi. Analisis framing
digunakan unutk membedah cara-cara atau ideologimedia saat
mengkonstruksikan fakta. Analisis ini mencermati strategi seleksi,
penonjolan, dan tautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna,
lebih menarik, lebih berarti atau lebih diingat, untuk mengiring
interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.1
Ada bebrapa definisi framing dalam Eriyanto. Definisi tersebut
dapat diringkas dan yang disampaikan oleh beberapa ahli. Meskipun
berbeda dalam penekanannya dan pengertian. Masih ada titik
singgung utama dari definisi tersebut, yaitu antara lain:
1) Menurut Robert Entman. Proses seleksi di berbagai aspek
realitas sehingga aspek tertentu dari peristiwa itu lebih
1 Alex Sobur. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
37
menonjol dibandingkan aspek lainnya. Ia juga menyatakan
informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga
tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi
lainnya.
2) Menurut Todd Gitlin. Strategi bagaimana realitas atau
dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak. Peristiwa-peristiwa
ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan
menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan
seleksi, pengulangan, penekanan dan presentasi aspek
tertentu dari realitas.
3) Menurut David Snow dan Robert Benford
Pemberian makna untuk ditafsirkan peristiwa dari
kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan system
kepercayaan dan mewujudka dalam kata kunci tertentu,
seperti anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi dalam
kalimat tertentu.
4) Menurut Zhongdang dan Pan Konsicki. Sebagai konstruksi
dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan
dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa
dihubungkan denga rutinitas dan konvensi pembentukan
berita.2
38
Proses pembentukan dan konstruksi realita tersebut hasil
akhirnya ada bagian tertentu yang ditonjolkan dan ada
bagian-bagian lain yang disamarkan atau bahkan dihilangkan. Aspek yang
tidak ditonjolkan kemudian akan terlupakan oleh khalayak karena
khalayak digiring pada suatu realitas yang ditonjolkan oleh media
tersebut. Framing adalah sebuah cara bagaimana peristiwa disajikan
oleh media. Ditambah pula dengan berbagai kepentingan, maka
konstruksi realitas poltik sangat ditentukan oleh siapa yang memiliki
kepentingan dengan berita tersebut.3
Disini media memberikan ruang kepada salah satu realita untuk
terus ditonjolkan. Dan ini merupakan sesuatu realita yang
direncanakan oleh suatu media untuk ditampilkan. Dalam
menampilkan suatu realita ada pertimbangan terkait dengan
pihak-pihak yang mempunyai kepentingan.
Secara selektif media menyaring berita, artikel, atau tulisan yang
akan disiarkannya. Seperti menyunting bahkan wartawan sendiri
memilih mana berita yang disajikan dan mana yang disembunyikan.
Dengan demikian media mempunyai kemampuan untuk menstruktur
dunia dengan memilah berita tertentu dan mengabaikan yang lain.
Media membentuk citra seperti apa yang disajikan oleh media dengan
cara menyediakan ruang atau waktu untuk sebuah realitas dengan
ruang dan waktu secara tertentu.
Ada dua aspek dalam framing, yaitu:
39
1) Memiliki fakta atau realitas
Proses pemilihan fakta adalah berdasarkan asumsi
dari wartawan akan memilih bagian mana dari realitas yang
akan diberitakan dan bagian mana yang akan dibuang.
Setelah itu wartawan akan memilih angle dan fakta tertentu
untuk menentuka aspek tertentu akan menghasilkan berita
yang berbeda dengan media yang menekankan aspek yang
lain.
2) Menuliskan fakta
Proses ini berhubungan dengan penyajian fakta
yang akan dipilih kepada khalayak. Cara penyajian itu
meliputi pemilihan kata, kalimat, preposisi, gambar dan
foto pendukung yang akan ditampilkan. Tahap menuliskan
fakta itu berhubungan dengan penonjolan realitas. Aspek
tertentu yang ingin ditonjolkan akan mendapatkan alokasi
dan perhatian yang lebih besar untuk diperhatikan dan
mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas.
b. Teknik Framing dan Konsep Model Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah salah satu ahli yang meletakkan
dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media, framing digunakan
untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari
realitas oleh media.
