RISIKO KUFUR NIKMAT STUDI PENAFSIRAN
ALQURAN SURAT
IBRA<HI<M
AYAT 7
SKRIPSI
Oleh:
ISTI’ANAH YUNIARTI NIM. E33210061
JURUSAN TAFSIR HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
iv
ABSTRAK
Isti’anah Yuniarti, Risiko Kufur Nikmat Studi Penafsiran Alquran Surat Ibra>hi>m Ayat 7.
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana penafsiran surat Ibra>hi>m ayat 7. 2) Bagaimana balasan bagi orang yang kufur nikmat menurut Alquran surat Ibra>hi>m ayat 7?
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan surat Ibra>hi>m ayat 7 dengan mendeskripsikan balasan bagi orang yang mengingkari nikmat Allah sehingga dapat diketahui akibat yang diterima bagi pelaku kufur nikmat.
Dalam menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini bersifat kepustakaan (library research) dan metode tah}li>li> (analisis) yaitu menggambarkan atau menjelaskan penafsiran-penafsiran para mufassir yang berkaitan dengan risiko bagi pelaku kufur nikmat dari seluruh aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat Alquran.
Penelitian ini dilakukan karena adanya kesamaran siksa yang diterima bagi pelaku kufur nikmat. Dalam Alquran disebutkan apabila mensyukuri nikmat-nikmat Allah, maka Allah akan menambah nikmat tersebut. Namun, apabila mengkufurinya, yakni tidak menggunakan nikmat tersebut sesuai dengan fungsinya dan tidak mempercayai bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah, tidak disebutkan balasan secara pasti, hanya dikatakan bahwa siksa Allah sangat pedih. Kesamaran makna siksa Allah sangat pedih ini tentu menjadi sebuah problem tersendiri untuk dibahas, khususnya dalam sudut pandang Alquran surat Ibra>hi>m ayat 7.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah risiko yang diterima bagi pelaku kufur nikmat dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, adha>b di dunia meliputi dicabutnya nikmat-nikmat yang Allah berikan padanya sehingga tidak dapat merasakan nikmat tersebut, mempunyai sakit kejiwaan karena hatinya selalu ditimpa penyakit selalu merasa tidak puas disebabkan menilai sesuatu dengan kekurangan, bahkan terdapat pendapat yang menyatakan bahwa nikmat di dunia semakin ditambah untuk memperpanjang kedurhakaannya kepada Allah SWT. Kedua, ‘adha>b di akhirat berupa siksa di neraka jahanam, semakin jauh dengan Allah, dan yang paling berat adalah nanti kelak di akhirat tidak dapat bertemu dengan Allah. Dicabut nikmat di akhirat itu sangat berat, tapi dicabutnya nikmat bertemu dengan Sang Pencipta itu paling dahsyatnya siksa.
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ...i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ... xi
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8
D. Rumusan Masalah ... 9
E. Tujuan Penelitian ... 9
G. Penegasan Judul ... 10
H. Telaah Pustaka……… .. .11
I. Metodologi Penelitian ... 13
I. Sistematika Pembahasan ... .17
BAB II : NIKMAT DAN KUFUR A. Pengertian Nikmat ... .18
B. Macam-macam Nikmat ... .19
D. Macam-macam Kufur ... .30
E. BAB III : PENAFSIRAN SURAT IBRA<HI<M AYAT 7
A. Deskripsi Surat Ibra>hi>m ayat 7 ... .40
B. Munasabah ... .41
C. Penafsiran ulama terhadap surat Ibrahim ayat 7
1. Penafsiran Quraish Shiha>b dalam Tafsi>r Al-Misba>h…...44
2. Penafsiran Sayyid Quthb dalam Tafsi>r Fi> Zhila>lil Quran..45
3. Penafsiran Al-Mara>ghi> dalam Tafsi>r Al-Mara>ghi>...47
4. Penafsiran Hamka dalam Tafsi>r Al-Azha>r………….….…49
5. Penafsiran Al-Ra>zy>dalam Tafsi>r Mafa>ti>h Al-Ghaib….….50
6. Penafsiran Ibn Musthafa> dalam Tafsi>r Ru>h Al Baya>n...53
7. Penafsiran Muhamad Sya’ra>wi> dalam Tafsi>r Sya’ra>wi> ....56
8. Penafsiran Abu> Haya>n dalam Tafsi>r Bahr al-Muhi>t ….…58
9. Penafsiran Naisa>buri> dalam Tafsi>r An-Naisa>buri>…….….61
10. Penafsiran Abu> Zahrah dalam Kitab Zuhroh At-Tafa>sir.. 62
BAB IV : ANALISIS RISIKO KUFUR NIKMAT
A. Kufur Nikmat dan Bentuknya……….66
B. Risiko Kufur Nikmat………..71
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alquran ialah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW melalui malaikat Jibril sebagai bukti bahwa rasul adalah utusan Allah.
Semua firman itu terhimpun di dalam mushaf yang di awali dengan surat
Al-Fa>tih}ah dan di tutup dengan surat An-Na>s, diriwayatkan secara mutawa>tir
dari satu generasi ke generasi lain melalui lisan dan tulisan, serta senantiasa
terpelihara keorisinilannya dari segala bentuk perubahan dan penukaran atau
penggantian.1
Fungsi ideal Alquran dalam realitasnya tidak begitu saja dapat
diterapkan, tetapi membutuhkan pemikiran dan analisis yang mendalam. Tidak
semua ayat Alquran yang tertentu hukumnya sudah siap pakai. Banyak ayat yang
masih global dan mushtarak yang memerlukan pemikiran dan analisis khusus
untuk menerapkannya.2
Banyaknya ayat yang global ini tidaklah melemahkan peran Alquran
sebagai sumber utama hukum Islam, tetapi malah menjadikannya bersifat
universal. Keadaan ini menempatkan hukum Islam sebagai aturan yang bersifat
takammul (sempurna) dalam artian dapat menempatkan diri dan mencakup
segenap aspek kehidupan, bersifat wasat}iyah (seimbang dan serasi) antara
1Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005),
16.
