• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi antibakteri infusa dan ekstrak etanol daging buah kemlaka [Phyllanthus emblica L.] terhadap staphylococcus aureus - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Potensi antibakteri infusa dan ekstrak etanol daging buah kemlaka [Phyllanthus emblica L.] terhadap staphylococcus aureus - USD Repository"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA DAN EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH KEMLAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP

Staphylococcus aureus

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Christina Alfi NIM : 028114147

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

(3)
(4)

Tuhan….

Engkau menyelidiki dan mengenal aku

Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri Engkau mengerti pikiranku dari jauh…

Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring Segala jalanku Kau maklumi…

Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan… Sesungguhnya semuanya telah Kau ketahui, ya Tuhan... Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku…

Dan Engkau menaruh tangan Mu keatasku…

Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi… Tidak sanggup aku mencapainya

(Mazmur 139:1-6)

Aku melupakan apa yang telah di belakangku…

Dan aku mengarahkan diri pada apa yang di hadapanku, Dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah…

Yaitu panggilan surgawi dari Allah dalam Kristus Yesus (Filipi 3:13-14)

Tuhan, engkau mengetahui segala keinginanku… Dan keluhku pun tidak tersembunyi bagi Mu….(Mazmur 38:10)

FirmanMu…

Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu dalam namaKu Aku akan melakukannya…(Yoh 14:14)

Aku tahu…

Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit… Ada waktunya….(Pengkotbah 3:1)

Ini waktunya….

Dengan penuh kerendahan hati, karya sederhana ini aku persembahkan untuk : JESUS, My Saviour & My Master, My Very Best Friend & My Everything,

Mama dan Papa tersayang, My bro’ Aan and All Of My Sisters

Sahabat-sahabatku tercinta, Almamaterku

(5)
(6)

INTISARI

Buah kemlaka (Phyllanthus emblica L.) adalah salah satu buah yang banyak digunakan sebagai obat tradisional terutama di India. Salah satu penggunaan buah kemlaka secara tradisional adalah sebagai obat diare. Kandungan kimia utama dalam buah kemlaka adalah polifenol termasuk di dalamnya tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi antibakteri infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap bakteri S. aureus, untuk mengetahui Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus dan untuk mengetahui kandungan kimiawi dalam infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka yang diduga aktif sebagai antibakteri.

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni rancangan acak lengkap pola satu arah. Penentuan aktivitas antibakteri dilakukan dengan Metode Difusi menggunakan paper disk, sedangkan penentuan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol dan infusa buah kemlaka dilakukan dengan metode dilusi padat. Analisis statistik dilakukan dengan Uji t (t-Test).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan infusa buah kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak etanol adalah 1,5% dan infusa adalah 4%. Berdasarkan uji kualitatif dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT ) menggunakan fase diam Silika Gel GF 254 dan fase gerak etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100 : 11 :11 : 27) serta dideteksi dengan sinar UV 254 dan UV 365 didapat harga Rf untuk ekstrak etanol 0,83, sedangkan untuk infusa didapat harga Rf 0,82. Setelah disemprot dengan FeCl3 didapat bercak berwarna hitam kebiruan sehingga didapat

kemungkinan senyawa yang aktif sebagai antibakteri adalah tanin.

Kata kunci: Antibakteri, Infusa, Ekstrak Etanol, Buah Kemlaka, S. aureus, Konsentrasi Hambat Minimum (KHM), Kromatografi Lapis Tipis (KLT ).

(7)

ABSTRACT

One of plants, which the society uses as traditional medicine especially in India is kemlaka (Phyllanthus emblica L.). It can be used traditionally as diarrhea medicine. The main chemical content of kemlaka is polyphenol including tannin. This research is aimed to know antibacterial activity and Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of infusion and etanol exstract of kemlaka against S. aureus, and also to know the chemical content in infusion and etanol exstract of kemlaka which is assumed has an antibacterial activity against S. aureus.

This research was a pure experimental using two ways complete random design. Antibacterial activity was determined by diffusion method using paper disk whereas the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bacterisidal Concentration (MBC) of etanol extract and infusion of kemlaka was identified by dilution method. t-test was used to analyzed the data.

The result showed that etanol extract and infusion of kemlaka possesed an antibacterial activity against S. aureus. The MIC of etanol extract was 1,5 % and the MIC of infusion was 4 %. Qualitative determination using Thin Layer Chromathography (TLC), applying Silica Gel GF 254 as stationary phase and etil acetate : formic acid : acetate acid : water (100 : 11 :11 : 27) as mobile phase. Yield Rf was 0,83 for etanol exstract and 0,82 for infusion. When the spot was introduced to FeCl3, it turned blue black, indicating that the spot contain tannin.

Key words: Antibacterial potency, Infusion, Etanol extract, Kemlaka, S. aureus, Minimum Inhibitory Concentration (MIC), Minimum Bacterisidal Concentration (MBC), Thin Layer Chromatography (TLC).

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih karuniaNya yang telah diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi yang berjudul POTENSI ANTIBAKTERI INFUSA DAN EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH KEMLAKA (Phyllanthus emblica L.) TERHADAP Staphylococcus aureus.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) pada program studi Ilmu Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak dalam hal materi, motivasi, doa, pengarahan dan bimbingan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada:

1. Papa Lukas Rismanto, Mama Debora Winarni dan Adik Aan dan Hanna,

om dan bulik tercinta, terima kasih atas dukungan doa dan kasih sayang yang tiada habisnya.

2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M. Si., selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan banyak masukan dan motivasi.

4. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., yang selalu bersedia meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi.

(9)

5. Ibu Yustina Sri Hartini, M. Si, Apt., selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan untuk skripsi ini

6. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M. Si., selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan untuk skripsi ini.

7. Mas Wagiran, Mas Sarwanto, Mas Sigit dan Mas Andre serta semua laboran yang telah membantu selama penelitian.

8. Sahabat-sahabatku Wira, Puri, Meita, Fretty, Santi, Vero, Hen, Arya, Ciput, Yuni, Kristin. Terima kasih untuk setiap masukan, semangat, kesedihan, keceriaan yang selalu kalian bagikan denganku.

9. Teman-temanku Leni, Nana, Via, Rendeng, Alin, kelas C kelompok E dan F angkatan 2002. Terima kasih buat tahun-tahun yang indah.

10. Teman-teman seperjuangan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia

Sinta, Ayu, Prima, Didit. Terima kasih untuk semua bantuan dan kerjasama selama pengerjaan skripsi.

