• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis hukum islam dan fatwa DSN No:02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap simpanan akad tabungan mudarabah (MDA) berjangka Di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis hukum islam dan fatwa DSN No:02/DSN-MUI/IV/2000 terhadap simpanan akad tabungan mudarabah (MDA) berjangka Di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM ISLAM DAN FATWA DSN NO:

02/DSN-MUI /IV/2000 TERHADAP SIMPANAN AKAD

MUD{A>RABAH

(MDA) BERJANGKA DI BMT-UGT SIDOGIRI CABANG

SEPANJANG

SKRIPSI

Oleh :

Lina Rohmawati

NIM : C92213186

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PERDATA ISLAM

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH)

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skrispi ini adalah hasil penelitian tentang ” Analisis Hukum Islam Dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 Terhadap Simpanan Akad (Mud{a>rabah ) MDA Berjangka Di Bmt-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang” penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan tentang Bagaimana praktik simpanan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dan Bagaimana analisis hukum Islam dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 terhadap simpanan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

Dalam penelitian ini data yang diperoleh langsung melalui proses wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan metode dokumentasi. Sedangkan analisisnya berupa deskriptif analisis dengan menggunakan pola pikir deduktif.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Praktik simpanan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dalam praktiknya pihak BMT menggunakan akad mud{a>rabah. Praktik simpanan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dalam praktiknya pihak BMT

menggunakan akad mud{a>rabah. Yang mana pengambilannya 24

bulan (bundling) dan mendapatkan bagi hasil diawal berupa sepeda motor, sedangkan perhitungan prosentase tabungan jika kurang dari yang disepakati kedua belah pihak antara BMT dan nasabah. Dan yang menutupi dari kekurangan bagi hasil tersebut adalah BMT. jadi BMT

yang menanggung kerugian dari tabungan mud}a>rabah (MDA)

berjangka.

Menurut analisis hukum Islam bahwa praktik yang ada di BMT-UGT-Sidogiri Capem Sepanjang adalah fasid atau rusak sebab akad tersebut tidak memenuhi rukun yaitu pembagian keuntungan dan

syarat-syarat yaitu shighah (ijab dan qabul). Sedangkan menurut

FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 tentang Tabungan dalam praktik tabungan mud{a>rabah (MDA) berjangka yang dijalankan oleh BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang sudah sesuai dengan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000. Alasan BMT berani mengambil kerugian pada tabungan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka, karena

semakin banyak funding maka semakin banyak landing, sehingga

pendapatan BMT akan semakin banyak.

Saran yang dapat penulis berikan Sebaiknya sebelum

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN MUNAQASAH ... iv

MOTTO... ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Penelitian ... 13

G. Definisi Operasional ... 14

(8)

I. Sistematika Pembahasan ... 22

BAB II : KONSEP MUD{A>RABAH DALAM HUKUM ISLAM DAN FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 TENTANG PEMBIAYAAN MUD{A>RABAH A. Mud{a>rabah ... 24

1. Pengertian Mud{a>rabah ... 24

2. Hukum mud}a>rabah dan Dasar Hukum Mud{a>rabah ... 27

3. Rukun dan syarat Mud{a>rabah ... 30

4. Pembagian Laba dan Rugi ... 34

5. Bentuk-bentuk Mud{a>rabah ... 38

6. Hikmah Mud{a>rabah ... 40

7. Akad Mud{a>rabah berakhir dan batal ... 40

B. Fatwa DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 tentang Tabungan 1. Menimbang ... 42

2. Mengingat ... 43

3. Memutuskan... 45

4. Menetapkan ... 46

(9)

1. Latar belakang berdirinya BMT-UGT Sidogiri Capem

Sepanjang ... 48

2. Visi dan Misi BMT-UGT Sidogiri ... 51

3. Produk BMT-UGTSidogiri ... 52

B. Operasional Tabungan Mud{a>rabah (MDA) Berjangka

di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang ... 61

1. Pengajuan prosedur tabungan Mud{a>rabah (MDA)

berjangka ... 61

2. Praktik Tabungan Mud{a>rabah (MDA) berjangka ... 64

BAB IV : ANALISIS PRAKTIK MUD{A>RABAH DAN FATWA DSN NO:

02/DSN-MUI/IV/2000

A. Analisis Praktik Mud{a>rabah di BMT-UGT Sidogiri

Capem Sepanjang ... 71

B. Analisis hukum Islam dan fatwa DSN NO:

DSN-MUI/IV/2000 tentang Tabungan ... 74

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang universal karena permasalahan yang

dibahas menyeluruh pada sendi kehidupan. Islam adalah agama yang sempurna

(komprehensif) yang mengatur aspek kehidupan manusia, baik akidah, ibadah,

akhlak maupun mu‘a>malah. Salah satu ajaran yang sangat penting adalah dalam

bidang mu‘a>malah /iqtis}a>diyah (ekonomi Islam). Pembahasan dalam Islam

meliputi semua aspek dalam kehidupan manusia. Namun manusia itulah yang

kurang memerhatikan dan kurang mendalami intisari dari al-Qur’an dan al-Sunah,

sehingga beranggapan bahwa Islam hanya terkait dengan masalah ritual saja.1

Manusia sebagai makluk sosial memiliki berbagai kebutuhan yang tidak

bisa terlepas dengan peran orang lain. Interaksi sosial dalam kehidupan

masyarakat tidak bisa lepas dengan hukum Islam karena secara umum diketahui

manusia adalah objek hukum. Salah satu hukum Islam yang mengatur hal-hal

yang berhubungan secara langsung dengan tata cara hidup manusia dalam

kehidupan bermasyarakat sehari-hari adalah mu‘a>malah.

mu‘a>malah adalah aturan-aturan (hukum-hukum) Allah untuk mengatur

manusia dalam kaitannya dengan urusan duniawi dalam pergaulan siosial.2 Satu

1

Ismail MBA, Perbankan Syariah (Jakarta: Kencana, 2011), 3.

2

(11)

2

hal yang harus dicatat, meskipun bidang mu‘a>malah langsung menyangkut

pergaulan hidup yang bersifat duniawi, nilai-nilai agama tidak dapat dipisahkan.

Ini berarti bahwa pergaulan hidup duniawi itu akan mempunyai akibat-akibat di

akhirat kelak. Nilai-nilai agama dalam bidang mu‘a>malah itu dicerminkan oleh

adanya hukum halal dan haram yang harus diperhatikan. Misalnya, akad jual beli

adalah mu‘a>malah yang halal. Akad utang piutang dengan riba adalah yang

haram dan sebagainya.3

Kini dunia perbankan di Indonesia sudah berkembang. Lembaga

Keuangan Mikro (non bank) yang berbasis Syari’at tidak mau kalah dalam

persaingan untuk meramaikan dunia perbankan di Indonesia. Lembaga Keuangan

Mikro Syari’at hanya melakukan transaksi yang halal, bebas riba> (bunga), dan

tidak menimbulkan kemudaratan serta tidak merugikan syiar Islam.

Lembaga Keuangan Mikro syari’at mempunyai peran yang signifikan

dalam mengembangkan ekonomi masyarakat menengah kebawah sebagai sasaran

utama melalui berbagai pembiayaan mikro dan penghimpunan dananya. Hal ini

tidak terlepas dari kemudahan masyarakat untuk mengaksesnya. Lembaga

Keuangan Mikro syari’at terdiri dari berbagai Lembaga salah satunya yaitu

Baitu>l Ma>l Wa Tamwi>l.4

Baitu>l Ma>l Wa Tamwi>l merupakan suatu Lembaga yang terdiri dari dua istilah, yaitu baitu>l ma>l dan baitu>l tamwi>l. Baitu>l ma>l lebih

3 Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam) (Yogjakarta: UII

Yogjakarta, 2004), 13.