2
dimensi duniawi dan ukhrawi, antara individu dan masyarakat, dan juga bersifat
h}arakah (dinamis) yakni mampu berkembang dan dapat diaplikasikan di
sepanjang zaman.3
Bahasa Alquran adalah mukjizat besar sepanjang masa, keindahan bahasa
dan kerapian susunan kata-katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa
Arab lainnya.4 Gaya bahasa yang luhur dan mudah difahami merupakan ciri dari
gaya bahasa Alquran. Karena dengan gaya bahasa yang demikian itulah ‘Umar
bin Khata>b dengan nikmat berupa hidayah dari Allah SWT masuk Islam setelah
mendengar Alquran dibacakan oleh adiknya yang bernama Fa>t}}}}}}}}}}imah
yakni awal surat T{o>ha>.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebagai manusia tidak terlepas adanya
penggunaan nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Nikmat adalah segala
kebaikan yang membahagiakan yang diberikan kepada manusia. Nikmat
merupakan segala pemberian Allah SWT yang dipandang baik dan memberi
manfaat. Pemberian tersebut berupa rizki, anugerah, kebahagiaan, kekuasaan,
kelembutan, kesehatan, kesenangan dan lain sebagainya. Imam Al-Ghozali
mengatakan bahwa nikmat adalah setiap kebaikan, kelezatan, kebahagiaan bahkan
setiap keinginan yang terpenuhi.5
Segala yang diperoleh manusia melalui berbagai usaha adalah nikmat,
sebab kemampuan dan semangat berusaha itu sendiri merupakan nikmat Allah
SWT. Karena nikmat itu bersumber dari Allah SWT Yang Maha Suci dan Bersih,
maka Islam mengajarkan agar nikmat itu diperoleh melalui usaha yang bersih
3Ibid.
4Abdul Djalal, Ulum Alquran (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000), 281.
3
pula, sesuai dengan ajaran Islam. Allah melarang umat-Nya dalam mencari
nikmat Allah SWT dengan usaha-usaha yang bertentangan dengan ajaran Islam.6
Larangan tersebut disampaikan dalam beberapa ayat Alquran, antara lain:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.7
Sesungguhnya apa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala, dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rizki kepadamu. Maka mintalah rizki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.8
Nikmat Allah SWT yang diberikan kepada manusia sangat banyak dan
tidak dapat dihitung walaupun dengan alat yang canggih sekalipun seperti super
komputer yang mampu mencatat dan menyimpan milyaran data. Nikmat tersebut
misalkan yang ada di dunia mulai dari yang kelihatan (kelihatan panca indra)
sampai yang tidak kelihatan dan masih banyak lagi nikmat-nikmat-Nya yang ada
6Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Cet. 1 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1996), 1350. 7
Alquran, 4:29.
4
di alam raya ini. Oleh karenanya, Allah memberi ultimatum kepada manusia
untuk menghitung nikmat-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.9
Bentuk nikmat yang diberikan kepada manusia bermacam-macam.
Nikmat itu baik berupa jasmani maupun rohani. Pemberian nikmat tersebut
kepada makhluk-Nya tiada lain hanya mempunyai tujuan supaya beribadah
semata-mata kepada Allah SWT. Dalam Alquran Allah berfirman:
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.10
Nikmat Allah yang diberikan kepada manusia sangat berpengaruh
terhadap ketakwaan seseorang dalam menjalankan ibadah kepada Allah. Apabila
iman seseorang lemah, maka lemah pula dalam menegakkan syariat Allah SWT.
Sehingga penting dalam memahami dan menghayati nikmat untuk dapat
menyelamatkan diri dari jurang yang namanya neraka. Sesuai firman Allah:
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan? Yaitu neraka Jahannam, mereka masuk kedalamnya, dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.
9Ibid., 27:18.
5
Dari segala nikmat yang telah diberikan, Allah memerintah kepada
makhluk-Nya untuk bersyukur dan berterima kasih kepada-Nya. Allah juga
memperingatkan untuk selalu mengingat Allah dan melarang mengingkari
nikmat-Nya. Dalam Alquran Allah berfirman:
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.11
Mensyukuri nikmat yaitu menggunakan nikmat pemberian Allah untuk
mengabdi dan beribadah kepada-Nya, serta menggunakan nikmat tersebut sesuai
dengan yang dikehendaki oleh-Nya. Misalnya, Allah telah memberikan nikmat
berupa mata, maka cara mensyukurinya yaitu dengan menggunakan mata tersebut
untuk membaca Alquran, mengamati tanda-tanda kebesaran ciptaan Allah dan
banyak lagi lainnya.
Setiap nikmat yang disyukuri, Allah akan menambahkan nikmat-Nya.
Dalam suatu hadis yang diriwayatkan oleh Sa’ad bin Abi>>>>>>>
Waqa>s}}}}}} diterangkan bahwa dalam suatu perjalanan dari Makkah ke
Madinah ketika mereka sampai di suatu tempat yang namanya Azwara, Rasulullah
menadah tangan untuk berdoa. Setelah itu, Rasulullah bersujud dan memohon
kepada Allah supaya umatnya diberi syafaat di akhirat kelak. Allah
memberitahukan bahwa doanya akan diperkenankan sepertiganya, kemudian
Rasulullah bersujud (sujud syukur) sebagai tanda terima kasih kepada Allah SWT.
Kemudian Allah memberitahukan bahwa doanya akan dikabulkan dua pertiga.
6
Maka Rasulullah sujud syukur kembali dan Allah SWT memberitahukan kembali
bahwa permohonannya akan dikabulkan seluruhnya. Dengan wajah gembira Nabi
SAW sujud syukur yang ketiga kalinya.
Ujian tidak hanya terbatas dalam bentuk hal-hal yang merugikan atau
yang dinilai negatif oleh seseorang, tetapi dapat juga nikmat. Alquran
memerintahkan untuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah
sekaligus mengancam siksa yang berat bagi orang yang mengkufuri nikmat-Nya.
Allah berfirman dalam surat Ibra>hi>m ayat 7:
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".12
Ayat di atas menjelaskan bahwa sesungguhnya orang yang sibuk
mensyukuri nikmat Allah maka Allah menambah nikmat tersebut, sebaliknya
apabila mengingkarinya maka siksa Allah sangatlah pedih. Ketika menjelaskan
pahala bagi orang yang bersyukur, jelas dikatakan bahwa nikmat yang diberikan
akan ditambah. Namun, ketika berbicara tentang kufur nikmat, tidak disebutkan
secara jelas hukuman atau siksa yang akan diterima, hanya disebutkan bahwa
siksa Allah sangat pedih.