11. Teman-teman KKNku, Ntry, Kak Ima, Mamas, Lena, Dwi, Andre, Mas Eka.

12. Dan semua pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi

ini.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini. Demikian pula dengan skripsi ini yang jauh dari sempurna karena keterbatasan pikiran, waktu dan tenaga. Oleh karena itu, dengan hati terbuka

(10)

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan dan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta, Februari 2007 Penulis

Christina Alfi

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN……….. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. v

INTISARI……… vi

ABSTRACT……….. vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL………... xiv

DAFTAR GAMBAR……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN………... xvi

BAB I. PENGANTAR………... 1

A. Latar belakang……… 1

1. Permasalahan……….. 2

2. Keaslian Penelitian………. 3

3. Manfaat Penelitian……….. 3

B. Tujuan Penelitian………... 3

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………. 4

A. Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)……… 4

1. Keterangan Botani……….. 4

2. Deskripsi Tanaman………. 4

(12)

3. Kandungan Kimia………... 5

4. Kegunaan……… 6

B. Tanin……….. 6

C. Penyarian………... 7

D. Staphylococcus aureus………... 8

E. Ampisilin………... 10

F. Metode Pengujian Potensi Antibakteri……….. 10

1. Metode Difusi………. 11

2. Metode Dilusi………. 12

G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)………... 13

H. Landasan Teori……….. 14

I. Hipotesis……… 15

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………... 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………. 16

B. Variabel dan Definisi Operasional………. 16

1. Variabel Penelitian………. 16

2. Definisi Operasional………... 17

C. Bahan dan Alat Penelitian………. 18

1. Bahan ………... 18

2. Alat………..………... 18

D. Tata Cara Penelitian………... 19

1. Determinasi Tumbuhan……….. 19

2. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan………... 19

(13)

3. Pembuatan Serbuk……… 19

4. Penyiapan Bahan Uji………. 19

5. Pengujian Potensi Antibakteri………... 21

6. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Dilusi…………... 22

7. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……… 23

8. Analisis Hasil……… 23

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 25

A. Determinasi Tanaman……….. 25

B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan………. 25

C. Pengujian Potensi Antibakteri Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Paperdisk……… 27

D. Penentuan KHM dan KBM Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka terhadap S. aureus dengan Metode Dilusi Padat………... 29

E. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol buah Kemlaka dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)……… 32

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 37

A. Kesimpulan……….. 37

B. Saran………. 37

DAFTAR PUSTAKA……… 38

LAMPIRAN………... 40

BIOGRAFI PENULIS………... 54

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji………... 20 Tabel II Rerata Diameter Zona Hambat Infus Buah Kemlaka

Terhadap S. aureus………. 28 Tabel III Rerata Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Buah

Kemlaka Terhadap S. aureus………... 28 Tabel IV Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Infus

terhadap Pertumbuhan S. aureus dengan menggunakan Metode Dilusi Padat………... 30 Tabel V Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Ekstrak

Etanol terhadap Pertumbuhan S. aureus dengan

menggunakan Metode Dilusi Padat……….….. 30 Table VI Hasil Identifikasi Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka

Dengan Metode KLT………... 35

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian………... 24 Gambar 2. Profil Kromatografi Infus dan Ekstrak Etanol Buah

Kemlaka dengan Deteksi Warna FeCl3………... 36

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Determinasi Tanaman Kemlaka (P. emblica L.)…… 40 Lampiran 2. Tanaman Kemlaka (P. emblica L.)……….. 41 Lampiran 3. Buah Kemlaka (P. emblica L.)………. 42 Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Infus Buah Kemlaka

Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk….... 43 Lampiran 5. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Buah

Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk……… 44 Lampiran 6. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM)

dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Dilusi Padat………... 45 Lampiran 7. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM)

dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Dilusi Padat………... 46 Lampiran 8. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat

Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Streak Plate………... 47 Lampiran 9. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat

Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM)

(17)

Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus Dengan Metode Streak Plate………... 48 Lampiran 10. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan

Deteksi UV 254 nm……… 49 Lampiran 11. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan

Deteksi UV 365 nm……… 50 Lampiran 12. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan

Deteksi FeCl3………... 51

Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Infus Terhadap S. aureus………..………... 52

Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Terhadap S. aureus………..…………... 53

(18)

BAB I PENGANTAR

A. Latar belakang

Saat ini pengobatan tradisional merupakan salah satu pilihan masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan maupun masalah penyakit, seperti penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Pada umumnya bakteri menginfeksi manusia melalui makanan sehingga mengganggu proses pencernaan makanan. Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat biasa menjadi pilihan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami.

Kemlaka (Phyllanthus emblica L.) tersebar luas di Asia. Kemlaka di India dipercaya sebagai salah satu tanaman yang sangat bermanfaat karena buahnya dianggap sakral, bergizi, dan berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit. Buah kemlaka merupakan salah satu mycrobalans yang dikenal dengan baik sebagai astringent dan sebagai zat penyamak (Anonim, 2003).

Kemlaka digunakan sebagai obat untuk gangguan pencernaan. Selain itu, kemlaka secara tradisional dapat dengan cepat digunakan untuk mengatasi gangguan vitiligo, tumor abdominal, asam lambung, pembengkaan akibat jatuh (edema), demam, sakit kepala, batuk, penyakit cacingan,anemia, epistasis, diare, dan masih banyak lagi kegunaan yang lainnya (Anonim, 2003).

Salah satu kandungan utama dalam buah kemlaka adalah tanin. Adanya porsi tanin yang besar pada buah dapat menjelaskan beberapa manfaat dari buah kemlaka contohnya pengobatan pada gangguan intestinal seperti diare (Anonim,

(19)

2

2003). Tanin juga berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan anti karsinogenik (Duke, 1992 ).

Gangguan pencernaan sebagian besar disebabkan oleh patogenesis bakteri. Bakteri penyebab gangguan pencernaan ini diantaranya adalah Staphylococcus aureus. S. aureus adalah bakteri patogen gram positif, berbentuk bulat biasanya

tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti anggur (Jawetz dkk, 2001).

Dalam penelitian ini, untuk dapat memberikan kajian ilmiah simplisia buah kemlaka sebagai antibakteri maka digunakan bentuk sediaan infus dan ekstrak etanol. Digunakan infus karena menyesuaikan dengan penggunaan selama ini di masyarakat sebagai obat diare dalam bentuk infus. Sedangkan diujikan pula ekstrak etanol dengan harapan dapat menyari tanin yang diduga sebagai senyawa antibakteri dalam buah kemlaka.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus yang yang ditunjukkan dengan diameter zona hambat, Kadar Hambat Minimal (KHM), dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).

1. Permasalahan

Permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah infus dan ekstrak etanol buah kemlaka mempunyai potensi

antibakteri terhadap bakteri S.aureus?

(20)

3

c. Kandungan kimia apa yang ada dalam buah kemlaka yang diduga aktif sebagai antibakteri?

2. Keaslian penelitian

Sejauh ini dari penelusuran pustaka dan jurnal yang diperoleh, belum pernah dilakukan uji antibakteri infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap bakteri S. aureus.

3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberi informasi tentang potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dan kandungan senyawa dalam buah kemlaka yang berkhasiat antibakteri.

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi alternatif penggunaan buah kemlaka sebagai obat yang berkhasiat antibakteri.

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. mengetahui potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka

terhadap bakteri S. aureus.

2. mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal

(KBM) infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S. aureus

(21)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kemlaka (Phyllanthus emblica L.) 1. Keterangan botani

Kemlaka merupakan tanaman yang termasuk dalam familia Euphorbiaceae, dengan genus Phyllanthus L., dan mempunyai nama spesies Phyllanthus emblica L. (Anonim, 2005).

Di beberapa negara, kemlaka dikenal dengan nama yang beraneka ragam, antara lain: emblic mycrobalan (English), Malacca tree (English), Indian gooseberry (English), Melaka, Asam melaka, Amlaka (Malaya),

Ma-Kham-Pom (Thailand), Mak-Kham-pom (Laos), Kam Lam atau Kam Lam Ko

(Kamboja), Bang ngot (Vietnam selatan), Chu me (Vietnam utara), Neli (Philipina) (Anonim, 1987). Kemlaka, malaka, balangka, karsinta (Indonesia) (Anonim, 2000b).

2. Deskripsi tanaman

Kemlaka adalah tanaman yang hidup liar di hutan, ladang, dan tempat-tempat lain yang memiliki hawa panas (Anonim, 2000b). Tumbuh tersebar di Asia Tenggara dan negara-negara lainnya terutama di daerah India. Di Jawa umumnya terdapat hingga pada ketinggian ± 1200 m di atas permukaan laut, terutama di dalam semak-semak rumput (Heyne, 1987).