4

(12)

3

mengarah pada usaha-usaha pengumpulan dan penyaluran dana yang non profit,

seperti: zakat, infaq dan sedekah. Adapun baitu>l tamwi>l sebagai usaha

pengumpulan dan penyaluran dana komersial. Usaha-usaha tersebut menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari BMT sebagai Lembaga pendukung kegiatan

ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan Islam. Lembaga ini didirikan

dengan maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh

pelayanan Bank Islam atau BPR Islam.5

Dalam persoalan mu‘a>malah syari’at Islam lebih banyak memberikan

pola-pola, prinsip-prinsip dan kaidah umum dibandingkan memberikan jenis dan

bentuk mu‘a>malah terperinci. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul yang berbunyi,

ْ ها

ْ يْ

ْ

ْ ر

ْ ح

ْْ ت

ى

ْ ل

ْ ع

ْ

ْ ل

ْ لْ ي

ْْ د

ْ ل

ْ يْ د

ْ ْ

ْ ا

ْ ل

ْ ا

ْ ْ

ْ حا

ْ ب

ْ ل

ْ ا

ْ ْ

ْ ل

ْ م

اْ

ْ ْ ع

ْْ لا

ى

ْْ ف

ْ ل

ْ ص

ْ ل

ْ ا

"Hukum asal dalam mu‘a>malah adalah boleh sampai ada dalil yang

melarangnya.”

Atas dasar ini, jenis dan bentuk mu‘a>malah yang kreasi dan

perkembangannya diserahkan sepenuhnya kepada para ahli dibidangnya.6

Salah satu bentuk kerjasama antara pihak modal dan pengelolanya dengan

menggunakan sistem bagi hasil (profit sharing), yang dilandaskan rasa saling

tolong menolong.7 Sebagaimana firman Allah SWT sebagai berikut:

Surat Al-Mai’dah ayat 2:

5 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoretis dan Praktis

(Jakarta: Kencana, 2010), 363.

6

Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013), 6.

7 M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam,Fiqih Muamalat (Jakarta: PT.Raja Grafindo

(13)

4  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْْْ ْ

Artinya: dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.8

Berdasarkan ayat di atas dapat dipahami bahwa dalam bermu‘a>malah

sesama manusia dianjurkan saling membantu (tolong-menolong) dan dilarang

saling memeras atau mengesploitasi. Terkadang sebagian orang memilih harta,

tetapi tidak berkemampuan memproduktifkannya, dan apalagi orang yang tidak

memiliki harta tetapi mempunyai kemampuan memproduktifkannya. Karena

itulah syari’at memperolehnya bermu‘a>malah dengan sistem mud{a>rabah .

Mud}a>rabah atau qira>d{ adalah salah satu bentuk akad kerjasama usaha antara dua belah pihak di mana pihak pertama (s}a>h}ib al-ma>l)

menyediakan modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola atau

(mud}a>rib). Keuntungan usaha secara mud}a>rabah dibagi menurut

kesepakatan bersama yang dituangkan dalam kontrak, apabila rugi ditanggung

oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si pengelola.

Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si

pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.9

8 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemah (Surabaya: Al-Hidayah), 132. 9

(14)

5

Tabungan mud{a>rabah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan

akad mud{a>rabah . Didalam dunia perbankan Bank syari’at bertindak sebagai

mud}a>rib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai S{ahib al ma>l (pemilik modal). Bank syari’at dalam kapasitasnya sebagai mud}a>rib , mempunyai kuasa untuk melakukan berbagai macam usaha yang tidak

bertentangan dengan prinsip syari’at serta mengembangkannya, termasuk

melakukan akad mud{a>rabah dengan pihak lain. Namun, disisi lain, Bank

syari’at juga memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee). Yang berarti bank harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab

atas segala sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya.10

Dari hasil pengelola dana mud{a>rabah, Bank syari’at akan membagi

hasilkan kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan

dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut,

bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh

kelalainnya. Namun, apabila yang terjadi adalah salah urus, bank bertanggung

jawab penuh terhadap kerugian tersebut.11

Pada dasarnya mud{a>rabah dapat dikategorikan ke dalam salah satu

bentuk musyarakah, namun para cendekiawan fiqh Islam meletakkan

mud{a>rabah dalam posisi yang khusus dan memberikan landasan hukum

tersendiri. Seperti Al-Qur’an Surat al Muzammil ayat 20

10 Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Anlisis Fiqih & Keuangan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2006), 299.

11

(15)

6  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْ  ْْ ْ ْْ “dan orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah

Mud{a>rabah berjangka merupakan investasi melalui simpanan pihak ketiga (perorangan atau badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan

dalam jangka waktu tertentu jatuh tempo, dengan mendapatkan imbalan bagi

hasil. Imbalan dibagi dalam bentuk berbagai pendapatan (profit sharing) atas

penggunakan dana tersebut secara syari’at dengan porsi pembagian sesuai

ketentuan. Jangka waktu mud{a>rabah berjangka sekitar antara 1 bulan, 3 bulan,

6 bulan 9 bulan dan seterusnya kelipatan .12

Penerapan akad mud{a>rabah dengan dikaitkan FATWA DSN NO:

02/DSN-MUI /IV/2000 tentang akad tabungan . apakah dalam praktiknya sudah

sesuai dengan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 tentang akad tabungan

apa belum. Pada praktiknya akad mud{a>rabah (MDA) yang bertanggung

jawab jika ada kerugian adalah pemilik modal (S{ahibul ma>l) bukan BMT

(mud}a>rib ). Sedangkan dalam teori mud}a>rib sebagi pengelola dan pekerja,

jika ditanggung oleh BMT (mud}a>rib ) uang dari mana BMT menutupi

kerugiannya. Oleh sebab itu penulis akan mencoba menganalisis dan mengkaji

berdasarkan hukum Islam dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000

tersebut.

12 Karnaen Perwataatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam

(16)

7

Dengan berbekal itu semua, BMT –UGT Sidogiri Capem Sepanjang

sebagai Lembaga non bank juga menyediakan berbagai macam produk yakni

funding (penghimpunan dana) dan landing (penyaluran dana). Salah satu adalah produk tabungan mud{a>rabah (MDA) berjangka. Produk ini sebagai salah satu

sarana untuk memfasilitasi anggota menabung dengan menggunakan akad

mud{a>rabah . Dengan itu tabungan mud{a>rabah (MDA) bisa diambil dalam waktu tertentu yang sudah disetujui para pihak, misalkan 2 tahun.

Dalam proses mekanismenya terdapat keganjalan yakni dalam pembagian

bagi hasil mud{a>rabah (MDA) berjangka tersebut nisbah didepan dan

sedangkan nisbah diberikan didepan itu BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang

tidak mengetahui apakah untung atau rugi bila dilihat dalam setiap bulannya dan

sedangkan kerugian ditanggung oleh pihak BMT-UGT Sidogiri Capem

Sepanjang. Sedangkan dalam teori akad mud{a>rabah berjangka yang

menanggung kerugian pemilik modal (S{ahibul ma>l). Tetapi disini yang

menagung adalah pihak BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka penulis tertarik untuk

membahas permasalahan yang terjadi dan diangkat menjadi sebuah topik penelitian ilmiah, yang berjudul “Analisis Hukum Islam Dan FATWA DSN NO:

02/DSN-MUI /IV/2000 Terhadap Simpanan Akad Mud{a>rabah (MDA)

Berjangka Di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang”. Kemudian dari judul

tersebut dikaji dan dianalisis berdasarkan Hukum Islam dan FATWA DSN NO:

(17)

8

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan beberapa

permasalahan yang ada, anatar lain :

1. Gambaran umum BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

2. Prosedur Tabungan mud{a>rabah Berjangka.

3. Faktor yang menyebabkan BMT berani mengambil resiko kerugian pada akad

simpanan mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem

Sepanjang.

4. Penerapan bagi hasil serta resiko kerugian pada akad simpanan mud{a>rabah

(MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

5. Analisis Hukum Islam Dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000

terhadap simpanan Akad mud{a>rabah (MDA) Berjangka Di BMT-UGT

Sidogiri Cabang Sepanjang

Dari identifikasi masalah tersebut. Maka penulis akan membatasi masalah

yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Praktik simpanan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka yang menggunakan

akad mud{a>rabah .