Memahami makna yang tertuang dalam Alquran merupakan sebuah
keniscayaan bagi umat Islam. Tidak sekedar hanya memahami, akan tetapi
dituntut pula untuk mengamalkannya karena ia sebagai petunjuk keselamatan bagi
manusia. Untuk itu, umat Islam sepanjang zaman senantiasa mendekati dan
7
menafsiri Alquran sebagai bentuk tanggungjawab dan memenuhi tuntutan
tersebut. Pada kenyataannya, pemahaman mereka terhadap ayat-ayat Alquran
terkadang banyak ditemukan khilafiyah (ketidaksamaan), yang pada akhirnya
melahirkan keberagaman tafsir. Khilafiyah tafsir tidak hanya dalam memahami
suatu ayat. Lebih jauh lagi, tidak jarang pula mereka beragam dalam memaknai
suatu lafad dari sebuah ayat, seperti halnya terjadi dalam memaknai istilah
al-‘adha>b al-shadi>d pada ayat Ibra>hi>m di atas.
Dalam menafsiri lafad al-‘adha>b al-shadi>d terdapat keberagaman
pendapat antara penafsir satu dengan penafsir lainnya. Sekilas menyimpulkan
bahwa adha>b itu terbagi menjadi dua yaitu adha>b dunia dan adha>b akhirat.
Menurut Quraish Shiha>b, Ibn Katsi>r dan Al-Mara>ghi>, yang dimaksud siksa
yang pedih bagi orang yang kufur nikmat adalah dengan dicabutnya
nikmat-nikmat tersebut dari pemiliknya ketika di dunia, sehingga orang tersebut tidak
dapat merasakan nikmat Allah lagi. Sedangkan di akhirat, mereka akan
mendapatkan petaka atau hukuman yang sangat berat bahkan siksa dimana orang
tersebut tidak akan sanggup untuk menanggungnya.
Berbeda dengan Hamka yang menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan siksa yang pedih yaitu berupa sakit jiwa, dimana jiwanya hancur karena
ditimpa penyakit selalu merasa tidak puas, tidak mengenal terima kasih dan
menghitung sesuatu dari segi kekurangan. Sedangkan menurut Al-Ra>zi> dalam
kitab Mafa>ti>h Al-Ghaib menyebutkan bahwa mengkufuri nikmat tidak akan
terjadi kecuali karena adanya kebodohan bahwa nikmat tersebut dari Allah. Orang
8
mengetahui Allah adalah bagian siksaan dan hukuman yang terberat. Dalam kitab
Ru>h al-Baya>n dikatakan bahwa sesunggunya siksa karena perpisahan dengan
Allah dengan tidak adanya pertemuan dengan Allah itu sungguh siksaan yang
berat. Kehilangan nikmat dunia dan akhirat itu berat, namun kehilangan nikmat
pertemuan itu lebih berat bagi hati dan nyawa.
Kesamaran siksa yang akan diperoleh bagi pelaku kufur nikmat tentu
memiliki daya tarik tersendiri untuk dikaji lebih jauh lagi menjadi sebuah
penelitian. Untuk itu, diangkat sebuah rencana penelitian dengan judul “Risiko
Kufur Nikmat Studi Penafsiran Alquran Surat Ibra>hi>m Ayat 7”.
B.Identifikasi dan Batasan Masalah
Bertolak dari paparan di atas, diketahui bahwa masalah pokok dalam
kajian ini adalah akibat bagi orang yang mengingkari nikmat Allah.
Adapun permasalahan-permasalahan yang teridentifikasi, di antaranya:
1. Anjuran bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah.
2. Janji Allah bagi orang yang bersyukur atas nikmat yang telah diterima.
3. Hikmah bersyukur.
4. Larangan mengingkari nikmat Allah.
5. Faktor penyebab kufur nikmat.
6. Bentuk-bentuk kufur nikmat.
7. Balasan bagi orang yang mengkufuri nikmat Allah.
Mengingat banyaknya permasalahan yang teridentifikasi serta untuk
9
Pembatasan masalah dilakukan supaya kajian ini dapat memenuhi target dengan
hasil yang maksimal. Pembatasan masalah yang dimaksud, yaitu akan difokuskan
pada risiko yang akan diterima bagi orang yang mengkufuri nikmat Allah yang
tertuang dalam surat Ibra>hi>m ayat 7.
C.Rumusan Masalah
Untuk memberikan arahan yang jelas terhadap permasalahan yang akan
diteliti, maka perlu kiranya ada perumusan masalah. Rumusan masalah yang
dimaksud, di antaranya:
1. Bagaimana penafsiran surat Ibra>hi>m ayat 7?
2. Bagaimana balasan bagi orang yang kufur nikmat menurut Alquran surat
Ibra>hi>m ayat 7?
D.Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini, di antaranya:
1. Untuk menjelaskan surat Ibra>hi>m ayat 7.
2. Untuk mendeskripsikan balasan bagi orang yang mengingkari nikmat Allah
sebagaimana yang tertuang dalam surat Ibra>hi>m ayat 7.
E.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal
10
1. Secara teoritis
Penelitian ini dapat memperkaya wawasan khazanah keilmuan tafsir
hadis yang khususnya tentang risiko kufur nikmat menurut surat Ibra>hi>m
ayat 7. Juga dapat memberikan manfaat bagi pengembangan penelitian yang
sejenis.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan,
serta pemahaman kepada masyarakat Islam dan segenap pembaca tentang
akibat yang akan diterima orang yang kufur, khususnya dalam konteks kufur
nikmat. Diharapkan pula masyarakat Islam dan segenap pembaca dapat
mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah dengan memanfaatkan sesuai
dengan fungsinya bukan sebaliknya.
F. Penegasan Judul
Sebelum pembahasan lebih lanjut, perlu diberikan gambaran yang jelas
mengenai maksud judul penelitian ini, yakni Risiko Kufur Nikmat Studi
Penafsiran Alquran Surat Ibrahim Ayat 7. Berikut ini dijelaskan kata-kata
konseptual dari judul dimaksud sebagai berikut :
Risiko : Akibat yang kurang menyenangkan (merugikan,
membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.13
Kufur : Tidak percaya kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.14
11
Nikmat : Terdapat beberapa definisi tentang nikmat, yakni enak atau
lezat; merasa puas dan senang; serta pemberian atau karunia
dari Allah SWT.15
Dengan kufur nikmat dimaksudkan adalah tidak percaya terhadap
pemberian atau karunia Allah SWT. Adapun “risiko kufur nikmat” yang dimaksud
adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari
ketidakpercayaan terhadap pemberian atau karunia Allah SWT. Bentuk-bentuk
kufur nikmat akan dijelaskan lebih lanjut pada deskripsi teoritik. Sesuai dengan
judul penelitian, risiko atau akibat yang dimaksud sesuai fokus kajian penelitian
ini, yakni surat Ibra>hi>m ayat 7.