Kemlaka merupakan jenis pohon meranggas atau tanaman yang menggugurkan daunnya pada musim kemarau. Tumbuhan ini pertumbuhannya

(22)

5

sangat lambat dan tingginya 10-19 m dengan batang berwarna abu-abu yang besarnya 15-28 cm (Heyne, 1987). Daun berwarna hijau, letaknya berseling, bentuk daun sederhana, utuh dan menyirip, ujung daun tumpul, lonjong, 12-20 x 2-5 mm (Anonim, 2000a). Bunganya kecil, berwarna kuning kehijau-hijauan, berbunga selama bulan Oktober (Anonim, 1989), bunga tidak sempurna, uniseksual atau biseksual, berumah satu, tumbuh di ketiak (Anonim, 2000a), biasanya bunga jantan tumbuh di bagian pangkal ranting dengan bunga betina di atasnya (Anonim, 1987), memiliki enam buah kelopak bunga tetapi tidak memiliki daun mahkota, bunga bersari dengan tiga benang sari, memiliki dua kepala putik dan bakal buah yang berada di bagian atas, memiliki tiga daun buah (Anonim, 2000a).

Buahnya berdaging, bulat kecil dengan diameter 1,5-2 cm, berwarna hijau muda, licin atau halus, dan dapat dimakan (Anonim, 2000a). Buah rasanya sepat, asam-asam, dan pahit (Anonim, 2000b). Bijinya kecil dan berwarna coklat muda. (Anonim, 2000a), kurang lebih ada enam biji yang terkandung dalam masing-masing buah. (Anonim, 1987).

3. Kandungan kimia

(23)

6

magnesium, potassium, sodium, seng, besi), protein, lemak, residual moisture (Anonim, 2003)

4. Kegunaan

Kegunaan dari tanaman ini, antara lain: buahnya dapat dimakan, untuk memberikan makanan yang bergizi, menjaga efek penuaan dibandingkan obat-obat yang lain, meredakan beberapa penyakit ringan, memberi peningkatan pada daya intelegensi dan perasaan. Kemlaka juga dapat dengan cepat mengatasi vitiligo, tumor abdominal, asam lambung, pembengkaan (edema), pucat, demam kronik, sakit di dada, sakit kepala, diare, batuk, gonorrhea, epistasis, sebagai ekspektoran, cacingan, anemia, asma, memperlancar aliran darah, menurunkan kadar gula dalam darah dan kolesterol (Anonim, 2003 ).

B. Tanin

Tanin dinamakan juga asam tanat atau asam galotanat, ada yang tidak berwarna tetapi ada juga yang berwarna kuning atau coklat. Tanin terdiri dari sembilan molekul asam galat dan molekul glukosa (Harborne, 1987).

(24)

7

non polar seperti benzen dan kloroform. Larutan tanin dalam air dapat diendapkan dengan penambahan asam mineral atau garam (Robinson, 1991).

Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, tanin lainnya juga dapat meracuni hati (Robinson, 1991). Tanin juga berfungsi sebagai anthelmintik, anti HIV, antibakteri, antikanker, dan anti karsinogenik (Duke, 1992 ).

B. Penyarian

Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dalam pelarut cair. Simplisia yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat aktif yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut (Anonim, 1986).

Penyarian serbuk simplisia dilakukan dengan secara berturut-turut menggunakan pelarut penyari berbeda-beda polaritasnya, umumnya dari yang nonpolar hingga yang polar. Masing-masing pelarut secara selektif akan memisahkan senyawa-senyawa dalam simplisia (Sudjadi, 1981).

1. Infusa

(25)

8

sambil sekali-kali diaduk. Infus diserkai selagi panas melalui kain flanel. Untuk mencukupi kekurangan air, ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas sampai diperoleh volume yang dikehendaki (Anonim, 1986).

2. Perkolasi

Adalah penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas kebawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi gaya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).

Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan Zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).

C. Staphylococcus aureus

S. aureus termasuk dalam familia Microccaceae, yaitu sel gram positif

(26)

9

bervariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu 37oC, tapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20oC-25oC). S aureus merupakan bakteri anaerob fakultatif yang bersifat patogen dengan

memfermentasi manitol dan laktosa, bersifat proteolitik, memproduksi koagulase pigmen warna kuning emas, lipase, bersifat haemolitik dan tumbuh pada media yang mengadung NaCl 0,9%. S. aureus biasanya ditemukan pada kulit dan membran serta dapat menimbulkan penyakit tertentu. Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya bisul, borok, serta nanah pada luka, tetapi peka terhadap antibiotik golongan beta laktam serta peka terhadap fenol dan devirat fenol lainnya (Jawetz dkk, 2001).

S. aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang menyebabkan

(27)

10

E. Ampisilin

Ampisilin merupakan suatu antibiotik golongan beta laktam derivat penisilin semisintetik dengan spektrum luas. Ampisilin memiliki aktivitas bakterisid terhadap bakteri Gram (+) maupun bakteri Gram (-) dengan mekanisme menghambat pembentukan dinding sel, bila sel tumbuh dan plasmanya bertambah atau menyerap air dengan cara osmosis, maka dinding sel bakteri yang tidak sempurna itu akan pecah dan bakteri akan mati.

Penisilin dan derivat penisilin lainnya tidak dapat dikombinasikan dengan bakteriostatik lain seperti kloramfenikol dan eritromisin kecuali sulfonamid. Khasiat Ampisilin terhadap bakteri Gram (+) lebih ringan dibanding penisilin yang memiliki spektrum sempit.

Efek samping yang sering ditimbulkan antara lain alergi kulit (kemerah-merahan) dan diare yang kemungkinannya disebabkan oleh absorbsinya yang kurang baik (Tan & Rahardja, 1991).

F. Metode Pengujian Potensi Antibakteri

Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Obat yang digunakan untuk membasmi bakteri penyebab infeksi pada manusia harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (Anonim, 1995).

(28)

11

membunuh bakteri (bacteriocide). Kadar minimal yang diperlukan untukl menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bacteriostatic menjadi bacteriocide bila kadar antibakterinya ditingkatkan (Anonim, 1995).

1. Metode Difusi

Prinsip metode difusi adalah pengukuran potensi antimikroba berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan mikroba karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz dkk, 1996).

Metode difusi meliputi : a. Cara Kirby Bouwer

Cara ini dilakukan dengan cara memulaskan suspensi mikroba dengan konsentrasi tertentu umumnya 106 Colony Forming Unit (CFU)/ml pada permukaan media hingga merata. Kertas disk yang mengandung antibiotik diletakkan di atas media lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam, setelah itu dibaca hasilnya. Potensi antimikroba ditentukan dengan mengukur diameter zona hambatan yang terbentuk (Hugo & Russel, 1987).

b. Cara sumuran

(29)

12

c. Cara Pour Plate

Metode ini dilakukan dengan cara mencampurkan suspensi bakteri dengan agar base pada suhu 50oC dicampur sampai homogen, kemudian dituang di atas media Muller Hinton Agar (MHA) dan dibiarkan membeku. Disk antibiotic diletakkan di atasnya, kemudian inkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. Hasilnya dibaca seperti Kirby Bouwer. 2. Metode Dilusi

Prinsipnya adalah larutan uji diencerkan hingga diperoleh beberapa konsentrasi, kemudian masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi bakteri dalam media. Untuk dilusi padat, tiap konsentrasi larutan uji dicampurkan ke dalam media agar. Setelah menjadi padat kemudian ditanami kuman (Hugo & Russel, 1987).