2. Analisis Hukum Islam Dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000

terhadap simpanan Akad mud{a>rabah (MDA) Berjangka Di BMT-UGT

(18)

9

C. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah tersebut maka masalah yang akan peneliti

bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik simpanan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka di

BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang?

2. Bagaimana analisis hukum Islam dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI

/IV/2000 terhadap simpanan akad mud{a>rabah (MDA) berjangka di

BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang?

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang

sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat

jelas bahwa kajian yang dilakukan ini merupakan bukan pengulangan atau

duplikasi dari kajian atau penelitian yang telah ada.13

Penelitian pertama yang ditulis Imam Ibnu Hajar pada tahun 2013 yang berjudul “Pembatalan Akad Deposito Mud{a>rabah Sisuka Sebelum Jatuh

Tempo Dan Penarikan Hadiahnya Di KJKS Binama Semarang Jawa Tengah Menurut Perspektif Hukum Islam”. Dalam penelitian ini penulis lebih

memfokuskan pada akad deposito Mud{a>rabah sisuka di KJKS Binama

(19)

10

Semarang Jawa Tengah sudah sesuai dengan fatwa DSN

No.3/DSN-MUI/IV/2000 tentang ketentuan deposito yang menggunakan akad

Mud{a>rabah . dan apabila terjadi pembatalan yang dilakukan oleh anggota sebelum jatuh tempo diperbolehkan selama disepakati oleh kedua belah pihak

yang menjalankan akad Mud{a>rabah serta tidak menimbulkan kerugian salah

satu pihak. Menurut Sayid Sabiq hadiah atau souvenir yang diberikan oleh pihak

KJKS Binama Semarang Jawa Tengah tidak bertentangan hukum Islam karena

belum menjadi hak anggota yang membatalkan deposito Mud{a>rabah Sisuka.

14

Penelitian kedua yang ditulis Abdul Khaliq Darussalam pada tahun 2015

dengan judul Skripsi “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Keuntungan

Diawal Pada Tabungan Mud{a>rabah (MDA) Berjangka Di BMT-UGT

Sidogiri Capem Sepuluh Kabupaten Bangkalan”. Dalam penelitian ini penulis

lebih memfokuskan pada aplikasi tabungan Mud{a>rabah (MDA) berjangka

yang dijalankan oleh BMT-UGT Sidogiri Capem Sepuluh Kabupaten Bangkalan

masih belum sesuai dengan konsep Mud{a>rabah secara umum karena dalam

prakteknya pihak BMT menggunakan akad wadiah dalam proses bagi hasil yang

dilakukan dalam produk tabungan Mud{a>rabah (MDA) berjangka nasabah

langsung mendapatkan bagi hasil diawal dan sudah ditentukan jumlah nominal

dan menurut analisis hukum Islam terhadap aplikasi Mud{a>rabah (MDA)

14Imam Ibnu Hajar “Pembatalan Akad Deposito

(20)

11

berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepuluh Kabupaten Bangkalan

hukumnya fasid (rusak). Karena tidak memakai akad yang sesuai dengan

prosedur yang ada dimana dalam prinsip Mud{a>rabah tidak boleh memberi

profit diawal dengan ditentukan jumlah nominalnya.15

Penelitian ketiga yang ditulis Fiqri Ainur Rosyadi pada tahun 2016 dengan judul Skripsi “Analisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Bagi Hasil Sijangka

Mud{a>rabah KJKS Ben Iman Jalan Veteran No.80 Lamongan”.Dalam penelitian ini penulis lebih memfokuskan pada penentuan bagi hasil sijangka

mud{a>rabah yang diterapkan dalam penerapannya KJKS Ben Iman JalanVeter

an No.80 Lamongan menggunakan prosentase konversi nisbah bagi hasil 60: 40

untuk S{ahibul ma>l sebesar 60% dan untuk mud}a>rib 40%. Dalam penetuan

bagi hasil sijangka Mud{a>rabah terdapat ketidaksesuaian terhadap sistem bagi

hasil yang digunakan. Sistem bagi hasil dengan prosentase baik 1% dan 0,8%

berbeda dengan ketentuan bagi hasil menurut teori bagi hasil Mud{a>rabah .

pada dasarnya dalam penentuan bagi hasil tidak bisa diketahui berapa rupiah

yang akan diterima dikemudian, melainkan hanya ukuran nisbah yang bisa

ditentukan diawal bisa 50:50, 40:60 atau berdasarkan kesepakatan diawal antara

rabb al-ma>l dengan mud}a>rib .16

15 Abdul Khaliq Darussalam Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberian Keuntungan Diawal Pada

Tabungan Mudarabah (MDA) Berjangka Di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepuluh Kabupaten Bangkalan” (Skripsi –UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015).

16Fiqri Ainur Rosyadi “Analisis Hukum Islam Terhadap Penentuan Bagi Hasil Sijangka

(21)

12

Dalam berbagai uraian judul skripsi dan tulisan-tulisan sebelumnya, dapat

dikatakan bahwa pada penelitian ini berbeda dari yang pernah ada. Dalam

penelitian ini fokus dan mengkaji tentang praktek mud{a>rabah berjangka di

BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang dan Analisis Hukum Islam Dan Fatwa

DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 Terhadap Simpanan Akad mud{a>rabah

(MDA) Berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang. Dengan

menggunakan metode deskriptif verifikatif dengan pola pikir deduktif, yaitu

menjelaskan atau menguaraikan teori mud{a>rabah yang bersifat umum untuk

kemudian diverifikasikan dengan hasil penelitian. Dengan demikian, maka sudah

jelas bahwa penelitian ini bukan merupakan duplikasi atau pengulangan dari

peneliti terdahulu.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami praktik tabungan mud{a>rabah (MDA) berjangka

di BMT Sidpgiri Capem Sepanjang.

2. Untuk mengetahui Analisis Hukum Islam dan FATWA DSN NO:

02/DSN-MUI /IV/2000 Terhadap Simpanan Akad mud{a>rabah

(MDA) Berjangka Di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

(22)

13

Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat bermanfaat dan berguna,

baik secara teoretis maupun secara praktis bagi peneliti maupun pembaca lain

diantaranya:

Secara teoretis, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan khusunya ilmu

Hukum Ekonomi Syari’at (Mu‘a>malah ).

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi dan

manfaat bagi:

1. Peneliti

Sebagai persyaratan untuk menyelesaikan tugas akhir untuk mendapatkan

gelar S-1 dan juga diharapkan menjadi penambah wawasan keilmuan

khususnya dalam bidang Hukum Ekonomi syari’ah.

2. Akademisi

Bagi akademisi penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat berupa

sumbangan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang

Hukum Ekonomi Syari’at.

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih

mendalam kepada masyarakat dalam melakukan berbagai macam kegiatan

(23)

14

G. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi sebuah salah paham terhadap judul skripsi “Analisis Hukum Islam

Dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 Terhadap Simpanan Akad

mud{a>rabah (MDA) Berjangka Di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang” maka sangat perlu sekali untuk menjelaskan arti sebuah kata dalam judul ini yakni:

Hukum Islam : Segala aturan yang berlandaskan

al-Quran, sunnah Nabi serta ijtihad para Ulama’ yang mengatur mengenai praktik

mua>malah dalam akad mud{a>rabah berjangka. Sehingga dapat diketahui

baik atau buruk, halal atau haram, serta

boleh tidaknya praktik mud{a>rabah

berjangka tersebut dilakukan.

Akad mud{a>rabah berjangka : Akad mud}a>rabah berjangka adalah

tabungan berjangka yang setoran dan

penarikannya berdasarkan jangka

wakttu tertentu,sesuai dengan akad

perjanjian antara BMT dengan nasabah

(Mucibatul Azizah, Miana Eka Rahayu,

(24)

15

BMT-UGT Sidogiri : BMT-UGT Sidogiri adalah sebuah

lembaga keuangan syariah non bank

milik Pondok Pesantren Sidogiri yang

telah menyebar di seluruh Indonesia,

seperti BMT-UGT Sidogiri Capem Jl.