G.Telaah Pustaka
Telaah pustaka dalam sebuah penelitian yang menggambarkan hasil
sebuah kajian atau penelitian terdahulu dirasa sangat perlu. Tujuannya supaya
tidak mengganggu nilai orisinilitas penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian
ini, telaah pustaka yang telah dilakukan menemukan beberapa karya yang
membahas masalah yang serupa dengan penelitian ini, di antaranya:
1. Kufur Dalam Alquran yang ditulis oleh Kurotul Aini yang merupakan skripsi
di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ditulis tahun 2001, Jurusan Tafsir Hadis.
Skripsi ini berupa kajian tematik ayat Alquran tentang kufur secara umum.
Pembahasan skripsi ini menjelaskan macam-macam bentuk kufur serta dampak
yang diakibatkan.
14Ibid., 830.
12
2. Ma’ani Kalimat Kufur Dalam Alquran yang ditulis oleh Khalilah yang
merupakan skripsi di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Ditulis tahun 2004,
Fakultas Adab. Dalam pembahasannya, dia menggali makna kufr menurut
penafsiran para ahli tafsir serta mengungkap pergeseran makna kufur.
Dari beberapa telaah pustaka yang telah dilakukan secara seksama,
penelitian ini memiliki kesamaan dan perbedaan dengan dua penelitian di atas
yang tidak mengurangi orisinilitas penelitian yang hendak diangkat di sini.
Adapun kesamaan dengan dua penelitian di atas adalah sama tema pokoknya,
yakni mengangkat tema kufur. Sementara yang membedakan penelitian ini
dengan dua penelitian sebelumnya, di antaranya:
1. Penelitian ini menggunakan metode tahlili> yakni mendeskripsikan makna
ayat. Sementara pada penelitian yang dilakukan oleh Kurotul Aini
menggunakan metode maud}u’i yakni mengumpulkan ayat yang bertemakan
kufur kemudian menafsirinya.
2. Penelitian ini fokus membahas masalah akibat yang diterima bagi orang yang
mengingkari nikmat-nikmat Allah, tidak seperti dalam penelitian Kurotul Aini
yang masih global dalam penjelasannya.
3. Dengan penelitian yang dilakukan Khalilah tentunya sangat berbeda, karena
penelitiannya diangkat dari Fakultas Adab dengan keilmuan Bahasa dan Sastra
Arab. Sementara penelitian yang diangkat di sini diangkat dari Fakultas
Ushuluddin dengan fokus keilmuan Tafsir Hadis sehingga yang ditekankan
13
H.Metodologi Penelitian
1. Model penelitian
Menggunakan metodologi penelitian kualitatif, sebuah metode
penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, perspektif ke dalam dan
interpretatif.16
Inkuiri naturalistik adalah pertanyaan yang muncul dari diri penulis
terkait persoalan tentang permasalahan yang sedang diteliti. Perspektif ke
dalam adalah sebuah kaidah dalam menemukan kesimpulan khusus yang
semulanya didapatkan dari pembahasan umum. Sedang interpretatif adalah
penterjemahan atau penafsiran yang dilakukan oleh penulis dalam mengartikan
maksud dari suatu kalimat, ayat atau pernyataan.
2. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research).
Dalam penelitian kepustakaan, pengumpulan data-datanya diolah melalui
penggalian dan penelusuran terhadap kitab-kitab, buku-buku dan catatan
lainnya yang memiliki hubungan dan dapat mendukung penelitian.17
3. Metode penelitian
Adapun untuk memperoleh wacana tentang akibat yang diterima bagi
pelaku kufur nikmat dalam Alquran dapat menggunakan metode-metode
penelitian sebagai berikut:
a. Deskriptif, adalah bersifat menggambarkan, menguraikan sesuatu hal
menurut apa adanya atau karangan yang melukiskan sesuatu. Pendeskripsian
16Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2002), 2. 17
14
ini digunakan oleh penulis dalam memaparkan hasil data-data yang
diperoleh dari literatur kepustakaan.
b. Analitis (tahlili>), adalah suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan
kandungan ayat-ayat Alquran dari berbagai aspek. Melalui metode tahlili>,
biasanya mufasssir menguraikan makna yang dikandung oleh Alquran, ayat
demi ayat, dan surat demi surat, sesuai dengan urutan di dalam mushaf.18
Uraian tersebut menyangkut berbagai aspek yang dikandung ayat yang
ditafsirkan seperti pengertian kosakata, konotasi kalimatnya, latar belakang
turun ayat, kaitannya dengan ayat-ayat lain, baik sebelum maupun
sesudahnya (munasabah), dan tidak ketinggalan pendapat-pendapat yang
telah diberikan berkenaan dengan tafsiran ayat-ayat tersebut, baik yang
disampaikan oleh Nabi, Sahabat, para Tabi’in maupun ahli tafsir lainnya.19
Metode ini terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk bi al-ma’thur, yaitu
penafsiran yang akan berjalan terus selama riwayat masih ada, dan dengan
bi al-ra’yi, yaitu penafsiran yang akan berjalan terus dengan ada atau tidak
ada riwayat.20 Dalam konteks penelitian di sini, karena tidak hendak
menafsirkan keseluruhan ayat Alquran, metode dan gaya tahlili> hanya
digunakan dalam konteks sebagaimana mufassir menafsirkan sebuah ayat
Alquran yang menjadi tema pembahasan pada peneliti ini, yakni digunakan
dalam menganalisis ayat ke 7 surat Ibra>hi>m.
18
Abd. Al Hayy Al-Farmawi, Metode Tafsir Maud}u’i (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1994), 12.
19Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Alquran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998), 31.
15
4. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dalam penulisan skripsi ini menggunakan
metode dokumentasi. Mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa
catatan, buku, kitab, dan lain sebagainya. Melalui metode dokumentasi,
diperoleh data-data yang berkaitan dengan penelitian berdasarkan
konsep-konsep kerangka penulisan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
5. Pengolahan data
a. Editing, yaitu memeriksa kembali secara cermat data-data yang diperoleh
terutama dari segi kelengkapan, kejelasan, kesesuaian, relevansi dan
keragamannya.
b. Pengorganisasian data, yaitu menyusun dan mensistematikan data-data yang
diperoleh dalam kerangka paparan yang sudah direncanakan sebelumnya
sesuai dengan rumusan masalah.
6. Teknik analisis data
Teknik analisa data memakai pendekatan metode deskriptif-analitis.