Prosedur uji dilusi digunakan untuk mencari Kadar Hambat Minimal (KHM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh mikroba (Anonim, 1993).

(30)

13

berupa media yang tidak tampak adanya pertumbuhan mikroba. Potensi antimikroba dapat ditentukan dengan melihat konsentrasi terendah yang dapat menghambat atau membunuh mikroba (Jawetz dkk, 1996).

G. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

KLT adalah metode pemisahan fitokimia. Lapisan yang memisahkan terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita (awal) setelah plat atau lapisan ditaruh di dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (Stahl, 1985).

Pemisahan komponen-komponen yang ada dapat digunakan bermacam-macam pelarut dari polar sampai non polar, misal: air, methanol, etanol, aseton, etil asetat, dietil eter, kloroform atau beberapa campuran (Stahl, 1985). Silika gel paling banyak digunakan sebagai fase diam. Selain itu, yang dapat pula digunakan sebagai fase diam antara lain: aluminium oksida, cellite, selulosa, kalsium hidroksida, damar penukar ion, magnesium fosfat, poliamida dan campuran dua bahan di atas (Harbone, 1987).

(31)

14

awal. Harga Rf berkisar antara 0.00 dan 1.00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal. Harga hRf adalah angka Rf dikalikan dengan faktor 100 (hundred), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985).

H. LANDASAN TEORI

Kemlaka digunakan untuk obat gangguan pencernaan. Selain itu, kemlaka secara tradisional dapat dengan cepat digunakan untuk mengatasi diare, tumor abdominal, cacingan dan masih banyak lagi kegunaan lainnya (Anonim, 2003).

Salah satu kandungan utama dalam buah kemlaka adalah tanin. Adanya porsi tanin yang besar pada buah dapat menjelaskan beberapa manfaat dari buah kemlaka contohnya pengobatan pada gangguan intestinal seperti diare (Anonim, 2003). Tanin juga berfungsi sebagai antibakteri, anti kanker dan anti karsinogenik (Duke, 1992).

S. aureus merupakan salah satu mikroorganisme yang menyebabkan

(32)

15

I. HIPOTESIS

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan rancangan penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni sederhana dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas adalah variasi konsentrasi infus dan ekstrak etanol buah

kemlaka. Konsentrasi infus masing-masing: 10%; 15%; 20% dan konsentrasi ekstrak etanol masing-masing: 2,5 %; 5%; 7,5 %.

b. Variabel tergantung adalah diameter zona hambat pertumbuhan S. aureus. c. Variabel pengacau terkendali adalah : media penanaman bakteri, suhu

inkubasi 37o C dan lama inkubasi 24 jam, suspensi bakteri 0,5 ml, suhu pengeringan oven 50o C, diameter paper disk 5 mm, volume infus dan ekstra etanol yang dijenuhkan ke paper disk sebanyak 20 µl , kepadatan suspensi bakteri uji setara dengan larutan standar Mc Farland II ( 6.108 CFU/ml )

d. Variabel pengacau tak terkendali adalah: umur tanaman ± 30 tahun, umur buah kemlaka ± 3 bulan, ukuran buah kemlaka.

(34)

17

1. Definisi operasional

a. Buah kemlaka adalah daging buah yang diambil dari tanaman kemlaka

berumur ± 30 th, diambil dari Ngalian, Sandiroto, Temanggung.

b. Biakan murni S. aureus diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

c. Zona hambat adalah zona jernih yang tidak dijumpai pertumbuhan bakteri uji S. aureus dan zona yang masih terdapat bakteri uji S. aureus dalam jumlah sedikit di sekitar paper disk jika dilihat dengan mata telanjang. d. Infusa adalah cara penyarian simplisia buah kemlaka dengan air pada

suhu 90o C selama 15 menit.

e. Ekstrak etanol buah adalah hasil penyaringan simplisia serbuk daging buah kemlaka dengan perkolasi menggunakan cairan penyari etanol. f. Metode dilusi adalah metode pengukuran aktivitas antibakteri dengan

cara mengencerkan infus dan ekstrak etanol buah kemlaka pada beberapa konsentrasi untuk menentukan KHM dan KBM infus dan ekstrak etanol g. KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) adalah konsentrasi minimum infus

(35)

18

C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan

a. Buah kemlaka dengan umur ± 3 bulan yang diambil dari Ngaliyan, Sandiroto, Temanggung.

b. Biakan murni bakteri S. aureus ATCC 25923 yang diperoleh dari

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

c. Media Nutrien Agar (NA) dan Nutrien Broth (NB) (Oxioid), etanol 96 %, paper disk 5 mm, aquadest steril, kertas saring, TLC silica gel Gf 254

(Merek), etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:27) sebagai fase gerak, pereaksi FeCl3, larutan standar Mc Farland II (6.108

CFU/ml), kontrol positif sirup kering Ampisilin 2,5%, kontrol negatif DMSO dan aquadest, pembanding asam tanat 2,5 %.

2. Alat

Alat gelas: Erlenmeyer, pipet volume, beaker glass, cawan petri, flakon, tabung reaksi (IWAKI / Pyrex), Laminar Air Flow (Inches W.C.), Rotary evaporator (Janke & Kunkel, Ika-labotehnik, RV05-ST), inkubator

(Memmert, tipe BE 400, GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FGR, Germany), autoklaf (Model KT-40, ALP co.Ltd. Hamurashi Tokyo, Japan), kompor listrik (Maspion SH-31), neraca analitik (Mettler PC 2000), oven (Memmert, Germany), lampu UV, penyemprot reagen tampak (FeCl3), alumunium foil,

(36)

19

D. Tata Cara Penelitian 1. Determinasi tumbuhan

Determinasi bagian tanaman kemlaka dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan mendeterminasi bagian tanaman yaitu daun, ranting, bunga dan buahnya menggunakan pustaka Flora of Java (Backer & Van den Brink, 1963; 1985).

2. Pengumpulan dan pengeringan bahan

Tanaman didapatkan dari Ngaliyan, Sandiroto, Temanggung dengan umur tanaman ± 30 tahun. Daging buah diambil dari buah kemlaka dengan umur ± 3 bulan diperoleh dengan melepaskan dari bijinya dengan cara mengelupasnya. Kemudian daging buah yang didapat dikeringkan sampai kering (dapat dipatahkan) dalam oven pada suhu 500 C selama ± 48 jam

3. Pembuatan serbuk

Simplisia daging buah kemlaka selanjutnya dibuat menjadi serbuk dengan cara dihaluskan dengan menggunakan blender, kemudian diayak.

4. Penyiapan bahan uji a. Pembuatan infus

(37)

20

dengan kadar 10g/100ml, 15g/100ml dan 20g/100ml dilakukan dengan mengencerkan dari infus kadar 40g/100ml, sampai kadar yang diinginkan dalam volume 10 ml. Infus dibuat baru menjelang proses pengujian.

Tabel I . Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Uji Konsentrasi larutan uji

(%)

Volume yang diambil dari infus 40% (ml)

10 2,5 15 3,75 20 5 b. Pembuatan ekstrak etanol

(38)

21

5. Pengujian potensi antibakteri

a. Pembuatan suspensi bakteri uji S. aureus

Satu ose biakan murni bakteri uji diinokulasikan pada 5 ml nutrient broth steril, divortex, kemudian diinkubasi 24 jam. Suspensi bakteri

ditambahkan aquades steril untuk menyetarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml).

b. Pembiakan suspensi S. aureus secara pour plate dan pengujian potensi

antibakteri.