Ngelom Rolak, Wonocolo, Taman,

Kabupaten Sidoarjo.

Jadi isi dimaksud dalam judul penulis adalah menganalisis aplikasi simpanan

di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dengan menggunakan analisis hukum

Islam dan FATWA DSN NO: 02/DSN-MUI /IV/2000 terhadap simpanan akad

mud{a>rabah berjangka dalam hal BMT berani mengambil resiko kerugian pada akad tersebut.

H.Metode Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan metode sebagai berikut:

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yakni penelitian

(25)

16

kerugian bagi hasil yang ditanggung BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang

dalam akad mud{a>rabah (MDA) berjangka17

Selanjutnya, untuk dapat memberikan deskripsi yang baik, dibutuhkan

serangkaian langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut terdiri atas:

data yang dikumpulkan, sumber data, teknik analisis data, dan sistematika

pembahasan.

2. Data Yang Dikumpulkan

Berdasarkan rumusan seperti yang telah dikemukakan di atas, maka data yang

akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:

a. Data tentang profil akad mud{a>rabah (MDA)berjangka.

b. Data tentang praktik tabungan mud{a>rabah (MDA) Berjangka di

BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang .

c. Data tentang kerugian bagi hasil yang ditanggung BMT-UGT Sidogiri

Capem Sepanjang dalam akad mud{a>rabah (MDA)berjangka .

d. Data nasabah dan pihak BMT yang menabung menggunakan Akad

mud{a>rabah (MDA) Berjangka dan ditanggung BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang .

3. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Data penelitian ini dapat

di peroleh dari beberapa sumber data sebagai berikut:18

(26)

17

a. Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada peneliti. Dalam penelitian ini, yaitu sumber data yang

pengambilannya diperoleh dari tempat penelitian, meliputi:

1) Sumber perolehan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan Farid

Nur Cahyo sebagai pimpinan di BMT-UGT Sidogiri Capem

Sepanjang.

2) Sumber perolehan yang diperoleh dari hasil observasi lapangan dari

Ahmad Jalalluddin Asyuyuti sebagai Kasir dan Syaiful Arif sebagai

AOP atau Marketing.

3) Sumber perolehan yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

Mucibatul Azizah dan Miana Eka Rahayu sebagi nasabah di

BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

b. Sumber Sekunder, yaitu informasi yang telah dikumpulkan pihak lain19.

Dalam penelitian ini, merupakan data yang bersumber dari buku-buku dan

catatan-catatan atau dokumen tentang apa saja yang berhubungan dengan

masalahmud{a>rabah (MDA) berjangka:

1) Achmad Chumaidi Umar, ,Dkk, Al-Fiqh’alal Madzahibul Araba’ah (Fiqih

Empat Madzhab Jilid IV)

2) Adiwarman A. Karim, Bank Islam: Anlisis Fiqh& Keuangan

18

Arikunto Suharsini, Prosedur Penelitian (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 129.

19 Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian-Buku Panduan Mahasiswa (Jakarta: PT.

(27)

18

3) Ahmaed Kameel Mydin Meera, Dkk, International Shari’ah Research

Academy For Islamic Finance (ISRA)

4) Fatwa dewan syariah nasional majelis ulama Indonesia No. :

02/DSN-MUI /IV/2000 tentang mud{a>rabah .

5) Ismail MBA, Perbankan syariah

6) Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah

7) Sayyid Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, Jilid 3

8) Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al- Islami wa Adillatuh. Juz V

4. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat beberapa macam teknik pengumpulan data, salah satunya

adalah teknik dokumentasi, dan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Observasi, pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan pengindraan.20 Teknik pengumpulan

data yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan untuk mengamati dan

mendengar dalam rangka memahami hal-hal yang berkaitan dengan ruang,

tempat, pelaku, kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan

perasaan21. Teknik ini digunakan untuk mengetahui secara langsung

20 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (komunikasi, ekonomi, kebijakan public dan ilmu social lainnya) (Jakarta: Kencana, 2011), 118.

21 M. Djuanidi dan Fauzan Almanshur, Metodologi Penelitian Kualitatif (Jogjakarta: ar-Ruz Media,

(28)

19

terhadap alasan BMT berani mengambil resiko kerugian pada akad

simpanan mud{a>rabah (MDA) berjangka.

b. Interview (wawancara), metode wawancara atau interview yaitu metode ilmiah yang dalam pengumpulan datanya dengan jalan berbicara atau

berdialog langsung dengan sumber obyek penelitian.22 Wawancara

sebagai alat pengumpul data dengan jalan Tanya jawab sepihak yang

dikerjakan dengan sistematis dan berlandasaskan pada tujuan penelitian.

Wawancara yang peneliti lakukan, yaitu dengan:

1) Pimpinan atau pihak yang bertanggungjawab terhadap BMT

berani mengambil resiko kerugian pada akad simpanan

mud{a>rabah (MDA) berjangka.

2) dua orang dari pihak nasabah dan tiga orang dari pihak BMT dan

dua orang dari pihak sekitar BMT yang mengetahui

simpanan mud{a>rabah (MDA) berjangka.

c. Studi Dokumentasi

Dalam teknik dokumentasi, peneliti menyelidiki benda tertulis (surat

pendaftaran dan warkat).23 Dari hasil pengumpulan dokumentasi yang

telah diperoleh peneliti dapat memperolehalasan BMT berani mengambil

resiko kerugian pada akad simpanan mud{a>rabah (MDA) berjangka di

BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

(29)

20

5. Teknik Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dari hasil penggalian terhadap sumber-sumber data

akan diolah melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

a. Editing, merupakan salah satu upaya untuk memeriksa kelengkapan data yang dikumpulkan dari nasabah BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

Teknik ini digunakan untuk meneliti kembali data-data yang diperoleh,

hal tersebut dilakukan untuk memeriksa kembali data-data tentang BMT

berani mengambil resiko kerugian pada akad simpanan mud{a>rabah

(MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.24

b. Organizing, yaitu menyusun sistematika data dari proses awal hingga akhir tentang mekanisme pendaftaran nasabah sampai dengan BMT

berani mengambil resiko kerugian pada akad simpanan mud{a>rabah

(MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

c. Analyzing, yaitu tahapan analisis Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang BMT berani mengambil resiko kerugian pada akad simpanan

mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang. Analisis ini dimulai dari pendaftaran hingga BMT berani

mengambil resiko kerugian pada akad simpanan mud{a>rabah (MDA)

berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.25

24

Soeratno, Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis (Yogjakarta: UUP AMP YKPM, 1995),127.

(30)

21

6. Teknik Analisis Data

Hasil dari penggumpulan data tersebut akan dibahas dan kemudian

dilakukan analisis secara kualitatif, yaitu penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamanati dengan metode yang telah ditentukan.

Analisis Deskriptif, yaitu dengan cara menuturkan dan menguraikan

serta menjelaskan data yang terkumpul, metode ini digunakan untuk

mengetahui tentang alasan BMT berani mengambil resiko kerugian pada akad

simpanan mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem

Sepanjang. 26

Pola Pikir yang digunakan adalah deduktif yaitu memaparkan

ketentuan-ketentuan hukum Islam dan Fatwa DSN NO: 02/DSN-MUI

/IV/2000 mengenai mud{a>rabah (MDA) berjangka selanjutnya

mepaparkan realisasi kenyataan terjadi di BMT-UGT Sidogiri Capem

Sepanjang. Kemudian diteliti dan dianalisis sehingga hasilnya dapat

digunakan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan mengenai BMT

berani menanggung kerugian di BMT-UGT Sidogiri Capem Sepanjang.