Penelitian yang memaparkan data-data yang diperoleh dari kepustakaan.21
Dengan metode ini akan dideskripsikan mengenai makna siksa yang
berat bagi pelaku kufur nikmat sehingga dapat menjadi lebih jelas dan lebih
tajam dalam menyajikan makna risiko kufur nikmat. Selanjutnya, setelah
pendeskripsian tersebut, dianalisis dengan melibatkan penafsiran beberapa
mufassir.
21Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan
16
7. Sumber data
Data yang diambil dalam penelitian ini bersumber dari dokumen
perpustakaan yang terdiri dari dua jenis sumber yaitu primer dan sekunder.
a. Data primer
Sebagai sumber primer dalam penelitian ini satu-satunya adalah kitab
suci Alquran dan terjemahannya, sebab objek utama dalam penelitian ini
adalah teks Alquran yakni surat Ibra>hi>m ayat 7.
b. Data Sekunder
Selain data primer, terdapat data sekunder sebagai rujukan pelengkap
yang sangat membantu dalam penelitian ini. Data-data sekunder tersebut
antara lain sebagai berikut:
a. Tafsi>r Al-Misba>h karya M. Quraish Shiha>b
b. Tafsi>r Mafa>ti>h Al-Ghaib karya Al-Ra>zy>
c. Tafsi>r Ru>h Al-Baya>n karya Isma’i>l Ibn Musthafa>
d. Tafsi>r Al-Azha>r karya Hamka
e. Tafsi>r Ibn Katsi>r karya Ibn Katsi>r
f. Tafsi>r Al-Mara>ghi> karya Al-Mara>ghi>
g. Tafsi>r Fi> Zhila>lil Quran karya Sayyid Quthb
h. Tafsi>r Sya’ra>wi> karya Muhamad Sya’ra>wi>
i. Tafsi>r Bahr Al-Muhi>t} karya Abu> Haya>n
j. Tafsi>r An-Naisa>buri> karya Naisa>buri>
17
I. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, maka penulisan
ini disusun atas lima bab sebagai berikut:
Bab I berisikan pendahuluan yang meliputi; latar belakang masalah,
batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
penegasan judul, telaah pustaka, metodologi penelitian, kemudian dilanjutkan
dengan sistematika pembahasan.
Bab II berisikan tentang pengertian nikmat, macam-macam nikmat,
pengertian kufur dan macam-macam kufur.
Bab III berisikan tentang penafsiran surat Ibra>hi>m ayat 7 tentang
pemaknaan kata al-adha>b al-shadi>d.
Bab IV berisikan analisis tentang risiko bagi orang yang mengingkari
nikmat Allah.
17
BAB II
NIKMAT DAN KUFUR
A.Pengertian Nikmat
Kata nikmat adalah bentuk mas}dar dari kata kerja na’ama yan’imu
ni’matan ( ةمعن- معني – معن ) yang mengandung makna kelapangan dan kehidupan
yang baik. Kata ini juga bermakna segala sesuatu yang diberikan seperti rizki,
harta atau lainnya.1
Kata ni’mat ةمعن bentuk jamaknya yaitu an’um ( معنا ) yakni anugerah
Allah SWT. Kata nikmat yang berdiri sendiri dalam suatu redaksi terulang di
dalam Alquran sebanyak 34 kali dan mengandung banyak arti antara lain
anugerah, ganjaran, kelapangan, rizki, kekuasaan dan kehalusan atau
kelembutan.2
Bentuk jamak dari kata ini diistilahkan dalam ilmu tata bahasa Arab
dengan jamak qillah (jamak yang mengandung makna sedikit) ini berbeda dengan
kata ni’am ( معن ) yang juga merupakan bentuk kata jamak dari kata nikmat.
Penggunaan kata ini mengisyaratkan bahwa anugerah Allah SWT yang diperoleh
sedikit jika dibanding dengan apa yang disisi Allah SWT. Demikian Al-Biqa’i
menyatakan bahwa anugerah Allah SWT yang mereka peroleh itu walaupun
banyak tetapi hakikatnya sedikit apabila dibanding dengan anugerah yang dapat
1M. Quraish Shiha>b
, Ensiklopedia Alquran: Kajian Kosakata Cet. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2007), 723.
2M. Quraish Shiha>b
18
mereka peroleh jika mereka taat kepada-Nya.3 Menurut pakar bahasa, Az-Zajaj
mengartikan kata ni’mat ( ةمعن ) sebagai antonim dari kata niqmat ( ةمقن ) yang
berarti siksa.4
Al-As}fahani menjelaskan bahwa pengertian asal dari kata nikmat adalah
kelebihan atau pertambahan. Sedangkan menurut Al-Jurjani, nikmat adalah suatu
pemberian Allah SWT yang dipandang baik, yang memberi manfaat bagi
kesenangan atau kebahagiaan hidup umat manusia. Nikmat tersebut adalah milik
Allah SWT dan diberikan kepada setiap makhluk yang dikehendaki-Nya.5
Ibnu ‘Abba>s mengartikan nikmat itu sebagai anugerah yang berupa
diutus-Nya Nabi Muhammad SAW kepada manusia untuk membacakan kepada
mereka ayat-ayat Allah SWT yang jelas, menyucikan serta membersihkan diri
mereka dari akhlak-akhlak yang rendah.6
Menurut Naisabbu>ry>, definisi nikmat adalah suatu kebahagiaan yang
diberikan Allah kepada hamba-Nya dengan mengingat-ingat anugerah-Nya.7
Sedangkan menurut Ahmad Musthafa> Al-Mara>ghi> dalam tafsirnya menyatakan
bahwa nikmat merupakan pahala yang diterima oleh seseorang dalam beramal
sebagai imbalan amal perbuatannya.8
Menurut Burha>n Al-Di>n, anugerah Allah merupakan sebuah aspek dari
rahmad-Nya. Oleh karenanya, puncak setiap pengamalan yang terjadi dalam
3M. Quraish Shiha>b
, Tafsir Al-Misba>h (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 370.
4
Ibid., 79.
5Shiha>b
, Ensiklopedia Alquran.,
6Abu> Fida>’ Ibn Katsi>r Ad-Dimasyqi, Tafsir Ibnu Katsi>r Juz 2 (Bandung: Sinar Baru,
2002), 43.
7Naisabury>, Risa>latul Qusyairiyah
(Surabaya: Risalah Gusti, 1996), 195.