Suspensi bakteri uji sebanyak 1 ml diinokulasikan kedalam 20 ml nutrient agar dalam petri steril, kemudian digoyang supaya homogen. Setelah

media yang berisi suspensi bakteri uji memadat, diinokulasikan paper disk yang telah dijenuhkan dangan infus dangan konsentrasi 10, 15, dan 20 % b/v

dan ekstrak etanol buah kemlaka dengan konsentrasi 2,5; 5; dan 7,5% b/v

masing-masing 20µl. Paper disk yang lain dijenuhkan dengan 20µl Ampisilin 2,5% sebagai kontrol positif dan 20µl DMSO, 20 µl aquadest sebagai kontrol negatif. Kemudian inkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC.

(39)

22

6. Pengukuran Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dan Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Dilusi Padat

Pada pengujian potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dengan metode difusi secara paper disk, diperoleh konsentrasi terkecil yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri uji. Untuk mengetahui KHM dan KBM, maka ditetapkan rentang konsentrasi yang lebih kecil dari pada konsentrasi terendah sebanyak 4 variasi konsentrasi untuk mengetahui Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) dari infus dan ekstrak etanol buah kemlaka. Variasi Konsentrasi yang dibuat untuk infus adalah 2; 4; 6; 8 %, sedangkan untuk ekstrak etanol adalah 0,5; 1,0; 1,5; 2%.

Mula-mula uji dilakukan dengan membuat suspensi bakteri uji yang disetarakan dengan larutan standar Mc Farland II (6.108 CFU/ml). Lalu dari suspensi tersebut diambil 0,5 ml, ditambah dengan larutan uji sebanyak 0,5 ml dengan kadar tertentu yang telah ditetapkan dan dicampur dengan 20 ml Nutrient Agar cair dan dituang dalam petri, selanjutnya digoyang sampai

(40)

23

yang masih menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM) ditentukan dari konsentrasi pada media pertumbuhan bakteri sudah tidak tampak lagi adanya pertumbuhan bakteri. Penegasan dari hasil yang diperoleh dilakukan secara streak plate.

7. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ektrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Proses pemisahan dilakukan dengan menotolkan infus buah kemlaka dengan konsentrasi 12% dan ekstrak etanol buah kemlaka dengan konsentrasi 2,5% menggunakan pipa kapiler pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT).

Uji Kromatografi lapis tipis infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dengan menggunakan fase diam Silica gel GF 254, fase gerak etil asetat, asam formiat, asam asetat, air (100:11:11:27) dan standar pembanding asam tanat 2,5%. Senyawa dielusi sampai batas yang ditentukan yaitu 10 cm. Pengamatan dilakukan pada UV 254 nm, UV 365 nm dan reagen semprot FeCl3.

Selanjutnya dihitung harga Rf dan diamati warna bercak yang dihasilkan. 8. Analisa hasil

(41)

24

Identifikasi tanaman kemlaka

Pengumpulan dan pengeringan bahan

Penyiapan bahan uji

-Konsentrasi infus: 10; 15; 20%

-Konsentrasi ekstrak etanol: 2,5; 5; 7,5%

Pengujian potensi antibakteri dengan metode paper disk

-Kontrol positif: Ampisilin

-Kontrol negatif: DMSO dan Aquadest -Konsentrasi infus: 10; 15; 20%

-Konsentrasi ekstrak etanol: 2,5; 5; 7,5%

Penentuan KHM dan KBM dengan Metode Dilusi Padat

Identifikasi kualitatif infus dan ekstrak etanol dengan metode KLT

-Fase diam : Silika Gel GF 254

-Fase gerak : Etil asetat : Asam formiat : asam asetat : air (100 : 11 : 11 : 27)

-Pereaksi semprot : FeCl3

Analisis hasil

(42)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi tanaman

Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

Universitas Sanata Dharma. Dari hasil determinasi tersebut, tanaman kemlaka

yang digunakan dalam penelitian ini diketahui memiliki nama ilmiah Phyllanthus

emblica L. (lampiran 1).

B. Pengumpulan dan Pengeringan Bahan

Buah kemlaka yang diperoleh kemudian dicuci dengan air mengalir,

dimaksudkan untuk menghilangkan debu dan kotoran yang menempel pada

permukaan buah, selanjutnya diangin-anginkan. Kemudian buah diambil daging

buahnya lalu dirajang dengan maksud untuk memperkecil ukuran daging buah,

sehingga mudah ditangani dalam proses berikutnya. Langkah selanjutnya adalah

pengeringan bahan yang dilakukan untuk mengurangi kadar air. Air merupakan

media yang baik untuk pertumbuhan mikroba, dengan demikian pengeringan

dapat mencegah terjadinya pembusukan dan bahan yang akan digunakan lebih

awet.

Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven karena suhu dan aliran

udaranya dapat dikontrol. Suhu pengeringan adalah 500C, karena pengeringan

bahan yang mengandung tanin harus lebih besar dari 400C untuk menghindari

oksidasi dari enzim-enzim yang masih aktif, dan harus lebih kecil dari 600C

(43)

26

untuk menghindari kerusakan karena terlalu panas dan polimerisasi (Anonim,

1996). Pengeringan dilakukan selama ± 48 jam sampai benar-benar kering (dapat

dipatahkan) supaya dapat diblender menjadi serbuk. Pembuatan serbuk dengan

menggunakan blender dengan maksud untuk memperkecil ukuran partikel bahan

dan memperbesar luas permukaan bahan agar mudah terbasahi oleh penyari.

Setelah menjadi diserbuk, bahan kemudian diayak dengan tujuan untuk

memperoleh derajat halus yang diinginkan, sehingga akan mempermudah dalam

proses perkolasi. Ayakan yang digunakan adalah ayakan dengan nomor mesh

12/50. Derajat halus serbuk buah kemlaka mengikuti derajat halus umum serbuk

simplisia yaitu 4/18. Derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan nomor

pengayak, sedangkan dalam penelitian ini pengayak yang digunakan dalam

bentuk nomor mesh. Nomor mesh menunjukkan jumlah lubang tiap 2,54 cm,

sedangkan nomor pengayak menunjukkan jumlah lubang tiap 1 cm dihitung

searah dengan panjang kawat, oleh karena itu derajat halus simplisia 4/18

dikonversikan ke nomor mesh dengan mengalikan 2,54 cm, sehingga hasilnya

yaitu 10/45. Tapi karena keterbatasan alat yang ada di laboratorium maka

digunakan ayakan dengan nomor mesh 12/50. Penyarian akan bertambah baik bila

permukaan serbuk yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas. Dengan

demikian, semakin halus serbuk seharusnya semakin baik penyariannya (Anonim,

1986). Tapi jika serbuk terlalu halus penyarian akan terganggu, oleh karena itu

(44)

27

C. Pengujian Potensi Antibakteri Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka terhadap S. aureus dengan Metode Paper Disk

Pengujian potensi antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode

paper disk. Paper disk yang digunakan memiliki diameter 5 mm. Konsentrasi

infus yang digunakan 10; 15; 20%, sedangkan konsentrasi ekstrak etanol yang

digunakan 2,5; 5; 7,5%. Kontrol negatif yang digunakan adalah DMSO yang

digunakan sebagai pelarut ekstrak etanol dan aquadest yang digunakan sebagai

pelarut infus. Kontrol positif digunakan Ampisilin 2,5%. Ampisilin dipilih

sebagai kontrol positif karena S. aureus peka terhadap antibiotik ini. Ampisilin

memiliki aktivitas bakterisid terhadap bakteri Gram positif (+) maupun bakteri

Gram negatif (-) dengan mekanisme menghambat pembentukan dinding sel.