I. Sistematika Pembahasan

(31)

22

Agar dalam penyusunan skripsi dapat terarah dan sesuai dengan apa yang

direncanakan atau diharapkan oleh penulis, maka disusunlah sistematika pembahasan

yaitu:

Bab satu berisi tentang pendahuluan yang memuat uraian tentang latar

belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab dua membahas tentang mud{a>rabah dan Fatwa DSN NO:

07/DSN-MUI /IV/2000. Dalam bab ini terdiri dari 2 sub bab yaitu berdasarkan hukum Islam

yang terdiri dari sub bab pertama: pengertian mud{a>rabah, hukum mud{a>rabah,

dasar hukum mud{a>rabah, syarat dan rukun mud{a>rabah, macam-macam

mud{a>rabah, Pembagian laba dan rugi, hikmah mud{a>rabah, berakhir dan

batalnya akad mud{a>rabah. sub bab kedua: tentang Fatwa DSN NO: 07/DSN-MUI

/IV/2000.

Bab tiga membahas tentang gambaran umum BMT-UGT Sidogiri Cabang

Sepanjang meliputi sejarah singkat atau profil beserta visi dan misi, dasar hukum

pendirian, struktur organisasi, produk-produk, mekanisme simpanan mud{a>rabah

(MDA) berjangka, alasan dan resiko BMT berani mengambil kerugian pada akad

simpanan mud{a>rabah (MDA) berjangka di BMT-UGT Sidogiri Capem

(32)

23

Bab empat membahas tentang Analisis Hukum Islam Dan FATWA DSN NO:

02/DSN-MUI /IV/2000 Terhadap Simpanan Akad mud{a>rabah (MDA) Berjangka

Di BMT-UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

(33)

BAB II

KONSEP MUD{A>RABAH DALAM HUKUM ISLAM DAN FATWA DSN NO:

02/DSN-MUI /IV/2000 TENTANG TABUNGAN MUD{A>RABAH

A. MUD{A>RABAH

1. Pengertian mud{a>rabah

Menurut etimologi mud}a>rabah berasal dari kata adharbu fil ardi, yaitu

berpergian urusan dagang. 1Istilah lain dari mud}a>rabah adalah muqa>radah atau

qira>d{. Qira>d{ berasal dari kata qarad{{{{a ( ق ) yang artinya memotong, memakan, yakni proses pemilik modal memotong sebagian dari hartanya untuk

diperdagangkan dan memperoleh sebagian keuntungan. 2

Mud{a>rabah menurut pengertian etimologi (bahasa) ialah suatu pernyataan yang mengandung pengertian bahwa seseorang memberikan modal

niaga kepada orang lain agar modal itu diniagakan dengan perjanjian

keuntungannya dibagi kedua belah pihak sesuai perjanjiannya, sedangkan kerugian

ditanggung pemilik modal.3

Mud{a>rabah adalah penduduk Irak dan qira>d{ bahasa penduduk Hijaz.4

Sedangkan istilah mud}a>rabah dipakai oleh mazhab Hanafi dan Hanbali.

1Muhammad Asy-Syarbini, Mughni Al-Muhtaj Juz II (Jordan: Dar Al Kitab Al Tsaqafi, 2001), 309.

2Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Rajawali, 2010),135.

3 Achmad Chumaidi Umar, ,Dkk, Al-Fiqh’alal Madzahibul Araba’ah (Fiqih Empat Madzhab Jilid IV), (Semarang: CV.Asy Syifa’,1994), 66.

(34)

25

Sedangkan qira>d{ dipakai oleh mazhab Maliki dan Syafi'i.5 Laba jika ada , akan

dibagi di antara mereka berdasarkan rasio yang sudah disepakati bersama. Pada

kasus mengalami kerugian, kerugian tersebut akan ditanggung oleh penyedia

modal (rabbul mal) dan mud}a>rib akan kehilangan usaha-usahanya.6

Sedangkan secara terminologi, mendefiniskan mud}a>rabah atau qira>d{

dengan: “pemilik modal (investor) menyerahkan modalnya kepada pekerja

(pedagang) untuk diperdagangkan,sedangkan keuntungan dagang itu menjadi

milik bersama dan dibagi menurut kesepakatan”. 7 Hal itu sama diungkapkan oleh

para ulama antara lain:

1. Ulama syafi’iyah berpendapat bahwa mud{a>rabah ialah :

َش َعَف ْ َي ْ َا ي ِ َ ْقَي ْ َقَع

َيِل َا اَم َ َخِآ ٌصْ

هْيِف ِ ِج

Akad yang menentukan seseorang menyerahkan hartanya kepada yang lain untuk ditijarahkan.8

2. Sayyid Sabiq berpendapat bahwa mud{a>rabah ialah :

“Akad antara dua belah pihak untuk salah satu pihak menyerahkann sejumlah

uang kepada pihak lainnya untuk diperdagangkan, dengan syarat keuntungan dibagi dua sesuai dengan kesepakatan”.9

3. Menurut Imam Saraksi sebagaimana dikutip dalam Wiroso mendefinisikan:

Mud}a>rabah sebagai sebuah perkataan yang diambil dari kata “darb” (usaha)

4. diatas bumi. Dinamakan demikian mud}a>rib berhak untuk bekerja sama bagi

hasil atas jerih payah dan usahanya.10

5 Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia (Jakarta: Pustaka Utama Graffiti, 1999), 26.

6 Ahmaed Kameel Mydin Meera, Dkk, International Shari’ah Research Academy For Islamic Finance (ISRA) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), 297.

7 Saiful Jazil, Fiqih Mu’amalah (Surabaya: Uin Sunan Ampel Press, 2014), 134. 8 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah…, 137.

(35)

26

5. menurut jumhur ulama mud}a>rabah adalah :

ا

ْ

َي ْ

َف

َع

ْا

َل

ِلا

ك

ِا َل

ْا ي

َعل

ِم ا

ِل

َم

اا

ِل

َي

ِج

َ

ِف ْي

ِه

َ َي

ح

ْو

َ

ِ لا

حب

م

ْش

َ

ك

َب ا

ْي َ

َ

ِب ا

َح

ْس

ِب

َم

ش ا

ْ

َا

.

Artinya:” Pemilik harta (pemodal) menyerahkan modalnya kepada pengusaha

untuk berdagang dengan modal tersebut, dan laba dibagi diantara keduanya berdasarkan persaratan yang disepakati”.11

Mud}a>rabah atau qira>d{ adalah salah satu bentuk akad kerjasama usaha antara dua belah pihak di mana pihak pertama (s}a>h}ib al-ma>l) menyediakan

modal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola atau (mud}a>rib). Keuntungan

usaha secara mud}a>rabah dibagi menurut kesepakatan bersama yang dituangkan

dalam kontrak, apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu

bukan akibat kelalaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena

kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas

kerugian tersebut.12

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa dari bebearapa pengertian

yang dijelaskan oleh para ulama diatas, kiranya dapat dipahami bahwa akad

mud}a>rabah adalah kerjasama perniagaan antara dua pihak, satu pihak sebagai pemilik modal dan pihak lainnya sebagai pelaksana usaha, serta keuntungan dari

kerjasama tersebut akan dibagi sesuai dengan kesepakatan. Tujuan dari

mud}a>rabah kerjasama antara pemilik modal (s}a>h}ib al-ma>l) dan pengelola

dana (mud}a>rib).13

10

Wiroso, Penghimpunan Dana Dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah, (Jakarta: IKAPI,2006), 33.

11Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah (Bndung: Pustaka Setia, 2006), 224. 12 Mardani, Hukum Bisnis Syariah (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 138.

13Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani,2001),

(36)

27

2. Hukum mud}a>rabah dan Dasar Hukum mud}a>rabah

Asal hukum mud{a>rabah adalah boleh. Dalam buku Pokok-Pokok Hukum

Islam, yang ditulis oleh sudarsono, Menurut Husein bahreisj hukum mud{a>rabah adalah:

a. Antara kedua belah pihak yaitu pemberi modal dan penerima modal

harus berakal dan dewasa.

b. Pemberi modal harus memberikan hak penuh (bebas) kepada orang

yang akan menjalankan modalnya untuk urusan kerja atau

perdagangan.

c. Diterangkan dengan jelas atau diatur dalam perjanjian tentang

keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh orang yang sedang

menjalankan modal misalnya akan beroleh keuntungan yang

ditentukan dari hasil usahanya dan yang adil keuntungan itu dibagi

dua.

d. Kedudukan modal bisa dalam bentuk uang.

e. Penerima modal tidak dituntut ganti rugi (kecuali karena disia-siakan).