Menurut Entman dalam buku Eriyanto, framing dilihat dalam dua
40
“Seleksi isu dan penonjolan aspek. Penonjolan adalah proses
membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau
lebih diingat khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol
mempunyai kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan
mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas4.
Entman mengatakan bahwa framing adalah pendekatan untuk
mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh
wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita.
Berdasarkan konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk
kepada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam
suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir terhadap peristiwa
yang diwacanakan. Entman menggambarkan proses seleksi isu dan
penonjolan aspke-aspek dari realitas kedalam sebuah tabel, berikut adalah
tabel yang menjelaskan mengenai penyeleksian isu dan penonjolan aspek
realitas :
Tabel 2
Konsep Robert N. Entman
Define Problems (Pendefinisan masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa?
Diagnose causes
(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make moral judgement
(Membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegatimasi atau mendelegimitasi suatu tindakan?
Treatment Recommendation
(Menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh
41
untuk mengatasi masalah? untuk mengatasi masalah?
Sumber: Eriyanto. 2002. Analisis Framing : Konstruksi, ideology dan Politik Media. (Yogyakarta : LKIS) hlm. 221
Define Problems (Pendefinisan maslaah) adalah elemen pertama
yang dapat dilihat mengenai framing, elemen ini merupakan master frame
atau bingkai yang paling utama dan menekankan bagaimana peristiwa
dipahami oleh wartawan.
Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) merupakan
elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor
dari suatu peristiwa, penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa
juga siapa (who).
Make moral judgment (membuat keputusan moral) adalah elemen
framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi
pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat.
Treatment recommendation (menekankan penyelesaian), elemen
ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan apa
yang dipilih untuk menyelesaikan masalah, dan penyelesaian itu
tergantung kepada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang
dipandang sebagai penyebab masalah5.
c. Proses Framing
Dengan analisis framing juga untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
42
menyeleksi dan menulis berita. Proses pemberitaan dalam organisasi
media, akan sangat mempengaruhi suatu berita yang akan
diproduksinya. Frame yang diproses dalam organisasi media tidak
lepas dari latar belakang pendidikan wartawan sampai ideology
institusi media tersebut. Tiga proses framing dalam organisasi media
antara lain sebagai berikut:
1) Proses framing sebagai metode penyajian realitas. Dimana
kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari secara
total, melainkan dibalik secara halus. Dengan memberikan
sorotan aspek-aspek tertentu saja, dengan mengunakan
istilah-istilah yang mempunyai konotasi tertentu dan
dengan bantuan foto, karikatur dan alat-alat ilustrasi
lainnya.
2) Proses framing merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dalam proses penyuntingan yang melibatkan semua pekerja
di bagian keredaksian media cetak redaktur dengan atau
tanpa konsultasi dengan redaktur pelaksana, dalam
menentukan laporan reporter akan dimuat atau tidak, serta
menentukan judul yang akan diberikan.
3) Proses framing juga tidak hanya melibatkan para pekerja
pers, tetpai juga pihak-pihak yang bersengketa dalam
kasus-kasus tertentu, yang masing-masing berusaha
menampilkan sisi informasi yang ingin ditonjolkan, sambal
43
Dalam analisis yang akan dilakukan pertama kali adalah
melihat bagaimana media mengkonstruksi suatu realita. Peristiwa
dipahami bukan sesuatu yang taken of grated, sebaliknya wartwan dan
medialah yang secara aktif membentuk realitas. Realitas tercipta dalam
konsepsi wartawan. Berbagai hal yang terjadi, fakta, orang yang
diabstrakan menjadi peristiwa yang kemudian hadir dihadapan
khalayak. Jadi, bagaimana media membingkai peristiwa dalam
konstruksi tertentu, sehingga yang menjadi titik perhatian bukan
apakah media memberikan negatife atau positif, melainkan baaimana
bingkai yang dikembangkan oleh media.
d. Efek Framing
Framing berkaitan dengan bagaimana realitas di bingkai atau
disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa saja dibingkai dan
dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa saja
akan sangat berbeda. Realitas begitu komplek dan penuh dimensi,
ketika dimuat dalam berita bisa saja akan menjadi realitas stau
dimensi. Framing berhubungan dengan pendefinisian realitas.