8Ahmad Musthafa> Al Mara>ghi>, Terjemah Tafsir Al Mara>ghi> Juz IV (Mesir: Musthafa>
19
kehidupan sehari-hari baik penyingkapan (kashf), rasa (dhawq), minuman
(shurb), dan pemuasan dahaga adalah malalui rahmad Ilahi. Tanpa rahmat Allah
manusia tidak akan dapat berbuat apa-apa.9
Nikmat juga berarti kesenangan. Kesenangan yang diberikan Allah
kepada hamba-Nya itu bermacam-macam. Pengertian kesenangan di sini
mengandung arti apabila seseorang telah menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya maka kesenangan itu dapat dicapai di akhirat.10
Dari beberapa pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
nikmat merupakan segala pemberian Allah SWT yang dipandang baik dan
memberi manfaat. Pemberian tersebut berupa rizki, anugerah, kebahagiaan,
kekuasaan, kelembutan, kesehatan, kesenangan dan lain sebagainya.
B.Macam-Macam Nikmat
Meskipun tidak dapat dihitung, menurut kandungan beberapa ayat
Alquran, dapat dirumuskan bahwa dari segi masa memperolehnya, nikmat itu
dapat dibagi atas dua periode: pertama, nikmat yang diterima di dunia, dan
kedua, nikmat yang diterima di akhirat.11
Nikmat yang diterima di dunia ini ada yang bersifat materiil dan ada
pula yang bersifat nonmateriil.12 Contoh nikmat yang berkaitan dengan
9Burha>n Al-Di>n Ibra>him Al-Dasuqi, Semua Anak Yang Mengikuti Ajaran Nabi Saw
(Bandung: Mizan, 1996), 215.
10
Hidayat, Nikmatnya Hidup Bahagia (Solo: Pustaka Barokah, 2003), 59.
11
Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam Cet. 1 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), 1350.
12
20
kesenangan jasmani atau yang bersifat materiil banyak terdapat dalam Alquran,
antara lain:
1. Pangkat dan kekuasaan
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan dari keturunan Ibra>hi>m dan Israil, dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah yang Maha Pemurah kepada mereka, Maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.13
2. Kekayaan harta benda
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Dan Allah melebihkan sebagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki, tetapi orang-orang yang dilebihkan (rizkinya itu) tidak mau memberikan rizki mereka kepada budak-budak yang mereka miliki, agar mereka sama (merasakan) rizki itu. Maka mengapa mereka mengingkari nikmat Allah14?15
3. Istri dan anak
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ 13 Alquran, 19:58. 14
Ayat ini salah satu dasar Ukhuwah dan Persamaaan dalam Islam.
15
21
Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rizki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"16
4. Langit, bumi, air hujan, buah-buahan, alat transportasi laut dan sungai,
matahari dan bulan yang beredar terus dalam orbitnya, siang dan malam yang
silih berganti, dan berbagai kebutuhan hidup yang diminta kepada Allah SWT.
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rizki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai. Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).17
5. Nikmat kesehatan
ِ بَِهَلاَِ بعَ عَ، س ِعَ بَُ ا ْصَا حَ: اقَ ِرب ْلاَِ ِظ ْلاَِ بعَ بَساب ْلاَا ح
َ،، ِ َ ِبََِ بَِ ََِ
َت ِ ََ: اقَ،ِه ِبََ ع
َرِكَا ِ ِفَ بغ َِ ا َِ: ََ َِه عَُهاَ َصَِهَلاَُ َرَ اقَ:ُ ُق َ،سابعَ با
ُ ار ْلا َ،ُةحِصلاَ،ِسا لاَ ِ
18 16Ibid., 16:72.
17
Ibid., 14:32-34.
18Ibn Ma>jah, Sunan Ibn Ma>jah (Da>r Ihya’ al-Kutub al-Arabiyah: al-Ba>bi al-Hala>bi, tt),
22
Maksud dari hadis di atas yaitu terdapat dua macam kenikmatan yang
kebanyakan menjadikan manusia tertipu oleh keduanya yaitu nikmat
kesehatan dan nikmat waktu kosong.
Contoh nikmat yang bersifat rohani atau nonmateriil juga terdapat
dalam Alquran, antara lain:
1. Agama Islam yang diwahyukan Allah SWT yang mengandung ajaran dan
petunjuk hidup bagi kesejahteraan umat manusia di dunia dan di akhirat.
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridlai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.19
19
23
َ عَ،ُ َلاَا حَ: اقَُةب ُقَا ح
َ ِبََِ بَِ ََِ بَِرِاعَ عَ،ِ ِراحاَِ بَ ِ اربِإَِ بَِ ح َ عَ،ِداهاَِ با
َ:ُ ُق َ ََ َِه عَهَلاَ َصَِهَلاَ َرَعِ ََه ََ،ِبَِطُماَِ بعَِ بَِساب لاَ عَ،صاَق
«
َ،ِ امِإاَ طَ ا
َ
ا ِب َ، ح ِب َ،ا ِدَِا َِإاِب َ،ابرَِهَلاِبَ ِضر
»
20Rasulullah SAW bersabda dalam hadisnya bahwa seseorang dapat
merasakan nikmat iman apabila orang tersebut ridla bahwa Allah sebagai
Tuhannya, dengan Islam sebagai agamanya dan dengan Muhammad sebagai Nabi
serta utusan Allah.
2. Persatuan dan persaudaraan yang membawa kepada keamanan dan ketenangan
jiwa. َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ََ َ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.21
3. Keselamatan jiwa dari bahaya yang datang dari Allah SWT atau dari makhluk
hidup lainnya. َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ 20
At-Tirmi>dzi>, Sunan at-Tirmi>dzi> (Mesir: Musthafa> Al Ba>bi Al Hala>bi>, 1975), 2623.
21
24
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-orang mukmin itu harus bertawakkal.22
4. Ilmu pengetahuan yang diberikan Allah SWT, kemampuan menyembuhkan
penyakit dan menghidupkan yang mati dan lain-lain, seperti yang diberikan
kepada Isa putra Maryam.
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
(Ingatlah), ketika Allah mengatakan: "Hai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu Aku menguatkan kamu dengan Ruhul Qudus. Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) di waktu Aku mengajar kamu menulis, hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan izin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. dan (ingatlah) di waktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata".23
Nikmat di atas merupakan keseluruhan nikmat yang diberikan Allah
kepada makhluk-Nya di dunia. Adapun nikmat selanjutnya yaitu nikmat yang
22
Ibid., 5:11.