Jika terjadi kehilanagan atau mengalami kerugian.14

Dasar hukum mud}a>rabah al-qur’an dan hadis yaitu antara lain:

1. Al-Qur’an

Ayat- ayat yang berkenaan dengan mud{a>rabah , antara lain:

(37)

28

a. Surat Al-Baqarah :198

        

Artinya: “tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.”15

b. Surat an-nisa ayat: 29

                         

Artinya: “hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di anatara kamu dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu”.16

c. Surat al-muzzammil ayat: 20

               

Artinya: “dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah dan orang-orang yang lain lagi berperang

dijalan Allah”.17

Yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari surah

al-Muzammil: 20 adalah adanya kata yadribun yang sama dengan akar

kata mud}a>rabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.18

15

Ibid.,198.

16 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemah (Surabaya: Al-Hidayah), 122. 17 Ibid.,990.

(38)

29

Pada ayat di atas, secara umum mengandung makna

kebolehan dalam akad mud}a>rabah dalam mencari rizki dan

karunia Allah yang diberikan di muka bumi ini.

2. Hadis

Melakukan mud}a>rabah adalah hukumnya mubah (boleh). Dasar

hukumnya adalah sebagai berikut:

a. H.R. Ibnu Majah;

َع

ْن

َص

ِلا

ِح

ْب

ِن

ص

َ ْي

ب

َع

ْن

َا

ِب

ِهي

َق

َلا

َق

َلا

َ

س

لو

َِل

َص

َل ي

َع

َ ْي

ِه

َ

َس

َم

َث

َل

َ

ِف

ِي

ن

ْلا

َب ْي

ع

ِا َل

َا ي

َج

ل

َ ْلا

َق

َ ا

َض

َ َا

ْخ

َل

َا ْل

ب

ِ ِب

ْلا

ش

ِع

ِ ي

ِل ْ

َب ْي

ِت

َا

ِل ْ

َب ْي

ِع

)هج ام نبا ا (

Telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Ali al Khalal, telah menceritakan kepada kami Bisra ibn Sabit al Bazar, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Kosim dari Abdurrahman ibn Daud dari Sholih ibnu Suheb dari ayahnya berkata: Telah bersabda Rasulullah saw, Tiga perkara yang mengandung berkah adalah jual beli yang ditangguhkan, melakukan qira>d{ (memberi modal kepada orang lain) dan mencampurkan gandum dengan jelai untuk keluarga, bukan untuk diperjual-belika. (H.R Ibnu Majah dari Shuhaib).19

b. H.R. Malik;

َ

َح

َ َث

ِ

َم ي

ِا

َع كل

ْن

ْا

َعل

َل

ِء

ْب

ِن

َع

ْب ِ

لا

ْح

َ

ِن

َع

ْن

َا

ِب

ِهي

َع

ْن

َج

ِ ِ

َا

ع

ْث َ

َ ا

ْب

َن

َع

َق

َ ا

َا

ْع

َط

ا

َم

َاا

ِق

َ

ضا

َي ا

ْع

َ

ل

ِف

ِهي

َع

َلا

َا

ِ لا

ْب

َح

َب

ْي َ

َ

( ا

)كلام

Dan malik menceritakan kepadaku (bersumber) dari ‘Ala’ bin

(putera) Abdurrahman (bersumber dari ayahnya (bersumber) dari

kakeknya”bahwa sesungguhnya Uthman bin Affan memberi modal

untuk kerjasama dalam suatu bisnis (usaha) atas dasar (dengan akad perjanjian) bahwa keuntungan dibagi dianatar keduanya.20

3. Ijma

19 Aby ‘Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah,

juz 1 (Libanon: Dar al-Kutub,2004),720. Hadith no.2280.

20Malik,”al- Muwatta”. Hadith no.1196. dalam Mausu’ah al-Hadis al-Syarif, edisi ke-2 (Ttp.

(39)

30

Di antara ijma’ dalam mud}a>rabah adanya riwayat yang menytakan

bahwa Jemaah dari sahabat menggunakan harta anak yatim untuk

mud}a>rabah. Perbuatan tersebut tidak ditentang oleh sahabat lainnya. 21

4. Qiyas

Sedangkan dalil qiyas adalah bahwa mud}a>rabah dapat diqiyaskan

pada akad musyaqah (akad memelihara tanaman). Karena pertimbangan

kebutuhan masyarakat kepadanya, karena manusia itu ada yang kaya

dan yang miskin. Terkadang ada seseorang yang memiliki harta, tetapi

tidak tahu bagaimana mengelola hartanya dan membiniskannya. Ada

pula manusia yang tidak memiliki harta, tetapi pandai dalam mengelola

harta. Oleh karena itu, akad mud}a>rabah ini dibolehkan secara syara’

untuk memenuhi kebutuhan kedua. Allah tidak mensyariatkan

akad-akad kecuali karena demi kemaslahatan dan memenuhi kebutuhan

hamba-hamba-Nya”.22

3. Rukun dan syarat mud}a>rabah

Sebagaimana akad lain dalam Syariat Islam, agar mud}a>rabah atau

qira>d{ menjadi sah, maka harus memenuhi rukun dan syarat mud}a>rabah. Menurut mahzab Hanafi, rukun mud}a>rabah hanya ijab (dari pemilik modal) dan

kabul (pedagang/pelaksana).23

Menurut ulama syafi’iyah, rukun mud}a>rabah atau qira>d{ ada enam yaitu:

a. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya.

21Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah…, 226.

22 Wahbah Az-Zuhaily, Al-Fiqhu Al-Islami Wa Adillatuhu, Jilid V, 479.

(40)

31

b. Orang yang bekerja, yaitu mengelola harta yang diterima dari

pemilik barang.

c. Akad mud}a>rabah dilakukan oleh pemilik dengan pengelola

barang.

d. Maal, yaitu harta pokok atau modal.

e. Amal, yaitu pekerjaan pengelolaan harta sehingga mengahsilkan laba.

f. Keuntungan.24

Sedangkan rukun dalam mud}a>rabah berdasarkan Jumhur Ulama ada 5

unsur yaitu: Akad, orang yang berakad, modal (ma’qud alaih), keuntungan dan

kerja (jasa).25 Menurut Sayid Sabiq rukun mud}a>rabah adalah ijab dan Kabul

yang keluar dari orang yang memiliki keahlian. 26

Syarat-syarat mud}a>rabah berhubungan dengan rukun-rukun

mud}a>rabah itu sendiri. Syarat-syarat sah mud}a>rabah adalah sebagai berikut:

1. Syarat aqidani (orang yang akan berakad) disyaratkan bagi orang yang

akan melakukan akad, yakni pemilik modal dan pengusaha adalah ahli

dalam mewakilkan atau menjadi wakil, sebab mud}a>rib mengusahakan

harta pemilik modal, yakni mejadi wakil. Namun demikian, tidak

disyariatkan harus muslim. Mud}a>rabah dibolehkan dengan orang kafir

dzimmi atau orang kafir yang dilindungi di Negara Islam.

24 Achmad Chumaidi Umar,dkk, Al-Fiqh’alal Madzahibul Araba’ah …,84.

25Suqiyah Musyafa’ah,

Hadith Hukum Ekonomi (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014), 146.