Bagaimana peristiwa dipahami sumber siapa yang diwawancarai.
Peristiwa yang sama dpat menghasilkan berita dan pada akhirnya
realitas yang berbeda ketika peristiwa tersebut dibingkai dengan cara
yang berbeda.6
44
Salah stau efek framing yang paling mendasar adalah realitas
social yang kompleks, penuh dimensi dan tidak beraturan disajikan
dalam berita sebagai sesuatu yang sederhana, beraturan dan memnuhi
logika tertentu. Teori framing menunjukan bagaimana jurnalis
membuat simplikasi, prioritas dan struktur tertentu dalam peristiwa.
Karenanya framing menyediakan kunci bagaimana peristiwa dipahami
oleh media dan ditafsirkan dalam bentuk berita. Karena media melihat
peristiwa dari kacamata tertentu. Maka realitas setelah dilihat oleh
khalayak adalah realitas yang sudah terbentuk oleh bingkai media.
2. Media sebagai sumber informasi
Banyak orang pernah menganggap ada hubungan langsung antara
laporan pers dengan pembuat keputusan. Kini kita tahu hubungan antara
media dan individu pada umumnya tidak langsung. Studi Paul Lazarsfeld
tentang perilaku pemilihan pada 1940 dan 1948 menemukan bahwa
kebanyakan orang mengandalkan kenalan pribadi untuk mendapat
informasi tentang politik dan data pemerintahan. Lazarsfeld menyebutkan
sebagai proses alur dua langkah (two step flow), dimana pimpinan opini
mengandalkan media berita untuk mendapatkan informasi dan ide-ide, dan
orang lain mengandalkan pemimpin opini. Dalam kenyataan dua hal ini
tidak berjalan sendiri-sendiri. Pengaruh pemimpin opini bervariasi dari
satu isu ke isu lain dan bahkan dari hari ke hari, dan orang yang biasanya
tidak menggunakan media mungkin akan memanfaatkannya pada waktu
45
Lazersfeld, kompleksitas proses ini membuatnya mengubah istilahnya
menjadi proses aliran multilangkah (mul-tistep flow).
Ringkasnya, liputan berita dan komentar mempengaruhi politik,
tetapi biasanya pengaruh itu melalui perantara yang oleh lazarsfeld disebut
pemimpin opini. Observasi lazarsfeld menunjukkan reporter televise
bicara didepan kamera dengan pimpinan politik dan menyebut public
dalam istilah orang ketiga, yakni sebagai “mereka”, seoalh-olah mereka
tidak menonton acaranya. Yang tersirat didalam orang ketiga ini adalah,
pemahaman reporter dan tokoh politik bahwa audien mereka adalah para
pimpinan politik, bukan audien politik7.
Dalam paradigma konstruksionis fakta merupakan realita yang
dikonstruksi, fakta tidaklah berdiri sendiri melainkan dikelilingi oleh
berbagai kepentingan. Termasuk fakta/pengetahuan yang disajikan oleh
media masa merupakan hasil konstruksi para jurnalis. Pengetahuan
merupakan konstruksi dari individu yang mengetahui dan tidak dapat
ditransfer kepada individu lain yang pasif. Karena itu konstruksi harus
dilakukan sendiri olehnya terhadap pengetahuan itu, sedangkan
lingkungan adalah sarana terjadinya konstruksi.
Jika dilihat, seluruh isi media cetak elektronik baik cetak maupun
non cetak selalu menggunakan bahasa verbal (kata -kata/tulisan) ataupun
non verbal (Gambar, Photo). Bahasa merupakan instrument yang pokok
dalam menyampaikan informasi. Bahasa adalah alat yang penting dalam
berkomunikasi yakni dalam menyampaikan dan merespon informasi.
46
Pemilihan kosa kata dalam menyajikan informasi sangat mempengaruhi
dalam pembentukan realita dalam sebuah media massa tak terkecuali pers.
Jadi alat untuk mengkonstruksi sebuah realita adalah pemilihan bahasa
yang digunakan baik bahasa verbal maupun non verbal8.