Volume bahan uji yang dijenuhkan dalam paper disk untuk tiap perlakuan adalah

sama yaitu 20µl. Setelah inkubasi selama 24 jam, diperoleh zona jernih disekitar

paper disk yang menunjukkan adanya penghambatan terhadap petumbuhan

bakteri uji S. aureus.

Metode difusi dipilih karena metode ini sederhana dan praktis dengan

prinsip senyawa uji ditempatkan dalam media padat yang telah diinokulasikan

bakteri uji. Pada penelitian ini dipilih metode difusi secara paper disk dengan

pertimbangan senyawa uji yang digunakan tidak cepat menguap sehingga pada

saat diangin-anginkan setelah pemberian larutan uji pada paper disk, senyawa

tidak akan habis. Senyawa uji akan berdifusi ke dalam media dan menghambat

pertumbuhan bakteri uji atau mematikannya, selain itu senyawa uji mempunyai

(45)

28

menyentuh permukaan agar, air akan diabsorbsi melewati filter paper dan

senyawa uji akan berdifusi ke dalam media disekitar paper disk.

Hasil uji antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S.

aureus pada Tabel II dan III serta lampiran 4 dan 5.

Tabel II. Rerata Diameter Zona Hambat Infus Buah Kemlaka Terhadap S.Aureus

Konsentrasi ( % ) Diameter Zona Hambat (cm)

( x ± SD)

Kontrol negatif 0 ± 0

10 0,96 ± 0,0082

15 1,01 ± 0,0096

20 1,11 ± 0,0096

Kontrol positif 3,50 ± 0,0050

Tabel III. Rerata Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S.Aureus

Konsentrasi ( % ) Diameter Zona Hambat (cm)

( x ± SD)

Kontrol negatif 0 ± 0

2,5 1,11 ± 0,0126

5,0 1,18 ± 0,0126

7,5 1,49 ± 0,0096

Kontrol positif 3,50 ± 0,0050

Senyawa yang terdapat dalam buah kemlaka antara lain adalah tanin yang

diduga aktif sebagai antibakteri. Tanin merupakan komponen oligomerik dengan

unit multi struktur yang mempunyai gugus fenolik bebas (Anonim, 1996).

Menurut Harbone (1987), senyawa-senyawa dengan gugus OH fenolik dapat

merusak membran sel dengan membentuk kompleks protein melalui ikatan

hidrogen.

Sifat polaritas suatu zat antibakteri dan sifat kepolaran dinding sel bakteri

mempengaruhi aktivitas suatu zat antibakteri dalam menghambat pertumbuhan

bakteri. S. aureus merupakan bakteri Gram (+) yang sifatnya polar sehingga

(46)

29

Senyawa-senyawa yang terdapat dalam infus dan ekstrak etanol bersifat polar

karena dari penelitian diperoleh bahwa semakin besar konsentrasi zat uji, diameter

hambatan yang terbentuk makin lebar menunjukkan zat yang terdifusi ke dalam

media (yang sebagian besar kandungannya air) makin besar, sehingga didapat

bahwa makin tinggi konsentrasi zat uji, makin besar daya antibakteri. Selain itu, S.

aureus memiliki dinding sel dengan kadar lemak yang rendah, sehingga mudah

ditembus oleh senyawa-senyawa polar.

Dari diameter zona hambat yang diperoleh, kemudian dianalisis

menggunakan uji t (t-test). Uji ini dilakukan untuk mengevaluasi potensi

antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dibandingkan dengan kontrol

negatif dengan cara membandingkan nilai uji t hitung dengan t tabel. Apabila t

hitung ≥ t tabel, berarti konsentrasi terkecil infus maupun ekstrak etanol buah

kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.

Dari uji t didapatkan harga t hitung untuk infus 253,151 dan untuk ekstrak

etanol 176,030; sedangkan harga t tabel untuk infus dan ekstrak etanol adalah

sama yaitu 2,447. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung ≥ t tabel, yang berarti

konsentrasi terkecil infus maupun ekstrak etanol buah kemlaka memiliki potensi

antibakteri terhadap S. aureus.

D. Penentuan KHM dan KBM Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka terhadap S. aureus dengan Metode Dilusi Padat

Penentuan KHM dan KBM infus dan ekstrak etanol buah kemlaka

(47)

30

konsentrasi terkecil dari infus dan ekstrak etanol buah kemlaka yang dapat

menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri uji. Penentuan KHM dan KBM

dilakukan dengan menggunakan metode dilusi padat dengan cara mengamati

tingkat kekeruhan media yang telah diinokulasikan suspensi bakteri dan larutan

uji dalam petri. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan kontrol (-) dan kontrol

(+). Jika didapatkan pertumbuhan koloni bakteri lebih sedikit (ditandai dengan

kekeruhan media) dibandingkan dengan kontrol (-) berarti larutan uji

menunjukkan adanya potensi hambat terhadap pertumbuhan bakteri uji.

Sedangkan jika tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri uji dan kekeruhan

media sama atau hampir sama dengan kontrol (+) berarti larutan uji memiliki

potensi membunuh bakteri. Penegasan hasil dari dilusi padat dilakukan dengan

metode streak plate untuk melihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri dengan

goresan pada media. Hasil pengamatan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan

Kadar Bunuh Minimal (KBM) infus dan ekstrak etanol buah kemlaka terhadap S.

aureus tertera pada Tabel IV dan V serta lampiran 6 dan 7.

Tabel IV. Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Infusa terhadap Pertumbuhan S.Aureus dengan menggunakan Metode Dilusi Padat

Konsentrasi infus ( % ) Pengamatan pertumbuhan S. aureus

2 ++ 4 - 6 - 8 -

Tabel V. Hasil Pengamatan Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol terhadap Pertumbuhan S.Aureus dengan menggunakan Metode Dilusi Padat

Konsentrasi ekstrak etanol ( % ) Pengamatan pertumbuhan S. aureus

(48)

31

Keterangan : +++ = (Pertumbuhan koloni bakteri banyak)

++ = (Pertumbuhan koloni bakteri agak banyak)

+ = (Pertumbuhan koloni bakteri sedikit)

- = (Pertumbuhan koloni bakteri tidak terlihat)

Dari tabel IV dapat diketahui bahwa infus pada konsentrasi 2% masih

terdapat pertumbuhan bakteri, walau tidak sebanyak kontrol (-) yang ditunjukkan

dengan kekeruhan media (lampiran 6). Hal ini berarti infus buah kemlaka pada

konsentrasi 2% memiliki potensi antibakteri bila dibandingkan dengan kontrol (-).

Infus dengan konsentrasi 4% sudah tidak tampak adanya pertumbuhan bakteri

ditunjukkan dengan adanya media yang jernih (lampiran 6). Untuk mempertegas

hasil yang diperoleh, dilakukan uji penegasan menggunakan metode streak plate

dari hasil dilusi padat. Hasil yang diperoleh dari uji penegasan dengan metode

streak plate adalah pada konsentrasi 2% dan 4% masih terdapat pertumbuhan

bakteri uji, sedangkan pada konsentrasi 6% dan 8% sudah tidak ditemukan

pertumbuhan bakteri uji (lampiran 8). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan

bahwa infus dengan konsentrasi 4% merupakan Kadar Hambat Minimal (KHM)

yang merupakan konsentrasi terendah dari infus yang dapat menghambat

pertumbuhan bakteri uji. Sedangkan infus dengan konsentrasi 6% merupakan

Kadar Bunuh Minimal (KBM) yang merupakan konsentrasi terendah infus yang

dapat membunuh bakteri uji.