(41)

32

Adapun ulama Malikiyah memakruhkan mud}a>rabah dengan kafir

dzimmi jika mereka tidak melakukan riba dan melarangnya jika mereka

yang melakukan riba.27

2. Syarat yang berkaitan dengan modal, yaitu:

a. Modal harus berupa yang seperti dinar, dirham, atau sejenisnya,

yakni segala sesuatu yang memungkinkan dalam perkongsian.

b. Modal harus diketahui dengan jelas dan memiliki ukuran.

c. Modal harus ada, bukan berupa utang, tetapi tidak berarti harus ada

di tempat akad. Juga dibolehkan mengusahakan harta yang dititipkan kepada orang lain, seperti mengatakan,”ambil harta saya

di si fulan kemudian jadikan modal usahakan!”.

d. Modal harus diberikan kepada pengusaha. Hal itu dimaksudkan agar

pengusaha dapat mengusahakannya, yakni mengusahakan harta

tersebut sebagai amanah.28

3. Syarat yang berkaitan dengan keuntungan, bahwa pembagian keuntungan

harus jelas presentasenya seperti 60%:40%, 50%:50% dan sebagainya

menurut kesepakatan besama. Biasanya, dicantumkan dalam surat

perjanjian yang dibuat dihadapan notaris. Dengan demikian, apabila terjadi

persengketaan, maka penyelesaiannya tidak begitu rumit. 29

27 Rachmat Syafe’i, Fiqih Muamalah… , 228.

28

Ibid .

(42)

33

Disamping itu juga disyaratkan hasil keuntungan milik berdua yaitu pemilik

modal (s}a>h}ib al-ma>l) dan pengelola (mud}a>rib) Maka tidak sah bila

dengan syarat keuntungan milik salah satu pihak.30

4. Syarat yang berkaitan dengan shighah (ijab dan qabul) normalnya, syarat

yang berkaitan dengan shighah mud}a>rabah serupa dengan shighah

kontrak-kontrak lain yang merupakan penawaran dan penerimaan.

Penawaran dilakukan dengan mengucapkan syarat-syarat mud}a>rabah .

contohnya adalah ketika A yang memiliki uang berkata keapad B ,”Ambillah uang ini dalam bentuk mud}a>rabah, dan apa yang Allah berikan dalam bentuk laba akan dibagi di antara kita…” (lalu ia merinci

suatu rasio pembagian laba). Jika B menerima tawaran tersebut dan

mengambil uang tersebut, maka kontrak mud}a>rabah disimpulkan. Laba

yang direalisasikan akan dibagi di antara mereka sesuai dengan rasio

pembagian laba yang sudah disepakati.

Penawaran dan penerimaan ini dapat dilakukan secara lisan, tertulis, atau

melalui segala sarana komunikasi yang dapat diterima oleh kedua pihak

yang berkontrak. Namun, dianjurkan perjanjian mud}a>rabah dilakukan

secara tertulis dan disertai saksi-saksi yang tepat, guna menghindari

perselisihan dan kesalahpahaman apa pun pada masa mendatang.31

5. Mud}a>rabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelolaan

harta untuk berdagang dinegara tertentu, memperdagangkan barang-barang

tertentu, pada waktu-waktu tertentu, sementra di waktu lain tidak terkena

30Aliy As’ad, Fat-Hul Mu’in Jilid 2(Menara Kudus), 274.

31

Ahmaed Kameel Mydin Meera, Dkk, International Shari’ah Research Academy For Islamic

(43)

34

persyaratan yang mengikat sering menyimpan dari tujuan akad

mud}a>rabah, yaitu keuntungan. Bila dalam mud}a>rabah ada persyaratan-persyaratan, maka mud}a>rabah tersebut menjadi rusak (fasid)

menurut pendapat Al-Syafi’i dan Malik. Adapun menurut Abu Hanifah dan

Ahmad Ibn Hambal, mud}a>rabah tersebut sah. 32

Syarat khusus yang harus dipenuhi dalam mud}a>rabah terdiri dari syarat

modal dan kentungan. Syarat modal yaitu:

a. Modal harus berupa uang.

b. Modal harus jelas dan diketahui jumlahnya.

c. Modal harus tunai bukan hutang dan

d. Modal harus diserahkan kepada mitra kerja.

Sementara itu syarat keuntungan yaitu keuntungan harus jelas ukurannya,

dan keuntungan harus dengan pembagian yang disepakati kedua belah

pihak.33

4. Pembagian Laba dan Rugi

Pembagian keuntungan antara mereka berdua antara s}a>h}ib

al-ma>ldan mud}a>rib. Agama tidak memberikan suatu ketentuan yang pasti tentang kadar keuntungan yang akan dimiliki oleh masing-masing pihak

yang melakukan perjanjian mud}a>rabah. Prosentase keuntungan akan

dibagi antara pemilik modal (s}a>h}ib al-ma>l) dan pelakasana usaha

(mud}a>rib) bisa berbentuk bagi rata atau tidak bisa dibagi rata. Hal ini

dipulangkan kepada kesepakatan yang sudah mereka buat sebelumnya.

32 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah …, 198.

(44)

35

Salah satu prinsip penting yang diajarkan oleh Islam dalam lapangan

mu‘a>malah ini adalah bahwa pembagian itu dipulangkan kepada

kesepakatan yang penuh kerelakaan serta tidak merugikan dan dirugikan

oleh pihak mana pun.34

Pembagian hasil mud}a>rabah dapat dilakukan dengan dua metode,

yaitu pembagian laba (profit sharing) atau pembagian pendapatan (revenue

sharing). Pembagian laba (profit sharing) dihitung dari pendapatan setyelah

dikurangi beban yang berkaitan dengan pengelolaan dana mud}a>rabah .

Sementara pembagian pendapatan (revenue sharing) dihitung dari total

pendapatan pengelolaan mud}a>rabah .35

Mud}a>rabah pada dasarnya adalah suatu serikat laba dan

komponen dasarnya adalah penggabungan kerja dan modal. laba bagi

masing-masing pihak dibenarkan berdasarkan dua komponen tersebut.

Risiko yang terkandung juga menjadi pembenar laba mud}a>rabah. Dalam

kasus yang kongsinya tidak menghasilkan laba sama sekali, risiko investor

adalah kehilangan sebagian atau seluruh modal, sementara mud}a>rib

adalah tidak mendapatkan upah atas kerja dan usahanya.36

Bagi keabsahan mud}a>rabah , besarnya pembagian keuntungan

anatara shahib al-mal dan mud}a>rib sudah harus ditentukan diawal.

Syariah tidak menentukan pembatasan mengenai berapa besarnya

pembagian keuntungan antara s}a>h}ib al-ma>l dan mud}a>rib. Mereka

34

Hemi Karim, Fiqh Muamalah, Cet-2…, 16. 35

Sutan Remy Sjahdeini, Produk-Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), 318-319.

36 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah kritik atas Interprestasi Bunga Bank Kaum Neo-Revivalis

(45)

36

dapat menyepakati untuk berbagi keuntungan sama besar atau berbagi

dengan porsi yang berbeda di antara keduanya.

Namun harus diperhatikan bahwa dalam membagi keuntungan

tersebut, para pihak dilarang untuk menentukan suatu jumlah yang tetap

atau tidak boleh pula mereka menentukan pembagian dengan menentukan

tingkat keuntungan tertentu terhadap modal. missal apabila mereka

menyepakati bahwa 40% dari keuntungan akan diterima mud}a>rib dan

60% kepada s}a>h}ib al-ma>latau sebaliknya.37

Apabila terjadi kerugian, maka s}a>h}ib al-ma>l kehilangan

sebagian atau seluruh modalnya, sedangkan mud}a>rib tidak menerima

remunerasi (imbalan) apa pun untuk kerja dan usahanya (jerih payahnya).

Dengan demikian, baik posisi shahib al-mal maupun mud}a>rib harus

menghadapi risiko. Namun seperti telah dikemukakan dimuka, yang

menanggung risisko finansial hanyalah s}a>h}ib al-ma>l sendiri,

sedangkan mud}a>rib sama sekali tidak menanggung risiko finansial tetapi

risiko berupa waktu, pikiran, dan jerit payah yang telah dicurahkanyya

selama mengelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan kesempatan

untuk memperoleh sebagian dari pembagian keuntungan yang telah

diperjanjikan sebelumnya.