23
25
diterima di akhirat kelak. Nikmat yang diperoleh di alam akhirat ialah bebas dari
neraka. َ َ َ َ َ َ َََ َ
Jikalau tidaklah karena nikmat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).24
Nikmat selanjutnya yaitu masuk surga yang penuh dengan kenikmatan
yang belum dirasakan di alam dunia, seperti digambarkan Allah SWT dalam
Alquran: َ َ َ َََ َ َ َََ َ َ َ َََ َ َ َ َ َََ َ َ َ َََ َ َ َ َََ َ َ َََ َ َ َََ َ َ َََ َ
Banyak muka pada hari itu berseri-seri. Merasa senang karena usahanya. Dalam surga yang tinggi. Tidak kamu dengar di dalamnya perkataan yang tidak berguna. Di dalamnya ada mata air yang mengalir. Di dalamnya ada takhta-takhta yang ditinggikan. Dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya). Dan bantal-bantal sandaran yang tersusun. Dan permadani-permadani yang terhampar.25
Sedangkan dilihat dari segi perkembangan waktu, nikmat yang dapat
dirasakan manusia itu ada 2 macam: Pertama, nikmat yang bersifat fitri atau
azazi. Kedua, nikmat yang bersifat mendatang. Nikmat fitri yang diterima oleh
manusia sejak lahir ke bumi ini diterangkan oleh Allah SWT dalam Alquran
dengan kejadian manusia. Ketika manusia dilahirkan ke bumi dari rahim sang ibu
sudah lengkap dengan organ-organ anggota tubuh, ada tangan, kaki, perut, dua
mata, telinga dan lain sebagainya sehingga membentuk menjadi satu kesatuan
24
Alquran, 37:57.
25
26
organisme yang utuh yaitu manusia. Semua anggota tersebut mempunyai fungsi
masing-masing.26 َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.27
Sedangkan bentuk nikmat yang dirasakan oleh manusia yang bersifat
lanjut dan sewaktu-waktu itu banyak sekali ragam dan bentuknya, termasuk
disediakannya alam yang luas ini dengan dilengkapi tanam-tanaman,
binatang-binatang ternak, barang-barang logam dan lain sebagainya.28
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa nikmat yang diberikan Allah
tidak dapat dihitung besarnya. Kewajiban manusia mensyukuri atas segala
pemberian-Nya, karena Khalifah sekaligus Sahabat Rasulullah SAW yang
bernama ‘Umar bin Khata>b pernah menyatakan bahwa ciri-ciri orang yang
beriman adalah:
1. Bersyukur ketika mendapatkan nikmat.
2. Sabar ketika ditimpa bencana.
3. Ridla terhadap ketentuan Allah (takdir).29
C.Pengertian Kufur
26
Muhamad Fadlun, Nikmat Semakin Tambah Hidup Semakin Berkah (Surabaya: Cahaya Agency, Tt), 132.
27
Alquran, 16: 78.
28
Fadlun, Nikmat Semakin., 133.
29
27
Secara bahasa kata kufur berasal dari kata kafara yakfuru kufra>n wa
kufu>ra>n wa kufra>na>n )َ ا ار ك َ ار ك َ ار كَ ر َ ر ك ) berarti menutupi sesuatu,
menyembunyikan kebaikan yang telah diterima atau tidak berterima kasih.
Jamak kafir adalah ka>firu>n, kuffa>r (را كَ, رفاك). Secara istilah, kafir adalah
orang-orang yang ingkar terhadap kebenaran Islam dan keluar dari agama Islam.30
Sedangkan kufur nikmat adalah lawan kata syukur nikmat. Allah berfirman
dalam Alquran sebagai berikut:
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Maka tatkala datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata: "Mengapakah tidak diberikan kepadanya (Muhammad) seperti yang telah diberikan kepada Musa dahulu?" dan bukankah mereka itu telah ingkar (juga) kepada apa yang telah diberikan kepada Musa dahulu?; mereka dahulu telah berkata: "Musa dan Harun adalah dua ahli sihir yang bantu membantu" dan mereka (juga) berkata: "Sesungguhnya Kami tidak mempercayai masing-masing mereka itu".31
Kafir di sini maksudnya mengingkari nikmat. Mengkufuri nikmat Allah
berarti mengingkari dan menutupi nikmat Allah. Orang kafir adalah orang yang
tertutup karena hatinya tertutup dari nikmat Allah.
Ibnu Mas'u>d mengatakan dalam hadisnya bahwa ketika seorang muslim
berkata kepada muslim lainnya dengan perkataan ‚Kamu adalah musuh bagiku‛,
maka salah satunya menjadi kafir terhadap Islam. Kata kafir dalam hadis ini
berarti kafir nikmat karena Allah SWT telah menumbuhkan rasa kasih sayang di
antara mereka, dengan nikmat dari Allah itulah mereka menjadi saudara sesama
30Shiha>b
, Ensiklopedia Alquran., 415.
31
28
muslim, maka barangsiapa tidak mengetahui nikmat ini, maka ia termasuk
mengkufurinya.32
Menurut Syamir, kufur juga berarti bebas, seperti firman Allah SWT
yang menceritakan tentang kesalahan setan ketika ia masuk neraka:
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ َ
Sesungguhnya Aku terbebas dari hal-hal yang kalian sekutukan terhadap-Ku dari sebelum kalian masuk neraka.33
‘Abdul Ma>lik mengirim surat kepada Sa'i>d bin Jubair menanyakan
tentang kufur, maka Sa'i>d bin Jubair mengatakan bahwa kufur itu
bermacam-macam, adakalanya kufur itu menyekutukan Allah, adakalanya terhadap kitab
Allah dan Rasul-Nya, kufur dengan menyakini bahwa Allah itu punya anak, kufur
dengan mengaku sebagai orang Islam yaitu beramal tidak sesuai perintah Allah,
melakukan kerusakan di bumi, membunuh tanpa hak, kemudian kufur yang
serupa dengannya ada dua yaitu kufur nikmat dan mendustakan Allah.34
Abu> Mansyu>r berpendapat bahwa kufur itu ada dua macam. Pertama,
kufur yang menjadi lawannya iman dan yang kedua kufur terhadap salah satu
cabang dari beberapa cabang agama Islam sehingga kufur yang kedua ini tidak
menjadikan orang yang melakukannya keluar dari iman.35
Kufur menurut syariat adalah menolak kebenaran setelah
mengetahuinya. Orang yang menolak kebenaran dan berbuat kufur karena
kebodohannya, serta menganggap bahwa dia telah melakukan sesuatu yang tidak
32
Ibn Manz}}}u>r, Lisa>n Al-'Arab (Qa>hirah: Da>r Al-Ma'a>rif, 1119), 3899.
33
Ibid., 14: 22.