Dari tabel V dapat diketahui bahwa ekstrak etanol pada konsentrasi 0,5

dan 1,0% masih terdapat pertumbuhan bakteri dan tidak sebanyak kontrol (-) yang

ditunjukkan dengan kekeruhan media (lampiran 7). Hal ini berarti ekstrak etanol

pada konsentrasi 0,5 dan 1,0% memiliki potensi antibakteri bila dibandingkan

(49)

32

tampak adanya pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan adanya media yang

jernih (lampiran 7). Untuk mempertegas hasil yang diperoleh, dilakukan uji

penegasan menggunakan metode streak plate dari hasil dilusi padat. Hasil yang

diperoleh dari uji penegasan dengan metode streak plate adalah pada konsentrasi

0,5; 1,0; dan 1,5% masih terdapat pertumbuhan bakteri uji, sedangkan pada

konsentrasi 2,0% sudah tidak ditemukan pertumbuhan bakteri uji. Dengan

demikian dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak etanol dengan konsentrasi

1,5% merupakan Kadar Hambat Minimal (KHM) yang merupakan konsentrasi

terendah dari ekstrak etanol yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji.

Sedangkan ekstrak etanol dengan konsentrasi 2,0% merupakan Kadar Bunuh

Minimal (KBM) yang merupakan konsentrasi terendah ekstrak etanol yang dapat

membunuh bakteri uji (lampiran 9).

E. Identifikasi Kualitatif Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Pada penelitian ini dilakukan analisis kualitatif infus dan ekstrak etanol

buah kemlaka dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Analisis dengan KLT

mempunyai keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan singkat dan dapat

memberikan pemisahan yang baik. Sedangkan keuntungan lainnya adalah

penanganannya sederhana, cuplikan dan pelarut yang digunakan sedikit.

Pada analisis dengan KLT ini fase diam yang digunakan adalah Silika Gel

GF 254, karena Silika Gel GF 254 ini bersifat polar. Perbedaan kepolaran dari

(50)

33

dengan fase diam sehingga zat uji dapat terelusi dengan baik oleh fase gerak yang

sifatnya sama dengan zat uji. Senyawa tanin bersifat polar tapi tidak terlalu polar

yang ditunjukkan dengan tanin larut dalam pelarut organik polar hanya sampai

batas tertentu saja (Robinson, 1991). Oleh karena itu diharapkan senyawa tanin

akan terelusi oleh fase gerak yang kepolarannya lebih kecil dari fase diamnya.

Pemisahan bercak dipengaruhi oleh sifat kepolaran antara komponen senyawa

yang terkandung dalam sampel. Bila dalam sampel terdapat lebih dari satu

senyawa dengan tingkat kepolaran yang berbeda-beda, maka bercak yang muncul

pada plat kromatogram akan berbeda-beda juga.

Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : asam formiat : asam asetat :

air (100:11:11:27). Pembanding yang digunakan adalah asam tanat karena

kemungkinan senyawa yang mempunyai potensi antibakteri yang terdapat dalam

infus dan ekstrak etanol buah kemlaka adalah tanin.

Setelah penotolan dengan menggunakan pipa kapiler sebanyak 5 µl, plat

KLT kemudian dielusi dalam tabung yang telah jenuh oleh fase gerak. Penjenuhan

dilakukan dengan menempatkan kertas saring yang dibasahi oleh fase gerak pada

dinding tabung. Tujuan penjenuhan ini adalah agar perambatan dapat berlangsung

dengan optimal dan cepat. Elusi dilakukan hingga jarak rambat yang ditentukan

(10 cm), setelah itu diangin-anginkan supaya plat kering.

Dari hasil KLT pada pengamatan dibawah sinar UV 254 nm, didapatkan

untuk infus terdapat 3 bercak yang masing-masing berwarna kebiruan, untuk

ekstrak etanol terdapat 2 bercak masing-masing berwarna kebiruan, serta untuk

(51)

34

untuk infus terdapat 1 bercak berwarna ungu gelap, untuk ekstrak etanol terdapat

1 bercak juga berwarna ungu gelap, sedangkan untuk standar juga berwarna ungu

gelap. Setelah pengamatan dengan menggunakan sinar UV, dilakukan penegasan

dengan menggunakan pereaksi warna FeCl3. Setelah disemprot menggunakan

FeCl3 didapatkan hasil untuk infus terdapat 5 bercak masing-masing dengan

warna hitam samar hingga hitam kebiruan dengan harga Rf masing-masing 0,13;

0,48; 0,60; 0,65; 0,82. Untuk ekstrak etanol terdapat 3 bercak yang

masing berwarna hitam kebiruan dan hitam samar dengan harga Rf

masing-masing 0,14; 0,54; 0,83, sedangkan standar berwarna hitam kebiruan dengan

harga Rf 0,82. Jadi dapat disimpulkan bahwa sampel baik infus maupun ekstrak

etanol buah kemlaka mengandung tanin. Hasil identifikasi dengan menggunakan

KLT dapat dilihat pada tabel VI dan lampiran 10, 11, dan 12.

Dari hasil uji t didapat konsentrasi terkecil infus ataupun ekstrak etanol

buah kemlaka memiliki potensi sebagai antibakteri terhadap S. aureus. Dari uji

kualitatif menggunakan KLT didapat ada senyawa tanin dalam infus dan ekstrak

etanol buah kemlaka. Menurut Duke (1992) tanin dapat berfungsi sebagai

antibakteri. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa infus dan ekstrak etanol

buah kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus dan tanin

merupakan senyawa yang diduga sebagai senyawa antibakteri yang terdapat

(52)

35

Tabel VI. Hasil Identifikasi Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Metode KLT

Deteksi

UV 254 nm UV 365 nm FeCl3

Bercak No

Rf Warna

bercak Rf Warna Bercak Rf Warna Bercak Infus 1 2 3 4 5 - - 0,60 0,65 0,82 - - Kebiruan Kebiruan Kebiruan - - - - 0,82 - - - - Ungu gelap 0,13 0,48 0,60 0,65 0,82 Hitam kebiruan Hitam samar Hitam samar Hitam samar Hitam kebiruan Ekstrak Etanol 1 2 3 - 0,54 0,83 - Kebiruan Kebiruan - - 0,83 - - Ungu gelap 0,14 0,54 0,83 Hitam samar Hitam samar Hitam kebiruan Standar 0,82 Biru 0,82 Ungu

gelap

(53)

36

Gambar 2. Profil Kromatografi Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka dengan Deteksi Warna FeCl3

Keterangan gambar : Fase Diam : Silika Gel GF 254

Fase Gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air

(100:11:11:27)

A : Ekstrak etanol buah kemlaka 2,5%

B : Standart asam tanat 2,5%

(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Infus dan ekstrak etanol buah kemlaka memiliki potensi antibakteri terhadap S. aureus.

2. Kadar Hambat Minimal (KHM) infus buah kemlaka terhadap S. aureus adalah 4%, sedangkan KHM ekstrak etanol adalah 1,5%. Kadar Bunuh Minimal (KBM) infus buah kemlaka terhadap S. aureus adalah 6%, sedangkan KBM ekstrak etanol adalah 2%.

3. Kandungan kimia dalam buah kemlaka yang diduga aktif sebagai antibakteri

adalah tanin.

B. Saran

1. Perlu dilakukan identifikasi dan isolasi senyawa aktif antibakteri yang terdapat dalam infusa dan ekstrak etanol buah kemlaka.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang potensi antibakteri infus dan ekstrak etanol buah kemlaka dengan metode Bioautografi.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji toksisitas infus dan ekstrak

etanol buah kemlaka sehingga diketahui nilai LC50.