Dalam buku perbankan syariah yang ditulis oleh Sutan Remy

Sjahdeni menyatakan Menurut ulama mazhab hanafi,apabila dalam akad

mudarabah disyaratkan bahwa kerugian ditanggung bersama antara

(46)

37

s}a>h}ib al-ma>l dan mud}a>rib, maka syarat seperti itu batal dan

kerugian tetap harus ditanggung sendiri oleh pemilik modal.38

(47)

38

Bagan mud}a>rabah

Akad mud}a>rabah

Keuntungan Kegiatan usaha Pemodal (s}a>h}ib

al-ma>l)

Pengusaha

(mud}a>rib)

Bagian keuntungan pemodal Bagian keuntungan

pengusaha

(48)

39

5. Bentuk-bentuk mud}a>rabah

1. Mud}a>rabah Mutlaqah

Mud}a>rabah Mutlaqah adalah sistem mud}a>rabah dimana pemilik

modal (s}a>h}ib al-ma>l) menyerahkan modal sesuai kepada pengelola

(mud}a>rib) tanpa pembatasan jenis usaha, tempat dan waktu dan dengan

siapa pengelola berinteraksi. 39

Penerapan akad mud}a>rabah Mutlaqah dalam perbankan adalah akad

mud}a>rabah dimana s}a>h}ib al-ma>l memberikan kebebasan kepada pengelola dana (mud}a>rib) dalam pengelola investasinya. Mud}a>rabah

Mutlaqah disebut dengan investasi dari pemilik dana kepada bank syariah dan bukan merupakan kewajiban atau ekuitas bank syariah.

Bank syariah tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikannya

apabila terjadi kerugian atas pengelolaan dana yang bukan disebabkan

kelalaian atau kesalahan bank sebagai mud}a>rib. Namun sebaliknya, dalam

hal bank syariah (mud}a>rib) melakukan kesalahan atau kelalaian dalam

pengelolaan dana investor (s}a>h}ib al-ma>l), maka bank syariah wajib

mengganti semua dana investasi mud}a>rabah Mutlaqah . jenis investasi

mud}a>rabah Mutlaqah dalam aplikasi perbankan syariah dapat ditawarkan

dalam produk tabungan dan tabungan mud}a>rabah (MDA) berjangka.40

39

(49)

40

2. Mud}a>rabah Muqayyadah

Mud}a>rabah Muqayyadah atau mud}a>rabah yang terbatas apabila

pemilik modal (s}a>h}ib al-ma>l) menentukan bahwa mud}a>rib hanya

boleh berbisnis dalam bidang tertentu. Berarti mud}a>rib hanya boleh

menginvestasikan uang s}a>h}ib al-ma>l pada bisnis tertentu dan tidak

boleh pada bisnis di bidang yang lain.41

Batasannya antara lain tentang:

a. Tempat dan cara berinvestasi.

b. Jenis investasi.

c. Objek investasi.

d. Jangka waktu .42

Seperti halnya disebutkan diatas, menurut Muhammad dalam

Manajemen Bank Syariah, mud}a>rabah atas dua jenis, yakni yang bersifat

tidak terbatas (mutlaqah, untrestricted) dan yang bersifat terbatas

(muqayyadah, restricted).

Pada jenis mud}a>rabah yang pertama pemilik dana memberikan

otoritas dan hak sepenuhnya kepada mud}a>rabah untuk menginvestasikan

atau memutar uangnya.

Pada jenis mud}a>rabah kedua, pemilik dana memberi batasan kepada

mud}a>rib. Diantara batasan itu, misalnya adalah jenis investasi, tempat investasi, serta pihak-pihak yang dibolehkan terlibat dalam investasi. Pada

(50)

41

jenis ini, sahibul mal dapat pula mensyaratkan kepada mud}a>rib untuk

tidak mencampurkan hartanya dengan dana mud}a>rabah.43

6. Hikmah mud}a>rabah

Islam mensyariatkan dan membolehkan untuk memberi keringanan

kepada manusia. Terkadang sebagian orang memiliki harta,tetapi tidak

berkemampuan memproduktifkannya. Dan terkadang ada pula orang yang

tidak memiliki harta, tetapi ia mempunyai kemampuan

memproduktifkannya. Karena itu, syariat membolehkan mu‘a>malah ini

supaya kedua belah pihak dapat mengambil manfaat.

Pemilik harta mendapatkan manfaat dengan pengalaman mud}a>rib

(orang yang diberi modal), sedangkan mud}a>rib dapat memperoleh

manfaat dengan harta (sebagai modal). dengan demikian terciptalah

kerjasama anatara modal dan kerja. dan Allah tidak menetapkam segala

bentuk akad, melainkan demi terciptanya kemaslahatan dan terbendungnya

kesulitan.44

7. Akad mud}a>rabah berakhir dan batal

Mud}a>rabah bisa dibatalkan kalau sekiranya pihak pelaksana usaha memud}a>rabah kan pula modal yang diberikan itu keapada pihak lain.

Dalam ketentuan agama, modal yang diberikan seseorang kepada orang lain

tidak boleh dipindahtangankan kepada orang lain, sebab modal yang

diberikan itu bukanlah harta milik pelaksana usaha. Kalau hal itu terjadi,

43

(51)

42

maka mud}a>rabah pertama menjadi batal serta pelaksana usaha

berkewajiban mengembalikan modal kepada pemiliknya. 45

Akad mud}a>rabah dinyatakan berakhir (batal), apabila :

1. Masing-masing pihak menyatakan, bahwa akad itu batal, atau pekerja

dilarang bertindak untuk menjalankan modal yang diberikan, atau

pemilik modal menarik modalnya. Hendaknya diingat sebagaimana

telah disinggung terdahulu, bahwa kurang etis apabila pembatalan itu

datangnya dari sepihak.

2. Salah seorang akad gila, karena orang gila tidak dapat bertindak atas

nama hukum.

3. Pemilik modal murtad (keluar dari agama Islam). Menurut Imam Abu

Hanifah, akad mud}a>rabah menjadi batal, karena kemurtadan itu.

Berdasarkan pendapat ini berarti tidak dibenarkan mengadakan

akad mud}a>rabah dengan non-muslim.

4. Modal telah habis terlebih dahulu, sebelum dikelola oleh pekerja

(pelaksana). Umpamanya, setelah dibuat perjanjian akad, modal tidak

jadio diserahkan, apakah karena dibelanjakan, dicuri orang atau

sebab-sebab lainnya.46

5. Salah seorang yang berakat meninggal wafat.jika wafat adalah pemilik

modal, maka akadnya menjadi batal, karena akad mud}a>rabah sama

dengan akad wakalah, yang gugur disebabkan wafatnya orang yang

mewakili dan akad mud}a>rabah, tidak bisa diwariskan. Tetapi

45 Helmi Karim, Fiqh Muamalah,Cet-2…, 16-17.

(52)

43

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian bahwa variabel independen kualitas pelayanan yang terdapat pada masakapai Lion Air secara keseluruhan berada dalam kategori cukup baik dengan

Teori fiqih menjelaskan bahwa darah nifas ialah darah yang keluar dari kemaluan wanita (farji) karena melahirkan, meskipun anak yang dilahirkan mengalami keguguran.Dalam

Permasalahan anak jalanan masih harus mendapatkan perhatian dari berbagai kalangan untuk menyelesaikan beberapa masalah seperti: banyak anak jalanan yang masih duduk di bangku

Begitu juga dengan hasil penelitian Anita (2016) yang menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan metode proyek terhadap pengembangan kreativitas dalam

Tidak seperti pembangunan gedung swasta dimana nilai pendapatan per tahun dari gedung yang bersangkutan dapat dihitung, sedangkan pada gedung Negara nilai

Persamaan holdup fasa gas diformulasikan berdasarkan persamaan (8) Dari data percobaan yang diperoleh dari perhitungan, dapat dibuat profil holdup fasa gas untuk kecepatan

Untuk mengetahui perbedaan besarnya tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Abadi Medical Tabanan dengan menggunakan perhitungan biaya tradisional dengan Activity Based

Puji syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat yang dikaruniai- Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pengaruh Brand Ambassador Idol KPop