34
Manz}u>r, Lisa>n Al-'Arab.,
35
29
bertentangan ajaran Islam dan tidak membatalkan iman, maka orang yang
demikian tidak dianggap kufur, kecuali bila sudah sampai kepadanya keterangan
yang hak, tetapi dia masih tetap menolaknya.36
Demikian juga tidak dianggap kufur orang yang mengucapkan dua
kalimat syahadat, kemudian dia melakukan hal-hal yang membatalkan iman
karena bodoh. Tetapi jika dia mengetahui bahwa hal-hal yang dilakukannya itu
mengeluarkan dia dari landasan iman, namun dia tetap ingkar, berarti dia telah
kufur.37
Ulama tafsir dan fikih berbeda pendapat dalam merumuskan pengertian
kafir. Kalangan mutakalim (ahli ilmu kalam) tidak sepakat dalam menetapkan
batasan kafir. Kaum Khawa>rij mengatakan bahwa kafir adalah meninggalkan
perintah Allah SWT atau melakukan dosa besar. Kaum Muktazilah (aliran
teologi Islam yang dikenal liberal dan rasional) berpendapat, kafir ialah suatu
sebutan yang paling buruk yang digunakan untuk orang-orang yang ingkar
terhadap Allah SWT. Kaum Ash’ariyah (ahlusunah wa al-jamaah) berpendapat,
kafir adalah pendustaan atau ketidaktahuan (al-jahl) akan Allah SWT. Adapun di
kalangan fuqaha (ahli fiqih), pengertian kafir dikaitkan dengan masalah hukum.38
Perbedaan antara kufur dan kafir itu sangat tipis. Kufur adalah
perbuatan, dan perkataan yang membatalkan iman yang dapat saja dilakukan oleh
orang Islam karena bodoh. Dalam keadaan seperti itu tidaklah dapat dihukumi
kafir. Sebaliknya, seharusnya diberitahu bahwa perbuatan itu adalah perbuatan
36
Abdul Rahman Abdul Khalid, Garis Pemisah Antara Kufur Dan Iman (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 79.
37
Ibid.
38
30
kufur, dan orang yang takabur serta ingkar berarti dia telah berpindah dari iman
menjadi kufur.39
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa makna
kafir adalah menolak kebenaran dari Allah SWT yang disampaikan oleh
Rasul-Nya. Orang kafir adalah mereka yang menolak, mengingkari dan anti kebenaran.
Sedangkan kafir terbagi menjadi dua yakni kafir lawan iman dan kafir terhadap
salah satu cabang agama Islam.
Faktor penyebab seseorang menjadi kafir yaitu sebagai berikut:
1. Tidak mengakui kebenaran karena sesuatu hal.
2. Adanya keraguan dalam fikiran, sebab menurutnya Allah itu wujud dari
sesuatu yang sudah ada.
3. Kepercayaan terhadap Allah yang sudah ada tidak dikembangkan, oleh
karenanya lambat laun orang tersebut melupakan agamanya.
4. Pengaruh lingkungan. Lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap
kehidupan manusia, jika masyarakat taat beribadah kepada Allah, niscaya
mayoritas masyarakatnya akan berakhlak baik, sebaliknya jika lingkungan
memberikan pengaruh buruk, maka akan mudah terpengaruh.40
D.Macam-Macam Kufur
Dari keragaman makna kafir dan melihat secara tekstual dan kontekstual
ayat-ayat Alquran yang mengungkap masalah kekafiran, maka kafir dapat
dibedakan sesuai dengan sisi pandang ulama mutakalimin dan fikih. Ulama
39
Khalid, Garis Pemisah., 83.
40
31
mutakalimin membagi kafir kepada kafir ‘inad, kafir ingkar, kafir Juhu>d, kafir
nifa>q, kafir nikmat dan kafir syirik. Adapun ulama fikih membaginya kepada
kafir h}arbi, kafir kita>bi, kafir mu’a>hid, kafir musta’min, kafir z}imi, dan kafir
riddah.
1. Kafir ‘Inad
Kafir yang mengenal Allah SWT dengan hati dan mengakui-Nya
dengan lidah, tetapi tidak mau menjadikannya sebagai suatu keyakinan karena
adanya rasa permusuhan, dengki dan semacamnya. Kafir ‘inad dinyatakan
dalam Alquran sebagai salah satu sifat orang-orang kafir yang mengingkari
Allah, tanda-tanda kekuasaan Allah, mendurhakai rasul-rasul Allah, dan
menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang menentang
kebenaran,41 seperti yang tertuang dalam Alquran:
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
Dan Itulah (kisah) kaum 'Ad yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, dan mendurhakai Rasul-rasul Allah dan mereka menuruti perintah semua penguasa yang sewenang-wenang lagi menentang (kebenaran).42
2. Kafir Ingkar
Kafir yang mengingkari Allah SWT secara lahir dan batin,
rasul-rasul-Nya dan ajaran yang dibawanya, serta hari kemudian. Mereka menolak
hal-hal yang bersifat gaib dan mengingkari eksistensi atau keberadaan Allah
SWT sebagai Dhat Pencipta, Pemelihara dan Pengatur alam ini. Jenis kafir
semacam ini dapat dikategorikan sebagai penganut ateisme (paham yang
41
Dahlan, Ensiklopedi Hukum., 856.
42
32
mengingkari keberadaan Allah SWT). Mereka hanya percaya kepada
benda-benda yang dapat dijangkau oleh indra manusia. Tujuan dan orientasi hidup
mereka adalah dunia semata dengan kecenderungan terhadap hal-hal yang
bersifat lezat, nikmat dan menyenangkan. Seluruh waktu, tenaga, pikiran dan
umur dihabiskan untuk mencari kenikmatan duniawi.43
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.44
Menurut keyakinan mereka, proses kehidupan di dunia ini
berlangsung secara alamiah dan murni tanpa kendali dari luar, yang
menghidupkan dan mematikan hanyalah masa.
َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َََ َ
Dan mereka berkata: "Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang akan membinasakan kita selain masa", dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.45
Mereka berwatak angkuh, sombong dan arogan, suka bertindak
sewenang-wenang, menghalangi orang lain ke jalan Allah SWT, dan
menjadikan nafsu sebagai penuntun, bahkan sebagai Tuhan yang harus ditaati.
Salah satu ciri khas kafir ingkar yang paling dominan adalah pendustaan
43
Dahlan, Ensiklopedi Hukum., 857.
44
Alquran, 2:212.
45
33
terhadap ayat-ayat Allah SWT, baik ayat-ayat qauliyah (ayat-ayat dalam
bentuk firman-firman Allah SWT yang diturunkan kepada manusia melalui
rasul-rasul-Nya yang termaktub dalam Alquran