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin orang akan mengabaikan
realitas yang ada, tapi pada dasarnya realitas yang terabaikan tersebut
merupakan realitas yang teratur dan terpola. Inilah yang ingin ditegaskan
oleh berger bahwa realitas sehari-hari memiliki dimensi yang objektif dan
subjektif. Dimensi objektif yang dijelaskan oleh kaum fungsional dan
dunia subjektif yang ditekankan ahli psikologi sosial. Dalam sejarah umat
manusia, objektivikasi, internalisasi, dan eksternalisasi merupakan tiga
proses yang berjalan terus.
Objektifvikasi merupakan realitas objektif yang diserap oleh orang.
Internalisasi merupakan proses sosiali realita objektif dalam suatu
masyarakat. Eksternalisasi merupakan proses dimana semua manusia yang
mengalami sosialisasi yang tidak sempurna itu secara bersama-sama
membentuk suatu relitas baru. Seperti yang dikutip Eriyanto dari Berger
realitas tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan
oleh Tuhan. Tetapi sebaliknya, ia dibentuk dan dikonstruksi. Pendekatan
konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan
dan berita dilihat. Bahwa fakta adalah hasil kontruksi, jadi realitas itu
bersifat subjektif. Realitas itu ada karena dihadirkan oleh subjektifitas
wartawan. Realitas tercipta lewat sudut pandang tertentu.
8
47
Realita dapat dilihat berbeda oleh setiap orang yang berbeda. Hal
ini sangat bertolak belakang dengan pandangan positivistik realita bersifat
eksternal hadir sebelum wartawan meliputnya. Jadi bagi kaum positivis
realita bersifar objektif dan tinggal diliput oleh wartawan9. Dalam
pembentukan konstruksi, media merupakan agen dalam membentuk suatu
realitas. Dalam pandangan posivistik media dilihat sebagai saluran murni
untuk menyalurkan suatu informasi tanpa ada unsure subjektifitas. Hal ini
sangat bertolak belakang dengan paradigm konstruksionis, media bukanlah
sekedar saluran murni yang bebas nilai.
Media merupakan subjek yang mengkonstruk realita, lengkap
dengan pandangannya, bias dan keberpihakkannya,. Media dianggap
sebagai agen konstriuksi sos ial. Berita bukanlah cermin dari realitas
melainkan refleksi dari realitas. Berita terbentuk karena adanya
konstruksi realitas. Disini dapat dilihat bahwa berita merupakan arena
pertarungan bagi pihak-pihak yang berkaitan dan berkepentingan
dengan peristiwa tersebut.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konstruksi Realitas
Dalam mengkonstruk sebuah realita banyak faktor yang
mendukung dalam mengkostruk realita. Diantaranya adalah faktor
Ekonomi, Politik, Idiologi, yaitu sebagai berikut:
1) Ekonomi
48
Isi media lebih ditentukan oleh kekuatan-kekuatan
ekonomi. Factor pemilik media, modal dan pendapatan media
sangat menentukan bagaimana wujud isi media. Faktor-faktor
inilah, yang menentukan peristiwa apa saja yang bisa atau tidak
bisa ditampilkan dalam pemberitaannya, serta kearah mana
kecenderungan pemberitaan sebuah media hendak diarahkan.
Isi media juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan
eksternal diluar diri pengelola media. Pengelola media
dipandang sebagai entitas yang aktif, dan ruang lingkup
pekerjaan mereka dibatasi berbagai strukur yang mamaksanya
untuk memberitakan fakta dengan cara tertentu.13 Bahkan
ketika faktor kapital telah menjadi unsur yang esensial dalam
sistem suatu negara hingga menciptakan fenomena
konglomerasi media, maka media hanya merupakan alat
produksi yang disesuaikan dengan tipe umum industri kapitalis
beserta faktor produksi dan hubungan produksinya.
Media cenderung dimonopoli oleh kelas kapitalis yang
penanganannya dilaksanakan untuk memenuhi kepentingan
kelas social tertentu. Para kapitalis melakukan hal tersebut
dengan mengeksploitasi pekerja budaya dan konsumen secara
material demi memperoleh keuntungan yang berlebihan.
Disamping itu para kapitalis juga bekerja secara ideologis
dengan menyebarkan ide dan cara pandang kelas penguasa,