4. Perlu dilakukan standarisasi simplisia buah kemlaka sehubungan dengan

kegunaannya sebagai antibakteri.

(55)

38

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 1-17, 80, Depkes RI

Anonim, 1989, Phyllanthus emblica (PIER species info), www.hear.org, diakses 17Januari 2005

Anonim, 1993, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 27-29, 115-116, Bagian Mikrobiologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Anonim, 1995a, Farmakope Indonesia, Ed IV, 7-9, 410, Depkes RI

Anonim, 1995b, Farmakologi dan Terapi, Ed IV, 517, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Anonim, 1996, Tannins: Fascinating but Sometimes Dangerous Molecules,

www.ansci.cornell.edu/palnts/toxicagents/tannin.html, diakses 8 April 2005

Anonim, 1999, Phyllanthus emblica Fruit, \\E:/Phyllanthus emblica Fruit.htm, diakses 8 April 2005

Anonim, 2000a, Flora of Sut, nelli\flora.sut.ac.th,pH8.html.htm, diakses 7 juli 2005

Anonim, 2000b, Kemloko (Phyllanthus emblica Linn.), www.asiamaya.com, diakses 8 April 2005

Anonim, 2003, Emblic mycrobalans: Amla-Key Herb of Ayurwedic Medicine, Portland, Oregon, www.imotline.org/arts/amla.htm, diakses 22 Agustus 2005

Anonim, 2005, Plant Database, NRSC, United State Departement of Agriculture,

www.yahoo.com, diakses 31 Oktober 2005

Bonang, G., & Koeswardono, E., S., 1982, Mikrobiologi Kedokteran Untuk Klinik dan Laboratorium, 9, 17, 177-182, Gramedia, Jakarta

Bidiyanto, K., A., M., 2003, Mikrobiologi Terapan, 101, Penerbit Universitas Muhammadiyah, Malang

Duke, J., 1992, Phytochemical and Ethnobotanical Database, www.arsgin.gov, diakses 25 April 2005

(56)

39

Heyne, K., 1987, Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II, Ed I, 1137-1138, Badan Litbang Departemen Kehutanan RI

Hugo, W., B., & Russel, A., D., 1987, Pharmaceutical Mycrobiology, 34, 37, 285-286, Blackwell Scientific Publication, Oxford

Jawetz, E., Melnick, J., L., & Adelberg, E., A., 2001, Mikrobiologi Kedokteran, Ed I, 235, 317-326, Diterjemahkan oleh Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Penerbit Salemba Medika, Jakarta

Morton, F., J., 1987, Phyllanthus emblica L. In : Fruits of Warm Climates, 213-217, Miami, Florida, www.nort.purdue.edu,mewcorp,morton,emblic.htm.ht, diakses 8 April 2005

Robinson, T., 1991, The Organic Constituents of Higher Plants, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata, Ed IV, 281-292, ITB Press, Bandung

Salle, A., J., 1961, Fundamental Prinsiples of Bacteriology, 5th Ed, 738-739, Mc. Graw, Hill Book Company Inc., Kogakusha Company Ltd, Tokyo

Sudjadi, S., 1981, Metode Pemisahan, 60-72, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Stahl, E., 1985, Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi, 4, 6, 13, 17,

diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata & Iwang Sudiro, ITB, Bandung Tan, H., T., & Rahardja, K., 1991, Obat-Obat Penting : Khasiat, Penggunaan dan

Efek-Efek Sampingnya, Ed IV, Cetakan ke-2, 66, 72, Balai POM, Depkes RI, Jakarta

(57)
(58)

Lampiran 2. Tanaman Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)

(59)

Lanpiran 3. Buah Kemlaka (Phyllanthus emblica L.)

(60)

Lampiran 4. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk

(61)

Lampiran 5. Foto Hasil Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus dengan Metode Difusi Paper Disk

Keterangan : A : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%) B : Kontrol Negatif (DMSO)

(62)

Lampiran 6. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus

Dengan Metode Dilusi Padat

Keterangan : K(-) : Kontrol Negatif (Aquadest) K(+) : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%) 1 : Infus Buah Kemlaka 2%

(63)

Lampiran 7. Foto Hasil Uji Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S.

aureus Dengan Metode Dilusi Padat

Keterangan : K(-) : Kontrol Negatif (DMSO)

(64)

Lampiran 8. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Infus Buah Kemlaka Terhadap

S. aureus Dengan Metode Streak Plate

Keterangan : K(+) : Kontrol Positif (Ampisilin 2,5%) 1 : Infus Buah Kemlaka 2%

(65)

Lampiran 9. Foto Hasil Uji Penegasan Penetapan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) Ekstrak Etanol Buah Kemlaka

Terhadap S. aureus Dengan Metode Streak Plate

(66)

Lampiran 10. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi UV 254 nm

Keterangan : Fase diam : Silica Gel GF 254

Fase gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:27)

(67)

Lampiran 11. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi UV 365 nm

Keterangan : Fase diam : Silica Gel GF 254

Fase gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:27)

(68)

Lampiran 12. Hasil KLT Infus dan Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Dengan Deteksi FeCl3

Keterangan : Fase diam : Silica Gel GF 254

Fase gerak : Etil asetat : asam formiat : asam asetat : air (100:11:11:27)

Pereaksi Semprot : FeCl3

(69)

Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Infus Buah Kemlaka Terhadap S. aureus

One-Sample Statistics

4 .0000 .0000a .0000

4 .9600 8.165E-03 4.082E-03

Kontrol (-) Konsentrasi infusa terkecil

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

t cannot be computed because the standard deviation is 0. a.

One-Sample Test

235.151 3 .000 .9600 .9470 .9730

Konsentrasi infusa terkecil

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

(70)

Lampiran 14. Hasil Uji Statistik Diameter Zona Hambat Ekstrak Etanol Buah Kemlaka Terhadap S. aureus

One-Sample Statistics

4 .0000 .0000a .0000

4 1.1075 1.258E-02 6.292E-03

Kontrol (-)

Konsentrasi ekstrak etanol terkecil

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

t cannot be computed because the standard deviation is 0. a.

One-Sample Test

176.030 3 .000 1.1075 1.0875 1.1275

konsentrasi ekstrak etanol terkecil

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper 95% Confidence Interval of the

(71)

Gambar

Tabel I  Pembuatan variasi konsentrasi larutan uji………………...... 20
Gambar 1.  Skema Tata Cara Penelitian………………………………... 24
Tabel I . Pembuatan Variasi Konsentrasi Larutan Uji
Gambar 1. Skema Tata Cara Penelitian
+5

Referensi

Dokumen terkait

Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau

Isolat AEP-2 berkerabat dengan Streptomyces galilaeus strain JCM 4757, Streptomyces flavogriseus strain CBS 101.34, dan polyantibioticus strain SPR; DSM 44925 dengan

anggota peserta dalam kehidupan masyarakat, dan kedua sebagai peneliti yang mengumpulkan data tentang perilaku masyarakat dan perilaku individunya. Observasi

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini yaitu : (1) struktur yang membangun dalam naskah drama Lelakon karya Andy Sri Wahyudi berdasarkan teori dramaturgi

In this study, the writer used 20 undergraduate English Department academic year 2006 students’ thesis conclusions as the source of data. This study is dealing with

Korelasi Antara Betalain dan Aktivitas Antioksidan Cookies Tapioka dengan Berbagai Variasi Konsentrasi Pewarna Serbuk Bit Merah Selama Pemanggangan... Korelasi Antara Tekstur

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi

ITZ charucterization for fiber-cement matrix composites is manifested for fiber pullout problern as strain energy released rate G;n1 by LEFM